• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementas Proses Pembelajaran dengan Metode Problem Based Learning d Fakultas Hukum Universitas Udayana dalam Semester Genap Tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementas Proses Pembelajaran dengan Metode Problem Based Learning d Fakultas Hukum Universitas Udayana dalam Semester Genap Tahun 2015."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN

DENGAN METODE PROBLEM BASED LEARNING

DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

DALAM SEMESTER GENAPTAHUN 2015

PENELITI:

Ketua: I Nengah Suantra,SH.MH

Anggota : Made Nurmawati,SH.MH

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS HUKUM DENPASAR

(2)

ii

(3)

iii

KATA PENGANAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat Nya laporan penelitian Implementasi Proses Pembelajaran dengan Metode PBL di Fakultas Hukum Universitas Udayana dalam Semester Genap Tahun 2015 berhasil diselesaikan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan keefektifan proses penerapan metode PBL dalam pembelajara di Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH UNUD). Penelitian didahului dengan melakukan penelusuran kebijakan-kebijakan pemerintah berkaitan dengan kondisi eksisting metode PBL dan dokumen-dokumen mengenai penerapan metode PBL di FH UNUD. Kemudian disusun instrumen penelitian, pengumpulan, identifikasi, tabulasi dan analisis data. Tahap berikutnya adalah pembahasan dan menyimpulkan hasil penelitian serta melaporkan pelaksanaan kegiatan penelitian.

Dengan selesainya laporan ini, sudah sepatutnya diucapkan terima kasih kepada: 1 Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H. M.H., Dekan F H UNUD dan para

pembantu dekan yang memfasilitisi penelitian ini.

2 Bapak dan Ibu personalia dan staf pada UPM FH UNUD yang telah berpartisipasi dalam mempersiapkan dan melaksanakan serta menyusun laporan hasil dan penyelesaian proses administrasi penelitian ini.

3 Para penulis yang karya tulisnya diacu sebagai referensi dalam menyusun laporan penelitian.

4 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan dan pelaporan penelitian ini.

Terima kasih atas segala konstribusi dan perhatian yang telah diberikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat karuniaNya.

Akhirnya, mohon maaf atas kekurangan dan kelemahan laporan penelitian ini. Segala masukan yang konstruktif sangat diperlukan untuk perbaikan laporan penelitian ini, terima kasih.

(4)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Konsep dan Pengertian Pembelajaran ... 6

2.2. Kilas Balik dan Pengertian Metode PBL ... 6

2.3. Karakteristik Metode PBL ... 9

2.4. Landasan Teori Pembelajaran dengan PBL ... 11

2.5. mplementasi Metode PBL ... 12

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 16

3.1. Tujuan Penelitian ... 16

3.2. Manfaat Penelitian ... 16

BAB IV METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 18

4.3. Pengumpulan Data ... 19

4.4. Pengolahan dan Analisa Data ... 20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1. Media dan Sarana Perkuliahan ... 25

5.2. Perangkat Pembelajaran dan Pelaksanaan Perkuliahan ... 29

BAB VI PENUTUP ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran/Rekomendasi... 50

DAFTAR PUSTKA ... 51

(5)

v

ABSTRAK

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkapkan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL dalam pembelajaran mata kuliah-mata kuliah di FH UNUD pada Semester Genap Tahun 2015. Apakah penerapan metode PBL dilaksanakan secara efektif atau tidak. Dalam hal ini efektivitas dilihat dari aspek proses yang ditelusuri dari segi penggunaan perangkat pembelajaran, kegiatan belajar dan penggunaan waktu pembelajaran.

Dalam Pasal 1 angka 20 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan H.S. Barrows sebagai pakar PBL menyatakan bahwa “PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menyatakan sangat baik dan baik terhadap ke-29 indikator yang diteliti hampir sebagian besar prosentase capaiannya di bawah 75 %. Indikator yang tertinggi untuk kelas non reguler mencapai 56% untuk pertanyaan media belajar yang digunakan, sedangkan untuk kelas non reguler adalah 58% untuk pertanyaan ketersediaan dalam menjawab pertanyaan. Namun demikian Hasil penelitian secara keseluruhan dapat dinyatakan cukup baik. Sebab akumulasi pendapat mahasiswa sebagian besar menyatakan baik, sangat baik dan yang menyatakan cukup terhadap ke-29 indikator tersebut. Indikator yang memperoleh hasil sangat buruk untuk kelas reguler antaralain: kondisi ruang perkuliahan, pengembalian hasil ujian dan hasil tugas. Sedangkan untuk non reguler antaralain: penggunaan audio visual, penjelasan silabus, kesediaan dosen dalam melayani mahasiswa di luar jam perkuliahan serta pengembalian hasil ujian dan tugas mahasiswa dengan feedback.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) pada era globalisasi ini berdampak terhadap perkembangan jenis dan kuantitas pekerjaan yang menutut keterampilan dan profesionalisme lebih memadai dari lulusan perguruan tinggi. Perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan harapan dunia kerja – stake holders. Sebaliknya, mahasiswa juga harus mampu mengimbangi akselesari pesatnya perkembangan Ipteks dan globalisasi tersebut.

Namun dalam pelaksnaannya proses pembelajaran yang berlangsung di perguruan tinggi belum mendukung untuk menghasilkan lulusan yang mandiri, kreatif dan inovatif sehingga mampu menemukan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam dunia kerja. Sebab, Perguruan tinggi dalam mengasah dan mengembangkan kompetnsi mahasiswa masih menggunakan metode komvensional – metode pembelajaran tradisional. Pendidik – dosen menggurui peserta didik – mahasiswa dengan memberikan ceramah selama durasi waktu tatap muka proses pembelajaran, memberikan tugas berkaitan dengan substansi yang disesuaikan dengan kondisi dan kompetensi dosen, tanpa memberikan responsi yang memadai dan tidak menumbuhkan kompetensi mahasiswa. Mahasiswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Sebaliknya, diarahkan untuk menghafalkan informasi sehingga lulusan hanya pintar teori tetapi miskin aplikasi. Padahal belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan teknis, melainkan juga, yang lebih dibutuhkan yaitu memiliki daya dan kerangka pikir, sikap mental, kepribadian, kearifan serta wawasan yang luas dan berbeda.1

Model pembelajaran konvensional yang dikenal pula dengan sebutan faculty teaching

atau Teacher Centre Learning (TCL) biasanya dilakukan dalam wujud kuliah mimbar dan sarat dengan suasana instruksional sehingga tuntutan untuk memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas, kemandirian dan kepemimpinan sangat sulit dilakukan. Padahal, kompetensi soft skill tersebut sangat menentukan lulusan untuk berhasil dalam dunia kerja. Soft skill merupakan kunci sukses menuju hidup yang lebih baik, relasi yang

1 Sudarman,”

(7)

2

lebih banyak, sukses yang lebih besar dan pada akhirnya menyumbang kebahagiaan yang lebih luas. Keberhasilan lulusan di dunia kerja ditentukan oleh 80% aspek soft skill, sebaliknya aspek kognitif berpengaruhnya hanya 20%.

Sejak diterbitkannya Keputusan Mendiknas 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi tertanggal 2 April 2002. dikehendaki perubahan yang bukan semata-mata mengganti daftar mata kuliah atau susunan mata kuliah, tetapi yang lebih hakiki adalah perubahan proses pembelajaran, penyampaian dan evaluasinya. Proses pembelajaran berubah dari teacher centered learning (TCL) ke student centered learning (SCL). Pendidikan yang berfokus hanya pada isi (content base) bergeser pada proses (competence base). Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan SCL menjadi salah satu pilihan dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Pendekatan SCL menjadi keniscayaan untuk diterapkan dalam pengembangan soft skills mahasiswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan salah satu metode yaitu PBL (Problem based Learning). Dengan demikian, dalam proses pembelajaran dengan KBK, unsur soft skill secara bertahap dimasukkan.

