• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola : studi kasus pada suporter klub PSS ``Slemania`` wilayah Depok Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola : studi kasus pada suporter klub PSS ``Slemania`` wilayah Depok Sleman."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus Pada Suporter Klub PSS “Slemania” Wilayah Depok Sleman

Yulius Yuwono Sudharsono Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Statistik Regresi Linier Sederhana.

Dari hasil analisis data diperoleh persamaan regresinya Y = 15,054 + 0,455X. Dilihat dari nilai b = 0,455 dan nilai r = 0,458, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF FOOTBALL FANS’ FANATISM TOWARD THE BEHAVIOR OF PURCHASING FOOTBALL ACCESSORIES

Case Study on Fans of PSS Club in Depok Sleman Area Yulius Yuwono Sudharsono

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The research aimed to identify the effect of the fanatism of the football fans or supporters toward the behavior of purchasing football accessories. The writer distributed questionnaires in order to obtain the data for the research. The research employed Simple Linear Regression Statistics Method in its data analysis techniques.

The regression Equation that was resulted from the data analysis was Y=15.054+0.455X. It was shown from b value=0.455 and r value=0.458 that there was a significant positive effect of the fanatism of football fans toward the behavior of purchasing football accessories.

(3)

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Yulius Yuwono Sudharsono NIM : 002214094

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

MOTTO

“ Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup Dan

Mampu menghidupi sesamaku”

Datanglah pada orang yang dapat membuatmu tersenyum Karena dengan senyuman…

Dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah Berharaplah kamu bisa menemukan

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus Pada Suporter Klub PSS “Slemania” Wilayah Depok Sleman

Yulius Yuwono Sudharsono Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Statistik Regresi Linier Sederhana.

Dari hasil analisis data diperoleh persamaan regresinya Y = 15,054 + 0,455X. Dilihat dari nilai b = 0,455 dan nilai r = 0,458, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

(10)

ABSTRACT

THE EFFECT OF FOOTBALL FANS’ FANATISM TOWARD THE BEHAVIOR OF PURCHASING FOOTBALL ACCESSORIES

Case Study on Fans of PSS Club in Depok Sleman Area Yulius Yuwono Sudharsono

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The research aimed to identify the effect of the fanatism of the football fans or supporters toward the behavior of purchasing football accessories. The writer distributed questionnaires in order to obtain the data for the research. The research employed Simple Linear Regression Statistics Method in its data analysis techniques.

The regression Equation that was resulted from the data analysis was Y=15.054+0.455X. It was shown from b value=0.455 and r value=0.458 that there was a significant positive effect of the fanatism of football fans toward the behavior of purchasing football accessories.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan penyertaanNya dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola terhadap Perilaku Membeli

Asesoris Sepak Bola”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,

Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa

bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis

dengan kerendahan hati dan dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

3. Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. V. Mardi Widyadmono, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada

(12)

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak dan Mama yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan

perhatian serta doa selama menyelesaikan kuliah ini.

8. Kakakku: Mas Ikun, Mas Andri, Mbak Iwuk, Mbak Yovi, Mas Kelik, Mas

Didit sekeluarga dan adikku Wiwib, keponakanku Dimas-Dinda, Dea-Deo

serta Pakde dan Bude Tarmono dan juga saudara-saudara yang ada di

Palembang yang telah memberikan dukungan, perhatian serta doa selama

menyelesaikan kuliah ini.

9. ”My Sweety” terimakasih untuk segala curahan kasih sayang, perhatian,

dukungan dan doanya selama menyelesaikan kuliah ini. Terima kasih karena

bersamamu aku mampu melangkah lagi.

10. Sekjend Slemania Mas Ndaru yang telah memberikan izin dalam penelitian

skripsi ini.

11. Sahabat–sahabatku tercinta Wisnu ”Becax”, Osak ”Bagor”, Rusman ”Tolo”,

Bayex, Eni, Mama Oki, Didik, Tesa, Iko, Wendy, Petrus, Oyonk, Tiox, Cecep

”Keple”, Yudi ”Gamblis”, Step, Eko ”Bundu”, Dodon, Dek Beni dan masih

banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Bersama kalian aku merasakan

persaudaraan yang tulus.

12. Buat VIP makasih ya karena mengenalmu membuat aku belajar mencintai

orang lain dengan tulus. Makasih ya... Kau akan selalu kuingat.

13. Buat Mbah Putri, Alm. Mbah Kakung dan Pakde di Paten, Pakde di Celungan,

(13)
(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Perilaku Konsumen ... 7

(15)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 8

3. Pentingnya Perilaku Konsumen ... 13

4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael ... 14

5. Tahap-Tahap Proses Pembelian ... 15

6. Perilaku Membeli ... 22

B. Fanatisme ... 23

1. Pengertian Fanatik... 23

2. Pengertian Fanatisme ... 23

C. Paparan Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola Terhadap Perilaku Membeli Aksesoris Sepak Bola ... 24

D. Hipotesis... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27

D. Identifikasi Variabel... 28

E. Pengukuran Variabel... 28

F. Data ... 30

G. Pengumpulan Data ... 30

H. Validasi ... 31

(16)

BAB IV GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN ... 34

A. Sejarah Singkat Perjalanan Tim Hijau PSS ... 34

B. Stadion ... 39

C. Struktur Organisasi PSS Sleman... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Profil Subjek ... 44

C. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

D. Analisis Data Penelitian ... 52

E. Pembahasan... 54

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran... 58

C. Keterbatasan Penelitian... 59

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 5.2 : Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 46

Tabel 5.3 : Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

Tabel 5.4 : Data Responden Berdasarkan Pendapatan atau Uang Saku Perbulan... 47

Tabel 5.5 : Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola ... 49

Tabel 5.6 : Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola... 50

Tabel 5.7 : Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas ... 50

Tabel 5.8 : Kategori Fanatisme Fans Sepak Bola ... 51

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabulasi Data

Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4 : Uji Regresi Linier Sederhana

Lampiran 5 : Kategorisasi Variabel

Lampiran 6 : Tabel r

Lampiran 7 : Tabel t

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang telah mendunia

karena diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap negara. Sejarah

tentang sepak bola pertama kali dimulai pada akhir abad ke-19 yang diawali

dengan peresmian Football Association beserta segala aturan mainnya di

Freemansons Tavern, Great Queen Street, London, Inggris. Pada

kenyataannya, sepak bola merupakan hasil proses panjang peradaban yang

bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi sejak sebelum Masehi. Misalnya, di

era Mesir purba telah mengenal bola dengan kain linen yang peninggalannya

masih tersimpan di museum Inggris. Selain itu, relief dinding di museum

Inggris menunjukkan bahwa permainan bola sudah dikenal di peradaban

Yunani purba. Seiring dengan perkembangan zaman, sepak bola pun kian

berkembang di negara-negara lainnya seperti, di Eropa, Cina, Indonesia,

Jepang dan negara lainnya (http://www.xs4all.nl).

