• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KONTEKS BELAJAR, DAN PENDEKATAN BELAJAR TERHADAP BERPIKIR REFLEKTIF DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KONTEKS BELAJAR, DAN PENDEKATAN BELAJAR TERHADAP BERPIKIR REFLEKTIF DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERADASAN EMOSIONAL, KONTEKS BELAJAR, DAN PENDEKATAN BELAJAR TERHADAP BERPIKIR REFLEKTIF

DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Ia Kurnia NIM 0908012

PROGRAM STUDI

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(2)

IA KURNIA

PENGARUH KECERADASAN EMOSIONAL, KONTEKS BELAJAR, DAN PENDEKATAN BELAJAR TERHADAP BERPIKIR REFLEKTIF

DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI

disetujui dan disyahkan oleh panitia disertasi: Promotor

Prof. Dr. H. Disman, M.S. NIP. 195902091984121001

Kopromotor

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S 196122101986031002

Mengetahui

Ketua Program Studi PIPS Program S3

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Konteks Belajar, dan Pendekatan Belajar Terhadap Berpikir Reflektif dan Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan, Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Yang Membuat Pernyataan

(4)

Ia Kurnia, 2015

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KONTEKS BELAJAR, DAN PENDEKATAN

ABSTRAK

Ia Kurnia. 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Konteks Belajar, dan Pendekatan Belajar Terhadap Berpikir Reflektif dan Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi. Disertasi. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Promotor: Prof. Dr. H. Disman, M.S., Ko Promotor: Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, mengukur, dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional, konteks belajar, dan pendekatan belajar terhadap berpikir reflektif dan prestasi akademik mahasiswa. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, dengan desain korelasional. Menggunakan sampel penelitian sebanyak 410 responden yaitu mahasiswa akuntansi program pendidikan akademik (S-1)dari tiga universitas di Kota Bandung. Pengujian hipotesis menggunakan model persamaan struktural atau structural equation modelling (SEM) dengan pengujian dua tahap yaitu model pengukuran (measurement model) dan model struktural (structural

model). Hasil penelitian menunjukkan (1) Secara umum mahasiswa

akuntansi menggunakan deep approache dalam pendekatan belajarnya, (2) kecerdasan emosional dan konteks belajar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat deep approachebelajarmahasiswa, (3)tingkat

deep approachebelajar mahasiswa berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap berpikir reflektif dan prestasi akademik mahasiswa,(4) Sedangkan kecerdasan emosional dan berpikir reflektif tidak mempunyai pengaruh signifikan secara langsung terhadap prestasi akademik mahasiswa. Implikasinya, adalah adopsi deep approache belajar mahasiswadapat ditingkatkanmelalui peningkatan kecerdasan emosional dan konteks belajar, sedangkan berpikir reflektif dan prestasi akademik dapat ditingkatkan melalui peningkatan adopsi deep aproache belajar mahasiswa.Peningkatan kecerdasan emosional dapat dilakukan melalui pengeintegrasian kecerdasan emosional kedalam materi dan proses perkuliahan dengan penekanan pada aspek empati dan motivasi, sedangkan peningkatan konteks belajar melalui komunikasi efektif dengan mahasiswa, dan kesesuaian penugasan dengan waktu belajar. Peningkatan kecerdasan emosional dan tingkat adopsi deep

aprroache belajar mahasiswa tersebut akan berdampak pada peningkatan

berpikir reflektif dan prestasi akademik mahasiswa akuntansi.

Kata Kunci: Kecerdasan emosional, konteks belajar, pendekatan belajar,

(5)

Ia Kurnia, 2015

ABSTRACT

Ia Kurnia, 2015. The Influence of Emotional Intelligence, Learning Context, and Learning Approaches Toward Reflective Thinking and Academic Performance. Diseration. Education Program of Social Sciences. Graduate School of Education University of Indonesia. Reader: Prof. Dr. H. Disman. M.S., Co-reader: Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.Si.

This research aims to study, measure, and analyze the influence of emotional intelligence, learning contexts and learning approaches for reflective thinking and academic performance. The study used a quantitative approach, with a correlation design.Using samples are 410 respondents, accounting students in academic education program (S-1) of the three universities in Bandung.Hypothesis testing using structural equation modeling (SEM) with a two-stage test includes measurement model and the structural model.The results showed (1) accounting students generally use deep approache in learning (2) emotional intelligence and learning context affect deep

approacheis positively and significantly, (3) deep approache affect

reflective thinking and academic performance is positively and significantly, (4) While the emotional intelligence and reflective thinking do not directly affect academic performance.The implication, is the adoption of deep approache can be improved through increased emotional intelligence and learning context whereas reflective thinking and academic performance can be improved through increased adoption of deep aproache. Increased emotional intelligence and the adoption of deep aprroache will have an impact on increasing reflective thinking and academic performance on accounting students.

(6)

Ia Kurnia, 2015 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN...

BABIPENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang Penelitian ... .. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Signifikansi Penelitian ... 1.5 Struktur Organisasi Disertasi ... BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS...

2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1 Konsep Reflective Thinking (Berpikir Reflektif) ... 2.1.2 Konsep Academic Performance (Prestasi Akademik) ... 2.1.3Konsep Learning Approaches (Pendekatan Belajar) ... 2.1.4 Konsep Learning Context (Konteks Belajar) ... 2.1.5 Konsep Refflective Thinking(Berpikir Reflektif)

2.1.6 PIPS Dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Keterampilan ... 2.2 Penelitian Terdahulu ... 2.3Kerangka Pemikiran ... 2.4 Hipotesis Penelitian ...

(7)

BAB III METODE PENELITIAN...

3.1 Disain Penelitian ... 3.2 Partisipan ... 3.3 Populasi dan Sampel ... 3.4 Instrumen Penelitian dan Oprasionalisasi Variabel ... 3.4.1 R-SPQ-2F sebagai kuesioner untuk variabel learning approaches. 3.4.2 CEO sebagai kuesioner untuk variabel konteks belajar (learning context) ...

3.4.3 TEIQue-SF sebagai kuesioner untuk variabel kecerdasan emosional(emosional intelligence) ... 3.4.4 QRT sebagai kuesioner untuk variabel berpikir reflektif ... 3..4.5 Kuesioner untuk variabel prestasi akademik ... 3.5 Uji Coba Instrumen ... 3.5.1 Uji Reliabilitas dan Validitas Terhadap Variabel Emotional Intelligence ...

3.5.2 Ikhtisar Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Learning Context, Learning Approaches, dan Reflective Thinking ...

3.6Prosedur Penelitian ... 3.6 Analisis Data ... 3.6.1 Prosedur analisis data dengan SEM ... 3.6.2 Komposit indikator dimensi ... BAB IVTEMUAN DAN PEMBAHASAN...

4.1 Deskripsi Temuan Penelitian ... 4.1.1 Deskripsi Data Responden ... 4.1.2 Deskripsi Konstruk Penelitian ... 4.1.3 Analisis Data Dengan SEM ... 4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 4.1.5 Analisis Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total, Serta Pengaruh Simultan ...

(8)

Ia Kurnia, 2015

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 4.2.1 Pengaruh Emotional Intelligencedan Learning Context Terhadap Deep Approaches ...

4.2.1.1Pengaruh Emotional Intelligence Terhadap Deep Approache ...

4.2.1.2 Pengaruh Learning Context Terhadap Deep Approache ... 4.2.2 Pengaruh Deep Approaches Terhadap Reflective Thinking ... 4.2.3 Pengaruh Emotional Intelligence,Deep Approaches, dan

Reflective Thinking Terhadap Academic Performance ...

4.2.3.1 Pengaruh Emotional IntelligenceTerhadap Academic Performance... 4.2.3.2 Pengaruh Deep Approache Terhadap Academic Performance ...

4.2.3.3Pengaruh reflective Thinking Terhadap Academic Performance ...

4.3 Dalil-dalil Penelitian ... 4.3 Keterbatasan Penelitian ... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI...

5.1 Simpulan ... 5.2 Implikasi Penelitian ... 5.3 Rekomendasi ... DAFATAR RUJUKAN...

LAMPIRAN...

130

130

132 134 136

139

139

142

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram Batang (Bar) Rata-rata IPK Mahasiswa

Program Studi Akuntansi S-1 ... Gambar 1.2 Bar Tingkatan Upaya Memperoleh IPK ... Gambar 1.3 Bar Respon Sikap Terhadap Program Perkuliahan

Berdasarkan Semester ...

