• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN METODE FERNALD DI TK PERTIWI 1 Penanganan Anak Disleksia Usia 5- 6 Tahun Dengan Metode Fernald Di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/ 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN METODE FERNALD DI TK PERTIWI 1 Penanganan Anak Disleksia Usia 5- 6 Tahun Dengan Metode Fernald Di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/ 2012."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN METODE FERNALD DI TK PERTIWI 1

GAWAN, KECAMATAN TANON, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Disusun oleh :

JOAN WINSTIA LENNOVA PUTRI

A520080046

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN METODE FERNALD DI TK PERTIWI 1 KECAMATAN TANON,

KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012

Joan Winstia Lennova Putri, 520080046, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2012, halaman

Penelitian ini bertujuan untuk menangani anak Disleksia dengan Metode Fernald yang menangani anak disleksia dengan cara visual, auditory, taktil, dan kinestetik. Penelitian dilakukan pada anak di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Subyek penelitian ini adalah anak usia 5- 6 tahun kelompok B TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012 sejumlah 2 anak. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode dari Fernald anak- anak yang kesulitan membaca dapat sedikit berkurang karena dengan melalui cara belajar membaca menggunakan visual, auditory, taktil, dan kinestetik. Sebelum dilakukan pembelajaran membaca anak diberikan motivasi untuk memberikan semangat dalam pembelajaran membaca agar anak mampu berkonsentrasi tinggi. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan terapi dengan metode fernald, kemampuan berkonsentrasi anak menunjukkan peningkatan yakni anak mampu berkonsentrasi dalam pembelajaran membaca. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cara belajar dengan menggunakan metode fernald dapat mengatasi anak disleksia di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.

Kata kunci : disleksia, terapi metode fernal

Pendahuluan

(5)

2

dan apa yang harus dilakukannya, sehingga timbul perkembangan yang kurang, seperti perkembangan berbahasa pada anak TK. Karena biasanya anak usia 4-6 tahun mulai menunjukan perkembangan yang sangat signifikan seperti perkembangan berbahasa. Dan saat ini mulai muncul kelainan dan gangguan pada anak seperti disleksia. Disleksia adalah gangguan atau masalah pada kesulitan belajar khusus. Hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis, karena seseorang dengan masalah disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol tulis. Tanpa memandang jenis kelamin bisa mengalami disleksia, namun riwayat keluarga dengan disleksia merupakan faktor resiko terpenting karena 23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia juga. Sehingga dapat di analisis untuk menemukan beberapa penyabab anak mengalami kesulitan belajar membaca atau disleksia. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui keberhasilan penanganan anak disleksia di TK Pertiwi 1 Gawan. (2) Untuk mengetahui faktor penyebab disleksia dan cara penanganan anak disleksia di TK Pertiwi 1 Gawan. Manfaat penelitian adalah (1) secara teoritis: Untuk mendukung teori yang lama, karena penelitian ini berpendapat bahwa teori ini membantu anak dalam pembelajaran membaca dan kesulitan belajar membaca pada anak disleksia. (2) secara praktis (a) Bagi guru, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, (b) Bagi anak, Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak pada peningkatan pemahaman anak tentang konsep huruf dan dalam kemampuan belajar membaca, (c) Bagi sekolah, Dapat menyempurnakan proses belajar dan mengajar dalam pembelajaran membaca di TK Pertiwi 1 Gawan.

Landasan Teori

Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata. Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian, dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologi.

(6)

laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan. Gangguan bisa juga dalam kemampuan menulis huruf, misalnya b ditulis atau dibaca d, p ditulis atau dibaca q atau sebaliknya. Penderita Disleksia terbanyak adalah dalam belajar membaca dan menulis. Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkain huruf tertentu, seperti “left” dibaca atau ditulis “felt”, “band” dibaca atau ditulis “brand”, “itu” dibaca dan ditulis “uti”, “gajah” dibaca dan ditulis “jagah”. Yang menarik, Disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dan lain-lain.