Dalam wujud yang sekarang, sepak bola telah menjadi salah satu

cabang olah raga yang memiliki banyak penggemar atau fans. Sepak bola

dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk globalisasi yang paling sukses di

sepanjang masa karena sepak bola mampu membuat orang atau para

(20)

berbeda-beda. Ekspresi tersebut diantaranya ditunjukkan melalui

nyanyian, tarian, irama drumband dan peluit, terompet-terompet khas, topi,

T-shirt, bendera-bendera, dan aneka macam asesoris atau souvenir

(http://www.xs4all.nl). Secara tegas ekspresi para suporter atau fans sepak

bola merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan kecintaan mereka pada

sebuah klub sepak bola.

Kecintaan yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola pada

akhirnya dapat berkembang menjadi fanatisme karena adanya rasa cinta yang

berlebihan. Fanatisme juga dapat diartikan sebagai kecintaan yang berlebihan

terhadap kelompoknya atau terhadap apa yang diyakini. Fanatisme dapat

bermula dari kekaguman diri yang membanggakan kelebihan yang ada pada

diri atau kelompoknya, kemudian pada tingkat tertentu dapat berkembang

menjadi rasa tidak suka. Rasa tidak suka tersebut dapat berkembang menjadi

rasa kebencian terhadap orang lain atau orang yang berbeda dengan

kelompoknya (Degey, dalam http:/lautan.indosiar.com). Menurut Robert

Adolf, fanatisme sendiri adalah keyakinan yang kuat terhadap kebenaran,

idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang dianut (http:/lautan.indosiar.com).

Sedangkan fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan

yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub itu adalah klub yang

terbaik. Fanatisme biasanya tidak rasional sehingga argumen rasional pun

susah digunakan untuk meluruskan pandangan seseorang. Fanatisme dapat

disebut sebagai orientasi dan sentimentil yang mempengaruhi seseorang dalam

(21)

Dalam sepak bola, fanatisme suporter atau fans terhadap klub

kesayangannya semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli,

mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan

klubnya. Bentuk-bentuk fanatisme ini sudah mengarah kepada perilaku yang

membahayakan. Salah satu kasus akibat fanatisme suporter klub sepak bola

baru saja terjadi di Stadion Tambaksari Surabaya. Ribuan suporter mengamuk

karena Persebaya mengalami kegagalan menghadang Arema malang pada

Laga Piala Copa Indonesia. Akibat dari aksi brutal para suporter menyebabkan

stadion menjadi rusak dan banyak mobil yang dibakar. Peristiwa ini terjadi

karena rasa fanatisme daerah yang berlebihan dan tidak terkontrol. Faktor

kedaerahan merupakan salah satu pemicu yang mampu menggerakkan

suporter dalam mendukung timnya (http://pikiran-rakyat.com). Namun di sisi

lain, suatu pertandingan sepak bola tanpa kehadiran suporter ibarat sayur tanpa

garam. Bagi pemain sepak bola, suporter atau fans adalah pemberi semangat

dan saksi hidup atas pencapaian mereka di lapangan. Suporter bukanlah orang

yang hanya duduk dan melihat pertandingan saja, mereka secara aktif

bernyanyi, bergerak, menyalakan kembang api, atau bom asap

(www.slemania.or.id).

Selain melakukan aksi brutal, fanatisme suporter atau fans sepak bola

terhadap klub kesayanganya juga ditunjukkan dengan perilaku mengkonsumsi

dan mengenakan asesoris atau souvenir yang mencirikan klub yang

(22)

bola misalnya ditunjukkan oleh suporter PSS (Persatuan Sepak Bola Sleman)

yang mengenakan kostum berwarna hijau dan membawa bendera berwarna

hijau yang identik dengan warna kostum para pemain klub PSS. Selain itu

ekspresi fanatisme mereka kerap ditunjukkan dengan konvoi sepeda motor

sambil mengenakan atribut Slemania setelah pertandingan berakhir

(www.slemania.or.id).

Fanatisme terhadap sepak bola juga terlihat ketika menyambut Piala

Dunia 2006, di mana para fans bola banyak yang membeli asesoris atau

souvenir bola seperti kaos, gelas mug, topi, bola dan juga bacaan tentang bola.

Beberapa pencinta bola, salah satunya warga Wonogiri rela menghabiskan

uang sakunya untuk memborong asesoris seperti, kaos dan tabloid serta

majalah sepak bola. Selain itu, beberapa pengelola toko buku di Semarang

juga mengalami peningkatan omzet penjualan untuk bacaan tabloid, buku, dan

majalah yang bertema Piala Dunia (Suara Merdeka, 7 Juni 2006). Berdasarkan

fenomena di atas menunjukkan bahwa kecintaan yang berlebihan pada sebuah

klub sepak bola akan mempengaruhi perilaku suporter atau fans bola untuk

membeli dan mengenakan asesoris yang mencirikan klub kesayanganya.

Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong seorang fans atau suporter

sepak bola untuk berusaha tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan

mereka ketika di lapangan. Mereka pun rela menghabiskan uang saku mereka

untuk membeli asesoris sepak bola agar tampil mencolok dan tak beda dengan

(23)

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti bermaksud mengetahui

bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap

perilaku membeli asesoris sepak bola guna memberi gambaran bagi para

penjual atau pengusaha asesoris bola untuk lebih kreatif dalam menciptakan

produk asesoris bola. Peneliti juga ingin menunjukkan bahwa sepak bola

bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu memberikan

peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih mengembangkan bisnis ini, yang

juga dapat meningkatkan perekonomian.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola

terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola?

C. BATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut:

penelitian akan dilakukan pada fans sepak bola yang tergabung dalam suporter

PSS Slemania khususnya wilayah Depok Sleman.

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli

(24)

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi salah

satu bahan acuan atau sebagai sumber informasi dalam mengembangkan

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pelaku bisnis aksesoris bola, penelitian ini memberi sumbangan

praktis untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk asesoris bola.

b. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi bahwa sepak bola

bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu

memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih

dikembangkan dan juga dapat meningkatkan perekonomian.

c. Bagi Universitas Sanata Dharma khususnya fakultas Ekonomi,

penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian sehingga berguna

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERILAKU KONSUMEN

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah sebagian dari kegiatan manusia.

