• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hubungan Antar Organ Perusahaan B. Pemegang Saham dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) C. Dewan Komisaris D. Direksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Hubungan Antar Organ Perusahaan B. Pemegang Saham dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) C. Dewan Komisaris D. Direksi"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Kata Pengantar Komisaris Utama

Kata Pengantar Direktur Utama Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan C. Prinsip-prinsip GCG

D. Visi dan Misi Perusahaan

E. Dasar Hukum Penyusunan Pedoman F. Tujuan Penyusunan Pedoman

BAB II ORGAN UTAMA PERUSAHAAN

A. Hubungan Antar Organ Perusahaan

B. Pemegang Saham dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) C. Dewan Komisaris

D. Direksi

BAB III ORGAN PENDUKUNG PERUSAHAAN

A. Satuan Pengawas Intern (SPI) B. Sekretaris Perusahaan

C. Sekretariat Dewan Komisaris

D. Komite-komite Penunjang Dewan Komisaris E. Auditor Eksternal

(2)

2

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 BAB IV POKOK-POKOK KEBIJAKAN

A. Akuntabilitas Keuangan B. Sistem Pengendalian Internal C. Bisnis Perusahaan

D. Manajemen Risiko

E. Perlakuan Setara Kepada Pemegang Saham F. Hubungan dengan Pemegang Saham G. Hubungan dengan Perusahaan Anak H. Pengadaan Barang dan Jasa

I. Pengelolaan Aset J. Manajemen Mutu

K. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Perlindungan Lingkungan L. Pengelolaan Keuangan dan Sistem Akuntansi

M. Keterbukaan Informasi N. Kerahasiaan Informasi O. Teknologi Informasi P. Benturan Kepentingan

Q. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan R. Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi

BAB V PENGELOLAAN HUBUNGAN DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA

A. Hubungan dengan Karyawan B. Hubungan dengan Pengguna Jasa

C. Hubungan dengan Mitra Kerja/Pemasok/Rekanan D. Kreditur

E. Hubungan dengan Lingkungan & Masyarakat F. Hubungan dengan Instansi Terkait

PENERAPAN & PELANGGARAN PEDOMAN GCG

(3)

3

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Penerapan praktik-praktik Good Corporate Governance (GCG), telah menjadi kebutuhan Perusahaan-Perusahaan ataupun Badan Usaha di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tanggal 31 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) pada Badan Usaha Milik Negara dan Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 Tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, untuk menyambut berlakuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015, pada bulan Januari 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia menuju Tata Kelola Emiten dan Perusahaan Publik yang lebih baik (Roadmap GCG). Tujuan peluncuran Roadmap GCG ini adalah agar perusahaan publik di Indonesia dapat sejajar dengan perusahaan-perusahaan di kawasan ASEAN. Untuk mendukung hal tersebut, maka OJK telah mempersiapkan beberapa aturan pelaksanaan yang wajib diikuti oleh perusahaan publik atau emiten. Adapun aturan yang telah

(4)

4

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

dikeluarkan OJK untuk tercapainya Tata Kelola Emiten dan Perusahaan Publik yang Baik, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 Tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.04/2014 Tentang Komite Nominasi dan Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik.

4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2014 Tentang Sekretaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik. Tata Kelola Perusahaan yang Baik/ Good Corporate Governance yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan Perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. 1

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA Beton) didirikan pada tanggal 11 Maret 1997 merupakan Perusahaan Anak dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) yang berkembang pesat dan mengukuhkan dirinya menjadi Perusahaan terbesar dalam bidang industri beton pracetak dengan beragam produk sesuai kebutuhan pasar. WIKA Beton tidak hanya memenuhi kebutuhan proyek-proyek yang dikerjakan WIKA, namun juga sejumlah besar proyek yang dikerjakan oleh kontraktor lain di seluruh tanah air.

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan No. 03 tertanggal 01 April 2015, yang dibuat di hadapan Mochamad Nova Faisal, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta Selatan dan telah diterima dan dicatat di dalam sistem administrasi Badan Hukum sebagaimana penerimaan pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar WIKA Beton dari Menteri Hukum dan Hak

(5)

5

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-AH.01.03-0927892 tertanggal 28 April 2015. WIKA Beton berkomitmen untuk menerapkan praktik-praktik GCG dalam pengelolaan Perusahaan. Komitmen tersebut diwujudkan antara lain dengan melengkapi infrastruktur GCG yang melandasi penerapan GCG di lingkungan Perusahaan, di antaranya adalah dengan melakukan penyempurnaan Pedoman Corporate Governance (Code of Corporate Governance) yang menjadi acuan/pedoman bagi organ utama Perusahaan (Pemegang Saham/RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi) dan organ pendukung Perusahaan dalam menerapkan praktik-praktik GCG di lingkungan Perusahaan.

Penerapan GCG pada Perusahaan harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan ketentuan yang ada, norma yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan.

Keberhasilan implementasi Pedoman Coporate Governance sangat tergantung pada komitmen dari seluruh organ Perusahaan untuk menegakkan dan melaksanakan tata kelola Perusahaan yang baik (GCG).

B. Tujuan Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan

Adapun tujuan penerapan GCG menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tanggal 31 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara terutama adalah :

1. Mengoptimalkan nilai Perusahaan agar Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan;

2. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan

(6)

6

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

kemandirian Organ Perusahaan;

3. Mendorong agar Organ Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan;

4. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional;

5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional;

Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan mendeklarasikan penerapan prinsip-prinsip GCG bagi emiten atau perusahaan publik adalah agar emiten atau perusahaan publik di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan di kawasan ASEAN, yang saat ini nilai dalam Corporate Governance Score Card masih tertinggal disbanding Negara anggota ASEAN lainnya.

C. Prinsip-prinsip GCG

Transparancy – Keterbukaan

Keterbukaan dalam melaksanakan proses, pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai Perusahaan.

Pengungkapan informasi yang transparan dilakukan oleh WIKA Beton dengan tetap mematuhi perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengn prinsip-prinsip GCG. Dalam pelaksanaannya, WIKA Beton membuat kebijakan tentang klasifikasi informasi yang bersifat terbuka atau tertutup sebagai panduan pelaksanaan bagi seluruh insan WIKA Beton Transaparansi ini diwujudkan Perusahaan dengan selalu mengungkapkan informasi baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan relevan. Transparansi dilakukan

(7)

7

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

terhadap Pemegang Saham dan juga kepada seluruh Pemangku Kepentingan Perusahaan.

Independency - Kemandirian

Kemandirian adalah suatu keadaan dimana persusahaan dikelola

secara professional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh/tekanan dari pihak-pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Dalam pelaksanaannya, kemandirian dapat diwujudkan dengan selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta wewenang masing-masing organ.