Gambar 1.4 Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik ... Gambar 1.5Relasi antara kecerdasan emosional, pendekatan belajar, dan prestasi akademik ... Gambar 1.6 Relasi antara pendekatan belajar, berpikir reflektif dan

Prestasi akademik ... Gambar 1.7 Relasi antara variabel penelitian ... Gambar 2.1Hierarchy of thinking... Gambar 2.2Proses berpikir reflektif ... Gambar 2.3 Model berpikir reflektif ... Gambar 2.4Struktur logis learning approaches ... Gambar 2.5Hubungan learning context, learning approaches, dan

Kualitas hasil belajar ... Gambar 2.6Model 3P dalam belajar ... Gambar 2.7Kerangka Pemikiran Penelitian ... Gambar 2.8 Paradigma Penelitian ... Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... Gambar 3.2 Model Teoritis Penelitian yang Dikembangkan ... Gambar 3.3 Model SEM Secara Umum ... Gambar 3.4 Diagram Alur Penelitian ... Gambar 4.2 Jumlah RespondenBerdasarkan Perguruan Tinggi ... Gambar 4.3 Proporsi Responden Menurut Program Studi dan Perguruan Tinggi ... Gambar 4.4 Jumlah Responden Manurut Semester... Gambar 4.5 Proporsi Responden menurut semester dan Perguruan Tinggi..

(10)

Ia Kurnia, 2015

Gambar 4.6 Jumlah RespondenMenurut Jenis Kelamin... Gambar 4.7 Proporsi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Perguruan Tinggi ... Gambar 4.8 Proporsi responden berdasarkan jenis kelamin dan program Studi ... Gambar 4.9 Proporsi responden berdasarkan asal jurusan i SMU/K ... Gambar 4.10 Proporsi responden berdasarkan jurusan di SMU/K dan program studi ...

Gambar 4.11 Proporsi responden berdasrkan jurusan di SMU/K dan perguruan tinggi ...

Gambar 4.12 Proporsi responden dengan IPK di bawah dan di atas IPK rata-rata ...

Gambar 4.13 Proporsi responden dengan IPK di bawah dan di atas IPK rata- rata berdasarkan perguruan tinggi ...

Gambar 4.14 Proporsi responden dengan IPK di bawah dan i atas IPK rata-rata berdasarkan program studi ... Gambar 4.15 Proporsi responden dengan IPK di bawah dan di atas IPK rata-rata berdasarkan jenis kelamin ...

Gambar 4.16 Proporsi responden dengan IPK di bawah dan di atasIPK rata-rata berdasarkan jurusan SMU/K asal ...

Gambar 4.17 Proporsi kategori emotional intelligence... Gambar 4.18 Proporsi kategori self awareness ... Gambar 4.19 Proporsi kategori self regulation ... Gambar 4.20 Proporsi kategori dimensi motivation ... Gambar 4.21 Proporsi kategori dimensi empathy ... Gambar 4.22 Proporsi kategori dimensi social skill ... Gambar 4.23 Proporsi kategori learning context ...

94

95

95 96

97

97

99

100

101

102

103 108 109 109 110

(11)

Gambar 4.24 Proporsi kategori reflective thinking ... Gambar 4.25 Proporsi kategori deep approache ... Gambar 4.26 Proporsi kategori surface approache ... Gambar 4.27 Model awal pengujian ... Gambar 4.28 Output Path Diagram awal ... Gambar 4.29 Output path diagram setelah mengeluarkant outliar ... Gambar 4.30 Output path diagram pengujian kedua ... Gambar 4.31 Proses berpikir reflektif ...

116 118 119

(12)

Ia Kurnia, 2015

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 A Core Competency Framework for Entry into the Accounting Profession ...

Tabel 2.1 Karakteristik learning approaches ... Tabel 2.2 Perbedaan utama deep dan surface ... Tabel 2.3 Learning approaches berdasarkan motif dan strategi ... Tabel 3.1 Partisipan Sampel Penelitian ... Tabel 3.2 Operasionalisasi variabel learning approachesi ... Tabel 3.3 Operasionalisasi variabel learning context ... Tabel 3.4 Operasionalisasi variabel emosional intelligence ... Tabel 3.5 Operasionalisasi variabel refflective thinking... Tabel 3.6 Operasionalisasi variabel academic performance ... Tabel 3.7Output Uji Reliabilitas dan ValiditasDimensi Self Awareness Variabel Kecerdasan Emosional ... Tabel 3.8 Output Uji Reliabilitas dan ValiditasDimensi Self Regulation Variabel Kecerdasan Emosional ...

Tabel 3.9 Output Uji Reliabilitas dan ValiditasDimensi Empathy Variabel Kecerdasan Emosional ...

Tabel 3.10 Output Uji Reliabilitas dan ValiditasDimensi Motivation Variabel Kecerdasan Emosional ... Tabel 3.11 Output Uji Reliabilitas dan ValiditasDimensi Sociability Variabel Kecerdasan Emosional ...

Tabel 3.12 Ihtisar Hasil Uji Reliabilitas dan ValiditasVariabel Learning Context ...

Tabel 3.13 Ihtisar Hasil Uji Reliabilitas dan ValiditasVariabel Learning Approaches ...

Tabel 3.14 Ihtisar Hasil Uji Reliabilitas dan ValiditasVariabel Reflective Thinking

Tabel 3.15 Indeks Pengujian Kelayakan Model ... Tabel 3.16 Hasil Komposit Konstruk Dimensi ...

(13)

Tabel 4.1 Interpretasi Kategori Konstruk ... Tabel 4.2 Gambaran Umum Perolehan IPK ... Tabel 4.3 Perolehan Rata-rata IPK Berdasrkan Perguruan Tinggi ... Tabel 4.4 Perolehan Rata-rata IPK Berdasrkan Program Studi ... Tabel 4.5 Perolehan Rata-rata IPK Berdasarkan Jenis Kelamin ... Tabel 4.6 Perolehan Rata-rata IPK Berdasarkan Jurusan di SMU/K ... Tabel 4.7 Output Uji ANOVA Rata-rata IPK Perguruan Tinggi ... Tabel 4.8 Output Uji ANOVA Rata-rata IPK Berdasarkan Program Studi ... Tabel 4.9 Output Uji ANOVA Rata-rata IPK Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.10 Output Uji ANOVA Rata-rata IPK Berdasarkan Menurut Jurusan Asal SMU/K ... Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Konstruk Emotional

Intelligence ...

Tabel 4.12 Ihtisar Tanggapan RespondenKonstruk Emotional Intelligence ...

Tabel 4.13 Ihtisar Tanggapan RespondenKonstrukLearning Context ... Tabel 4.14 Ihtisar Tanggapan RespondenKonstrukReflective Thinking .... Tabel 4.15 Ihtisar Tanggapan RespondenKonstrukLearning Approaches.. Tabel 4.16 Hasil Pengujian GOF Awal ... Tabel 4.17 Hasil Pengujian GOF setelah Bebas Outliar ... Tabel 4.18 Hasil Pengujian GOF Tahap Dua ... Tabel 4.19 Ihtisar Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, Pengaruh Total danSimultan ...

98 99 100 101 102 103 104

105 106

107

107

113 114 116 118 122 124 125

(14)

Ia Kurnia, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen yang Dujicobakan Lampiran 2 : Tabel r Product Moment Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4 : Kuesioner Setelah Uji Validitas Reliabilitas Lampiran 5 : Data Primer

Lampiran 6 : Perhitungan Komposit Indikator Lampiran 7 : Uji Perbedaan Learning Approaches Lampiran 8 : Text Output Pengujian Awal

Lampiran 9 : Text Output Pengujian Awal Setelah Outliar Lampiran 10: Text Output FIT/Tahap Dua

Riwayat Hidup

(15)

1.1Latar Belakang Penelitian

Pengajaran akuntansi pada tingkat pendidikan tinggi dihadapkan pada berbagai tantangan sebagai dampak perkembangan globalisasiekonomi dan teknologi informasi.Globalisasi ekonomimengakibatkan semakin menguatnya interrelasi dan interaksi antar entitas bisnis tingkat domestik dan bahkan internasional.Demikian juga, penggunaan teknologi informasi menjadi suatu keharusan bagi entitas bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas bisnisnya.

Perubahan yang cepat dalam lingkungan ekonomi bisnis telah menuntuttambahan atau bahkan persyaratan kemampuan/keahlian yang baru pada berbagai bidang profesi. Tuntutan tersebut diperlukan agar entitas bisnis bisa cepat beradaptasi denganeskalasi perubahan lingkungan sehingga mampu bersaing dengan entitas bisnis yang lain serta berkemampuan melanjutkan bisnisnya sesuai harapan stakeholder.