Perilaku ini akan mengungkapkan sebab-sebab seseorang membeli barang

atau jasa tertentu (Amirullah: 2002). Beberapa pengertian perilaku

konsumen :

a. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (Amirullah:2)

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan

keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam

mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan

barang-barang dan jasa.

b. James F. Engel et al (1992:3)

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu

yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan

menggunakan barang-barang dan jasa ekonomis termasuk proses

pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan

(26)

c. American Marketing Association (Amirullah:2)

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara

pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana

manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

d. Amirullah, SE.,MM. (2002:3)

Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata individu

(konsumen) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan

mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang

diinginkannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen terjadi karena adanya faktor situasional ataupun

adanya pengaruh dari orang lain. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler dan Gary

Armstrong (2001:200) adalah sebagai berikut :

a. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam

dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang

dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.

1) Budaya

Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen.

Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar.

(27)

mengenai nilai persepsi, keinginan, dan perilaku dasar dari

keluarga dan lembaga penting lainnya.

2) Subbudaya

Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya, atau

kelompok-kelompok orang yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan

pengalaman dan situasi kehidupan. Subbudaya meliputi

kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis yang

serupa. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar yang

penting dan pemasar sering mendesain produk dan program

pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

3) Kelas Sosial

Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas

sosial. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang

relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya

memiliki nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak

ditentukan oleh satu faktor saja, seperti pendapatan, namun diukur

berdasarkan kombinasi pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan

lainnya.

b. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti

(28)

1) Kelompok

Perilaku konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok

kecil. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat

seseorang berada disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya,

kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan

secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sikap

atau perilaku seseorang.

2) Keluarga

Anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku

pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian di masyarakat

tempat konsumen berada yang paling penting. Pemasar tertarik

pada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak dalam

pembelian barang dan jasa yang berbeda-beda.

3) Peran dan status

Seseorang merupakan bagian dari beberapa kelompok seperti;

keluarga, klub, organisasi. Posisi orang tersebut dalam tiap

kelompok dapat didefinisikan berdasarkan peran dan statusnya.

c. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi seperti umur dan tahap tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi

(29)

1) Umur dan Tahap Siklus Hidup

Selera pembeli terhadap barang-barang dan jasa yang dibeli sering

terkait dengan umur. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus

hidup keluarga. Para pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran

mereka berdasarkan tahap siklus hidup dan mengembangkan

rencana produk pemasaran yang tepat untuk tiap tahap.

2) Pekerjaan

Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Para

pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang

memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka.

3) Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.

Jika indikator ekonomi menunjukkan titik resesi, pemasar akan

mengambil langkah untuk mendesain ulang, mereposisi, dan

mengganti harga produk mereka dengan cepat.

4) Gaya Hidup

Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan

yang sama mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya

hidup adalah pola hidup yang tergambarkan pada psikografisnya.

Gaya hidup menunjukkan seluruh pola kegiatan dan interaksi

(30)

5) Kepribadian dan Konsep Diri

Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada setiap orang

mempengaruhi perilaku pembelian orang tersebut. Kepribadian

adalah karakteristik psikologis yang menghasilkan tanggapan yang

secara konsisten dan terus menerus terhadap lingkungannya.

Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti

kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat pertahanan,

kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian berguna

dalam menganalisa perilaku konsumen untuk produk dan pilihan

merek tertentu.

d. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama :

motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

1) Motivasi

Setiap waktu seseorang mempunyai banyak kebutuhan. Sebagian

kebutuhan biologis, yang timbul karena dorongan tertentu seperti

lapar, haus, atau ketidaknyamanan. Kalau secara psikologis,

tumbuh dari rasa ingin dikenal, penghargaan, atau kepemilikan.

Sebagian kebutuhan itu tidak akan cukup memotivasi seseorang

untuk bertindak dalam waktu tertentu. Kebutuhan akan menjadi

(31)

2) Persepsi

Seseorang melakukan tindakan karena terpengaruh oleh

persepsinya mengenai situasi tersebut. Kita mempelajari arus

informasi melalui panca indera. Namun, kita menerima, mengatur,

dan mengiterpretasi informasi itu dengan cara masing-masing.

3) Pembelajaran

Saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran

menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.

Pembelajaran terjadi karena dipengaruhi oleh dorongan, stimulan,

cues, tanggapan, dan penguatan.

4) Keyakinan dan Sikap

Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan

dan sikapyang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian.

3. Pentingnya Perilaku Konsumen

Studi tentang perilaku konsumen dipelajari karena mempunyai

dua alasan utama (Amirullah:2002), yaitu :

1) Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari.

Kalau saja setiap konsumen memiliki perilaku yang konstan

mungkin kajian tentang perilaku konsumen tidak begitu penting.

Tetapi mengingat konsumen selalu berinteraksi dengan

lingkungannya, maka secara otomatis perilaku itu akan

(32)

penting untuk memahami mengapa dan apa saja yang

mempengaruhi perubahan perilaku konsumen.

2) Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan.

Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan

pada alasan-alasan tertentu, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Proses pengambilan keputusan konsumen sangat terkait

dengan masalah kejiwaan dan faktor eksternal. Dengan memahami

perilaku konsumen, pemasar akan mudah untuk menggambarkan

bagaimana proses keputusan itu dibuat.

4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael 1) Perilaku pembelian kompleks

Perilaku pembelian kompleks terdiri dari tiga langkah, yaitu:

pertama pembeli mengembangan keyakinan tentang produk

tertentu. Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut.

Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat.

2) Perilaku pengurangan ketidaknyamanan

Terkadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun

melihat sedikit perbedaan antar merek. Pembeli akan berbelanja

dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia. Jika

konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia

mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika

konsumen menemukan perbedaan kecil, dia mungkin akan

(33)

3) Perilaku pembelian karena kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi di mana

konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan terdapat perbedaan

yang signifikan antar merek. konsumen tidak mencari secara luas

informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan

memutuskan secara serius merek apa yang akan dibeli. Mereka

secara pasif menerima informasi pada saat melihat televisi atau

membaca majalah.

4) Perilaku pembelian yang mencari variasi

Konsumen berada pada perilaku pembelian pencarian variasi dalam

situasi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang

rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang

signifikan. Konsumen biasanya beralih merek.

