• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA

(SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

HANINDYA PUTRA NIM. F0308118

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

HALAMAN MOTTO

Puncak diri adalah kemenangan atas rasa takut

(Spencer Johnson)

Sometimes when you innovate, you make mistakes. It

is best to admit them quickly, and get on with

improving your other innovations

(Steve Jobs)

Kejarlah apa yang ada dalam Pikiran besar Anda,

namun hargai apa yg ada dlm genggaman kecil Anda

(6)

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan Ibu-ku tercinta yang selalu memberikan nasihat,

semangat, dan doa

Ratih Kusumadewi yang selalu memotivasi dan mendukungku

Semua sahabat-sahabatku yang selama ini selalu bersama, baik

suka maupun duka

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

dengan judul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (SURVEY TERHADAP MAHASISWA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI).

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanoa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Santosa Tri Hananto, MSi, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

commit to user

viii

4. Sri Murni, SE, M.Si., Ak selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Halim Dedy Perdana, SE., MSM., M.Rech., Ak dan Sutaryo, SE, M.Si., Ak selaku penguji skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

7. Segenap keluarga yang selalu

memberi dukungan, semangat,dan doa.

8. Seluruh teman-teman formasi, kelas G (Yosi, Ari, Padang), anak-anak perantauan (Wistu, Bembeng, Wibi, Riki, Ana, Ani, Lyli), sahabat galau (wis-wis ”si perfect”, Venddy ”si heboh”, Adit ”si bose”, Isnan “si galau”, Abi “si tenar”, Agung ”si labil”), teman-teman tenis di kentingan, Mas Dito, especially Ratih Kusumadewi. Kalian takkan pernah terlupakan. Terima kasih.

9. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsin ini bermanfaat

bagi pembaca.

Surakarta, 1 November 2012

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

ABSTRAK ………... ii

ABSTRACK ………... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. iv

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……… v

MOTTO ………... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..……… vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ………..…. x

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………...……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian ………...……. 9

D. Manfaat Penelitian ……….…………. 9

(10)

commit to user

x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional ……… 12

B. Prestasi Belajar ……… 18

1. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ………… 20

2. Fungsi Prestasi Belajar ………...……... 23

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ………...……… 24

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ……… 25

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………...……….... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ..………..…... 29

C. Definisi Operasional Variabel …………... 30

D. Instrumen Penelitian .. ……….. 32

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 33

F. Teknik Analisis Data ……….... 34

1. Statistik Deskriptif ………... 34

2. Pengujian Kualitas Data ………... 34

a. Uji Validitas ……….. 34

b. Uji Reliabilitas ……….. 35

c. Uji Asumsi Klasik ………... 36

1) Uji Normalitas ………... 36

(11)

commit to user

xi

3) Uji Heteroskedastisitas ……….. 37

4) Uji Autokorelasi ………. 38

3. Pengujian Hipotesis ………... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………... 42

Statistik Deskriptif ………... 44

B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas ………... 47

2. Uji Reliabilitas ………... 53

C. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas ………... 54

2. Uji Multikolonieritas ………... 56

3. Uji Heteroskedastisitas ………... 57

4. Uji Autokorelasi ………... 59

D. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Model 1 ………... 60

2. Pengujian Model 2 ………... 62

E. Pembahasan 1. Pengujian Model 1 ………... 66

(12)

commit to user

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 75

B. Keterbatasan ………... 76

C. Saran ………... 76

DAFTAR PUSTAKA ………... 77

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ……….. 32

TABEL 2 Deskripsi Kuesioner ……….……….. 43

TABEL 3 Statistik Deskriptif ………..……….. 44

TABEL 4 Hasil Uji Validitas Variabel Mengenali Emosi Diri (X1) ..….. 48

TABEL 5 Hasil Uji Validitas Variabel Mengelola Emosi Diri (X2) ……. 49

TABEL 6 Hasil Uji Validitas Variabel Memotivasi Diri Sendiri (X3) ….. 50

TABEL 7 Hasil Uji Validitas Variabel Mengenali Emosi Orang Lain (X4).. 52

TABEL 8 Hasil Uji Validitas Variabel Membina Hubungan (X5) ……….. 53

TABEL 9 Hasil Uji Reliabilitas ……….……… 54

TABEL 10 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov ……….…… 55

TABEL 11 Hasil Uji Multikolinieritas ………..………….. 57

TABEL 12 Hasil Uji Run Test ………. 59

TABEL 13 Hasil Analisis Regresi Model 1 ………. 60

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar ……… 24 GAMBAR 2 Kurva Normal P-Plot Of Regression Standarized Residual

(Model 1) ……….. 55

GAMBAR 3 Kurva Normal P-Plot Of Regression Standarized Residual

(Model 2) ……… 56

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Untuk S1 ……….. 81

Lampiran 2 Kuesioner Untuk D3 ………. 86

Lampiran 3 Data Penelitian ………. 91

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ……… 101

Lampiran 5 Uji Validitas ……… 103

Lampiran 6 Uji Reliabilitas ………. 108

Lampiran 7 Uji Asumsi Klasik ……… 111

(16)

commit to user

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA PROGRAM AKUNTANSI

(SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)

Hanindya Putra

F0308118

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti terkait pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa program studi akuntansi dengan menggunakan metode survei. Untuk tujuan tersebut penelitian ini memperoleh sampel sebanyak 218 mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terdiri dari mahasiswa S1 Akuntansi angkatan 2008, S1 Transfer Akuntansi angkatan 2010, D3 Akuntansi angkatan 2009, dan D3 Pajak angkatan 2009 dan telah menempuh mata kuliah magang. Untuk pengujian data, penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software komputer statistik SPSS versi 17.0 untuk mengolah data. Pengujian data dilakukan meliputi uji

asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi sebagai syarat pengujian regresi. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa data telah bebas dari asumsi klasik. Dalam pengujian regresi, hasil pengujian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan keterbatasan yang dimungkinkan berpengaruh terhadap hasil penelitian, yaitu penelitian ini hanya menggunakan sampel mahasiswa program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan metode yang digunakan hanya menggunakan metode survei.

