• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan sedimen urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardanoharjo, Ngaglik, Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan sedimen urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardanoharjo, Ngaglik, Sleman."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

xviii

INTISARI

Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan sedimen urinalisis. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimental semu dengan rancangan

Non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek pada

penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman dan bersedia mengikuti penelitian ini. Subjek penelitian diberikan edukasi sebanyak 3 kali dan home care, kemudian dilakukan pemeriksaan sedimen urinalisis sebelum dilakukan edukasi, setelah edukasi 1 kali, dan setelah edukasi 3 kali dan home

care. Data kemudian dianalisis statistik menggunakan Chi-Square dan Fisher

untuk uji karakteristik subjek, sedangkan Cochran’s untuk uji beda 1 kelompok dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua parameter sedimen urinalisis menunjukkan adanya perbedaan. Parameter sedimen urinalisis yang menunjukan adanya perubahan antara lain leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri. Karakteristik awal dari leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri subjek antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sama. Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis subjek pada kelompok perlakuan antara pemberian edukasi 1 kali dengan pemberian edukasi 3 kali memberikan hasil yang tidak signifikan (p>0,05).

(2)

xix

ABSTRACT

The purpose of this study is to show the effect of the amount of education about drinking water habit for subject’s sediment urinalysis examination. The study was quasi experimental study with nonequivalent control group design. Inclusion criteria for subjects in this study were men and women aged 30-70 years who lived in the Dayakan, Ngaglik, Sleman and want cooperate in this study. They were given educatian 3 times and home care, and examination of sediment urinalysis prior to education, after once education, and after education 3 times and home care.The data was analyzed statistically using Chi-Square and Fisher test for characteristics of subjects, while Cochran for different test 1 group with 95% confidence interval.

The results showed that not all the parameters of sediment urinalysis showed a difference. Sediment urinalysis parameters which indicate the changes include dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria. Baseline characteristics of dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria between the control group and the treatment group there was no difference. Changes of subject’s sediment urinalysis examination in the treatment group between education once and 3 times was not statistically significant (p> 0.05).

(3)

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN SEDIMEN URINALISIS PADA

MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Mayke Prasastia NIM : 098114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN SEDIMEN URINALISIS PADA

MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Mayke Prasastia NIM : 098114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Karya ini kupersembahkan kepada:

̴ my savior Jesus Christ ̴

̴Babe dan Mamah ̴

̴Adikku Vini ̴

̴Tambik Ratna dan keluarga besarku ̴

̴Teman terkasihku Sigit ̴

̴

Teman seperjuangan angkatan 2009 ̴

̴

Semua Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma ̴

̴

Almamaterku Sanata Dharma ̴

dream, believe, and make it happen

(8)
(9)
(10)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala bimbingan dan kasih yang diberikanNya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil

Pemeriksaan Sedimen Urinalisis Pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman” dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas

2. Ibu dr. Fenty M. Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah

diluangkan dan segala masukan, serta arahannya yang sangat menginspirasi. 3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku penguji yang telah bersedia

menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan kritikan yang membangun.

4. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas masukan yang

telah diberikan.

5. Ketua Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman atas ijin dan kerja

sama yang diberikan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian diwilayah ini

6. dr. Fransisca dan dr. Atma Setiawati yang telah bersedia menjadi edukator

pada penyuluhan bagi warga.

(11)

viii

8. Anak-anak kost Amakusa : c’yemmy, mbak Ratih, Metri, Yoyo, mbak Adel, c’ana, c’ting, c’dian, c’lia, c’citra, mbak Dewi, mbak Uut, Herta, Ratih, Rina,

dan Sefi, Seruni, Deby, Nita, c’cintya, Geka, Ita, Dewi, Intan, Mbak Agnes,

c’meili.

9. Teman-teman tim PKM Defi, Berta, Fiona, Meita.

10. Kak Novie, C’Agnes, Juliana, dan Novia atas semangat yang diberikan selama ini.

11. Semua dosen, karyawan dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan penulis atas saran dan kritikan yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin baik. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi Anda yang membaca tulisan ini.

Yogyakarta, 18 Januari 2013

(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

(13)

x

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional Penelitian... 24

D. Subjek Penelitian ... 25

2. Permohonan ijin penelitian ... 28

3. Pelaksanaan penelitian ... 28

a. Pemeriksaan awal sedimen urinalisis ... 28

b. Pelaksanaan edukasi pertama ... 29

(14)

xi

d. Pelaksanaan edukasi kedua ... 30

e. Pelaksanaan home care ... 30

f. Pelaksanaan edukasi ketiga ... 30

g. Pemeriksaan akhir sedimen urinalisis ... 31

h. Pemberian materi ceramah dalam bentuk booklet dan souvenir ... 31

4. Pengambilan data ... 31

5. Analisis data ... 32

J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Profil Karakteristik Subjek Penelitian ... 35

(15)

xii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tanda Mengalami Dehidrasi ... 6

Tabel II. Jumlah Cairan Masuk ... 7

Tabel III. Jumlah Cairan Keluar ... 7

Tabel IV. Karakteristik Awal Subjek Penelitian ... 36

Tabel V. Profil Usia Subjek Penelitian ... 37

Tabel VI. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 39

Tabel VII. Profil Leukosit Pucat Subjek Penelitian ... 40

Tabel VIII. Profil Leukosit Gelap Subjek Penelitian ... 42

Tabel IX. Profil Eritrosit Subjek Penelitian ... 44

Tabel X. Profil Epitel Subjek Penelitian ... 45

Tabel XI. Profil Kalsium Oksalat Subjek Penelitian ... 47

Tabel XII. Profil Bakteri Subjek Penelitian ... 49

Tabel XIII. Signifikansi Nilai Leukosit Pucat Subjek Penelitian ... 50

Tabel XIV. Signifikansi Nilai Leukosit Gelap Subjek Penelitian ... 52

Tabel XV. Signifikansi Nilai Eritrosit Subjek Penelitian ... 53

Tabel XVI. Signifikansi Nilai Epitel Subjek Penelitian ... 55

Tabel XVII. Signifikansi Nilai Kalsium Oksalat Subjek Penelitian ... 56

Tabel XVIII. Signifikansi Nilai Bakteri Subjek Penelitian ... 58

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Makanan ... 2

Gambar 2. Leukosit ... 13

Gambar 3 Eritrosit ... 14

Gambar 4. Silinder ... 15

Gambar 5. Kristal ... 16

Gambar 6. Sel epitel ... 16

Gambar 7. Bakteri ... 17

Gambar 8. Jamur ... 18

Gambar 9. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest control group design dan jenis penelitian eksperimental semu ... 23

Gambar 10. Skema pembagian subjek penelitian ... 26

Gambar 11. Skema analisis data ... 32

Gambar 12. Persebaran data berdasarkan usia subjek penelitian ... 37

Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Usia ... 38

Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Jenis Kelamin ... 40

(18)

xv

Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Gelap ... 43 Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik

Eritrosit ... 44 Gambar 18. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik

Epitel ... 46 Gambar 19. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik

Kalsium Oksalat ... 48 Gambar 20. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik

Bakteri ... 49 Gambar 21. Perubahan Nilai Leukosit Pucat Tidak Normal Subjek Kelompok

Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 51 Gambar 22. Perubahan Nilai Leukosit Gelap Tidak Normal Subjek

Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 52 Gambar 23. Perubahan Nilai Eritrosit Tidak Normal Subjek Kelompok

Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 54 Gambar 24. Perubahan Nilai Epitel Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol

dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 55 Gambar 25. Perubahan Nilai Kalsium Oksalat Tidak Normal Subjek

Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 57 Gambar 26. Perubahan Nilai Bakteri Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian ... 66

Lampiran 2. Informed Consent ... 67

Lampiran 3. Surat Ijin BAPPEDA ... 68

Lampiran 4. Ethical Clearance ... 69

Lampiran 5. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ... 70

Lampiran 6. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan ... 71

Lampiran 7. Langkah Uji Statistik Chi-Square, Fisher, Cochran ... 72

Lampiran 8. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Awal Subjek Terkait Usia, Jenis Kelamin, Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 74

Lampiran 9. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Pucat Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 80

Lampiran 10. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Pucat Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 81

Lampiran 11. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Gelap Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 82

Lampiran 12. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Gelap Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 83

Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Eritrosit Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 84

Lampiran 14. Output Uji Kebermaknaan Profil Eritrosit Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 85

(20)

xvii

Lampiran 16. Output Uji Kebermaknaan Profil Epitel Subjek Kelompok

Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 87 Lampiran 17. Output Uji Kebermaknaan Profil Kalsium Oksalat Subjek

Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 88 Lampiran 18. Output Uji Kebermaknaan Profil Kalsium Oksalat Subjek

Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 89 Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Profil Bakteri Subjek Kelompok

Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 90 Lampiran 20. Output Uji Kebermaknaan Profil Bakteri Subjek Kelompok

Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 91 Lampiran 21. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Akhir Subjek

Setelah Edukasi 1 kali Terkait Nilai Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 92 Lampiran 22. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Akhir Subjek

Setelah Edukasi 3 kali Terkait Nilai Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 97 Lampiran 23. Booklet ... 103

(21)

xviii INTISARI

Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan sedimen urinalisis. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimental semu dengan rancangan

Non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek pada

penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman dan bersedia mengikuti penelitian ini. Subjek penelitian diberikan edukasi sebanyak 3 kali dan home care, kemudian dilakukan pemeriksaan sedimen urinalisis sebelum dilakukan edukasi, setelah edukasi 1 kali, dan setelah edukasi 3 kali dan home

care. Data kemudian dianalisis statistik menggunakan Chi-Square dan Fisher

untuk uji karakteristik subjek, sedangkan Cochran’s untuk uji beda 1 kelompok dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua parameter sedimen urinalisis menunjukkan adanya perbedaan. Parameter sedimen urinalisis yang menunjukan adanya perubahan antara lain leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri. Karakteristik awal dari leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri subjek antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sama. Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis subjek pada kelompok perlakuan antara pemberian edukasi 1 kali dengan pemberian edukasi 3 kali memberikan hasil yang tidak signifikan (p>0,05).

(22)

xix ABSTRACT

The purpose of this study is to show the effect of the amount of education about drinking water habit for subject’s sediment urinalysis examination. The study was quasi experimental study with nonequivalent control group design. Inclusion criteria for subjects in this study were men and women aged 30-70 years who lived in the Dayakan, Ngaglik, Sleman and want cooperate in this study. They were given educatian 3 times and home care, and examination of sediment urinalysis prior to education, after once education, and after education 3 times and home care.The data was analyzed statistically using Chi-Square and Fisher test for characteristics of subjects, while Cochran for different test 1 group with 95% confidence interval.

The results showed that not all the parameters of sediment urinalysis showed a difference. Sediment urinalysis parameters which indicate the changes include dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria. Baseline characteristics of dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria between the control group and the treatment group there was no difference. Changes of subject’s sediment urinalysis examination in the treatment group between education once and 3 times was not statistically significant (p> 0.05).

(23)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

(24)

mengkonsumsi cukup air yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan olah Temasek Polytechnic and AFIC 1999 di Singapura yaitu tidak merasa haus, lupa, sangat menyusahkan untuk harus minum air putih secara rutin dan ketidakinginan untuk sering pergi ke kamar mandi.

Berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan oleh DEPKES melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 2005, minum air putih 8 gelas sehari adalah salah satu komponen yang harus dikonsumsi seseorang setiap harinya (gambar 1), akan tetapi tanpa disadari asupan cairan yang lebih banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat adalah minuman seperti teh, kopi, soda, atau jus yang ternyata mengandung agen dehidrasi, sehingga sangat penting untuk memahami dengan benar cairan yang baik untuk kita konsumsi setiap harinya (Fauziyah, 2011).

(25)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah pada penelitian The

Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) 2009 menunjukkan bahwa

sebanyak 46,1% dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah di Indonesia mengalami kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi) ringan. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya mengembangkan kebiasaan minum air putih di kalangan masyarakat inilah, maka perlu salah satu cara yang tepat untuk dapat memberikan informasi tentang kebiasaan air putih dengan harapan dapat memberikan pengetahuan kepada subjek terhadap pentingnya kebiasaan minum air putih sehingga dapat mengubah perilaku dari masyarakat. Proses belajar adalah salah satu bagian dari kegiatan belajar. Proses belajar adalah tahap yang akan membentuk atau merubah perilaku seseorang. Jika pada tahap proses belajar ini dilakukan secara berulang maka akan membantu orang tersebut dalam membentuk perilakunya menjadi lebih baik lagi. Semakin bertambahnya usia, kemampuan dan kemauan setiap individu untuk mencari informasi yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan semakin berkurang. Menurut Notoatmodjo (2007) metode edukasi yang tepat untuk diberikan pada masyarakat dengan usia dewasa dan lanjut yaitu metode ceramah.

Pada penelitian ini kemudian dilakukan edukasi kebiasaan minum air putih yang dilakukan secara berulang sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan sedimen urin subjek. Sebagai model penelitian ini dipilihlah warga yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.

(26)

1. Perumusan masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Seperti apakah profil karakteristik subjek terkait hasil pemeriksaan

sedimen urin?

b. Apakah ada perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis akibat pengaruh jumlah edukasi?

2. Keaslian penelitian

Perbandingan Hasil Pemeriksaan Sedimen Urin Subjek Akibat Perbedaan Jumlah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:

a. Perbandingan Status Gizi, Status Kesehatan, Dan Status Hidrasi Antara

Remaja Dan Dewasa (Adiningsih dan Hardinsyah, 2011).

b. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Air, Dan Kecenderungan Dehidrasi Siswa Sekolah Dasar (Annisa, 2009).