Tuntutan standar global atas kualitas jasa dan barang sebagai dampak perubahan lingkungan ekonomi, para profesional harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dengan kualifikasi internasional disampingkebutuhan lokal. Terbentuk dan tumbuhnya kerjasama dan kesepakatan regional dan multinasional di berbagai kawasan menambah pentingnya peran para profesional tersebut. Nayebzadeh, dkk. (2011, hlm 1), menyebutkan bahwa:

In the present time the accounting profession has faced two main challenges. The first challenge is the change and spread of the accounting role which has caused increasing demand for the skilled and professional graduates and the second one is related to existence of a gap between the current skills and the desired skills among the graduates of accounting field.

(16)

Ia Kurnia, 2015

Dengan demikian Akuntan sebagai Profesi bidang akuntansi dihadapkan pada kenyataan perubahan lingkungan ekonomi tersebut. Dinamikatersebut bisa menjadi peluang sekaligus ancaman. Menjadi peluang karena akan semakin banyak permintaan terhadap jasa profesi akuntan, menjadi ancaman jika tidak mampu bersaing dengan para ahli dari luar negeri dengan profesi yangsama.Tuntutan terhadap profesi akuntan semakin kuat karena tekanan yang kuat dari berbagai sumber yang meliputi: (a) globalization, (b) advances in technology, (c) business complexity, (d) societal changes, and (e) the expansion of stakeholder groups, including regulators and supervisory bodies and the broader community (IFAC, 2009).

Albrecht dan Sack (2000, hlm. 43-44) menegaskan bahwa mahasiswa sekarang harus memiliki keterampilan dan talenta yang diperlukan pasar masa depan, harus mau belajar dengan berbagai upaya untuk memperoleh keterampilan baru. Dijelaskannya pula, bahwa pendidikan akuntansi memiliki sejumlah permasalahan yang meliputi: kurikulum dan konten mata kuliah, pedagogi, pengembangan keterampilan, teknologi, sistem pengembangan fakultas, dan arah strategi. Sistem pendidikan akuntansi seringkali minim kreatifitas karena tidak mampu mengembangkan kemampuaan belajar mahasiswa. Sejalan dengan itu, Glass danOakley (2003, hlm. 679)berpendapat bahwa “Accounting education is failing to meet the needs of the profession by focusing curricula on memorization

or accounting rules rather than the development of conceptual and analytical

skills necessary for today’s accounting environment”.

(17)

hlm. i) bahwa “Higher education in accounting faces a challenge to shift its emphasis from reproducing technical knowledge to developing personal

capabilities such ascritical thinking, creative thinking, problem-solving,

communication andteamwork”.

Bahkan pada tahun 1999, American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) telah merinci kerangka kerja kompetensi inti (core competence) untuk bidang profesi akuntansi seperti ditunjukkan pada tabel 1. Selain kompetensi utama tersebut, Wahida,dkk. (2011, hlm. 5) menjelaskan bahwa seorang ahli akuntansi membutuhkan intellectual skill seperti pemecahan masalah dan pemikiran kritis.

Table 1.1

A Core Competency Framework for Entry into the AccountingProfession

1 Cultivates growth in personal conduct and capabilities

2 Diagnoses the need for change and takes appropriate action to gain competencies

3 Measures oneself against evolving standards and meets or exceeds those standards

4 Accepts professional development as long-life process Performs reliably underchanging demands

5 Evaluates information in a manner free of distortions, personal bias or conflict ofinterest

6 Recognizes situations where professional ethical standards apply and behavesaccordingly

7 Conducts oneself with honesty Respects Confidentiality Commits to quality and efficlency

8 Manages stress and adapts to unusual demands with composure 9 Objectively considers others professional criticism or evaluation 10 Adheres to a level of personal appearance appropriate to the

environment

11 Identifies and prioritizes career and personai goals and is accountable/learns from mistakes

Sumber : AICPA, 1999

Intellectual skill mencakup kemampuan menghubungkan konsep yang telah

(18)

Ia Kurnia, 2015

Tuntutan kompetensi tersebut telah memicu pendidikan tinggi meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya. Studi dan riset dilakukan dalam berbagai aspek yang terkait dengan kualitas tersebut mencakup metode pengajaran, kurikulum, evaluasi, sarana-prasaran dan lain-lain. Sistem evaluasi misalnya, memegang peranan penting dalam pencapaian tuntutan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan. Dengan demikian sistem evaluasi yang baik harus menghasilkan ukuran yang mencerminkan tingkat kompetensi sesuai standar tuntutan keahlian atau profesi yang akan diampunya.

Prestasi akademik merupakan hasil belajar mahasiswa selama mengikuti perkuliahan berdasarkan evaluasi yang diselenggarakan secara periodik dan kontinyu. Menyimak Caplin’s Dictionary of Psychology(dalam Parveen, 2014, hlm. 35): “ academic achievement has been defined as the level of attainment of proficiency in academic work as evaluated by teacher or through standardized

achievement tests”. Lebih jelas Klobal dan Musek (dalam Baadjies, 2008, hlm. 3) menjelaskan: “Academic achievement indicates the numerical score of a student’s knowledge. It measures the degree of a student’s adaptation to schoolwork and to the educational system”. Juga Howcroft (1991, hlm. 111) mengemukakan: “academic achievement in terms of the actual mark or score obtained in an examination or a test”.

Prestasi akademik yang baik mencerminkan akumulasi kemampuan mahasiswa atau para lulusan dalam penguasaan kompetensi sesuai tuntutan profesinya, sehingga prestasi akademik merupakan ukuran kesuksesan seseorang dalam melaksanakan studinya di tingkat universitas atau pendidikan tinggi. Perkembangan pembangunan ekonomi sosial suatu negara berhubungan langsung dengan prestasi akademik peserta didik di negara tersebut, Ali, dkk. (dalam Mustahaq dan Khan, hlm. 17) menngemukakan bahwa: “The students performance (academic achievement) plays an important role in producing the

best quality graduates who will become great leader and manpower for the

country thus responsible for the country’s economic and social development”. Demikian juga, Coetzee (2011, hlm.13) menjelaskan bahwa: ”Academic

achievement is an important factor in national education because it can be seen

(19)

Semester Gasal

Semester Genap

Semester Gasal

Semester Genap

Universitas Pasundan (Unpas) 2,92 2,82 2,96

-Universitas Langlangbuana (Unla) 3,09 3,08 2,86

-Uniiversitas Islam Bandung (Unisba) 2,86 3,01 2,44

-Universitas Winayamukti (Unwin) 2,63 2,52 2,59

-Universitas Komputer Indonesia (Unikom) 3,27 3,27 2,99

-Universitas Widyatama 2,87 3,03 2,84

-Universitas Islam Nusantara (Uninus) 3,10 2,85 2,74 -Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) 2,59 2,63 2,57

-Universitas Bandung Raya (Unbar) 2,60 3,01 3,02

-Universitas Kristen Maranatha 3,04 3,12 2,85

-Universitas Nasional Pasim 2,55 2,70 2,85

-Tahun Akademik 2013-2014 -Tahun Akademik 2014-2015 Nama Universitas

Ukuran atau indikator prestasi akademik pada pendidikan tinggi adalah indek prestasi kumulatif (IPK). IPK merupakan nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan beberapa semester. Pentingnya IPK sebagai indikator pengukur pestasi akademik misalnya terdapat banyak perusahaan (swasta dan negeri ) mensyaratkan batas minimal perolehan IPKdalam penerimaan karyawannya, batas minimal perolehan IPK juga menjadi persyaratan melanjutkan pendididikan pascasarjana, demikian juga unuk memperoleh beasiswa. Mahasiswa dengan IPK yang baik/ tinggi diharapkan menjadi seorang profesional yang lebih baik, atau kalau melanjutkan studi diharapkan mampu menyelesaikannya dengan lebih baik. Oleh karena itu, Mushtaq dan Khan (2012, hlm. 17) menegaskan bahwa banyak para peneliti menggunakan GPA (Grade Performance Academic) atau IPK untuk mengukur prestasi akademik mahasiswa

pada semester tertentu.

Tabel 1.2 di bawah ini memperlihatkan IPK rata-rata yang diperoleh mahasiswa program studi akuntansi (S-1) pada beberapa universitas swasta di kota Bandung.Tidak ada data IPK pada semester genap tahun akademik 2014-2015, karena pada saat pengumpulan data, perkuliahan semester genap masih berlangsung.