Bagaimana Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berlangsung dan dilaksanakan di suatu perguruan tinggi akan berpengaruh terhadap mutu lulusan yang dihasilkan. Mutu lulusan yang baik dan berkualitas tentu akan berpengaruh pula terhadap daya serap lulusan di dunia kerja. Semakin bermutu lulusan yang dihasilkan maka akan semakin mudah berkompetisi di pasar kerja. Lulusan Perguruan Tinggi dikatakan bermutu atau berkualitas apabila:

1. Perguruan Tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek diduktif).

2. Perguruan Tinggi mampu memenuhi kebutuhan stake houlders (aspek indukif) berupa: a. kebutuhan kemasyarakatan (societal needs)

b. kebutuhan dunia kerja (industrial needs) c. kebutuhan professional (professional needs)

(8)

3

Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Pasal 91, disebutkan pula bahwa setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Dalam upaya meningkatkan mutu dan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, setiap satuan pendidikan diharuskan melaksanakan perencanaan, pelaksanaaan, penilaian, dan pengawasan proses Pembelajaran. Pengawasan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan pemantauan/monitoring , supervisi, evaluasi, pelaporan dan pengambilan langkah - langkah tindak lanjut yang diperlukan.

Untuk mencapai tujuan tersebut serta melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 maka salah satu butir mutu yang senantiasa perlu dikembangkan secara berkelanjutan adalah proses pembelajaran. Pasal 1 angka 20 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam suatu proses pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi terdapat berbagai komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterrelasi. Komponen komponen tersebut adalah dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran yang akan menunjang keberhasilan perkuliahan secara menyeluruh.. Di antara komponen komponen tersebut kesemuanya harus dilakukan secara terpadu dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya . Selain itu pula strategi pembelajaran akan tergantung kepada kepiawaian dosen dalam menggunakan metode atau strategi pembelajaran.2

Dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditentukan bahwa :

1. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

2

(9)

4

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan pekerbangan fisik serta psikhologis peserta didik.

2. Pendidik memberikan keteladanan.

3. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pebelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Selanjutnya dalam Pasal 20 ditentukan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan memperhatikan ketentuan tersebut di atas sangat perlu untuk dilakukan bagaimana implementasi proses pembelajaran di Fakultas Hukum Universitas Udayana untuk memperoleh gambaran dan umpan balik dari mahasiswa.

Di lingkungan Perguruan Tinggi pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi mahasiswa dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan mahasiswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas dosen akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Penelitian berkaitan dengan implementasi PBM sangat perlu dilakukan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan pembelajaran tiap semester yang tertib dan lancar. Demikian pula bagi Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud), sebagai salah satu perguruan tinggi yang cukup ternama perlu meningkatkan kualitas pendidikan yang dimilikinya. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi pada dasarnya bertumpu pada lima pilar utama yaitu kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Dengan penerapan Paradigma baru tersebut, diharapkan setiap perguruan tinggi akan mempunyai kinerja serta kesehatan organisasi yang baik dan kondusif bagi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan landasan perkembangan perguruan tinggi itu sendiri agar bisa bersaing dan sejajar dengan perguruan tinggi terkemuka di dunia, seperti yang diisyaratkan dalam

Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010.

(10)

5

khususnya dalam proses pembelajaran. Pada jenjang pendidikan tinggi proses pembelajaran tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan sinergi antara berbagai komponen yaitu Dosen, Tenaga Administrasi Kependidikan dan Mahasiswa sebagaimana telah disebutkan diatas. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dan berinterelasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan di perguruan tinggi yang bermutu dan berkualitas.

Dalam mewujudkan pendikan yang bermutu dan berkualitas sebagaimana dimaksud diatas, pasal 19 Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan menentukan bahwa:

(1) Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik.

(11)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Pengertian Pembelajaran

Dalam Pasal 1 angka 20 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya ditentukan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Arti Pembelajaran3 dalam bidang pendidikan adalah merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, dosen mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

2.2.Kilas Balik dan Pengertian Metode PBL

Pasal 1 Nomor 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336) (selanjutnya ditulis UU No. 12 Tahun 2012) menentuka pengertian pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengertian yang sama,

(12)

7

namun namun dengan formulasi yang lebih unun ditentukan di dalam Pasal 1 Nomor 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4301) (selanjutnya ditulis UU No. 20 Tahun 2003) Ditentukan bahwa, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pokok dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang diselenggarakan di setiap perguruan tinggi. Para akademisi di berbagai negara mengintrodusir suatu gerakan quality teaching and learning4 melalui pengembangan berbagai pendekatan pembelajaran baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan lulusan dan pengguna untuk meningkatkan mutu serta relevansi pembelajaran di pergu-ruan tinggi. Salah satu metode pembelajaran baru adalah problem based learning (PBL) atau pembelajaran atau pembelajaran berbasis problem.5

Penggunaan metode PBL dalam pembelajaran telah menjadi kebijakan pemerintah melalui pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berbasis kompetensi sebagaimana ditentukan dalam keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Dianutnya metode PBL sebagai salah satu sistem pembelajaran SCL ditegaskan kembali melalui pengaturan di dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Hal itu dinyatakan sebagai salah satu prinsip pembelajatran di perguruan tinggi sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 6 bahwa, salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dengan memperhatikan lingkungan secara selaras dan seimbang.

Namun penggunaan metode PBL mulai diperkenalkan tahun 1992 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) sebagai suatu pilot project untuk 25% dari kurikulum. Kemudian pada tahun 1995, FK Universitas Indonesia (FK UI) mencoba melaksanakan PBL, namun mendapatkan banyak penolakan sehingga PBL dilaksanakan hanya untuk mahasiswa angkatan 1995. Kedua Fakultas Kedokteran tersebut mengirimkan banyak tenaga pengajarnya untuk mempelajari PBL, melalui pelatihan maupun jenjang

4 Halpern, D., 1997, The Great Society.Newsletter of the Society for the Teaching of Psychology, dalam Supratiknya dan Titik Kristiyani, “Efektivitas Metode Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Mata Kuliah Teori Psikologi Kepribadian II”, Jurnal Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Volume 33, No. 1, 17 – 32 ISSN: 0215-8884, hlm. 1.

(13)

8

pendidikan pasca sarjana. FK Universitas Airlangga (FK Unair) memperkenalkan PBL pada tahun 1999 dengan meninggalkan beberapa catatan penting, sehingga pada tahun 2000 disusunlah kurikulum hybrid PBL. Pada tahun 2002 FK UGM dan FK Universitas Hasanuddin (FK Unhas) melaksanakan full-PBL. FK Universitas Andalas (FK Unand) pada tahun 2004. Pada tahun 2006 pemerintah mewajibkan pelaksanaan metode PBL di seluruh Indonesia. Pemerintah merasa Indonesia telah siap mengaplikasikan PBL setelah diselenggarakannya proyek Health Workforce and Services (HWS) dari tahun 2003 hingga 2007. Proyek HWS bertujuan untuk mempersiapkan dan menerapkan KBK di seluruh Indonesia dengan PBL sebagai metode pembelajaran utama. Pelaksanaan PBL di beberapa universitas ternama seperti UGM, UI, Unair, Unhas, dan Unand dijadikan sebagai parameter PBL dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia.6

Sesungguhnya embrio metode PBL sudah dimulai pada tahun 1920 yang diketemukan oleh Celestine Freinet, seorang guru SD yang menjadi korban Perang Dunia I menderita cedera serius dan menyebabkannya tak bisa bernafas panjang, kembali kekampung halamannya di sebuah pedesaan di Barsur-loup di bagian tenggara Perancis. Hasratnya untuk untuk mengajar kembali di SD sangat kuat tetapi tidak mampu bersuara keras dan lama. Ia berinovasi menggunakan metoda lain sebagai pengganti metoda yang biasanya digunakan sebelumnya. Murid-muridnya diminta supaya belajar mandiri, sementara ia hanya memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL diperkenalkan.7 Sejarah modern program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di McMaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.8 Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan

6Rosyadi Aziz Rahmat, Tantangan PBL di Indonesia dan Solusinya” http://ilmupendidikankedokteran.com/2014/pengajaran-pembelajaran/tantangan-pbl-di-indonesia-dan-solusinya/, 6 Oktober 2014, hlm. 1.

