ABSTRAK
PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA
Studi Kasus Pada Suporter Klub PSS “Slemania” Wilayah Depok Sleman
Yulius Yuwono Sudharsono Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Statistik Regresi Linier Sederhana.
Dari hasil analisis data diperoleh persamaan regresinya Y = 15,054 + 0,455X. Dilihat dari nilai b = 0,455 dan nilai r = 0,458, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.
ABSTRACT
THE EFFECT OF FOOTBALL FANS’ FANATISM TOWARD THE BEHAVIOR OF PURCHASING FOOTBALL ACCESSORIES
Case Study on Fans of PSS Club in Depok Sleman Area Yulius Yuwono Sudharsono
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
The research aimed to identify the effect of the fanatism of the football fans or supporters toward the behavior of purchasing football accessories. The writer distributed questionnaires in order to obtain the data for the research. The research employed Simple Linear Regression Statistics Method in its data analysis techniques.
The regression Equation that was resulted from the data analysis was Y=15.054+0.455X. It was shown from b value=0.455 and r value=0.458 that there was a significant positive effect of the fanatism of football fans toward the behavior of purchasing football accessories.
PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA
Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Yulius Yuwono Sudharsono NIM : 002214094
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
“ Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup Dan
Mampu menghidupi sesamaku”
Datanglah pada orang yang dapat membuatmu tersenyum Karena dengan senyuman…
Dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah Berharaplah kamu bisa menemukan
ABSTRAK
PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA
Studi Kasus Pada Suporter Klub PSS “Slemania” Wilayah Depok Sleman
Yulius Yuwono Sudharsono Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Statistik Regresi Linier Sederhana.
Dari hasil analisis data diperoleh persamaan regresinya Y = 15,054 + 0,455X. Dilihat dari nilai b = 0,455 dan nilai r = 0,458, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.
ABSTRACT
THE EFFECT OF FOOTBALL FANS’ FANATISM TOWARD THE BEHAVIOR OF PURCHASING FOOTBALL ACCESSORIES
Case Study on Fans of PSS Club in Depok Sleman Area Yulius Yuwono Sudharsono
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
The research aimed to identify the effect of the fanatism of the football fans or supporters toward the behavior of purchasing football accessories. The writer distributed questionnaires in order to obtain the data for the research. The research employed Simple Linear Regression Statistics Method in its data analysis techniques.
The regression Equation that was resulted from the data analysis was Y=15.054+0.455X. It was shown from b value=0.455 and r value=0.458 that there was a significant positive effect of the fanatism of football fans toward the behavior of purchasing football accessories.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan penyertaanNya dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola terhadap Perilaku Membeli
Asesoris Sepak Bola”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis
dengan kerendahan hati dan dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. V. Mardi Widyadmono, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak dan Mama yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan
perhatian serta doa selama menyelesaikan kuliah ini.
8. Kakakku: Mas Ikun, Mas Andri, Mbak Iwuk, Mbak Yovi, Mas Kelik, Mas
Didit sekeluarga dan adikku Wiwib, keponakanku Dimas-Dinda, Dea-Deo
serta Pakde dan Bude Tarmono dan juga saudara-saudara yang ada di
Palembang yang telah memberikan dukungan, perhatian serta doa selama
menyelesaikan kuliah ini.
9. ”My Sweety” terimakasih untuk segala curahan kasih sayang, perhatian,
dukungan dan doanya selama menyelesaikan kuliah ini. Terima kasih karena
bersamamu aku mampu melangkah lagi.
10. Sekjend Slemania Mas Ndaru yang telah memberikan izin dalam penelitian
skripsi ini.
11. Sahabat–sahabatku tercinta Wisnu ”Becax”, Osak ”Bagor”, Rusman ”Tolo”,
Bayex, Eni, Mama Oki, Didik, Tesa, Iko, Wendy, Petrus, Oyonk, Tiox, Cecep
”Keple”, Yudi ”Gamblis”, Step, Eko ”Bundu”, Dodon, Dek Beni dan masih
banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Bersama kalian aku merasakan
persaudaraan yang tulus.
12. Buat VIP makasih ya karena mengenalmu membuat aku belajar mencintai
orang lain dengan tulus. Makasih ya... Kau akan selalu kuingat.
13. Buat Mbah Putri, Alm. Mbah Kakung dan Pakde di Paten, Pakde di Celungan,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Perilaku Konsumen ... 7
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 8
3. Pentingnya Perilaku Konsumen ... 13
4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael ... 14
5. Tahap-Tahap Proses Pembelian ... 15
6. Perilaku Membeli ... 22
B. Fanatisme ... 23
1. Pengertian Fanatik... 23
2. Pengertian Fanatisme ... 23
C. Paparan Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola Terhadap Perilaku Membeli Aksesoris Sepak Bola ... 24
D. Hipotesis... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
A. Jenis Penelitian... 27
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27
D. Identifikasi Variabel... 28
E. Pengukuran Variabel... 28
F. Data ... 30
G. Pengumpulan Data ... 30
H. Validasi ... 31
BAB IV GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN ... 34
A. Sejarah Singkat Perjalanan Tim Hijau PSS ... 34
B. Stadion ... 39
C. Struktur Organisasi PSS Sleman... 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Pelaksanaan Penelitian ... 44
B. Profil Subjek ... 44
C. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
D. Analisis Data Penelitian ... 52
E. Pembahasan... 54
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran... 58
C. Keterbatasan Penelitian... 59
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 5.2 : Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 46
Tabel 5.3 : Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46
Tabel 5.4 : Data Responden Berdasarkan Pendapatan atau Uang Saku Perbulan... 47
Tabel 5.5 : Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola ... 49
Tabel 5.6 : Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola... 50
Tabel 5.7 : Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas ... 50
Tabel 5.8 : Kategori Fanatisme Fans Sepak Bola ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Tabulasi Data
Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4 : Uji Regresi Linier Sederhana
Lampiran 5 : Kategorisasi Variabel
Lampiran 6 : Tabel r
Lampiran 7 : Tabel t
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang telah mendunia
karena diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap negara. Sejarah
tentang sepak bola pertama kali dimulai pada akhir abad ke-19 yang diawali
dengan peresmian Football Association beserta segala aturan mainnya di
Freemansons Tavern, Great Queen Street, London, Inggris. Pada
kenyataannya, sepak bola merupakan hasil proses panjang peradaban yang
bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi sejak sebelum Masehi. Misalnya, di
era Mesir purba telah mengenal bola dengan kain linen yang peninggalannya
masih tersimpan di museum Inggris. Selain itu, relief dinding di museum
Inggris menunjukkan bahwa permainan bola sudah dikenal di peradaban
Yunani purba. Seiring dengan perkembangan zaman, sepak bola pun kian
berkembang di negara-negara lainnya seperti, di Eropa, Cina, Indonesia,
Jepang dan negara lainnya (http://www.xs4all.nl).