Identifikasi Disleksia mungkin sangat sulit dilakuakan orangtua atau guru kelas. Namun orangtua dan guru bisa melihat beberapa tanda dan gejala Disleksia, dan bisa mencari pendapat dan evaluasi dari ahli profesional atau terapis yang tepat. Jika seorang anak menunjukkan sejumlah tanda-tanda Disleksia, rujuklah anak pada lembaga pendidikan khusus atau profesional yang terlatih dalam masalah Disleksia, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Akan tetapi daftar tanda-tanda di atas tidak merupakan daftar mutlak tanda dan gejala Disleksia. Gunakanlah hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai dasar diagnosis. Kemampuan membaca dapat dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test Of Phonologcial (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisis fonologik dan menghafal. Tes ini telah distandardisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa. Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson 111 dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Keistimewaan anak tentu dapat dilihat dan dirasakan, bahkan ketika anak memiliki kelainan atau gangguan sekalipun. Kelainan atau gangguan pada anak tentu ada penyebabnya, maka sejak dini kenali dan cari informasi tentang gejalanya, apa faktor-faktor penyababnya, dan upayakan semaksimal mungkin pencegahannya. Tindakan selanjutnya tentu mengupayakan penyembuhannya.

(7)

4

memiliki gangguan penyerta, bisa ditambah dengan terapi perilaku. Atau, tambahan terapi wicara bagi mereka yang disertai kesulitan wicara. Pada saat pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya. Namun selama mendapat gangguan ia memerlukan pelatihan khusus untuk mengejar ketertinggalannya. Bagi anak penderita Disleksia harus segera dilakukan evaluasi. Setelah anak dievaluasi, hasilnya akan menunjukkan dengan cara bagaimana anak bisa belajar paling baik. Ada anak yang belajar lebih baik dengan cara visual (melihat), auditori (mendengarkan), dan taktil (menyentuh dan meraba). Menggunakn cara belajar yang sesuai untuk tiap anak sangat penting supaya mereka bisa belajar lebih baik. Berikut adalah contoh cara belajar untuk masing-masing tipe anak, dan bersifat umum dan tidak harus digunakan secara mutlak pada setiap anak.

Anak disleksia dapat belajar di sekolah reguler ataupun disekolah khusus. Jika dengan kesulitan belajarnya tersebut, anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai yang “cukup” dan perkembangan sosial dan emosinya tidak terganggu, maka kondisi ini masih memungkinkan anak itu untuk belajar disekolah reguler. Namun jika kesulitannya itu sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya, bahkan sampai tidak naik kelas, maka anak seperti ini sebaiknya ditangani di sekolah khusus agar memperoleh penanganan yang lebih terfokus. Di sekolah khusus yang menangani anak-anak yang memiliki kesulitan belar spesifik (diantaranya anak disleksia). Strategi yang dilakukan dikelas bisa secara faktual, kesulitan anak Disleksia bukan hanya pada membaca, tetapi juga pada bidang lain. Menurut (Pollock dan Waller, 1994), anak Disleksia dapat mengalami gangguan di satu atau beberapa bidang dalam. Proses penanganan dalam belajarnya yaitu: (1) Membaca, (2) Menulis, (3) Memahami urutan, (4) Memahami orientasi, (5) Memahami angka.

Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensori untuk anak disleksia yang sering dikenal pula sebagai metode VAKT (Visual, Auditory, Kinesthetic, dan Tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata- kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata yang diajarkan secara utuh.

Kerangka Penelitian

(8)

Metode Penelitian

Berdasarkan bentuknya penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif Jenis metode yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, organisasi, program atau situasi sosial. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why” (Yin Robert, 1997:6). Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, studi kasus eksplantaris, eksplorataris, dan deskriptif.

Instrumen Penelitian

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah (1)pedoman observasi tentang aktivitas pada saat kegiatan diluar kelas, (2)pedoman observasi tentang aktivitas anak saat kegiatan di luar kelas, (3)dokumentasi, (4)interview digunakan untuk mengetahui tingkat hiperaktif anak sebelum tindakan dan upaya-upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan kreativitas anak.

Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif deskriptif menggunakan analisis data, yaitu:

Teori Induksi, Peneliti harus memfokuskan perhatiannya pada data yang di lapangan sehingga segala sesuatu tentang teori yang berhubungan dengan penelitian menjadi tidak penting. Data akan menjadi sangat penting, sedangkan teori akan di bangun berdasarkan temuan data di lapangan. Data merupakan segalanya yang dapat memecahkan semua masalah penelitian. Posisi penelitian benar-benar bereksplorasi terhadap data, dan apabila peneliti secara kebetulan telah memiliki pemahaman teoritis tentang data yang akan diteliti, proses pembuatan teori itu harus dilakukan. Peneliti berkeyakinan bahwa data harus terlebih dahulu di peroleh untuk mengungkapkan misteri penelitian dan teori baru akan di pelajari apabila seluruh data sudah di peroleh (Bungin, 2001: 31).