5. Tahap-tahap Proses Pembelian

Berdasarkan pengkajian terhadap laporan banyak konsumen

tentang proses membeli, “model tahap-tahap” dari proses membeli

telah dikonseptualisasi oleh para peneliti perilaku konsumen. Model

tahap-tahap itu paling serasi dengan pembuatan keputusan yang

kompleks. Kita akan mempergunakan model itu untuk menunjukkan

bahwa ada lima proses yang dilalui konsumen (Philip Kotler:1988):

pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif,

(34)

1) Pengenalan Masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau

kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan

sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat

digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar.

Kebutuhan seseorang yang normal adalah: lapar, haus, seks,

akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan

berubah menjadi dorongan.untuk itu para pemasar perlu mengenal

berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat

tertentu dalam konsumen.

2) Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin

akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi.

Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapat

memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek

itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu mengendap dalam

ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh

informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi

sehubungan dengan kebutuhan itu.

Yang menjadi pusat perhatian para pemasar adalah

sumber-sumber informasi pokok yang akan diperhatikan konsumen dan

pengaruh relatif dari setiap informasi itu terhadap rangkaian

(35)

3) Penilaian Alternatif

Pemasar perlu mengetahui bagaimana proses informasi

konsumen tiba pada tahap pemilihan merek. Tidak ada satu proses

penilaian yang sederhana dan tunggal yang dipergunakan oleh

semua konsumen dalam situasi membeli. Terdapat beberapa proses

evaluasi konsumen adalah orientasi kognitif, yakni memandang

konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk

terutama berlandaskan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.

Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami

proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha

memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat

tertentu adri solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap

produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang

berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk

memuaskan kebutuhan ini.

Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam

memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.

Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang

memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering

dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam

kelompok konsumen yang berbeda-beda.

(36)

Kumpulan keyakinan atas suatu merek membentuk citra merek.

Citra merek konsumen akan berbeda-beda menurut pengalaman

mereka yang disaring oleh dampak persepsi selektif, distorsi

selektif, dan ingatan selektif.

4) Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas

merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin

membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.

Namun, ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian

dan keputusan pembelian.

Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauh mana

pendirian orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang

akan bergantung pada dua hal :

a) Intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang

disukai konsumen.

b) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat

orang lain tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen

akan menyesuaikan niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga

dapat terjadi di mana seorang pembeli untuk suatu merek akan

meningkat jika seorang yang ia sukai juga sangat menyukai merek

(37)

yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan

dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua.

Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.

Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Sebagai

contoh, kehilangan pekerjaan.

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau

menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh

risiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya risiko yang

dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang

dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya

kepercayaan diri konsumen. Konsumen mengembangkan rutinitas

tertentu untuk mengurangi risiko, seperti penghindaran keputusan,

pengumpulan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas

merek dalam negeri dan garansi. Pemasar harus memahami

faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya risiko dalam diri konsumen

dan memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi ririko

yang dirasakan.

5) Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak

berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode

(38)

pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian dan

pembuangan pasca pembelian. (Philip Kotler:1997)

a) Kepuasan Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, seorang konsumen

mungkin mendeteksi suatu kekurangan. Kepuasan pembeli

adalah fungsi seberapa dekat harapan pembeli atas suatu

produk dengan kinerja yang dirasakn pembeli atas produk

tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan

pembeli,pembeli akan kecewa; jika ia sesuai harapan, pembeli

akan puas; jika ia melebihi harapan, ia akan sangat puas.

Perasaan-perasaan ini akan membedakan apakah pembeli akan

membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal

yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang

produk tersebut kepada orang lain.

Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan

pesan yang diterima dari penjual, teman, dan sumber-sumber

informasi lain. Jika penjual melebih-lebihkan manfaat suatu

produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai

(disconfirmed expectation), yang akan menyebabkan

ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan

(39)

b) Tindakan Pasca Pembelian

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu

produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika

konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih

tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.

Pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya. Mereka

mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut.

Mereka juga mungkin akan mencari informasi yang

mengkonfirmasikan nilai yang tinggi dari produk tersebut.

Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti

mengajukan keluhan-keluhan pada perusahaan, pergi ke

pengacara atau mengadu pada kelompok-kelompok lain seperti

badan usaha atau pemerintah. Tindakan pribadi dapat berupa

memutuskan untuk membeli produk tersebut atau

mengingatkan teman-teman.

c) Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian

Pemasar juga harus memantau pembeli bagaimana

pembeli memakai atau membuang produk. Jika konsumen

menyimpan produk, mungkin produk tersebut tidak begitu

memuaskan dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar.

Penjual perlu mempelajari pemakaian produk dan

(40)

dilakukan sebagai petunjuk bagi kemungkinan akan adanya

masalah-masalah dan kesempatan yang menguntungkan.

Landasan bagi keberhasilan pemasaran adalah memahami

kebutuhan-kebutuhan konsumen dan proses pembelian. Para

pemasar dapat memperoleh petunjuk penting tentang

bagaimana memenuhi berbagai peserta dalam proses membeli

dan hal-hal yang banyak mempengaruhi tingkah laku membeli

dengan cara memahami bagaimana pembeli-pembeli

menempuh proses mulai dari pengenalan masalah, pencarian

informasi, menilai alternatif, memutuskan pembelian dan

tingkah laku pasca pembelian.

6. Perilaku Membeli

Para konsumen dalam melakukan pembelian memiliki dua tipe

pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian ulangan. Ketika

konsumen membeli suatu produk untuk pertama kalinya dengan

jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, pembelian ini akan dianggap

suatu percobaan. Jadi percobaan merupakan tahap perilaku pembelian

yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu

produk melalui pemakaian langsung.

Jika suatu produk pada waktu percobaan dirasakan lebih

memuaskan atau lebih baik dari produk-produk lain konsumen akan

(41)

dikarenakan produk sesuai dengan persetujuan konsumen dan

konsumen akan bersedia memakainya lagi.

B. FANATISME

1. Pengertian Fanatik

Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu

keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif,

pandangan mana yang tidak memiliki landasan teori, tetapi dianut secara

mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah (Agussyafii:2006).

Secara psikologis, seorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami

segala sesuatu yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah

orang atau kelompok lain, dan tidak mengerti faham atau filsafat selain

yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sikap fanatik adalah

ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang

berada di luar kelompoknya sebagai sesuatu yang benar atau salah.

2. Pengertian Fanatisme

Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana penganut sebuah faham,

baik politik, agama, kebudayaan, atau apapun jua, menjadi sangat kuat

keyakinannya sehingga sampai tidak dapat diterima dengan akal sehat

(ensiklopedia:2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000)

mengartikan fanatisme sebagai keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat

(42)

kuat terhadap kebenaran, idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang

dianut. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu argumen

rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat

disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang

dalam :

1) Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu.