7 “Sejarah Problem Based Learning/PBL”, http://arnillaberbagi.blogspot.com/2011/03/sejarah-problem-based-learning-pbl.html, 6 Oktober 2014, hlm. 1.

8I ta Mauli ar, “

PBL (Problem Based Learning) sebagai Metode Perkuliahan Kedokteran yang

(14)

9

keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan.9 Di Universitas Maastrich metode PBL digunakan pula di fakultas hukum karena mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa khususnya kemampuan untuk menangani masalah-masalah baru, aturan, hukum dan situasi yang kompleks, yang merupakan keterampilan penting bagi setiap pengacara.10

H.S. Barrows sebagai pakar PBL menyatakan bahwa “PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”.

Masalah yang ada dalam kehidupan nyata digunakan sebagai stimulus dan motivator agar mahasiswa dapat belajar dengan mengkonstruksikan sesuatu yang dapat mendukung keilmuannya. Pengungkapan masalah riil yang ada dalam kehidupan mengawali kegiatan pembelajaran. Kemudian, mahasiswa dimotivasi untuk mempelajari masalah tersebut berdasarkan prior knowledge (PK) sehingga terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.11 Di situ jelas tampak bahwa masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Boud & Felleti dengan tegas menyatakan bahwa, “Problem based learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity.12

2.3. Karakteristik Metode PBL

Dalam metode PBL mahasiswa difasilitasi agar mengalami pembelajaran berdasarkan pada proses bekerja untuk memecahkan suatu masalah. Mahasiswa menumbuhkan kompetensi tertentu dengan menggunakan masalah sebagai stimulus.13 Dalam pembelajaran tersebut, mahasiswa belajar dan bekerja menyelesaikan suatu masalah yang disajikan dan difasilitasi oleh dosen. Di situlah kompetensi mahasiswa itu tumbuh dan terasah, mahasiswa

9 Ibid.

10

http://www.masterstudies.co.id/universitas/Belanda/MU-FL/, diunduh tgl 13 Nopember 2014, hlm. 1. 11Handoko Eko Putro, “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 8 Surakarta Pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2009/2010”, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, dalam http://eprints.uns.ac.id/6179/1/171501412201009431.pdf, 10 Oktober 2014, hlm. 6.

12I Wayan Warmada,Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM,“Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)”,Rangkuman,http://directory.umm.ac.id/tik/pbl-ict.pdf, 10 Oktober 2014, hlm.1.

13

(15)

10

belajar mengkonstruksikan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan bekerja untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Berdasarkan pada pendapat Tan, maka dapat dikemukakan beberapa ciri utama dalam pembelajaran dengan metode PBL, yaitu:14

1. Pembelajaran berpusat pada masalah sebagai stimulus pencapain kompetensi mahasiswa.

2. Masalah yang digunakan adalah masalah riil yang ada dalam dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh mahasiswa di masa depan.

3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa semasa proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.

4. Para mahasiswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri. 5. Mahasiswa bersifat aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.

6. Pengetahuan yang ada akan dikonstruksikan untuk pembangunan pengetahuan yang baru.

7. Pengetahuan akan diperoleh dalam konteks yang bermakna.

8. Mahasiswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan. Kemudian jika merujuk pada pendapat Boud & Feletti maka terdapat paling tidak 3 (tiga) karakteristik yang menonjol dalam kegiatan PBL, yaitu:15

1. Mampu mendorong mahasiswa ke arah pemikiran yang terbuka, reflektif, dan belajar kritis serta aktif. Dalam hal ini PBL mampu mengatasi masalah-masalah yang disebabkan mahasiswa yang pasif, sehingga pengajar harus mengontrol penuh dan menjadi penanggung jawab tunggal dalam proses belajar mengajar.

2. Mendapatkan keuntungan dari segi diperolehnya pengetahuan, pemahaman, serta minat yang datang bersamaan dalam proses belajar bersama.

3. Merefleksikan makna pengetahuan.

Sementara itu, Rahmatina B. Herman, Medical Education Unit (MEU) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas mengemukakan karakteristik metode PBL secara rinci, sebagai berikut:

a. Pembelajaran bersifat student-centered yang aktif;

14 Handoko Eko Putro, http://eprints.uns.ac.id/6179/1/171501412201009431.pdf, Op. Cit., hlm. 7. 15

(16)

11

b. Pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi kelompok kecil dan semua anggota kelompok memberikan kontribusinya secara aktif;

c. Diskusi dipicu oleh masalah yang bersifat integrasi interdisiplin yang didasarkan pada pengalaman/kehidupan nyata;

d. Diskusi secara aktif merangsang mahasiswa untuk menggunakan prior

knowledge-nya;

e. Mahasiswa terlatih untuk belajar mandiri dan diharapkan dapat menjadi dasar bagi pembelajaran seumur hidup;

f. Pembelajaran berjalan secara efisien, karena informasi yang dikumpulkan melalui belajar mandiri sesuai dengan apa yang dibutuhkannya (need to know basis);

g. Feedback dapat diberikan sewaktu tutorial, sehingga dapat memacu mahasiswa untuk meningkatkan usaha pembelajarannya;

h. Latihan keterampilan diberikan secara paralel.16

Dengan demikian metode PBL merupakan salah satu metode belajar aktif dalam pendekatan SCL yang menjadikan masalah untuk menggerakkan kegiatan belajar dan berorientasi pada pengalaman belajar mahasiswa. Dosen dan mahasiswa bersama-sama mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan untuk menyelesaikan suatu masalah. Sebelum belajar suatu pokok bahasan tetentu, mahasiswa diberi permasalahan untuk dicari pemecahannya. Karena itu, dalam pembelajaran menggunakan metode PBL, belajar dipahami sebagai hasil dan proses bekerja untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan nyata. Dalam kaitan ini, Ross menyatakan bahwa dalam penggunaan metode PBL, mahasiswa sendiri yang mengidentifikasi dan mencari pengetahuan yang perlu dimiliki untuk menyelesaikan masalah.17

2.4. Landasan Teori Pembelajaran dengan PBL

Romauli mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dengan PBL dibangun atas empat prinsip pembelajaran modern yaitu pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual.18 Konstruktif maksudnya adalah proses aktif dalam memahami dalam pembelajaran. Mahasiswa secara aktif mengkonstruksikan dan mengatur

16

Rahmatina B. Herman, Medical Education Unit ( Meu ) Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas,http://repository.unand.ac.id/3497/1/Filosofi_PBL_%26_Strategi_Pembelajaran_%5BCompatibility_M ode%5D.pdf, 27 Oktober 2014, hlm. slide 6.

17 Titik Kristiyani, https://www.mysciencework.com/publication/read/1564490/efektivitas-metode-problem-based-learning-pada-mata-kuliah-psikologi-kepribadian-i-replikasi, Ibid, hlm. 2.

18

(17)

12

pengetahuannya sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Paham konstruktivisme menyatakan bahwa mahasiswa hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri.19 Mandiri (selfdirected learning) maksudnya merupakan proses bahwa mahasiswa berperan aktif dalam belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator atau mentor yang mengarahkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Peranan mahasiswa lebih dominan sehingga akan menimbulkan perubahan perilaku dalam pembelajaran, mahasiswa berperan aktif, berfikir kritis, saling berargumentasi secara nalar dan objektif dalam perdebatan untuk menyelesaikan masalah yang disodorkan oleh dosen.

