• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Pengaliran Daerah Penelitian (2)Pola Pengaliran Rectangular (Rc) Pada daerah penelitian terdapat pola aliran rectangular yang berkembang di bagian barat pada peta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pola Pengaliran Daerah Penelitian (2)Pola Pengaliran Rectangular (Rc) Pada daerah penelitian terdapat pola aliran rectangular yang berkembang di bagian barat pada peta"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 4.1 Geomorfologi

Geomofologi merupakan hal-hal yang berhubungan dengan bentuk relief yang terdapat dipermukaan bumi baik yang terbentuk secara endogen ataupun eksogen.

Dalam proses penelitian aspek-aspek yang di perhatikan seperti pola airan, dan morfologi yang meliputi pengamatan bentuk asal dan bentuk lahan yang terdapat pada lokasi penelitian.

4.1.1 Pola Pengaliran

Pola pengaliran sungai merupakan kumpulan dari sungai yang memiliki bentuk atau pola yang sama menggambarkan keadaan profil dan genetik sungai.

Pembentukan pola aliran sungai dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor alami seperti morfologi, jenis batuan,tingkat erosi dan struktur geologi. Perkembangan dari faktor geologi seperti halnya struktu geologi dapat mempengaruhi pola pengaliran dasar menjadi pola pengaliran ubahan. Berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan pola pengaliran pada daerah penelitian di Desa Muara Kibul dan sekitarnya mengacu pada Howard. (1967) memiliki pola pengaliran rectangular, radial sentrifugal, parallel, subdendritik dan local meandering pada sungai utama yang ditunjukan pada (Tabel 4) sebagai berikut :

Tabel 1. Pola Pengaliran Daerah Penelitian

(2)

Pola Pengaliran Rectangular (Rc)

Pada daerah penelitian terdapat pola aliran rectangular yang berkembang di bagian barat pada peta. Pola aliran rectangular merupakan suatu pola aliran sungai yang berkaitan dengan struktur geologi, seperti kekar/rekahan dan sesar/patahan. Pola aliran ini dicirikan oleh anak cabang sungai yang mengikuti pola strktur kekar dan patahan. Kenampakan di lapangan pola aliran rectangular cabang sungainya tegak lurus terhadap sungai induk, terdapat di perbukitan yang dikontrol oleh struktur, yang dimana berada di jalur segmen sesar dikit. Pola aliran rectangular mengalir pada kelurusan sesar pada breksi, andesit, dan sisipan lava yang mengalir di atas batuan dasar yang memiliki resistensi litologi sedang-tinggi.

Tahap perkembangan sungai termasuk kedalam tahap stadia muda, hal ini dapat dilihat pada lembah sungai-sungai berbentuk “V”, aliran sungai dominasi mengalir diatas batuan dasar dapat dilihat pada (Lampiran 4)

Pola Pengaliran Subdendritik (SD)

Pola aliran ini merupakan pola ubahan dari pola aliran dendritik, hal ini dikarenakan telah adanya kontrol struktur yang mengakibatkan pola aliran ini berubah. Pada daerah penelitian dicirikan dengan bentuk lembah U-V dengan kelerengan sedang hingga curam, mengalir pada bedrock stream, dengan resistensi batuan sekitar kuat hingga sedang dapat dilihat pada (Lampiran 4)

Pola Aliran Parallel (P)

Pada daerah penelitian terdapat pola aliran parallel yang berkembang di bagian Barat-Selatan pada peta. Pada kenampakan di lapangan Pola aliran parallel merupakan suatu pola aliran yang terbentuk dari cabang- cabang sungai yang hampir sejajar dan mencerminkan kemiringan lereng dan terdapat di daerah yang sangat luas dengan kemiringan yang curam. Pola aliran parallel mengalir pada batuan yang memiliki resistensi sedang hingga kuat dan dikontrol oleh struktur berupa kekar/rekahan dan sesar/patahan dapat dilihat pada (Lampiran 4)

Pola Aliran Radial Sentrifugal (SF)

Pada daerah penelitian terdapat pola aliran Radial Sentrifugal yang berkembang di bagian Barat-Timur pada peta. Pada kenampakan di lapangan pola aliran Radial Sentrifugal merupakan pola aliran yang bentuknya menyebar secara radial dari titik ketinggian Perbukitan Barisan menuju Sungai Langkup dan lereng Danau Depati Empat. Pola aliran Radial Sentrifugal pada kenampakan

(3)

daerah penelitian memiliki kelerengan sedang- curam dan diinterprestasikan lembah berbentuk “V” bahwa sungai berada pada stadia muda dapat dilihat pada (Lampiran 4)

Pola Pengaliran Local Meandering

Pola aliran local meandering pada daerah penelitian terdapat pada sungai utama, yang berada di sebelah Selatan pada peta. Faktor pengontrol umumnya berupa sesar, arus sungai dan proses sedimentasi sehingga mengakibatkan sungai berkelok dapat dilihat pada (Lampiran 4)

Gambar 1. Pola Pengaliran Daerah Penelitian

(4)

Stadia Sungai

Stadia Sungai merupakan perkembangan pola sungai yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti litologi batuan, kemiringan lereng, tenaga tektonik dan sebagainya. Pada daerah penelitian sungai yang berada pada daerah penelitian berada di Desa Muara Kibul dan sekitarnya merupakan sutu proses yang masih berlangsung dan berkembang sehingga masih termasuk kedalam stadia sungai muda – dewasa ditunjukan dengan pola pengaliran dan pembentukan lembahnya yang masih berbentuk “V-U’’. Sungai – sungai yang berada pada daerah penelitian didominasi oleh sungai yang mengalir diatas batuan dasar. Hal tersebut ditunjukan pada aliran sungai yang terdapat pada sungai Batang Kibul dan Batang Tabir dengan adanya kontrol erosi yang terjadi dari hulu menuju ke hilir sungai.

