• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa (studi kasus pada: mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa (studi kasus pada: mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma)

Maria Regina Ayu Wulandari Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 383 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 196 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Fhitung = 2,638) dan nilai signifikansi ( = 0,051).

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND ACADEMIC PROCRASTINATION TO

STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT

A Study Cace on Students of the Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University

Maria Regina Ayu Wulandari Sanata Dharma University

2016

The aim of this study is to find out the effect of emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination to the students’ rning achievement.

The type of this research is a case study. This research was conducted from February until March 2016. The population of the research were all students of the Economic Education Study Program of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 383 students. The samples were 196 students. The technique of taking samples was a proportional sample. The data were collected by the questionnaires and analysed by using the multiple regression test.

The result shows that emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination do not have a significant effect on students’ rning achievement (Fcalculate = 2,638 )and significant value = 0,051).

(3)

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU

BELAJAR, PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

MARIA REGINA AYU WULANDARI NIM: 12 1334 031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS JURU SELAMATKU

BAPAK Y. SUYATNO, S.H. & IBU DRA. SM. DWI HARTANTI

KAKAKKU F.X CAHYA ADHY WICAKSONO, A. Md.

ADIK-ADIKKU AGUSTINUS ANANG TIMUR PRAKOSO

&MARSELIA YUNITA ARUM PRATIWI

INSPIRASIKU IBU CORNELIO PURWANTINI, S.Pd., M.SA.

SAHABAT-SAHABATKU YANG AKU SAYANGI

(7)

v

MOTTO

“Marilah Kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,

Aku akan memberimu kelegaan

kepadamu”

~ Matius, 11: 28~

“Mintalah, maka akan diberikan kepadmu; carilah, maka kamu

akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang

yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,

baginya pintu dibukakan”

~ Matius, 7: 7-8~

“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu,

karena ada upah bagi usahamu”

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma)

Maria Regina Ayu Wulandari Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 383 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 196 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Fhitung = 2,638) dannilai signifikansi ( v lu = 0,051).

(11)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND ACADEMIC PROCRASTINATION TO STUDENTS’

LEARNING ACHIEVEMENT

A Study Cace on Students of the Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University

Maria Regina Ayu Wulandari Sanata Dharma University

2016

The aim of this study is to find out the effect of emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination to the students’ l rning achievement.

The type of this research is a case study. This research was conducted fromFebruary until March 2016. The population of the research were all students of the Economic Education Study Program of Expertise Specific Accounting Education which consisted of383 students. The samples were 196 students. The technique of taking samples was a proportional sample. The data were collected by the questionnaires and analysed by using the multiple regression test.

The result showsthat emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination do not have a significant effect on students’ l rning achievement (Fcalculate= 2,638 )and significant value v lu = 0,051).

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat, rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini d ng n d ng n judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional,

Perilaku Belajar dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Belajar

M h sisw ” d ng n t p t p d w ktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan, dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak dengan tulus dan

rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis hingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan

(13)

xi

3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan.

5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata

Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses

perkuliahan;

6. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah

membantu memperlancar untuk terselesaikannya skripsi ini;

7. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah meluangkan waktu dan pikiran

untuk mengisi kuesioner peneliti;

8. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA yang telah memberikan inspirasi,

dukungan, dorongan dan semangatnya bagi penulis;

9. Teman-teman PAK 2012 (Poppy, Maya, Vina, Lilis, Sella, Tio, Helen,

Ella, Vena, Sari, Danapramitha, Tika, Vera, Dila, Natal, Tere, Mega,

Siska, Marcel, Lun, Adyst, Agnes, Okti, Eny, Destri, Olive, Epi, Maria

dan teman-teman lainnya) yang telah memberikan dukungan, perhatian

dan doa bagi penulis;

10.Teman-teman kos Mrican Baru No.20 (Martha, Vina, Yohana, Claudia,

Wike, Fay, Kak Susan) yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii

ABSTRAK... viii

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 12

B. Kecerdasan Emosional... 13

1. Definisi Emosi... 13

2. Kecerdasan Emosional... 15

3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional... 16

4. Dimensi Kecerdasan Emosional... 17

C. Perilaku Belajar... 21

D. Prokrastinasi Akademik... 25

1. Prokrastinasi Akademik... 25

2. Alasan Melakukan Tindakan Prokrastinasi... 26

3. Jenis-Jenis Prokrastinasi... 27

4. Dimensi Prokrastinasi Akademik... 28

5. Indikator Prokrastinasi... 28

6. Dampak Prokrastinasi Akademik... 31

(16)

xiv

E. Hasil Penelitian yang Relevan... 32

F. Kerangka Berpikir... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 42

1. Tempat Penelitian... 42

2. Waktu Penelitian... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian... 43

1. Subjek penelitian... 43

2. Objek Penelitian... 43

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 43

1. Populasi... 43

2. Sampel... 44

3. Teknik Penarikan Sampel... 45

E. Operasionalisasi Variabel... 46

1. Variabel kecerdasan emosional... 46

2. Variabel Perilaku belajar... 47

3. Variabel Prokrastinasi Akademik... 48

4. Variabel Prestasi Belajar... 50

F. Teknik Pengumpulan Data... 50

1. Angket atau kuesioner... 50

2. Dokumentasi... 50

G. Teknik Pengujian Instrumen... 51

1. Uji Validitas... 51

2. Uji Reliabilitas... 56

H. Teknik Analisis Data... 58

1. Deskripsi Data... 58

2. Uji Prasyarat dan Hipotesis... 58

a. Uji Prasyarat... 58 A. Sejarah Universitas Sanata Dharma... 67

B. Nama-nama yang Pernah Menjabat Rektor ... 70

C. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma... 70

1. Visi... 70

2. Misi... 70

3. Motto... 71

(17)

xv

D. Gambaran Umum Program Studi... 71

1. Sejarah Program Studi... 71

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Program Studi... 73

3. Struktur Organisasi Program Studi... 75

4. Kurikulum... 77

5. Proses Pembelajaran... 77

6. Sumber Daya Manusia... 78

7. Sarana dan Prasarana... 78

8. Beasiswa... 79

9. Kemahasiswaan... 79

10.Profil Lulusan... 80

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 81

1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden... 81

2. Analisis Variabel Responden... 83

B. Hasil Uji... 88

1. Uji Prasyarat... 88

a. Uji Normalitas... 88

b. Uji Linieritas... 88

c. Uji Multikolinearitas... 90

d. Uji Heteroskedastisitas... 90

2. Uji Hipotesis... 91

C. Pembahasan... 96

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 103

B. Saran... 103

C. Keterbatasan... 105

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Populasi Penelitian... 44

Tabel 2 Proporsi Sampel Mahasiswa setiap Angkatan... 45

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 46

Tabel 3.2 Skala Likert Kecerdasan Emosional... 47

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar... 47

Tabel 3.4 Skala Likert Perilaku Belajar... 48

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Prokrastinasi Akademik... 49