(17)

commit to user

EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE ON ACADEMIC PERFORMANCE STUDENTS PROGRAM ACCOUNTING

(SURVEY OF ACCOUNTING STUDENTS PROGRAM)

Hanindya Putra F0308118

The study aims to obtain evidence relating the influence of emotional intelligence to academic performance of accounting courses by using the survey method. For the purpose of this study is to obtain a sample of 218 students of Accountancy Studies Program Faculty of Economics, Sebelas Maret University Surakarta consist of S1 Accounting class of 2008, S1 Accounting Transfer class of 2010, D3 Accounting class of 2009, and D3 Tax class of 2009 has taken an internship course. In test data, this study used multiple linier regression model with using software statistical SPSS version 17.0 to test data. The test data include the classical assumption test which consist of normality, multikolonier, heteroskedasticity, and autocorrelation. As a regression test. The result showed the classical assumption that the data has been free from classical assumption. In regression testing, test results show that emotional intelligence significantly affect academic performance of accounting courses of the Faculty of Economics, Sebelas Maret University Surakarta. The research was conducted with various limitations that may affect the results of the research, this research only use a sample accounting student of the Faculty of Economics, Sebelas Maret University Surakarta and only use the survey method.

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dilihat dari perkembangan zaman, orang-orang dituntut untuk bersaing dan berkompetisi di segala aspek kehidupan. Agar seseorang dapat

mengatasi persaingan dan dapat bertahan dalam kompetisi tersebut maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

meningkatkan sumber daya manusia berkualitas, pendidikan merupakan sektor yang sangat penting.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia lebih dititikberatkan pada

pengembangan kecerdasan masing-masing individu. Suatu kualitas pendidikan biasanya diidentikan dengan keunggulan intelektual sehingga, secara tidak sadar, muncul sikap untuk berkompetisi antar individu. Jika

seseorang telah terobsesi oleh kompetensi, mereka akan melihat alur kehidupan sebagai sesuatu yang harus dimenangkan. Sebaliknya, bagi seseorang yang tidak suka dalam berkompetisi, mereka akan cenderung akan

(19)

commit to user

Kecerdasan emosi penting bagi lulusan pendidikan tinggi akuntansi. Kecerdasan emosional memandu kita untuk mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk menggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan

pekerjaan sehari-hari. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat

keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih

prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena

melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya (Hidayat, 2011).

Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu

melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan

untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif,

(20)

commit to user

Dalam penelitian Goleman (2002) menjelaskan bahwa, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan sisanya 80% yaitu menyumbang faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Dalam proses belajar peserta didik, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak bekerja dengan baik tanpa partisipasi penghayatan

emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan

kunci keberhasilan belajar peserta didik, sehingga disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan seseorang

terutama dalam dunia bisnis maupun sosial (Goleman, 2002).

Perlunya mengkaitkan antara prestasi mahasiswa dengan penilaian

yang berhubungan dengan emosi adalah bahwa kecerdasan emosi ternyata lebih banyak memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mencari manfaat

dan potensi mereka, serta mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang mereka pikirkan menjadi apa yang

(21)

commit to user

memberikan sumber kebijakan intuitif bagi mahasiswa (Margasari, dkk; 2010).

Menurut Goleman (2002), khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa

gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan

kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah.

Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang

yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa

bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang

tinggi.

Goleman (2002) juga menyatakan bahwa kemampuan akademik

bawaan, nilai rapor dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa

(22)

commit to user

sebagai kecerdasan emosional (EQ). Goleman berusaha mengubah pandangan tentang IQ yang menyatakan keberhasilan ditentukan oleh intelektualitas belaka. Peran IQ dalam dunia kerja ternyata hanya menempati posisi kedua setelah kecerdasaan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak.

Goleman tidak mempertentangkan IQ (kecerdasaan kognisi) dan EQ (kecerdasan emosional), melainkan memperlihatkan adanya kecerdasaan yang

bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan kognisi.

Puncak kecerdasan emosional akan dapat dicapai jika seseorang mencapai keadaan flow, yaitu sebuah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Flow merupakan prasyarat penguasaan keahlian tertentu, profesi, atau seni. Proses belajarpun memprasyaratkannya. Mahasiswa–mahasiswa yang belajar saat

memasuki keadaan flow, maka prestasinya akan lebih baik, terlepas dari bagaimana potensi mereka diukur oleh tes–tes prestasi, tulis Goleman (dalam

Efendi, 2005: 184). Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan prestasi.

(23)

commit to user

belajar mahasiswa, memberikan hasil bahwa kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, secara parsial tidak berpengaruh secara positif, begitu pula secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Bahtiar (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarsiswa kelas 2 SMA Negeri 2

Mataram. Pada penelitian ini, menggunakan nilai IP (indeks prestasi) pada semester satu sebagai objek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh

pihak akademis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecerdasan emosional berhubungan positif dengan prestasi prestasi belajar.

Yuniani (2010) meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian tersebut menggunakan

metode purposive sampling yaitu mahasiswa fakultas ekonoimi jurusan akuntansi regular semester 7 dan telah menempuh minimal 120 SKS. variabel

kecerdasan emosional yang diukur yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Hasil penelitian tersebut yaitu

variabel pengenalan diri, pengendalian diri, dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan variabel

(24)

commit to user

Hakim (2012) meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa universitas gunadarma. Sampel pada penelitian tersebut yaitu mahasiswa akuntansi Universitas Gunadarma yang sudah menyelesaikan 8 mata kuliah akuntansi. Variabel

independen yang digunakan yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati ,dan kemampuan sosial. Hasil yang diperoleh pada penelitian

tersebut bahwa kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati ,dan kemampuan sosial masing-masing

variabelnya tidak ada yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingakt pemahaman akuntansi.