4.1.2 Morfologi

Bentukan asal pada daerah penelitian berdasarkan klasifikasi Vertstappen (1985), modifikasi. Berdasarkan letak geografis, daerah penelitian dapat diklasifikasikan sebagai Zona Perbukitan Barisan. Kenampakan morfologi daerah penelitian umumnya merupakan perbukitan, lembah dan fluvial. Daerah penelitian di Desa Muara Kibul dan sekitarnya memiliki bentukan asal struktural dan vulkanik, pengelompokan satuan geomorfologi daerah penelitian berdasarkan interpretasi awal pada peta geomorfologi tentatif dan dikombinasikan dengan kenampakan morfologi dan data di lapangan. Berdasarkan bentukan asal daerah penelitian yang mengacu pada klasifikasi Verstappen (1985) yang dimodifikasi, dengan mempertimbangkan aspek geografis, pengamatan langsung di lapangan dan kombinasi data-data sekunder seperti data kontur dan data analisis DEM, serta mempertimbangkan aspek-aspek morfologi, morfogenesa dan morfokonservasi

Geomorfologi daerah penelitian digolongkan kedalam 4 satuan Bentuklahan, yaitu: Satuan bentuklahan perbukitan struktural (S1), lembah struktural (S2), satuan bentuklahan tubuh sungai (F1), dan bukit intrusi (V1). Daerah penelitian memiliki morfologi yang dipengaruhioleh struktur dan juga magmatisme sehingga menjadikan daerah penelitian dominan struktural dan juga vulkanik, adapun sungai besar yaitu batang merangin yang merupakan local meandering pada daerah penelitian.dapat dilihat pada (Gambar 14 dan Lampiran 5).

(5)

Gambar 2. Geomorfologi Daerah Penelitian

(6)

Bentuklahan Perbukitan Struktural (S1)

Satuan bentuklahan Perbukitan Struktural secara morfologi merupakan daerah pegunungan yang membentuk pola kelurusan. Adapun cakupan luas satuan bentuklahan Perbukitan Struktural yaitu ± 50% dari luas darah penelitian yang berada di Selatan-Baratdaya daerah penelitian. Pola aliran yang berkembang merupakan Pola aliran Subdendritik dan Rectangular yang dipengaruhi oleh sifat fisik batuan dan struktur geologi. Secara morfogenesa bentuklahan Perbukitan Struktural ini terbentuk sebagai akibat dari aktivitas tektonik berupa segmen Sesar Tabir dan Perbukitan Barisan serta pelapukan dan erosi, daerah ini tersusun oleh litologi satuan batuan Pasirtufan dan Metapellit dengan dengan didominasi oleh bentuk lembah “V” karena sifat batuan ini resisten cukup tinggi (Gambar 15).

Bentuklahan Lembah Struktural (S2)

Bentuklahan ini memiliki presentasi luas kurang lebih 20% pada daerah penelitian. Bentuk lahan ini ditandai dalam peta dengan warna ungu muda yang menunjukkan aspek geomorfologi struktural yang disesuaikan dengan warna klasifikasi dari Verstappen. (1985) Berdasarkan aspek morfologinya bentuk lahan ini berupa lembah yang dipengaruhi oleh kontrol struktur dengan litologi yang telah terubah. Secra aspek morfometri memiliki relief agak curam dengan elevasi 187,5- 100 m dengan pola pengaliran yang berkembang adalah Rectangular dan Radial Setrifugal dengan bentuk lahan V (Gambar 16 dan Lampiran 5).

Berdasarkan aspek morfogenesa dikontrol oleh struktur berupa sesar dan U

Gambar 3. Satuan morfologi Perbukitan Struktural (S1), daerah penelitian yang merupakan Perbukitan Barisan diamabil dari Desa Muara Kibul

(7)

kekar, dengan resisten batuan yang ditemukan adalah sedang hal ini dikarenakan telah dipengaruhi oleh proses pelapukan. Proses pembentukan dari bentuklahan ini merupakan proses endogen berupa sesar, kekar dan juga pengaruh proses eksogen berupa pelapukan.

.