Tabel 3.6 Skala Likert Prokrastinasi Akademik... 49

Tabel 3.7 Katagori Prestasi Belajar... 50

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional... 53

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Belajar... 54

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Prokrastinasi Akademik... 55

Tabel 5 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen... 57

Tabel 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 82

Tabel 6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah... 82

Tabel 6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Keikutsertan UKM... 83

Tabel 7.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional... 84

Tabel 7.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar... 85

Tabel 7.3 Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Akademik... 86

Tabel 7.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar... 87

Tabel 8 Uji Normalitas... 88

Tabel 9.1 Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test... 89

Tabel 9.2 Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test... 89

Tabel 10 Pengujian Multikolinearitas... 90

Tabel 11 Pengujian Heteroskedastisitas... 90

Tabel 12 Uji Hipotesis... 93

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 110

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 112

Lampiran 3 Karakteristik Responden... 124

Lampiran 4 Data Induk Responden... 131

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas... 160

Lampiran 6 Pedoman Acuan Patokan II (PAP II)... 167

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Teknologi pada jaman ini semakin hari semakin berkembang, maju dan

modern. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Manusia yang berkualitas diharapkan mampu berperan serta dalam

pembangunan suatu negara. Kualitas manusia dapat ditingkatkan melalui

pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang

dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk mengembangkan

kualitas manusia dalam bersaing di era globalisasi.

Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga formal yang mempunyai

sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui perguruan

tinggi, mahasiswa mampu belajar berbagai macam hal seperti keterampilan,

kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin

dalam prestasi belajarnya. Akan tetapi, untuk meraih prestasi belajar yang

memuaskan dibutuhkan proses belajar yang baik.

Selain proses belajar yang baik, prestasi belajar dapat tercapai jika

mahasiswa mampu mengatasi faktor-faktor yang menghambat kegiatan belajar.

Menurut Slameto (2010: 54- 57) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar meliputi faktor yang berasal dari dalam diri (internal) maupun dari luar

(eksternal) individu. Faktor internal dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik atau

(22)

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif dan keadaan kelelahan meliputi

kelelahan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi

keluarga, kondisi tempat belajar, sarana belajar, pergaulan dengan teman

sebaya, dukungan keluarga dan lingkungan kampus.

Faktor-faktor di atas hendaknya sudah diketahui oleh mahasiswa sejak

awal perkuliahan. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa segera mengambil cara

atau keputusan dalam mempertahankan prestasi belajarnya. Dari beberapa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor internal yang akan

menjadi fokus pembahasan penelitian. Khususnya, mengenai kecerdasan

emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik mahasiswa.

Manusia memiliki dua tipe kecerdasan yang harus selalu diasah.

Kecerdasan itu meliputi kecerdasan intelegensi dan kecerdasan emosional.

Prestasi belajar yang baik biasanya diperoleh dari kecerdasan intelegensi yang

baik dalam diri si pembelajar. Namun pada kenyataannya, masih banyak

mahasiswa yang belum mampu meraih prestasi belajar yang setara dengan

kemampuan intelegensinya (Daud, 2010). Ada mahasiswa yang mempunyai

kemampuan intelegensi yang tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang

relatif rendah, namun ada juga mahasiswa yang mempunyai kemampuan

intelegensi yang rendah tetapi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi.

Oleh sebab itu, kemampuan intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor

yang menentukan keberhasilan akan tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi

(23)

Dari pernyataan di atas, telah dibuktikan oleh Goleman (1997) bahwa

kecerdasaan intelegensi hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan sedangkan

80% merupakan sumbangan dari faktor-faktor yang lain, salah satunya adalah

kecerdasan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengelola

perasaannya, kemampuan untuk memotivasi diri, kesanggupan untuk tegar

dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan

menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu

berempati dan bekerjasama dengan orang lain. Sependapat dengan penelitian di

atas, menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetyo

(http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/978/894) tentang

pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap prestasi belajar

mahasiswa menghasilkan kesimpulan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa.

Selain kecerdasan emosional, perilaku belajar juga mempengaruhi prestasi

belajar mahasiswa. Perilaku belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

individu secara berulang-ulang dan akan menjadi kebiasaan untuk mencapai

hasil yang baik dalam belajar. Menurut Suwardjono (2009: 1-17), kebiasaan

belajar yang baik meliputi empat aspek yaitu: (1) Kebiasaan mengikuti

pelajaran, (2) Kebiasaan membaca buku, (3) Kunjungan ke Perpustakaan dan

(4) Kebiasaan menghadapi ujian.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy (2001)

menyatakan bahwa perilaku belajar berpengaruh terhadap prestasi akademik

(24)

faktor tersebut mempengaruhi prestasi belajar. Namun, secara parsial hanya

dua faktor yaitu kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian

yang berpengaruh secara signifikan.

Dari hasil pengamatan oleh si peneliti, masih banyak mahasiswa yang

menyepelekan mata kuliah yang diambil pada semester yang bersangkutan

seperti tingkat kedisiplinan mahasiswa untuk mengikuti kuliah, kebiasaan

malas membaca buku, jarang atau bahkan tidak pernah mengunjungi

perpustakan serta kebiasaan menghadapi ujian yang cenderung menggunakan

sistem kebut semalam (SKS). Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa lebih

mengutamakan hal lain daripada belajar.