Reduksi Data, Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui reduksi data, penyajian data, dan vertifikasi. Namun, ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan.

Keabsahan Data

Triangulasi dalam penguji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

Triangulasi Sumber, Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa sumber.

(9)

6

Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dan dokumentasi.

Triangulasi Waktu, Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang di kumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekkan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di temukan kapasitas datanya (Sugiyono, 2007: 127).

Hasil Penelitian

Menurut hasil penelitian pada tanggal 2 April- 2 Mei 2012, terhadap beberapa kesulitan mengasosiasikan huruf sehingga pengucapan berbeda antara tulisan dengan bunyi saat pembelajaran. Huruf yang sering terdapat kesulitan mengasosiasikan yaitu antara lain: 1) Terdapat kesulitan membaca tulisan dan dalam pengucapanpun berbeda, pada saat pengucapan huruf “b ” dan “d “, dalam kata “budi “ menjadi “dubi “, 2) Kesulitan pengucapan huruf “m “ dan “n “ oleh anak bernama Jelita. Setiap kali si anak membaca huruf “m “ dia baca menjadi “n “. Walaupun itu sudah diulang berkali-kali. Misal, kata “mama “ dibaca menjadi “nana “, 3) Kesulitan mengasosiasikan huruf “f “ dan “v “ oleh anak bernama Hanif. Setiap mengucapkan huruf “v “ selalu dibaca “f “. Begitupun sebaliknya, walaupun sudah dikenalkan dan dibaca secara ulang tetapi tetap saja belum dapat membedakannya, 4) Kesulitan pengucapan dan penulisan huruf “p “ dengan “q “ oleh Jelita dan Hanif. Huruf “p “ dan “q “ dibaca terbalik dan dalam penulisannya juga terbalik. Anak mengalami kesulitan membaca hanya ada 2 anak dalam satu kelas yang berjumlah 15 anak, yaitu Jelita dan Hanif. Anak tersebut memiliki kesulitan membaca yang berbeda-beda. Terdapat persamaan kesulitan yang dialami oleh Jelita dan Hanif yaitu membedakan antara huruf “b “ dan “d “, huruf “p “ dan “q “. Anak yang bernama Hanif mengalami kesulitan membedakan huruf “f “ dan “v “. Sedangkan anak yang bernama Jelita memiliki kesulitan membedakan huruf “d “, “e “, “m “, “n “, “o “, “r “, “s “ dan bahkan jelita belum bisa menghafalkan huruf abjad. Jelita juga sulit untuk menghafalkan dan mengenal angka 1- 20. Jelita bisa mengucapkan tetapi tidak tau angka berapa yang diucapkan. Misal, dia bisa mengucapkan angka “9 “ tetapi dalam menuliskan angka „9 “ tersebut si anak tidak bisa. Tidak mengenal bentuk dari angka “9 “ itu seperti apa. Hasil penelitian kesulitan mengasosiasikan huruf terdapat 2 anak yang mengalami kesulitan- kesulitan yang berbeda- beda tetapi terdapat beberapa huruf (“b “ dan “d “, “p “ dan “q “, “f “ dan “w “). Memiliki persamaan kesulitan mengasosiasikan huruf oleh 2 anak yaitu Jelita dan Hanif.

Pembahasan Hasil Penelitian

(10)

anak yang mengalami kesulitan membaca erat kaitannya dengan tingkat kemampuan berbicara sejak dini. Keterlambatan berbicara menyebabkan terjadi kesulitan belajar membaca. Kesulitan membaca terdapat ketidak konsistenan antara ucapan saat membaca huruf “b “ dan “d “, “p “ dan “q “, “m “ dan “n “, “f “ dan “v “, “m “ dan “w “.