2) Berfikir dan memutuskan sesuatu.

3) Mempersepsi dan memahami sesuatu.

4) Merasakan sesuatu.

Fanatisme dapat bermula dari perasaan cinta diri atau kekaguman

diri yang berlebihan, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada

dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat

berkembang menjadi rasa tidak suka. Perasaan tidak suka ini kemudian

dapat berkembang menjadi perasaan benci kepada orang lain atau

kelompok lain yang berbeda dengan dirinya.

C. PAPARAN PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA

TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Sepak bola merupakan salah satu cabang olah raga yang telah

mendunia karena oleh diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap

negara. Dalam wujud yang sekarang, sepak bola telah menjadi salah satu

cabang olah raga yang memiliki banyak penggemar atau fans karena mampu

(43)

dengan demam bola. Demam sepak bola pada setiap negara ditunjukkan

dengan ekspresi yang berbeda-beda misalnya, melalui nyanyian, tarian, irama

drumband dan peluit, terompet-terompet, topi, t-shirt, bendera, dan aneka

macam souvenir atau asesoris sepak bola (http://www.xs4all.nl).

Secara tegas ekspresi para fans sepak bola merupakan sebuah perilaku

yang menunjukkan kecintaan mereka pada sebuah klub sepak bola. Kecintaan

yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola dapat berkembang menjadi

fanatisme. Fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan

yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub adalah klub yang

terbaik. Fanatisme suporter atau fans terhadap klub sepak bola kesayangannya

semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli, mengenakan

atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan klubnya

(http://pikiran-rakyat.com). Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong

seorang fans sepak bola mengeluarkan uangnya untuk membeli asesoris sepak

bola agar tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan mereka ketika di

lapangan. Mereka bahkan rela menghabiskan uang saku mereka untuk

membeli atau memborong asesoris sepak bola seperti kaos, gelas mug, bola,

bacaan tentang bola, topi dan lain sebagainya (http/www.kompas.com).

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

fanatisme fans sepak bola memiliki hubungan yang erat dengan perilaku

membeli asesoris sepak bola. Jadi apabila seorang fans memiliki fanatisme

(44)

D. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara fanatisme fans

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian studi kasus, yaitu

penulisan tentang pengaruh fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku

membeli asesoris sepak bola. Studi kasus pada Suporter PSS Slemania,

sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada Suporter PSS

Slemania.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Sleman khususnya pada Suporter

PSS Slemania wilayah Depok..

2. Penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu bulan, yaitu pada bulan

Oktober-November 2007.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah fans sepak bola yang ada di Kabupaten

Sleman khususnya pada Suporter PSS Slemania wilayah Depok Sleman.

2. Obyek Penelitian

(46)

D. Identifikasi Variabel

Variabel penelitiannya adalah :

1. Variabel Independen

Variabel Independen penelitian ini adalah fanatisme fans sepak bola.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen penelitian ini adalah perilaku membeli asesoris

sepak bola.

E. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah fanatisme fans

sepak bola dengan perilaku membeli asesoris sepak bola. Berikut ini adalah

penjelasan terperinci tentang variabel-variabel penelitian, yaitu :

1. Variabel pertama: Fanatisme yaitu keadaan di mana penganut sebuah

faham, baik politik, agama, kebudayaan, atau apapun jua, menjadi sangat

kuat keyakinannya sehingga sampai tidak dapat diterima dengan akal sehat

(ensiklopedia:2007). Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu

argumen rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya.

Indikator-indikator yang digunakan untuk meninjau fanatisme adalah :

a. Perasaan para fans sepak bola yang menganggap bahwa klub

kesayangan mereka adalah yang terbaik dalam hal strategi permainan

dan kualitas pemainnya.

b. Perasaan bangga para fans sepak bola dengan apapun prestasi yang

(47)

c. Dukungan para fans sepak bola walaupun prestasi klub kesayangan

mereka kurang bagus.

d. Keyakinan fans bahwa klub kesayangan mereka akan selalu tampil

dengan permainan terbaik dan mampu memenangkan setiap

pertandingan.

e. Kesetiaan para fans sepak bola untuk menyaksikan setiap pertandingan

dari klub kesayangan mereka dan tampil seidentik mungkin dengan

klub kesayangannya.

f. Perasaan benci terhadap fans klub lain dan menjadi anggota komunitas

dari pendukung klub kesayangan mereka.

2. Variabel kedua : Perilaku membeli yaitu perilaku konsumen mulai dari

pasca pembelian dan perilaku pembelian ulang. Indikator-indikator yang

digunakan untuk meninjau perilaku membeli yaitu :

a. Pembelian asesoris sepak bola oleh fans sepak bola baik berupa kaos,

slayer, poster dan bacaan yang terkait dengan klub kesayangan mereka.

b. Pembelian asesoris sepak bola oleh fans sepak bola tanpa

memperhatikan harga dan kualitas.

c. Pembelian asesoris secara rutin yang dilakukan fans sepak bola.

d. Pembelian asesoris yang dilakukan fans sepak bola baik untuk koleksi

maupun untuk dipakai saat menonton pertandingan.

e. Pencarian informasi yang dilakukan fans untuk mendapatkan asesoris

(48)

Untuk mengukur variabel independen, responden diminta mengisi

kuesioner yang jawabannya telah disediakan. Skala yang digunakan yaitu

model skala Likert, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat

Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Untuk mengukur variabel dependen, responden diminta mengisi

kuesioner yang jawabannya telah disediakan. Skala yang digunakan yaitu

model skala Likert, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat

Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

F. Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner

mengenai tingkat fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli

asesoris sepak bola.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka dan informasi

tentang obyek yang diteliti.

G. Pengumpulan Data 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

(49)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Pengambilan sampel ini menggunakan metode Purposive

Sampling, maksudnya pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas

ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang

erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Sutrisno Hadi:2000). Ciri-ciri atau sifat-sifat populasi adalah

memiliki salah satu asesoris sepak bola. Jumlah sampel yang diambil

sekitar 100 orang.

3. Metode pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode kuesioner

karena kuesioner mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen

pengumpul data (Suharsimi:1989).

H. Validasi 1. Validitas

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti. Adapun rumus yang digunakan dalam hal ini adalah korelasi

product moment (Sugiyono:2005) :

(50)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y

x : jumlah alternatif jawaban pada keseluruhan pertanyaan

y : jumlah total seluruh alternatif jawaban pada keseluruhan pertanyaan

n : jumlah responden

Instrumen penelitian dianggap valid bila r hitung > r tabel dengan

menggunakan taraf kesalahan 5% (taraf kepercayaan 95%)

2. Reliabilitas

Skala atau alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah

skala yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya dan reliabel.