Accountability - Akuntabilitas

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ, sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara efektif.

Prinsip Akuntabilitas mengharuskan pimpinan Perusahaan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Hal tersebut dilaksanakan dengan menetapkan rincian peran dan tanggung jawab masing-masing organ Perusahaan dan pegawai secara jelas sesuai dengan visi, misi, sasaran dan strategi Perusahaan.

WIKA Beton meyakini bahwa akuntabilitas berhubungan dengan keberadaan sistem yang mengatur hubungan antara individu dan atau organ yang ada di Perusahaan.

Responsibility – Pertanggungjawaban

Kesesuaian di dalam pengelolaan Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Pertanggungjawaban diwujudkan dengan dipenuhinya antara lain kewajiban WIKA Beton dalam menjalankan peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah Pusat dan Daerah yang

(8)

8

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

terkait dengan bidang usaha korporasi antara lain ketentuan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, kewajiban perpajakan, kesehatan dan keselamatan kerja dan persaingan usaha.

Fairness – kewajaran

Kewajaran diartikan sebagai keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

.

Keadilan dapat tercermin dalam pemberian kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberi masukan, saran dan pendapat bagi kepentingan Perusahaan. Sedangkan kesetaraan dapat terwujud dengan memberikan penghargaan dan pengharkatan sesuai dengan kinerjanya tanpa membedakan suku, agama, ras, jenis kelamin dan juga diberlakukannya sistem pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Visi dan Misi Perusahaan Visi:

“Menjadi Perusahaan Terbaik dalam Industri Beton Pracetak” Pengertian Terbaik adalah :

- Memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Pemangku Kepentingan).

- Menjadi Perusahaan terkemuka dalam industri beton pracetak di Indonesia.

(9)

9

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 MISI :

1. Memimpin pasar beton pracetak di Asia Tenggara.

2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.

3. Menetapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang berwawasan lingkungan.

4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan berkesinambungan.

5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.

E. Dasar Hukum Penyusunan Pedoman

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perusahaan Terbatas. 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik

Negara.

3. Peraturan Pemerintah Nomor: 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara.

4. Peraturan Pemerintah Nomor: 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 5. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-27/PM/2003 tangal 17 Juli 2003

tentang Laporan Realisasi Pengunaan Dana Hasil Penawaran Umum. 6. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-40/PM/2003 tanggal 22 Desember

2013 tentang Tangung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.

7. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-346/BL/2011 tanggal 5 Juli 2011 tentang Penyampaian Laporan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.

8. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-86/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

(10)

10

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

1996 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham Tertentu.

10. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-42/PM/1996 tangal 17 Januari 1996 tenang Pedoman Penyusunan Surat Pernyataan Manajemen Dalam Bidang Akuntansi.

11. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek.

12. Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor: KEP-496/BL/2008 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal. 13. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor:

Kep.00001/BEI/01-2014 tanggal 20 Januari Kep.00001/BEI/01-2014 tentang Pencatatan Saham dan efek bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.

14. Instruksi Presiden RI No 8 Th 2005 tentang pengangkatan anggota Direksi dan /atauDewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN.

15. Anggaran Dasar WIKA Beton., ditetapkan dalam Nomor 44 tanggal 11 Maret 1997 dibuat di hadapan Achmad Bajumi, S.H., pengganti dari Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dan Akta Pemasukan, Pengeluaran Dan Perubahan Anggaran Dasar Nomor 39 tanggal 19 November 1997 dibuat di hadapan Notaris Imas Fatimah, S.H., yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan Nomor C2-12776.HT.01.01.Th.97 tanggal 9 Desember 1997, dan telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kotamadya Jakarta Selatan di bawah Nomor 2096/BH.09.03/I/98 tanggal 13 Januari 1998, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 43 tanggal 29 Mei 1998, Tambahan Nomor 2832, dan terakhir diubah dengan Akta No. 03 tertanggal 01 April 2015, dibuat di hadapan Mochamad Nova Faisal, S.H., M.Kn., dan Akta tersebut telah diterima dan dicatat di dalam sistem administrasi Badan Hukum Nomor AHU-AH.01.03-0927892 Tahun 2015 tertanggal 28 April 2015.

16. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-09A/MBU/2005 tentang Penilaian Kelayakan dan Kepatutan (Fit and

(11)

11

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Proper Test) Calon Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara.

17. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Badan Usaha Milik Negara No. Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN.

18. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Badan Usaha Milik Negara No. Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

19. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-102/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang (RJP). 20. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara Jo. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-09/MBU/2012 tanggal 6 Juli 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

21. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-07/MBU/2010 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN.

22. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN.

23. SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

24. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-09/MBU/2012 tanggal 6 Juli 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011.

25. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2006 juncto Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-03/MBU/2006 juncto Peraturan Menteri Negara BUMN No PER-03/MBU/2012 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Komisaris Perusahaan Anak BUMN.

(12)

12

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

tentang Jasa Akuntan Publik.

27. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.

28. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.

29. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.04/2014 Tentang Komite Nominasi dan Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik.

30. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2014 Tentang Sekretaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik.

31. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 38/POJK.04/2014 Tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Tanpa Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

32. Standar Profesi Audit Internal, Tahun 2004.

33. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006, Komite Nasional Kebijakan GCG.

34. Praktik-praktik yang terbaik dalam penerapan Tata Kelola Perusahaan. F. Tujuan Penyusunan Pedoman

Menjadi acuan pengelolaan Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan landasan moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan tanggungjawab Perusahaan terhadap Pemangku Kepentingan dan juga kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan. Pedoman ini bersifat dinamis sehingga perlu dilakukan kajian berkesinambungan sesuai dengan perubahan lingkungan strategis Perusahaan.

WIKA Beton telah berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik tata kelola Perusahaan yang baik (GCG) sebagai bagian dari upaya mencapai visi dan misi serta tujuan Perusahaan. Salah satu wujud dari komitmen tersebut adalah penyempurnaan pedoman tata kelola Perusahaan.

(13)

13

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Saham, Komisaris, Direksi dan seluruh jajaran Perusahaan dalam melaksanakan tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di lingkungan WIKA Beton dan Perusahaan Anak.

Pedoman ini bersifat dinamis, yang dapat disesuaikan dengan dinamika bisnis dan peraturan perundang-undangan yang terus berkembang. Dengan demikian, Pedoman ini pada hakikatnya dapat selalu berubah (evolutionary in nature) dan harus dibaca serta dikaji hubungannya dengan perubahan lingkungan strategis yang dapat diantisipasi dari waktu ke waktu baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Dalam Pedoman ini yang dimaksud Perusahaan adalah WIKA Beton, sedangkan untuk seluruh Perusahaan Anak WIKA Beton selanjutnya disingkat dengan Perusahaan Anak.

