ABSTRAK
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma)
Maria Regina Ayu Wulandari Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 383 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 196 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Fhitung = 2,638) dan nilai signifikansi ( = 0,051).
ABSTRACT
THE EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND ACADEMIC PROCRASTINATION TO
STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT
A Study Cace on Students of the Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University
Maria Regina Ayu Wulandari Sanata Dharma University
2016
The aim of this study is to find out the effect of emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination to the students’ rning achievement.
The type of this research is a case study. This research was conducted from February until March 2016. The population of the research were all students of the Economic Education Study Program of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 383 students. The samples were 196 students. The technique of taking samples was a proportional sample. The data were collected by the questionnaires and analysed by using the multiple regression test.
The result shows that emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination do not have a significant effect on students’ rning achievement (Fcalculate = 2,638 )and significant value = 0,051).
i
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU
BELAJAR, PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
MARIA REGINA AYU WULANDARI NIM: 12 1334 031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Ku Persembahkan Karya Ini Untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS JURU SELAMATKU
BAPAK Y. SUYATNO, S.H. & IBU DRA. SM. DWI HARTANTI
KAKAKKU F.X CAHYA ADHY WICAKSONO, A. Md.
ADIK-ADIKKU AGUSTINUS ANANG TIMUR PRAKOSO
&MARSELIA YUNITA ARUM PRATIWI
INSPIRASIKU IBU CORNELIO PURWANTINI, S.Pd., M.SA.
SAHABAT-SAHABATKU YANG AKU SAYANGI
v
MOTTO
“Marilah Kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberimu kelegaan
kepadamu”
~ Matius, 11: 28~
“Mintalah, maka akan diberikan kepadmu; carilah, maka kamu
akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang
yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan”
~ Matius, 7: 7-8~
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu,
karena ada upah bagi usahamu”
viii
ABSTRAK
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA
(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma)
Maria Regina Ayu Wulandari Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 383 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 196 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Fhitung = 2,638) dannilai signifikansi ( v lu = 0,051).
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND ACADEMIC PROCRASTINATION TO STUDENTS’
LEARNING ACHIEVEMENT
A Study Cace on Students of the Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University
Maria Regina Ayu Wulandari Sanata Dharma University
2016
The aim of this study is to find out the effect of emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination to the students’ l rning achievement.
The type of this research is a case study. This research was conducted fromFebruary until March 2016. The population of the research were all students of the Economic Education Study Program of Expertise Specific Accounting Education which consisted of383 students. The samples were 196 students. The technique of taking samples was a proportional sample. The data were collected by the questionnaires and analysed by using the multiple regression test.
The result showsthat emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination do not have a significant effect on students’ l rning achievement (Fcalculate= 2,638 )and significant value v lu = 0,051).
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini d ng n d ng n judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Perilaku Belajar dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Belajar
M h sisw ” d ng n t p t p d w ktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan, dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak dengan tulus dan
rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis hingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan
xi
3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan.
5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata
Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses
perkuliahan;
6. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah
membantu memperlancar untuk terselesaikannya skripsi ini;
7. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk mengisi kuesioner peneliti;
8. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA yang telah memberikan inspirasi,
dukungan, dorongan dan semangatnya bagi penulis;
9. Teman-teman PAK 2012 (Poppy, Maya, Vina, Lilis, Sella, Tio, Helen,
Ella, Vena, Sari, Danapramitha, Tika, Vera, Dila, Natal, Tere, Mega,
Siska, Marcel, Lun, Adyst, Agnes, Okti, Eny, Destri, Olive, Epi, Maria
dan teman-teman lainnya) yang telah memberikan dukungan, perhatian
dan doa bagi penulis;
10.Teman-teman kos Mrican Baru No.20 (Martha, Vina, Yohana, Claudia,
Wike, Fay, Kak Susan) yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii
ABSTRAK... viii
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 12
B. Kecerdasan Emosional... 13
1. Definisi Emosi... 13
2. Kecerdasan Emosional... 15
3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional... 16
4. Dimensi Kecerdasan Emosional... 17
C. Perilaku Belajar... 21
D. Prokrastinasi Akademik... 25
1. Prokrastinasi Akademik... 25
2. Alasan Melakukan Tindakan Prokrastinasi... 26
3. Jenis-Jenis Prokrastinasi... 27
4. Dimensi Prokrastinasi Akademik... 28
5. Indikator Prokrastinasi... 28
6. Dampak Prokrastinasi Akademik... 31
xiv
E. Hasil Penelitian yang Relevan... 32
F. Kerangka Berpikir... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 42
1. Tempat Penelitian... 42
2. Waktu Penelitian... 42
C. Subjek dan Objek Penelitian... 43
1. Subjek penelitian... 43
2. Objek Penelitian... 43
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 43
1. Populasi... 43
2. Sampel... 44
3. Teknik Penarikan Sampel... 45
E. Operasionalisasi Variabel... 46
1. Variabel kecerdasan emosional... 46
2. Variabel Perilaku belajar... 47
3. Variabel Prokrastinasi Akademik... 48
4. Variabel Prestasi Belajar... 50
F. Teknik Pengumpulan Data... 50
1. Angket atau kuesioner... 50
2. Dokumentasi... 50
G. Teknik Pengujian Instrumen... 51
1. Uji Validitas... 51
2. Uji Reliabilitas... 56
H. Teknik Analisis Data... 58
1. Deskripsi Data... 58
2. Uji Prasyarat dan Hipotesis... 58
a. Uji Prasyarat... 58 A. Sejarah Universitas Sanata Dharma... 67
B. Nama-nama yang Pernah Menjabat Rektor ... 70
C. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma... 70
1. Visi... 70
2. Misi... 70
3. Motto... 71
xv
D. Gambaran Umum Program Studi... 71
1. Sejarah Program Studi... 71
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Program Studi... 73