(27)

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Menjadi sumbangan ilmu dan informasi tentang perbedaan jumlah edukasi terhadap hasil pemeriksaan sedimen urin.

b. Manfaat praktis

Jumlah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan lama waktu pemberian edukasi bagi subjek dan dapat meningkatkan pengetahuan subjek penelitian.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat profil karakteristik subjek terkait hasil pemeriksaan sedimen

urin.

2. Untuk mengetahui perubahan hasil pemeriksaan sedimen urin akibat

(28)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana jumlah cairan yang keluar lebih besar dari jumlah cairan yang masuk. Dehidrasi dapat dialami oleh setiap orang anak-anak maupun orang dewasa. Seseorang yang mengalami dehidrasi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan cairan ke dalam tubuh, meningkatnya pengeluaran cairan tubuh, atau kombinasi dari keduanya. Gejala pertama yang dapat dirasakan ketika seseorang dehidrasi yaitu adanya rasa haus. Menurut Whitney and Rolfes (2011) dengan bertambahnya usia, rasa haus ini semakin sulit direspon oleh tubuh. Gejala lain yang dapat ditimbulkan tergantung tingkatan dehidrasinya yang ditunjukkan pada tabel I.

Tabel I. Tanda mengalami dehidrasi

Body weight lost (%) Symptom

1-2 Haus, tenggorokan kering, capek, lemah, kehilangan nafsu makan

3-4 Mulut kering, jumlah urin berkurang, 5-6 Sakit kepala, mengantuk, peningkatan kecepatan

bernafas

7-10 Kehilangan keseimbangan, kejang otot, pusing, koma Sumber : Whitney and Rolfes, 2011

(29)

Tabel II. Jumlah Cairan Masuk

Sumber cairan Jumlah (mL)

Air 550-1500

Makanan 700-1000

Metabolit air 200-300 Total 1450-2800 Sumber : Whitney and Rolfes, 2011

Tabel III. Jumlah Cairan Keluar Cairan yang keluar Jumlah (mL)

Ginjal (urin) 500-1400 Kulit (keringat) 450-900 Paru-paru (nafas) 350 Saluran pencernaan (feses) 150

Total 1450-2800

Sumber : Whitney and Rolfes, 2011

B. Air Putih

Setiap sel dalam tubuh kita membutuhkan air untuk keseimbangan proses metabolisme tubuh yang sangat tergantung pada asupan cairan kedalam tubuh. Bila jumlahnya tidak seimbang dengan pengeluaran, maka akan mengalami gangguan ataupun dehidrasi (Hidayati, 2010). Oleh karena itu, air memiliki fungsi dalam proses penting yang terjadi didalam tubuh, antara lain :

1. Pelarut dan alat angkut

(30)

2. Pengatur suhu

Adanya kelebihan panas di dalam tubuh akibat dari hasil metabolisme ataupun karena cuaca, akan memicu tubuh untuk melakukan proses homeostasis, tubuh akan mengeluarkan cairan berupa keringat. Pada saat cuaca dingin tubuh juga melakukan proses homeostasis untuk menghangatkan tubuh dengan cara mengeluarkan cairan melalui urin.

3. Katalisator

Sebagai katalisator air berperan untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.

4. Pelumas

Sebagai pelumas dan bantalan disekitar sendi, di dalam mata, dan pada bagian saraf tulang belakang (Almatsier, 2009).

(31)

Membiasakan minum air putih sangat penting bagi tubuh untuk membantu organ-organ didalam tubuh kita bekerja optimal dan menggantikan cairan yang hilang. Dengan mengkonsumsi air yang cukup, tubuh dapat terhindar dari berbagai dampak dehidrasi seperti sakit kepala, infeksi salular kemih, batu ginjal, konstipasi, dan lain-lain (Whitney and Rolfes, 2011).

C. Urin

(32)

D. Urinalisis

Urinalisis adalah saah satu tes yang dilakukan pada sampel urin pasien dengan tujuan untuk mendiagnosis adanya infeksi ataupun gangguan pada organ-organ tertentu dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum (Riswanto, 2010). Urinalisis adalah salah satu jenis pemeriksaan yang sampai saat ini masih sering dilakukan di rumah sakit dan di laboratorium klinik, hal ini dikarenakan spesimen urin memiliki dua keunikan yaitu urin dapat selalu diambil kapan saja dan mudah dalam pengambilan sampelnya, serta hasil dari pengambilan urin dapat memberikan informasi tentang hampir keseluruhan dari fungsi metabolisme tubuh (Fischbach and Dunning III, 2004).

(33)

spesimen tidak dapat mencapai jangka waktu tersebut dapat dilakukan cara lain untuk menjaga agar spesimen tetap memiliki kualitas yang baik yaitu dengan

mendinginkan dengan memasukan ke dalam kulkas (2-8C) atau dengan

menambahkan pengawet pada spesimen tersebut (Strasinger and Lorenzo, 2008). Tipe spesimen urin yang dikumpulkan dibedakan menjadi beberapa tipe, tergantung dari kebutuhan penelitian. Beberapa tipe spesimen urin yang sering diterapkan pada beberapa penelitian antara lain :

1. Urin sewaktu, yaitu urin yang dapat dikumpulkan di waktu yang ditentukan sendiri. Tipe spesimen urin ini sering digunakan dan mudah. Tipe spesimen ini biasa digunakan untuk analisis urin rutin.

2. Urin pagi, yaitu urin yang dikumpulkan pada pagi hari saat pertama kali bangun tidur pagi. Tipe spesimen urin ini biasa digunakan untuk periksa kehamilan dan mencegah munculnya hasil negatif palsu adanya proteinuria pada wanita hamil.

3. Katerisasi, yaitu urin yang dikumpulkan dengan menggunakan kateter.

Biasanya dilakukan untuk mendapatkan spesimen yang bersih (bebas kontaminan).

4. Mid-stream, yaitu urin yang dikumpulkan dengan sebelumnya dilakukan

pembilasan uretra. Tipe ini adalah alternatif dari tipe katerisasi.

(34)

penampakan warna urin, sedangkan pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat dilakukan dengan metode dipstik, yang dapat memberikan informasi mengenai BJ, pH, glukosa, protein, keton, urobilinogen, bilirubin, darah, nitrit, dan leukosit esterase. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan untuk mengamati sel atau partikel yang mungkin ada didalam urin (Sacher and McPherson, 2004).

E. Pemeriksaan Sedimen Urin

Pemeriksaan sedimen urin sering disebut dengan pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak larut dalam urin seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, bakteri, jamur, kristal dan lain-lain. Komponen-komponen tersebut dalam jumlah tertentu tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti, tetapi jika komponen tersebut terjadi peningkatan jumlah secara signifikan maka dapat menunjukkan adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit (Strasinger and Lorenzo, 2008).

