BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Uji
1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas
Berikut ini adalah hasil uji normalitas pada variabel kecerdasan emosional, perilaku belajar, prokrastinasi akademik dan prestasi belajar mahasiswa:
Tabel 8 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 196
Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation .55004898 Most Extreme Differences Absolute .067 Positive .035 Negative -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .939 Asymp. Sig. (2-tailed) .342
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data Induk, Diolah
Berdasarkan hasil output di atas, dihasilkan nilai signifikansi sebesar 0,342 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada keempat variabel tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Pengujian Linieritas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Pengujian linearitas pada penelitian ini akan menggunakan uji
dan Ftabel. Dengan asumsi Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel yang artinya bahwa spesifikasi model fungsi linear diterima dan sebaliknya. Berikut ini hasil pengujian linearitas menggunakan uji Ramsey:
Tabel 9.1
Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson 1 .199a .040 .025 .55433 1.425
a. Predictors: (Constant), Prokrastinasi_Admk, Kec_Emosi, Perilaku_Bljr b. Dependent Variable: Prestasi_Bljr
Terlihat R Square (old) = 0,040
Tabel 9.2
Uji Linieritas dengan Ramsey Test
Sumber: Data Induk 2016, Diolah Terlihat R Square (new) =0,676
Maka dapat dicari -
- -
Sedangkan Ftabel dengan degree of freedom (df)=(n-k) =191 dan jumlah parameter 5 adalah 2,419. Jadi, Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti model regresi berbentuk
linear.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson 1 .822a .676 .674 .32040 1.852
a. Predictors: (Constant), DFFIT b. Dependent Variable: Prestasi_Bljr
c. Uji Multikolinearitas
Pengujian Multikolinearitas merupakan pengujian prasyarat dalam suatu penelitian, terutama pada jenis penelitian regresi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan antar variabel bebas. Model penelitian regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi multikolinearitas). Berikut ini hasil pengujian Multikolinearitas:
Tabel 10 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.635 .820 3.214 .002
Kec_Emosi .001 .003 .022 .272 .786 .771 1.298
Perilaku_Bljr .008 .007 .103 1.112 .268 .582 1.718
Prokrastinasi_Admk -.004 .003 -.106 -1.179 .240 .614 1.630
a. Dependent Variable: Prestasi_Bljr Sumber: Data Induk 2016, Diolah
Dari output di atas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance masing- masing variabel bebas lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF masing- masing variabel bebas kurang dari 10,00 Berdasarkan nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa tiap variabel bebas dalam model regresi
tidak ada multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heteroskedastisitas merupakan suatu uji prasyarat sebelum dilakukannya pengujian regresi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik hendaknya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah:
Ho: Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai signifikansi > 0,05 Ha: Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai signifikansi < 0,05 Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas:
Tabel 11 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.635 .820 3.214 .002
Kec_Emosi .001 .003 .022 .272 .786 .771 1.298
Perilaku_Bljr .008 .007 .103 1.112 .268 .582 1.718 Prokrastinasi_Admk -.004 .003 -.106 -1.179 .240 .614 1.630 a. Dependent Variable: Prestasi_Bljr
Sumber: Data Induk 2016, Diolah
Berdasarkan output hasil pengujian heteroskedastisitas di atas, dapat diketahui probabilitas signifikansi pada masing-masing variabel di atas lebih besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. 2. Uji Hipotesis
Berikut adalah langkah-langkah pengujian hipotesis: a. Perumusan hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan prokrastinasi Akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa
Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa
b. Penentuan taraf signifikansi
Penelitian ini menentukan taraf signifikansi sebesar 5%. c. Penentuan rumus analisis regresi
1) Rumus analisis regresi tiga prediktor secara simultan yang digunakan (Siregar, 2013: 447) adalah sebagai berikut:
a) Menentukan Fhitung
Keterangan:
m = jumlah variabel bebas, n = jumlah responden b) Menentukan Ftabel
Ftabel =
Keterangan:
Dka = jumlah variabel bebas (pembilang) Dkb = n-m-1 (penyebut)
2) Menentukan persamaan regresi
Keterangan:
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
X3 = Variabel bebas ketiga
Y = Variabel Terikat
a, b1, b2, b3 = konstanta
d. Penentuan Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian dalam penelitian ini yaitu:
1) Jika Fhitung < Ftabel dan nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima , maka artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.
e. Komputasi
Pengujian ini akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 dapat dilihat pada tabel ANOVA (hasil uji hipotesis) dan tabel coefficients (persamaan regresi).