G. Istilah Yang Digunakan

Istilah-istilah yang digunakan dalam Code of Corporate Governance ini, kecuali disebutkan lain, mengandung pengertian sebagai berikut:

Afiliasi adalah kondisi adanya pertalian, hubungan, kedekatan baik secara finasial atau non finansial (kegiatan).

Perusahaan Anak adalah Perusahaan yang sepenuhnya dikendalikan oleh Perusahaan lain karena seluruh / sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Perusahaan lain (Perusahaan induk).

Anggota Dewan Komisaris, adalah Anggota dari Dewan Komisaris yang merujuk kepada individu (bukan sebagai Board).

Anggota Direksi, adalah Anggota dari Direksi yang merujuk kepada individu (bukan sebagai Board).

SPI (Satuan Pengawas Intern) adalah Auditor Intern Perusahaan yang bertugas untuk melakukan audit serta memastikan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan dapat berjalan secara efektif.

Barang Tidak Bergerak/Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai, baik melalui pembelian atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam kegiatan usaha Perusahaan serta tidak dimaksudkan

(14)

14

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

untuk dijual dalam rangka kegiatan normal Perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Benturan Kepentingan (Conflict of Interest) adalah suatu kondisi adanya kepentingan individu (keluarga) bertentangan dengan kepentingan Perusahaan.

CoC (Code of Conduct) adalah Pedoman Etika Perilaku Pegawai atau Pejabat.

CoCG (Code of Corporate Governance) adalah Pedoman Etika Tata Kelola Perusahaan yang baik.

Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang memenuhi persyaratan independensi sesuai ketentuan yang berlaku dan yang bersangkutan ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham sebagai Dewan Komisaris Independen.

Dewan Komisaris adalah keseluruhan Anggota Dewan Komisaris yang berlaku sebagai suatu kesatuan Dewan (Board).

Direksi adalah keseluruhan Anggota Direksi yang berlaku sebagai suatu kesatuan Dewan (Board).

Direktur Utama adalah seorang anggota Direksi yang ditujuk oleh RUPS sebagai koordinator/pemimpin Board of Directors.

Direktur Independen adalah Direksi yang memenuhi persyaratan independensi sesuai ketentuan yang berlaku dan yang bersangkutan ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham sebagai Direktur Independen.

Distinct Job Profile adalah Dokumen referensi yang dijadikan sebagai petunjuk utama dalam mengelola sumber daya manusia.

GCG (Good Corporate Governance) adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Perusahaan guna mewujudkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

(15)

15

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni fee, uang, barang, rabat, komisi pinjaman tanpa bunga, ticket perjalanan, fasilitas penginapan, pengobatan cuma -cuma dan fasilitas lainnya.

Internal Control Report adalah laporan tentang penerapan dan evaluasi kecukupan pengendalian intern Perusahaan.

Kantor Akuntan Publik (Auditor Independent) adalah Kantor Akuntan yang memberikan jasa audit atas Laporan Keuangan, Laporan Kinerja, Laporan Kepatuhan serta laporan lain sesuai ketentuan yang berlaku kepada Perusahaan.

Komisaris Utama adalah seorang anggota Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam RUPS sebagai koordinator/ pemimpin Dewan komisaris (Board of Comissioners).

Komite Audit, adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam memastikan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan agar berfungsi secara efektif dan efisien.

Komite GCG, adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Komisaris terhadap pengelolaan Perusahaan guna mewujudkan penyelenggaraan Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

Kontrak Manajemen adalah dokumen yang mengikat manajemen dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memenuhi target yang telah ditetapkan dan disepakati.

Kreditur adalah pihak - pihak yang memberikan pinjaman atau memberi piutangi kepada Perusahaan.

Laporan Berkala adalah laporan yang disusun secara periodik.

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) adalah badan yang dibentuk oleh Pemerintah RI yang diberikan tugas dan wewenang mengatur pihak pihak yang bergerak / berhubungan dalam bidang jasa keuangan.

(16)

16

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 Opini Akuntan adalah pendapat yang dikeluarkan oleh Akuntan dari Kantor Akuntan Publik atas laporan keuangan Perusahaan.

Pabrik Produk Beton (PPB) adalah salah satu Pelaksana Pengelolaan Usaha.

Pemegang Saham Mayoritas adalah pihak yang memunyai sebagian besar modal Perusahaan sehingga dapat secara langsung mengendalika Perusahaan.

Pemegang Saham Minoritas adalah pihak yang mempunyai sebagian kecil modal Perusahaan.

Pemegang Saham Pengendali adalah Pemegang Saham yang memiliki saham lebih dari 51% (Pemegang Saham mayoritas).

Penilaian Kinerja Individu adalah penilaian kinerja yang dilakukan terhadap performance secara individu.

Penilaian Kinerja Kolegial adalah penilaian kinerja yang dilakukan terhadap performance secara kolektif atau bersama sama.

Perusahaan Publik adalah Perusahaan yang seluruhnya / sebagian sahamnya dijual di bursa saham.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pemegang Saham sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Perusahaan. RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan) adalah penetapan rencana kegiatan dan hasil kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Perusahaan selama 5 (lima) tahun ke depan.

RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) adalah penetapan jenis kegiatan dan besarnya biaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut pada umumnya dibuat dalam periode satu tahun.

RUPS Perusahaan Anak adalah organ Perusahaan Anak yang memegang kekuasaan tertinggi pada Perusahaan Anak dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi Perusahaan Anak atau Dewan Komisaris Perusahaan Anak.

(17)

17

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 Sekretaris Dewan Komisaris adalah satuan fungsi struktural di bawah Dewan Komisaris yang bertugas untuk memberikan dukungan kepada Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya.

Sekretaris Perusahaan adalah satuan fungsi struktural dalam organisasi Perusahaan yang bertugas untuk memberikan dukungan kepada Direksi dalam melaksanakan tugasnya.

Stakeholders adalah pihak- pihak yang mempunyai kepentingan terhadap Perusahaan antara lain karyawan, pemasok, pelanggan , masyarakat ,dlsb. Standar Akuntansi adalah pedoman yang berisikan tentang standar akuntansi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwewenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan wajib diterapkan oleh Perusahaan dalam menyelenggarakan akuntansi.

Tanggung Renteng adalah sifat tanggungjawab hukum akibat dari suatu kegiatan/ keputusan / kebijakan yang dibuat yang dibebankan atau dipikul secara bersama - sama.