Dalam wujud yang sekarang, sepak bola telah menjadi salah satu
cabang olah raga yang memiliki banyak penggemar atau fans. Sepak bola
dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk globalisasi yang paling sukses di
sepanjang masa karena sepak bola mampu membuat orang atau para
berbeda-beda. Ekspresi tersebut diantaranya ditunjukkan melalui
nyanyian, tarian, irama drumband dan peluit, terompet-terompet khas, topi,
T-shirt, bendera-bendera, dan aneka macam asesoris atau souvenir
(http://www.xs4all.nl). Secara tegas ekspresi para suporter atau fans sepak
bola merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan kecintaan mereka pada
sebuah klub sepak bola.
Kecintaan yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola pada
akhirnya dapat berkembang menjadi fanatisme karena adanya rasa cinta yang
berlebihan. Fanatisme juga dapat diartikan sebagai kecintaan yang berlebihan
terhadap kelompoknya atau terhadap apa yang diyakini. Fanatisme dapat
bermula dari kekaguman diri yang membanggakan kelebihan yang ada pada
diri atau kelompoknya, kemudian pada tingkat tertentu dapat berkembang
menjadi rasa tidak suka. Rasa tidak suka tersebut dapat berkembang menjadi
rasa kebencian terhadap orang lain atau orang yang berbeda dengan
kelompoknya (Degey, dalam http:/lautan.indosiar.com). Menurut Robert
Adolf, fanatisme sendiri adalah keyakinan yang kuat terhadap kebenaran,
idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang dianut (http:/lautan.indosiar.com).
Sedangkan fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan
yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub itu adalah klub yang
terbaik. Fanatisme biasanya tidak rasional sehingga argumen rasional pun
susah digunakan untuk meluruskan pandangan seseorang. Fanatisme dapat
disebut sebagai orientasi dan sentimentil yang mempengaruhi seseorang dalam
Dalam sepak bola, fanatisme suporter atau fans terhadap klub
kesayangannya semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli,
mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan
klubnya. Bentuk-bentuk fanatisme ini sudah mengarah kepada perilaku yang
membahayakan. Salah satu kasus akibat fanatisme suporter klub sepak bola
baru saja terjadi di Stadion Tambaksari Surabaya. Ribuan suporter mengamuk
karena Persebaya mengalami kegagalan menghadang Arema malang pada
Laga Piala Copa Indonesia. Akibat dari aksi brutal para suporter menyebabkan
stadion menjadi rusak dan banyak mobil yang dibakar. Peristiwa ini terjadi
karena rasa fanatisme daerah yang berlebihan dan tidak terkontrol. Faktor
kedaerahan merupakan salah satu pemicu yang mampu menggerakkan
suporter dalam mendukung timnya (http://pikiran-rakyat.com). Namun di sisi
lain, suatu pertandingan sepak bola tanpa kehadiran suporter ibarat sayur tanpa
garam. Bagi pemain sepak bola, suporter atau fans adalah pemberi semangat
dan saksi hidup atas pencapaian mereka di lapangan. Suporter bukanlah orang
yang hanya duduk dan melihat pertandingan saja, mereka secara aktif
bernyanyi, bergerak, menyalakan kembang api, atau bom asap
(www.slemania.or.id).
Selain melakukan aksi brutal, fanatisme suporter atau fans sepak bola
terhadap klub kesayanganya juga ditunjukkan dengan perilaku mengkonsumsi
dan mengenakan asesoris atau souvenir yang mencirikan klub yang
bola misalnya ditunjukkan oleh suporter PSS (Persatuan Sepak Bola Sleman)
yang mengenakan kostum berwarna hijau dan membawa bendera berwarna
hijau yang identik dengan warna kostum para pemain klub PSS. Selain itu
ekspresi fanatisme mereka kerap ditunjukkan dengan konvoi sepeda motor
sambil mengenakan atribut Slemania setelah pertandingan berakhir
(www.slemania.or.id).
Fanatisme terhadap sepak bola juga terlihat ketika menyambut Piala
Dunia 2006, di mana para fans bola banyak yang membeli asesoris atau
souvenir bola seperti kaos, gelas mug, topi, bola dan juga bacaan tentang bola.
Beberapa pencinta bola, salah satunya warga Wonogiri rela menghabiskan
uang sakunya untuk memborong asesoris seperti, kaos dan tabloid serta
majalah sepak bola. Selain itu, beberapa pengelola toko buku di Semarang
juga mengalami peningkatan omzet penjualan untuk bacaan tabloid, buku, dan
majalah yang bertema Piala Dunia (Suara Merdeka, 7 Juni 2006). Berdasarkan
fenomena di atas menunjukkan bahwa kecintaan yang berlebihan pada sebuah
klub sepak bola akan mempengaruhi perilaku suporter atau fans bola untuk
membeli dan mengenakan asesoris yang mencirikan klub kesayanganya.
Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong seorang fans atau suporter
sepak bola untuk berusaha tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan
mereka ketika di lapangan. Mereka pun rela menghabiskan uang saku mereka
untuk membeli asesoris sepak bola agar tampil mencolok dan tak beda dengan
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti bermaksud mengetahui
bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap
perilaku membeli asesoris sepak bola guna memberi gambaran bagi para
penjual atau pengusaha asesoris bola untuk lebih kreatif dalam menciptakan
produk asesoris bola. Peneliti juga ingin menunjukkan bahwa sepak bola
bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu memberikan
peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih mengembangkan bisnis ini, yang
juga dapat meningkatkan perekonomian.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola
terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola?
C. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut:
penelitian akan dilakukan pada fans sepak bola yang tergabung dalam suporter
PSS Slemania khususnya wilayah Depok Sleman.
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi salah
satu bahan acuan atau sebagai sumber informasi dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pelaku bisnis aksesoris bola, penelitian ini memberi sumbangan
praktis untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk asesoris bola.
b. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi bahwa sepak bola
bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu
memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih
dikembangkan dan juga dapat meningkatkan perekonomian.
c. Bagi Universitas Sanata Dharma khususnya fakultas Ekonomi,
penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian sehingga berguna
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PERILAKU KONSUMEN
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah sebagian dari kegiatan manusia.
Perilaku ini akan mengungkapkan sebab-sebab seseorang membeli barang
atau jasa tertentu (Amirullah: 2002). Beberapa pengertian perilaku
konsumen :
a. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (Amirullah:2)
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan
barang-barang dan jasa.
b. James F. Engel et al (1992:3)
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan
menggunakan barang-barang dan jasa ekonomis termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
c. American Marketing Association (Amirullah:2)
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara
pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana
manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
d. Amirullah, SE.,MM. (2002:3)
Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata individu
(konsumen) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan
mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang
diinginkannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen terjadi karena adanya faktor situasional ataupun
adanya pengaruh dari orang lain. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler dan Gary
Armstrong (2001:200) adalah sebagai berikut :
a. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam
dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang
dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.
1) Budaya
Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen.
Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar.
mengenai nilai persepsi, keinginan, dan perilaku dasar dari
keluarga dan lembaga penting lainnya.
2) Subbudaya
Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya, atau
kelompok-kelompok orang yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan
pengalaman dan situasi kehidupan. Subbudaya meliputi
kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis yang
serupa. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar yang
penting dan pemasar sering mendesain produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
3) Kelas Sosial
Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas
sosial. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang
relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya
memiliki nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak
ditentukan oleh satu faktor saja, seperti pendapatan, namun diukur
berdasarkan kombinasi pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan
lainnya.
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
1) Kelompok
Perilaku konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok
kecil. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat
seseorang berada disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya,
kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan
secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sikap
atau perilaku seseorang.
2) Keluarga
Anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian di masyarakat
tempat konsumen berada yang paling penting. Pemasar tertarik
pada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak dalam
pembelian barang dan jasa yang berbeda-beda.
3) Peran dan status
Seseorang merupakan bagian dari beberapa kelompok seperti;
keluarga, klub, organisasi. Posisi orang tersebut dalam tiap
kelompok dapat didefinisikan berdasarkan peran dan statusnya.
c. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi
1) Umur dan Tahap Siklus Hidup
Selera pembeli terhadap barang-barang dan jasa yang dibeli sering
terkait dengan umur. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus
hidup keluarga. Para pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran
mereka berdasarkan tahap siklus hidup dan mengembangkan
rencana produk pemasaran yang tepat untuk tiap tahap.
2) Pekerjaan
Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Para
pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang
memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka.
3) Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.
Jika indikator ekonomi menunjukkan titik resesi, pemasar akan
mengambil langkah untuk mendesain ulang, mereposisi, dan
mengganti harga produk mereka dengan cepat.
4) Gaya Hidup
Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan
yang sama mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup adalah pola hidup yang tergambarkan pada psikografisnya.
Gaya hidup menunjukkan seluruh pola kegiatan dan interaksi
5) Kepribadian dan Konsep Diri
Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada setiap orang
mempengaruhi perilaku pembelian orang tersebut. Kepribadian
adalah karakteristik psikologis yang menghasilkan tanggapan yang
secara konsisten dan terus menerus terhadap lingkungannya.
Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti
kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat pertahanan,
kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian berguna
dalam menganalisa perilaku konsumen untuk produk dan pilihan
merek tertentu.
d. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama :
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.
1) Motivasi
Setiap waktu seseorang mempunyai banyak kebutuhan. Sebagian
kebutuhan biologis, yang timbul karena dorongan tertentu seperti
lapar, haus, atau ketidaknyamanan. Kalau secara psikologis,
tumbuh dari rasa ingin dikenal, penghargaan, atau kepemilikan.
Sebagian kebutuhan itu tidak akan cukup memotivasi seseorang
untuk bertindak dalam waktu tertentu. Kebutuhan akan menjadi
2) Persepsi
Seseorang melakukan tindakan karena terpengaruh oleh
persepsinya mengenai situasi tersebut. Kita mempelajari arus
informasi melalui panca indera. Namun, kita menerima, mengatur,
dan mengiterpretasi informasi itu dengan cara masing-masing.
3) Pembelajaran
Saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran
menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.
Pembelajaran terjadi karena dipengaruhi oleh dorongan, stimulan,
cues, tanggapan, dan penguatan.
4) Keyakinan dan Sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan
dan sikapyang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian.
3. Pentingnya Perilaku Konsumen
Studi tentang perilaku konsumen dipelajari karena mempunyai
dua alasan utama (Amirullah:2002), yaitu :
1) Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari.
Kalau saja setiap konsumen memiliki perilaku yang konstan
mungkin kajian tentang perilaku konsumen tidak begitu penting.
Tetapi mengingat konsumen selalu berinteraksi dengan
lingkungannya, maka secara otomatis perilaku itu akan
penting untuk memahami mengapa dan apa saja yang
mempengaruhi perubahan perilaku konsumen.
2) Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan.
Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan
pada alasan-alasan tertentu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Proses pengambilan keputusan konsumen sangat terkait
dengan masalah kejiwaan dan faktor eksternal. Dengan memahami
perilaku konsumen, pemasar akan mudah untuk menggambarkan
bagaimana proses keputusan itu dibuat.
4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael 1) Perilaku pembelian kompleks
Perilaku pembelian kompleks terdiri dari tiga langkah, yaitu:
pertama pembeli mengembangan keyakinan tentang produk
tertentu. Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut.
Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat.
2) Perilaku pengurangan ketidaknyamanan
Terkadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun
melihat sedikit perbedaan antar merek. Pembeli akan berbelanja
dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia. Jika
konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia
mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika
konsumen menemukan perbedaan kecil, dia mungkin akan
3) Perilaku pembelian karena kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi di mana
konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan terdapat perbedaan
yang signifikan antar merek. konsumen tidak mencari secara luas
informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan
memutuskan secara serius merek apa yang akan dibeli. Mereka
secara pasif menerima informasi pada saat melihat televisi atau
membaca majalah.