Prinsip kolaboratif maksudnya bahwa mahasiswa dalam menyusun pengetahuan dengan cara mengkonstruksikan penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya sebagai hasil dari proses interaksi antara sesama mahasiswa. Di sini ditumbuhkan kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi dalam membangun kerjasama tim yang baik (good teamwork) yang sangat bermanfaat ketika memasuki dunia kerja. Prinsip kolaborativisme juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran beralih dari transfer informasi oleh fasilitator kepada mahasiswa ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individu. Sedangkan, kontekstual berarti mahasiswa belajar sesuai dengan konteks kehidupan nyata berdasarkan pada permasalahan yang sesungguhnya ada dalam kehidupan, yang mungkin akan diketemukannya dimasa mendatang sehingga hasil belajar akan dapat digunakannya untuk kebutuhan di dunia kerja.

Selain itu, PBL juga didasarkan atas prinsip adult learning theory, termasuk memotivasi dan mendorong mahasiswa untuk menyusun dan menetapkan tujuan belajar, serta memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada proses pembelajaran mereka.20

2.5. Implementasi Metode PBL

Pelaksanaan metode PBL dalam pembelajaran memerlukan persiapan yang baik dan konsistensi dalam pelaksanaannya oleh 3 (tiga) pihak yang masing-masing mengerjakan perannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Ketiga pihak yang

19Sudarman,http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20&%20Jurnal/Wawasan%20Pendidikan/PBL%20 Model.pdf, Senin, 27 Oktober 2014, Op. Cit., hlm. 69.

20

(18)

13

dimaksudkan ialah institusi, pendidik dan mahasiswa.21 Institusi yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH UNUD). FH UNUD memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan PBL dan sangat menentukan keberhasilan implementasi metode PBL untuk pelaksanaan perkuliahan. Peranan tersebut meliputi: mempersiapkan sarana perkuliahan: ruang kuliah dan tutorial berserta fasilitas yang diperlukan, perpustakaan, membentuk panitia pelaksana, menetapkan tim dosen pengasuh mata kuliah, menentukan tim tutorial, menyiapkan administrasi akademik untuk pelaksanaan perkuliahan dengan PBL: daftar hadir dosen, tutor, dan mahasiswa serta daftar penilaian; mempersiapkan sarana jaringan komputer.

Dosen berperan sebagai fasilitator dan membangun komunitas pembelajaran. Dosen mempersiapkan skenario perkuliahan yang akan dibahas pada setiap kali pertemuan yang diformulasikan ke dalam silabus dan satuan acara perkuliahan (SAP) mata kuliah, menentukan jenis-jenis tugas yang relevan dengan materi perkuliahan per-pertemuan. Dosen berperan untuk memotivasi mahasiswa agar mengeksplorasi PK yang telah dimiliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya. Namun, dosen harus tetap menahan diri untuk tidak memberikan informasi, tetapi mengupayakan supaya dilakukan diskusi dan pembelajaran antar mahasiswa.

Dalam kaitan itu, dosen sebaiknya melakukan klarifikasi terhadap perspektif yang timbul dalam diskusi dan memberikan responsi terhadap jalannya diskusi, mendorong pemkiran yan divergen, serta menempatkan permasalahan kontekstual. Dosen juga berperan sebagai evaluator secara berkelanjutan atas pelaksanaan pembelajaran dan bilamana diperlukan, melakukan perbaikan dari segi materi maupun prosesnya. Pelaksanaan peran ini merupakan wujud pertanggngjawaban atas keberhasilan pelaksanan dan tercapainya tujuan perkuliahan.

Mahasiswa berperan untuk menghadiri dan mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran, mempersiapkan diri dengan baik untuk belajar dan bekerja dalam kelompok sehingga mampu secara aktif mengikuti aktivitas pembelajaran tersebut. Mahasiswa berkedudukan sebagai peserta didik, bukan sebagai anak didik; bersama-sama dengan tutor sebagai subyek di dalam proses pembelajaran. Mahasiswa harus menyiapkan diri untuk dikelompokkan dan belajar dalam kelompok kecil yang dipandu oleh tutor.

Di dalam tutorial mahasiswa perlu memiliki kecakapan dan sikap agar sesuai dengan persyaratan dinamika kelompok, antara lain: kerjasama dalam kelompok – kerjasama dalam

(19)

14

tim, kerjasama antarmahasiswa di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok, memimpin

diskusi, mendengarkan pendapat kawan, mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai

pendapat kawan, bersikap kritis terhadap literature, belajar secara mandiri, mampu

menggunakan sumber belajar secara efektif, kemampuan dan keterampilan presentasi,

menulis laporan kerja mandiri dan hasil diskusi kelompok.22

Dalam kegiatan tutorial mahasiswa pada setiap kelompok diberikan peran sebagai

pemimpin diskusi, pencatat, dan anggota kelompok yang difasilitasi oleh tutor. Pemimpin

diskusi menjalankan perannya yaitu memimpin jalannya diskusi, mengajak seluruh peserta

untuk berpartisipasi dalam diskusi, mengendalikan dinamika kelompok supaya tetap terjaga, melakukan pembagian waktu dengan cermat selama diskusi kelompok (Time keeper), dan memastikan kelompok telah melaksanakan tugas serta memastikan pencatat bekerja secara cermat.

Pencatat bertugas untuk mencatat setiap anggota kelompok yang mengajukan pendapat beserta pendapat atau usulan kelompok, mengidentifikai dan menginventaris pendapat kelompok, sebagai partisipan kelompok, mencatat sumber belajar yang digunakan dalam diskusi. Anggota bertugas mengikuti tahap-tahapan proses diskusi, berpartisipasi dalam diskusi, memperhatikan dan menghargai pendapat peserta diskusi yang lain, mengajukan pertanyaan terbuka, mencermati seluruh tujuan belajar, membagi pendapat dengan sesame peserta diskusi.

Tutor melaksanakan tugasnya sebagai motivator yang mendorong partisipasi anggota kelompok, membantu pemimpin diskusi dan juga sebagai time keeper. Selain itu, tutuor juga bertugas untuk memeriksa catatan penulis, apakah dilakukan dengan cermat dan benar; mencegah penyimpangan tujuan belajar dan memastikan pencapaian tujuan pembelajaran (learning gool). Tugas tutor yang tidak kalah penting adalah menilai proses diskusi dan memberikan responsi serta melakukan evaluasi hasil belajar.

Implementasi metode PBL melalui tahapan: identifikasi masalah, eksplorasi PK, identifikasi isu-isu yang dipelajari, belajar mandiri, re-evaluasi dan penerapkan pengetahuan baru terhadap masalah, assessment dan refleksi. Selanjutnya, mahasiswa akan bekerja dalam kelompok dengan panduan block book untuk masing-masing tematik per-pertemuan.

Pada tahap identifikasi, fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan. Sementara itu, mahasiswa melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan mengungkapkan

22Harsono dan Djoko Dwiyanto,

(20)

15

pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Karena itu, kegiatan mahasiswa dimulai dengan membaca dan menemukan kata-kata atau istilah dan konsep-konsep yang belum diketahui maknanya, kemudian mendiskuksikan.

Selanjutnya menemukan PK untuk mengklarifikasi dan memahami istilah-istilah dan kata-kata yang belum diketahui. Isu-isu pembelajaran dapat diidentifikasi dengan pertanyaan yang dapat dijawab dengan PK hingga menemukan learnin gool. Kemudian mahasiswa melakukan selflearning selfstudy sebelum masuk pada sesi tutorial berikutnya. Mahasiswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.