Riwayat penyakit Disleksia, disleksia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Disleksia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus seorang disleksia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Menderita Disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol- simbol “kesulitan membaca”. Penderita disleksia terbanyak adalah dalam belajar membaca dan menulis. Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu. Anak dengan kelainan disleksia, menurut penelitian, dilahirkan dari keluarga dengan kesulitan kronis dalam membaca atau mengeja, sekalipun intelegensi mereka cukup tinggi. Selain itu para peneliti menemukan bahwa susunan kromosom kaum disleksia berhubungan erat dengan sistem kontrol imunitas. Ini menunjukan, para penderitanya rentan terhadap serangan dari antibodi. Dan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, juga dapat menunjukan faktor resiko yang bermakna untuk menderita disleksia.Gangguan kesulitan membaca (Disleksia) menurut tokoh biologi terletak pada gangguan fungsi otak (pada belahan otak sebelah kiri dan terkadang otak disebelah kanan). Perkembangan Disleksia dalam bahasa yang berbeda bersumber dari biologis, gangguan pada otak kiri yang berhubungan dengan proses fonologi.Bagi ahli psikologi kognitif dan sampai sekarang menyetujui bahwa disleksia mempunyai sumber yang sama dalam bahasa yang berbeda, yaitu penurunan aktivitas dalam konteks kiri, bagian otak dihubungkan dengan tulisan ke suara.

Riwayat kesehatan anak, Terhadap kedua anak yang diamati oleh peneliti, yang dialami jelita terhadap kesulitan membaca karena faktor perilaku, yaitu: observasi normatif dari penampilan orang disleksia. Dalam perkembangannya anak lebih banyak memperoleh bahasa dari lingkungan disekitarnya. Anak memiliki problem dalam hubungan sosial. Stress dan malas merupakan implikasi dari kesulitan belajar membaca. Tidak bisa berbaur dan bergaul bersama teman- temannya. Tetapi yang dialami oleh Hanif terhadap kesulitan membaca karena faktor biologis, yaitu: merupakan akibat dari pengaruh genetika atau kelainan otak. Karena sebagai perilaku yang diturunkan melalui dasar biologis. Ada riwayat keluarga yang pernah mengalami disleksia, yaitu kakaknya Hanif sendiri sampai SD juga belum bisa membaca. Hanif juga menyangkut adanya faktor perilaku, karena Hanif tidak bisa membaca. Pada saat berbicara saja Hanif juga tidak jelas, sering terbata- bata dan artikulasinya tidak jelas. Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa kesulitan belajar membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor, 1) Adanya riwayat penyakit, bisa disebut dipengaruhi oleh faktor biologis.

(11)

8

Hasil penelitian yang menganalisis kesulitan belajat membaca anak usia dini perlu adanya suatu pertimbangan dan kesehatan fisik dan psikis anak (kejiwaan anak), motivasi dan dukungan dari orangtua serta orang- orang yang ada disekitar anak. Ini merupakan faktor pendukung agar anak memiliki semangat dan mampu mengikuti proses pembelajaran membaca.

Kesimpulan

Terdapat beberapa cara yang sangat sederhana yang dapat membantu anak dalam mengatasi kesulitan membaca pada anak yang menderita Disleksia, yaitu: dengan menggunakan jenis permainan puzzle. Dapat juga dengan mengguanakn kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Hambatan guru dalam menangani anak disleksia: (1)Kurang kerjasama antara guru dan orang tua, sehingga penanganan yang dilakukan guru kurang optimal, (2) Dalam satu kelas seorang guru mengajar 15 anak tanpa ada guru pendamping (swadow Teacher), (3)Tidak adanya guru yang secara khusus menangani anak disleksia, (4)Masih kurangnya sarana dan prasarana atau media penunjang terapi agar perilaku hiperaktif anak dapat berkurang.

Implikasi Hasil Penelitian

Dalam penerapan pembelajaran membaca terhadap anak disleksia, anak diarahkan untuk mengenal huruf abjad terlebih dahulu. Kemudian si anak mulai diminta untuk menghafalkan huruf abjad dari A- Z, walaupun untuk menghafalkan harus selalu diulang- ulang.

1)Hasil identifikasi terdapat beberapa kesulitan membaca (Disleksia).

