• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut di JTV ( Studi Deskriptif Tentang Opini Penonton Terhadap Gerakan Erotis Pada Acara Stasiun Dangdut di JTV ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut di JTV ( Studi Deskriptif Tentang Opini Penonton Terhadap Gerakan Erotis Pada Acara Stasiun Dangdut di JTV )."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Gerakan Erotisme Pada Acara Stasiun Dangdut Di JTV)

SKRIPSI

Di ajukan Untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

LINDA AUGUSTINA

NPM.0643010203

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

LINDA AUGUSTINA NPM 0643010203

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada 11 Juni 2010

Dra. EC. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349

(3)

SWT atas segala rahmat dan rihonya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “OPINI PENONTON SURABAYA TERHADAP ACARA STASIUN DANGDUT DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Opini Penonton Terhadap Gerakan Erotisme Pada Acara Stasiun Dangdut Di JTV). Penulisan Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, baik dalam penyajian material maupun dalam pengungkapan bahasanya.

Disadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari segala bimbingan, bantuan, dan dorongan serta semangat dari Ibu Dra. Sumardjijati, Msi selaku dosen pembimbing skripsi dan tentunya juga dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini maka dengan kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jatim.

(4)

iv

Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. 5. Kedua Orangtua yang selalu memberikan support dan doa kepada penulis. 6. Buat Papanya Dinda yang tidak bosan mendengarkan keluhan dan

memberikan support bagi penulis.

7. Sobatku Yuzman manis yang sudah membantu penulis dalam menyusun skripsi diwaktu yang singkat, saya ucapkan terima kasih.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan memberi masukan semangat untuk mengerjakan skripsi ini, Madhe, Mbak Lala, Winda, Mbak Evian dan Qeis.

9. Kakak tercinta Mbk Ila dan Mbk Nanik telah membantu dan mendengarkan curahan hati penulis, terima kasih. mmuaah

10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah banyak membantu dalam penyusunan laporan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangundari semua pihak sangat diharapkan demki kesempurnaan penulisan laporan Skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Wassalamu’alaikum wr wb

(5)

Gerakan Erotisme Pada Acara Stasiun Dangdut Di JTV)

Disusun Oleh :

LINDA AUGUSTINA NPM.0643010203

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 96203231993092001

Mengetahui, DEKAN

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 14

2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Opini ... 14

2.1.2 Televisi Sebagai Media Massa ... 16

2.1.3 Pemirsa Sebagai Khalayak aktif... 19

2.1.4 Stasiun Dangdut ... 21

2.1.5 Erotis ... 22

(7)

2.1.5.1 Erotisme Dalam Seksualitas... 24

2.1.6 Gerakan Dalam Erotisme ... 26

2.1.7 Erotisme Dalam Karya Visual ... 27

2.1.8 Teori S-O-R... 29

2.2 Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Definisi Operasional ... 33

3.1.1 Tayangan Stasiun Dangdut Jtv... 33

3.1.2 Opini ... 34

3.1.3 Pengukuran Variabel... 35

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 37

3.2.1 Populasi ... 37

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 37

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 42

3.4 Teknik Analisis Data... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dan Penyajian Data .... 44

4.1.1 Gambaran Umum PT. Jawa Pos Media TV (JTV) .. 44

4.1.2 Visi dan Misi PT. Jawa Pos Media TV (JTV) ... 46

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 48

4.2.1 Identitas Responden ... 48

4.2.2 Penggunaan Media ... 51 4.2.3 Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut

(8)

JTV... 53

4.3 Arah Opini Penonton (positif, netral, negatif) Terhadap Stasiun Dangdut JTV ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN... 71

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jenis Kelamin Responden ... 48 Tabel 2. Usia Responden... 49 Tabel 3. Pekerjaan Responden ... 50 Tabel 4. Frekuensi Responden Menonton dalam Kurun Waktu Satu

Minggu ... 51 Tabel 5. Durasi Menonton Acara Stasiun Dangdut JTV... 52 Tabel 6. Tujuan Menonton Acara Stasiun Dangdut JTV ... 53 Tabel 7. Acara Stasiun Dangdut JTV Merupakan Jenis Program Variety

Show yang Anda Sukai ... 54 Tabel 8. Leni dan Stefani Merupakan Host yang Sangat Sesuai Untuk

Acara Stasiun Dangdut JTV... 54 Tabel 9. Suatu Arti / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV

Mengandung Unsur Erotis Seperti Desahan-desahan ... 55 Tabel 10. Busana Artis / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV Terbuka

dan Sexy ... 56 Tabel 11. Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV Menampilkan Gerakan

Erotis ... 57 Tabel 12. Gerakan Erotis Penyanyi Dangdut Acara Stasiun Dangdut JTV