Dari hasil penelitian-penelitian diatas, masih tidak konsisten pada hasil yang diperoleh dalam meneliti pengaruh antara kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar. Untuk itu peneliti termotivasi melakukan penelitian tentang kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar untuk memberikan bukti yang

konsisten dengan peneliti-peneliti sebelumnya.

(25)

commit to user

Dari penelitian sebelumnya tersebut, maka peneliti berniat untuk mengangkat tema ini serta untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pada model penelitian dan sampel yang digunakan.

Pada penelitian Yahaya, Azizi, et. al (2011), menggunakan tiga model penelitian. Model pertama, yaitu menguji variabel kesadaran diri, memotivasi

diri, dan empati terhadap prestasi belajar. Model kedua, yaitu menguji kesadaran diri dan empati terhadap memotivasi diri. Dan model ketiga, yaitu

menguji kesadaran diri terhadap empati. Pada penelitian ini, menggunakan dua model. Model pertama, yaitu menguji kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar mahasiswa. Dan model kedua, yaitu menguji lima dimensi kecerdasan emosional yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola

emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pada penelitian Yahaya, Azizi,

et. al (2011), mengambil sampel 370 siswa SMA di Johor Bahru Malaysia, sedangkan pada penelitian ini mengambil sampel mahasiswa program D3

(26)

commit to user B. Perumusan Masalah

Penelitian tentang kecerdasan emosional ini dilakukan dalam rangka mengetahui bagaimana korelasinya terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang akan dijawab dalam

penelitian ini adalah :

“Apakah terdapat pengaruh positif antara variabel kecerdasan emosional

terhadap prestasi belajar mahasiswa?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kecerdasan

emosional (EI) terhadap prestasi belajar mahasiswa dan juga untuk mengetahui pengaruh antara dimensi kecerdasan emosional yang terdiri dari

mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan terhadap prestasi belajar

mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang di ukur dengan menggunakan indeks prestasi mahasiswa (IPK).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain yaitu : 1. Bagi akademisi, penelitian ini berguna untuk menambah kajian teoritis

(27)

commit to user

dan sebagai acuan untuk pelaksanaan penelitian yang lebih lanjut mengenai

hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar.

2. Bagi praktisi, penelitian ini berguna untuk dijadikan acuan dalam

mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konsep kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa.

E. Sistematika Skripsi

Agar lebih memudahkan dalam memahami tentang pokok-pokok pikiran yang ada dalam penelitian ini, penulis memberikan kerangka wacana

yang saling berkaitan berupa sistematika skripsi yang disusun secara sitematis, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang diadakannya penelitian ini, yaitu tentang bagaimanakah pengaruh dari kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Sebelas Maret,

rumusan masalah yang berasal dari latar belakang masalah, tujuan penelitian yang hendak dicapai, serta manfaa penelitian yang dapat diperoleh.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang konsep-konsep dasar dan teori yang digunakan dalam membahas rumusan masalah. Landasan teori merupakan suatu pedoman bagi penulis dala menerapkan teori dalam membahas

(28)

commit to user

emosional dan pengertian prestasi belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Selain itu, tinjauan pustaka juga terdiri dari landasan teori dan penelitian sebelumnya, kerangka teoritis serta hipotesis. BAB III : DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metode dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Bab ini meliputi

desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelasan tentang hasil-hasil penelitian setelah berbagai data diolah.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari

hasil penelitian terhadap objek secara keseluruhan, serta merupakan suatu jawaban dari rumusan masalah yang berupa ringkasan pembahasan,

menjelaskan keterbatasan penelitian ini, dan memberikan saran penulis yang dapat menjadi bahan masukan yang berguna bagi pembaca untuk

(29)

commit to user

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dikemukakan oleh psikolog

Peter Salovey dari Harvard university dan John Mayer dari Universitas of New Hampshire pada tahun 1990 yang bertujuan untuk menjelaskan

kualitas-kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan seseorang. Salovey dan Mayer mula-mula mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan

bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang lain,

memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Lawrence E. Shapiro, 1997: 8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan

lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional (Wahyuningsih, 2004).

Kehidupan seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh emosi, baik

(30)

commit to user

mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk memadu pikiran dan tindakan yang akan dilakukan secara tepat.

Sementara Cooper dan Sawaf (2003) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk

belajar mengakui, mengahargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam

kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan emosi juga bukan berarti memberikan kebebasan pada

perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif yang memungkinkan

seseorang untuk bekerja sama secara efektif dengan lancar menuju sasaran bersama. Kecerdasan emosional membimbing kita untuk belajar mengakui

dan menghargai perasaan diri dan orang lain serta untuk menanggapinya dengan cepat, menerapkan dengan efektif infomasi dan energi emosi dalam

kehidupan dan pekerjaan sehari-hari (Bulan, 2012).

Kecerdasan emosi merupakan faktor penentu perusahaan dalam karir

(31)

commit to user

kreativitas dan daya inovasi (Cooper dan Sawaf, 2003). Kematangan dan kedewasaan menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer dalam Goleman (2000) menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa.