4) Perilaku pembelian yang mencari variasi
Konsumen berada pada perilaku pembelian pencarian variasi dalam
situasi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang
rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang
signifikan. Konsumen biasanya beralih merek.
5. Tahap-tahap Proses Pembelian
Berdasarkan pengkajian terhadap laporan banyak konsumen
tentang proses membeli, “model tahap-tahap” dari proses membeli
telah dikonseptualisasi oleh para peneliti perilaku konsumen. Model
tahap-tahap itu paling serasi dengan pembuatan keputusan yang
kompleks. Kita akan mempergunakan model itu untuk menunjukkan
bahwa ada lima proses yang dilalui konsumen (Philip Kotler:1988):
pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif,
1) Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau
kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan
sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat
digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar.
Kebutuhan seseorang yang normal adalah: lapar, haus, seks,
akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan
berubah menjadi dorongan.untuk itu para pemasar perlu mengenal
berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat
tertentu dalam konsumen.
2) Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin
akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi.
Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapat
memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek
itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu mengendap dalam
ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh
informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi
sehubungan dengan kebutuhan itu.
Yang menjadi pusat perhatian para pemasar adalah
sumber-sumber informasi pokok yang akan diperhatikan konsumen dan
pengaruh relatif dari setiap informasi itu terhadap rangkaian
3) Penilaian Alternatif
Pemasar perlu mengetahui bagaimana proses informasi
konsumen tiba pada tahap pemilihan merek. Tidak ada satu proses
penilaian yang sederhana dan tunggal yang dipergunakan oleh
semua konsumen dalam situasi membeli. Terdapat beberapa proses
evaluasi konsumen adalah orientasi kognitif, yakni memandang
konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk
terutama berlandaskan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami
proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha
memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat
tertentu adri solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap
produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk
memuaskan kebutuhan ini.
Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam
memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.
Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang
memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering
dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam
kelompok konsumen yang berbeda-beda.
Kumpulan keyakinan atas suatu merek membentuk citra merek.
Citra merek konsumen akan berbeda-beda menurut pengalaman
mereka yang disaring oleh dampak persepsi selektif, distorsi
selektif, dan ingatan selektif.
4) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas
merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin
membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.
Namun, ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian
dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauh mana
pendirian orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang
akan bergantung pada dua hal :
a) Intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang
disukai konsumen.
b) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat
orang lain tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen
akan menyesuaikan niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga
dapat terjadi di mana seorang pembeli untuk suatu merek akan
meningkat jika seorang yang ia sukai juga sangat menyukai merek
yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan
dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.
Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Sebagai
contoh, kehilangan pekerjaan.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau
menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh
risiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya risiko yang
dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya
kepercayaan diri konsumen. Konsumen mengembangkan rutinitas
tertentu untuk mengurangi risiko, seperti penghindaran keputusan,
pengumpulan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas
merek dalam negeri dan garansi. Pemasar harus memahami
faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya risiko dalam diri konsumen
dan memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi ririko
yang dirasakan.
5) Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak
berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode
pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian dan
pembuangan pasca pembelian. (Philip Kotler:1997)
a) Kepuasan Pasca Pembelian
Setelah membeli suatu produk, seorang konsumen
mungkin mendeteksi suatu kekurangan. Kepuasan pembeli
adalah fungsi seberapa dekat harapan pembeli atas suatu
produk dengan kinerja yang dirasakn pembeli atas produk
tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan
pembeli,pembeli akan kecewa; jika ia sesuai harapan, pembeli
akan puas; jika ia melebihi harapan, ia akan sangat puas.
Perasaan-perasaan ini akan membedakan apakah pembeli akan
membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang
produk tersebut kepada orang lain.
Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan
pesan yang diterima dari penjual, teman, dan sumber-sumber
informasi lain. Jika penjual melebih-lebihkan manfaat suatu
produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai
(disconfirmed expectation), yang akan menyebabkan
ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan
b) Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu
produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika
konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
Pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya. Mereka
mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut.
Mereka juga mungkin akan mencari informasi yang
mengkonfirmasikan nilai yang tinggi dari produk tersebut.
Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti
mengajukan keluhan-keluhan pada perusahaan, pergi ke
pengacara atau mengadu pada kelompok-kelompok lain seperti
badan usaha atau pemerintah. Tindakan pribadi dapat berupa
memutuskan untuk membeli produk tersebut atau
mengingatkan teman-teman.
c) Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian
Pemasar juga harus memantau pembeli bagaimana
pembeli memakai atau membuang produk. Jika konsumen
menyimpan produk, mungkin produk tersebut tidak begitu
memuaskan dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar.
Penjual perlu mempelajari pemakaian produk dan
dilakukan sebagai petunjuk bagi kemungkinan akan adanya
masalah-masalah dan kesempatan yang menguntungkan.
Landasan bagi keberhasilan pemasaran adalah memahami
kebutuhan-kebutuhan konsumen dan proses pembelian. Para
pemasar dapat memperoleh petunjuk penting tentang
bagaimana memenuhi berbagai peserta dalam proses membeli
dan hal-hal yang banyak mempengaruhi tingkah laku membeli
dengan cara memahami bagaimana pembeli-pembeli
menempuh proses mulai dari pengenalan masalah, pencarian
informasi, menilai alternatif, memutuskan pembelian dan
tingkah laku pasca pembelian.
6. Perilaku Membeli
Para konsumen dalam melakukan pembelian memiliki dua tipe
pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian ulangan. Ketika
konsumen membeli suatu produk untuk pertama kalinya dengan
jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, pembelian ini akan dianggap
suatu percobaan. Jadi percobaan merupakan tahap perilaku pembelian
yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu
produk melalui pemakaian langsung.
Jika suatu produk pada waktu percobaan dirasakan lebih
memuaskan atau lebih baik dari produk-produk lain konsumen akan
dikarenakan produk sesuai dengan persetujuan konsumen dan
konsumen akan bersedia memakainya lagi.