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh

hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah (Azwar, 2001).

Dalam penelitian ini, estimasi reliabilitas akan diuji dengan

pendekatan konsistensi internal melalui prosedur Alpha Cronbach.

Pendekatan ini dipilih dengan alasan mempunyai nilai praktis dan efisiensi

yang tinggi karena hanya didasarkan pada pengukuran satu kali dari

sekelompok individu sebagai subjek atau “single trial administration”.

Prinsip pengujian tunggal adalah pengujian konsistensi di antara

komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar,

(51)

Azwar (1999) mengatakan bahwa reliabilitas dinyatakan oleh

koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00.

Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin

tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah

mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan

analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil analisis

tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh fanatisme fans sepak bola

terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola dengan rumus sebagai berikut

( Algifari, 2000: 14 ):

Y = variabel tergantung

X = variabel bebas

a = konstanta

(52)

Untuk melakukan pengujian hipotesis apakah memang fanatisme fans

sepak bola dapat mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak bola, maka

dipergunakan uji-t, yaitu :

t hitung Sb

b

=

dimana :

b = kemiringan garis regresi

Sb = standard error dari X

Untuk itu, sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dirumuskan

hipotesis dan hipotesis statistik sebagai berikut :

Ho : Variabel fanatisme fans sepak bola tidak mempunyai pengaruh tang

signifikan terhadap perilaku membeli asesoris bola.

Ha : Variabel fanatisme fans sepak bola mempunyai pengaruh tang signifikan

terhadap perilaku membeli asesoris bola.

Hipotesis Statistiknya adalah sebagai berikut :

Ho : β = 0

Ha : β ≠0

Keterangan : β =b = koefisien regresi

Dari pengujian tersebut jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya memang terbukti ada pengaruh yang signifikan bahwa

fanatisme fans sepak bola mempengaruhi perilaku membeli asesoris sepak

bola dengan menggunakan asumsi tingkat kepercayaan sebesar 95% atau

(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN

A. Sejarah Singkat Perjalanan Team Hijau PSS

Sejak lama dan sudah berpanjang lebar orang membicarakan

bagaimana sebuah permainan sepak bola bisa baik, berkualitas tinggi. Bahkan,

dalam konteks nasional, Indonesia pernah kebingungan mencari jawaban itu.

Berbagai pelatih atau instruktur didatangkan dari Brasil, Jerman, Belanda dan

sebagainya. Namun, sepak bola Indonesia tak pernah memuaskan, bahkan

terkesan mengalami kemunduran.

Berdasarkan pengalaman upaya Tim Nasional Indonesia untuk

membangun sebuah permainan sepak bola yang baik itu, sebenarnya ada

kesimpulan yang bisa diambil. Kesimpulan itu adalah, selama ini Indonesia

hanya mencoba mengkarbit kemampuan sepak bolanya dengan mendatangkan

pelatih berkelas dari luar negeri. Indonesia tidak pernah membangun kultur

atau budaya sepakbola secara baik. Dengan kata lain, upaya PSSI selama ini

lebih membuat produk instan daripada membangun kultur dimaksud. Pelatih

berkualitas, teori dan teknik sebenarnya bukan barang sulit untuk dimiliki.

Elemen-elemen itu ada dalam textbook, atau bahkan sudah di luar kepala

seiring dengan meluasnya popularitas sepak bola. Indonesia termasuk

gudangnya komentator. Bahkan, seorang abang becak pun bisa berbicara

(54)

menjadi kebiasaan atau tradisi yang melibatkan daya upaya, hasrat jiwa,

interaksi berbagai unsur dan berproses secara wajar dan jujur, bertahap dan

hidup.

Untuk membangun kultur sepak bola itu, jawaban terbaik adalah

membangun kompetisi yang baik pula. Lewat kompetisi, tradisi sepak bola

lengkap dengan segala elemennya akan berproses dan berkembang ke arah

yang lebih baik. Akan lebih baik lagi kompetisi itu terbangun sejak pelakunya

masih kecil, tanpa rekayasa dan manipulasi. Pada gilirannya, tradisi itu akan

melahirkan sebuah permainan indah dan berkualitas, serta memiliki bentuk

dan ciri khasnya tersendiri. Itulah sebabnya kenapa sepak bola Brasil,

Belanda, Inggris, Jerman dan Italia tidak hanya berkualitas, tapi juga punya

gaya khasnya sendiri- sendiri.

Dalam konteks kecil dan lokal, Persatuan Sepak bola Sleman

(PSS), sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepak

bolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri

tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan

PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM

Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya. Namun, meski muda, PSS

mampu membangun kompetisi sepak bola secara disiplin, rutin dan ketat sejak

pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini.

Sebuah konsistensi yang luar biasa. Bahkan, kompetisi lokal PSS kini dinilai

terbaik dan paling konsisten di Indonesia. Apalagi, kompetisi yang dijalankan

(55)

pernah PSS juga menggelar kompetisi divisi IIA. Maka, tak pelak lagi, PSS

kemudian memiliki sebuah kultur sepak bola yang baik. Minimal, di Sleman

telah terbangun sebuah tradisi sepak bola yang meluas dan mengakar dari

segala kelas.

Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS

mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas. Ini prestasi luar biasa

bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini.

Di Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang

bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepak bola. Kompetisi

itu lebih berawal dari kecintaan sepak bola, tekad, hasrat, motivasi dan

kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur diantaranya penonton, pemain,

pelatih, pengurus dan pembina, terlihat begitu tinggi. Meski belum optimal,

PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepak bola mereka. Setidaknya, PSS

sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka

bagi DIY. Terakhir, pemain nasional dari DIY adalah kiper Siswadi Gancis.

Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Yang lebih memuaskan, pada

kompetisi tahun 1999/2000, PSS berhasil masuk jajaran elit Divisi Utama

Liga Indonesia (LI). Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang

mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan.

Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II.

Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun

(56)

kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi

Utama LI bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.