Lebih Menonjol Dibanding Kualitas Suara... 58 Tabel 13. Gerakan Erotis Penyanyi Stasiun Dangdut JTV Menarik Perhatian 59

(10)

Tabel 14. Gerakan Erotis Acara Stasiun Dangdut JTB Layak Ditonton Semua Usia... 60 Tabel 15. Gerakan Erotis pada Acara Stasiun Dangdut JTV Mengangkat

Citra Musik Dangdut di Masyarakat ... 61 Tabel 16. Gerakan Erotis Stasiun Dangdut Dapat Menghibur Masyarakat ... 62 Tabel 17. Secara Keseluruhan Tayangan Acara Stasiun Dangdut Masih

Mengandung Gerakan Erotis... 63 Tabel 18. Arah Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut JTV... 65

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Teori Stimulus-Organisme-Response ... 32 Gambar 2. Kerangka Berpikir... 34

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuisioner... 71 Lampiran 2 Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 74

(13)

Menonton program acara variety show “Stasiun Dangdut” di JTV memang selalu menarik perhatian orang. Program acara variety show “Stasiun Dangdut” di JTV itu sendiri adalah acara yang dikemas musik dangdut masa kini yang masih menjadi kontroversi sebagian masyarakat karena terdapat gerakan erotis yang banyak menonjolkan bagian-bagian tubuh. Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa acara “Stasiun Dangdut”banyak yang menonton dan banyak dari masyarakat tidak menyukai dikarenakan konsep acara, musik kurang bagus, kostum penyanyi dan goyangan artis penyanyi dangdut dianggap terlalu vulgar & erotis. Dengan demikian peneliti melanjutkan penelitian terdahulu karena sampai sekarang masih mengandung gerakan erotis. Berkaitan dengan hal-hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apa opini masyarakat Surabaya terhadap acara “Stasiun Dangdut” di JTV.

Sebagian masyarakat menilai gerakan tersebut negatif, selain itu juga masalah goyangan yang ada dalam “Stasiun Dangdut” di JTV ini menjadi kontroversi dan pro knotra yag muncul dari masyarakat sering kali dipicu oleh gerakan erotis yang dinilai berbenturan dengan tata nilai budaya masyarakat dan juga telah mengabaikan pentingnya etika dan moral bangsa Indonesia. Teori yang diguanakan adalah teori S-O-R ( Stimulus-Organisme-Response ). Menurut teori stimulus ini, masyarakat Surabaya memperoleh pesan ( Stimulus ) dari media massa elektronik. Yang dimana disini adalah acara “Stasiun Dangdut” di JTV dan masyarakat Surabaya memberikan perhatian, pengertian, dan penerimaan dari acara tersebut, sehingga akan menimbulkan opini yang merupakan respon dari masyarakat Surabaya setelah melihat acara “Stasiun Dangdut” di JTV.

Populasi subjek penelitian adalah masyarakat Surabaya yang berumur 17 tahun keatas khususnya penonton acara “Stasiun Dangdut” di JTV dan bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sampel dengan menggunakan teknik Multistage Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data pada tiap motif mengguankan kuesioner dengan skala likert. Analisis data dan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa arah dari opini masyarakat Surabaya terhadap acara “Stasiun Dangdut” di JTV adalah positif. Hal ini berarti acara “Stasiun Dangdut” di JTV banyak disukai. Hal yang disukai karena acara ini hanya bertujuan untuk menghibur dan menarik perhatian penonton. Walaupun ada sebagian tidak menyukai karena acara “Stasiun Dangdut” menampilkan gerakan erotis, pada kenyataannya pun dalam gerakan tersebut tetap disukai masyarakat.

(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi komunikasi terutama komunikasi massa semakin memudahkan manusia dalam memperoleh informasi. Salah satu saluran atau media komunikasi massa adalah media elektronika, yaitu televisi.

Media massa sarana merupakan untuk menyampaikan isi pesan yang bersifat umum kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, melembaga, memiliki perhatian yang berpusat pada isi pesan yang sama, dengan tidak memberikan arus balik secara langsung pada saat itu. Menurut jenisnya media massa dibagi menjadi dua yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, tabloid, dan surat kabar, sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi dan radio yang masing-masing memilki sifat, karakter, daya tarik, dan ciri khas sendiri-sendiri (Wahyudi, 1991:50-51). Menurut Sastro (1992:23) dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir keadaannya. Meskipun demikian, televisi merupakan media massa yang paling efektif dan banyak menarik simpatik serta perhatian dari masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya. Dalam hal penayangannya televisi memiliki jangkaun yang tidak

(15)

terbatas. Dengan modal visual yang dimiliki, siaran televisi bersifat sangat komulatif dalam memberikan pesan-pesannya, karena itulah media televisi sangat bermanfaat bagi upaya pembentukan sikap maupun perilaku sekaligus perubahan pola pikir.