Selain kecerdasan emosional dan perilaku belajar, kebiasaan menunda

mengerjakan tugas juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Kebiasaan

menunda atau prokrastinasi merupakan suatu kegiatan menunda yang sering

dilakukan oleh individu salah satunya dalam kegiatan akademik. Penundaan ini

biasanya dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, tujuannya untuk

menjauhkan diri dari kewajiban yang harus diselesaikannya. Pernyataan ini

terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) yang

menyatakan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan prestasi belajar

mahasiswa, semakin tinggi mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik

maka prestasi belajar mahasiswa semakin menurun.

Ada banyak alasan dibalik terjadinya prokrastinasi, mulai dari pekerjaan

yang kurang dipahami, sikap prefeksionis, kecemasan terhadap pandangan atau

(25)

untuk menyelesaikan tugas. Alasan-alasan ini yang membuat seseorang

cenderung menghindar, takut, bahkan tidak mau mengerjakan tugas sama

sekali. Jika hal ini tidak segera diatasi maka bukan hanya persoalan tugas

akademik saja yang terhambat namun juga menjalar di kehidupan sosial dan

akan menyebabkan stres berkepanjangan dalam dirinya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan

penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan

Prokrastinasi Akademik Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Penelitian

ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada mahasiswa Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B.Batasan Masalah

1. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas

Sanata Dharma.

2. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini hanya fokus pada faktor

internal, khususnya kecerdasan emosional, perilaku belajar dan

prokrastinasi akademik yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar

(26)

3. Kecerdasan emosional meliputi kemampuan seseorang dalam hal

pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati serta keterampilan

membina hubungan dengan orang lain.

4. Perilaku belajar adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk

kepribadiaan diri dalam memenuhi kegiatan belajar. Hal ini meliputi aspek

kebiasaan mengikuti pembelajaran, kebiasaan membaca buku, kebiasaan

berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian.

5. Prokrastinasi merupakan suatu penundaan dalam melakukan atau

mengerjakan tugas yang dilakukan secara sengaja yang akan berakibat

terhambatnya bagi individu dalam menyelesaikan tugas. Hal ini meliputi

penundaan tugas, kelambanaan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan

waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain dan

munculnya kerisauan emosional.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah ada pengaruh yang signifikan antara

kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap

prestasi belajar mahasiswa?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

(27)

prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat

praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya bidang pendidikan dan pengajaran.

b. Sebagai landasan bagi penulis untuk mengadakan penelitian tentang

pengaruh kecerdasaan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi

akademik terhadap prestasi belajar siswa

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa untuk berhasil

dalam memperoleh prestasi belajar yang baik diperlukan kecerdasan

emosional yang baik, perilaku belajar yang baik dan dapat menimalkan

kegiatan prokrastinasi dalam kegiatan belajarnya.

b. Bagi Program Studi

Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi program studi untuk

mengetahui apakah mahasiswa mampu mengelola kecerdasan

(28)

membimbing mahasiswa agar mampu meminimalkan kebiasaan

prokrastinasi.

c. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukan

bahwa mahasiswa yang memperoleh prestasi belajar yang baik

dibutuhkan kecerdasan emosional dan perilaku belajar yang baik serta

mampu meminimalkan kegiatan prokrastinasi dalam belajar

d. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk

(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas landasan teoritis tentang beberapa hal berikut: definisi

belajar, prestasi belajar, definisi emosi, kecerdasan emosional, perilaku belajar,

prokrastinasi akademik, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan

perumusan hipotesis.

A.Prestasi Belajar

1. Definisi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar. Belajar

adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan

mengimplikasikan ke dalam kehidupan si pembelajar. Kegiatan belajar

bukan hanya untuk individu yang sedang menempuh pendidikan namun

juga dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil tidaknya seorang mahasiswa

dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh

mahasiswa tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) belajar adalah

suatu kegiatan penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan

melalui mata pelajaran yang dipelajari di sekolah yang biasanya

ditunjukkan dengan nilai tes/nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan

menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang

(30)

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Pendapat yang sama juga dipaparkan

oleh Syah (2012: 59), yang menyatakan bahwa belajar adalah key term,

„istilah kunci‟ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga

tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

Menurut Winkel (2014: 59), belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap sebab perubahan dari belajar bersifat relatif

konstan dan berbekas. Hal ini juga disampaikan oleh Hamalik (1994:

27-31) bahwa pengertian belajar dibagi menjadi dua pandangan yaitu

belajar menurut pandangan tradisional dan belajar menurut pandangan

modern. Belajar menurut pandangan tradisional adalah suatu kegiatan atau

usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pandangan ini lebih

menekankan pada perkembangan otak/intelektual melalui buku bacaan

yang dipelajarinya sedangkan belajar menurut pandangan modern

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku hasil interaksi dengan

lingkungan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau mengerti.

Sedangkan menurut Marimin dan Vemilia (2009: 270) mengungkapkan

bahwa belajar merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia

dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan

(31)

sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia dari lahir

hingga akhir hayat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses untuk menguasai pengetahuan dan

keterampilan yang berguna sebagai perubahan tingkah laku dan

pengembangan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Prestasi Belajar

Hasil belajar yang memuaskan tidak mudah didapatkan seturut dengan

apa yang dibayangkan, bukan berarti prestasi tidak bisa dicapai. Namun

prestasi dapat diperoleh jika mahasiswa mau berjuang dan berkorban

dalam menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapinya. Prestasi

mahasiswa dapat diperoleh dari mana saja baik dalam akademik maupun

non akademik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1100-1101), prestasi

adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan belajar yang telah dilakukan

atau dikerjakan yang sifatnya kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran dan penilaian. Sedangkan arti gabungan antara prestasi dan

belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1101) merupakan

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran yang lazimnya diukur dalam nilai tes. Hal yang sama juga di

sampaikan oleh Tego (2012: 84) bahwa prestasi belajar adalah hasil

(32)

mengetahui kemampuan mahasiswa. Hasil belajar tersebut biasanya

dinyatakan dalam simbol, angka, huruf, maupun kalimat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil perubahan pada diri pembelajar yang meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik serta sebagai bukti atas usaha dalam kegiatan

belajar. Proses penilaian ini berasal dari kegiatan belajar yang telah

dilakukan oleh mahasiswa yang bertujuan untuk melihat kemampuan

mahasiswa dalam menerima pembelajaran dari dosen. Penilaian ini

biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa.