Tabel 1.2

Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)Mahasiswa

Program Studi Akuntansi (S-1) Pada Universitas Swasta di Kota Bandung

Sumber: Diolah dari Kopertis Wilayah IV Jabar dan Banten

(20)

Ia Kurnia, 2015

rata-rata di atas 3,00, namun IPK tersebut paling tinggisebesar 3,27. Kemudian, jika dilihat progres IPK rata-rata pada tiap semesternya, maka kecenderungannya IPK rata-rata tersebut mengalami penurunan. Gambaran lebih jelas tentang perkembangan rata-rata IPK tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 dalam bentuk diagram batang.

Gambar 1.1: Diagram Batang (Bar) Rata-rata IPK Mahasiswa Program Studi Akuntansi S-1

Sumber: Diolah dari Kopertis Wilayah IV Jabar dan Banten

Masih rendahnya perolehan IPK tersebut merupakan permasalaham bagi pendidikan tinggi. Jika IPK merupakan ukuran ketercapaian kompetensi sesuai standar yang ditetapkan, maka rendahnya IPK menunjukkan masih rendahnya ketercapaian kompetensi tersebut. Rendahnya IPK juga menunjukkan belum efektifnya proses perkuliahan/pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui perolehan IPK, pendapat dan sikapnya terhadap perolehan IPK serta kepuasan mahasiswa secara umum terhadap program perkuliahan yang diikutinya. Sampel mahasiswa dipilih secara random dan diperoleh 58 orang mahasiswa dari semester empat dan enam pada salah satu universitas swasta di kota Bandung. Komposisi responden tergambarkan pada tabel 1.3.

(21)

Smtr/Jk Pria Wanita Total

Semester 4 7 18 25

Semester 6 12 21 33

Total 19 39 58

Semester Desc. Statistic

Semester 4 Mean 3,076

Std. Deviation 0,45365

Minimum 2,29

Maximum 3,81

IPK Range 1,52

Semester 6 Mean 3,0518

Std. Deviation 0,42164

Minimum 2,22

Maximum 3,95

Range 1,73

Komposisi Responden Survey Pendahuluan

Sumber: Pengolahan data survey pendahuluan

Statistik deskriptif perolehan IPK responden hasil survey pendahuluan tergambar pada tabel 1.4 di bawah ini.

Tabel 1.4

Statistik Deskriptif IPK Responden Survey Pendahuluan

Sumber : Pengolahan data survey pendahuluan

Memperhatikan tabel 1.4, walaupun rata-rata IPK (mean) mahasiswa semester empat sebesar 3,08, simpangan baku (std. deviation) termasuk tinggi yaitu sebesar 0,453. Simpangan baku yang tinggi menunjukkan terdapatnya kesenjangan perolehan IPK antar mahasiswa, hal tersebut juga bisa dilihat dari perolehan IPK yang paling tinggi (maximum) sebesar 3,81 sedangkan yang paling rendah (minimum) sebesar 2,29.Hampir sama dengan semester empat, pada semester enam perolehan rata-rata IPK sebesar 3,05, kesenjangan perolehan IPK antar mahasiswa masih tetap tinggi. Terlihat juga adanya penurunan IPK mahasiswa pada semester enam jika dibandingkan semester empat.

(22)

Ia Kurnia, 2015

Tabel 1.5

Tingkatan Upaya Memperoleh IPK

Sumber: Pengolahan data survey pendahuluan

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yaitu sebanyak 13,80% merasa sudah maksimal berusahaatas IPK yang diperolehnya, sedangkan sebagian besar menyatakan cukup maksimal dan belum maksimal dengan jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 43,10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sangat banyak responden yaitu 86,20% tidak maksimal secara sungguh-sungguh untuk memperoh IPK yang terbaik, atau dengan kata lain sebanyak 86,20% responden masih bisa ditingkatkan lagi perolehan IPK-nya. Sedangkan gambaran perbandingan tingkatan usaha perolehan IPK berdasarkan semester terlihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2: Bar Tingkatan Upaya Memperoleh IPK Sumber: Pengolahan data survey pendahuluan

Gambar 1.2 memperlihatkan, responden semester 6 lebih banyak dibanding semester 4 yang menyatakan „cukup maksimal‟ dan „sudah maksimal‟, sedangkan responden semester 4 lebih banyak menyatakan „belum maksimal‟.

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Sudah maksimal 8 13,8 13,8 13,8

Cukup maksimal 25 43,1 43,1 56,9

Belum maksimal 25 43,1 43,1 100,0

Total 58 100,0 100,0

(23)

Dengan demikian mahasiswa semester 4 lebih berpeluang meningkatkan kembali perolehan IPK-nya.

Kemudian responden diminta menyatakan sikapnya terhadap pernyataan: “Secara keseluruhan, saya merasa puas dengan program dan proses perkuliahan di perguruan tinggi ini”, jawaban responden terlihat pada tabel 1,6 di bawah ini.

Tabel 1.6

Sikap Terhadap Program Perkuliahan

Sumber: Pengolahan data survey pendahuluan

Tabel 1.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan “setuju” yaitu sebesar 53,40%, yang bersikap netral juga cukup banyak yaitu sebesar 34,50%. Secara keseluruhan bisa disimpulkan bahwa responden merasa puas dengan sistem atau program perkuliahan yang diikutinya. Hasil tersebut terlihat bertentangan jika dibandingkan dengan perolehan IPK responden yang belum optimal juga dengan tingkat kesenjangan yang tinggi.

Jika respon tentang sikap responden terhadap program perkuliahan tersebut dibandingkan berdasarkan semester, maka dapat tergambarkan seperti pada gambar 1.3 di bawah ini. Terlihat bahwa responden semester 6 relatif lebih banyak dibandingkan semester 4, baik yang menyatakan „sangat setuju‟, ataupun bersikap netral, bahkan „tidak setuju‟.

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Tidak Setuju 4 6,9 6,9 6,9

Netral 20 34,5 34,5 41,4

Setuju 31 53,4 53,4 94,8

Sangat Setuju 3 5,2 5,2 100,0

Total 58 100,0 100,0

(24)

Ia Kurnia, 2015

Gambar 1.3: Bar Respon Sikap Terhadap Program Perkuliahan Berdasarkan Semester

Sumber: Pengolahan data survey pendahuluan

Berdasarkan kajian terhadap data empirik dan survey pendahuluan yang diuraikan di atas, sangat menarik untuk meneliti lebih lanjut tentang prestasi akademik, serta mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan atau yang mempengaruhi prestasi akademik tersebut terutama untuk mahasiswa akuntansi. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sangat penting bagi perguruan tinggi dan dosen sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar (perkuliahan). Yorke (dalam Li, dkk., hlm. 3) menegakan: ” A range of performance predictors have been developed in relation to course quality assurance”.

(25)

Beberapa penulis dan peneliti lain mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik meliputi:background characteristics, self perception of abilities, danhighest degree aspiration (Rasmusen, 2002; Bauer dan

Liang, 2003, dalam Brown, hlm. 14-18), faktor-faktor tersebut disebutnya „ pre-college characteristics’. Background characteristics meliputi:high school achievement, gender, SAT scores, ethnicity, parental education, dan parental

income.McKenzie dan Schweitzer (Li, dkk., hlm. 3) mengelompokan

faktor-faktor tersebut menjadi: academic, psychosocial, cognitivedandemographic categories.

Penulis dan peneliti lain dengan pendekatan yang berbeda mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik tersebut dari sudut pandang pembelajar atau mahasiswa yaitu dari cara atau strategi belajar mahasiswa. Abraham (2006, hlm. 1) misalnya, mengaskan:

Research in accounting education has almost neglected both student perceptions of the learning context and their approaches to learning. Instead, studies have focused on either the teaching context or the outcomes of learning. This omission has meant that accounting educators often experience difficulty in understanding whatstudents conceive learning to be, how they perceive the learning task, or how they approach learning.

Sejalan dengan pendapat Abraham, sebelumnya Gow, dkk. (1994, hlm. 118) juga menegaskan bahwa sangat penting melakukan pengujian mendalam terhadap cara mahasiswa belajar sehingga akan memberikan panduan bagaimana mahasiswa belajar sekaligusmemberikan panduan terhadap strategi pengajaran yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.

(26)

Ia Kurnia, 2015

the way in which students learn”. Apostolou, dkk (dalam Eskola, 2011, hlm. 12) menegaskan bahwa “Research about students should be a primary mission of accounting education research. We should be interested in how students learn”.