(35)

5+, dimana 1+ jarang atau sangat sedikit, 2+ hanya sedikit, 3+ sedang, 4+ banyak, 5+ sangat banyak. Bentuk atau format pelaporan ini untuk setiap laboratorium berbeda, tergantung acuan yang digunakan oleh masing-masing laboratorium (Strasinger and Lorenzo, 2008). Unsur sedimen tersebut biasanya dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang anorganik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal (Wirawan, dkk., 2011).

1. Leukosit

Leukosit didalam sedimen urin mungkin ditemukan dalam urin Leukosit gelap maupun leukosit pucat dalam jumlah kurang dari 5 sel per LPB. Ditemukannya leukosit lebih dari 5 sel per LPB pada urin disebut piuria (Gambar 2). Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus (Tierney, McPhee, and Papadakis, 2002).

(36)

2. Eritrosit

Pada urin normal eritrosit bisa ditemukan 0 — 3 sel per LPB. Adanya eritrosit lebih dari 5 sel per LPB dalam urin disebut hematuria (gambar 3). Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik (Tierney, dkk., 2002).

Gambar 3. Eritrosit (Anonim, 2007)

3. Silinder

(37)

Gambar 4. Silinder. (a) Hyalin; (b) granula; (c) eritrosit; (d) leukosit (Anonim, 2007)

4. Kristal

Ditemukannya kristal pada sampel urin tidak berhubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan dalam jumlah kecil tidak mempunyai arti, karena adanya kristal-kristal tersebut dapat dipengaruhi oleh hasil metabolisme yang normal, tergantung dari jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi, selain itu juga dipengaruhi oleh kepekatan urin atau berasal dari obat-obatan (gambar 5) (Wirawan, dkk., 2011).

a

b

(38)

Gambar 5. Kristal. (a) Kalsium oksalat; (b) triple fosfat; (c) asam urat (Anonim, 2007)

5. Epitel

Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin (gambar. 6). Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindrom nefrotik didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval

fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi

lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi (Wirawan, dkk., 2011).

Gambar 6. Sel epitel (Anonim, 2007)

a

(39)

6. Bakteri

Pada sampel urin normal seharusnya tidak ditemukan adanya bakteri dan dipastikan bahwa spesimen tersebut dalam kondisi tidak tercemari oleh kontaminan dari luar. Pada urin dapat ditemukan bakteri biasanya dalam bentuk batang atau bulat (gambar 6). Adanya bakteri bisa menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, dan biasanya ditemukan pula leukosit dalam jumlah banyak. Pada urin bisa ditemukan bakteri yang berasal dari vagina uretra genitalia, atau dari adanya kontaminan yang terdapat pada pot penampung urin (Strasinger and Lorenzo, 2008).

Gambar 7. Bakteri (Anonim, 2007)

7. Jamur

(40)

Gambar 8. Jamur (Anonim, 2007)

F. Edukasi

Kesehatan individu, kelompok, ataupun masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap kesehatan, sebagai berikut:

1. lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya,

2. perilaku,

3. pelayanan kesehatan, dan

4. hereditas (keturunan) (Notoatmodjo, 2007).

(41)

(input) yang diberikan dapat berupa materi baru yang mendukung adanya perubahan perilaku kesehatan atau berupa materi yang sama seperti materi yang pernah didapatkan sebelumnya dengan mengundang praktisi kesehatan. Tujuan akhir dari edukasi tentang kesehatan yaitu adanya perubahan perilaku dari masyarakat sasaran dan dapat mempraktekan gaya hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat di lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).

G. Ceramah

Ceramah yaitu salah satu metode pengajaran yang ditujukan untuk menyampaikan atau berbagi informasi dan pengetahuan secara lisan kepada kelompok sasaran yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini baik diaplikasikan pada peserta penyuluhan dalam jumlah besar yaitu lebih dari 15 orang dan memiliki pendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007).

(42)

H. Landasan Teori

Air merupakan hal yang penting bagi tubuh kita, karena akan mempengaruhi kerja dari organ-organ penting dalam tubuh kita, sehingga membiasakan diri mengkonsumsi air putih setiap harinya perlu dikembangkan. WHO menganjurkan minum air 1.500 mL per hari. Jumlah asupan air putih ini tidak mutlak untuk setiap orang, karena ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi di antaranya usia, aktivitas, keadaan, dan berat badan orang tersebut. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahuinya yaitu dengan melakukan pemeriksaan sampel urin. Salah satu pemeriksaan sampel urin yang dilakukan yaitu dengan melihat secara mikroskopik atau biasa disebut dengan pemeriksaan sedimen urin dimana unsur-unsur yang dilihat antara lain : epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit, dan kristal.

(43)

I. Kerangka Konsep

J. Hipotesis

Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urin akibat pemberian edukasi ditunjukkan setelah pemberian edukasi ketiga kalinya.

Jumlah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum

air putih

Hasil pemeriksaan sedimen urinalisis

(44)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental

research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random

(Non-randomized pretest-posttest control group design). Penelitian eksperimental semu

(45)

diberikan intervensi apapun. Secara skematis ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 9. Skema rancangan Non-randomized pretest-posttest control group design dan jenis penelitian eksperimental semu

Keterangan :

P1 : Pengukuran awal pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok perlakuan

P1k : Pengukuran awal pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol

P2 : Pengukuran tengah pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok

perlakuan

P2k : Pengukuran tengah pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol

P3 : Pengukuran akhir pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok perlakuan

P3k : Pengukuran akhir pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol

E1 : Pemberian edukasi pertama

E2 : Pemberian edukasi kedua

E3 : Pemberian edukasi ketiga

Hc : Home care

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) : edukasi dan home care

2. Variabel tergantung (dependent) : hasil pemeriksaan sedimen urin 3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : umur

b. Variabel pengacau tak terkendali : gaya hidup, tingkat pendidikan, makanan, minuman, kondisi patologis dan fisiologis.

Kelompok Perlakuan P1---E1---P2---E2---Hc---E3---P3

(46)

C. Definisi Operasional

1. Jumlah edukasi yaitu penyampaian materi edukasi kebiasaan minum air

putih dengan metode ceramah kepada subjek penelitian sebanyak 3 kali dan home care.

2. Ceramah yaitu suatu bentuk penyampaian edukasi tentang kebiasaan minum air putih secara lisan dengan bantuan powerpoint yang berisi materi ceramah yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku dari subjek. 3. Pemeriksaan sedimen urinalisis yaitu pengambilan sampel urin subjek

untuk diperiksa yang dilakukan sebanyak 3 kali yaitu tahap awal sebelum dilakukan edukasi, tahap tengah yaitu setelah edukasi 1 kali, dan tahap akhir yaitu setelah edukasi 3 kali.

4. Sedimen urinalisis adalah parameter urinalisi yang diukur mencakup

leukosit pucat, sel gliter, leukosit gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, asam urat, triple fosfat, bakteri, jamur, silinder hyalin, silinder granula, silinder epitel, silinder eritrosit, dan silinder leukosit.