Menurut Slameto (2010 : 54-72), faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor ini terbagi menjadi 3 yakni :

1) faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh

2) faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan dan kesiapan.

3) faktor kelelahan, terbagi menjadi 2 yakni :

a) Kelelahan jasmani, faktor ini dapat terlihat dari lemahnya

kondisi tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan

(33)

b) Kelelahan rohani, hal ini dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan yang berakibat pada berkurangnya minat dan

dorongan.

b. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor

ekstern ini terbagi menjadi 3 faktor yakni:

1) faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pengajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah.

3) faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam bermasyarakat,

teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

B.Kecerdasan emosional

1. Definisi Emosi

Kata Emosi berasal dari Bahasa Latin, yaitu movere yang arti

“menggerakkan, bergerak”. Tambahan awalan “e” untuk memberikan arti

“bergerak menjauh”. Makna yang tersirat dalam kata ini adalah emosi itu

cenderung bertindak secara mutlak. Menurut Goleman (1997: 411) emosi

adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan

(34)

merupakan dorongan untuk bertindak dari rangsangan yang berasal dari

luar maupun dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira, emosi

yang mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga secara

fisiologis terlihat tertawa.

Menurut Goleman (1997 : 411) emosi mempunyai berbagai macam

jenis, yaitu:

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, dan kesal hati.

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihi diri, dan putus asa. c. Rasa Takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,

tidak tenang, dan ngeri.

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur dan bangga. e. Cinta : penerimaan, persahabatan,

kepercayaan, kebaikan hati, rasa

Goleman pada dasarnya adalah dorongan uuntuk memberikan respon dan

bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah

suatu perasaan yang mendorong suatu individu untuk merespon atau

bertingkah laku terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun luar

(35)

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan suatu istilah yang dilontarkan

pertama kali oleh psikolog Pater Salovey dan John Mayer (dalam

Goleman, 1997: 20). Ia mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional

adalah suatu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan

membangkitkan perasaan yang bermanfaatkan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan serta mengendalikan perasaan secara mendalam. Hal

ini dilakukan supaya individu dapat memahami perkembangan emosi dan

intelektual yang dimilikinya.

Senada dengan pemikiran di atas Goleman (1997: 45) mendefinisikan

kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali perasaan

diri maupun perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,

kemampuan mengelola emosi dalam diri sendiri dan membina hubungan

dengan orang lain meliputi kemampuan mengatasi frustasi, mengendalikan

dorongan dalam hati dan menjaga beban stres supaya tidak melumpuhkan

kemampuan berpikir serta bersimpati. Kecerdasan emosional sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, bersifat tidak menetap dan berubah-ubah

setiap saat. Oleh karena itu, lingkungan sangat berperan dalam

pembentukan kecerdasan emosional individu terutama lingkungan

keluarga.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional merupakan suatu tindakan yang menuntut diri untuk belajar

(36)

dilakukan dengan cara menanggapi dengan tepat dan menerapkan dengan

efektif di dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Hein (dalam Nurdin, 2009: 104-105) mengemukakan tentang

ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik yaitu:

Kecerdasan Emosiona yang Tinggi Kecerdasan Emosional yang Rendah

Dapat Mengekspresikan emosi dengan jelas.

Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain.

Tidak merasa takut untuk

mengekspresikan perasaannya.

Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang lain, suka memerintah, suka mengkritik. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaan

negatif

Suka mengalahkan orang lain.

Dapat memahami (membaca) komunikasi nonverbal.

Berbohong tentang apa yang ia rasakan.

Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk membimbingnya.

Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadiaan yang sederhana (kecil) sekalipun. Berperilaku sesuai dengan keinginan

bukan karena keharusan, dorongan, dan tanggungjawab.

Tidak memiliki perasaan dan integritas.

Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan kenyataan.

Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain.

Termotivasi secara intrinsik. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan.

Tidak termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan.

Kaku, tidak flesibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural untuk merasa bersalah.

Memiliki emosi yang fleksibel. Merasa tidak aman, definisif, dan sulit menerima kesalahan dan sering merasa bersalah.

Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan.

Tidak bertanggung jawab.

Peduli dengan perasaan orang lain. Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil.

Seseorang untuk menyatakan perasaan Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah, sering menyalahkan menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa rasa hormat terhadap perasaan orang lain.

Tidak digerakkan oleh ketakutan dan kekhawatiran.

(37)

4. Dimensi Kecerdasan Emosi

Menurut Salovey (dalam Goleman, 1997: 58-59), kecerdasan

emosional terbagi menjadi lima dimensi yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan mengenali diri sendiri merupakan kemampuan yang

paling dasar dalam kehidupan seseorang. Mengenali berarti menyadari

akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Menurut

Goleman (2009: 63), kesadaran seseorang akan emosinya sendiri

sering disebut metamood dan metakognisi artinya kesadaran tentang

proses berpikir. Istilah-Istilah yang sedikit rumit ini sering digunakan

oleh para ahli psikologi. Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus

terhadap keadaan batin seseorang, sebab jika seseorang telah sadar

akan dirinya sendiri maka ia akan melakukan refleksi diri, mengamati

serta menggali pengalaman termasuk emosi pada dirinya.

Menurut Goleman (1997: 403- 404), ciri-ciri individu yang mampu

mengenali emosi diri adalah: 1) Perbaikan dalam mengenali dan

merasakan emosinya sendiri, 2) Lebih mampu memahami penyebab

perasaan yang timbul, 3) Mengenali perbedaan perasaan dengan

tindakan.

b. Mengelola Emosi

Menurut Goleman (1997: 58), kemampuan mengelola emosi adalah

kemampuan individu dalam mengenal perasaan supaya dapat

(38)

dalam diri individu. Kemampuan ini dapat meningkatkan

kesejahteraan emosi. Kemampuan mengelola emosi meliputi

kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan/ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya

serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri orang yang kemampuan

dalam mengelola emosi yaitu sebagai berikut:

1) Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah.

2) Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian dan gangguan di ruang kelas.

3) Lebih mampu mengungkapkan amarah yang tepat, tanpa berkelahi.

4) Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing.

5) Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.

6) Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah, dan keluarga.