Menurut Goleman (2002: 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan sesorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emostion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Goleman (2003) secara garis besar membagi dua

kecerdasan emosional, yaitu kompetensi personal (pribadi) yang meliputi pengenalan diri (kesadaran diri), pengendalain diri (pengaturan diri), motivasi

diri, dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional

yaitu kemampuan mahasiswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan

kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Dalam penelitian ini, komponen kecerdasan emosional yang dipakai

(32)

commit to user 1. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan dari mengenali emosi diri ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yaitu kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Maka dari itu seseorang harus mampu mengenali emosi serta efeknya untuk diri sendiri. Kemampuan kesadaran diri adalah kemampuan dalam

mengenali emosi diri sendiri dan pengaruhnya, mengetahui kekuatan dan batasan diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri

(Goleman, 2002). Kesadaran diri memang merupakan prasyarat untuk mengenali emosi sehingga seseorang mudah dalam menguasai dan

mengenali emosi diri sendiri, namun kesadaran diri ini belum dapat menjamin penguasaan emosi. Goleman et. al. dalam bukunya yang berjudul Primal Leadership (2005: 34) mengatakan bahwa tanpa mengenali emosi kita sendiri, kita tidak akan bisa mengelolanya, dan

kurang mampu memahami emosi orang lain. Kesadaran diri juga mempunyai peran penting di dalam empati, atau merasakan bagaimana

orang lain melihat situasi. Jika seseorang tidak pernah memahami perasaannya sendiri, ia juga tidak bisa mendengarkan perasaan orang lain.

2. Mengelola Emosi

(33)

commit to user

dapat melihat sisi positif suatu peristiwa, dan ketika individu menerima suatu tekanan emosi akan dengan segera pulih kembali. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila individu dapat menghibur diri sendiri, dapat melepas kecemasan serta kemurungannya. Kemampuan control diri (self control) ini merupakan kemampuan dalam mengelola emosi dan dorongan yang merusak,memelihara norma dan kejujuran, bertanggung jawab,

keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan terbuka terhadap gagasan baru (Goleman, 2002).

3. Memotivasi diri sendiri

Motivasi merupakan dorongan individu untuk berbuat sesuatu yang

lebih baik. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi

dihasilkan dari adanya sikap optimis dan harapan. Optimisme adalah suatu sikap yang menahan sesorang untuk tidak terjerumus dalam sikap masa

bodoh atau tidak acuh, keputusasaan, dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitan hidup (Goleman, 2006). Sedangkan, harapan,

menurut Synder (dalam Goleman, 2006) adalah keyakinan bahwa kita memiliki kemampuan maupun cara untuk mencapai sasaran yang

(34)

commit to user 4. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Empati merupakan kesadaran individu terhadap perasaan, kebutuhan, kepentingan orang lain, dan dapat menimbulkan hubungan saling percaya

serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Kunci untuk memahami emosi orang lain adalah kemampuan untuk membaca

pesan nonverbal, seperti nada bicara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah (Goleman, 2006). Seseorang yang mampu mengenali emosi orang lain

juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Selama seseorang dapat terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri,

maka orang tersebut memiliki kemampuan untuk membaca serta mengenali perasaan orang lain.

5. Membina Hubungan

Merupakan kemampuan individu dalam menangani emosi dengan baik

ketika berhubungan dengan orang lain, dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi,

memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerja sama dalam tim. Dalam membina hubungan dengan orang lain, penting

(35)

commit to user

hati, hormat, mudah bergaul, dan disukai orang lain dapat menjadikan tanda positif bahwa individu mampu membina hubungan dengan orang lain.

B. Prestasi Belajar

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas

yang dapat dilihat setelah proses belajar. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yakni

perubahan tingkah laku. Hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam segala aspek

meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi afektif), dan ranah karsa (prestasi psikomotorik). Dalam mengungkapkan hasil belajar diperlukan

beragam norma pengukuran untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Prastiti dan Pujiningsih, 2009).

Prestasi adalah penilaian berupa hasil dari apa yang telah dicapai individu yang merupakan perkembangan dan kemajuan terhadap penguasaan

bahan materi atau sesuatu yang disajikan melalui kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu maupun kelompok dalam situasi tertentu.

(36)

commit to user

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Ahmadi dan Supriyono, 2004).

Nasution dalam Puspitasari (2009) mengemukakan, prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan

berbuat. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor.

Menurut Winkel dalam Kurniawati (2010) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukan kemampuan atau

keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Menurut Tu’u (2004) prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas

dengan suatu kegiatan pembelajaran dalam hal penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dibuktikan atau ditunjukkan dengan nilai tes dari hasil

evaluasi yang diberikan oleh pendidik.

Prestasi belajar seorang peserta didik di perguruan tinggi dapat

digambarkan dengan Indeks Prestasi (IP) yaitu angka yang menunjukkan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam satu kurun waktu tertentu sebelum

(37)

commit to user

Untuk mengetahui perkembangan belajar mahasiswa selama mengikuti pendidikan dapat diketahui dengan melihat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari

seluruh mata kuliah yang ditempuh.

Pengukuran variabel prestasi belajar sesuai pada penelitian yang

dilakukan Shipley, Natalie, et. al. (2010) yang menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai ukuran prestasi belajar mahasiswa.

1. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2008) secara global faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam :

a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri,

meliputi : 1) Fisiologis

Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat jasmaniah. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran.

2) Psikologis

(38)

commit to user a) Tingkat kecerdasan atau inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

b) Sikap

Sikap kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

objek baik secara positif maupun negatif. c) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. d) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

e) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal yang mendorong

untuk berbuat sesuatu. b. Faktor eksternal

(39)

commit to user

Lingkungan sosial seperti guru, para staf administrasi teman sekelas, orang tua dan lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang.

2) Lingkungan non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, keadaan tempat tinggal peserta

didik, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini

berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar

tertentu.

2. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin dalam Novikasari (2009) fungsi utama prestasi belajar sebagai berikut:

(40)

commit to user

Dari prestasi belajar dapat diketahui sejauh mana pengetahuan yang telah diberikan dan diajarkan oleh pendidik pada peserta didik dan seberapa besarkah peserta didik dapat menyerap dan menguasai pengetahuan yang telah diberikan tersebut.

b. Lambang pemuasan hasrat ingin tahu

Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi

biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (courisity) dan merupakan kebutuhan peserta didik dalam suatu program

pendidikan.

c. Bahan informasi dan inovasi pendidikan

Prestasi belajar dapat digunakan sebagai pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

serta meningkatkan mutu pendidikan.

d. Indikator dalam dan luar dari suatu instituís pendidikan

Indikator dalam berarti bahwa prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

Maksudnya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Indikator luar berarti bahwa tinggi rendahnya

(41)

commit to user

e. Indikator terhadap daya serap atau kecerdasan peserta didik

Dalam hal ini peserta didik yang mempunyai daya serap tinggi akan dapat mengingat dan menyerap dengan baik pelajarannya atau pengetahuan yang telah diberikan, sehingga bila mengikuti tes belajar

ia tidak mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang mempunyai kelebihan dalam hal menyerap pelajaran atau pengetahuan akan

berprestasi tinggi.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Kecerdasan Emosional

Terhadap Prestasi Belajar

Variabel Independen Variabel Dependen

Pada Gambar 2.1 pada penelitian ini menggunakan kecerdasan emosional (EI) sebagai variabel independen dan prestasi belajar (Y) sebagai

variabel dependen. Selain itu kerangka pemikiran teoritis diatas juga menjelaskan hubungan antara kecerdasan emosional (EI) dengan prestasi belajar (Y).

(42)

commit to user

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengaruh dari kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Serangkaian studi menunjukan bahwa orang yang secara intelektual cerdas seringkali

bukanlah orang yang paling berhasil dalam bisnis atau dalam kehidupan keseharian mereka. Dalam beberapa tahun belakangan ini, istilah EI telah

diterima menjadi kependekan dari Emotional Intelligence yang setara dengan I.Q.

Schutte et. al. (1998) memperkenalkan tentang studi longitudinal yang ditujukan untuk menguji keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan

prestasi akademik. Schutte et. al. (1998) menghipotesiskan bahwa kecerdasan emosional akan menjadi nilai prediksi bagi prestasi akademik diantara

mahasiswa undergraduate (program level sarjana). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa skor atas kecerdasan emosional secara signifikan menjadi

nilai prediksi bagi IPK akademik para mahasiswa program sarjana.

Pada penelitian yang dilakukan Yahaya dan Boon (2005) tentang

kecerdasan emosi dan hubungannya dengan pencapaian akademik dan tingkah laku pelajar. Sampel pada penelitian tesebut sebanyak 359 siswa dari empat

(43)

commit to user

kemahiran interpersonal, sedangkan pencapaian akademik siswa diukur berdasarkan hasil mata pelajaran bahasa melayu, bahasa inggris, matematika, sains, sejarah, geografi, pendidikan islam, kemahiran hidup, dan bahasa cina. Hasil pada penelitian tersebut diperoleh bahwa terdapat hubungan antara

kecerdasan emosional dengan pencapaian akademik siswa.

Penelitian lainnya oleh Yahaya et. al. (2007) yaitu meneliti tentang hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi akademik. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas 4 di Johor, Kelantan, dan Terengganu.

Penelitian ini menganalisis hubungan masalah yang dihadapi siswa (pengaruh teman, keluarga, dan keuangan), cara yang digunakan untuk menstabilkan

emosi (bertemu dengan konseling, bercerita pada teman, beribadah, dan mendekatkan diri pada tuhan), dan kecerdasan emosional dengan prestasi

akademik siswa. Pada hasil analisis penelitian tersebut disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi

akademik siswa.

Bahtiar (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara

kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas II SMA Negeri 2 Mataram. Pada penelitian ini, menggunakan nilai IP (indeks prestasi) pada

(44)

commit to user

Tjun et. all. (2009) pada penelitiannya yang berjudul pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi dilihat dari perspektif gender, memberikan hasil adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Objek penelitiannya yaitu mahasiswa akuntansi

tingkat akhir pada fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

Penelitian Tjun et. all. (2009) sependapat dengan penelitian yang dilakukan Ritonga (2009) tentang kecerdasan emosional yang digambarkan kedalam tiga dimensi yaitu pengendalian diri, motivasi, dan keterampilan

sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Populasi dalam penelitian Ritonga (2009) ini adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, sedangkan sampelnya dibatasi hanya pada mahasiswa jurusan akuntansi tingkat akhir

yang telah menempuh 120 Sistem Kredit Semester (SKS). Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kecerdasan emosional

yang terdiri dari pengendalian diri, motivasi, dan keterampilan sosial dengan tingkat pemahaman akuntansi.

(45)

commit to user

hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu Universitas Gunadarma.

Pada penelitian Purnaningtyas (2011) tentang pengaruh kecerdasan

emosi terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran seni budaya SMP. Objek penelitian yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa

kelas VII SMP Negeri 4 Ungaran tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah total 250 orang siswa. Dalam penelitian tersebut

diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi yang signifikan dan hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar siswa. Apabila

kecerdasan emosi bertambah maka nilai prestasi belajar siswa juga akan bertambah, sehingga kecerdasan emosi dapat berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa.