Menurut Kuswandi (1996:21-24), munculnya media televisi dalam kehidupan manusia telah menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi. Kemampuan media televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik yang dimiliki media televisi semakin besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali.

(16)

beberapa program siaran televisi berita yaitu : B-cak, Stasiun Dangdut, Dangdut ZR, ludruk Kartolo dan sebagainya. Dari beberapa program acara yang ada di stasiun JTV, peneliti memilih acara Stasiun Dangdut, karena peneliti beranggapan bahwa acara stasiun dangdut yang disiarkan JTV menampilkan sisi erotisme, ini dapat dilihat dari gerakan tariannya, pakaian yang dikenakan, tidak sesuai dengan UU Penyiaran dan Standar Program Siaran ( SPS )

Dangdut merupakan salah satu dari generasi musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Penyebutan nama “dangdut” merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang aja) yang khas dan disominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer dikalangan masyarakat kelas pekerja kelas menengah kebawah saat itu. (www.wikipediaindonesia.com) diakses pada hari minggu tanggal 25 Februari 2010 pukul 08.00 WIB.

(17)

seperti larangan berjudi, diragukan efektivitasnya. Semenjak Inul Daratista yang berasal dari kota Pasuruan menggebrak panggung hiburan dengan alunan musik dangdut yang khas dengan goyang ngebornya sejak tahun 2003, stratifikasi musik dangdut berubah, dangdutpun naik kelas. Artis papan atas tak segan-segan menyayikan lagu dangdut seperti Julia Peres, Titi Kamal. Banyak artis-artis lokal yang berlomba-lomba menyanyikan lagu dangdut dengan goyangan yang mengumbar erotisme dan sensualitas sebagai ciri khas tersendiri untuk menarik perhatian pemirsa.

Maraknya persaingan antara stasiun televisi swasta maupun lokal berpengaruh pada program acara yang dibuat, mulai dari berita, musik, film, sinetron, pendidikan, kesehatan, infotainment, talk show, home shopping, sampai acara variety show yang menampilkan musik dangdut dan artis penyanyi lokal Jawa Timur. Dengan berbagai macam isi acara yang ditampilkan, akan membuat para pemirsa televisi bebas untuk memilih acara-acara mana yang disukai yang sesuai dengan apayang dibutuhkannya.

(18)

Acara “Stasiun Dangdut” tergolong program reguler entertainment berbasis musik yang melibatkan pemirsanya. Program acara dangdut meningkat dikarenakan pemirsa JTV dari kalangan menegah kebawah yang menyukai segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercemin dari lirik serta kesederhanaan lagunya. Acara ini tidak terlepas dari gaya pentas yang sensasional. Dangdut selalu mendapat respons baik dari penonton dengan pencapaian rating tertinggi, tapi kenyataan di masyarakat masih timbul pro dan kontra dari goyangan dan cara berpakaian. Musik dangdut sangat disukai penonton lokal dan masih menjadi musik rakyat, ini juga dilihat dari performa ratingnya dibandingkan dengan musik Pop dan Rock. Dangdut yang dianggap sebagai ekspresi musik khas Indonesia , lebih meyakinkan JTV untuk melangkah lebih maju dengan mengusung musik program musik dangdut lebih maju. Selain itu alasan mengusung tema dangdut dikarenakan PT Jawa Pos Media Televisi sebagai televisi lokal atau regional Jawa Timur yang mayoritas dari bangsa kulonan (daerah) yang menyukai musik dangdut. Artisnya pun diambil dari daerah Jawa Timur sendiri. Hal ini ditujukkan untuk menggali potensi terpendam dari artis-artis Jawa Timur karena sebenarnya artis papan atas nasional dahulunya juga dari artis-artis lokal.

(19)

artis asli Surabaya ini memakai pakaian yang ketat dengan bagian dada terbuka. Tidak lupa mereka mengeluarkan goyang andalan mereka. Hari sabtu 19 November 2009 yang dimeriahkan oleh artis lokal yaitu all artis trio dangdut, dengan pakaian ketat dengan dada terbuka, pakain mini di atas lutut. Pemirsa juga diperbolehkan kirim salam untuk orang-orang terdekat dan keluarga. Kesempatan untuk kirim salam via handphone dengan mengetik nama dan usia_isi salam dan dikirimkan ke 0817338450. Orkes melayu lokal dari Jawa timur ikut meramaikan suasana dengan gaya tampilan yang indah mereka dengan seragam dan kompak.