7) Lebih baik dalam menengani ketegangan jiwa. 8) Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam

pergaulan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk

menumbuhkan semangat dengan baik dalam menjalankan suatu

aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat guna mencapai tujuan

dalam kehidupannya (Goleman, 1997: 110). Kepuasan, ketekunan,

keuletan, menahan diri dari kepuasan, mengendalikan dorongan hati

dan memiliki perasaan motivasi yang positif merupakan karakter

(39)

Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri individu yang dapat

memotivasi dirinya sendiri adalah: 1) Mempunyai rasa bertanggung

jawab, 2) Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan

dan menaruh perhatian, 3) Kurang impulsif dan lebih menguasai diri,

4) Meningkatnya nilai tes akademik.

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan seorang individu dalam mengenali emosi orang lain

disebut empati. Empati dibangun atas dasar kesadaran diri. Dengan

kesadaran diri yang tinggi akan membuat seseorang mampu terbuka

pada emosinya sendiri, mampu mengenal, mengakui emosinya sendiri

dan mampu membaca perasaan orang lain.

Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang bertujuan

untuk memberikan petunjuk tentang apa yang dibutuhkan orang lain.

Hal ini dilakukan agar individu mampu menerima sudut pandang

orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk

mendengarkan orang lain.

Kemampuan berempati bertujuan untuk mengetahui bagaimana

perasaan orang lain. Perasaan orang lain dapat diketahui dari nada

bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah lewat pesan nonverbal si pembaca

dari orang yang bersangkutan. Hal ini telah dibuktikan oleh Rosenthal

(dalam Goleman, 1997: 136) dari hasil penelitian yang telah dilakukan

(40)

perasaan dan isyarat nonverbal lebih mampu menyesuaikan diri sendiri

secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih

peka/lebih berempati. Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri individu

yang memiliki empati dengan orang lain meliputi: 1) Lebih mampu

menerima sudut pandang orang lain, 2) Mampu memperbaiki empati

dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, 3) Lebih mampu

mendengarkan orang lain.

e. Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

keberhasilan antarpribadi (Goleman, 1997: 59). Kemampuan dasar

dalam membina hubungan dengan orang lain adalah dengan

komunikasi. Orang yang mampu berkomunikasi dengan baik maka ia

juga berhasil dalam pergaulan.

Ramah, tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat

dijadikan petunjuk positif bagaimana seorang individu mampu

membina hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian ini

juga dapat diketahui dari banyaknya individu mempunyai hubungan

interpersonal yang dilakukannya.

Menurut Goleman (1997: 404-405), ciri-ciri individu yang mampu

membina hubungan dengan orang lain meliputi:

1) Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan.

(41)

3) Lebih baik menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan.

4) Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi. 5) Lebih populer dan mudah bergaul.

6) Bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya. 7) Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya.

8) Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa. 9) Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras

dengan kelompok.

10)Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong.

11)Lebih demokratis delam bergaul dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil fakor-faktor utama

serta prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai komponen dalam

mengembangkan instrumen penelitian pada variabel kecerdasan

emosional.

C.Perilaku Belajar

Perilaku adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh orang yang

bersangkutan yang akan membentuk kepribadian dalam dirinya. Menurut

Gibson (1984: 53) dalam mengatakan bahwa perilaku dapat diartikan menjadi

lima arti yakni: 1) Perilaku adalah suatu sebab, 2) Perilaku diarahkan oleh

tujuan, 3) Perilaku yang bisa diamati dan diukur, 4) Perilaku yang tidak dapat

secara langsung diamati dalam hal berfikir dan mengawasi, 5) Perilaku

dimotivasi atau didorong.

Menurut Suwardjono (1992: 151), belajar di perguruan tinggi merupakan

suatu pilihan strategik untuk mencapai tujuan individu. Pilihan strategik ini

menuntut adanya kesadaran dalam menentukan sikap dan pandangan belajar di

(42)

memiliki keterampilan teknis tetapi juga mempunyai daya dan kerangka

berpikir, sikap mental, kepribadian dan kearifan tertentu yang mencerminkan

kepribadiaan kesarjanaan. Oleh sebab itu, diperlukan perilaku belajar yang

sesuai dalam kegiatan belajar di perguruan tinggi.

Menurut Gie (dalam Prasetyo, (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/

article/view/978/894), perilaku belajar adalah suatu perilaku secara

keseluruhan yang ditunjukkan secara konsisten dari waktu ke waktu dalam

rangka pelaksanaan belajar karena perilaku belajar tidak diperoleh secara

alamiah namun peroleh secara sadar dan disengaja. Perilaku belajar sering juga

disebut kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan individu secara berulang-ulang dan akan menjadi kebiasaan.

Menurut Suwardjono (2009: 1- 17), perilaku belajar yang baik terdiri dari:

1. Kebiasaan mengikuti pelajaran

Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan

mahasiswa pada saat pelajaran berlangsung seperti kebiasaan

memperhatikan penjelasan dosen, membuat catatan dan keaktifan di kelas

melalui diskusi. Kegiatan kuliah ini dilakukan sebagai forum untuk

mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dan pemahaman dosen terhadap

pengetahuan yang menjadi topik perkuliahan. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa sebagian besar mahasiswa hanya datang, duduk,

mendengarkan, dan mencatat tetapi tidak terlibat aktif di kelas. Hal-hal

(43)

proses belajar merupakan hasil pengalihan catatan dosen ke catatan kuliah

mahasiswa.

Hal ini sangat disayangkan, sebab kuliah adalah suatu kegiatan belajar

yang bertujuan sebagai penguatan pemahaman mahasiswa terhadap materi

pengetahuan sebagai hasil dari kegiatan belajar mandiri. Sebab bila

mahasiswa tidak menyiapkan diri dan masuk kelas dalam keadaan kosong

pikirannya maka ia akan terhambat memahami pembelajaran bahkan

hingga tidak ada proses pemahaman sama sekali.

2. Kebiasaan membaca buku

Buku adalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan membaca merupakan sarana dalam

pengembangan penalaran. Kemampuan penalaran seseorang akan sampai

pada tingkat yang tinggi, jika si pembelajar mampu dan tahu sesuatu hal

hanya dengan membaca. Namun, kebiasaan membaca buku saat ini sangat

rendah dikalangan mahasiswa. Hal ini diakibatkan si pembelajar lebih

cenderung menggantungkan penjelasan dosen. Banyak alasan yang sering

dilontarkan mahasiswa, salah satunya adalah buku teks sulit dipahami atau

bahasa yang terlalu rumit. Padahal keterampilan membaca merupakan

keterampilan yang paling penting untuk dikuasai oleh kaum pelajar

terutama mahasiswa.