Tabel 12
Hasil Uji Hipotesis (Uji F)
ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.432 3 .811 2.638 .051a Residual 58.998 192 .307 Total 61.430 195
a. Predictors: (Constant), Prokrastinasi_Admk, Kec_Emosi, Perilaku_Bljr b. Dependent Variable: Prestasi_Bljr
Tabel 13
Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.635 .820 3.214 .002 Kec_Emosi .001 .003 .022 .272 .786 Perilaku_Bljr .008 .007 .103 1.112 .268 Prokrastinasi_Admk -.004 .003 -.106 -1.179 .240 a. Dependent Variable: Prestasi_Bljr
Sumber: Data Induk 2016, Diolah f. Kesimpulan
1) Hasil uji Hipotesis
Dari perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS pada
Tabel.12 diperoleh nilai Fhitung < Ftabel (2,638 < 2,653) dan nilai sign. > 0,05 (0,051 >0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Ini artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.
2) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 13 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 2.635 + 0,001X1 + 0,008X2 - 0,004X3
Persamaan ini dapat diartikan bahwa:
a) Koefisien Regresi Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional pada persamaan di atas diperoleh sebesar 0,001 yang berarti positif searah artinya jika kecerdasan emosional seorang mahasiswa semakin tinggi
(semakin baik) maka akan semakin tinggi (semakin baik) pretasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya apabila kecerdasan emosional seorang mahasiswa sangat rendah (kurang baik) maka akan semakin rendah (kurang baik) prestasi belajar yang diperolehnya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa variabel lain sama dengan nol atau dalam keadaan konstan. b) Koefisien Regresi Variabel Perilaku Belajar
Variabel Perilaku belajar pada persamaan di atas diperoleh sebesar 0,008 yang berarti positif searah artinya jika perilaku belajar seorang mahasiswa semakin tinggi (semakin baik) maka akan semakin tinggi (semakin baik) prestasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya apabila perilaku belajar seorang mahasiswa semakin rendah (kurang baik) maka akan semakin rendah (kurang baik) prestasi belajar yang diperolehnya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa variabel lain sama dengan nol atau dalam keadaan konstan.
c) Koefisien Regresi Prokrastinasi Akademik
Variabel Prokrastinasi akademik pada persamaan di atas diperoleh sebesar -0,004 yang berarti negatif berlawanan artinya jika semakin tinggi mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik maka semakin rendah (kurang baik) prestasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya apabila prokrastinasi
akademik seorang mahasiswa semakin rendah maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
C. Pembahasan
Dari perhitungan statistik diperoleh nilai Fhitung < Ftabel (2,638 < 2,653) dan nilai sign. > 0,05 (0,051 > 0,05) Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Secara teoritis, penolakan hipotesis dimungkinkan karena:
a Kecerdasan emosional
Hasil penelitian ini bertolak dari teori yang disampaikan oleh Goleman (1997: 44), bahwa kesuksesan hidup seseorang akan dipengaruhi oleh kecerdasaan intelegensi sebesar 20% sedangkan 80% merupakan berasal dari faktor-faktor yang lain salah satunya adalah kecerdasan emosional. Penolakan hipotesis mungkin karena perbedaan maksud dari kata kesuksesan. Teori yang disampaikan Goleman adalah teori yang lebih mengarah kepada kesuksesan dalam bekerja (Goleman, 2009:46) bukan kesuksesan saat ia sedang belajar.
Menurut peneliti, kesuksesan hidup seseorang dalam bekerja berbeda dengan kesuksesan saat ia sedang belajar. Kesuksesan bagi mahasiswa yang sedang belajar adalah dapat memperoleh prestasi belajar tinggi. Perbedaan
ini terletak pada kemampuan intelegensi. Bagi mahasiswa kemampuan intelegensi itu penting sebab jika ia mempunyai kecerdasan intelegensi yang tinggi ia juga akan memperoleh prestasi belajarnya yang tinggi. Kecerdasan intelegensi yang tinggi akan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi yang sedang ia pelajari.
Sedangkan kecerdasan emosional bagi mahasiswa lebih mengarah kepada kemampuan untuk mengelola dirinya supaya dapat mengendalikan emosinya. Hal ini dapat diartikan bahwa mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi tidak menjamin akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi tanpa ditunjang dengan kecerdasan intelegensi yang dimilikinya. Hal ini yang menyebabkan kecerdasan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Sedangkan jika dilihat dari hasil persamaan regresi dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional berhubungan positif dengan prestasi belajar mahasiswa maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi (semakin baik) kecerdasan emosional seorang mahasiswa akan semakin tinggi (semakin baik) prestasi belajar yang akan diperolehnya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini merupakan hasil konfirmasi dari perbedaan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Gedeon (2012) dengan Prasetyo (http://jimfeb.ub.ac.id/ index.php/ jimfeb/article/download/978/894).
b Perilaku belajar
Hasil penelitian ini berbeda dari teori yang disampaikan oleh Suwardjono (2009: 1- 17) yang menyatakan bahwa perilaku belajar dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Perilaku belajar yang baik terdiri dari: kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian. Penolakan hipotesis mungkin dikarenakan oleh beberapa hal yaitu:
1) Gaya belajar.