Bentuklahan Bukit Intrusi (V1)

Bentuklahan ini memiliki presentasi luas kurang lebih 20% pada daerah penelitian yang dapat dilihat di bagian Tengah Peta. Bentuklahan ini ditandai dalam peta dengan warna merah yang menunjukkan aspek geomorfologi intrusi yang disesuaikan dengan warna klasifikasi dari Verstappen.(1985) (Gambar 17 dan Lampiran 5). Berdasarkan aspek morfologinya bentuk lahan ini berupa bukitan yang terbentuk dari prosen intrusi terlihat dari batuan penyusun berupa batuan beku plutonik yaitu diabas yang kemudian telah dipengaruhi oleh kontrol struktur hal ini dapat terlihat dari pola kelurusan yang terlihat. Secara aspek morfometri memiliki relief curam dengan elevasi 562,5-187,5 m dengan pola pengaliran yang berkembang adalah radial setrifugal dengan bentuk lahan V. Berdasarkan aspek morfogenesa dikontrol oleh intrusi dari aktivitas subduksi yang terjadi di Sumatra kemudian dikontrol oleh struktur berupa sesar dan kekar, dengan resisten batuan yang ditemukan kuat hingga lemah karena sebagian tempat telah mengalami proses pelapukan

U

Gambar 4. Satuan morfologi lembah struktural (S2), daerah penelitian yang merupakan Perbukitan Barisan diambil dari Desa Pulau Tebakar

(8)

Bentuklahan Tubuh Sungai (F1)

Satuan bentuklahan Tubuh Sungai (F1) menempati 10 % wilayah penelitian yang membentang dari Timur - Barat. Morfografi satuan bentuklahan ini berupa dataran yang landai dengan ketinggian berkisar 100 meter dari permukaan laut (mdpl). Bentuk lembah sungai di daerah penelitian berupa ‘’U’’ yang menandakan sungai memiliki stadia dewasa hingga tua dan arus pada sungai ini tidak terlalu deras. Sungai memiliki peran yang sangat penting sebagai media transportasi material – material hasil lapukan batuan yang kemudian akan terendapkan (Gambar 18 dan Lampiran 5).

U

U

Gambar 5. Satuan morfologi bukit intrusi (V1), daerah penelitian yang merupakan Perbukitan Barisan diambil dari Desa Muara Kibul

Gambar 6. Satuan Morfologi Tubuh Sungai (F1), diambil dari Desa Muara Kibul

(9)

4.2 Stratigrafi

Peta Geologi Regional Lembar Muarabungo Simandjuntak, dkk. (1991) daerah penelitian terdiri atas Formasi Palepat (Pp) berumur Permian awal- akhir dengan litologi Pasirtufan, Formasi Jura Tabir (Jt) berumur Jura, kemudian Intrusi Gunung Api Andesit Basalt (pTab) berumur Kapur Akhir dan Intrusi Diabas (pTdb) berumur Kapur akhir.

Pengolahan data interpretasi awal peta berupa data kontur RBI skala 1 : 50.000 dengan interval kontur 25m dilakukan digitasi secara manual menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur menjadi 12,5m. Digitasi kontur ini sebagai penyesuaian dalam pembuatan peta daerah penelitian yang menggunakan skala 1 : 25.000 dengan interval kontur 12,5m hal ini dikarenakan bahwa untuk peta RBI pada daerah Pulau Sumatra pada umumnya hanya tersedia peta RBI dengan skala 1 : 50.000 (Gambar 19).

Selanjutnya dilakukan 3D Analisis berupa interpolasi peta menjadi topo to raster dan dilanjutkan raster surface berupa hillshade dengan arah penyinaran 0°, 45°, 90°, dan 315°. Arah penyinaran yang berbeda dikombinasikan menjadi satu untuk menghasilkan peta dengan model elevasi digital lebih baik (Gambar 20).

Penarikan pola kelurusan struktur geologi daerah penelitian pada peta model elevasi

a b

Gambar 7. Kontur Peta RBI, a) Skala Peta 50.000 interval kontur 25 m, (b) Skala Peta 25.000 interval kontur 12,5 m.

(10)

digital daerah penelitian serta dilakukan penarikan batas satuan Formasi yang di overlay dengan peta geologi regional Muarabungo Simandjuntak, dkk (1991), analisis peta topografi dapat dilakukan juga dengan mengamati pola kontur yang menandakan suatu susunan satuan batuan pada daerah tersebut.

Penamaan dan penggolongan satuan batuan pada daerah penelitian ini berdasarkan satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan didasarkan pada ciri-ciri batuan, jenis batuan, kombinasi jenis batuan, keseragaman gejala litologi batuan dan gejala-gejala yang ditemukan pada tubuh batuan di lapangan, sehingga pemberian nama satuan batuan ditentukan oleh batuan utama sebagai penyusun yang paling dominan menempati keseluruhan strata. Penentuan batas penyebaran satuan batuan didasarkan pada kontak antara dua satuan yang berlainan ciri litologinya. Penentuan umur dan lingkungan pengendapan satuan batuan didasarkan atas kedudukan stratigrafi dan mengacu kepada hukum superposisi, dimana satuan batuan yang lebih tua terletak di bawah satuan batuan yang lebih muda, pada keadaan posisi normal atau belum terjadi pembalikan dan karakteristik litologi. Sedangkan penyebaran batuan ditentukan dengan berdasarkan kepada konsep hukum cross cutting atau hukum potong memotong antar strata batuan. Hal tersebut seperti pada batuan intrusi yang tentunya akan memotong batuan yang berumur lebih tua. Pada daerah penelitian satuan batuan dapat dibedakan menjadi empat yaitu Batupasir Tufan yang berumur Permian pada formasi (Pp), Intrusi Andesit yang berumur Kapur Akhir (pTab), Intrusi Diabas yang berumur Kapur Akhir, Metapellit yang berumur Jura pada formasi (Jt) dan Peta Geologi daerah penelitian pada (Gambar 20 dan Lampiran 6).

a b c d e

Gambar 8. (a) Arah penyinaran 0o, (b) Arah penyinaran 45o, (c) Arah penyinaran 90o, (d) Arah penyinaran 315o dan (e) Kombinasi hillside.