Kemudian juga, “The demand for life-long learning in a rapidly changing environment calls for developingnew practices in higher education. To foster

optimal learning in our university students,there is a need to understand the

learning processes that make high-quality learning outcomespossible” (Lonka, dkk.dalam Eskola, 2011, hlm. 12).

Penelitian tentang learning approachescukup banyak dilakukan terutama untuk mahasiswa di negara-negara maju seperti United States, United Kingdom, dan Hongkong (Ismail, 2009, hlm. 141) juga Australia.Penelitian yang paling awal misalnya dilakukan oleh Marton dan Saljo (1976) secara kualitatif mendeskripsikan learning approaches dan hubungannya dengan performance. Peneliti lainnya dengan mengambil tema yang hampir sama misalnya Ramsden (1979, 2003), Marton dan Booth (1997), Prosser dan Trigwell (1998), Enswitel (1998), Biggs (1979, 1987), March (2010), Hasnor, dkk. (2013), Frasineanu (2013),dan Nordin, dkk. (2013)

Penelitian learning approaches yang secara khusus dengan partisipan mahasiswa akuntansi misalnya penelitian yang dilakukan oleh Booth, dkk. (1999), Bryne, dkk. (1999, 2002, 2010), Duff (1999), Duff, dkk. (2004), Lucas (2001), Jackling (2005), Paverdan Gammie (2005), Byrnedan Willis, (2009), Ismail (2009), Eskola (2011), Wong (2012), dan Fisher (2013). Penelitian tersebut dilakukan dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seperti ditunjukkan pada gambar 1.4. Terlihat bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor pre-college characteristic, psychosocial, cognitif dan learning approaches, sedangkan persepsi mahasiswa

(27)

Pre-college Characteristics - Background characteristics - Self perception of abilities - Highest degree aspiration Psychosocial

Cognitive

Learning Context Learning Approaches

Academic Performance

Gambar 1.4: Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik Sumber: Diadaptasi dari Rasmusen, 2002, Bauer dan Liang, 2003

(dalam Brown, 200), McKenzie dan Schweitzer(Li, dkk., 2010) Abraham (2006), dan Ramsden (1998).

Paradigma learning approachesmulai secara luas digunakan dalam penelitian-penelitian di tingkat pendidikan tinggi sebagai kerangka acuan dalam memahami bagaimana mahasiswa melaksanakan proses pembelajaran terutama terkait dengan kenyataan bahwa terdapat mahasiswa mampu belajar lebih baik dari yang lainnya (Marton dan Booth, dalam Byrne, dkk., 2009, hlm. 156). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan hasil pembelajaran akan dicapai apabila dosen/pendidik lebih mampu memahami cara mahasiswa belajar (Lange dan Mavondo, dalam Byrne dan Wills, 2008, hlm. 35). Dengan kata lain, cara mahasiswa belajar (learning approaches) mempunyai hubungan dengan kualitas hasil belajarnya atau prestasi akademiknya. Hasil penelitian dari Ismail (2009), Abraham (2008), dan Gurlen, dkk. (2013) diantarnya menunjukkan hal tersebut.

Learning approaches yang diadopsi mahasiswa dalam proses belajarnyaditentukan oleh persepsi mahasiswa terhadap konteks belajarnya (learning context). Dengan kata lain persepsi mahasiswa terhadap konteks belajar yang berjalan akan berpengaruh terhadap learning approaches sebagai strategi dan motivasi mahasiswa dalam peningkatan kualitas belajarnya (Ramsden 1998, hlm. 49), seperti ditunjukkan dalam hasil penelitian Laurillard juga Gibbs (dalam Cuthbert, 2005, hlm. 239), Byrne, dkk. (2010), Wong (2012).

Faktor non kognitif seperti kecerdasan emosional mahasiswa juga berpengaruh terhadap raihan prestasi akademik karena berhubungan dengan learning approaches yang diadopsi mahasiswa (Ne Ong, 2012). Hasil penelitian

(28)

Ia Kurnia, 2015

menunjukkan hal tersebut. Mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang baik akan menggunakan kemampuan dan motivasinya dalam meraih prestasi yang terbaik dengan memilih strategi atau cara belajar yang paling tepat atau sesuai.

Berdasarkan uraian di atas maka relasi antara kecerdasan emosional (emotional intelligence), pendekatan belajar (learning approaches) dan prestasi akademik (academic performance) diperlihatkan pada gambar 1.5 di bawah ini.

Gambar 1.5 Relasi antara kecerdasan emosional, pendekatan belajar, dan prestasi akademik.

Sumber: Diadaptasi dari Ramsden (1998,), Ne Ong (2012), Portilo (2011), dan Fong (2007), Mahasneh (2013b) juga Ataabadi (2014)

Gambar 1.5 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional bisa berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik atau secara tidak langsung melalui pendekatan belajar kemudian prestasi akademik. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa prestasi akademik bisa ditingkatkan secara langsung dengan meningkatkankecerdasan emosional, atau secara tidak langsung yaitu peningkatan kecerdasan emosionalakanmenguatkanpendekatan belajarsehingga kemudian meningkatkan prestasi akademik.

Beberapa penelitian lainnya membuktikan terdapat hubungan antara learning approaches, reflective thinking dan academic performance, yaitu Drew dan

Watkins, 1998; Wong dan Watkins, 1998; Watkins, 2001; Leung dan Kember, 2003 (dalam Phan,2006, hlm. 585-586),juga penelitian Phan (2006).Berpikir reflektif merupakanhigher order thinking skillsyaitu kemampuan individu dalam mengolah pengetahuan dan pengalaman yang telah diperolehnya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Mahasiswa dengan kemampuan meningkatkan berpikir reflektifnya secara baik, bisa secara cepat beradaptasi

Emotional Intelligence

Learning Approaches

(29)

Reflective Thinking

Learning Approaches Academic Performance

dengan lingkungan dan pengalaman belajarnya dalam upaya meningkatkan prestasinya.

Berdasarkan uraian di atas maka relasi antara pendekatan belajar (learning approaches), berpikir reflektif (reflective thinking) dan prestasi akademik

(academic performance) diperlihatkan pada gambar 1.6 di bawah ini.

Gambar 1.6 Relasi antara learning approaches, berpikir reflektif, dan prestasi akademik

Sumber: diadaptasi dari Watkins, (2001), Leung dan Kember, 2003 (dalam Phan, 2006), dan Phan (2006).

Gambar 1.6 menunjukkan bahwa pendekatan belajarbisa secara langsung mempengaruhi prestasi akademik atau terlebih dahulu melalui berpikir reflektif kemudian prestasi akademik. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa prestasi akademik dapat ditingkatkan secara langsung melalui penguatan pendekatan belajar, atau secara tidak langsung yaitu penguatan pendekatan belajarakan meningkatkan berpikir reflektif sehingga kemudian meningkatkan prestasi akademik.

Hasil kajian teoritis dan empiris di atas menunjukkan adanya relasi antara kecerdasan emosioanal (emotional inteligence), konteks belajar (learning context), pendekatan belajar (learning approaches), berpikir reflektif (reflective

thinking) dan prestasi akademik (academic performance) seperti ditunjukkan pada

(30)

Ia Kurnia, 2015

Emotional Intelligence

Learning Context

Learning Approaches

Academic Performance

[image:30.595.163.492.134.285.2]

Refflective Thinking

Gambar 1.7: Relasi antar variabel penelitian Sumber: diolah oleh penulis

Gambar 1.7 memperlihatkan bahwa variabel learning approaches sebagai variabel mediator antara learning context, dan emotional intelligent dengan reflective thinking dan academic performance, sedangkan reflective thinking

merupakan variabel mediator antara learning approaches dengan academic performance.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, disertasi ini disusun dengan mengambil judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Konteks Belajar dan Pendekatan Belajar Terhadap Berpikir Reflektif dan Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi”. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa yang sedang aktif mengikuti perkuliahan pada program pendidikan akademik S-1 program studi akuntansi, dan program pendidikan akuntansi.

(31)

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Adapun rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran prestasi akademik (academic performance), berpikir reflektif (reflective thinking), pendekatan belajar (learning approaches), konteks belajar (learning context), dan kecerdasan emosional (emotional intelligence) mahasiswa akuntansi ?