3. Struktur Organisasi Program Studi... 75
4. Kurikulum... 77
5. Proses Pembelajaran... 77
6. Sumber Daya Manusia... 78
7. Sarana dan Prasarana... 78
8. Beasiswa... 79
9. Kemahasiswaan... 79
10.Profil Lulusan... 80
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 81
1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden... 81
2. Analisis Variabel Responden... 83
B. Hasil Uji... 88
1. Uji Prasyarat... 88
a. Uji Normalitas... 88
b. Uji Linieritas... 88
c. Uji Multikolinearitas... 90
d. Uji Heteroskedastisitas... 90
2. Uji Hipotesis... 91
C. Pembahasan... 96
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 103
B. Saran... 103
C. Keterbatasan... 105
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Populasi Penelitian... 44
Tabel 2 Proporsi Sampel Mahasiswa setiap Angkatan... 45
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 46
Tabel 3.2 Skala Likert Kecerdasan Emosional... 47
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar... 47
Tabel 3.4 Skala Likert Perilaku Belajar... 48
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Prokrastinasi Akademik... 49
Tabel 3.6 Skala Likert Prokrastinasi Akademik... 49
Tabel 3.7 Katagori Prestasi Belajar... 50
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional... 53
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Belajar... 54
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Prokrastinasi Akademik... 55
Tabel 5 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen... 57
Tabel 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 82
Tabel 6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah... 82
Tabel 6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Keikutsertan UKM... 83
Tabel 7.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional... 84
Tabel 7.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar... 85
Tabel 7.3 Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Akademik... 86
Tabel 7.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar... 87
Tabel 8 Uji Normalitas... 88
Tabel 9.1 Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test... 89
Tabel 9.2 Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test... 89
Tabel 10 Pengujian Multikolinearitas... 90
Tabel 11 Pengujian Heteroskedastisitas... 90
Tabel 12 Uji Hipotesis... 93
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 110
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 112
Lampiran 3 Karakteristik Responden... 124
Lampiran 4 Data Induk Responden... 131
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas... 160
Lampiran 6 Pedoman Acuan Patokan II (PAP II)... 167
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Teknologi pada jaman ini semakin hari semakin berkembang, maju dan
modern. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Manusia yang berkualitas diharapkan mampu berperan serta dalam
pembangunan suatu negara. Kualitas manusia dapat ditingkatkan melalui
pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang
dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk mengembangkan
kualitas manusia dalam bersaing di era globalisasi.
Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga formal yang mempunyai
sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui perguruan
tinggi, mahasiswa mampu belajar berbagai macam hal seperti keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin
dalam prestasi belajarnya. Akan tetapi, untuk meraih prestasi belajar yang
memuaskan dibutuhkan proses belajar yang baik.
Selain proses belajar yang baik, prestasi belajar dapat tercapai jika
mahasiswa mampu mengatasi faktor-faktor yang menghambat kegiatan belajar.
Menurut Slameto (2010: 54- 57) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar meliputi faktor yang berasal dari dalam diri (internal) maupun dari luar
(eksternal) individu. Faktor internal dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik atau
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif dan keadaan kelelahan meliputi
kelelahan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi
keluarga, kondisi tempat belajar, sarana belajar, pergaulan dengan teman
sebaya, dukungan keluarga dan lingkungan kampus.
Faktor-faktor di atas hendaknya sudah diketahui oleh mahasiswa sejak
awal perkuliahan. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa segera mengambil cara
atau keputusan dalam mempertahankan prestasi belajarnya. Dari beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor internal yang akan
menjadi fokus pembahasan penelitian. Khususnya, mengenai kecerdasan
emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik mahasiswa.
Manusia memiliki dua tipe kecerdasan yang harus selalu diasah.
Kecerdasan itu meliputi kecerdasan intelegensi dan kecerdasan emosional.
Prestasi belajar yang baik biasanya diperoleh dari kecerdasan intelegensi yang
baik dalam diri si pembelajar. Namun pada kenyataannya, masih banyak
mahasiswa yang belum mampu meraih prestasi belajar yang setara dengan
kemampuan intelegensinya (Daud, 2010). Ada mahasiswa yang mempunyai
kemampuan intelegensi yang tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang
relatif rendah, namun ada juga mahasiswa yang mempunyai kemampuan
intelegensi yang rendah tetapi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu, kemampuan intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan akan tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi
Dari pernyataan di atas, telah dibuktikan oleh Goleman (1997) bahwa
kecerdasaan intelegensi hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan sedangkan
80% merupakan sumbangan dari faktor-faktor yang lain, salah satunya adalah
kecerdasan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengelola
perasaannya, kemampuan untuk memotivasi diri, kesanggupan untuk tegar
dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan
menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu
berempati dan bekerjasama dengan orang lain. Sependapat dengan penelitian di
atas, menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetyo
(http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/978/894) tentang
pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap prestasi belajar
mahasiswa menghasilkan kesimpulan bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa.
Selain kecerdasan emosional, perilaku belajar juga mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa. Perilaku belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
individu secara berulang-ulang dan akan menjadi kebiasaan untuk mencapai
hasil yang baik dalam belajar. Menurut Suwardjono (2009: 1-17), kebiasaan
belajar yang baik meliputi empat aspek yaitu: (1) Kebiasaan mengikuti
pelajaran, (2) Kebiasaan membaca buku, (3) Kunjungan ke Perpustakaan dan
(4) Kebiasaan menghadapi ujian.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy (2001)
menyatakan bahwa perilaku belajar berpengaruh terhadap prestasi akademik
faktor tersebut mempengaruhi prestasi belajar. Namun, secara parsial hanya
dua faktor yaitu kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian
yang berpengaruh secara signifikan.