3. Kunjungan ke Perpustakaan

Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh dosen tidak lepas dari

(44)

dengan para praktisi. Mahasiswa yang sudah terbiasa menyerap

pengetahuan yang telah disampaikan dosen tanpa masalah dan kontroversi

tetapi tiba-tiba mahasiswa harus mencari sendiri pengetahuan yang didapat

dan harus menghadapi masalah, kontroversi serta harus menemukan satu

gagasan dan masalah. Keterampilan ini membentuk mahasiswa utuk mau

mengunjungi perpustakaan. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa untuk

membuka cakrawala tentang bahan-bahan kuliah bahkan ilmu

pengetahuan lain.

4. Kebiasaan menghadapi ujian

Ujian adalah bentuk akhir dari kegiatan belajar. Setelah seseorang

melakukan proses belajar maka orang tersebut akan melihat

kemampuannya atas kegiatan belajar yang dilakukannya melalui kegiatan

ujian. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa paham

pembelajaran yang telah diterimanya selama perkuliahan.

Namun kebanyakan mahasiswa hanya mementingkan nilai semata,

tanpa dilakukannya proses belajar yang sesungguhnya. Sebab menurut

mereka cerminan dari nilai adalah cerminan kehidupan mereka kelak.

Akan tetapi bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individu yang jelas

tentu bukan nilai yang menjadi tujuan tetapi nilai merupakan konsekuensi

(45)

D.Prokrastinasi Akademik

1. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi di setiap

bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang akademik. Menurut

DeSimone (dalam Ferarri, 1995: 4), istilah Prokrastinasi berasal dari

bahasa Latin procrastinare yang berarti harfiah, untuk menunda atau

menunda sampai hari lain. Prokrastinasi mempunyai awalan “pro” yang

berarti “gerak maju” dan akhiran “crastinus” berarti “ hingga hari esok”

maka dapat diartikan bahwa prokrastinasi adalah suatu sikap untuk

menangguhkan atau menunda pekerjaan yang hendaknya segera

diselesaikan hingga sampai pada hari berikutnya.

Menunda pekerjaan merupakan “penyakit” yang secara sengaja

maupun tidak sengaja pernah dilakukan oleh prokrastinator. Banyak alasan

seseorang menunda pekerjaannya mulai dari kesibukan, tidak mood

sekedar malas bahkan manajemen waktu yang tidak efektif. Hal ini terjadi

karena prokrastinator memiliki pandangan bahwa mengerjakan sesuatu

dalam waktu yang terbatas rasanya justru akan lebih bersemangat, lebih

banyak ide yang keluar dan lebih terdorong untuk menyelesaikan tugas

dengan cepat. Padahal sesungguhnya prokrastinator sedang dihadapkan

pada keadaan tertekan, keadaan ini akan memaksakan dirinya untuk

mengeluarkan seluruh kemampuan dan pengetahuan yang telah

(46)

Menurut Putri (2014: 16), prokrastinasi akademik adalah suatu

kecenderungan untuk menunda maupun menyelesaikan tugas pada enam

area akademik yang meliputi tugas mengarang, belajar untuk ujian,

membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan dan kinerja

akademik secara umum, yang dilakukan secara terus menerus baik

penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline, ataupun

penundaan jangka panjang melebihi deadline yang dapat mengganggu

kinerja dalam waktu yang terbatas dengan mengganti aktivitas yang sudah

tidak penting. Hal ini sama dengan pendapat Handaru, A.W., Lase, Evi

dan Parimita W., (2014) bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu

kecenderungan menunda mengerjakan tugas secara sengaja akibat adanya

keyakinan irasional dalam memandang tugas sehingga muncul perasaan

tertekan, tidak nyaman, dan gelisah pada diri sendiri.

Dari beberapa penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa,

prokrastinasi akademik adalah suatu penundaan yang sering dilakukan

oleh seorang individu dalam kegiatan akademik secara sengaja maupun

tidak sengaja dan berulang-ulang yang dilakukan untuk menjauhkan

dirinya dari kewajibannya.

2. Alasan Melakukan Tindakan Prokrastinasi.

Prokrastinasi terjadi bukan semata-mata terjadi begitu saja namun

terdapat alasan-alasan dibalik terjadinya prokrastinasi. Menurut Melani

(47)

sthash.fpcDEA0j.dpuf: 19 Oktober 2015), terdapat beberapa alasan

tindakan prokrastinasi dapat terjadi:

a. Pekerjaan yang dilakukan tidak dimengerti, membingungkan atau tidak sesuai dengan minat kita sehingga sulit termotivasi untuk memulai pekerjaan tersebut.

b. Perfeksionis. Bagi orang yang perfeksionis, ada suatu standar yang terkadang sulit sekali untuk dicapai sehingga menurunkan semangat untuk mengejar standar tersebut.

c. Kecemasan terhadap pandangan atau penilaian orang lain terhadap pekerjaan kita. Hal ini membuat kita takut untuk menyelesaikan tugas.

d. Kecemasan terhadap hal-hal yang belum diketahui. Jika kita mencoba suatu tugas baru, kita cenderung takut membuat kesalahan sehingga kita menghindar dari tugas tersebut.

e. Tidak memiliki kemampuan atau keterampilan untuk menyelesaikan tugas sehingga rasanya lebih mudah untuk menghindar atau tidak mengerjakan sama sekali.

3. Jenis-Jenis Prokrastinasi

Menurut Ferarri, dkk (1995: 130-132) kegiatan prokrastinasi terbagi

menjadi dua jenis, yaitu:

a. Prokrastinasi Fungsional (Functional Procrastination), yaitu jenis

penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi yang lebih lengkap dan akurat. Individu yang termasuk

dalam jenis prokrastinasi ini adalah individu yang mempunyai

pandangan bahwa pekerjaan hendaknya diselesaikan dengan

sempurna walaupun dalam mengerjakan mereka melewati waktu

yang optimal yang seharusnya dilakukan hingga mendapatkan

(48)

b. Prokrastinasi Disfungsional (Disfunctional Procrastination), yaitu

jenis penundaan yang tidak bertujuan, berakibat tidak baik dan dapat

menimbulkan masalah. Jenis penundaan ini tidak disertai dengan

sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain,

hal demikian yang berakibat pada kebiasan yang sulit untuk

dilepaskan.