2. Apakah emotional intelligencemempunyai pengaruh terhadap academic performance ?

3. Apakah emotional intelligence mempunyai pengaruh terhadap learning approaches ?

4. Apakah learning contextmempunyai pengaruhterhadap learning approaches?

5. Apakah learning approaches mempunyai pengaruhterhadap reflectivethinking?

6. Apakah learning approaches mempunyai pengaruh terhadap academic performance?

7. Apakah reflective thinking mempunyai pengaruh terhadap academic performance ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikembangkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui relasi antaraemotional intelligence, learning context, learning approaches,reflective thinking, dan academic

performance. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1 Untuk mengetahui gambaran academic performance, reflective thinking, learning approaches, learning context, dan emotional intelligence

mahasiswa akuntansi.

(32)

Ia Kurnia, 2015

3 Untuk mengetahuipengaruh emotional intelligenceterhadap learning approaches.

4 Untuk mengetahuipengaruh learning contecxterhadaplearning approaches.

5 Untuk mengetahui pengaruhlearning approaches terhadap academic performance.

6 Untuk mengetahui pengaruh learning approaches terhadap reflective thinking.

7 Untuk mengetahui pengaruhreflective thinking terhadap academic performance.

1.4. Signifikansi Penelitian

Dalam penelitian ini dikembangkan relasi antara lima variabel atau konstruk penelitian, yaitu konstruk academic performance (pestasi akademik), emotional intelligence(kecerdasan emosional), reflective thinking (berpikir

reflektif), learning approaches (pendekatan belajar), dan learning context (konteks belajar). Hasil peneitian terhadap relasi kelima konstruk tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi positif baik secara praktis ataupun teori, juga untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Secara praktis kegunaan penelitian tentang academic performance akan memberikan komparasi data perkembangan capaian prestasi akademik mahasiswa yang sangat berguna bagi pelaku pendidikan tinggi (pengambil kebijakan akademik dan dosen). Bagi pengambil kebijakan akademik data tersebut berguna sabagai input pembanding atau komparasi pencapaian tujuan proses pendidikan sesuai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan, bagi dosen sebagai ukuran dan efektifitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

(33)

Hasilpenelitian tentang learning context dan learning approachesakan memberikan panduan dalam pengembangan strategi pengajaran kearah peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran. Hasil kajian tentang learning context misalnya merupakan masukan bagi evaluasi aktivitas pada

tingkat program studi, tingkat fakultas ataupun perguruan tinggi terutama pelaksanaan proses pengajaran yang berlangsung yang dipersepsikan mahasiswa. Hasil kajian mengenai learning approaches, memberikan gambaran kecenderungan mahasiswa mengenai motivasi dan strateginya dalam mengorganisasi aktivitas proses belajarnya selama mengikuti perkuliahan yang diprogramkan, sehingga bisa dijadikan bahan panduan dalam perancangan program dan strategi pendidikan.

Demikian juga hasil kajian tentang reflective thinkingdan emotional intelligence akan memberikan informasi perkembangan dan tingkatan cara

berpikir mahasiswa, juga sikap dan emosinya. Sehingga perguruan tinggi, tingkat fakultas atau prodi juga dosen bisa mengebangkan program pengajaran dan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan cara berpikir, sikap dan emosi yang mengarah kepada peningkatan kualitas dan hasil belajarnya.

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat berkontribusiterhadap pengembangan teori pendidikanterutama pendidikanilmu-ilmu sosialyangberhubungan dengan proses belajar mengajar dan hasil belajar.Kajian teori dalam penelitian ini didasarkan pada teori belajar konstruktivis yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student centre learning) terutama tentang konsep learning approachesdan konsep konteks

belajar yang menyertainya. Kajian teori diperluas dengan teori atau konsep-konsep yang mendukung aplikasi teori belajar konstruktivis tersebut yaitu konsep-konsep kecerdasan emosional (emotional intellegence) danberpikir reflektif (reflective thinking).

1.5 Struktur Organisasi Disertasi

(34)

Ia Kurnia, 2015

permasalahan atau isu penelitian berdasarkan studi pendahuluan dan kajian empirik atau penelusuran penelitian sebelumnya. Kemudian, berdasarkan kajian pada pendahuluan dikembangkan secara spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti pada bagian rumusanmasalah penelitian, selanjutnya dipertegas dengan mengidentifikasi tujuan penelitian pada bagian tersendiri. Manfaat atau signifikansi penelitian juga dikemukakan pada bagian ini, sehingga tergambar nilai lebih atau kontribusi dari penelitian yang dilakukan.

Bab kedua, disampaikan berturut-turut kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian, karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Pada kajian pustaka, diuraikan hasil penelusuran dan kajian terhadap literatur yang terkait dengan permasalahan dan variabel penelitian, juga kajian terhadap hasil penelitian sebelumnya yang relevan, sehingga memberikan konteks yang jelas dan menguatkan topik dan permasalahan penelitian. Berdasarkan kajian pustaka dan dipertajam dengan hasil kajian terhadap hasil penelitian sebelumnya, dikembangkan kerangka pemikiran yang menggambarkan keterhubungan logis antar konstruk penelitian sesuai tujuan penelitian. Akhirnya disusun hipotesis penelitian yang dikembangkan berlandaskan kajian pustaka dan kerangka pemikiran.

Bab ketiga, yaitu metode penelitian. Bagian ini berisi pembahasan prosedural penelitian, yakni uraian rancangan alur penelitian yang dilaksanakan. Sehingga bagian ini berisi penjelasan desain penelitian yang digunakan, yang menjadi partisipan penekitian, pemilihan sampel, instrumen yang digunakanm prosedur penelitian dan analisis data.

Bab keempat, temuan dan pembahasan hasil penelitian. Berisi dua bagian utama, yaitu (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan rumusan permasalahan penelitian yang dikembangkan, dan (2) pembahasan temuan penelitian, berisi elaborasi jawaban penelitian sesuai rumusan masalah penelitian.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan yaitu menguji relasi atau hubungan antara beberapa variabel, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.King, Keohane, dan Verba (dalam Thomas, 2003, hlm.2) menjelaskan:

Quantitative research uses numbers and statistical method, It tends to be based on numerical measurements of specific aspects of phenomena; it abstracts from

particular instance to seek general description or to test causal hypotheses; it

seeks measurements and analyses that are easily replicable by other researcher”. Sejalan dengan pendapat itu, dikaitkan dengan penelitian dalam bidang pendidikan, Creswell (2008, hlm. 46) menegaskan bahwa penelitian kuantitatif sebagai suatu tipe penelitian pendidikan, seorang peneliti harus memutuskan hasil penelitiannyadengan jawaban yang spesifik, pertanyaan yang singkat, melalui pengumpulan data kuantitatif dari partisipan dan dianalisis menggunakan statistiksecara objektif. Untuk mendukung pelaksanaan pendekatan kuantitatif tersebut, selanjutnya dalam bab ini berturut-turut akan diuraikan mengenai: desain penelitian yang digunakan, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

3.1 Desain Penelitian

(36)

Ia Kurnia, 2015

Dalam pendekatan penelitian kuantitatif, Creswell (2008, hlm. 59-61) mengidentifikasi tiga desain penelitian yang dapat digunakan, yaitu desain eksperimen (experimental designs), desain korelasional (correlational designs), dan desain survey (survey designs). Sedangkan, Gay, Milss & Airasian (2006, hlm. 156-384) juga Fraenkel dan Wallen (1993, 239-342) membedakannya menjadi descriptive research, correlational research, causal comparative research, experimental research, single subject experimental research, descriptive

statistics, dan post analysis consideration.

Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional (Creswell, 2008), atau desain causal comparative (Gay, dkk., 2006). Sesuai dengan rumusan dan tujuan dalam

penelitian ini yaitu menguji relasi atau hubungan antara variabel konteks belajar (learning context), kecerdasan emosional (emotional intelligence), pendekatan belajar (learning approaches), berpikir reflektif(reflective thinking) dan prestasi akademik (academic performance)

3.2 Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan semester genap yaitu semester IV dan semester VI tahun akademik 2014-2015 pada program pendidikan akademik S-1 (strata 1) program studi akuntansi dan program studi pendidikan akuntansi di perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Bandung yang menyelenggarakan program studi akuntansi dan program studi pendidikan akuntansi.

(37)

akuntansi dan mahaiswa program studi pendidikan akuntansi di UPI, UNPAS dan UNLA.