Kesulitan untuk mengasosiasikan huruf dan bunyi atau pengucapan berbeda dengan tulisan, Kesulitan terbalik membaca huruf. Sulit untuk menempatkan huruf dalam suatu kata, Masalah perilaku tidak suka membaca. Anak selalu berusaha menunjukan sikap menolak dan selalu menghindar saat diminta belajar membaca, Kesulitan mengerti benda yang mereka lihat (visual). Rendahnya suatu konsentrasi dapat memicu kesulitan dalam memahami konsep bacaan yang dilihat, Kesulitan mengerti kata yang mereka dengar (auditori). Rendahnya konsentrasi yang dapat memicu kesulitan dalam memahami konsep bacaan yang didengarnya, Kesulitan untuk mencatat huruf maupun suatu kalimat dari papan tulis. Sulit untuk mencatat ataupun meniru tulisan yang dituliskan oleh guru dipapan tulis.

(12)

Saran

(13)

10

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri, 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Anggrek.

Fajarwati, Fajarwati, 2011. Analisis Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis Permulaan Pada Anak Usia Dini di BA Aisyiyah 1 Grogol. (Skripsi S-1 PAUD) Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hariyanto, Agus. 2009. Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca. Jogjakarta: Penerbit Diva Press.

Iramaswaty, Kamarul, dkk. 1991. Gangguan-Gangguan Pada Anak, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Disdik Provinsi Banten Edisi ke empat TH. III Vol. IV/2003. “Penilaian Perkembangan Anak Didik di TK”.

Kats, Adrienne. 1997. Membimbing Anak Belajar Membaca. Jakarta: Penerbit Arcan.

Le Fanu, James. 2010. Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Garailmu.

Martin dan Theo, 2004. Pendidikan Pada Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Grasindo.

Moleong, Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.

(14)

Purwati, Emi, 2011. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Membaca Melalui Media Big Book di BA Aisyiyah Bakipandeyan 02 Sukoharjo kelompok B Tahun Ajaran 2010/2011. (Skripsi S-1 PAUD) Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara.

Republik, Selasa, 3 Januari 2006. “ Menentukan Gangguan Pertumbuhan Pada Anak.”

Sardiman, A. M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Soedjatmiko. 1995. “ Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita”. Jakarta: Majalah Sari Pediatri.

Soetjiningsih. 1995. “ Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak” dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Soetjiningsih. 2002. “Perkembangan Anak dan Permasalahannya” Dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Solehuddin, M. Dkk. 2006. Pembahuruan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabetaslameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sujiono, Yuliani Nuraini, 2009. Konsep Dasar Pedidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Susilo, M. Djoko. 2006. Gaya Belajar Menjadi Semakin Pintar. Yogyakarta: Penerbit Pinus.

Yusuf, Munawir. 2005. Pendidikan Anak dengan Problema Belajar, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(www.Islamkuno.com/2008/01/27/metodestudikasus) diakses pada tanggal 4

Januari 2012.

(www.perempuan.com) “mengenal Disleksia”. Diakses pada tanggal 18

November 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari hasil penilaian kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan kartu bilangan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik

Siti Zariah Tarigan (isteri) dan Hardisyah (anak). Demikian juga dengan teman-temannya dulu satu kantor yang diduga kuat cukup banyak mengenal beliau seperti Ir. Indra Harahap,

Hasil ( output ) pelaksanaan kegiatan di atas adalah meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam, dengan indikator kinerja utama antara lain (1)

Jika suatu perusahaan yang kita nilai memiliki aset lain dan tidak digunakan dalam arus kas bebas tapi aset tersebut memiliki nilai pasar maka dapat ditambahkan sebagai arus

Permainan edukasi simulasi astronomi yang dikembangkan pada penelitian ini berhasil menjadi permainan yang edukatif berdasarkan hasil focus testing yang telah dilakukan,

Karena jangkauan yang luas dan kemudahan untuk mencari informasi, internet merupakan sebuah alternative baru di dalam pencarian informasi. Informasi pariwisata Bali berbasis

Tbk. Hero Supermarket, Tbk. Matahari Putra Prima, Tbk. Sukanda Djaya, JL.. 40 Dengan tersertifikasinya NKV pada unit usaha pangan asal hewan, maka unit usaha tersebut

Objek kritis yang sebenarnya dari tuturan tersebut adalah sosok wanita utama yang ada dalam video klip tersebut, namun untuk alasan kesantunan penutur menggantikan objek kritis