(11)

Gambar 9. Geologi Daerah Penelitian

(12)

Tabel 2. Tabel Stratigrafi Daerah Penelitian

Satuan Batupasir Tufan Palepat

Ciri Litologi. Litologi penyusun dari satuan batuan ini adalah Batupasir Tufan Palepat. Batupasir Tufan batuan produk Vulkanik Purba. Batupasir Tufan yang ditemukan memiliki ciri berwarna segar putih kekuningan, lapuk abu-Abu kecoklatan yang memiliki struktur masif, tekstur: Ukuran butir pasirhalus, derajat pemilahan baik, derajat kebundaran membundar, dengan kemas terbuka, litologi ini memiliki semen silika.

Distribusi dan Umur. Distribusi singkapan Batupasir Tufan Palepat ditemukan pada bagian Utara daerah penelitian, dengan persentase luasan sekitar 50% dari daerah penelitian yang ditunjukkan dengan warna kuning. Singkapan Batupasir Tufan Palepat tersingkap pada perbukitan struktural hingga lembah

a b

TL

Gambar 10. (a). Kenampakan singkapan Batupasir Tufan Palepat, (b) Foto dekat singkapan Batupasir Tufan Palepat.

(13)

sekitar sungai Batang Kibul yang termasuk ke dalam zona fisiografi Perbukitan Barisan. Pada daerah penelitian singkapan didominasi oleh singkapan yang berbentuk bongkahan besar yang telah mengalami pelapukan dan juga berupa singkapan dengan fragmen yang berwarna keputihan. Umur dari satuan batuan ini ditentukan berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Muarabungo, Simandjuntak dkk. (1991) bahwa Batupasir Tufan Palepat ini berumur Permian (290 – 250 juta tahun yang lalu) yang merupakan bagian dari Formasi Palepat (Pp).

Petrografi. Dalam penentuan jenis batuan, penulis memakai metode analisis sayatan tipis berupa petrografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi mineral batuannya sehingga dapat ditentukan nama batuan secara mikroskopis. Berdasarkan pada analisis petrografi sampel Batupasir Tufan Palepat yang didapat dari lapangan (Gambar 22), secara mikroskopis sampel Batupasir Tufan pada nikol sejajar (PPL) dan nikol silang (XPL) dilakukan dengan perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 5x dapat diamati struktur masif, dengan komposisi mineral penyusun adalah Kuarsa (Qtz), Plagioklas (Pl), Kalsit (Cal), Mineral Lempung (Cly), Mineral Opak (Opq), dan diantara kristal terisi material gelas vulkanik.

Ciri mineral Kuarsa (E4) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) absorbsi tidak berwarna dan Nikol Silang (XPL) berwarna abu-abu sampai putih dengan Bentuk Kristal Anhedral, belahan tidak ada, sudut gelapan bergelombang dan kembaran tidak ada. Mineral Plagioklas (G5) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) absorbsi tidak berwarna dan Nikol Silang (XPL) berwarna abu-abu terang dengan Bentuk Kristal Euhedral-Anhedral, belahan ada, sudut gelapan parallel- miring dan kembaran albit. Mineral Kalsit (F5) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) absorbsi tidak berwarna dan Nikol Silang (XPL) berwarna interferensi tinggi dengan Bentuk Kristal Anhedral-Subhedral, belahan 1-2 arah, relief sedang, pleokroisme tidak ada dan kembaran tidak ada. Mineral Lempung (D6) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) dan Nikol Silang (XPL) berwarna coklat dengan Bentuk Kristal Anhedral, belahan tidak ada dan relief rendah. Mineral Opak (B3) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) dan Nikol Silang (XPL) berwarna hitam dengan Bentuk Kristal Euhedral-Anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada dan kembaran tidak ada.

Komposisi persentase volume mineral penyusun dari Kuarsa (Qtz) 25%, Plagioklas

(14)

(Pl) 6%, Kalsit (Cal) 3%, Mineral Lempung (Cly) 20%, Mineral Opak (Opq) 1%, dan material gelas vulkanik 45%. Berdasarkan komposisi mineralnya nama batuan Batupasir Tufan (Pettijohn, 1975).

Hubungan Stratigrafi. Hubungan Stratigrafi Batupasir Tufan Palepat tersingkap paling bawah, diatas Batupasir Tufan Palepat tersingkap satuan Metasedimen Tabir. Formasi Palepat berumur perem, sedangkan diatasnya Formasi Palepat terendapkan formasi tabir (Jt) dengan secara tidak selaras, kemudian di intrusi andesit basalt dan intrusi diabas. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan tidak ditemukannya kontak tegas antara Batupasir Tufan Palepat dan batuan intrusi. Lingkungan pengendapan batuan ini adalah darat karena berasal dari produk vulkanik dan

Satuan Metapellit Tabir

Ciri Litologi. Litologi penyusun satuan batuan ini adalah Metapellit yang merupakan batuan sedimen yaitu Batupasir yang termetamorfisme. Metasedimen yang ditemukan memiliki ciri berwarna segar abu-abu kekuningan, lapuk abu-abu kecoklatan yang memiliki struktur foliasi. Satuan ini memiliki tekstur palimsest.