4. Dimensi Prokrastinasi Akademik

Menurut Milgram (dalam Rumiani, 2006: 38- 39), prokrastinasi

dilakukan hanya semata-mata untuk melengkapi tugas secara optimal akan

tetapi penundaan juga dilakukan untuk tidak membuat tugas secara

optimal, ini merupakan penundaan yang tidak berguna. Oleh sebab itu

Milgram, membagi prokrastinasi menjadi 4 dimensi yaitu:

a. Serangkaian perilaku penundaan

b. Menghasilkan perilaku di bawah standar

c. Melibatkan sejumlah tugas yang dipersepsikan penting untuk dilakukan

oleh prokrastinator

d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan

5. Indikator Prokrastinasi Akdemik

Schouwenburg (dalam Ferrari dkk, 1995: 76-84) mengungkapkan

bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu perilaku penundaan yang

dapat termanifestasi dalam aspek-aspek yang dapat diukur dan diamati

ciri-cirinya. Ada empat indikator keprilakuan dalam prokrastinasi akademik,

(49)

a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang

dihadapi.

Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya merupakan

tugas yang harus diselesaikan sebab tugas tersebut berguna bagi

dirinya, akan tetapi prokrastinator tersebut menunda untuk memulai

maupun menyelesaikan tugas tersebut sampai tuntas.

b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.

Individu yang melakukan prokrastinasi membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk mempersiapkan tugasnya daripada waktu untuk

mengerjakan tugas. Prokrastinator ini membuang waktu yang harusnya

untuk menyelesaikan tugasnya dengan hanya untuk mempersiapkan

secara berlebihan tanpa memperhitungkan batasan waktu yang dimiliki

untuk menyelesaikannya.

Tindakan ini terkadang mengakibatkan seseorang tidak berhasil

menyelesaikan pekerjaannya secara memadai. Lambannya kerja

seseorang dalam menyelesaikan kewajiban menjadi ciri utama dalam

prokrastinasi akademik.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Prokrastinator memiliki kesulitan dalam menyelesaikan

kewajibannya sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan

sebelumnya. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai

mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri tetapi

(50)

melakukannya dan memilih untuk menunda. Hal ini dapat

menyebabkan kelambanan maupun kegagalan untuk menyelesaikan

tugas dengan baik.

d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada

melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Individu yang dengan sengaja tidak segera melakukan tugas dan

lebih memilih waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain

yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan

maupun menyalurkan hobinya seperti membaca (koran, majalah, novel

dan lainnya), menonton, mengobrol, jalan-jalan , mendengarkan musik

dan sebagainya sehingga akan menyita waktu yang dimiliki yang

sebenarnya dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas.

e. Munculnya Kerisauan Emosional

Perasaan yang muncul ketika seseorang mengalami kerisauan

emosional adalah adanya perasaan cemas, perasaan bersalah, takut,

panik, kecewa dan benci terhadap tugasnya dan sebagainya. Perasaan

risau ini akan terjadi cenderung muncul ketika seorang individu takut

untuk melakukan kesalahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator prokrastinasi akademik

adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang

dihadapi, kelambanan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara

(51)

menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan dan

kerisauan emosional.

6. Dampak Prokrastinasi Akademik

Perilaku prokrastinasi akan membawa dampak internal maupun

ekternal bagi prokrastinator dan lingkungannya. Menurut Chufron dan

Rianawati (dalam Putri, 2014: 24-25), dampak prokrastinasi dibagi

menjadi dua yaitu dampak internal maupun dampak eksternal yaitu:

a. Dampak internal

Penyebab proktastinasi biasanya muncul dalam diri prokratinator.

Contohnya: saat prokrastinator mempunyai rasa takut gagal maka saat

itu prokrastinasi akan melakukan penundaan besar-besaran untuk

mengerjakan tugas. Seperti seorang siswa yang mempunyai pemikiran

bahwa semua mata pelajaran sulit, maka secara langsung ia akan

berfikir bahwa ia akan gagal dan berbuat kesalahan sehingga ia

cenderung menunda belajar maupun mengerjakan tugas-tugasnya.

b. Dampak eksternal

Prokrastinasi akan terjadi pada seseorang yang mengalami fatigue

(kepenatan, kelelahan dan keletihan) serta kepada seseorang yang

memiliki karakter sosial yang tercermin dalam berhubungan sosial.

Contohnya: seorang mahasiswa menunda mengerjakan tugas karena

tugas itu sangat susah maka ia akan mendapatkan peringatan dari

(52)

7. Cara Mengatasi Tindakan Prokrastinasi

Menurut Melani ((http://lptui.com/artikel/personal-empowerment/

janganmenunda#sthash.fpcDEA0j.dpuf), Cara mengatasi perilaku

prokrastinasi yaitu sebagai berikut:

a. Pastikan katagori perilaku prokrastinasi apa yang paling sering muncul dari diri anda.

b. Jujurlah ketika membuat keputusan dalam menyelesaikan tugas

c. Lihat konsekuensi dari penyelesaian tugas, jika tugas berhasil diselesaikan maka seolah-olah kita telah membuat investasi yang akan individu rasakan hasilnya kemudian.

d. Pahami mengapa tugas tersebut harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

e. Pecah tugas dalam beberapa bagian beserta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut. f. Buatlah daftar tugas yang bisa dilihat setiap saat. g. Ajak orang lain untuk membantu mengugatkan anda h. Jika mudah terpengaruh oleh lingkungan, maka cari

atau buatlah lingkungan yang mendukung konsentrasi anda.

i. Buatlah cacatan mengenai keberhasilan mengerjakan tugas sesuai target waktu

E.Hasil Penelitian Yang Relevan

Seperti yang dikemukan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tiga pokok permasalahan yakni kecerdasan emosional, perilaku belajar dan

prokrastinasi akademik.