5. Standar sedimen urin yang digunakan berpedoman pada standart sedimen

urin yang ditetapkan oleh Laboratorium Rumah Sakit Bethesda.

6. Profil Karakteristik subjek penelitian meliputi demografi, profil sedimen urinalisis. Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin.

7. Urin pagi yaitu urin yang dikeluarkan pertama pada pagi hari setelah bangun tidur.

8. Midstream urine adalah urin pancaran tengah, dimana aliran pertama urin

(47)

disediakan.

D. Subjek Penelitian

(48)

*Pemeriksaan awal sebelum edukasi **Pemeriksaan tengah setelah edukasi 1 kali

***Pemeriksaan akhir setelah edukasi 3 kali dan home care

Gambar 10. Skema pembagian kelompok subjek penelitian

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan sedimen urinalisis diperoleh dari Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.

F. Waktu Penelitian

Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2012.

*** ***

** **

(49)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu formulir data penelitian, inform consent, pot urin, powerpoint edukasi, dan data hasil laboratorium.

H. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability

sampling, dengan jenis sampling purposive. Nonprobability sampling yaitu salah

satu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling purposive yaitu sampel ditentukan dengan suatu pertimbangan tertentu dari peneliti (Sugiyono, 2011). Ukuran sampel untuk metode penelitian eksperimental jumlah sampel untuk masing-masing kelompok yaitu 15 subjek penelitian. Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 60 sampel. Karena pada penelitian ini analisis data menggunakan statistik sehingga ukuran sampel minimum adalah 30 sampel (Hasan, 2002).

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

(50)

Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta yang berusia 30-70 tahun, terkait aktivitas dari warga.

2. Permohonan ijin penelitian

Permohonan ijin diajukan ke Bappeda Kabupaten Sleman Yogyakarta, kantor Kecamatan Ngaglik, kantor Kepala Desa Sardonoharjo, Ketua Pedukuhan Dayakan, dan Komisi Etik Penelitian dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika penelitian yang menggunakan sampel biologis manusia. Dalam penelitian ini sampel biologis yang digunakan yaitu urin. Permohonan ijin juga diajukan ke Laboratorium RS Bethesda sebagai penyedia sarana prasarana sekaligus pelaksana pemeriksaan urin.

3. Pelaksanaan Penelitian

a. Pemeriksaan awal sedimen urinalisis

(51)

sampai 12 Juli 2012. Pada penelitian ini pengukuran sedimen urin dilakukan oleh petugas dari laboratorium RS Bethesda. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan oleh tenaga ahli agar hasil yang didapatkan dapat dipastikan validitasnya dan untuk menghindari subjektivitas dari peneliti. Laboratorium RS Bethesda dipilih sebagai tempat penelitian karena laboratorium ini telah terstandarisasi yang ditunjukkan dengan memiliki sertifikat ISO.

b. Pelaksanaan edukasi pertama

Edukasi pertama diadakan pada tanggal 18 Juli 2012 di aula Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Materi edukasi diberikan oleh dokter Fransisca yang merupakan dokter di Puskesmas Umbulharjo II dan dihadiri oleh semua subjek kelompok perlakuan. Setelah dr. Fransisca selesai memberikan semua materi, kemudian dilanjutkan tanya jawab antara pemateri dan subjek penelitian. Materi edukasi yang diberikan pada edukasi pertama yaitu tentang manfaat minum air putih, kesehatan ginjal, dan sedikit penjelasan interpretasi data hasil pemeriksaan urinalisis.

c. Pemeriksaan kedua sedimen urinalisis

(52)

d. Pelaksanaan edukasi kedua

Edukasi kedua diadakan pada tanggal 27 Agustus 2012 di aula Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Materi edukasi diberikan oleh dokter Atma Setiawati mengenai kebutuhan tubuh akan cairan, cara membiasakan minum air putih, dan penyakit yang dapat muncul jika tidak membiasakan minum air putih. Pada edukasi ini juga dihadiri oleh semua subjek kelompok perlakuan dan ada sesi tanya jawab antara pemateri dan subjek penelitian.

e. Pelaksanaan home care

Pelaksanaan home care yang dilakuan yaitu dengan melakukan kunjungan pada masing-masing rumah subjek penelitian kelompok perlakuan untuk mengingatkan subjek uji untuk selalu membiasakan minum air putih, selain itu peneliti juga menanyakan apakah sudah mulai membiasakan minum air putih. Pelaksanaan home care ini dilakukan sebanyak satu kali, pada saat pemberian undangan pelaksanaan edukasi ketiga.

f. Pelaksanaan edukasi ketiga

(53)

semua subjek kelompok perlakuan dan ada sesi tanya jawab antara pemateri dan subjek penelitian.

g. Pemeriksaan akhir sedimen urinalisis

Metode pengambilan sampel urin pada pemerikasaan akhir ini sama seperti pada pemeriksaan sebelumnya. Pengambilan sampel urin tahap kedua ini dilakukan selama 4 hari dimana setiap harinya urin yang diambil yaitu 15 sampel urin yaitu dari tanggal 1 sampai 4 Oktober 2012.

h. Pemberian materi ceramah dalam bentuk booklet dan souvenir

Materi edukasi pertama sampai ketiga dikumpulkan dan dibuat dalam bentuk booklet. Tujuan pembuatan booklet ini yaitu agar subjek penelitian daat selalu mengingat informasi kesehatan yang telah didapatkan dan tetap membiasakan minum air putih. Isi dari booklet yaitu kebutuhan cairan tubuh, manfaat cairan bagi tubuh, pentingnya minum air putih bagi kesehatan, penyakit-penyakit yang terjadi apabila tidak membiasakan minum air putih. Booklet diberikan pada semua subjek penelitian baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pada saat pemberian

booklet, subjek uji juga diberikan hasil pemeriksaan urinalisis terakhir dan

souvenir sebagai kompensasi karena telah mengikuti penelitian dari awal

sampai akhir.

4. Pengambilan Data

(54)

penelitian ini ada 3 data yaitu pertama, data hasil pemeriksaan laboratorium sebelum pelaksanaan intervensi edukasi, kedua data hasil pemeriksaan laboratorium setelah pelaksanaan intervensi edukasi 1 kali, ketiga data hasil pemeriksaan laboratorium setelah pelaksanaan intervensi edukasi 3 kali dan

home care.

5. Analisis Data

Data-data yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis menggunakan program SPSS, secara skematis dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 11. Skema Analisis Data

a) Uji Normalitas

Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel yang digunakan pada suatu penelitian. Selain itu, untuk menentukan uji hipotesis yang akan dipakai selanjutnya. Untuk mengetahui suatu data memiliki distribusi normal atau tidak secara analitis

•Data dikelompokan menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

•Uji normalitas dengan kolmogorov smirnov

•Uji signifikansi Chi-square(skala pengukuran kategorik) untuk mengetahui karakteristik awal dan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan nilai parameter yang diukur antara kelompok kontrol dan perlakuan. jika data yang didapatkan tidak memenuhi syarat maka digunakan uji

Fisher.