Litologi ini memiliki komposisi mineral Mika.

Gambar 11. Sayatan Petrografi Sampel Batupasir Tufan Palepat, (a) Nikol Sejajar (PPL) dan (b) Nikol Silang (XPL).

(15)

Distribusi dan Umur. Distribusi singkapan Metapellit Tabir ditemukan pada bagian Barat daya daerah penelitian, dengan persentase luasan sekitar 10%

dari daerah penelitian yang ditunjukkan dengan warna ungu (Gambar 20).

Singkapan Metapellit Tabir tersingkap pada lembah sekitar sungai Batang Kibul serta perbukitan bagian Barat daya daerah penelitian yang termasuk ke dalam Zona Fisiografi Perbukitan Barisan. Pada daerah penelitian singkapan didominasi oleh singkapan yang berbentuk bongkahan besar yang telah hancur serta mengalami pelapukan (Gambar 24). Umur dari satuan batuan ini ditentukan berdasarkan peta geologi regional lembar Muarabungo, Simandjuntak dkk. (1991) bahwa Metapellit Tabir ini berumur Jura (210 – 131 juta tahun yang lalu) yang merupakan bagian dari Formasi Tabir (Jt).

Petrografi. Dalam penentuan jenis batuan, penulis memakai metode analisis sayatan tipis berupa petrografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi mineral batuannya sehingga dapat ditentukan nama batuan secara mikroskopis. Berdasarkan pada analisis petrografi sampel Metapellit Tabir yang didapat dari lapangan (Gambar 25), secara mikroskopis sampel Metasedimen pada nikol sejajar (PPL) dan nikol silang (XPL) dilakukan dengan perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 5x dapat diamati struktur masif, dengan komposisi mineral penyusun adalah Kuarsa (Qtz), Lempung Oksida (Cly), Mineral Opak (Opq). Ciri mineral Kuarsa (C1) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) absorbsi tidak berwarna dan Nikol Silang (XPL) berwarna abu-abu sampai putih dengan Bentuk Kristal

a b

BL

Gambar 12. (a). Kenampakan singkapan Metapellit Tabir, (b) Foto dekat singkapan Metapellit Tabir

(16)

Anhedral, belahan tidak ada, sudut gelapan bergelombang dan kembaran tidak ada.

Lempung Oksida (C2) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) dan Nikol Silang (XPL) berwarna coklat yang terdiri dari campuran material silikat dan oksida besi berukuran mikron. Mineral Opak (A1) pada pengamatan Nikol Sejajar (PPL) dan Nikol Silang (XPL) berwarna hitam dengan Bentuk Kristal Euhedral-Anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada dan kembaran tidak ada. Komposisi persentase volume mineral penyusun dari Kuarsa (Qtz) 30%, Lempung Oksida (Cly) 65%, dan Mineral Opak (Opq) 5%. Berdasarkan komposisi mineralnya nama batuan Quartz Wacke (Pettijohn, 1975).

Hubungan Stratigrafi. Hubungan Stratigrafi Metapellit Tabir tersingkap diatas Batupasir Tufan Palepat secara tidak selaras (Unconformity), hal tersebut dikarenakan pada daerah penelitian tidak terjadinya pengendapan pada umur Trias.

Diatas Metasedimen Tabir tersingkap satuan Intrusi Andesit dan Intrusi Diabas.

Formasi Tabir terbentuk diatas Formasi Palepat (Pp) berumur Permian, sedangkan diatasnya Formasi Tabir merupakan intrusi oleh Intrusi Andesit Basal dan Intrusi Diabas. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan tidak ditemukannya kontak tegas antara Metapellit Tabir dan Intrusi Andesit maupun Intrusi Diabas.

Intrusi Diabas

Ciri Litologi. Litologi penyusun dari satuan batuan ini adalah Intrusi diabas.

Intrusi diabas merupakan batuan beku plutonik dangkal. Intrusi diabas yang ditemukan memiliki ciri berwarna segar hitam ke abu-abuan, lapuk abu-abu kecoklatan yang memiliki tekstur diabasik dan komposisi basa. Karakteristik umum dari batuan diabas adalah tersusun atas kristal karena proses pembentukannya

Cly

Pl

Cly

Gambar 13. Sayatan Petrografi Sampel Metapellit, (a) Nikol Sejajar (PPL) dan (b) Nikol Silang (XPL).

(17)

melalui pendinginan yang perlahan, sehingga tingkat kristalinitasnya adalah holokristalin. Pada daerah penelitian ditemukan Intrusi Diabas yang dicirikan secar megaskopis yaitu mineral plagioklas, piroksen, hornblend dan biotit. Dimana pada mineral plagioklas berbentuk seperti jarum yang menyilang, dan piroksen yang berbentuk halus.