Kasus PSS menjadi contoh betapa sebuah kulturisasi sepak bola

akan lebih menghasilkan prestasi yang mantap daripada produk instan yang

mengandalkan ketebalan duit. Dan memang benar, setelah bertanding di

kompetisi Divisi Utama, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan

bulan- bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama, PSS tetap

menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M Iksan,

Slamet Riyadi, Anshori, Fajar Listiantoro dan M Muslih. Bahkan, M Ikhsan,

Slamet Riyadi dan Anshori merupakan pemain berpengaruh dalam tim. Pada

penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepak bola

Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang,

Pelita Solo 2-1. Bahkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono sendiri

yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga

kaget. Kepada Bupati Sleman Ibnu Subianto yang mengikutinya, Sri Sultan

mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita. "

Artinya, anak-anak Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa

mengalahkan tim elit Pelita Solo.

Saat itu, Ibnu Subianto menjawab, "Biar hitam nggak apa- apa tho

pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS

memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi

anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan tahu proses

(57)

Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki

kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak

putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata

menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger

di urutan pertama. Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito

Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS

membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi

catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi

perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang

ditakuti, meski tanpa bintang.

Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab

itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama.

Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup

kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Bahkan,

bukan hal mustahil jika suatu saat PSS bisa juara LI. Apa yang terjadi di

Sleman sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Bandung dengan Persib-nya

dan di Surabaya dengan Persebaya-nya. Di kedua kota itu, kompetisi lokal

juga berjalan dengan baik, bahkan sepakbola antarkampung (tarkam) pun

kelewat banyak. Maka tak heran jika sepakbola di Bandung dan Surabaya

sangat tangguh dan memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, jika tradisi

sepakbola di Sleman bisa dipertahankan bahkan dikembangkan, tak menutup

(58)

B. Stadion

PSS Jogja memutuskan memakai Stadion Mandala Krida menjadi

home ground selama Liga Indonesia 2002. Keputusan ini diambil setelah

mempertimbangkan ketidaklayaan stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim

besar Liga Indonesi Stadion yang tepatnya terletak di Kelurahan Baciro,

terkenal sebagai kandangnya PSIM, kesebelasan perserikatan milik

masyarakat Jogja yang akhir-akhir ini prestasinya memprihatinkan. Karena

terpuruk di kompetisi divisi 1, dan belum ada tanda-tanda kebangkitan.

Stadion yang tepatnya terletak di Kelurahan Baciro, terkenal

sebagai kandangnya PSIM, kesebelasan perserikatan milik masyarakat Jogja

yang akhir-akhir ini prestasinya memprihatinkan. Karena terpuruk di

kompetisi divisi 1, dan belum ada tanda-tanda kebangkitan. Mandala Krida

memenuhi standar untuk melangsungkan pertandingan sepakbola berskala

nasional. Dengan lampu penerangan yang terawat dengan baik, pertandingan

malam hari pun bisa dilaksanakan dengan lancar.

Tempat duduk di stadion dibagi menjadi 3 kelas, yaitu VIP, Tribun

tertutup dan kelas ekonomi yang menempati tribun terbuka. Dengan kapasitas

25 ribu penonton memungkinkan PSS Jogja untuk menjamu tim-tim lawan

yang mempunyai suporter fanatik. Fasilitas lain yang menjadikan Mandala

lebih unggul dari Tridadi adalah adanya kamar kecil di setiap sudut stadion.

Mulai dari Tribun tertutup sampai tribun terbuka. Kamar ganti yang luas dan

tempat wasit yang aman tambah melengkapi koleksi yang dimiliki Stadion

(59)

menjadikan Mandala Krida tidak pernah mati dari pukul 6 pagi sampai 9

malam. Hanya saja di ruang ganti belum dilengkapi dengan kamar mandi yang

layak untuk membersihkan diri bagi pemain. Ditambah lahan parkir stadion

yang sering menjadi ajang Balap Road Race menjadi kendala bagi panitia

pelaksana agar jadwal Liga tidak bertabrakan dengan Kejurnas Road Race.

C. Struktur Organisasi PSS Sleman Nama Klub : PSS

Divisi : Divisi Utama - Grup 1 (Barat)

Julukan : Super Elang Jawa

Sejarah : Berdiri Tahun 1976

Alamat : Jl. Magelang Km.6,5 ,Jombor, Sinduandi, Mlati

Kota : Sleman

Telepon : (0274) 4362388

Faksimile : (0274) 4362388

Ketua : Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt

Sekretaris : Drs. Bambang Nurdjoko

Bendahara : Drs. Samsidi

Sekretaris Tim : Drs. Bambang Nurdjoko

Panitia Pelaksana : Drs. H. Samsidi

Manajer : Hendrikus Mulyono

(60)

Dokter : dr. Ibnu Soesanto

Fans / Suporter : Slemania

Stadion : Maguwoharjo

Kota Stadion : Sleman

Kapasitas Stadion : 30000

Daftar Pemain Musim Kompetisi 2007-2008

1. AANG SUPARMAN (2)

2. ADRIANUS PATRICK DOMAL (18)

3. AGUNG PRASETYA (0)

10. CRISTIAN GASTON CASTANO (7)

11. DWI ADI NUGRAHANTA (21)

12. FAJAR LISTYANTARA (27)

13. FERRY SETIAWAN (33)

14. FRANCIS MBONDJO ETOUKE (32)

15. GALIH SUDARYONO (20)

16. GEORGE OYEDEPO OYEBODE (4)

17. HARYANTO PRASETYO (28)

18. HATRI NUR HANDAYA (17)

19. IMAM ROCHMAWAN (15)

20. JUAN DARIO BATTALA (10)

(61)

23. RAHEL TUASALAMONY (25)

24. SLAMET NURCAHYO (11)

25. SOULEYMANE TRAORE (5)

26. URIP ESTIYAJI (16)

(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang bertujuan untuk mencari pengaruh fanatisme fans

sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola ini dilaksanakan

pada tanggal 25 Oktober 2007 sampai dengan 10 November 2007. Penyebaran

kuesioner dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan pemilihan

subjek yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu.

Peneliti mendapatkan subjek penelitian dengan cara menyebar

kuesioner secara person to person (peneliti terjun langsung ke lapangan) di

Komunitas Slemania wilayah Depok Sleman Yogyakarta. Penyebaran

kuesioner dibantu oleh beberapa relawan (teman peneliti) dan koordinator

Slemania wilayah Depok. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada

dua buah, yaitu skala fanatisme fans sepak bola dan skala perilaku membeli

asesoris sepak bola. Kedua skala digabung menjadi satu bendel dengan tujuan

agar lebih mudah dan praktis dalam penyajiannya.

B. Profil Subjek

Pada bagian ini penulis akan menyajikan profil dari responden

yang menjadi subjek. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan para

fans Slemania yang berada di wilayah Depok Sleman. Berikut akan diuraikan

(63)

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan atau uang saku per bulan. Adapun

data-data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

sebagai berikut :

1. Distribusi fans Slemania berdasarkan jenis kelamin.

Dari hasil kuesioner yang telah diedarkan kepada responden, maka

diperolah gambaran tentang responden sebagai berikut.