Dari hasil pengamatan oleh si peneliti, masih banyak mahasiswa yang
menyepelekan mata kuliah yang diambil pada semester yang bersangkutan
seperti tingkat kedisiplinan mahasiswa untuk mengikuti kuliah, kebiasaan
malas membaca buku, jarang atau bahkan tidak pernah mengunjungi
perpustakan serta kebiasaan menghadapi ujian yang cenderung menggunakan
sistem kebut semalam (SKS). Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa lebih
mengutamakan hal lain daripada belajar.
Selain kecerdasan emosional dan perilaku belajar, kebiasaan menunda
mengerjakan tugas juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Kebiasaan
menunda atau prokrastinasi merupakan suatu kegiatan menunda yang sering
dilakukan oleh individu salah satunya dalam kegiatan akademik. Penundaan ini
biasanya dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, tujuannya untuk
menjauhkan diri dari kewajiban yang harus diselesaikannya. Pernyataan ini
terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) yang
menyatakan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan prestasi belajar
mahasiswa, semakin tinggi mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik
maka prestasi belajar mahasiswa semakin menurun.
Ada banyak alasan dibalik terjadinya prokrastinasi, mulai dari pekerjaan
yang kurang dipahami, sikap prefeksionis, kecemasan terhadap pandangan atau
untuk menyelesaikan tugas. Alasan-alasan ini yang membuat seseorang
cenderung menghindar, takut, bahkan tidak mau mengerjakan tugas sama
sekali. Jika hal ini tidak segera diatasi maka bukan hanya persoalan tugas
akademik saja yang terhambat namun juga menjalar di kehidupan sosial dan
akan menyebabkan stres berkepanjangan dalam dirinya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan
penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan
Prokrastinasi Akademik Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B.Batasan Masalah
1. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini hanya fokus pada faktor
internal, khususnya kecerdasan emosional, perilaku belajar dan
prokrastinasi akademik yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar
3. Kecerdasan emosional meliputi kemampuan seseorang dalam hal
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati serta keterampilan
membina hubungan dengan orang lain.
4. Perilaku belajar adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk
kepribadiaan diri dalam memenuhi kegiatan belajar. Hal ini meliputi aspek
kebiasaan mengikuti pembelajaran, kebiasaan membaca buku, kebiasaan
berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian.
5. Prokrastinasi merupakan suatu penundaan dalam melakukan atau
mengerjakan tugas yang dilakukan secara sengaja yang akan berakibat
terhambatnya bagi individu dalam menyelesaikan tugas. Hal ini meliputi
penundaan tugas, kelambanaan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan
waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain dan
munculnya kerisauan emosional.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah ada pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap
prestasi belajar mahasiswa?
D.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat
praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya bidang pendidikan dan pengajaran.
b. Sebagai landasan bagi penulis untuk mengadakan penelitian tentang
pengaruh kecerdasaan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi
akademik terhadap prestasi belajar siswa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa untuk berhasil
dalam memperoleh prestasi belajar yang baik diperlukan kecerdasan
emosional yang baik, perilaku belajar yang baik dan dapat menimalkan
kegiatan prokrastinasi dalam kegiatan belajarnya.
b. Bagi Program Studi
Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi program studi untuk
mengetahui apakah mahasiswa mampu mengelola kecerdasan
membimbing mahasiswa agar mampu meminimalkan kebiasaan
prokrastinasi.
c. Bagi Universitas Sanata Dharma
Diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukan
bahwa mahasiswa yang memperoleh prestasi belajar yang baik
dibutuhkan kecerdasan emosional dan perilaku belajar yang baik serta
mampu meminimalkan kegiatan prokrastinasi dalam belajar
d. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teoritis tentang beberapa hal berikut: definisi
belajar, prestasi belajar, definisi emosi, kecerdasan emosional, perilaku belajar,
prokrastinasi akademik, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan
perumusan hipotesis.
A.Prestasi Belajar
1. Definisi Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar. Belajar
adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan
mengimplikasikan ke dalam kehidupan si pembelajar. Kegiatan belajar
bukan hanya untuk individu yang sedang menempuh pendidikan namun
juga dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil tidaknya seorang mahasiswa
dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh
mahasiswa tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) belajar adalah
suatu kegiatan penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran yang dipelajari di sekolah yang biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes/nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan
menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Pendapat yang sama juga dipaparkan
oleh Syah (2012: 59), yang menyatakan bahwa belajar adalah key term,
„istilah kunci‟ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Menurut Winkel (2014: 59), belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap sebab perubahan dari belajar bersifat relatif
konstan dan berbekas. Hal ini juga disampaikan oleh Hamalik (1994:
27-31) bahwa pengertian belajar dibagi menjadi dua pandangan yaitu
belajar menurut pandangan tradisional dan belajar menurut pandangan
modern. Belajar menurut pandangan tradisional adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pandangan ini lebih
menekankan pada perkembangan otak/intelektual melalui buku bacaan
yang dipelajarinya sedangkan belajar menurut pandangan modern
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku hasil interaksi dengan
lingkungan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau mengerti.
Sedangkan menurut Marimin dan Vemilia (2009: 270) mengungkapkan
bahwa belajar merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia
dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan
sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia dari lahir
hingga akhir hayat.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang berguna sebagai perubahan tingkah laku dan
pengembangan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2. Prestasi Belajar
Hasil belajar yang memuaskan tidak mudah didapatkan seturut dengan
apa yang dibayangkan, bukan berarti prestasi tidak bisa dicapai. Namun
prestasi dapat diperoleh jika mahasiswa mau berjuang dan berkorban
dalam menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapinya. Prestasi
mahasiswa dapat diperoleh dari mana saja baik dalam akademik maupun
non akademik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1100-1101), prestasi
adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan belajar yang telah dilakukan
atau dikerjakan yang sifatnya kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian. Sedangkan arti gabungan antara prestasi dan
belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1101) merupakan
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran yang lazimnya diukur dalam nilai tes. Hal yang sama juga di
sampaikan oleh Tego (2012: 84) bahwa prestasi belajar adalah hasil
mengetahui kemampuan mahasiswa. Hasil belajar tersebut biasanya
dinyatakan dalam simbol, angka, huruf, maupun kalimat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil perubahan pada diri pembelajar yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik serta sebagai bukti atas usaha dalam kegiatan
belajar. Proses penilaian ini berasal dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan oleh mahasiswa yang bertujuan untuk melihat kemampuan
mahasiswa dalam menerima pembelajaran dari dosen. Penilaian ini
biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa.