TOR (Term Of Reference) adalah kesepakatan terhadap beberapa hal antara dua belah pihak atau lebih.

Whistle Blowing System adalah sistem yang memungkinkan pelapor dapat menginformasikan telah terjadinya pelanggaran kepada pimpinan / yang berhak menerima informasi, dengan jaminan kerahasiaan.

(18)

18

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

BAB II

ORGAN UTAMA PERUSAHAAN

O

rgan Perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif.

Organ Perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan Perusahaan.

Uraian lebih lanjut masing-masing organ utama Perusahaan adalah sebagai berikut: A. Hubungan Antar Organ Perusahaan 2

WIKA Beton meyakini bahwa hubungan yang wajar antar organ Perusahaan sangat berpengaruh positif terhadap keberhasilan pengelolaan Perusahaan, Perusahaan Anak dan implementasi GCG. Dengan demikian, WIKA Beton secara tegas memisahkan fungsi dan tugas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi sebagai organ Perusahaan.

WIKA Beton mendorong Organ Perusahaan menjalankan tugas dan fungsi dengan dilandasi pemenuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan untuk meningkatkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang. Untuk itu Perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan terkait dengan hubungan antar Organ Perusahaan sebagai berikut :

1. Umum

(19)

19

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

a. Setiap Organ Perusahaan harus bertindak untuk kepentingan Perusahaan dengan sebaik-baiknya.

b. Setiap Organ Perusahaan harus bertindak atas dasar kebersamaan untuk tercapainya tujuan Perusahaan.

c. Setiap Organ Perusahaan selalu menghormati dan bertindak sesuai fungsi dan peranan masing-masing atas dasar prinsip kesetaraan dan saling menghargai.

d. Setiap Organ Perusahaan harus bertindak sesuai fungsi dan perannya masing-masing sebagaimana yang diatur dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Hubungan Kerja Dewan Komisaris dengan Direksi 3

Terciptanya sebuah hubungan kerja yang baik antara Dewan Komisaris dengan Direksi merupakan salah satu hal yang sangat penting agar masing-masing organ tersebut dapat bekerja sesuai fungsinya masing-masing dengan efektif dan efisien. Untuk itu WIKA Beton, dalam menjaga hubungan kerja yang baik antara Dewan Komisaris dengan Direksi menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan, Dewan Komisaris menyelenggarakan rapat secara teratur dengan Direksi (rapat koordinasi) untuk membicarakan masalah Perusahaan yang diselenggarakan satu bulan sekali.

b. Di luar rapat rutin tersebut, Dewan Komisaris berhak mengadakan rapat dengan Direksi apabila dibutuhkan.

c. Dalam setiap rapat, informasi bagi Dewan Komisaris disiapkan dan diberikan secara tertulis oleh Direksi sebelum rapat sehingga memungkinkan Dewan Komisaris untuk lebih mendalami permasalahan yang akan dibahas. Apabila perlu Direksi dapat membantu membuat ringkasan permasalahan yang akan dibahas sepanjang tidak mempengaruhi esensi informasi.

d. Dewan Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan kepada Direksi dan Direksi wajib memberikan penjelasan. e. Dewan Komisaris menghormati fungsi dan peranan Direksi dalam

(20)

20

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

mengurus Perusahaan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun Anggaran Dasar Perusahaan.

f. Direksi menghormati fungsi dan peranan Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan dan pemberian nasihat terhadap kebijakan pengurusan Perusahaan.

g. Setiap hubungan kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi merupakan hubungan yang bersifat formal, dalam arti harus senantiasa dilandasi oleh suatu mekanisme atau korespondensi yang dapat dipertanggungjawabkan. h. Setiap hubungan kerja yang bersifat informal dapat saja dilakukan oleh

masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi, namun tidak dapat dipakai sebagai kebijakan formal sebelum melalui mekanisme atau korespondensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

i. Dewan Komisaris berhak memperoleh akses atas informasi Perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.

j. Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi mengenai Perusahaan diberikan kepada Dewan Komisaris secara tepat waktu dan lengkap.

k. Direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan laporan-laporan yang diperlukan oleh Dewan Komisaris secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

l. Setiap hubungan kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi merupakan hubungan kelembagaan dalam arti bahwa Dewan Komisaris dan Direksi sebagai jabatan kolektif yang merepresentasikan keseluruhan anggota-anggotanya sehingga setiap hubungan kerja antara anggota Dewan Komisaris dengan Direktur harus diketahui oleh anggota Dewan Komisaris dan Direktur lainnya.

m. Informasi mengenai rincian rencana kerja dan anggaran Perusahaan dan hal-hal lain yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh Perusahaan, khusus untuk Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan Rencana Jangka Panjang (RJP).

(21)

21

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 3. Hubungan Kerja Antara Satuan Pengawas Intern (SPI) dengan Komite

Audit atau Dewan Komisaris antara lain meliputi 4

a. Komite Audit mengevaluasi independensi, objektivitas dan efektivitas SPI b. Komite Audit memonitor ketaatan terhadap Kode Etik Profesi Auditor

c. Komite Audit memberi pertimbangan kepada Dewan Komisaris tentang persetujuan pengangkatan dan pemberhentian Kepala SPI

B. Pemegang Saham dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 1. Pengertian

Pemegang Saham sebagai pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar Perusahaan.

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Perusahaan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang dan atau Anggaran Dasar.

RUPS sebagai organ Perusahaan merupakan wadah Pemegang Saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam Perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan.5

Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan Perusahaan dalam jangka panjang maupun jangka pendek. RUPS dan atau Pemegang Saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi.

4 Code of CG WIKA Beton Edisi 9 Oktober 2011 hal 13

(22)

22

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 2. Hak Pemegang Saham

1) Hak Pemegang Saham yang harus dilindungi, antara lain adalah : 6

a. menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi Pemegang Saham Perusahaan, dengan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara; b. memperoleh informasi material mengenai Perusahaan, secara tepat

waktu, terukur, dan teratur;

c. menerima pembagian dari keuntungan Perusahaan yang diperuntukkan bagi Pemegang Saham dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan hasil likuidasi, sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya;

d. hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.