(55)

dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov jika memiliki sampel yang besar yaitu lebih dari 50 atau menggunakan uji Shapiro-Wilk jika sampel kecil yaitu kurang dari atau sama dengan 50 (Dahlan, 2011). Suatu data dikatakan normal jika memiliki nilai p > 0,05.

b) Uji Signifikansi

1. Uji Chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel

yang memiliki skala kategorik. Suatu data dikatakan memiliki hubungan antar variabel yang diuji jika p < 0,05.

2. Uji Fisher digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang

memiliki skala kategorik dan tidak memenuhi syarat uji Chi-Square. Suatu data dikatakan memiliki hubungan antar variabel yang diuji jika p < 0,05.

3. Uji Cochran digunakan untuk mengetahui perbedaan perubahan suatu

parameter yang diuji dengan jumlah kategori lebih dari dua karena adanya intervensi yang diberikan. Suatu data dikatakan terdapat perbedaan pada antar pengukuran jika nilai p < 0,05.

4. Analisis Post Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan

(56)

J. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian

1. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengontrol interaksi yang mungkin terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Interaksi ini mungkin terjadi karena letak rumah subjek yang saling berdekatan dan adanya pertemuan rutin ibu-ibu PKK setiap bulannya. Selain itu, pemberi materi yang berbeda pada edukasi pertama dengan edukasi kedua dan ketiga, yang mana cara penyampaiannya juga berbeda. Hal lain yang menjadi kelemahan penelitian yaitu pada pemeriksaan sedimen urinalisis bertepatan dengan bulan ramadhan sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan sedimen urinalisis.

2. Kesulitan Penelitian

(57)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan parameter-parameter sedimen urin yang diukur antara lain: leukosit pucat, sel gliter, leukosit gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, asam urat, triple fosfat, bakteri, jamur, silinder hyalin, silinder granula, silinder epitel, silinder eritrosit, silinder leukosit, lain-lain. Pada penelitian ini yang akan dilihat karakteristik dan kebermaknaannya hanya parameter yang menunjukkan adanya perbedaan yaitu leukosit pucat, leukosit gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri.

A. Profil Karakteristik Subjek Penelitian

(58)

Tabel IV. Karakteristik Awal Subjek Penelitian

Karakteristik Perlakuan Kontrol p

(59)

1. Usia

Usia subjek penelitian dikelompokan menjadi 2 kelas yaitu 30-59 tahun dan 60-70 tahun. Pembagian kelompok subjek ini berdasarkan lansia dan sebelum lansia. Sebelum dilakukan uji Chi-Square untuk mengetahui karakteristik subjek. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-smirnov. Didapatkan nilai p = 0,200 (p>0,05), menunjukkan

bahwa subjek uji terdistribusi normal pada masing-masing kelompok usia. Secara deskriptif ditunjukkan pada Q-Q plot dimana data tersebar disekitar garis (gambar. 12).

Gambar 12. Persebaran data berdasarkan usia subjek penelitian

Tabel V. Profil Usia Subjek Penelitian

Rentang Usia

Perlakuan Kontrol Σ Subjek

penelitian %

Σ Subjek

penelitian %

30-59 23 76,7 25 83,3

60-70 7 23,3 5 16,7

(60)

Pada tabel V ditunjukkan bahwa jumlah subjek uji tertinggi yaitu subjek uji pada rentang usia 30-59 tahun pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dengan jumlah peresentase 83,3% untuk kelompok perlakuan dan 76,7% untuk kontrol (gambar. 13).

Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Usia

Uji statistik yang digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan karakteristik usia subjek antara kelompok kontrol dan perlakuan digunakan uji

Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu

variabel dengan skala kategorik tidak berpasangan dengan tabel 2 x 2 (Dahlan, 2011). Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai p = 0,519. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa karakteristik usia antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna, dengan kata lain pembagian usia antara kelompok kontrol dan perlakuan adalah sama. Hasil

(61)

yang didapatkan sesuai dengan harapan, karena adanya kesamaan karakteristik pada subjek kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin subjek pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah subjek penelitian laki-laki dan perempuan untuk masing-masing kelompok subjek penelitian adalah 15 orang.

Tabel VI. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis

Kelamin Perlakuan Kontrol Σ Subjek

(62)

Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Jenis Kelamin

3. Leukosit Pucat

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel leukosit yang ditemukan yaitu normal (< 5 sel/LPB) dan tidak normal ( 5

sel/LPB) pada laki-laki maupun perempuan. Nilai leukosit pucat yang tinggi menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi saluran kencing bagian atas.

Tabel VII. Profil Leukosit Pucat Subjek Penelitian

Leukosit Pucat

(63)

penelitian yang memiliki nilai leukosit pucat tidak normal yaitu 3 orang (10%) untuk kelompok perlakuan dan untuk kelompok kontrol 2 orang (6,7%), secara histogram ditampilkan pada gambar. 15.

Gambar 15. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Pucat

Untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai leukosit pucat antara kelompok kontrol dan perlakukan, data di uji secara statistik menggunakan uji

Fisher. Uji Fisher digunakan karena pada data didapatkan nilai expected

kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji Chi-Square, oleh karena itu digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Uji Fisher digunakan untuk menguji kebermaknaan suatu variabel dengan skala kategorik tidak berpasangan tabel 2 x 2. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa nilai leukosit pucat antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal profil leukosit pucat kedua kelompok tersebut sama.

(64)

4. Leukosit Gelap

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel

leukosit yang ditemukan yaitu normal (< 5 sel/LPB) dan tidak normal ( 5

sel/LPB) baik untuk laki-laki maupun perempuan. Nilai leukosit gelap yang tinggi menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi saluran kencing bagian bawah.

Tabel VIII. Profil Leukosit Gelap Subjek Penelitian

Leukosit Gelap

Perlakuan Kontrol

Σ Subjek penelitian %

Σ Subjek

penelitian %

Normal 27 90 28 93, 3

Tidak Normal 3 10 2 6,7

Σ 30 100 30 100

(65)

Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Gelap

Sama seperti pada pengujian karakteristik leukosit gelap, untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai leukosit gelap antara kelompok kontrol dan perlakukan pada data ini juga menggunakan uji Fisher karena pada data ini didapatkan nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji

Chi-Square. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan

bahwa nilai leukosit gelap antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal profil leukosit gelap kedua kelompok tersebut sama.

5. Eritrosit

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel

eritrosit yang ditemukan yaitu normal (0-4 sel/LPB) dan tidak normal ( 5

sel/LPB) baik pada laki-laki maupun perempuan. Nilai eritrosit yang tinggi menunjukkan bahwa terjadinya perdarahan pada ginjal atau saluran kencing,

(66)

tetapi nilai eritrosit yang tinggi dapat pula dikarenakan subjek penelitian sedang mengalami menstruarsi bagi subjek penelitian perempuan.