Distribusi dan Umur. Distribusi singkapan diabas ditemukan pada bagian Tengah daerah penelitian, dengan persentase luasan sekitar 40% dari daerah penelitian yang ditunjukkan dengan warna merah pada (Gambar 20). Singkapan Diabas tersingkap pada perbukitan yang curam yang termasuk ke dalam Zona Fisiografi Perbukitan Barisan. Pada daerah penelitian singkapan Diabas didominasi oleh singkapan yang berbentuk blok dan bongkahan besar dengan singkapan batuan yang lumayan segar (Gambar 26). Umur dari satuan batuan ini ditentukan berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Muarabungo, Simandjuntak dkk.

(1994) bahwa Intrusi Diabas ini berumur Kapur (131 – 66,5 juta tahun yang lalu) yang merupakan bagian dari intrusi diabas.

Petrografi. Dalam penentuan jenis batuan, penulis memakai metode analisis sayatan tipis berupa petrografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi mineral batuannya sehingga dapat ditentukan nama batuan secara mikroskopis. Berdasarkan pada analisis petrografi sampel Intrusi Diabas yang didapat dari lapangan (Gambar 27), secara mikroskopis sampel Diabas pada nikol sejajar (PPL) dan nikol silang (XPL) dilakukan dengan perbesaran okuler 10x da dan perbesaran objektif 5x dapat diamati struktur masif, dengan komposisi mineral

a b

BL

Gambar 14. (a). Kenampakan singkapan Intrusi Diabas, (b) Foto dekat singkapan Intrusi Diabas.

(18)

penyusun adalah Plagioklas (Pl), Piroksin , Opaq (Opq), Mineral Alterasi yaitu Mineral Lempung, dan Klorit.

Ciri plagioklas (35 – 40%); berwarna transparan, bentuk subhedral- anhedral, relief rendah, intensitas lemah, ukuran mineral 1-0,4 mm, warna interferensi putih keabu-abuan, kembaran Albit, sudut gelapan 38°, An 68, jenis gelapan miring, jenis plagioklas labradorit. Piroksin (30 – 35%); berwarna kecoklatan, bentuk subhedral-anhedral, belahan 2 arah, relief tinggi, memiliki tektur diabasik, intensitas kuat, ukuran mineral 0,8 – 0,4 mm, warna interferensi merah kecoklatan-kebiruan, jenis gelapan 38°, jenis gelapan miring. Mineral Opak kurang dari 5%; berwarna hitam, bentuk butiran hingga anhedral, warna interferensi hitam, ukuran 0,3 – 0,1 mm. Mineral lempung (10 – 15%); berwarna coklat hingga coklat tua,berbutir halus, bentuk mineral anhedral, ukuran mineral 0,2 – 0,5 mm, belahan tidak ada, relief rendah, mineral lempung terbentuk dari alterasi plagioklas dan piroksin. Klorit (5 – 7%); berwarna kehijauan, pleokroisme dwikroik, bentuk serabut, ukuran mineral 0,1 – 0,04 mm, belahan sempurna 1 arah, relief sedang, klorit menggantikan mineral piroksin. Berdasarkan komposisi mineralnya nama batuan Diabas (O’Dunn & Sill, 1986).

Gambar 15. Sayatan Petrografi Sampel Diabas, (a) Nikol Sejajar (PPL) dan (b) Nikol Silang (XPL).

Hubungan Stratigrafi. Hubungan Stratigrafi Intrusi Diabas yaitu mengintrusi batuan yang lebih tua berupa Batupasir Tufan dari Formasi Palepat (Pp), dan Metapellit Tabir. Hal ini menandakan bahwa setelah adanya aktivitas vulkanisme dilanjutkan dengan aktivitas magmatisme pada daerah penelitian. Intrusi Diabas

a b

Cly

Pl

Cly

Cpx

Pl

Cly

Opq

Pl

Cly

(19)

yang berumur kapur, namun berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan tidak ditemukannya kontak tegas antara Intrusi Andesit dan Metapellit Tabir.

Intrusi Andesit

Ciri Litologi. Litologi penyusun satuan batuan ini adalah Intrusi Andesit yaitu merupakan batuan beku plutonik dengan komposisi intermediet. Karakteristik umum dari batuan andesit adalah tersusun atas kristal berukuran kecil (massa dasar) karena proses pembentukannya melalui pendinginan yang cepat pada lingkungan bertemperatur lebih rendah di atas permukaan atau dekat dengan permukaan, sehingga derajat kristalisasinya umumnya hipokristalin. Intrusi Andesit yang ditemukan memiliki ciri berwarna segar abu-abu, lapuk abu-abu kecoklatan yang memiliki struktur masif. Satuan ini memiliki tekstur: derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas afanitik, dengan kemas: bentuk kristal anhedral dan relasi Inequigranular. Litologi ini memiliki komposisi mineral kuarsa, plagioklas, massa gelas dan mineral alterasi yaitu serisit.

Distribusi dan Umur. Disribusi singkapan Andesit ditemukan pada bagian Barat – Timur daerah penelitian, dengan persentase luasan sekitar 30% dari daerah penelitian yang ditunjukkan dengan warna merah tua pada (Gambar 20). Singkapan Andesit tersingkap pada perbukitan yang curam yang termasuk ke dalam zona fisiografi perbukitan barisan. Pada daerah penelitian singkapan andesit didominasi oleh singkapan yang berbentuk blok dan bongkahan besar dengan singkapan batuan yang masih segar (Gambar 28). Umur dari satuan batuan ini ditentukan berdasarkan peta geologi regional lembar Muarabungo, Simandjuntak dkk. (1994) bahwa intrusi

a b

BD

Gambar 16. (a). Kenampakan Singkapan Intrusi Andesit, (b) Foto dekat singkapan Intrusi Andesit.