Pemilihan mahasiswa semester genap tahun akademik 2014-2015 karena pada saat penelitian ini dilaksanakan, perkuliahan pada semester tersebut sedang dilaksanakan oleh semua perguruan tinggi. Pemilihan semester IV dan VI dengan pertimbangan bahwa mahasiswa tersebut sudah cukup lama berkatifitas mengikuti perkuliahan sehingga sudah mengetahui secara baik lingkungan kampus, proses dan sistem perkuliahan yang diikutinya. Mahasiswa semester VIII tidak dilibatkan sebagai partisipan penelitian ini, karena pada umumnya mereka sedang melaksanakan penelitian (skripsi) sehingga frekuensi datang ke kampus sudah berkurang.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan program akademik (S-1) pada program studi akuntansi dan program studi pendidikan akuntansi di Kota Bandung. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu: “ .. the process of selecting a sample that is believed to be representative of a given population. In other words, the researcher

selects the sample using his experience and knowledge of the group to be sample”. (Gay, dkk., 2006, hlm. 113).

Sehingga dalam penelitian ini, unit sampelnya adalah mahasiswa reguler yang aktif kuliah pada program studi akuntansi dan program pendidikan akuntansi semester genap (yaitu semester IV dan VI) tahun akademik 2014-2015. Perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan akademik S-1 program studi akuntansi dan program studi pendidikan akuntansi yang dipilih sebagai sampel adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Pasundan (UNPAS) dan Universitas Langlangbuana (UNLA).

(38)

Ia Kurnia, 2015

Perguruan Tinggi Program studi/semester Mengembalikan kuesioner Persentase sampel 1. Program studi akuntansi:

Semester VI = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 76 40 mahasiswa 52,63

Semester IV = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 70 18 mahasiswa 24,00

UPI 2. Program studi pendidikan akuntansi

Semester VI = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 70 21 mahasiswa 30,00

Semester IV = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 76 42 Mahasiswa 55,26

1. Program studi akuntansi:

Semester VI = 3 kelas

Jumlah mahasiswa = 90 68 mahasiswa 75,56

Semester IV = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 60 40 mahasiswa 66,67

UNPAS 2. Program studi pendidikan akuntansi

Semester VI = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 76 35 mahasiswa 46,05

Semester IV = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 76 38 mahasiswa 50,00

1. Program studi akuntansi:

Semester VI = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 29 20 mahasiswa 68,97

Semester IV = 2 kelas

Jumlah mahasiswa = 60 53 Mahasiswa 88,33

UNLA 2. Program studi pendidikan akuntansi

Semester VI = 1 kelas

Jumlah mahasiswa = 25 20 Mahasiswa 80,00

Semester IV = 1 kelas

Jumlah mahasiswa = 25 15 mahasiswa 60,00

[image:38.595.115.511.155.550.2]

Total 733 mahasiswa 410 mahasiswa 55,93

Tabel 3.1

Partisipan Sampel Penelitian

Sumber: Data presensi kuliah mahasiswa

3.4Instrumen Penelitian dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

(39)

akademik, bagian kedua adalah kuesioner berupa isian pernyataan yang terdiri dari kuesioner tentang learning approaches, konteks belajar (learning context), kecerdasan emosional (emotional intelligence), dan berpikir reflektif (reflective thinking).

Pengembangan kuesioner untuk masing-masing variabel dijabarkan pada pembahasan di bawah ini.

3.4.1 R-SPQ-2F sebagai kuesioner untuk variabellearning approaches (pendekatan belajar)

Kuesioner untuk variabel learning approachesdalam penelitian ini mengadaptasi kuesioner yang telah disusun oleh Biggs, Kember, & Leung (2001) yaitu the Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) yang merupakan revisi dari kuesioner yang telah disusun sebelumnya yaitu theStudy Process Questionnaire (SPQ).Kuesioner hasil revisi tersebut secara khusus

dirancang untuk mengukur learning approaches bagi mahasiswa di perguruan tinggi. R-SPQ-2F juga telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti lain, diantaranya Phan (2006), Amidu (2012), March (2010), Güner (2008), Taher dan Jin (2011). Kuesioner R-SPQ-2F juga telah diuji diantaranya oleh Fox, dkk. (2001) tingkat stabilitas struktur dan longitudinalnya menggunakan confirmatory factor analysisdan dinyatakan best fit.

Dalam kuesioner ini, learning approaches dibagi menjadi dua dimensi (dua skala) yaitu deep approache dan surface approach. Masing-masing dimensi terdiri dari dua subskala yaitu motive dan strategy sehingga terdapat empat subskala yaitu deep motive, deep strategy, surface motive dan surface strategy, dan masing-masing subskala terdapat lima item pernyataan sehingga total terdapat 20 item pernyataan.

Berdasarkan kajian literatur konsep dasar pada bab II dan mengadaptasi kuesioner R-SPQ-2F di atas, maka operasionalisasi variabel learning approaches dalam penelitian inidiuraikan di bawah ini.

(40)

Ia Kurnia, 2015

mahasiswadalam belajar (Zhang dan Stenberg, 2000), yaitu cara yang berbeda yang dilakukan oleh setiap mahasiswa dalam mempersepsi dan memproses informasi (Barker dalam March, 2011), dan menggambarkan sifat hubungan antara mahasiswa, konteks belajar, dan aktivitas. (Biggs, Kember, dan Leung, 2001). Variabel learning approachesterdiri dua dimensi, yaitu deep approache dan surface approach (Ramsden, 1992).Deep approache adalah proses belajar dengan cara memahami sungguh-sungguh setiap materi pelajaran secara terintegrasi, berpartisipasi aktif, menghubungkan yang dialaminya dengan pengalaman sebelumnya, dan memcari makna dari yang dipelajarinya (Enswistle dan Ramsden 2003, Lucas 2001). Sedangkan surface approach adalah belajar tanpa pemahaman yang jelas terhadap materi yang dipelajari, hanya menghapal fakta-fakta dan garis besar materi (Enswistle dan Ramsden 2003, Lucas 2001).

[image:40.595.113.523.437.681.2]

Tabel 3.2 dibawah ini mengambarkan secara umum operasionalisasi variabel learning approaches.

Tabel 3.2

Operasionalisasi variabel learning approaches

Sumber: Diadaptasi dari The Revised Two-Factor Study Process QuestionnaireR-SPQ-2F(Biggs, Kember, & Leung, 2001), dan Enswistle dan Ramsden (2003)

Variabel Dimensi Indikator Jml

Item

Nomor Item

Learning approaches Deep approache

1. Kepuasan pribadi dalam

belajar 2 1; 17

2. Pemahaman dan pembuatan

kesimpulan dalam belajar 2 2; 18

3. Ketertarikan pada semua

topik ajar 2 5; 9

4. Meluangkan waktu belajar 2 6; 14 5. Melakukan evaluasi mandiri 2 10; 13

Surface approache 1. Lulus dengan usaha minimal 2 3; 20 2. Belajar hanya garis besar 2 4; 15

3. Minat belajar 2 7; 12

(41)

3.4.2CEO sebagai kuesioner untuk variabel learning context (konteks belajar)

Kuesioner untuk variabel „konteks belajar‟ dalam penelitian ini mengadaptasi kuesioner yang telah disusun oleh Ramsden (1991) yaitu Course Experience Questionnaire (CEQ). Kuesioner ini cukup banyak yang

menggunakan dalam penelitiannya, misalnya Lizio, dkk. (2002), Abraham (2006), Andrew (2010),Downie dan Möller (2002), Wong (2012).

Dalam kuesioner ini, konteks belajar dibagi menjadi lima dimensi yaitu: good teaching, clear goals and standards, appropriate assessment, appropriate

workload, dan generic skills. Terdiri dari 24 item pernyataan yang mencakup

lima dimensi tersebut, ditambah satu item pernyataan tambahan berupa kepuasan mahasiswa secara keseluruhan (overall satisfaction statement).

Berdasarkan kajian literatur konsep dasar pada bab II dan mengadaptasi kuesioner CEO di atas, maka operasionalisasi variabel learning approachesdalam penelitian ini diuraikan di bawah ini.

Variabel atau konstruk learning context dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajarnya selama proses perkuliahan (Ramsden, 1991). Variabel learning context terdiri dari lima dimensi (Ramsden, 1991):

1. Good teaching, yaitu staf dosen senantiasa memberikan umpan balik terhadap proses perkuliahan

2. Clear goals and standards, yaitu adanya objektifitas dan kejelasan tujuan perkuliahan dan standarnya

3. Appropriate assesment, yaitu sistem penilaian yang mengacu pada berpikir tingkat tinggi dan pemahaman daripada bersipat hapalan

4. Appropriate workload, yaitu adanya pemberian tugas yang sesuai

5. Generic skill, yaitu program perkuliahan mampu mengembangkan keterampilan generik mahasiswa disamping keterampilan dan pengetahuan yang khusus.