B. FANATISME
1. Pengertian Fanatik
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu
keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif,
pandangan mana yang tidak memiliki landasan teori, tetapi dianut secara
mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah (Agussyafii:2006).
Secara psikologis, seorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami
segala sesuatu yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah
orang atau kelompok lain, dan tidak mengerti faham atau filsafat selain
yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sikap fanatik adalah
ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang
berada di luar kelompoknya sebagai sesuatu yang benar atau salah.
2. Pengertian Fanatisme
Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana penganut sebuah faham,
baik politik, agama, kebudayaan, atau apapun jua, menjadi sangat kuat
keyakinannya sehingga sampai tidak dapat diterima dengan akal sehat
(ensiklopedia:2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000)
mengartikan fanatisme sebagai keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat
kuat terhadap kebenaran, idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang
dianut. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu argumen
rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat
disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang
dalam :
1) Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu.
2) Berfikir dan memutuskan sesuatu.
3) Mempersepsi dan memahami sesuatu.
4) Merasakan sesuatu.
Fanatisme dapat bermula dari perasaan cinta diri atau kekaguman
diri yang berlebihan, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada
dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat
berkembang menjadi rasa tidak suka. Perasaan tidak suka ini kemudian
dapat berkembang menjadi perasaan benci kepada orang lain atau
kelompok lain yang berbeda dengan dirinya.
C. PAPARAN PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA
TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA
Sepak bola merupakan salah satu cabang olah raga yang telah
mendunia karena oleh diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap
negara. Dalam wujud yang sekarang, sepak bola telah menjadi salah satu
cabang olah raga yang memiliki banyak penggemar atau fans karena mampu
dengan demam bola. Demam sepak bola pada setiap negara ditunjukkan
dengan ekspresi yang berbeda-beda misalnya, melalui nyanyian, tarian, irama
drumband dan peluit, terompet-terompet, topi, t-shirt, bendera, dan aneka
macam souvenir atau asesoris sepak bola (http://www.xs4all.nl).
Secara tegas ekspresi para fans sepak bola merupakan sebuah perilaku
yang menunjukkan kecintaan mereka pada sebuah klub sepak bola. Kecintaan
yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola dapat berkembang menjadi
fanatisme. Fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan
yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub adalah klub yang
terbaik. Fanatisme suporter atau fans terhadap klub sepak bola kesayangannya
semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli, mengenakan
atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan klubnya
(http://pikiran-rakyat.com). Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong
seorang fans sepak bola mengeluarkan uangnya untuk membeli asesoris sepak
bola agar tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan mereka ketika di
lapangan. Mereka bahkan rela menghabiskan uang saku mereka untuk
membeli atau memborong asesoris sepak bola seperti kaos, gelas mug, bola,
bacaan tentang bola, topi dan lain sebagainya (http/www.kompas.com).
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
fanatisme fans sepak bola memiliki hubungan yang erat dengan perilaku
membeli asesoris sepak bola. Jadi apabila seorang fans memiliki fanatisme
D. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara fanatisme fans
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian studi kasus, yaitu
penulisan tentang pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku
membeli asesoris sepak bola. Studi kasus pada Suporter PSS Slemania,
sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada Suporter PSS
Slemania.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Sleman khususnya pada Suporter
PSS Slemania wilayah Depok..
2. Penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu bulan, yaitu pada bulan
Oktober-November 2007.
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah fans sepak bola yang ada di Kabupaten
Sleman khususnya pada Suporter PSS Slemania wilayah Depok Sleman.
2. Obyek Penelitian
D. Identifikasi Variabel
Variabel penelitiannya adalah :
1. Variabel Independen
Variabel Independen penelitian ini adalah fanatisme fans sepak bola.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen penelitian ini adalah perilaku membeli asesoris
sepak bola.
E. Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah fanatisme fans
sepak bola dengan perilaku membeli asesoris sepak bola. Berikut ini adalah
penjelasan terperinci tentang variabel-variabel penelitian, yaitu :
1. Variabel pertama: Fanatisme yaitu keadaan di mana penganut sebuah
faham, baik politik, agama, kebudayaan, atau apapun jua, menjadi sangat
kuat keyakinannya sehingga sampai tidak dapat diterima dengan akal sehat
(ensiklopedia:2007). Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu
argumen rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya.
Indikator-indikator yang digunakan untuk meninjau fanatisme adalah :
a. Perasaan para fans sepak bola yang menganggap bahwa klub
kesayangan mereka adalah yang terbaik dalam hal strategi permainan
dan kualitas pemainnya.
b. Perasaan bangga para fans sepak bola dengan apapun prestasi yang
c. Dukungan para fans sepak bola walaupun prestasi klub kesayangan
mereka kurang bagus.
d. Keyakinan fans bahwa klub kesayangan mereka akan selalu tampil
dengan permainan terbaik dan mampu memenangkan setiap
pertandingan.
e. Kesetiaan para fans sepak bola untuk menyaksikan setiap pertandingan
dari klub kesayangan mereka dan tampil seidentik mungkin dengan
klub kesayangannya.
f. Perasaan benci terhadap fans klub lain dan menjadi anggota komunitas
dari pendukung klub kesayangan mereka.
2. Variabel kedua : Perilaku membeli yaitu perilaku konsumen mulai dari
pasca pembelian dan perilaku pembelian ulang. Indikator-indikator yang
digunakan untuk meninjau perilaku membeli yaitu :
a. Pembelian asesoris sepak bola oleh fans sepak bola baik berupa kaos,
slayer, poster dan bacaan yang terkait dengan klub kesayangan mereka.
b. Pembelian asesoris sepak bola oleh fans sepak bola tanpa
memperhatikan harga dan kualitas.
c. Pembelian asesoris secara rutin yang dilakukan fans sepak bola.
d. Pembelian asesoris yang dilakukan fans sepak bola baik untuk koleksi
maupun untuk dipakai saat menonton pertandingan.
e. Pencarian informasi yang dilakukan fans untuk mendapatkan asesoris
Untuk mengukur variabel independen, responden diminta mengisi
kuesioner yang jawabannya telah disediakan. Skala yang digunakan yaitu
model skala Likert, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
Untuk mengukur variabel dependen, responden diminta mengisi
kuesioner yang jawabannya telah disediakan. Skala yang digunakan yaitu
model skala Likert, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
F. Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner
mengenai tingkat fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli
asesoris sepak bola.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka dan informasi
tentang obyek yang diteliti.