Tabel IX. Profil Eritrosit Subjek Penelitian

Eritrosit nilai eritrosit normal pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu 28 orang (93,3%), sedangkan jumlah subjek penelitian yang memiliki nilai eritrosit tidak normal yaitu 3 orang (10%) untuk kelompok perlakuan dan kelompok control, secara histogram ditampilkan pada gambar. 17.

Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Eritrosit

Sama seperti pada pengujian karakteristik sebelumnya, untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai eritrosit antara kelompok kontrol dan perlakukan

(67)

pada data ini juga menggunakan uji Fisher karena pada data didapatkan nilai

expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji Chi-Square. Nilai p

yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa nilai eritrosit antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal profil eritrosit kedua kelompok tersebut sama.

6. Epitel

Epitel bisa ditemukan dalam jumlah sedikit dalam sempel urin. Ditemukannya epitel dalam jumlah banyak dalam sampel urin dapat menunjukkan adanya penyakit infeksi saluran kencing. Jumlah epitel yang tinggi juga bisa menunjukkan nilai positif palsu. Untuk meminimalkan didapatkannya hasil tersebut, cara pengambilan urin dengan metode midstream, agar tidak didapatkan hasil positif palsu. Pada penelitian ini subjek penelitian diklasifikasi menurut jumlah sel epitel yang ditemukan, menjadi dua kelompok

yaitu Normal (< 10 sel/LPB) dan tidak normal ( 10 sel/LPB) baik pada

laki-laki maupun perempuan.

Tabel X. Profil Epitel Subjek Penelitian

Epitel

(68)

yaitu 26 orang (86,7%). Sedangkan jumlah subjek penelitian yang memiliki nilai epitel yang tidak normal untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 4 orang (13,3%) untuk setiap kelompok, secara histogram ditampilkan pada gambar. 18.

Gambar 18. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Epitel

Untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai epitel antara kelompok kontrol dan perlakukan pada data ini menggunakan uji Fisher karena pada data didapatkan nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji

Chi-Square. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan

(69)

7. Kalsium Oksalat

Kalsium oksalat bisa ditemukan dalam jumlah sedikit dalam sempel urin. Keberadaannya pada urin ditentukan oleh makanan yang kita makan dan jumlah asupan minuman. Pada penelitian ini subjek penelitian diklasifikasi menurut jumlah kalsium oksalat yang ditemukan, dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu Normal ( 10 sel/LPB) dan tidak normal (> 10 /LPB) baik

pada laki-laki maupun perempuan. Nilai kalsium oksalat yang tinggi menunjukkan bahwa subjek penelitian sedang dalam kondisi dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.

Tabel XI. Profil Kalsium Oksalat Subjek Penelitian

Kalsium

(70)

Gambar 19. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Kalsium Oksalat

Sama seperti pada pengujian karakteristik sebelumnya, untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai kalsium oksalat antara kelompok kontrol dan perlakukan pada data ini juga menggunakan uji Fisher karena pada data didapatkan nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji

Chi-Square. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan

bahwa nilai kalsium oksalat antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal profil kalsium oksalat kedua kelompok tersebut sama.

8. Bakteri

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah bakteri yang ditemukan yaitu normal (tidak ditemukan bakteri) dan tidak normal (ditemukan bakteri) baik pada laki-laki maupun perempuan.

(71)

Ditemukannya bakteri pada sedimen urin menunjukkan adanya penyakit infeksi saluran kencing.

Tabel XII. Profil Bakteri Subjek Penelitian

Bakteri

Pada tabel XII menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan jumlah subjek penelitian yang ditemukan adanya bakteri pada sedimen urin yaitu 1 orang (3,3%), sedangkan jumlah subjek penelitian pada kelompok kontrol yang ditemukan adanya bakteri yaitu 2 orang (6,7%). Untuk jumlah subjek penelitian yang tidak ditemukan adanya bakteri pada urinnya pada kelompok perlakuan berjumlah 29 orang (96,7%) dan pada kelompok kontrol berjumlah 2 orang (93,3%), secara histogram ditampilkan pada gambar. 20.

Gambar 20. Persentase jumlah subjek menurut profil bakteri

(72)

Sama seperti pada pengujian karakteristik sebelumnya, untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah bakteri antara kelompok kontrol dan perlakukan pada data ini juga menggunakan uji Fisher karena pada data didapatkan nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji

Chi-Square. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan

bahwa jumlah bakteri antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal jumlah bakteri kedua kelompok tersebut sama.

B. Pengaruh Pemberian Edukasi Selama 1 Kali Dan 3 Kali Terhadap

Perubahan Hasil Sedimen Urinalisis Subjek

Perbandingan pemberian edukasi dilihat dengan melihat nilai signifikansinya dengan melakukan uji signifikansi menggunakan uji statistik

Cochran. Uji ini digunakan untuk data dengan skala kategorik berpasangan

prinsip (> 2) x 2 (Dahlan, 2011).

Tabel XIII. Signifikansi Nilai Leukosit Pucat Subjek Penelitian

Kelompok

(73)

dilihat dari nilai p > 0,05 untuk seluruh kelompok. Pada Gambar 21 ditunjukkan perubahan jumlah subjek uji yang memiliki nilai leukosit pucat tidak normal setelah edukasi 1 kali dan 3 kali.

Gambar 21. Perubahan Nilai Leukosit Pucat Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali

Secara klinis dari data tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tanpa adanya pemberian intervensi apapun dapat menurunkan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing bagian atas, hal ini dapat dikarenakan subjek penelian mendapat pengaruh intervensi dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti atau bisa pula karena adanya interaksi yang terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang dikarenakan jarak antara rumah subjek penelitian yang saling berdekatan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan edukasi 1 kali terjadi penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing bagian atas. Setelah edukasi 3 kali didapatkan data terjadi peningkatan kembali jumlah subjek uji yang

(74)

mengalami infeksi saluran kencing bagian atas, hal ini dapat dipengaruhi keadaan patologis subjek uji pada saat pemeriksaan kedua, misalnya pada saat itu subjek uji memang sedang sakit, sehingga mempengaruhi nilai leukosit pucat subjek uji.

Tabel XIV. Signifikansi Nilai Leukosit Gelap Subjek Penelitian

Kelompok

Tabel XIV menunjukkan hasil uji signifikansi bahwa pada kelompok kontrol dan perlakuan terkait nilai leukosit gelap menunjukkan ada perbedaan yang tidak signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan edukasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai p > 0,05 untuk seluruh kelompok. Pada Gambar 22 ditunjukkan perubahan jumlah subjek uji yang memiliki nilai leukosit gelap tidak normal setelah edukasi 1 kali dan 3 kali.