Berdasarkan pada hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis

penellitian ini adalah:

H1 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap prestasi

(46)

commit to user

29

BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun, 1989 dalam Pramudita, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sekelompok orang dengan segala sesuatu yang memiliki ciri tertentu yang ingin mempelajari sifat-sifatnya. Dalam

menganalisa dan pengumpulan suatu data, langkah awal yang perlu dilakukan yaitu dengan menentukan populasi terlebih dahulu. Sekaran (2007: 121) menyatakan populasi merupakan kumpulan semua elemen dalam populasi di mana sampel diambil. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa program studi akuntansi dan perpajakan yang telah menempuh mata kuliah magang di

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(47)

commit to user

penelitian ini meliputi mahasiswa program D3 Akuntansi dan D3 Pajak, mahasiswa S1 Reguler Akuntansi dan mahasiswa S1 Transfer Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah magang di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. DefinisiOperasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa. Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen adalah variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya

dengan suatu gejala yang diobservasi (Sarwono, 2012: 12). Variabel Independen dalam penelitian ini yaitu dimensi dari kecerdasan emosional

(EI) yaitu kemampuan mengenali emosi diri (X1), mengelola emosi diri (X2), memotivasi diri sendiri (X3), mengenali emosi orang lain (X4), dan

membina hubungan (X5).

2. Variabel Dependen merupakan variabel yang variabelnya diamati dan

(48)

commit to user

Kecerdasan emosional (EI) yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu skor rata-rata kecerdasan emosional yang didapat setelah mahasiswa yang menjadi sampel dalam mengisi kuesioner dan kemampuan mengenali emosi

diri (X1), mengelola emosi diri (X2), memotivasi diri sendiri (X3), mengenali emosi orang lain (X4), dan membina hubungan (X5) yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu skor masing-masing aspek kecerdasan emosional yang didapat setelah mahasiswa yang menjadi sampel mengisi

pernyataan-pernyataan yang ada dalam lembar kuesioner kecerdasan emosional yang diadopsi dari Goleman (2002).

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar.

Prestasi belajar ini juga merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan

tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan

(49)

commit to user D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan satu instrumen berupa kuesioner yang diadaptasi dari penelitian Sari, Salirawati, dan Padmaningrum (2006) sehingga perlu divalidasi. Kuesioner divalidasi logis, artinya secara logis

butir-butir pernyataan tersebut telah memenuhi syarat sebagai instrument, karena pernyataan dijabarkan dari aspek-aspek kecerdasan emosional (EI)

yang diambil dari sumber acuan.

Kuesioner kecerdasan emosional terdiri dari pernyataan positif dan

negatif yang dijabarkan pada aspek-aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan Salovey (Goleman, 2002: 57-59) yaitu kemampuan untuk

mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Adapun kisi-kisi kuesioner

tersebut sebagai berikut :

Tabel III. 1

Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional

(50)

commit to user Tabel III. 1 Lanjutan

4. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain

Pada kuesioner ini setiap pernyataan terdapat 5 jawaban pilihan yang harus dipilih salah satu, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Pasti

(TP), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1 dan pernyataan negatif sebaliknya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada para responden untuk diisi sesuai dengan jawaban yang

telah disediakan. Data berupa skor total komponen kecerdasan emosional dari setiap mahasiswa yang menjadi sampel sesuai dengan jumlah skor jawaban setiap pernyaan. Selanjutnya dikumpulkan data komponen prestasi belajar

(51)

commit to user F. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat dideskripsikan atau disimpulkan baik secara numerik (menghitung

rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut

sehingga lebih mudah dibaca dan dimengerti. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihatv dari nilai

rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range. Kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2006).

2. Pengujian Kualitas Data a. Uji validitas

Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat

ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Ini dilakukan

dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor setiap konstruknya (Ghozali, 2006). Uji

(52)

commit to user

validitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Pearson’s Correlation Product Moment. Instrumen dinyatakan valid jika korelasi antara skor item pernyataan denga skor total item pernyataan dengan skor total item pernyataan tersebut memiliki probabilitas < 0,05 ( =

5%). Selain itu jika r hitung dari hasil pengujian validitas lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid,

sedangkan apabila r hitung dari hasil pengujian validitas lebih kecil dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid dan

tidak lolos dari proses pengujian selanjutnya sehingga harus dikeluarkan.

b. Uji Reliabilitas

Untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel atau konstruk digunakan uji reliabilitas. Menurut Sarwono (2012), reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi

dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila

diukur dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

(53)

commit to user

reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik

Cronbach Alpha ( ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2006: 42). Menurut Sekaran (dalam Pramudita, 2006), teknik alpha dipilih karena teknik ini merupakan teknik pengujian konsistensi reliabilitas antara item yang paling popular dan menunjukan indeks konsistensi yang cukup

sempurna. Semakin dekat koefisien alpha pada nilai 1 berarti butir-butir pertanyaan dalam koefisien semakin reliabel.

c. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk memperoleh model

regresi yang menghasilkan estimator linear yang tidak bias yang terbaik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Distribusi

normal akan membentuk garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonalnya (Ghozali, 2006: 110). Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis

(54)

Kolmogorov-commit to user

Smirnov Test. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan P value yang diperoleh dari hasil pengujian normalitas dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Data dikatakan terdistribusi secara normal jika probabilitas lebih besar

dari 0,05, begitu juga sebaliknya, jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka data yang dijadikan dalam penelitian ini tidak

berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2006). Metode yang digunakan

unruk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini yaitu dengan melihat besaran nilai dari nilai tolerance dan nilai Variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2006). Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independennya.

3) Uji Heteroskedastisitas

(55)

commit to user

dari suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali. 2006). Penelitian

ini menggunakan metode grafik plot. Heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

plot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas atau di bawah 0 pada sumbu Y, maka

hal ini tidak terjadi heteroskedastisitas. 4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka akan dinamakan ada problem autokorelasi

(Ghozali, 2006). Jenis pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan Run Test.

(56)

commit to user

korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (Ghozali, 2006). Jika nilai asymp sig. pada output runs test > 0,05, maka data tidak mengalami autokorelasi, dan sebaliknya.

3. Pengujian Hipotesis

Menurut Sekaran (2007: 162), pengujian hipotesis biasanya

menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan dua atau lebih faktor dalam suatu

situasi. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak.