G. Pengumpulan Data 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Pengambilan sampel ini menggunakan metode Purposive
Sampling, maksudnya pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Sutrisno Hadi:2000). Ciri-ciri atau sifat-sifat populasi adalah
memiliki salah satu asesoris sepak bola. Jumlah sampel yang diambil
sekitar 100 orang.
3. Metode pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode kuesioner
karena kuesioner mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen
pengumpul data (Suharsimi:1989).
H. Validasi 1. Validitas
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti. Adapun rumus yang digunakan dalam hal ini adalah korelasi
product moment (Sugiyono:2005) :
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y
x : jumlah alternatif jawaban pada keseluruhan pertanyaan
y : jumlah total seluruh alternatif jawaban pada keseluruhan pertanyaan
n : jumlah responden
Instrumen penelitian dianggap valid bila r hitung > r tabel dengan
menggunakan taraf kesalahan 5% (taraf kepercayaan 95%)
2. Reliabilitas
Skala atau alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah
skala yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya dan reliabel.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah (Azwar, 2001).
Dalam penelitian ini, estimasi reliabilitas akan diuji dengan
pendekatan konsistensi internal melalui prosedur Alpha Cronbach.
Pendekatan ini dipilih dengan alasan mempunyai nilai praktis dan efisiensi
yang tinggi karena hanya didasarkan pada pengukuran satu kali dari
sekelompok individu sebagai subjek atau “single trial administration”.
Prinsip pengujian tunggal adalah pengujian konsistensi di antara
komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar,
Azwar (1999) mengatakan bahwa reliabilitas dinyatakan oleh
koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin
tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
I. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan
analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil analisis
tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh fanatisme fans sepak bola
terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola dengan rumus sebagai berikut
( Algifari, 2000: 14 ):
Y = variabel tergantung
X = variabel bebas
a = konstanta
Untuk melakukan pengujian hipotesis apakah memang fanatisme fans
sepak bola dapat mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak bola, maka
dipergunakan uji-t, yaitu :
t hitung Sb
b
=
dimana :
b = kemiringan garis regresi
Sb = standard error dari X
Untuk itu, sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dirumuskan
hipotesis dan hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho : Variabel fanatisme fans sepak bola tidak mempunyai pengaruh tang
signifikan terhadap perilaku membeli asesoris bola.
Ha : Variabel fanatisme fans sepak bola mempunyai pengaruh tang signifikan
terhadap perilaku membeli asesoris bola.
Hipotesis Statistiknya adalah sebagai berikut :
Ho : β = 0
Ha : β ≠0
Keterangan : β =b = koefisien regresi
Dari pengujian tersebut jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya memang terbukti ada pengaruh yang signifikan bahwa
fanatisme fans sepak bola mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak
bola dengan menggunakan asumsi tingkat kepercayaan sebesar 95% atau
BAB IV
GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN
A. Sejarah Singkat Perjalanan Team Hijau PSS
Sejak lama dan sudah berpanjang lebar orang membicarakan
bagaimana sebuah permainan sepak bola bisa baik, berkualitas tinggi. Bahkan,
dalam konteks nasional, Indonesia pernah kebingungan mencari jawaban itu.
Berbagai pelatih atau instruktur didatangkan dari Brasil, Jerman, Belanda dan
sebagainya. Namun, sepak bola Indonesia tak pernah memuaskan, bahkan
terkesan mengalami kemunduran.
Berdasarkan pengalaman upaya Tim Nasional Indonesia untuk
membangun sebuah permainan sepak bola yang baik itu, sebenarnya ada
kesimpulan yang bisa diambil. Kesimpulan itu adalah, selama ini Indonesia
hanya mencoba mengkarbit kemampuan sepak bolanya dengan mendatangkan
pelatih berkelas dari luar negeri. Indonesia tidak pernah membangun kultur
atau budaya sepakbola secara baik. Dengan kata lain, upaya PSSI selama ini
lebih membuat produk instan daripada membangun kultur dimaksud. Pelatih
berkualitas, teori dan teknik sebenarnya bukan barang sulit untuk dimiliki.
Elemen-elemen itu ada dalam textbook, atau bahkan sudah di luar kepala
seiring dengan meluasnya popularitas sepak bola. Indonesia termasuk
gudangnya komentator. Bahkan, seorang abang becak pun bisa berbicara
menjadi kebiasaan atau tradisi yang melibatkan daya upaya, hasrat jiwa,
interaksi berbagai unsur dan berproses secara wajar dan jujur, bertahap dan
hidup.
Untuk membangun kultur sepak bola itu, jawaban terbaik adalah
membangun kompetisi yang baik pula. Lewat kompetisi, tradisi sepak bola
lengkap dengan segala elemennya akan berproses dan berkembang ke arah
yang lebih baik. Akan lebih baik lagi kompetisi itu terbangun sejak pelakunya
masih kecil, tanpa rekayasa dan manipulasi. Pada gilirannya, tradisi itu akan
melahirkan sebuah permainan indah dan berkualitas, serta memiliki bentuk
dan ciri khasnya tersendiri. Itulah sebabnya kenapa sepak bola Brasil,
Belanda, Inggris, Jerman dan Italia tidak hanya berkualitas, tapi juga punya
gaya khasnya sendiri- sendiri.
Dalam konteks kecil dan lokal, Persatuan Sepak bola Sleman
(PSS), sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepak
bolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri
tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan
PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM
Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya. Namun, meski muda, PSS
mampu membangun kompetisi sepak bola secara disiplin, rutin dan ketat sejak
pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini.
Sebuah konsistensi yang luar biasa. Bahkan, kompetisi lokal PSS kini dinilai
terbaik dan paling konsisten di Indonesia. Apalagi, kompetisi yang dijalankan
pernah PSS juga menggelar kompetisi divisi IIA. Maka, tak pelak lagi, PSS
kemudian memiliki sebuah kultur sepak bola yang baik. Minimal, di Sleman
telah terbangun sebuah tradisi sepak bola yang meluas dan mengakar dari
segala kelas.
Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS
mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas. Ini prestasi luar biasa
bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini.
Di Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang
bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepak bola. Kompetisi
itu lebih berawal dari kecintaan sepak bola, tekad, hasrat, motivasi dan
kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur diantaranya penonton, pemain,
pelatih, pengurus dan pembina, terlihat begitu tinggi. Meski belum optimal,
PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepak bola mereka. Setidaknya, PSS
sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka
bagi DIY. Terakhir, pemain nasional dari DIY adalah kiper Siswadi Gancis.
Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Yang lebih memuaskan, pada
kompetisi tahun 1999/2000, PSS berhasil masuk jajaran elit Divisi Utama
Liga Indonesia (LI). Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang
mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan.
Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II.
Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun
kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi
Utama LI bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.
Kasus PSS menjadi contoh betapa sebuah kulturisasi sepak bola
akan lebih menghasilkan prestasi yang mantap daripada produk instan yang
mengandalkan ketebalan duit. Dan memang benar, setelah bertanding di
kompetisi Divisi Utama, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan
bulan- bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama, PSS tetap
menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M Iksan,
Slamet Riyadi, Anshori, Fajar Listiantoro dan M Muslih. Bahkan, M Ikhsan,
Slamet Riyadi dan Anshori merupakan pemain berpengaruh dalam tim. Pada
penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepak bola
Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang,
Pelita Solo 2-1. Bahkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono sendiri
yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga
kaget. Kepada Bupati Sleman Ibnu Subianto yang mengikutinya, Sri Sultan
mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita. "
Artinya, anak-anak Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa
mengalahkan tim elit Pelita Solo.
Saat itu, Ibnu Subianto menjawab, "Biar hitam nggak apa- apa tho
pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS
memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi
anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan tahu proses
Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki
kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak
putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata
menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger
di urutan pertama. Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito
Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS
membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi
catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi
perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang
ditakuti, meski tanpa bintang.
Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab
itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama.
Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup
kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Bahkan,
bukan hal mustahil jika suatu saat PSS bisa juara LI. Apa yang terjadi di
Sleman sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Bandung dengan Persib-nya
dan di Surabaya dengan Persebaya-nya. Di kedua kota itu, kompetisi lokal
juga berjalan dengan baik, bahkan sepakbola antarkampung (tarkam) pun
kelewat banyak. Maka tak heran jika sepakbola di Bandung dan Surabaya
sangat tangguh dan memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, jika tradisi
sepakbola di Sleman bisa dipertahankan bahkan dikembangkan, tak menutup
B. Stadion
PSS Jogja memutuskan memakai Stadion Mandala Krida menjadi
home ground selama Liga Indonesia 2002. Keputusan ini diambil setelah
mempertimbangkan ketidaklayaan stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim
besar Liga Indonesi Stadion yang tepatnya terletak di Kelurahan Baciro,
terkenal sebagai kandangnya PSIM, kesebelasan perserikatan milik
masyarakat Jogja yang akhir-akhir ini prestasinya memprihatinkan. Karena
terpuruk di kompetisi divisi 1, dan belum ada tanda-tanda kebangkitan.
Stadion yang tepatnya terletak di Kelurahan Baciro, terkenal
sebagai kandangnya PSIM, kesebelasan perserikatan milik masyarakat Jogja
yang akhir-akhir ini prestasinya memprihatinkan. Karena terpuruk di
kompetisi divisi 1, dan belum ada tanda-tanda kebangkitan. Mandala Krida
memenuhi standar untuk melangsungkan pertandingan sepakbola berskala
nasional. Dengan lampu penerangan yang terawat dengan baik, pertandingan
malam hari pun bisa dilaksanakan dengan lancar.
Tempat duduk di stadion dibagi menjadi 3 kelas, yaitu VIP, Tribun
tertutup dan kelas ekonomi yang menempati tribun terbuka. Dengan kapasitas
25 ribu penonton memungkinkan PSS Jogja untuk menjamu tim-tim lawan
yang mempunyai suporter fanatik. Fasilitas lain yang menjadikan Mandala
lebih unggul dari Tridadi adalah adanya kamar kecil di setiap sudut stadion.
Mulai dari Tribun tertutup sampai tribun terbuka. Kamar ganti yang luas dan
tempat wasit yang aman tambah melengkapi koleksi yang dimiliki Stadion
menjadikan Mandala Krida tidak pernah mati dari pukul 6 pagi sampai 9
malam. Hanya saja di ruang ganti belum dilengkapi dengan kamar mandi yang
layak untuk membersihkan diri bagi pemain. Ditambah lahan parkir stadion
yang sering menjadi ajang Balap Road Race menjadi kendala bagi panitia
pelaksana agar jadwal Liga tidak bertabrakan dengan Kejurnas Road Race.
C. Struktur Organisasi PSS Sleman Nama Klub : PSS
Divisi : Divisi Utama - Grup 1 (Barat)
Julukan : Super Elang Jawa
Sejarah : Berdiri Tahun 1976
Alamat : Jl. Magelang Km.6,5 ,Jombor, Sinduandi, Mlati
Kota : Sleman
Telepon : (0274) 4362388
Faksimile : (0274) 4362388
Ketua : Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt
Sekretaris : Drs. Bambang Nurdjoko
Bendahara : Drs. Samsidi
Sekretaris Tim : Drs. Bambang Nurdjoko
Panitia Pelaksana : Drs. H. Samsidi
Manajer : Hendrikus Mulyono
Dokter : dr. Ibnu Soesanto
Fans / Suporter : Slemania
Stadion : Maguwoharjo
Kota Stadion : Sleman
Kapasitas Stadion : 30000
Daftar Pemain Musim Kompetisi 2007-2008
1. AANG SUPARMAN (2)
2. ADRIANUS PATRICK DOMAL (18)
3. AGUNG PRASETYA (0)
10. CRISTIAN GASTON CASTANO (7)
11. DWI ADI NUGRAHANTA (21)
12. FAJAR LISTYANTARA (27)
13. FERRY SETIAWAN (33)
14. FRANCIS MBONDJO ETOUKE (32)
15. GALIH SUDARYONO (20)
16. GEORGE OYEDEPO OYEBODE (4)
17. HARYANTO PRASETYO (28)
18. HATRI NUR HANDAYA (17)
19. IMAM ROCHMAWAN (15)
20. JUAN DARIO BATTALA (10)
23. RAHEL TUASALAMONY (25)
24. SLAMET NURCAHYO (11)
25. SOULEYMANE TRAORE (5)
26. URIP ESTIYAJI (16)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mencari pengaruh fanatisme fans
sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola ini dilaksanakan
pada tanggal 25 Oktober 2007 sampai dengan 10 November 2007. Penyebaran
kuesioner dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan pemilihan
subjek yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu.