Menurut Slameto (2010 : 54-72), faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
a. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor ini terbagi menjadi 3 yakni :
1) faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh
2) faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
3) faktor kelelahan, terbagi menjadi 2 yakni :
a) Kelelahan jasmani, faktor ini dapat terlihat dari lemahnya
kondisi tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan
b) Kelelahan rohani, hal ini dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan yang berakibat pada berkurangnya minat dan
dorongan.
b. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor
ekstern ini terbagi menjadi 3 faktor yakni:
1) faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2) faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pengajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah.
3) faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam bermasyarakat,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
B.Kecerdasan emosional
1. Definisi Emosi
Kata Emosi berasal dari Bahasa Latin, yaitu movere yang arti
“menggerakkan, bergerak”. Tambahan awalan “e” untuk memberikan arti
“bergerak menjauh”. Makna yang tersirat dalam kata ini adalah emosi itu
cenderung bertindak secara mutlak. Menurut Goleman (1997: 411) emosi
adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
merupakan dorongan untuk bertindak dari rangsangan yang berasal dari
luar maupun dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira, emosi
yang mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga secara
fisiologis terlihat tertawa.
Menurut Goleman (1997 : 411) emosi mempunyai berbagai macam
jenis, yaitu:
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, dan kesal hati.
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihi diri, dan putus asa. c. Rasa Takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak tenang, dan ngeri.
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur dan bangga. e. Cinta : penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa
Goleman pada dasarnya adalah dorongan uuntuk memberikan respon dan
bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah
suatu perasaan yang mendorong suatu individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun luar
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan suatu istilah yang dilontarkan
pertama kali oleh psikolog Pater Salovey dan John Mayer (dalam
Goleman, 1997: 20). Ia mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional
adalah suatu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan yang bermanfaatkan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan serta mengendalikan perasaan secara mendalam. Hal
ini dilakukan supaya individu dapat memahami perkembangan emosi dan
intelektual yang dimilikinya.
Senada dengan pemikiran di atas Goleman (1997: 45) mendefinisikan
kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
diri maupun perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi dalam diri sendiri dan membina hubungan
dengan orang lain meliputi kemampuan mengatasi frustasi, mengendalikan
dorongan dalam hati dan menjaga beban stres supaya tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir serta bersimpati. Kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, bersifat tidak menetap dan berubah-ubah
setiap saat. Oleh karena itu, lingkungan sangat berperan dalam
pembentukan kecerdasan emosional individu terutama lingkungan
keluarga.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan suatu tindakan yang menuntut diri untuk belajar
dilakukan dengan cara menanggapi dengan tepat dan menerapkan dengan
efektif di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Hein (dalam Nurdin, 2009: 104-105) mengemukakan tentang
ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik yaitu:
Kecerdasan Emosiona yang Tinggi Kecerdasan Emosional yang Rendah
Dapat Mengekspresikan emosi dengan jelas.
Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain.
Tidak merasa takut untuk
mengekspresikan perasaannya.
Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang lain, suka memerintah, suka mengkritik. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaan
negatif
Suka mengalahkan orang lain.
Dapat memahami (membaca) komunikasi nonverbal.
Berbohong tentang apa yang ia rasakan.
Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk membimbingnya.
Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadiaan yang sederhana (kecil) sekalipun. Berperilaku sesuai dengan keinginan
bukan karena keharusan, dorongan, dan tanggungjawab.
Tidak memiliki perasaan dan integritas.
Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan kenyataan.
Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain.
Termotivasi secara intrinsik. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan.
Tidak termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan.
Kaku, tidak flesibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural untuk merasa bersalah.
Memiliki emosi yang fleksibel. Merasa tidak aman, definisif, dan sulit menerima kesalahan dan sering merasa bersalah.
Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan.
Tidak bertanggung jawab.
Peduli dengan perasaan orang lain. Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil.
Seseorang untuk menyatakan perasaan Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah, sering menyalahkan menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa rasa hormat terhadap perasaan orang lain.
Tidak digerakkan oleh ketakutan dan kekhawatiran.
4. Dimensi Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey (dalam Goleman, 1997: 58-59), kecerdasan
emosional terbagi menjadi lima dimensi yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Kemampuan mengenali diri sendiri merupakan kemampuan yang
paling dasar dalam kehidupan seseorang. Mengenali berarti menyadari
akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Menurut
Goleman (2009: 63), kesadaran seseorang akan emosinya sendiri
sering disebut metamood dan metakognisi artinya kesadaran tentang
proses berpikir. Istilah-Istilah yang sedikit rumit ini sering digunakan
oleh para ahli psikologi. Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus
terhadap keadaan batin seseorang, sebab jika seseorang telah sadar
akan dirinya sendiri maka ia akan melakukan refleksi diri, mengamati
serta menggali pengalaman termasuk emosi pada dirinya.
Menurut Goleman (1997: 403- 404), ciri-ciri individu yang mampu
mengenali emosi diri adalah: 1) Perbaikan dalam mengenali dan
merasakan emosinya sendiri, 2) Lebih mampu memahami penyebab
perasaan yang timbul, 3) Mengenali perbedaan perasaan dengan
tindakan.
b. Mengelola Emosi
Menurut Goleman (1997: 58), kemampuan mengelola emosi adalah
kemampuan individu dalam mengenal perasaan supaya dapat
dalam diri individu. Kemampuan ini dapat meningkatkan
kesejahteraan emosi. Kemampuan mengelola emosi meliputi
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan/ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri orang yang kemampuan
dalam mengelola emosi yaitu sebagai berikut:
1) Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah.
2) Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian dan gangguan di ruang kelas.
3) Lebih mampu mengungkapkan amarah yang tepat, tanpa berkelahi.
4) Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing.
5) Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.
6) Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah, dan keluarga.
7) Lebih baik dalam menengani ketegangan jiwa. 8) Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam
pergaulan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk
menumbuhkan semangat dengan baik dalam menjalankan suatu
aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat guna mencapai tujuan
dalam kehidupannya (Goleman, 1997: 110). Kepuasan, ketekunan,
keuletan, menahan diri dari kepuasan, mengendalikan dorongan hati
dan memiliki perasaan motivasi yang positif merupakan karakter
Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri individu yang dapat
memotivasi dirinya sendiri adalah: 1) Mempunyai rasa bertanggung
jawab, 2) Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan
dan menaruh perhatian, 3) Kurang impulsif dan lebih menguasai diri,
4) Meningkatnya nilai tes akademik.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan seorang individu dalam mengenali emosi orang lain
disebut empati. Empati dibangun atas dasar kesadaran diri. Dengan
kesadaran diri yang tinggi akan membuat seseorang mampu terbuka
pada emosinya sendiri, mampu mengenal, mengakui emosinya sendiri
dan mampu membaca perasaan orang lain.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang bertujuan
untuk memberikan petunjuk tentang apa yang dibutuhkan orang lain.
Hal ini dilakukan agar individu mampu menerima sudut pandang
orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
Kemampuan berempati bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perasaan orang lain. Perasaan orang lain dapat diketahui dari nada
bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah lewat pesan nonverbal si pembaca
dari orang yang bersangkutan. Hal ini telah dibuktikan oleh Rosenthal
(dalam Goleman, 1997: 136) dari hasil penelitian yang telah dilakukan
perasaan dan isyarat nonverbal lebih mampu menyesuaikan diri sendiri
secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih
peka/lebih berempati. Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri individu
yang memiliki empati dengan orang lain meliputi: 1) Lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, 2) Mampu memperbaiki empati
dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, 3) Lebih mampu
mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antarpribadi (Goleman, 1997: 59). Kemampuan dasar
dalam membina hubungan dengan orang lain adalah dengan
komunikasi. Orang yang mampu berkomunikasi dengan baik maka ia
juga berhasil dalam pergaulan.
Ramah, tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat
dijadikan petunjuk positif bagaimana seorang individu mampu
membina hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian ini
juga dapat diketahui dari banyaknya individu mempunyai hubungan
interpersonal yang dilakukannya.
Menurut Goleman (1997: 404-405), ciri-ciri individu yang mampu
membina hubungan dengan orang lain meliputi:
1) Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan.
3) Lebih baik menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan.
4) Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi. 5) Lebih populer dan mudah bergaul.
6) Bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya. 7) Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya.
8) Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa. 9) Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras
dengan kelompok.
10)Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong.
11)Lebih demokratis delam bergaul dengan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil fakor-faktor utama
serta prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai komponen dalam
mengembangkan instrumen penelitian pada variabel kecerdasan
emosional.
C.Perilaku Belajar
Perilaku adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan yang akan membentuk kepribadian dalam dirinya. Menurut
Gibson (1984: 53) dalam mengatakan bahwa perilaku dapat diartikan menjadi
lima arti yakni: 1) Perilaku adalah suatu sebab, 2) Perilaku diarahkan oleh
tujuan, 3) Perilaku yang bisa diamati dan diukur, 4) Perilaku yang tidak dapat
secara langsung diamati dalam hal berfikir dan mengawasi, 5) Perilaku
dimotivasi atau didorong.
Menurut Suwardjono (1992: 151), belajar di perguruan tinggi merupakan
suatu pilihan strategik untuk mencapai tujuan individu. Pilihan strategik ini
menuntut adanya kesadaran dalam menentukan sikap dan pandangan belajar di
memiliki keterampilan teknis tetapi juga mempunyai daya dan kerangka
berpikir, sikap mental, kepribadian dan kearifan tertentu yang mencerminkan
kepribadiaan kesarjanaan. Oleh sebab itu, diperlukan perilaku belajar yang
sesuai dalam kegiatan belajar di perguruan tinggi.
Menurut Gie (dalam Prasetyo, (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/
article/view/978/894), perilaku belajar adalah suatu perilaku secara
keseluruhan yang ditunjukkan secara konsisten dari waktu ke waktu dalam
rangka pelaksanaan belajar karena perilaku belajar tidak diperoleh secara
alamiah namun peroleh secara sadar dan disengaja. Perilaku belajar sering juga
disebut kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan individu secara berulang-ulang dan akan menjadi kebiasaan.
Menurut Suwardjono (2009: 1- 17), perilaku belajar yang baik terdiri dari:
1. Kebiasaan mengikuti pelajaran
Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa pada saat pelajaran berlangsung seperti kebiasaan
memperhatikan penjelasan dosen, membuat catatan dan keaktifan di kelas
melalui diskusi. Kegiatan kuliah ini dilakukan sebagai forum untuk
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dan pemahaman dosen terhadap
pengetahuan yang menjadi topik perkuliahan. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian besar mahasiswa hanya datang, duduk,
mendengarkan, dan mencatat tetapi tidak terlibat aktif di kelas. Hal-hal
proses belajar merupakan hasil pengalihan catatan dosen ke catatan kuliah
mahasiswa.
Hal ini sangat disayangkan, sebab kuliah adalah suatu kegiatan belajar
yang bertujuan sebagai penguatan pemahaman mahasiswa terhadap materi
pengetahuan sebagai hasil dari kegiatan belajar mandiri. Sebab bila
mahasiswa tidak menyiapkan diri dan masuk kelas dalam keadaan kosong
pikirannya maka ia akan terhambat memahami pembelajaran bahkan
hingga tidak ada proses pemahaman sama sekali.