2) Setiap Pemegang Saham berhak memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS, di antaranya:7 a. Pengumuman untuk RUPS, yang mencakup informasi akan

diselenggarakannya RUPS oleh Perusahaan.

b. Pemanggilan untuk RUPS, yang mencakup informasi mengenai setiap mata acara dalam RUPS, termasuk usulan yang direncanakan oleh Direksi untuk diajukan dalam RUPS, dengan ketentuan apabila informasi tersebut belum tersedia saat dilakukannya panggilan untuk RUPS, maka informasi dan atau usulan itu harus disediakan Perusahaan sebelum RUPS diselenggarakan.

c. Penetapan gaji/ honorarium, fasilitas dan atau tunjangan lain bagi setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta rincian mengenai gaji/honorarium, fasilitas, dan atau tunjangan lain yang diterima oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang sedang menjabat.

d. Informasi keuangan maupun hal-hal lainnya yang menyangkut Perusahaan yang dimuat dalam Laporan Tahunan.

e. Penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan mata acara RUPS yang diberikan sebelum

6 Peraturan Menteri Negara BUMN No PER-01/MBU/2011 Pasal 5 ayat (1) – (3) 7 Peraturan Menteri Negara BUMN No PER-01/MBU/2011 Pasal 6 ayat (1) – (7)

(23)

23

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

dan/atau pada saat RUPS berlangsung.

3) Setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuatkan risalah RUPS yang sekurang-kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-pendapat yang berkembang dalam RUPS, dan keputusan RUPS.

4) Risalah RUPS sebagaimana dimaksud wajib ditandatangani oleh ketua RUPS dan paling sedikit 1 (satu) Pemegang Saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS apabila RUPS tidak diselenggarakan dihadapan Notaris.

5) Setiap Pemegang Saham berhak untuk memperoleh informasi mengenai hasil RUPS.

8) Pemegang Saham yang memiliki saham dengan klasifikasi yang sama harus diperlakukan setara (equal treatment).8

3. Kewenangan RUPS

1) Pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dilaksanakan berlandaskan pada prinsip-prinsip GCG yaitu profesionalisme, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran.9

2) Pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dilakukan oleh RUPS yang dilakukan berdasarkan pedoman, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan.10 3) Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris dan anggota

Direksi melalui mekanisme Uji Kelayakan dan Kepatutan (fit and proper test).11

4) Mengusulkan, mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

5) Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi diangkat dari calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham dan pencalonan tersebut mengikat

8 Peraturan Menteri Negara BUMN No PER-01/MBU/2011 Pasal 10

9Permen BUMN No PER-03/MBU/2012 Tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota

Dewan Komisaris Anak Perusahaan ay (1)

10 Permen BUMN No PER-03/MBU/2012 Tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota

Dewan Komisaris Anak Perusahaan ay (2)

(24)

24

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

bagi RUPS.

6) Menilai kinerja Dewan Komisaris dan Direksi baik secara kolegial maupun individu setiap tahun.

7) Mengambil keputusan mengenai :

a) Perubahan anggaran dasar yaitu perubahan jumlah modal, perubahan nama dan tempat kedudukan Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan, jangka waktu berdirinya Perusahaan.12

b) Melakukan dan/atau melepaskan penyertaan modal dengan nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah ekuitas Perusahaan, pada Perusahaan lain, Perusahaan Anak, dan Perusahaan patungan. c) Mendirikan Perusahaan Anak dan/atau Perusahaan

patungan dengan nilai lebih 50% ekuitas Perusahaan.

d) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, serta pembubaran Perusahaan.13

e) Mengadakan kerja sama Perusahaan dengan nilai lebih dari 50% ekuitas Perusahaan.

f) Mengikat Perusahaan sebagai penjamin dengan nilai lebih 50% ekuitas Perusahaan14

g) Menerima dan/atau memberikan pinjaman jangka menengah/panjang dengan nilai lebih 50% ekuitas Perusahaan15

h) Mengagunkan, tukar menukar, dan melepaskan aktiva tetap Perusahaan dengan nilai lebih dari 50% dari jumlah ekuitas Perusahaan.

i) Melakukan tindakan-tindakan yang termasuk transaksi material sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang Pasar

12 UU 40/2007 Pasal 15 ayat 1 13 AD Pasal 28 ayat 1

14 AD Pasal 18 ayat 14 butir b 15 AD Pasal 18 ayat 14 butir a

(25)

25

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Modal dengan nilai lebih dari 50% ekuitas Perusahaan.16

j) Mengalihkan atau menjadikan jaminan kekayaan Perusahaan dengan nilai lebih 50% ekuitas Perusahaan, dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain atau tidak, dalam satu tahun buku. 17

4. Akuntabilitas Pemegang Saham

Pemegang Saham melaksanakan GCG sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya18 yaitu :

a. Pemegang Saham memberikan arahan/pembinaan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang dimuat dalam Akta RUPS.19

b. Pemegang Saham tidak mencampuri kegiatan operasional Perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi.20

c. Pemegang Saham merespon terhadap informasi yang diterima dari Dewan Komisaris dan atau Direksi mengenai gejala penurunan kinerja dan kerugian Perusahaan yang signifikan.21

5. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) a. RUPS Tahunan

1) Diselenggarakan tiap tahun, paling lambat (enam) bulan setelah tahun buku Perusahaan ditutup.22 Dalam RUPS Tahunan, Direksi wajib menyampaikan Laporan Tahunan untuk mendapat persetujuan dari RUPS, Laporan Keuangan untuk mendapat pengesahan dari RUPS, RUPS Tahunan mengenai penggunaan laba bersih Perusahaan, dilakukan penunjukan Akuntan Publik, jika

16 AD Pasal 18 ayat 13 butir a 17 UU.19/2003 ps 14 (3)

18 Peraturan Menteri Negara BUMN No PER-01/MBU/2011 Pasal 11 19 SK 16 /2012 Par 38

20 SK 16 /2012 Par 39 21 SK 16 /2012 Par 40 22 AD Pasal 12 ayat 1

(26)

26

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

perlu dilakukan pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan dapat diputuskan hal-hal lain yang diajukan secara sebagaimana mestinya dalam rapat sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.23

2) Persetujuan Laporan Tahunan tentang Pengesahan Laporan Keuangan oleh RUPS, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada anggota Dewan Komisaris dan Direksi atas pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam laporan keuangan.24

3) Apabila Direksi atau Dewan Komisaris lalai untuk menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang telah ditentukan, maka 1 (satu) Pemegang Saham atau lebih yang sama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah berhak memanggil sendiri RUPS tahunan atas biaya Perusahaan setelah mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perusahaan.25

b. RUPS Luar Biasa yaitu RUPS yang diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.26

1) Direksi atau Dewan Komisaris berwenang menyelenggarakan RUPS luar biasa.27

2) Direksi wajib memanggil dan menyelenggarakan RUPS luar biasa atas permintaan tertulis dari 1 (satu) Pemegang Saham atau lebih bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. Permintaan tertulis tersebut harus disampaikan secara tercatat dengan menyebutkan hal-hal yang hendak dibicarakan disertai alasannya. 28

3) Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang

23 AD pasal 12 ayat 2, UU 40/2007 ps 78(1) 24 AD pasal 12 ayat 5

25 AD pasal 11 ayat 15

26 AD pasal 11 ayat 1 huruf b, UU 40/2007 ps 78(4) 27 AD pasal 13 ayat 1,

(27)

27

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Pasar Modal, dengan permintaan dari Pemegang Saham, Dewan Komisaris wajib memanggil dan menyelenggarakan RUPS Luar Biasa apabila Direksi tidak melakukan panggilan RUPS Luar Biasa dalam waktu 15 (lima belas) hari setelah tanggal permintaan tersebut diterima oleh Direksi.29

4) Apabila Dewan Komisaris lalai untuk melakukan panggilan RUPS Luar Biasa setelah lewatnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam perundang-undangan terhitung sejak surat permintaan diterima olehnya maka Pemegang Saham yang bersangkutan berhak memanggil sendiri Rapat atas biaya Perusahaan setelah mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perusahaan.30

6. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham a. Tempat dan Pemanggilan

1) RUPS wajib diselenggarakan di wilayah Negara Republik 2) Indonesia dan tempat penyelenggaraan wajib dilakukan di:

a. tempat kedudukan Perusahaan;

b. tempat kegiatan utama dari Perusahaan;

c. Ibukota provinsi dimana tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Perusahaan, atau;

d. provinsi tempat kedudukan Bursa Efek dimana saham Perusahaan dicatatkan.31

3) Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan maupun RUPS Luar Biasa dengan didahului pemanggilan RUPS.32

4) Perusahaan melakukan pengumuman paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sebelum pemanggilan RUPS, dengan tidak memperhitungkan tanggal pengumuman dan tanggal pemanggilan, Direksi harus memberitahukan kepada para Pemegang Saham dengan cara memasang iklan dalam sedikitnya 1 (satu) surat kabar

29 AD pasal 11 ayat 8, 30 AD pasal 11 ayat 15 31 AD pasal 14 ayat 2 32 UU 40/2007 pasal 79 (1)

(28)

28

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

harian berbahasa Indonesia, website Bursa Efek Indonesia dan website Perusahaan berbahasa Indonesia dan Inggris.33

5) Pemanggilan untuk RUPS disampaikan kepada seluruh Pemegang Saham dengan cara memasang iklan dalam sedikitnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia, website Bursa Efek Indonesia dan website Perusahaan berbahasa Indonesia dan Inggris sebagaimana ditentukan oleh Direksi atau Dewan Komisaris.34

6) Pemanggilan untuk RUPS dilakukan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kalender sebelum RUPS, dengan tidak mempehitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.

7) Panggilan RUPS harus mencantumkan hari, tanggal, waktu,tempat dan mata acara rapat dengan disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam Rapat tersedia di kantor Perusahaan mulai dari tanggal dilakukan pemanggilan sampai tanggal Rapat diadakan.35

8) Perusahaan dapat melakukan Ralat Pemanggilan RUPS jika terdapat perubahan informasi dalam pemanggilan RUPS.

9) Perusahaan wajib mengumumkan ringkasan risalah RUPS paling lambat akhir hari kerja kedua setelah RUPS diselenggarakan kepada publik sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia, website Bursa Efek Indonesia dan website Perusahaan berbahasa Indonesia dan Inggris.36

b. Pimpinan RUPS

1) RUPS dipimpin oleh salah satu anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk dalam Rapat Dewan Komisaris. Dalam hal anggota Dewan Komisaris memiliki benturan kepentingan maka RUPS dipimpin oleh anggota Dewan Komisais lainnya yang tidak memiliki benturan

33 AD pasal 14 ayat 6 jo. Ayat 10, 34 AD pasal 14 ayat 14 jo. Ayat 15,

35 AD pasal 14 ayat 18 jo. Ayat 24 huruf a, UU 40/2007 ps 82 (2,3) 36 AD pasal 15 ayat 9,

(29)

29

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

kepentingan.37

2) Apabila semua anggota Dewan Komisaris memiliki benturan kepentingan, maka RUPS dipimpin oleh salah seorang Direktur yang ditunjuk dalam Rapat Direksi.38

3) Apabila semua anggota Direksi memiliki benturan kepentingan maka RUPS dipimpin oleh salah seorang Pemegang Saham yang bukan pengendali yang ditunjuk oleh mayoritas Pemegang Saham Lainnya yang hadir pada saat RUPS.39

4) Dari segala hal yang dibicarakan dan diputuskan dalam RUPS, Perusahaan wajib membuat risalah rapat dan ringkasan risalah RUPS. 40

c. Kuorum, Hak Suara dan Keputusan

1) RUPS dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili lebih dari ½ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan.41

2) Dalam hal kuorum tidak tercapai maka dapat diadakan panggilan Rapat kedua tanpa didahului dengan pengumuman Rapat. 42

3) Rapat kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak rapat pertama dengn sayarat dan acara yang sama seperti yang diperlukan untuk rapat pertama.43

4) Rapat kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri oleh Pemegang Saham yang mewakili sedikitnya 1/3 (satu per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. 44

5) Dalam hal kuorum rapat kedua tidak tercapai, maka atas permohonan Perusahaan korum, jumlah suara untuk mengambil

37 AD pasal 15 ayat 1 jo. Ayat 2, 38 AD pasal 15 ayat 1 jo. Ayat 2 39 AD pasal 15 ayat 1 jo. Ayat 2 40 AD pasal 15 ayat 5

41 AD pasal 16 ayat 1 a 42 AD pasal 16 ayat 1 b 43 AD Pasal 16 ayat 1 d 44 AD Ps 16 ayat 1 e,

(30)

30

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

keputusan, panggilan dan waktu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham ditetapkan oleh Ketua Otoritas Jasa Keuangan.45 6) Ketua Rapat berhak meminta agar surat kuasa untuk mewakili

Pemegang Saham diperlihatkan kepadanya pada waktu Rapat diadakan.46

7) Dalam Rapat setiap saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk mengeluarkan 1 (satu) suara.47

8) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat tertutup yang ditandatangani dan mengenai hal lain secara lisan, kecuali apabila Ketua Rapat menentukan lain tanpa ada keberatan dan 1 (satu) atau lebih Pemegang Saham yang secara bersama-sama mewakili sedikitnya 10 (sepuluh) persen dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan meminta pemungutan suara dilakukan secara tertulis dan rahasia.48 9) RUPS dapat juga dilakukan melalui media telekonferesi, video

konferensi, atau sarana media elektronik lainya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.49 10) Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

Bila tidak tercapai keputusan secara musyawarah, maka keputusan sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali Undang-Undang dan atau Anggaran Dasar menentukan lain.50