Peneliti mendapatkan subjek penelitian dengan cara menyebar
kuesioner secara person to person (peneliti terjun langsung ke lapangan) di
Komunitas Slemania wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Penyebaran
kuesioner dibantu oleh beberapa relawan (teman peneliti) dan koordinator
Slemania wilayah Depok. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua buah, yaitu skala fanatisme fans sepak bola dan skala perilaku membeli
asesoris sepak bola. Kedua skala digabung menjadi satu bendel dengan tujuan
agar lebih mudah dan praktis dalam penyajiannya.
B. Profil Subjek
Pada bagian ini penulis akan menyajikan profil dari responden
yang menjadi subjek. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan para
fans Slemania yang berada di wilayah Depok Sleman. Berikut akan diuraikan
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan atau uang saku per bulan. Adapun
data-data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut :
1. Distribusi fans Slemania berdasarkan jenis kelamin.
Dari hasil kuesioner yang telah diedarkan kepada responden, maka
diperolah gambaran tentang responden sebagai berikut.
Tabel 5.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Pria 86 86%
2. Wanita 14 14%
Jumlah 100 100%
Dari deskripsi tersebut diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis
kelamin pria adalah sebesar 86 orang atau sebesar 86% dari total 100
orang responden. Responden yang berjenis kelamin wanita adalah sebesar
14 orang atau sebesar 14% dari total 100 orang responden.
2. Distribusi fans Slemania berdasarkan pendidikan.
Berdasarkan pendidikan, maka hasil jawaban dari kuesioner yang
telah dibagikan kepada 100 orang responden diperoleh data sebagai
Tabel 5.2
Data Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 SD 2 2%
2 SLTP 4 4%
3 SMU 62 62%
4 Perguruan Tinggi 32 32%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan data responden di atas dapat diketahui mayoritas fans
Slemania untuk wilayah Depok Sleman adalah pendidikan SD sebanyak 2
orang atau 2% dari total 100 orang responden, pendidikan SLTP sebanyak
4 orang atau sebesar 4%, pendidikan SMU sebanyak 62 orang atau sebesar
62%, pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 32 orang atau sebesar 32%.
3. Distribusi fans Slemania berdasarkan pekerjaan.
Berdasarkan pekerjaan, maka hasil jawaban dari kuesioner yang
telah dibagikan kepada 100 orang responden diperoleh data sebagai
berikut
Tabel 5.3
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Pelajar/Mahasiswa 52 52%
2 Pegawai Negri/Swata 44 44%
3 Pengusaha/Wirausaha 4 4%
Berdasarkan deskripsi di atas, diketahui bahwa 52 orang atau
sebesar 52% dari total 100 orang responden memiliki pekerjaan sebagai
pelajar/mahasiswa, 44 orang atau sebesar 44% dari total 100 orang
memiliki pekerjaan sebagai pegawai negri/swasta, dan 4 orang atau
sebesar 4% memiliki pekerjaan sebagai pengusaha/wirausaha.
4. Ditribusi fans Slemania berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan.
Berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan, maka hasil
jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5.4
Data Responden Berdasarkan Pedapatan atau Uang Saku Per Bulan No Pendapatan/Uang Saku Jumlah Persentase
1 Di bawah Rp 499.000 26 26%
2 Rp 500.000 – Rp 799.000 52 52%
3 Rp 800.000 – Rp 1.099.000 14 14%
4 Di atas Rp 1.100.000 8 8%
Jumlah 100 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 26 orang atau sebesar 26% memiliki
pendapatan/uang saku per bulan di bawah Rp 499.000, 52 orang atau
sebesar 52% memiliki pendapatan/uang saku per bulan Rp 500.000 – Rp
bulan Rp 800.000 – Rp 1.099.000, dan 8 orang atau sebesar 8% memiliki
pendapatan/uang saku per bulan di atas Rp 1.100.000.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan tingkat sejauh mana suatu alat pengukuran
dapat mengukur suatu gejala dengan valid, sedangkan reliabilitas adalah
ukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil
yang nyata. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif maka data yang
telah diperoleh harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
1. Uji Validitas
Peneliti melakukan uji validitas dengan mengukur validitas
butir. Pengukuran validitas butir menggunakan metode korelasi product
moment. Berdasarkan hasil analisis terhadap butir-butir pertanyaan dengan
taraf signifikansi 5% dan db = n – 2 (5%,98) = 0,135 diperoleh bahwa
semua butir pertanyaan adalah valid karena r hitung
>
r tabel. Hasilselengkapnya dari pengujian validitas setiap pertanyaan dapat dilihat di
Tabel 5.5
Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola No r hitung r tabel Keterangan
1 0,7515 0,135 Valid
2 0,6888 0,135 Valid
3 0,4412 0,135 Valid
4 0,7934 0,135 Valid
5 0,6983 0,135 Valid
6 0,6137 0,135 Valid
7 0,4125 0,135 Valid
8 0,6563 0,135 Valid
9 0,6744 0,135 Valid
10 0,6089 0,135 Valid
11 0,6967 0,135 Valid
12 0,6245 0,135 Valid
Tabel 5.6
Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola No r hitung r tabel Keterangan
1 0,8386 0,135 Valid
2 0,7559 0,135 Valid
3 0,6058 0,135 Valid
4 0,3825 0,135 Valid
5 0,5242 0,135 Valid
6 0,6142 0,135 Valid
7 0,6692 0,135 Valid
8 0,8625 0,135 Valid
9 0,6271 0,135 Valid
10 0,8430 0,135 Valid
11 0,6581 0,135 Valid
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 5.7
Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas
Simbol Variabel Penelitian r hitung r tabel
X Fanatisme Fans Sepak Bola 0,9092 0,135