Tahap re-evaluasi dan penerapkan pengetahuan baru terhadap masalah. Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. Di sini mahasiswa berdiskusi kembalimembahas isu pembelajaran sebelumnya berdasarkan pada pengetahuan yang diperoleh selama melakukan

selflearning.

(21)

16

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkapkan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL dalam pembelajaran mata kuliah-mata kuliah di FH UNUD. Apakah penerapan metode PBL dilaksanakan secara efektif atau tidak. Dalam hal ini efektivitas dilihat dari aspek proses yang ditelusuri dari segi penggunaan perangkat pembelajaran, kegiatan belajar dan penggunaan waktu pembelajaran.

Penilitian ini secara khusus dimaksudkan untuk mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode PBL dan mendapatkan masukan-masukan untuk penyempurnaan penerapan metode PBL dalam perkuliahan di FH UNUD. Selain itu, juga akan diungkapkan perbedaan efektivitas penerapan metode PBL yang dikoordinasikan secara institusional dan yang diserahkan kepada tim pengasuh mata kuliah.

Selain itu berdasarkan standar proses pembelajaran setiap dosen wajib menyusun Buku Ajar/Block Book, Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan membuat kontrak perkuliahan. Berkenaan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan perkuliahan pembelajaran terutama yang berkaitan dengan mahasiswa, tugas dosen, dan tenaga pendidik dalam pelaksanaan proses pembelajaran.Secara lebih rinci penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk:

1. Mendapatkan gambaran mengenai kinerja dosen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya;

2. Mengetahui kemajuan proses pembelajaran yang dicapai pada semester genap Tahun Ajaran 2014/2015;

3. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran ; 4. Pengawasan terhadap proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien;

5. Meningkatkan koordinasi dan pengorganisasian lini maupun staf pada lingkup bidang pembelajaran di lingkungan Fakultas Hukum UNUD.

3.2. Manfaat Penelitian

(22)

17

(23)

18

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris dalam ilmu pengetahuan sosial (social science). Sebab yang diteliti adalah perilaku dosen dan mahasiswa yang berperan dalam pembelajaran dengan metode PBL. Perilaku tersebut harus berdasar data dan harus selalu diuji berdasar data dunia nyata, sebagai suatu ciri utama penelitian empiris. Pengertian empiris adalah segala informasi yang diperoleh melalui eksperimen, penelitian, atau observasi. Penekanan empiris adalah pada eksperimen dan observasi secara inderawi. Pengertianempiristersebut bersumber dari empirisme, suatu istilah dalam filsafat untuk menjelaskan teori epistemologi yang menganggap bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman adalah sesuatu yang diterima melalui indera atau yang dapat diamati. Dengan demikan, suatu hal biasa disebut ‘empiris’ apabla berdasarkan pengalaman langsung atau pengamatan (observasi) di alam nyata.23

Dalam penelitian ini diungkapkan perilaku mahasiswa dan dosen terhadap penerapan metode PBL dalam perkuliahan berdasarka pada pendapat mereka melalui mengisi kuesioner dan pengamatan langsung oleh dosen dan tutor dalam praktek perkuliahan dengan PBL dalam mata kuliah Ilmu Negara, Pengantar Ilmu Hukum, Hukum Pidana dan Hukum Inernasional. Pengungkapan perilaku berkaitan dengan persiapan dosen dan mahasiswa untuk mengikuti PBL dan konsistensinya dalam mengikuti perkuliahan dengan PBL.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data subyek. Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik

23

(24)

19

seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden).24 Sumber data penelitian yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui perantara. Data primer terdiri dari Data Kuantitatif dan Data Kualitatif. Data Kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka, sedangkan Data Kualitatif, yaitu data yang pada umumnya dalam bentuk kata-kata. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang disampaikan untuk diisi oleh populasi dalam penelitian ialahmahasiswa dan dosen yang berperan dalam perkuliahan dengan PBL. Pengambilan sampel dilakukan dengan

probability sampling, yang berupa purposive sampling. Syarat purposive sampling dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan metode PBL dan dosen yang sudah mendapatkan pelatihan tutorial. Mahasiswa yang dimaksud yaitu peserta mata kuliah Ilmu Negara, Hukum Hak Asasi Manusia Lanjutan, Hukum Internasional, dan Hukum Kesehatan, yang ditetapkan secara proporsional. Sedangkan dosen yang dijadikan responden sebanyak 26 (dua puluh enam) orang dari 37 dosen yang mengikuti pelatihan tutorial.

Data sekunder bersumber dari dokumen dalam bentuk produk hukum yaitu peraturan perundang-undangan dan keputusan, literature dan daftar hadir perkuliahan. Selain itu, digunakan juga data yang bersumber dari internet. Produk hukum yang digunakan antara lain UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

Internet dijadikan sebagai sumber data karena pemakaian internet memiliki keunggulan antara lain: efesien, tanpa batas (without boundry), terbuka selama 24 jam, interaktif dan terjalin dalam sekejap (hyperlink)25. Moris L. Cohen dan Kent C. Olson menyatakan bahwa: “In recent years, of course more and more material has become available electronically. The computer has not, however, replaced the book and the astute

reasercher knows how to take advanteges of both media. Electronic research has

significantly affected the process of legal research.26

4.3. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2015, terhadap mahsiswa reguler dan non regular. Setiap mata kuliah yang telah ditentukan, dipilih secara acak sebanyak 10

24

Maya Yulita, Op. Cit., hlm. 6. 25

Budi Agus Riwandi, Hukum Internet, ( Jogyakarta: UII Press, 2003), hlm.325-326.

(25)

20

(sepuluh) orang mahasiswa untuk mengisi kuisioner, sehingga responden seluruhnya berjumlah 180 responden (18 mata kuliah x 10 orang mahasiswa) untuk mahasiswa reguler, dan untuk mahasiswa non regular jumlah respondennya adalah 26 x 10 mahasiswa= 260 responden.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang bersifat tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup terdiri dali 5 (lima) pilihan jawaban dimaksudkan untuk mendapatkan data kuantitatif, sedangkan pertanyaan terbuka menghasilkan data kualitatif, namun juga dapat dikuantitatifkan. Pengukuran data menggunakan Skala Likert karena yang diukur adalah sikap, pendapat dan persepsi terhadap penerapan metode PBL oleh dosen dalam mata kuliah tertentu. Skala yang digunakan yaitu: 1 untuk menyatakan sangat tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, 3 menyatakan moderat, ragu-ragu atau netral, 4 menyatakan setuju, dan 5 untuk menyatakan sikap sangat setuju. Angka 0 digunakan untuk menyatakan responden yang tidak menjawab.

Data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumentasi, yakni dengan mencatat dan mengutip bahan-bahan yang relevan dengan penelitian. Data yang relevan yang terdapat di dalam produk hukum, literature, dan web site diinventaris dan dikutif sbagai data penelitian.

4.4. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data meliputi kegiatan pengeditan data, tranformasi data (coding), serta penyajian data sehingga diperoleh data yang lengkap dari masing-masing objek untuk setiap variabel yang diteliti. Pengeditan data dilakukan degan pemeriksaaan kuesioner yang telah diisi oleh responden, antara lain mengenai kelengkapan pengisian setiap pertanyaan yang diajukan dan konsistensi pengisian kuesioner. Pengeditan data menunjukkan bahwa terdapat responden yang tidak memberikan jawaban pertanyaan dalam kuesioner, yaitu pertanyaan nomor 1, 3, 4, 6, 7 dan 9. Kemudian dilakkan tabulasi yakni menempatkan data ke dalam satu tabel berdasarkan pada pertanyaan sehingga dapat diketahui jumlah responden yang mejawab masing-masing pilihan jawaban setiap pertanyaan. Pengolahan dan analisa data disajikan dalam bentuk grafik atau diagram lingkaran (pie diagram) berupa nilai persentase tertentu.