Tabel 5.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Pria 86 86%

2. Wanita 14 14%

Jumlah 100 100%

Dari deskripsi tersebut diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis

kelamin pria adalah sebesar 86 orang atau sebesar 86% dari total 100

orang responden. Responden yang berjenis kelamin wanita adalah sebesar

14 orang atau sebesar 14% dari total 100 orang responden.

2. Distribusi fans Slemania berdasarkan pendidikan.

Berdasarkan pendidikan, maka hasil jawaban dari kuesioner yang

telah dibagikan kepada 100 orang responden diperoleh data sebagai

(64)

Tabel 5.2

Data Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD 2 2%

2 SLTP 4 4%

3 SMU 62 62%

4 Perguruan Tinggi 32 32%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data responden di atas dapat diketahui mayoritas fans

Slemania untuk wilayah Depok Sleman adalah pendidikan SD sebanyak 2

orang atau 2% dari total 100 orang responden, pendidikan SLTP sebanyak

4 orang atau sebesar 4%, pendidikan SMU sebanyak 62 orang atau sebesar

62%, pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 32 orang atau sebesar 32%.

3. Distribusi fans Slemania berdasarkan pekerjaan.

Berdasarkan pekerjaan, maka hasil jawaban dari kuesioner yang

telah dibagikan kepada 100 orang responden diperoleh data sebagai

berikut

Tabel 5.3

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Pelajar/Mahasiswa 52 52%

2 Pegawai Negri/Swata 44 44%

3 Pengusaha/Wirausaha 4 4%

(65)

Berdasarkan deskripsi di atas, diketahui bahwa 52 orang atau

sebesar 52% dari total 100 orang responden memiliki pekerjaan sebagai

pelajar/mahasiswa, 44 orang atau sebesar 44% dari total 100 orang

memiliki pekerjaan sebagai pegawai negri/swasta, dan 4 orang atau

sebesar 4% memiliki pekerjaan sebagai pengusaha/wirausaha.

4. Ditribusi fans Slemania berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan.

Berdasarkan pendapatan atau uang saku per bulan, maka hasil

jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5.4

Data Responden Berdasarkan Pedapatan atau Uang Saku Per Bulan No Pendapatan/Uang Saku Jumlah Persentase

1 Di bawah Rp 499.000 26 26%

2 Rp 500.000 – Rp 799.000 52 52%

3 Rp 800.000 – Rp 1.099.000 14 14%

4 Di atas Rp 1.100.000 8 8%

Jumlah 100 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa 26 orang atau sebesar 26% memiliki

pendapatan/uang saku per bulan di bawah Rp 499.000, 52 orang atau

sebesar 52% memiliki pendapatan/uang saku per bulan Rp 500.000 – Rp

(66)

bulan Rp 800.000 – Rp 1.099.000, dan 8 orang atau sebesar 8% memiliki

pendapatan/uang saku per bulan di atas Rp 1.100.000.

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan tingkat sejauh mana suatu alat pengukuran

dapat mengukur suatu gejala dengan valid, sedangkan reliabilitas adalah

ukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil

yang nyata. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif maka data yang

telah diperoleh harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

1. Uji Validitas

Peneliti melakukan uji validitas dengan mengukur validitas

butir. Pengukuran validitas butir menggunakan metode korelasi product

moment. Berdasarkan hasil analisis terhadap butir-butir pertanyaan dengan

taraf signifikansi 5% dan db = n – 2 (5%,98) = 0,135 diperoleh bahwa

semua butir pertanyaan adalah valid karena r hitung

>

r tabel. Hasil

selengkapnya dari pengujian validitas setiap pertanyaan dapat dilihat di

(67)

Tabel 5.5

Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola No r hitung r tabel Keterangan

1 0,7515 0,135 Valid

2 0,6888 0,135 Valid

3 0,4412 0,135 Valid

4 0,7934 0,135 Valid

5 0,6983 0,135 Valid

6 0,6137 0,135 Valid

7 0,4125 0,135 Valid

8 0,6563 0,135 Valid

9 0,6744 0,135 Valid

10 0,6089 0,135 Valid

11 0,6967 0,135 Valid

12 0,6245 0,135 Valid

(68)

Tabel 5.6

Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola No r hitung r tabel Keterangan

1 0,8386 0,135 Valid

2 0,7559 0,135 Valid

3 0,6058 0,135 Valid

4 0,3825 0,135 Valid

5 0,5242 0,135 Valid

6 0,6142 0,135 Valid

7 0,6692 0,135 Valid

8 0,8625 0,135 Valid

9 0,6271 0,135 Valid

10 0,8430 0,135 Valid

11 0,6581 0,135 Valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 5.7

Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas

Simbol Variabel Penelitian r hitung r tabel

X Fanatisme Fans Sepak Bola 0,9092 0,135

Gambar

Tabel 5.1     : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 45
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel di atas menunjukkan bahwa 26 orang atau sebesar 26% memiliki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah kebutuhan kapasitas yang diperlukan diperoleh dengan mengkalikan waktu tiap komponen yang tercantum pada daftar tenaga kerja dengan jumlah produk dari MPS. 16 Kebutuhan

Adapun masalah yang dihadapi konselor di pusat pelayanan keluarga sejahtera dalam memberikan bimbingan terhadap orang lanjut usia yaitu: kondisi fisikorang lanjut

Hasil penelitian selama 6 musim tanam (2010-2013) pada lahan yang digunakan untuk penelitian menunjukkan bahwa pengurangan 50% dosis NPK dengan pembenaman jerami, penambahan

Dalam penelitian ini juga menggunakan metanol sebagai pelarut dalam ekstraksi karena metanol merupakan pelarut organik yang mampu menyari jenis golongan

Hasil produksi yang diharapkan pada tanaman bawang sabrang yaitu umbi tanaman yang digunakan sebagai obat, pada pemberian kompos jerami padi sebanyak 0 kg/plot

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor seperti biaya sewa, kedekatan infrastruktur, lingkungan bisnis, kedekatan konsumen dan

Ketimpangan terus berlangsung sekalipun proses penyelenggaraan PJP-I telah dilampaui, bahkan telah mencapai awal penyelenggaraan PJP-II. Hal ini merupakan indikator bawwa strategi

Pada penelitian ini akan dikaji perihal pendaftaran hak tanggungan pada kantor pertanahan Kabupaten Pidie, hanya saja jaminan yang diberikan debitur