2. Kebiasaan membaca buku
Buku adalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan membaca merupakan sarana dalam
pengembangan penalaran. Kemampuan penalaran seseorang akan sampai
pada tingkat yang tinggi, jika si pembelajar mampu dan tahu sesuatu hal
hanya dengan membaca. Namun, kebiasaan membaca buku saat ini sangat
rendah dikalangan mahasiswa. Hal ini diakibatkan si pembelajar lebih
cenderung menggantungkan penjelasan dosen. Banyak alasan yang sering
dilontarkan mahasiswa, salah satunya adalah buku teks sulit dipahami atau
bahasa yang terlalu rumit. Padahal keterampilan membaca merupakan
keterampilan yang paling penting untuk dikuasai oleh kaum pelajar
terutama mahasiswa.
3. Kunjungan ke Perpustakaan
Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh dosen tidak lepas dari
dengan para praktisi. Mahasiswa yang sudah terbiasa menyerap
pengetahuan yang telah disampaikan dosen tanpa masalah dan kontroversi
tetapi tiba-tiba mahasiswa harus mencari sendiri pengetahuan yang didapat
dan harus menghadapi masalah, kontroversi serta harus menemukan satu
gagasan dan masalah. Keterampilan ini membentuk mahasiswa utuk mau
mengunjungi perpustakaan. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa untuk
membuka cakrawala tentang bahan-bahan kuliah bahkan ilmu
pengetahuan lain.
4. Kebiasaan menghadapi ujian
Ujian adalah bentuk akhir dari kegiatan belajar. Setelah seseorang
melakukan proses belajar maka orang tersebut akan melihat
kemampuannya atas kegiatan belajar yang dilakukannya melalui kegiatan
ujian. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa paham
pembelajaran yang telah diterimanya selama perkuliahan.
Namun kebanyakan mahasiswa hanya mementingkan nilai semata,
tanpa dilakukannya proses belajar yang sesungguhnya. Sebab menurut
mereka cerminan dari nilai adalah cerminan kehidupan mereka kelak.
Akan tetapi bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individu yang jelas
tentu bukan nilai yang menjadi tujuan tetapi nilai merupakan konsekuensi
D.Prokrastinasi Akademik
1. Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi di setiap
bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang akademik. Menurut
DeSimone (dalam Ferarri, 1995: 4), istilah Prokrastinasi berasal dari
bahasa Latin procrastinare yang berarti harfiah, untuk menunda atau
menunda sampai hari lain. Prokrastinasi mempunyai awalan “pro” yang
berarti “gerak maju” dan akhiran “crastinus” berarti “ hingga hari esok”
maka dapat diartikan bahwa prokrastinasi adalah suatu sikap untuk
menangguhkan atau menunda pekerjaan yang hendaknya segera
diselesaikan hingga sampai pada hari berikutnya.
Menunda pekerjaan merupakan “penyakit” yang secara sengaja
maupun tidak sengaja pernah dilakukan oleh prokrastinator. Banyak alasan
seseorang menunda pekerjaannya mulai dari kesibukan, tidak mood
sekedar malas bahkan manajemen waktu yang tidak efektif. Hal ini terjadi
karena prokrastinator memiliki pandangan bahwa mengerjakan sesuatu
dalam waktu yang terbatas rasanya justru akan lebih bersemangat, lebih
banyak ide yang keluar dan lebih terdorong untuk menyelesaikan tugas
dengan cepat. Padahal sesungguhnya prokrastinator sedang dihadapkan
pada keadaan tertekan, keadaan ini akan memaksakan dirinya untuk
mengeluarkan seluruh kemampuan dan pengetahuan yang telah
Menurut Putri (2014: 16), prokrastinasi akademik adalah suatu
kecenderungan untuk menunda maupun menyelesaikan tugas pada enam
area akademik yang meliputi tugas mengarang, belajar untuk ujian,
membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan dan kinerja
akademik secara umum, yang dilakukan secara terus menerus baik
penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline, ataupun
penundaan jangka panjang melebihi deadline yang dapat mengganggu
kinerja dalam waktu yang terbatas dengan mengganti aktivitas yang sudah
tidak penting. Hal ini sama dengan pendapat Handaru, A.W., Lase, Evi
dan Parimita W., (2014) bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu
kecenderungan menunda mengerjakan tugas secara sengaja akibat adanya
keyakinan irasional dalam memandang tugas sehingga muncul perasaan
tertekan, tidak nyaman, dan gelisah pada diri sendiri.
Dari beberapa penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa,
prokrastinasi akademik adalah suatu penundaan yang sering dilakukan
oleh seorang individu dalam kegiatan akademik secara sengaja maupun
tidak sengaja dan berulang-ulang yang dilakukan untuk menjauhkan
dirinya dari kewajibannya.
2. Alasan Melakukan Tindakan Prokrastinasi.
Prokrastinasi terjadi bukan semata-mata terjadi begitu saja namun
terdapat alasan-alasan dibalik terjadinya prokrastinasi. Menurut Melani
sthash.fpcDEA0j.dpuf: 19 Oktober 2015), terdapat beberapa alasan
tindakan prokrastinasi dapat terjadi:
a. Pekerjaan yang dilakukan tidak dimengerti, membingungkan atau tidak sesuai dengan minat kita sehingga sulit termotivasi untuk memulai pekerjaan tersebut.
b. Perfeksionis. Bagi orang yang perfeksionis, ada suatu standar yang terkadang sulit sekali untuk dicapai sehingga menurunkan semangat untuk mengejar standar tersebut.
c. Kecemasan terhadap pandangan atau penilaian orang lain terhadap pekerjaan kita. Hal ini membuat kita takut untuk menyelesaikan tugas.
d. Kecemasan terhadap hal-hal yang belum diketahui. Jika kita mencoba suatu tugas baru, kita cenderung takut membuat kesalahan sehingga kita menghindar dari tugas tersebut.
e. Tidak memiliki kemampuan atau keterampilan untuk menyelesaikan tugas sehingga rasanya lebih mudah untuk menghindar atau tidak mengerjakan sama sekali.