(42)

Ia Kurnia, 2015

Variabel Dimensi Indikator Jml

Item

Nomor Item

Learning context Good teaching 1. Memotivasi mahasiswa 1 3

2. Meluangkan waktu 1 7

3. Memahami kesulitan mahasiswa 1 15

4. Memberikan umpan balik 1 17

5. Penjelasan yang baik 1 18

6. Suasana perkuliahan menarik 1 20

Clear goals and 1. Standar dan tujuan perkuliahan 2 1; 24 standards 2. Harapan mahasiswa terhadap program

perkuliahan 2 6; 13

Appropriate

1. Materi perkuliahan bersifat

pemahaman 2 8; 19

assesment 2. Tes/ujian bersifat pemahaman 2 12; 16

Appropriate 1. Beban tugas perkuliahan 2 4; 23

workload 2. Waktu yang cukup 2 14; 21

Generic skill 1. Kemampuan memecahkan masalah 2 2; 10

2. Daya analisis 2 5; 11

3. Bekerja mandiri dan sebagai anggota

[image:42.595.118.529.153.462.2]

tim 2 9; 22

Tabel 3.3

Operasionalisasi variabel learning context

Sumber:Diadaptasi dari Course Experience Questionnaire/CEQ (Ramsden, 1991) 3.4.3 TEIQue-SFsebagai kuesioner untuk variabel emosional intelligence(kecerdasan emosional)

Kuesioner untuk variabel „kecerdasan emosional‟ dalam penelitian ini dikembangkan dari kuesioner yang telah disusun oleh Petrides dan Furnham (2006), yaitu Trait Emosional Intelligence Qustionaire-Short Form (TEIQue-SF). Peneliti yang menggunakan kuesioner ini diantranya: Neo Ng, dkk. (2011), Shipley, dkk. (2011).

(43)

Berdasarkan kajian literatur konsep dasar pada bab II dan mengadaptasi kuesioner TEIQue-SF di atas, maka operasionalisasi variabel „kecerdasan emosional‟dalam penelitian ini diuraikan di bawah ini.

Variabel atau konstruk kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalahmengarah pada kapasitas pengenalan perasaan diri sendiri dan orang lain, kapasitas memotivasi diri sendiri dan kapasitas mengelola emosi dengan baik dalam diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1995).

Sehingga variabel „kecerdasan emosional‟ terbagi kedalam lima dimensi (Petrides dan Furnham, 2006), yaitu:

1. Self-awareness, yaitukemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya, dan latar belakang tindakannya.

2. Self Regulation/self control, yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya baik yang berupa emosi positif maupun emosi negatif.

3. Motivation, yaitu kemampuan individu untuk memotivasi diri ketika berada dalam keadaan putus asa, dapat berpikir positif, dan menumbuhkan optimisme dalam hidupnya.

4. Empathy, yaitu kemampuan individu untuk memahami perasaan, pikiran, dan tindakan orang lain berdasarkan sudut pandang orang tersebut.

5. Social skills/sosiability, yaitu kemampuan individu untuk membangun hubungan secara efektif dengan orang lain, mampu mempertahankan hubungan sosial tersebut dan mampu menangani konflik-konflik interpersonal secara efektif.

(44)

Ia Kurnia, 2015

Variabel Dimensi Indikator Jml

Item

Nomor Item

Emotional intelligence Self awareness 1. Kebahagiaan dan kepuasan menjalani kehidupan 2 5; 20

2. Sukses dan percaya diri 2 9; 24

3. Percaya dan 'melihat sisi terang' kehidupan 2 12; 27

Self-regulation 1. Mampu mengendalikan emosi 2 4; 19 2. Mampu mengatur stres dan tekanan 2 15; 30

3. Perubahan pikiran dan sikap 2 7; 22

Empathy 1. Memahami perasaan diri sendiri dan orang lain 2 2; 8; 17; 23 2. Mampu mengkomunikasikan persaaan terhadap orang 2 1; 16 3. Mampu menjalin hubungan personal 2 13, 28

Motivation 1. Motivasi diri 2 3; 18

2. Penyesuaian diri 2 14; 29

Sosiability 1. Mampu berhubungan dengan orang lain 2 6; 21 2. Mampu bekerja secara kelompok atau tim 2 10; 25 3. Mampu memecahkan masalah dan konflik dengan

[image:44.595.110.536.159.378.2]

orang lain 2 11, 26

Tabel 3.4

Operasionalisasi variabel emosional intelligence

Sumber: Diadaptasi dari Trait Emosional Intelligence Qustionaire-Short form/TEIQue-SF (Petrides dan Furnham, 2006), Goleman (1995).

3.4.4QRT sebagai kuesioner untuk variabel reflective thinking (berpikir reflektif)

Kuesioner untuk variabel berpikir reflektif dalam penelitian ini mengadaptasi kuesioner yang disusun oleh Kember, dkk. (2000) juga dikembangkan oleh Lucas dan Tan (2006), yaitu Questionnaire for Reflective Thinking (QRT). Peneliti yang menggunakan QRT sebagai instrumen penelitian,

diantaranya Mahasneh (2013a), Phan (2006), Phan (2008).Dalam kuesioner ini, reflective thinking dibagi menjadi empat dimensi, yaitu habitual action,

understanding, reflection dan critical reflection,terdapat 16 item pernyataan yang

mencakup empat dimensi tersebut.

Berdasarkan kajian literatur konsep dasar pada bab II dan mengadaptasi kuesioner RTQ di atas, maka operasionalisasi variabel „berpikir reflektif‟dalam penelitian ini diuraikan di bawah ini.

Variabel atau konstruk „berpikir reflektif‟ dalam penelitian ini adalah

(45)

Variabel Dimensi Indikator Jml Item

Nomor Item

Refflective thinking Habitual action

1. Bekerja/belajar tanpa berpikir

dahulu 2 1; 5

2. Berpikir sedikit dalam belajar 2 9; 13 Understanding 1. Memahami konsep-konsep 2 2; 6

2. Berpikir secara kontinyu 2 10; 14 Refflection 1. Memikirkan cara terbaik 2 3; 7

2. Memperbaiki tindakan berdasarkan

pengalaman 2 11; 15

Critical thinking 1. Mengubah cara melihat diri sendiri 2 4; 16 2. Merubah cara bertindak 2 8; 12

dan politik sehingga mampu menemukan pengetahuan dan pemahaman barudengan menggunakan pengalamannya (Dewey, 1933, Jansen & Joy dalam Phan, 2006, juga Boud dalam Mahasneh, 2013). Terbagi kedalam 4 dimensi (kajian Mezirows, 1991, juga Dewey, 1933, dalam Kember, 2000), yaitu:

1. Habitual Thinking merupakan segala aktifitas yang dilakukan dengan

sedikit pemikiran sadar.

2. Understanding yaitu pemahaman terhadap situasi.

3. Reflection maksudnya secara aktif, gigih, penuh pertimbangan terhadap

yang diyakini kebenarannya secara sadar.

4. Critical thinking maksudnya berpikir kritis yang merupakan tingkat

tertinggi dari berpikir reflektif, mengetahui da

Gambar

Table 1.1  A Core Competency Framework for Entry
Gambar 1.1: Diagram Batang (Bar) Rata-rata IPK Mahasiswa   Program Studi Akuntansi S-1
Tabel 1.4 Statistik Deskriptif IPK Responden Survey Pendahuluan
Tabel 1.5 Tingkatan Upaya Memperoleh IPK
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN KEMAMPUAN AWAL MAHASISWA DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi.. Semester VII

Dari penelitian ini akan mengetahui pengaruh sikap belajar dan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran terhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan

Menurut Ningtyas (2012) yang berjudul “Pengaruh perilaku Belajar dan kecerdasan Emosional terhadap Stres Kuliah mahasiswa Akuntansi (Studi kasus Mahasiswa UK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Perilaku Belajar dan Kebiasaan Belajar yang dilakukan oleh mahasiswa akuntansi FE UNTAR terhadap nilai

Begitu juga dengan sebaliknya, mahasiswa yang mempunyai kecerdasan spiritual yang rendah akan mengurangi motivasi dalam belajar yang terjadi yaitu melaksanakan segala cara agar

Dalam penelitian ini saya memilih STIE Perbanas Surabaya karena ruang lingkup yang terjangkau dan dari pandangan saya mahasiswa di STIE Perbanas Surabaya dapat

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah ada pengaruh antara perilaku belajar dan kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi, khususnya