11) Semua keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam Rapat kecuali

45 AD Ps 16 ayat 1 f jo. Ayat 1 h, 46 AD Ps 16 ayat 3,

47 AD Ps 16 ayat 4, 48 AD Ps 16 ayat 8, 49 UU40/2007 ps 77(1) 50 UU40/2007 ps 87(1)

(31)

31

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. 51

C. Dewan Komisaris 1. Pengertian

Dewan Komisaris sebagai Organ Perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan tata kelola Perusahaan yang baik. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip bahwa komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak independen. Dewan Komisaris harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik, fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan sampai dengan pemberhentian sementara.52

2. Persyaratan/Kualifikasi Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris wajib memiliki persyaratan sebagai berikut :

a. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang calon Anggota Dewan Komisaris meliputi persyaratan formal dan persyaratan material. Persyaratan formal merupakan persyaratan yang bersifat umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sedangkan persyaratan material merupakan persyaratan yang bersifat kualitas disesuaikan dengan kebutuhan dan sifat bisnis WIKA Beton

b. Anggota Dewan Komisaris boleh memangku jabatan rangkap sebagai:53 1) Anggota Direksi paling banyak 2 (dua) Perusahaan lain;

2) Anggota Dewan Komisaris paling banyak pada 2 (dua) Perusahaan lain.54

c. Dewan Komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas dan

51 AD Ps 16 ayat 10

5252 PP no. 45/2005 Ps 1 (8) dan UU No.19/2003 ps 1(7), UU PT 40/2007 Psl 1 (6)

53Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 33 dan UU No. 5 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli

(32)

32

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

dedikasi. 55

d. Memahami masalah-masalah manajemen Perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha Perusahaan.56

3. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris

a. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.57

b. Jumlah Dewan Komisaris maksimal sama dengan jumlah anggota Direksi.58

c. Dewan Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) berasal dari Komisaris Independen, seorang diantaranya diangkat sebagai Komisaris Utama.59 d. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota

merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.60

e. Komposisi Dewan Komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam arti tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap Direksi.61

f. Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS.62

55 PP no. 45/2005 Ps 50 (1), UU no 19/2003 ps 28 (1) 56 UU no 19/2003 ps 28 (1) , PP no. 45/2005 Ps 50 (1) 57 Pedoman Umum GCG Indonesia KNKG 2006 point C 1.1 58 SK Kementerian BUMN Nomor SK-16/2012 Par 24 FUK 2 a 59 AD Pasal 20 Ayat 1

60 AD Pasal 20 Ayat 1, UU No.40/2007 ps 108 (4) 61 UU no 19/2003 ps 28 (2),

(33)

33

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

g. Pengangkatan anggota Dewan Komisaris tidak harus bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi, kecuali untuk pengangkatan pertama kalinya pada saat pendirian.63

4. Masa Jabatan Dewan Komisaris

a. Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu 5 tahun sejak pengangkatan sampai dengan penutupan RUPS Tahunan ke-5 (lima) dan dapat diangkat kembali dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan sewaktu-waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.64 b. Komisaris Independen dapat menjabat lebih dari dua periode jabatan

sepanjang dapat menyatakan dirinya independen pada RUPS dan diungkapkan juga dalam Laporan Tahunan.

5. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Implementasi tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Komisaris di WIKA Beton antara lain :

a. Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan serta prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban , serta kewajaran;65

b. Dengan itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan.66

c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan Perusahaan maupun usaha Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan RJPP, RKAP serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan serta memberikan nasihat kepada

63 UU 19/2003 psl 28 (5) , PP 45/2005 ps 52(2)

64 UU No 40 Tahun 2007 pasal 111 (3), Anggaran Dasar Pasal 20 Ayat 11 65 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 Pasal 12 Ayat 1 66 AD pasal 21 ayat 1

(34)

34

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Direksi.67

d. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan Perusahaan.68

e. Menyetujui dan mengesahkan RJPP dan RKAP.69

f. Melakukan tindakan pengurusan Perusahaan dalam keadaan tertentu sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.70

g. Melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan/atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.

h. Direksi harus memberikan semua keterangan yang berkenaan dengan Perusahaan sebagaimana diperlukan oleh Dewan Komisaris untuk melaksanakan tugas mereka.71

i. Setiap Anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perusahaan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dan tanggungjawab tersebut berlaku secara tanggung renteng.72

j. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian apabila dapat membuktikan:73

(1) telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan;

(2) tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

(3) telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya kerugian tersebut.

67Anggaran Dasar Pasal 21 Ayat 1, dan SK-16/S.MBU/2012 parameter 59 68Anggaran Dasar Pasal 21 Ayat 1

69 Anggaran Dasar Pasal 21 Ayat 3 70 AD pasal 21 ayat 11

71 AD pasal 21 ayat 5

72Undang-undang No. 40 tahun 2007 Pasal 114 Ayat 3 & 4, dan SK Ketua Bapepam No. Kep-45/PM/2004

tanggal 29 November 2004 Peraturan No. IX.I.6 butir 4

73Undang-undang No. 40 tahun 2007 Pasal 114 Ayat 5, dan SK Ketua Bapepam No. Kep-45/PM/2004

(35)

35

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014 6. Penilaian Kinerja Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris melakukan pengukuran dan penilaian terhadap kinerja Dewan Komisaris dengan menetapkan indikator yang terkait dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain mencakup ketajaman pengawasan, kehadiran dalam rapat, pelaksanaan manajemen resiko, identifikasi resiko

usaha dan implementasi GCG (self assessment). 74

b. Melakukan penilaian kinerja Direksi berdasarkan indikator kinerja utama yang tercakup dalam Kontrak Manajemen Direksi secara kolegial dan individu dengan realisasi pencapaian masing-masing.

7. Komisaris Independen

a. Perusahaan wajib memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya ditentukan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah anggota Dewan Komisaris.75

b. Komisaris Independen harus melindungi kepentingan Pemegang Saham minoritas dengan menciptakan iklim yang obyektif, independen, dan menjaga fairness untuk kepentingan Perusahaan.

8. Program Pengenalan dan Pengembangan Anggota Dewan Komisaris a. Kepada anggota Dewan Komisaris yang baru ditunjuk wajib diberikan

program pengenalan mengenai Perusahaan. Program pengenalan dimaksudkan agar Dewan Komisaris yang berasal dari berbagai latar belakang dan pengalaman dapat mengenal dan memahami kegiatan dan kondisi Perusahaan.76

b. Program Pengembangan untuk Dewan Komisaris dimaksudkan agar Dewan Komisaris dengan pengetahuannya dapat selalu memperbaharui informasi tentang perkembangan terkini dari bisnis Perusahaan.