(26)

21

metode statistik deskriptif sehingga memudahkan mendapatkan gambaran umum data dan mudah dimuat dengan grafik lingkaran sebagai ringkasan data.27

27Nur Aedi, “Bahan BelajarMandiri Metode Penelitian Pendidikan”,

(27)

22

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini ada beberapa mata kuliah yang dipergunakan sebagai sampel,yang terdiri dari mata kuliah pada kelas regular dan kelas non regular. Kelas regular terdiri dari 18 mata kuliah. Mata Kuliah tersebut antara lain:

1. Hukum Tata Negara

2. Hukum Administrasi Negara 3. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) 4. Etika dan Pertanggungjawaban Profesi 5. Perancangan Kontrak

6. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum 7. Hukum Internasional

16.Hukum Acara dan Praktek Peradilan Pidana 17.Hukum Acara dan Praktek Peradilan Perdata

18.Hukum Acara dan Praktek Peradilan Tata Usaha Negara

(28)

23

22. Teknik Pembuatan Keputusan dan Perijinan 23. Sistem Peradilan Pidana

Matrik 1. Sebaran Bagian,Mata Kuliah dan Status Mata kuliah Kelas Reguler

No Bagian Mata Kuliah Status Mata Kuliah

(29)

24

4 Hukum Keperdataan 1.Hukum Kekayaan Intelektual 2.Perancangan Kontrak 2.Hukum Hak Asasi Manusia 3.Hukum Perundang-undangan 6 Hukum Internasional 1.Hukum Internasional Wajib Nasional

7 Dasar-Dasar Ilmu

3.Pengantar Filsafat Hukum

Wajib Nasional Wajib Nasional Wajib Nasional

Matrik 2. Sebaran Bagian,Mata Kuliah dan Status Mata kuliah Kelas Non

Reguler

No Bagian Mata Kuliah Status Mata Kuliah

(30)

25

2 Hukum Dan Masyarakat 1. Gender Dalam Hukum 2. Hukum Adat Lanjutan

4 Hukum Keperdataan 1. Hukum Islam

2. Hukum Ketenagakerjaan

5 Hukum Tata Negara 1. Hukum Perundang-undangan Wajib Institusional

6 Hukum Internasional 1. Hukum Perdata Internasional 2. Hukum Perjanjian

Internasional

Wajib Institusional Wajib Institusional

7 Dasar-Dasar Ilmu Hukum 1. Penalaran dan Argumentasi Hukum

Berdasarkan hasil penelitian melalui questioner yang disebarkan dan jawaban terhadap pertanyaan maka diperoleh hasil sebagai berikut:

5.1. Media dan Sarana Perkuliahan

5.1.1. Media Belajar yang digunakan (Power Point,White Board, Penghapus).

(31)

26 Kelas Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Sementara itu untuk kelas non regular ada 256 orang responden. Jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan no.1 dari diagram dibawah maka hasilnya adalah bahwa 50 % menyatakan baik, 28% Cukup, 14% sangat baik, 4% buruk dan 3% sangat buruk. Sedangkan 1% tidak memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media belajar yang digunakan oleh dosen di Fakultas Hukum Unud baik untuk kelas reguler maupun non reguler sudah baik, hal ini dilihat dari 50% jawaban mahasiswa yang menjawab baik.

Kelas Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media belajar yang digunakan oleh dosen di Fakultas Hukum Unud baik untuk kelas reguler maupun non reguler sudah baik, hal ini dilihat dari 50% jawaban mahasiswa yang menjawab baik.

5.1.2. Ketersediaan Audio Visual.

(32)

27

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk mahasiswa Non Reguler diperoleh hasil bahwa 3% menjawab sangat buruk,10% buruk, 32% cukup, 41% baik dan 13 % menjawab sangat baik. 1% tidak menjawab. Hal ini Nampak dari diagram dibawah ini:

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.1.3.Ketersedian Bahan Pustaka/Buku Penunjang di Perpustakaan.

Sumber :Hasil Tabulasi Data

(33)

28

Sumber :Hasil Tabulasi Data

5.1.4.Kondisi Ruang Perkuliahan.

Terkait kondisi ruang perkuliahan difakultas hukum didapat hasil bahwa 2% menjawab sangat buruk,6 % buruk, 32 % cukup, 43% baik dan 17% menjawab sangat baik.

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Sedangkan untuk non regular didapat hasil bahwa 1% tidak menjawab,8% mengatakan buruk, 34 % cukup,45 % baik dan 12 % menyatakan sangat baik.Hal ini Nampak dari diagram dibawah ini.

Sumber : Unit Penjaminan Mutu FH Unud &Hasil Tabulasi Data

5.1.5.Kondisi Sarana Penunjang :LCD, Layar, dll.

(34)

29

menjawab, 1% menyatakan sangat buruk, 5% buruk, 32 % cukup, 41% baik dan 19 % menyatakan sangat baik.

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk mahasiswa Non Reguler diperoleh hasil yang berbeda yakni 2% tidak menjawab, 1% menyatakan sangat buruk, 6%buruk, 31 % cukup, 44% menyatakan baik dan 16 % sangat baik.

Sumber :Hasil Tabulasi Data

5.2. Perangkat Pembelajaran dan Pelaksanaan Perkuliahan

5.2.1.Penjelasan Silabus

Sumber :Hasil Tabulasi Data

(35)

30

Sumber :Hasil Tabulasi Data

5.2.2.Penjelasan SAP.

Sumber :Hasil Tabulasi Data

Mengenai penjelasan tentang SAP yang diberikan oleh dosen terhadap mahasiswa, dari diagram diatas diperoleh hasil bahwa: 1% tidak menjawab, 1% sangat buruk, 2% buruk,27 % cukup, 51 % baik dan 18% menjawab sangat baik. Sementara itu untuk kelas non regular didapat hasil: 8% tidak menjawab, 1% mengatakan sangat buruk, 3% buruk, 24 % cukup ,53% baik dan 11 % menyatakan sangat baik

Non Reguler

Sumber :Hasil Tabulasi Data

(36)

31

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Dari diagram tersebut diatas mengenai penjelasan terhadap block book yang diberikan oleh dosen, maka didapat hasilsebagai berikut: 2% tidak menjawab,3% buruk, 23 % cukup, 50 % menyatakan baik dan 22% mengatakan sangat baik. Sedangkan untuk kelas non regular 6% tidak menjawab,1% mengatakan sangat buruk, 3% buruk, 21 % cukup, 56 % baik dan 13 % sangat baik.

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.2.4.Kontrak Perkuliahan.

Kesepakatan antara dosen dengan mahasiswa berkaitan dengan proses pembelajaran dan metode perkuliahan dituangkan dalam kontrak yang lasim disebut dengan kontrak perkuliahan. Kontrak perkuliahan dan SAP merupakan lampiran dan sebagai satu kesatuan dengan block book/buku ajar.

(37)

32

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Diagram diatas menunjukan hasil jawaban mahasiswa regular dan non regular terkait pertanyaan tentang penjelasan dosen berkaitan dengan kontrak perkuliahan. Untuk mahasiswa regular 2% tidak menjawab, 1% menyatakan sangat buruk, 3% menyatakan buruk, 20% Cukup, 51 % baik dan 23 % menyatakan sangat baik. Sedangkan untuk kelas non regular diperoleh hasil: 7% tidak menjawab, 1% sangat buruk, 2% buruk, 20 % cukup, 56 baik, dan 14 % sangat baik.

5.2.5.Metode Pembelajaran.