3. Jenis-Jenis Prokrastinasi
Menurut Ferarri, dkk (1995: 130-132) kegiatan prokrastinasi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Prokrastinasi Fungsional (Functional Procrastination), yaitu jenis
penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan akurat. Individu yang termasuk
dalam jenis prokrastinasi ini adalah individu yang mempunyai
pandangan bahwa pekerjaan hendaknya diselesaikan dengan
sempurna walaupun dalam mengerjakan mereka melewati waktu
yang optimal yang seharusnya dilakukan hingga mendapatkan
b. Prokrastinasi Disfungsional (Disfunctional Procrastination), yaitu
jenis penundaan yang tidak bertujuan, berakibat tidak baik dan dapat
menimbulkan masalah. Jenis penundaan ini tidak disertai dengan
sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain,
hal demikian yang berakibat pada kebiasan yang sulit untuk
dilepaskan.
4. Dimensi Prokrastinasi Akademik
Menurut Milgram (dalam Rumiani, 2006: 38- 39), prokrastinasi
dilakukan hanya semata-mata untuk melengkapi tugas secara optimal akan
tetapi penundaan juga dilakukan untuk tidak membuat tugas secara
optimal, ini merupakan penundaan yang tidak berguna. Oleh sebab itu
Milgram, membagi prokrastinasi menjadi 4 dimensi yaitu:
a. Serangkaian perilaku penundaan
b. Menghasilkan perilaku di bawah standar
c. Melibatkan sejumlah tugas yang dipersepsikan penting untuk dilakukan
oleh prokrastinator
d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan
5. Indikator Prokrastinasi Akdemik
Schouwenburg (dalam Ferrari dkk, 1995: 76-84) mengungkapkan
bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu perilaku penundaan yang
dapat termanifestasi dalam aspek-aspek yang dapat diukur dan diamati
ciri-cirinya. Ada empat indikator keprilakuan dalam prokrastinasi akademik,
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang
dihadapi.
Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya merupakan
tugas yang harus diselesaikan sebab tugas tersebut berguna bagi
dirinya, akan tetapi prokrastinator tersebut menunda untuk memulai
maupun menyelesaikan tugas tersebut sampai tuntas.
b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.
Individu yang melakukan prokrastinasi membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mempersiapkan tugasnya daripada waktu untuk
mengerjakan tugas. Prokrastinator ini membuang waktu yang harusnya
untuk menyelesaikan tugasnya dengan hanya untuk mempersiapkan
secara berlebihan tanpa memperhitungkan batasan waktu yang dimiliki
untuk menyelesaikannya.
Tindakan ini terkadang mengakibatkan seseorang tidak berhasil
menyelesaikan pekerjaannya secara memadai. Lambannya kerja
seseorang dalam menyelesaikan kewajiban menjadi ciri utama dalam
prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Prokrastinator memiliki kesulitan dalam menyelesaikan
kewajibannya sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan
sebelumnya. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai
mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri tetapi
melakukannya dan memilih untuk menunda. Hal ini dapat
menyebabkan kelambanan maupun kegagalan untuk menyelesaikan
tugas dengan baik.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Individu yang dengan sengaja tidak segera melakukan tugas dan
lebih memilih waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain
yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan
maupun menyalurkan hobinya seperti membaca (koran, majalah, novel
dan lainnya), menonton, mengobrol, jalan-jalan , mendengarkan musik
dan sebagainya sehingga akan menyita waktu yang dimiliki yang
sebenarnya dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas.
e. Munculnya Kerisauan Emosional
Perasaan yang muncul ketika seseorang mengalami kerisauan
emosional adalah adanya perasaan cemas, perasaan bersalah, takut,
panik, kecewa dan benci terhadap tugasnya dan sebagainya. Perasaan
risau ini akan terjadi cenderung muncul ketika seorang individu takut
untuk melakukan kesalahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator prokrastinasi akademik
adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang
dihadapi, kelambanan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara
menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan dan
kerisauan emosional.
6. Dampak Prokrastinasi Akademik
Perilaku prokrastinasi akan membawa dampak internal maupun
ekternal bagi prokrastinator dan lingkungannya. Menurut Chufron dan
Rianawati (dalam Putri, 2014: 24-25), dampak prokrastinasi dibagi
menjadi dua yaitu dampak internal maupun dampak eksternal yaitu:
a. Dampak internal
Penyebab proktastinasi biasanya muncul dalam diri prokratinator.
Contohnya: saat prokrastinator mempunyai rasa takut gagal maka saat
itu prokrastinasi akan melakukan penundaan besar-besaran untuk
mengerjakan tugas. Seperti seorang siswa yang mempunyai pemikiran
bahwa semua mata pelajaran sulit, maka secara langsung ia akan
berfikir bahwa ia akan gagal dan berbuat kesalahan sehingga ia
cenderung menunda belajar maupun mengerjakan tugas-tugasnya.
b. Dampak eksternal
Prokrastinasi akan terjadi pada seseorang yang mengalami fatigue
(kepenatan, kelelahan dan keletihan) serta kepada seseorang yang
memiliki karakter sosial yang tercermin dalam berhubungan sosial.