(20)

andesit ini berumur Kapur (131 – 66,5 juta tahun yang lalu) yang merupakan bagian dari intrusi andesit.

Petrografi. Dalam penentuan jenis batuan, penulis memakai metode analisis sayatan tipis berupa petrografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi mineral batuannya sehingga dapat ditentukan nama batuan secara mikroskopis. Berdasarkan pada analisis petrografi sampel Intrusi Andesit yang didapat dari lapangan (Gambar 33), secara mikroskopis sampel Andesit pada nikol sejajar (PPL) dan nikol silang (XPL) dilakukan dengan perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 5x dapat diamati struktur masif, dengan komposisi mineral penyusun adalah Kuarsa (Qtz), Plagioklas (Pl), Mineral Opak (Opq), Mineral Alterasi yaitu Serisit, dan diantara kristal terisi massa dasar gelas.

Ciri mineral Kuarsa (G7) pada pengamatan nikol sejajar (PPL) absorbsi tidak berwarna dan nikol silang (XPL) berwarna abu-abu sampai putih dengan bentuk kristal anhedral, belahan tidak ada, sudut gelapan bergelombang dan kembaran tidak ada. Mineral plagioklas (D5) pada pengamatan nikol sejajar (PPL) absorbsi tidak berwarna dan nikol silang (XPL) berwarna abu-abu sampai putih dengan bentuk kristal euhedral-snhedral, belahan 1 arah, sudut gelapan parallel- miring dan kembaran albit. Mineral opak (H4) pada pengamatan nikol sejajar (PPL) dan nikol silang (XPL) berwarna hitam dengan bentuk kristal euhedral-anhedral, relief rendah, pleokroisme tidak ada dan kembaran tidak ada. mineral alterasi yaitu serisit (J6) pada pengamatan nikol sejajar (PPL) tidak berwarna dan nikol silang (XPL) berwarna abu-abu sampai putih dengan bentuk kristal euhedral-anhedral, belahan 1 arah, relief rendah, pleokroisme tidak ada, sudut gelapan parallel dan kembaran tidak nampak. Komposisi persentase volume mineral penyusun dari kuarsa (Qtz) 10%, plagioklas (Pl) 25%, mineral opak (Opq) 3%, serisit 20% dan massa dasar gelas 42%. Berdasarkan komposisi mineralnya nama batuan Andesit (O’Dunn & Sill, 1986).

(21)

Hubungan Stratigrafi. Hubungan Stratigrafi Intrusi Andesit yaitu mengintrusi batuan yang lebih tua berupa Metapellit Tabir dan Batupasir Tufan dari Formasi Palepat (Pp), dan Metapellit dari Formasi Tabir (Jt). Hal ini menandakan bahwa setelah adanya aktivitas vulkanisme dilanjutkan dengan aktivitas magmatisme pada daerah penelitian. Intrusi Andesit termasuk kedalam intursi andesit basalt yang berumur kapur, namun berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan tidak ditemukannya kontak tegas antara intrusi andesit dengan metapellit tabir dan Batupasir Tufan Palepat.

4.3 Struktur Geologi

Struktur geologi daerah penelitian dianalisis berdasarkan pengamatan yang didapatkan di lapangan. Dalam mengamati dan menganalisis struktur geologi daerah penelitian dilakukan berdasarkan interpretasi kelurusan yang sebelumnya telah diperkirakan terkait dengan keberadaan struktur geologi. Analisis dilakukan dengan melihat pola lembah yang terdapat pada daerah penelitian. Interpretasi yang dilakukan juga didukung dengan menggunakan data Model Elevasi Digital (MED) yang dapat mencerminkan keadaan lapangan. Pola kelurusan yang di dapatkan menunjukkan orientasi atau arah umum berarah Barat Laut-Tenggara. Hal tersebut mengindikasikan kesesuaian terhadap keberadaan struktur geologi regional daerah penelitian yaitu sesar Sumatra. Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan pada daerah penelitian didapatkan struktur Sesar. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada daerah penelitian terdapat beberapa struktur regional dan struktur-

Gambar 17. Sayatan Petrografi Sampel Andesit, (a) Nikol Sejajar (PPL) dan (b) Nikol Silang (XPL).

(22)

struktur minor hasil pembentukan dari proses yang lebih lokal dari struktur regional yang ditunjukan pada (Gambar 30). Struktur yang berada pada lapangan inilah yang merupakan salah satu faktor pengontrol dari keberadaan intrusi andesit, Intrusi Diabas dan proses alterasi yang terjadi pada daerah penelitian.

Berdasarkan analisis struktur geologi daerah penelitian didapatkan orientasi struktur geologi daerah penelitian berarah Barat Laut-Tenggara dan Barat-Timur dengan pergerakan mendatar kanan. Berdasarkan data-data tersebut mencerminkan bahwa daerah penelitian merupakan segmentasi Sesar Tabir. Sesar Tabir yang terdapat pada daerah penelitian membatasi satuan batuan pada peta geologi daerah penelitian sekaligus sebagai faktor pengontrol munculnya batuan-batuan intrusi.