Terdapat beragam metode pembelajaran untuk Student Centered Learning (SCL), di antaranya adalah: (1) Small Group Discussion; (2) Role-Play & Simulation; (3) Case Study;

(4) Discovery Learning (DL);(5) Self-Directed Learning (SDL); (6) Cooperative Learning (CL); (7) Collaborative Learning (CbL); (8) Contextual Instruction (CI); (9) Project Based

(38)

33

Fakultas Hukum Unud, sejak tahun 2010 mempergunakan metode PBL dalam perkuliahan, dan dipertegas lagi dalam Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013 halaman 47, bahwa PBL adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Dalam metode PBL pembelajaran bertumpu pada masalah dalam kehidupan nyata sebagai stimulus bagi mahasiswa untuk mempelajari masalah berdasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (prior knowledge) sehingga akan terbentuk pengalaman dan pengetahuan baru bagi mahasiswa. Dengan demikian, metode PBL merupakan salah satu unsur penting dari proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditentukan. Berkaitan dengan metode pembelajaran, ditanyakan kepada mahasiswa, apakah pada awal perkuliahan dosen menyampaikan metode pembelajaran yang dipergunakannya kepada mahasiswa ? Jawaban mahasiswa dapat dilihat dalam diagram dibawah ini:

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Terkait metode pembelajaran yang diterapkan dosen fakultas hukum Unud untuk kelas regular diperoleh hasil : 3% tidak menjawab pertanyaan, 4 % menjawab buruk, 19 % cukup, 49 % baik dan 25 % sangat baik. Hal tersebut tampak dari diagram tersebut diatas. Sedangkan hasil untuk kelas non regular sebagaimana tampak dari diagram dibawah diperoleh hasil bahwa: 6% tidak menjawab, 1% mengatakan sangat buruk, 3% buruk, 21% cukup, 56 % baik dan 14 % mengatakan sangat baik.

(39)

34 5.2.6.Sistem Penilaian.

Sistem penilaian yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah Evaluasi tiap Semester. Evaluasi tiap semester ditentukan dalam Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum UNUD tahun 2013 (Pedoman Pendidikan Fakultas HukumUniversitas Udayana; 2013; 47-48) sebagai berikut:

1) Evaluasi tiap semester terdiri dari kegiatan tidak terjadual yang berupa pemberian tugas dan kegiatan terjadual berupa Ujian Tengah Semester (UTS) serta Ujian Akhir Semester (UAS)

2) Nilai akhir dari setiap semester adalah nilai rata-rata dari UTS yang dihitung dengan rumus {(UTS+TT ):2 + (2xUAS)}:3

3) Penilaian juga dapat dilakukan terhadap soft skills mahasiswa.

Terhadap pertanyaan tentang system penilaian didapat hasil sebagaiberikut:

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Sistem penilaian yang dilakukan oleh dosen Fakultas Hukum Unud, diperoleh hasil 3% tidak menjawab,1 % mengatakan sangat buruk, 3% buruk, 26 % mengatakan cukup, 48 % baik dan 19 % sangat baik, sebagaimana Nampak dalam diagram diatas. Untuk kelas non regular diperoleh hasil bahwa: 8% tidak menjawab, 1% mengatakan sangat buruk, 3 % buruk, 23% cukup, 51 % mengatakan baik dan 14 % sangat baik. Hal tersebut terlihat dari diagram dibawah ini.

Non Reguler

(40)

35 5.2.7.Kesesuaian Materi dengan Silabus dan SAP.

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Mengenai kesesuaian materi dengan silabus dan SAP yang disampaikan oleh dosen kepada mahasiswa, nampak hasil sebagai berikut: 1% tidak menjawab pertanyaan, 1 %mengatakan sangat buruk, 4 % menjawab buruk, 24 mengatakan cukup, 44 % baik dan 26 % mengatakan sangat baik.

Untuk kelas non regular didapat hasil sebagai berikut: 1% tidak menjawab, 1% mengatakan sangat buruk, 2 % buruk, 32 % mengatakan cukup, 52 % mengatakan baik dan 12 % mengatakan sangat baik.

Non reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data 5.2.8.Ketepatan waktu berdasarkan jadwal

(41)

36

Mengenai ketepatan waktu dosen dalam mengajar sesuai dengan jadwal, maka Nampak hasil sebagai berikut : 1 % tidak menjawab, 1% menjawab sangat buruk, 6 % buruk, 29 % cukup, 43 % baik dan 20 % menjawab sangat baik.

Untuk kelas non regular hasil yang diperoleh adalah: 3 % tidak menjawab pertanyaan, 1 % mengatakan sangat buruk, 3 % buruk, 32 % mengatakan cukup, 48% mengatakan baik dan 13 % mengatakan sangat baik. Hal tersebut tampak dari diagram dibawah.

Non Reguler

Sumber :Hasil Tabulasi Data

5.2.9.Penyampaian Dosen tentang Daftar Pustaka

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk pertanyaan tentang penyampaian dosen mengenai daftar pustaka mengenai mata kuliah yang diberikan, maka didapat hasil sebagai berikut: 1% tidak menjawab, 3 % mengatakan buruk, 27 % mengatakann cukup, 45 % baik dan 24 % mengatakan sangat baik.

Untuk kelas non regular, didapat hasil 1 % mengatakan sangat buruk, 3 % buruk, 27 % cukup, 55 % baik dan 14 % mengatakan sangat baik.

(42)

37

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.2.10.Kemampuan Dosen Menjelaskan Materi

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk pertanyaan mengenai kemampuan dosen dalam menjelaskan materi yang diberikan didapat hasil : 1% tidak menjawab, 3 % mengatakan buruk, 15 % menjawab cukup, 43% baik dan 38 % sangat baik.

Dari diagram dibawah , untuk kelas non regular diperoleh hasil: 2 % tidak menjawab, 1% mengatakan sangat buruk, 2% buruk, 18% mengatakan cukup, 54% baik dan 23 % sangat baik.

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

(43)

38 Sumber : Hasil Tabulasi Data

Dosen Fakultas Hukum Unud dalam memberikan materi kuliah salah satu metode yang digunakan adalah metode Problem Based Learning (PBL),dimana bagian dari metode tersebut adalah adanya tutorial kepada mahasiswa. Dalam tutorial mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah. Tugas dosen adalah membimbing tutorial. Terhadap pertanyaan peran dosen dalam menjelaskan dan membimbing tutorial didapat hasil sebagai berikut: 1% tidak menjawab, 1 % mengatakan sangat buruk, 2% mengatakan buruk, 20 % cukup, 45 % baik dan 31 % sangat baik.

Non Reguler

Sumber :Hasil Tabulasi Data

Untuk kelas non regular didapat hasil sebagai berikut : 2% tidak menjawab, 1 % mengatakan sangat buruk, 1% buruk, 23 % mengatakan cukup,53 % baik dan 20 % sangat baik.

5.3.Pengampu Mata Kuliah

(44)

39

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Dalam proses perkuliahan di FH Unud dilaksanakan oleh team teaching, dan untuk kelancaran perkuliahan diperlukan adanya kerjasama yang baik antara team. Untuk pertanyaan terkait kerjasama antara team teaching di dalam prose perkuliahan didapat hasil sebagai berikut : 1 % tidak menjawab pertanyaan, 1 % mengatakan sangat buruk, 2 % buruk, 22 % cukup, 48 % mengatakan baik, dan 26 % mengatakan sangat baik.

Sedangkan untuk kelas non regular 3% mengatakan tidak menjawab, 1 % mengatakan sangat buruk, 2 % buruk , 33 % mengatakan cukup, 52 % baik dan 9% mengatakan sangat baik.