Contohnya: seorang mahasiswa menunda mengerjakan tugas karena
tugas itu sangat susah maka ia akan mendapatkan peringatan dari
7. Cara Mengatasi Tindakan Prokrastinasi
Menurut Melani ((http://lptui.com/artikel/personal-empowerment/
janganmenunda#sthash.fpcDEA0j.dpuf), Cara mengatasi perilaku
prokrastinasi yaitu sebagai berikut:
a. Pastikan katagori perilaku prokrastinasi apa yang paling sering muncul dari diri anda.
b. Jujurlah ketika membuat keputusan dalam menyelesaikan tugas
c. Lihat konsekuensi dari penyelesaian tugas, jika tugas berhasil diselesaikan maka seolah-olah kita telah membuat investasi yang akan individu rasakan hasilnya kemudian.
d. Pahami mengapa tugas tersebut harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
e. Pecah tugas dalam beberapa bagian beserta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut. f. Buatlah daftar tugas yang bisa dilihat setiap saat. g. Ajak orang lain untuk membantu mengugatkan anda h. Jika mudah terpengaruh oleh lingkungan, maka cari
atau buatlah lingkungan yang mendukung konsentrasi anda.
i. Buatlah cacatan mengenai keberhasilan mengerjakan tugas sesuai target waktu
E.Hasil Penelitian Yang Relevan
Seperti yang dikemukan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tiga pokok permasalahan yakni kecerdasan emosional, perilaku belajar dan
prokrastinasi akademik.
1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gedeon (2012) tentang
hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan
prestasi belajar, penelitian ini berdasarkan pada fenomena rendahnya
beradaptasi, kurangnya rasa percaya diri dan pada aspek perilaku belajar
mahasiswa meliputi kurangnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan
kuliah serta kebiasaan menyalin/mencotek pekerjaan teman.
Kebiasaan-kebiasaan ini akan mengakibatkan pemahaman yang dangkal oleh
mahasiswa dalam kegiatan belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Gedeon menggunakan teknik korelasi
spearman rank. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa 1) tidak
ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar (rhitung =0,074< rtabel=0,195 dengan
), 2) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku
belajar dan prestasi belajar (rhitung =0,040< rtabel=0,195 dengan
).
Hasil penelitian Gedeon berbeda dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Prasetyo (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/
download/978/894) tentang pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku
belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa jurusan akuntansi
Universitas Brawijaya. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh
Gedeon menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai
hubungan positif dengan prestasi belajar sedangkan menurut hasil
penelitian Prasetyo menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
Pada penelitian Prasetyo dilakukan atas dasar fenomena mahasiswa
yang jarang meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
intelegensinya. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik
regresi berganda. Hasil penelitian Prasetyo menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional dan perilaku belajar secara stimulan berpengaruh
terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi (fhitung =7,256 <
ftabel=3,028).
2. Pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi belajar
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy
(2001) tentang pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik
mahasiswa akuntansi, penelitian ini berdasarkan pada fenomena perilaku
belajar yang bagaimana yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dalam
penelitian ini, perilaku belajar ditinjau dari empat aspek yang meliputi
kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan membaca buku, kebiasaan
berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian.
Keempat aspek tersebut diteliti oleh Hanifah dan Syukriy dan
dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linear berganda. Hasil
penelitian Hanifah dan Syukriy menunjukkan bahwa kebiasaan mengikuti
kuliah, kebiasaan membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan
dan kebiasaan menghadapi ujian berpengaruh terhadap prestasi akademik
mahasiswa, akan tetapi hanya dua aspek yaitu aspek kunjungan ke
perpustakaan dan kebiasan menghadapi ujian saja yang berpengaruh
Hasil penelitian yang dilakukan Hanifah dan Syukriy berbeda dengan
hasil penelitian oleh Francisca (2010) tentang pengaruh perilaku belajar
terhadap prestasi akademik mahasiwa akuntansi. Perbedaan ini terletak
pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian
Hanifah dan Syukriy menunjukkan bahwa empat aspek dalam perilaku
belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa akan tetapi hanya dua
aspek yaitu kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan mengikuti ujian
yang berpengaruh secara signifikan. Di sisi lain, hasil penelitian Francisca
menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kebiasaan
mengikuti kuliah sedangkan kebiasaan membaca buku, kunjungan ke
perpustakaan, dan kebiasaan mengikuti ujian tidak mempengaruhi prestasi
belajar.
Penelitian Francisca dilakukan berdasarkan fenomena perilaku belajar
yang harus dibangun oleh mahasiswa dan pengaruhnya terhadap prestasi
akademik mahasiswa di perguruan tinggi. Penelitian ini ada empat aspek
perilaku belajar yang akan diteliti yaitu kebiasaan mengikuti pelajaran,
kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan
menghadapi ujian. Penelitian tersebut diteliti dan dianalisis menggunakan
teknik regresi berganda dan uji beda. Hasil penelitian Francisca
menunjukkan bahwa hanya kebiasaan mengikuti kuliah berpengaruh
terhadap prestasi akademik mahasiswa sedangkan tiga aspek yang lain
3. Pengaruh Prokrastinasi Akademik terhadap prestasi belajar
Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sari (2009)
yang tentang hubungan antara prokratinasi akademik dan kecemasan
terhadap matametika dengan prestasi belajar siswa SMA Pius Tegal kelas
XI Ilmu Sosial, penelitian ini berdasarkan fenomena tentang banyaknya
siswa yang mengalami kecemasan, ketakutan, gundah dan kacau apabila
menghadapi pelajaran matematika. Hal ini yang akan mempengaruhi siswa
di dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan akan mengarah
pada terjadinya prokrastinasi. Penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil penelitian Sari
menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan positif yang
lemah dengan prestasi belajar dengan korelasi sebesar 0,354.
Hasil penelitian Sari berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Oematan (2013) yang berjudul hubungan antara prokrastinasi
akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi
Universitas Surabaya. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian Sari menunjukkan bahwa
prokrastinasi berhubungan prositif yang lemah dengan prestasi belajar
mahasiswa. Di sisi lain, penelitian Oematan menyimpulkan bahwa
prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi akademik
mahasiswa, yang tergantung pada alat ukur dan angkatan kuliah.
Penelitian Oematan dilakukan berdasarkan fenomena tentang