1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gedeon (2012) tentang

hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan

prestasi belajar, penelitian ini berdasarkan pada fenomena rendahnya

(53)

beradaptasi, kurangnya rasa percaya diri dan pada aspek perilaku belajar

mahasiswa meliputi kurangnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan

kuliah serta kebiasaan menyalin/mencotek pekerjaan teman.

Kebiasaan-kebiasaan ini akan mengakibatkan pemahaman yang dangkal oleh

mahasiswa dalam kegiatan belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Gedeon menggunakan teknik korelasi

spearman rank. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa 1) tidak

ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional

dengan prestasi belajar (rhitung =0,074< rtabel=0,195 dengan

), 2) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku

belajar dan prestasi belajar (rhitung =0,040< rtabel=0,195 dengan

).

Hasil penelitian Gedeon berbeda dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Prasetyo (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/

download/978/894) tentang pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku

belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa jurusan akuntansi

Universitas Brawijaya. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh

Gedeon menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai

hubungan positif dengan prestasi belajar sedangkan menurut hasil

penelitian Prasetyo menunjukkan bahwa kecerdasan emosional

(54)

Pada penelitian Prasetyo dilakukan atas dasar fenomena mahasiswa

yang jarang meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan

intelegensinya. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik

regresi berganda. Hasil penelitian Prasetyo menunjukkan bahwa

kecerdasan emosional dan perilaku belajar secara stimulan berpengaruh

terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi (fhitung =7,256 <

ftabel=3,028).

2. Pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy

(2001) tentang pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik

mahasiswa akuntansi, penelitian ini berdasarkan pada fenomena perilaku

belajar yang bagaimana yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dalam

penelitian ini, perilaku belajar ditinjau dari empat aspek yang meliputi

kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan membaca buku, kebiasaan

berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian.

Keempat aspek tersebut diteliti oleh Hanifah dan Syukriy dan

dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linear berganda. Hasil

penelitian Hanifah dan Syukriy menunjukkan bahwa kebiasaan mengikuti

kuliah, kebiasaan membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan

dan kebiasaan menghadapi ujian berpengaruh terhadap prestasi akademik

mahasiswa, akan tetapi hanya dua aspek yaitu aspek kunjungan ke

perpustakaan dan kebiasan menghadapi ujian saja yang berpengaruh

(55)

Hasil penelitian yang dilakukan Hanifah dan Syukriy berbeda dengan

hasil penelitian oleh Francisca (2010) tentang pengaruh perilaku belajar

terhadap prestasi akademik mahasiwa akuntansi. Perbedaan ini terletak

pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian

Hanifah dan Syukriy menunjukkan bahwa empat aspek dalam perilaku

belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa akan tetapi hanya dua

aspek yaitu kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan mengikuti ujian

yang berpengaruh secara signifikan. Di sisi lain, hasil penelitian Francisca

menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kebiasaan

mengikuti kuliah sedangkan kebiasaan membaca buku, kunjungan ke

perpustakaan, dan kebiasaan mengikuti ujian tidak mempengaruhi prestasi

belajar.

Penelitian Francisca dilakukan berdasarkan fenomena perilaku belajar

yang harus dibangun oleh mahasiswa dan pengaruhnya terhadap prestasi

akademik mahasiswa di perguruan tinggi. Penelitian ini ada empat aspek

perilaku belajar yang akan diteliti yaitu kebiasaan mengikuti pelajaran,

kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan

menghadapi ujian. Penelitian tersebut diteliti dan dianalisis menggunakan

teknik regresi berganda dan uji beda. Hasil penelitian Francisca

menunjukkan bahwa hanya kebiasaan mengikuti kuliah berpengaruh

terhadap prestasi akademik mahasiswa sedangkan tiga aspek yang lain

(56)

3. Pengaruh Prokrastinasi Akademik terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sari (2009)

yang tentang hubungan antara prokratinasi akademik dan kecemasan

terhadap matametika dengan prestasi belajar siswa SMA Pius Tegal kelas

XI Ilmu Sosial, penelitian ini berdasarkan fenomena tentang banyaknya

siswa yang mengalami kecemasan, ketakutan, gundah dan kacau apabila

menghadapi pelajaran matematika. Hal ini yang akan mempengaruhi siswa

di dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan akan mengarah

pada terjadinya prokrastinasi. Penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil penelitian Sari

menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan positif yang

lemah dengan prestasi belajar dengan korelasi sebesar 0,354.

Hasil penelitian Sari berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Oematan (2013) yang berjudul hubungan antara prokrastinasi

akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi

Universitas Surabaya. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian Sari menunjukkan bahwa

prokrastinasi berhubungan prositif yang lemah dengan prestasi belajar

mahasiswa. Di sisi lain, penelitian Oematan menyimpulkan bahwa

prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi akademik

mahasiswa, yang tergantung pada alat ukur dan angkatan kuliah.

Penelitian Oematan dilakukan berdasarkan fenomena tentang

Gambar

Gambar 1  Kerangka Konseptual Penelitian..................................................
Gambar I Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 1 Populasi Penelitian
Tabel 2 Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Angkatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Pulau Pramuka saat ini memiliki potensi sebagai tujuan wisata, selain sebagai ibu kota kabupaten, Pulau Pramuka memiliki banyak tempat kegiatan yang dapat dikembangkan

c) Memastikan papan putih, whiteboard marker, meja ketua pengawas, almari UPSR, jam dinding, kapur tulis disediakan dalam dewan/bilik UPSR.. TAKLIMAT UPSR DAN

perairan Rawapening, dengan langkah-langkah sebagai berikut. 2) Pengukuran suhu air dilakukan secara langsung dengan thermometer, sedangkan pengukuran kualitas air

The present study showed that flavonoid derivative obtained from Oscillatoria terebriformis could be a potent inhibitor against skin cancer protein on the basis of docking

– Pola arsit ekt ur m enggam barkan st rukt ur kom ponen ut am a dari sist em perangkat lunak – Pola Desain m enggam barkan st rukt ur dan int eraksi kom ponen perangkat

Peneliti melakukan wawancara kepada pengajar yamaha di lokasi yang akan diteliti sebelum penelitian berlangsung, sekilas mengenai pembelajaran biola tingkat dasar