Non Reguler

Sumber :Hasil Tabulasi Data 5.3.2.Kejelasan Bahasa Lisan Dosen Dalam Kuliah

(45)

40

Materi yang diberikan akan diterima dengan baik oleh mahasisw tidak hanya karena teknik dosen didalam mengajar, ketersedian sarana dan prasarana, literature matakuliah tetapi juga ditentukan oleh kejelasan bahasa lisan yang disampaikan oleh dosen dalam perkuliahan. Hasil yang diperoleh adalah : 1% tidakmenjawab, 2 % mengatakan buruk, 21 % mengatakan cukup, 45 % sangat baik dan 31 % sangat baik.

Sedangkan untuk kelas non regular 2 % tidak menjawab, 1 % mengatakan sangat buruk, 2 % buruk, 29 % cukup, 52 % baik dan 14 % sangat baik.

Non Reguler

Sumber : UPMFH Unud &Hasil Tabulasi Data

5.3.3.Kesediaan Dosen Menjawab pertanyaan/tanggapan mahasiswa

Dalam perkuliahan kemampuan mahasiswa dalam menyerap materi perkuliahan akan berkembang jika didukung pula oleh keaktifan mahasiswa di dalam kelas dan kemampuan dosen didalam menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap pertanyaan mahasiswa. Terkait pertanyaan kesediaan dosen dalam menjawab pertanyaan/tanggapan mahasiswa, diperoleh hasil sebagai berikut : 1% mahasiswa tidak menjawab pertanyaan, 2 % mengatakan buruk, 14 % cukup, 47 % mengatakan baik dan 36 % sangat baik.

Sumber :Hasil Tabulasi Data

(46)

41 Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.3.4.Kesediaan dosen dalam memfasilitasi pelaksanaan diskusi

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Ketersediaan dosen dalam memfasilitasi pelaksanaan diskusi diperoleh hasil : 1% tidak menjawab , 2 % menjawab buruk, 21 % cukup, 45 % baik dan 31 % sangat baik. Sedangkan untuk kelas non regular 4 % tidak menjawab, 1% sangat buruk, 2 % menyatakan buruk, 26 % cukup, 53% baik dan 14% sangat baik

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

(47)

42

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk pertanyaan kesediaan dosen dalam melayani mahasiswa diluar jam kuliah diperoleh hasil sebagai berikut: 2 % tidak menjawab pertanyaan, 1 % sangat buruk, 3 % buruk, 30% cukup, 43 % baik dan 21 % menyatakan sangat baik.

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk kelas non regular 4 % tidak menjawab pertanyaan, 2 % sangat buruk, 5 % buruk, 33 % mengatakan cukup, 44 % mengatakan baik dan 12 % menyatakan sangat baik.

5.4.Ujian dan Tugas

5.4.1.Kesesuaian Soal ujian dan Materi

Sumber : Hasil Tabulasi Data

(48)

43 Non Reguler

Sumber :Hasil Tabulasi Data

Untuk kelas non regular 2 % tidak menjawab pertanyaan, 3 % menyatakan buruk, 28 % cukup, 52 % baik dan 15% sangat baik.

5.4.2.Kejelasan pertanyaan dalam soal ujian

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Jatuhnya nilai mahasiswa dapat disebabkan karena ketidak jelasan pertanyaan yang dibuat oleh dosen. Untuk pertanyaan ini 1 % mahasiswa tidak menjawab pertanyaan, 1 % mengatakan sangat buruk, 2 % buruk, 23 % cukup, 47 % baik dan 26 % mengatakan sangat baik.

Untuk kelas non regular diperoleh hasil 2 % tidak menjawab pertanyaan, 3 % buruk, 26 % cukup, 56 % baik dan 13 % sangat baik.

(49)

44

Sumber :Hasil Tabulasi Data

5.4.3.Manfaat tugas dalam memahami materi kuliah

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Untuk pertanyaan manfaat tugas dalam memahami materi kuliah 1 % tidak menjawab, 1 % mengatakan sangat buruk, 1% buruk, 19% cukup,45 % baik dan 33 % sangat baik. Sedangkan untuk kelas non regular 2 % tidak menjawab, 1% mengatakan sangat buruk, 2 % buruk, 23 % cukup, 56 % baik , dan 16 % sangat baik.

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.4.4.Pengaruh Tugas terhadap Pola Belajar di rumah

(50)

45

Sumber :Hasil Tabulasi Data

Sedangkan untuk kelas non regular 3% tidak menjawab, 1 % menyatakan sangat buruk, 2 % buruk, 26 % cukup, 53 % baik dan 15% sangat baik.

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.4.5.Dasar pemberian nilai dan obyektifitas yang dilakukan oleh dosen

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Terhadap pertanyaan dasar pemberian nilai dan obyektifitas dosen diperoleh hasil : 1% tidak menjawab, 2 % buruk, 26% cukup, 43 % baik dan 28 % mengatakan sangat baik.

Sedangkan untuk kelas non regular diperoleh hasil 4% tidak menjawab, 1% sangat buruk, 5% buruk, 23 % menyatakan cukup, 55 % baik ,dan 12 % sangat baik.

(51)

46

Sumber : Hasil Tabulasi Data

5.4.6.Perkiraan Nilai yang akan diperoleh dalam semester ini

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pertanyaan ini maka untuk kelas reguler 1% tidak menjawab pertanyaan, 1% menyatakan sangat buruk, 2% buruk, 18% cukup ,51% baik dan 17% sangat baik.

Non Reguler.

Sumber :Hasil Tabulasi Data

Sedangkan untuk kelas non reguler 3% tidak menjawab, 1% menyatakan sangat buruk, 3% buruk, 25 % cukup, 50 % baik dan 18 % sangat baik.

5.4.7.Dosen Mengembalikan hasil ujian dengan feedback

(52)

47

Terhadap pertanyaan ini diperoleh hasil ;2 % tidak menjawab, 2 % sangat buruk, 5 % menyatakan buruk, 31 % cukup, 38% baik dan 21 % menyakan sangat baik. Sementara itu untuk kelas non reguler dari diagram dibawah diperoleh hasil bahwa: 3% tidak menjawab, 2% mengatakan sangat buruk, 6 % buruk, 34% cukup, 46% baik dan 9 % mengatakan sangat baik

Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data 5.4.8.Dosen mengembalikan hasil tugas dengan feedback

Sumber : Hasil Tabulasi Data Non Reguler

Sumber : Hasil Tabulasi Data

Terhadap pertanyaan ini diperoleh hasil bahwa; 2% tidak menjawab, 2% menjawab sangat buruk, 4% buruk, 32 % menyatakan cukup, 41 % baik dan 19 % sangat baik.

Referensi

Dokumen terkait

merupakan pembelokan pelaksanaan kontrak, sehingga menimbulkan kerugian yang disebabkan oleh kesalahan oleh salah satu atau para pihak. 18 Seseorang dapat

agar soal dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit. Jumlah butir soal tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit, untuk mengantisipasi peserta ujian menjawab soal dengan

a. Gangguan emosional biasanya berujud keluhan-keluhan seperti tegang, khawatir, marah, tertekan dan perasaan bersalah. Secara umum, hal tersebut diatas adalah sesuatu yang

Dari tabel tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam rangka pencapaian Sasaran strategis RPJMD Kabupaten Lamongan Tahun 2016-2021, khususnya Tahun Anggaran 2016 telah

Beliau dalam menafsirkan ayat sesudah menyebutkan riwayat (hadis) adalah dengan menggunakan ilmu bahasa arab terhadap kata yang berbeda riwa- yat-riwayat dalam hal itu, agar

Ketepatan tentang tantangan praktisi PR dalam industrinya masing- masing Kriteria: Ketepatan pemahaman dan Penguasaan materi Bentuk Penilaian:  Diskusi  Q n A

Informasi yang disajikan dalam profil ini bersumber dari beberapa pihak baik dari bidang- bidang di lingkungan internal Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan

terhadap kewirausahaan. Sedangkan secara parsial pengaruh inovasi terhadap kewirausahaan menunjukan pengaruh yang lebih besar jika dibandingkan dengan