Sesar Tabir terdapat pada lembahan yang curam pada daerah penelitian dengan litologi yang didapatkan pada Intrusi Diabas dan Intrusi Andesit Basal.

(23)

4.4 Sejarah Geologi

Daerah penelitian terbentuk pada zaman permian yang terbentuk akibat dari adanya subduksi Paleopasifik terhadap Blok Sumatra Barat yang menginisiasi terhadap kehadiran vulkanisme Palepat yang berada pada daerah penelitian.

Gunung api Palepat merupakan gunung api subaqueos yang dimana sebagian tubuh gunung api tersebut terendapkan oleh air laut. Vulkanisme Palepat menghasilkan produk-produk berupa batuan gunung api yang diawali oleh produk berupa lava andesit-basalt yang termasuk pada fase pertama dari vulkanisme Palepat. Produk berikutnya vulkanisme Palepat adalah Batupasir Tufan dan pada fase akhir ditutup dengan produk batu gamping.

Fase tektonik berikutnya yang terjadi pada daerah penelitian berupa pengangkatan yang terjadi pada zaman Trias sehingga terangkatnya batuan-batuan berumur Karbon-Permian ke permukaan. Proses pengangkatan yang terjadi tersebut sehingga pada daerah penilitan pada umur Trias tidak megalami proses pengendapan. Perbukitan yang telah terangkat sepanjang Trias mengalami longsoran pada umur jura yang menghasilkan berupa produk dari Formasi Jura Tabir. Setalah pengangkatan tersebut daerah penelitian mulai mengalami proses sedimentasi kembali yang mengendapkan produk dari Formasi Jura Tabir berupa

Gambar 18. Kenampakan dan Sesar pada daerah penelitian

(24)

lempung yang sebagiannya telah mengalami ubahan menjadi metapellit.

Daerah penelitian pada zaman Kapur Awal- Akhir mengalami proses subduksi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas magmatisme dan vulkanisme sepanjang Jura-Kapur. Hasil dari aktivitas magmatisme tersebut berupa batuan intrusi pada daerah Muara Kibul. Produk yang hadir berupa batuan intrusi hipabisal yaitu intrusi diabas dan juga intrusi andesit-basal. Keberadaan intrusi ini cukup dominan keberadaannya pada daerah penelitian dan intrusi ini juga mengakhiri dari pada proses magmatisme pada zaman Pra-Tersier pada Pulau Sumatra.

Gambar 19. Model Sejarah Geologi Daerah Penelitian 4.5 Potensi Geologi

Pada daerah penelitian terdapatnya potensi-potensi secara geologi yang layak dipertimbangkan, potensi tersebut dapat berupa potensi positif dan potensi negatif. Potensi positif pada daerah penelitian diantaranya yaitu potensi geowisata, sedangkan potensi negatif pada daerah penelitian yang harus diperhatikan yakni berupa bencana tanah longsor dan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI).

(25)

Potensi Positif 1. Potensi Geowisata

Potensi geowisata yang terdapat pada daerah penelitian salah satunya ialah potensi geowisata Air Terjun Pulau Tebakar. Air Terjun tentunya menjadi daya tarik untuk dikunjungi apabila didukung dengan akses dan fasilitas menjadi Air Terjun Pulau Tebakar menjadi Potensi Geosiwata yang sangat menarik untuk rekreasi.

Potensi Negatif

1. Penambang Emas Tanpa Izin (PETI)

Pada Daerah Penelitian terdapat tambang emas ilegal milik masyarakat setempat. Para penambang menggunakan alat berat seperti excavator maupun bahan kimia yg berada di pinggir sungai Batang Tabir. Kegiatan ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan vegetasi sekitaran aliran sungai Batang Tabir sehingga air sungai nya menjadi keruh dan berbau akibat dari penambang emas illegal yang biasa disingkat PETI

U

U

Gambar 20. Potensi Geowisata Air Terjun Pulau Tebakar

Gambar 21. Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Muara Kibul

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari profil konsepsi siswa yang cukup beragam pada pre-test menggunakan model CRI dan juga ketika pembe- lajaran dengan model siklus belajar 5E pada fase

Di luar dua ketentuan di atas juga terdapat ketentuan lain yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku euthanasia (tindakan pihak keluarga), yaitu ketentuan Pasal 356

Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV), seorang koordinator liputan harus menjalin komunikasi yang baik dengan para wartawan divisi pemberitaan (news)..

1) Pemberian microwave diathermy (MWD) dapat bermanfaat terhadap peningkatan kekuatan otot pada penderita osteoarthritis genu bilateral di poliklinik Fisioterapi RS

Penyerang menggunakan sistem persamaan linear yang diturunkan untuk variabel kunci (bit-bit yang tidak diketahui dari kunci), dimana ruas kanan dari persamaan

Dampak negatif yang lain adalah menurunnya permukaan air dan dasar sungai Opak tersebut dan tidak berfungsinya dengan baik bangunan air atau intake di hulu maupun hilir

Handijani, J., Supartinah, Al, dan Budiningsari, D., 2005, Hubungan Asupan Protein dan Lemak dengan Status Kesehatan Mulut Anak Usia Prasekolah di Kecamatan Jetis

bahwa sehubungan dengan hal tersebut dan sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan tarif atas