Gaya belajar adalah suatu metode yang diterapkan oleh masing- masing individu yang sedang belajar secara efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari. Menurut DePorter dan Hernacki (2006: 109-124), gaya belajar terbagi menjadi tiga yaitu
a) gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang lebih berdominasi pada penglihatan seperti gambar-gambar, bahan bacaan yang dapat dilihat dan sebagainya.
b) gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang lebih mendominasi pada pendengaran misalnya mendengarkan ceramah, penjelasan guru, mendengarkan bahan audio seperti radio kaset dan sebagainya.
c) gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar dengan cara bergerak, menyentuh atau bekerja. Gaya belajar ini cenderung untuk menerapkan suatu pembelajaran yang telah diterima supaya ia benar- benar memahami.
Menurut peneliti pemilihan gaya belajar yang tepat akan dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Misalnya jika mahasiswa
mempunyai gaya belajar kinestetik maka mahasiswa tersebut lebih bisa menerima pembelajaran dengan langsung menerapkannya seperti mempraktikkan secara langsung teori ekonomi dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini yang menyebabkan perilaku belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
2) Keseriusan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar
Kegiatan pembelajaran di kelas biasanya menerapkan model pembelajaran aktif. Model pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang menuntut si pembelajar (siswa, mahasiswa, dsb) untuk mencari dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan didampingi oleh fasilitator (guru, dosen, dsb). Pembelajaran aktif yang diterapkan di kelas biasanya melalui kegiatan presentasi, diskusi, bertanya-jawab dan sebagainya.
Menurut peneliti, jika mahasiswa serius mengikuti proses belajar maka ia diharapkan harus terlibat aktif pada proses belajar. Peneliti menduga bahwa mahasiswa yang aktif dalam proses belajar adalah mahasiswa yang juga aktif di proses belajar di luar kelas (kepanitiaan, organisasi dan UKM). Sebab mahasiswa yang aktif di kegiatan luar kelas akan dibentuk pola pikir, nalar dan kemampuan berbicara. Pembentukan pola pikir, nalar dan kemampuan berbicara ini akan membentuk mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar di kelas. Hal ini yang akan menyebabkan perilaku belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Sedangkan jika dilihat dari hasil persamaan regresi dapat diketahui bahwa perilaku belajar (dari empat aspek secara gabungan) berhubungan prositif dengan prestasi belajar mahasiswa maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi (semakin baik) perilaku belajar mahasiswa akan semakin tinggi (semakin baik) prestasi belajar mahasiswa dan sebaliknya. Hasil ini merupakan hasil konfirmasi dari perbedaan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy (2001) dengan Francisca (2010). c Prokrastinasi akademik
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa prokrastinasi akademik mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi sangat tinggi. Cerminan ini terletak pada tabel distribusi frekuensi yang berada pada katagori sangat tinggi untuk melakukan prokrastinasi. Penolakan hipotesis mungkin dikarenakan oleh beberapa hal yaitu:
1) Penundaan dilakukan untuk menyempurnakan tugas. Menurut Ferrari (1995: 132) prokrastinasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu prokrastinasi fungsional dan prokrastinasi disfungsional. Prokrastinasi fungsional adalah kegiatan penundaan yang dilakukan untuk dapat menyempurnakan suatu tugas agar hasilnya maksimal sedangkan prokrastinasi disfungsional adalah kegiatan penundaan dikarena hal-hal yang tidak berfungsi seperti malas, takut salah dan sebagainnya.
Peneliti menduga kegiatan penundaan (prokrastinasi) yang dilakukan oleh mahasiswa adalah untuk menyempurnakan tugas yang
diberikan oleh dosen agar hasil yang dikerjakan maksimal (prokrastinasi bentuk fungsional). Hal ini yang menyebabkan prokrastinasi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2) Prestasi belajar merupakan hasil kumulatif dari tugas, ujian (kuis, ujian
sisipan dan ujian akhir semester) dan kegiatan keaktifan yang dilakukan oleh si pembelajar saat kegiatan belajar berlangsung. Peneliti menduga walaupun si pembelajar melakukan prokrastinasi karena banyaknya kegiatan luar kelas (kepanitiaan, organisasi dan UKM) akan tetapi ia tetap tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, bisa dan mendapatkan nilai yang baik dalam ujian. Hal ini dikarenakan kegiatan kepanitiaan, organisasi dan UKM membentuk pribadi si pembelajar untuk bertanggung jawab dan mampu mengelola waktu dengan baik. Hal ini yang menyebabkan prokrastinasi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Sedangkan jika dilihat dari hasil persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa prokrastinasi berhubungan negatif dengan prestasi belajar mahasiswa maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik maka semakin rendah (kurang baik) prestasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga didukung dari hasil penelitian Oematan (2013) yang menyatakan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi belajar mahasiswa. Sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
perbedaan hasil penelitian oleh Sari (2009) dan Oematan (2013) tentang hubungan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.
103