9. Rapat Dewan Komisaris

Untuk melaksanakan tugas pengawasan dan memberikan nasihat, Dewan

74 SK-16/S.MBU/2012 Par 71 75 AD pasal 20 ayat 1

(36)

36

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Komisaris melaksanakan Rapat Internal, Rakomdir, serta Rapat Dewan Komisaris bersama komite-komite Dewan Komisaris.

Penentuan Agenda Rapat

Agenda Rapat didasarkan pada Program Kerja Dewan Komisaris atau hal-hal yang dianggap perlu.

Pelaksanaan Rapat

a. Rapat Dewan Komisaris dianggap sah apabila diadakan di tempat kedudukan Perusahaan atau di tempat lain di wilayah Republik Indonesia. b. Rapat Dewan Komisaris diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali

tiap-tiap bulan, dalam rapat tersebut Dewan Komisaris dapat mengundang Direksi.

c. Dewan Komisaris harus menetapkan tata tertib Rapat Dewan Komisaris dan mencantumkannya dengan jelas dalam risalah Rapat Dewan Komisaris di mana tata tertib tersebut ditetapkan.

Mekanisme Rapat dan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris secara formal diperoleh melalui rapat dan diluar rapat (sirkuler).

Risalah Rapat

a. Setiap Rapat yang dilaksanakan harus dibuat Risalah Rapat yang berisi jalannya rapat, permasalahan yang dibahas, penyataan keberatan (dissenting comments) apabila ada dan hasil keputusan rapat.

b. Risalah rapat diadministrasikan secara baik oleh Sekretaris Dewan Komisaris atau Sekretaris Perusahaan untuk kepentingan dokumentasi dan akuntabilitas proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris.

10. Sekretaris Dewan Komisaris

a. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Dewan Komisaris dapat mengangkat seorang Sekretaris Komisaris atas beban Perusahaan.

b. Sekretaris Dewan Komisaris diangkat dengan Surat Keputusan Dewan Komisaris disertai uraian tugas yang jelas.

c. Sekretaris Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk menyusun dan mendistribusikan undangan, agenda, bahan dan hasil/risalah rapat Dewan

(37)

37

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

Komisaris, rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi dan rapat-rapat Komite Dewan Komisaris.

D. Direksi

1. Pengertian

Direksi adalah organ Perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perusahaan sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan, serta mewakili Perusahaan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.77

2. Persyaratan/Kualifikasi Direksi

a. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang calon Direksi meliputi persyaratan formal dan persyaratan material. Persyaratan formal merupakan persyaratan yang bersifat umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sedangkan persyaratan material merupakan persyaratan yang bersifat kualitas disesuaikan dengan kebutuhan dan sifat bisnis WIKA Beton78

b. Rangkap Jabatan Direksi

1) Anggota Direksi dapat merangkap jabatan sebagai Anggota Direksi paling banyak 1 (satu) di Perusahaan lain, Anggota Dewan Komisaris paling banyak 3 (tiga) di Perusahaan lain, Komite paling banyak 5 (lima) di Perusahaan dimana yang bersangkutan juga menjabat sebagai Anggota Direksi atau Anggota Dewan Komisaris.79

2) Tidak boleh merangkap jabatan lain sebagai anggota Direksi pada BUMN, BUMD dan Badan Usaha Milik Swasta atau jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.80

3) Tidak boleh merangkap jabatan lain sebagai pejabat dalam jabatan struktural dan fungsional pada instansi/ lembaga Pemerintah Pusat dan/

77PP 45/2005 Ps 1 (7), UU 19/2003 PS 1 (9), UU 40/2007 Pasal 1(5) 78 Kepmen 104 Tahun 2002

79 AD pasal 17 ayat 4,

80 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 33 dan UU No. 5 1999 tentang Larangan

(38)

38

Panduan Penerapan GCG WIKA Beton edisi Desember 2014

atau daerah;

3. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi

a. Komposisi Direksi WIKA Beton harus sedemikian rupa disesuaikan dengan besarnya kegiatan kompleksitas bisnis Perusahaan dan struktur organisasi sehingga memungkinkan pengambilan putusan yang efektif, tepat dan cepat dalam rangka pencapaian tujuan - tujuan Perusahaan.81

b. Jumlah anggota Dewan Direksi sekurang kurangnya adalah 2 (dua), yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan anggota Direksi yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.82

c. Untuk menjaga keseimbangan kepentingan para Pemegang Saham maka perlu diangkat Direktur Independen melalui RUPS.

d. Terhadap individu yang dicalonkan sebagai anggota Direksi, maka kepada yang bersangkutan dilakukan proses penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Lembaga Profesional dan Tim Evaluasi Calon Anggota Direksi83

e. Calon anggota Direksi yang telah dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani pakta integritas sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota Direksi.84

f. Dewan Komisaris berhak memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih anggota Direksi, jikalau mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau melalaikan kewajibannya atau terdapat alasan yang mendesak bagi Perusahaan.85

g. Pemberhentian sementara tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasan yang menyebabkan pemberhentian sementara tindakan tersebut.86

4. Masa Jabatan Direksi

a. Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun sejak pengangkatan 81 AD pasal 17 ayat 1 82 AD pasal 17 ayat 1 83 UU no 19/2003 ps 16 (2) 84 UU No 19/2003 ps 16 (3) 85 AD Pasal 17 ayat 10 86 AD Pasal 17 ayat 10

Referensi

Dokumen terkait

Dalam novel Shi ga futari wo wakatsu made, utopianya p enyakit aneh menjangkiti Yurie Yonehara, yang hanya bisa hidup dengan menghisap nyawa orang lain dan Ninjoo :

Tujuan dilkukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi waste (pemborosan) pada proses produksi casting dan memberikan perbaikan dengan merancang alat bantu yang

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) secara keseluruhan sudah diberdayakan dengan baik dengan program-program yang dilakukan

Hasil analisis sampel air laut Teluk Gorontalo dicatat sebagai Ci kemudian dibandingkan dengan standar baku mutu [10], yang dicatat sebagai Lij, sehingga dapat

Bantalan merupakan elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak- baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang

Di dalam bagian I, maka pada saat ini, lembu yang telah disembelih (dipotong) yang diimport, seluruh atau separo badan (di dalam keadaan segar), dikenakan bea dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Bank BRI Unit Poncowati, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam menurunkan kredit

Berdasarkan latar belakangnya yang telah dijelaskan bahwa walaupun Tari Tradisional ini sampai sekarang masih bisa dipelajari di Sekolah-Sekolah maupun sanggar seni tetapi