Gambar 22. Perubahan Nilai Leukosit Gelap Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali

(75)

Secara klinis dari data tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tanpa adanya pemberian intervensi apapun dapat menurunkan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing bagian bawah, hal ini dapat dikarenakan subjek penelian mendapat pengaruh intervensi dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti atau bisa pula karena adanya interaksi yang terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang dikarenakan jarak antara rumah subjek penelitian yang saling berdekatan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan edukasi 1 kali terjadi penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing bagian bawah. Setelah edukasi 3 kali, data yang didapatkan sama dengan data setelah edukasi 1 kali, menunjukkan bahwa dengan adanya edukasi subjek penelitian mampu mempertahankan tindakan yang dapat memelihara kesehatannya.

Tabel XV. Signifikansi Nilai Eritrosit Subjek Penelitian

Kelompok

(76)

Gambar 23. Perubahan Nilai Eritrosit Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali

Secara klinis dari data tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tanpa adanya pemberian intervensi apapun dapat menurunkan jumlah subjek penelitian yang mengalami pendarahan pada ginjal maupun saluran kencing, hal ini dapat dikarenakan subjek penelian mendapat pengaruh intervensi dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti atau bisa pula karena adanya interaksi yang terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang dikarenakan jarak antara rumah subjek penelitian yang saling berdekatan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan edukasi 1 kali terjadi penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami pendarahan pada ginjal maupun saluran kencing. Setelah edukasi 3 kali, data yang didapatkan sama dengan data setelah edukasi 1 kali, menunjukkan bahwa dengan adanya edukasi subjek penelitian mampu mempertahankan tindakan yang dapat memelihara kesehatannya.

(77)

Tabel XVI. Signifikansi Nilai Epitel Subjek Penelitian

Tabel XVI menunjukkan hasil uji signifikansi bahwa pada kelompok kontrol dan perlakuan terkait nilai epitel menunjukkan ada perbedaan yang tidak signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan edukasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai p>0,05 untuk seluruh kelompok. Pada Gambar 24 ditunjukkan perubahan jumlah subjek uji yang memiliki nilai epitel tidak normal setelah edukasi 1 kali dan 3 kali.

(78)

Secara klinis dari data tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tanpa adanya pemberian intervensi apapun dapat menurunkan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing, hal ini dapat dikarenakan subjek penelian mendapat pengaruh intervensi dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti atau bisa pula karena adanya interaksi yang terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang dikarenakan jarak antara rumah subjek penelitian yang saling berdekatan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan edukasi 1 kali terjadi penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing. Setelah edukasi 3 kali, data yang didapatkan sama dengan data setelah edukasi 1 kali, menunjukkan bahwa dengan adanya edukasi subjek penelitian mampu mempertahankan tindakan yang dapat memelihara kesehatannya.

Tabel XVII. Signifikansi Nilai Kalsium Oksalat Subjek Penelitian

Kelompok

(79)

Gambar 25. Perubahan Nilai Kalsium Oksalat Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali

Secara klinis dari data tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tanpa adanya pemberian intervensi apapun dapat menurunkan jumlah subjek penelitian yang mengalami dehidrasi, hal ini dapat dikarenakan subjek penelian mendapat pengaruh intervensi dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti atau bisa pula karena adanya interaksi yang terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang dikarenakan jarak antara rumah subjek penelitian yang saling berdekatan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan edukasi 1 kali terjadi peningkatan jumlah subjek penelitian yang mengalami dehidrasi, hak ini dapat dikarenakan pada saat pengambilan sampel urin tengah bertepatan dengan bulan ramadhan yang mana sebagian besar dari subjek penelitian sedang menjalankan ibadah puasa, sehingga mempengaruhi hasil urin yang didapatkan. Setelah edukasi 3 kali didapatkan data terjadi penurunan jumlah subjek uji yang mengalami dehidrasi, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya

(80)

edukasi subjek penelitian mampu merubah tindakan sebelumnya kurang mengkonsumsi cairan yang cukup menjadi lebih banyak mengkonsumsi cairan.

Tabel XVIII. Signifikansi Nilai Bakteri Subjek Penelitian

Kelompok

Tabel XVIII menunjukkan hasil uji signifikansi bahwa pada kelompok kontrol dan perlakuan terkait nilai bakteri menunjukkan ada perbedaan yang tidak signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan edukasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai p > 0,05 untuk seluruh kelompok. Pada Gambar 26 ditunjukkan perubahan jumlah subjek uji yang memiliki nilai bakteri tidak normal setelah edukasi 1 kali dan 3 kali.

Gambar 26. Perubahan Nilai Bakteri Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali

(81)

Secara klinis dari data tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tanpa adanya pemberian intervensi apapun dapat menurunkan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing, hal ini dapat dikarenakan subjek penelian mendapat pengaruh intervensi dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti atau bisa pula karena adanya interaksi yang terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang dikarenakan jarak antara rumah subjek penelitian yang saling berdekatan. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan edukasi 1 kali terjadi penigkatan jumlah subjek penelitian yang mengalami infeksi saluran kencing. hal ini dapat dipengaruhi keadaan patologis subjek uji pada saat pemeriksaan kedua, misalnya pada saat itu subjek uji memang sedang sakit, sehingga mempengaruhi nilai leukosit pucat subjek uji. Setelah edukasi 3 kali, data yang didapatkan sama dengan data setelah edukasi 1 kali, menunjukkan bahwa dengan adanya edukasi subjek penelitian mampu mempertahankan tindakan yang dapat memelihara kesehatannya.

Gambar

Gambar 1. Piramida makanan (Yuliana, R., 2012)
Tabel I. Tanda mengalami dehidrasi Symptom Haus, tenggorokan kering, capek, lemah, kehilangan
Tabel II. Jumlah Cairan Masuk Jumlah (mL) 550-1500
Gambar 2. Leukosit (Strasinger and Lorenzo, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atap stadion disusun oleh space frame baja didukung oleh 4 struktur lengkung melalui kabel-kabel baja pada jarak tiap enam meter. Struktur lengkung ditumpu oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian tes formatif yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah

Demikian jelaslah, sebagaimana ditunjukkan pada bagian ketiga dari bukunya, Dutton setelah menguji kembali beberapa aksioma awal, menegaskan sekali lagi premis awalnya, bahwa

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Conditional Probability, dengan sumber data kejadian gempa pada masa lalu di sekitar sesar Sumatra,

Dengan mengusulkan usaha-usaha perbaikan yang bisa dilakukan perusahaan untuk meminimasi atau menangani cacat Bonding maka diharapkan cacat Bonding dapat diminimalisasi

Perintah dikirim dari software di Android dikirim dengan Bluetooth kemudian pada penerima Bluetooth akan diteruskan ke Mikrokontroller yaitu Arduino yang akan

Dari matriks IFAS dan EFAS lalu dibuat matriks prioritas goal strategi, yang menghasilkan yaitu dapat menjadi pioner pasar dengan sistem penjagaan kualitas dan penerapan

Jumlah aset yang dimiliki UMKM berpengaruh terhadap probabilitas pelaku UMKM mengambil kredit dari perbankan. Semakin banyak jumlah aset yang dimiliki,