Pengujian hipotesis untuk penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan dengan cara mengukur goodness of fit untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam memperkirakan nilai aktual. Secara statistik, setidaknya goodness of fit dapat diukur dari nilai adjusted , nilai Statistik F, dan nilai statistik t (Ghozali, 2006).

Nilai adjusted R2 menunjukan besarnya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen.

Rumus persamaan regresi model 1 yang akan digunakan dalam

(57)

commit to user Y = a + bEI + ε

Selain menguji antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seperti pada model 1, peneliti juga menguji sensitifitas pada lima dimensi dari kecerdasan emosional yaitu kemampuan

mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan

dengan prestasi belajar sebagai model 2 dalam penelitian ini. Rumus persamaan regresi model 2 yaitu:

Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5+ ε

Dimana :

Y = Prestasi belajar a = Konstanta

b = koefisien regresi dari masing-masing variabel EI = Kecerdasan Emosional

X1 = Mengenali Emosi Diri X2 = Mengelola Emosi Diri

X3 = Memotivasi Diri Sendiri X4 = Mengenali Emosi Orang Lain

(58)

commit to user

(59)
(60)

commit to user

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dalam suatu penelitian menggunakan kuesioner, biasanya menginginkan tingkat penyebaran dan pengembalian kuesioner yang tinggi.

Oleh karena itu, kuesioner disebar dan diberikan arahan dalam pengisian kuesioner kepada responden secara langsung dengan mendatangi responden

secara individu serta mendatangi kelas-kelas para responden. Dengan cara tersebut, peneliti mampu memaksimalkan tingkat pengembalian kuesioner dari responden.

Kuisioner disebar mulai tanggal 6 Mei 2012 sampai dengan 21 Juli 2012 secara intesif dengan mengusahakan segala nomor pernyataan yang tersedia telah diisi lengkap. Kuisoner dibuat sesederhana mungkin supaya

responden mudah memahami akan tetapi tingkat respon para responden menjadi kendalan utama dalam penelitian ini.

Untuk menganalisis mengenai hubungan antara kecerdasan emosional

(61)

commit to user

Sebelas Maret Surakarta. Deskripsi kuesioner dan responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel IV. 1

Sumber: Data Primer yang Diolah

Dalam penelitian ini terdapat populasi sebanyak 398 responden yaitu terdiri dari 102 responden S1 Reguler Akuntansi Angkatan 2008, 106 responden S1 Transfer Akuntansi Angkatan 2010, 123 responden D3

Akuntansi Angkatan 2009, dan 67 responden D3 Pajak Angkatan 2009. Dari jumlah tersebut kuesioner yang disebar sebanyak 351 kuesioner dan kuesioner yang kembali sebanyak 295 responden. Dari 295 kuesioner yang kembali, terdapat 77 kuesioner yang tidak diisi secara lengkap (rusak). Oleh sebab itu,

(62)

commit to user

tersebut sudah memenuhi batas minimal sampel yang dibutuhkan dalam penelitian korelasional yaitu sebesar 30 (Sekaran: 2007).

Dari kuesioner yang digunakan sebanyak 218 responden tersebut terdiri dari 62 mahasiswa S1 Transfer Akuntansi, 58 mahasiswa S1 Reguler

Akuntansi, 69 mahasiswa D3 Akuntansi, dan 29 mahasiswa D3 Pajak. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang kembali paling

banyak dari D3 Akuntansi dan yang paling sedikit dari D3 Pajak.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari kisaran teoritis, kisaran sesungguhnya, rata-rata hitung, dan simpangan baku

(standard deviation). Untuk menganalisis data berdasarkan atas kecenderungan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap

masing-masing variabel.

Tabel IV.2 Statistik Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Mean Std Deviasi

(63)

commit to user

Dilihat dari hasil statistik pada Tabel IV.2 menunjukkan deskripsi data dengan variabel kecerdasan emosional memiliki jumlah responden (N) 218, dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 53. Rata-rata kecerdasan emosional ini sebesar 40,15 dengan standar deviasi sebesar 3,435.

Untuk variabel prestasi belajar yang terdiri dari mahasiswa S1 Reguler Akuntansi 2008, S1 Transfer Akuntansi 2010, D3 Perpajakan 2009, dan D3

Akuntansi 2009. Nilai IPK tertinggi adalah 3,80 sedangkan nilai IPK paling rendah adalah 1,91, rata-rata nilai IPK sebesar 3,19 dengan standar deviasi

sebesar 0,315.

Sedangkan untuk variabel mengenali emosi diri memiliki nilai

terendah 27 dan nilai tertinggi sebesar 51. Rata-rata sebesar 38,08 dengan standar deviasi sebesar 4,330.

Variabel mengelola emosi diri memiliki nilai terendah sebesar 24 dan nilai tertinggi 51. Rata-rata sebesar 37,41 dengan standar deviasi sebesar

5,225.

Variabel memotivasi diri sendiri memiliki nilai terendah sebesar 29

dan nilai tertinggi 47. Rata-rata sebesar 38,22 dengan standar deviasi sebesar 4,801.

(64)

commit to user

Variabel membina hubungan memiliki nilai terendah sebesar 28 dan nilai tertinggi 58. Rata-rata sebesar 43,38 dengan standar deviasi sebesar 4,483.

B. Pengujian Validitas Dan Reliabilitas

Keberhasilan suatu penelitian juga ditentukan oleh kehandalan alat

yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang sedang diteliti dan validnya data. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengujian hipotesis, harus

diadakan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. 1. Uji Validitas

Pada kuesioner yang disebar, terdapat 60 pernyataan. Pada penelitian ini terdapat 5 variabel, maka terdapat 12 pernyataan untuk masing-masing

variabel. Variabel mengenali emosi diri (X1) terdapat pada nomor pernyataan 23, 41, 47, 52, 54, dan 60 untuk pernyataan positif dan nomor

pernyataan 6, 17, 37, 38, 42, dan 48 untuk pernyataan negatif. Setelah dilakukan uji validitas, semua pernyataan pada variabel mengenali emosi

diri ini memberikan hasil yang berkorelasi positif terhadap skor total item dengan tingkat signifikansi 0,05, kecuali pernyataan nomor 17 yang harus

(65)

commit to user

dikeluarkan dari pengujian, semua nomor pernyataan variabel mengenali emosi diri memberikan hasil yang berkorelasi positif. Berdasarkan Tabel IV. 3 dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan pada variabel mengenali emosi diri dinyatakan valid setelah pernyataan nomor 17

dikeluarkan dari pengujian. Hasil uji validitas variabel mengenali emosi diri (X1) secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV. 3.

Tabel IV. 3

Hasil Uji Validitas Variabel Mengenali Emosi Diri (X1)

Pernyataan No Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan Positif Sumber: Data Primer yang Diolah

Untuk variabel mengelola emosi diri (X2) ini terdapat pada

nomor pernyataan 2, 22, 27, 50, 51, dan 56 untuk pernyataan positif dan 3, 7, 10, 19, 36, dan 44 untuk pernyataan negatif. Hasil uji validitas variabel mengelola emosi diri ini semua berkorelasi positif

(66)

commit to user

pernyataan nomor 27 yang harus dikeluarkan dari proses pengujian selanjutnya karena berkorelasi negatif. Hal ini disebabkan nilai dari r hitung menunjukan hasil -0,064 dimana hasil ini lebih kecil dari r tabel, yaitu 0,1329. Setelah pernyataan nomor 27 dikeluarkan dari

pengujian, semua pernyataan variabel mengelola emosi diri memberikan hasil yang berkorelasi positif. Maka dapat disimpulkan

bahwa semua pernyataan pada variabel mengelola emosi diri dinyatakan valid setelah pernyataan nomor 27 dikeluarkan dari

pengujian. Hasil uji validitas variabel mengelola emosi diri (X2) secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.4.

Tabel IV. 4

Hasil Uji Validitas Variabel Mengelola Emosi Diri (X2)

(67)

commit to user

Untuk variabel memotivasi diri sendiri (X3) ini terdapat pada nomor pernyataan 11, 13, 18, 24, 53, dan 58 untuk pertamyaan positif dan 4, 5, 30, 32, 35, dan 43 untuk pernyataan negatif. Hasil uji validitas variabel memotivasi diri sendiri ini semua berkorelasi positif

terhadap skor total item dengan tingkat signifikansi 0,05. Semua nilai r hitung pada variabel memotivasi diri sendiri lebih besar daripada nilai

r tabel, yaitu 0,1329. Maka dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan pada variabel memotivasi diri sendiri dinyatakan valid

Hasil uji validitas variabel memotivasi diri sendiri (X3) dapat dilihat pada Tabel IV.5.

Tabel IV. 5

Hasil Uji Validitas Variabel Memotivasi Diri Sendiri (X3)

(68)

commit to user

Untuk variabel mengenali emosi orang lain (X4) ini terdapat pada nomor pernyataan 9, 15, 20. 21, 49, dan 55 untuk pernyataan positif dan 1, 8, 12, 31, 34, dan 39 untuk pernyataan negatif. Hasil uji validitas variabel mengenali emosi orang lain ini semua berkorelasi

positif terhadap skor total item dengan tingkat signifikansi 0,05, kecuali pernyataan nomor 8 yang harus dikeluarkan dari proses

pengujian selanjutnya karena berkorelasi negatif. Hal ini disebabkan nilai dari r hitung menunjukan hasil 0,079 dimana hasil ini lebih kecil

dari r tabel, yaitu 0,1329. Setelah pernyataan nomor 8 dikeluarkan dari proses pengujian, kemudian dilakukan uji validitas lagi dan ternyata

pernyataan nomor 12 tidak signifikan, sehingga pernyataan nomor 12 harus dikeluarkan dari proses pengujian. Hal ini juga disebabkan nilai

dari r hitung pernyataan nomor 12 menunjukan hasil 0,108 dimana hasil ini lebih kecil dari r tabel, yaitu 0,1329. Maka dapat disimpulkan

bahwa semua pernyataan pada variabel mengenali emosi orang lain dinyatakan valid setelah pernyataan nomor 8 dan 12 dikeluarkan dari

Gambar

GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Kecerdasan Emosional
Gambar 2.1
Tabel III. 1
Tabel III. 1 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah proses spotfacing selesai, program menjalankan tahap penggantian ukuran diameter pahat (dari 18 mm menjadi 4,5 mm) untuk melaksanakan proses center drilling yaitu tepat

Mahasiswa dapat memakai fungsi-fungsi dan tools lanjutan 1.

[r]

Sebagai solusi, maka dalam penelitian ini dilakukan proses fermentasi secara kontinyu dalam bioreaktor packed bed secara immobilisasi sel dengan Zymomonas mobilis

Hasil penelitian ini memberikan implikasi manajerial, yaitu brand image yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi produk dan pengaruh positif yang

Hasil ini mendukung penelitian dari Carpenter and Fairhaust (2005) dalam Tjiptono yang menyatakan nilai hedonic consumption sangat berkaitan dengan erat dengan nilai

– Pola arsit ekt ur m enggam barkan st rukt ur kom ponen ut am a dari sist em perangkat lunak – Pola Desain m enggam barkan st rukt ur dan int eraksi kom ponen perangkat

Peneliti melakukan wawancara kepada pengajar yamaha di lokasi yang akan diteliti sebelum penelitian berlangsung, sekilas mengenai pembelajaran biola tingkat dasar