Semua acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi selalu menimbulkan dampak psikologi bagi pemirsanya tidak terkecuali dengan acara stsiun dangdut di JTV. Karena terdapat goyangan erotis yang dapat menimbulkan syahwat. Adapun pengertian erotisme sendiri adalah Erotisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1992) didefinisikan sebagai (1) keadaan bangkitnya nafsu birahi; (2) keinginan akan nafsu seks secara terus menerus. Namun pada kata erotisme ada bagian yang penting yaitu ”sous-tendus par le libido” yang berarti ”didasari oleh libido” atau ”diilhami oleh libido” (http://warnadunia.com/penjelasan-tentang-erotisme-dan-pornografi/

diakses kamis tanggal 25 februari 2010).

(20)

laki-laki menganggap hal ini sangat menarik dan menjadi daya tarik tersendiri. Sedangkan dari para ibu rumah tangga menganggap goyangan ini tidak layak dipertontonkan dimuka umum mengingat acaranya pukul 12.00-13.00 WIB yang kebanyakan pemirsanya anak-anak dibawah umur. Para ibu rumah tangga menilai artis penyanyi dangdut berpenampilan kurang sopan dan bergoyang erotis (www.jtv.co.id) diakses pada hari Rabu 24 maret 2010 pada pukul 09.00.

Fenomena Dangdut atau musik dangdut yang erat dengan goyangannya kini menjadi pergunjingan ditengah masyarakat. Perdebatan pro dan kontra yang muncul dari masyarakat, seringkali dipicu oleh tayangan acara yang berbenturan dengan tata nilai budaya masyarakat yang masih menjujunjung adat ketimuran. Semua orang ikut berbicara mulai dari masyarakat biasa, pakar hukum, pakar media, ulama, bahkan raja dangdut sendiri Rhoma Irama yang menganggap goyangan dangdut sekarang lebih erotis dan bisa merusak citra musik dangdut itu sendiri. Padahal sebenarnya dangdut identik dengan goyangan yang berpusat dipinggul, pinggang serta dada. Tanpa goyang dangdut akan terasa hampa. Bagai sayur tanpa garam. Dangdut mempunyai 2 kekuatan yaitu : lirik lagu dan visualisasi goyangan (www.suaramerdeka.com) diakses pada hari Rabu 24 Februari 2010 pukul 14.30 WIB. Goyangan inilah yang membedakan dangdut dengan aliran musik lainnya.

(21)

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

Meskipun sudah adanya peraturan mengenai pornografi, tetap saja ada tayangan yang mengeksploitasi bagian-bagian tubuh wanita. Bentuk tayangan yang mengeksploitasi perempuan dan menggunakan unsur pornografi, ditujukan untuk membuat acara programnya dilihat sehingga mereka mengandalkan unsur tersebut sebagai tayangannya. Dimana isi siaran yang digunakan mengarahkan pikiran pemirsa, bahkan seringkali unsur pornografi dimasukkan kedalam sebuah tayangan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari program acara. (http://www.nahimunkar.com/579/) diakses tanggal 7 maret 2010).

Dalam standard program siaran (SPS) pasal 17 tentang pelarangan adegan seksual, bahwa program siaran yang bermuatan adegan seksual dilarang sebagai berikut :

a. Mengeksploitasi bagian-bagian tubuh yang lazim dianggap dapat membangkitkan birahi, seperti : paha, bokong, payudara, dan atau alat kelamin.

(22)

c. Adegan gerakan tubuh atau tarian yang dapat membangkitkan gairah seks, khususnya bagian tubuh sekitar dada, perut, pinggul atau bokong.

d. Adegan berpelukan mesra sambil bergumul antara lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat membangkitkan libido.

e. Adegan menyentuh, meraba, atau meremas bagian tubuh yang dapat membangkitkan birahi, seperti paha : paha, selangkangan, bokong, payudara, atau perut.

f. Adegan cium bibir penuh nafsu dan adegan ciuman pada bagian-bagian tubuh yang dapat membangkitkan birahi seperti : pada leher, payudara, telinga atau perut.

g. Adegan yang mengesahkan ciuman bibir secara samar-samar. h. Adegan masturbasi secara terbuka.

i. Adegan yang mengesahkan masturbasi secara samar-samar.

j. Percakapan atau adegan yang menggambarkan rangkaian aktivitas ke arah hubungan seks dan atau persenggamaan.

k. Menampilkan persenggamaan atau hubungan seks heteroseksual, homoseksual atau lesbian, atau benda tertentu yang menjadi simbol seks secara terbuka atau samar-samar.

l. Suara-suara atau bunyi-bunyian yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks dan atau persenggamaan.

(23)

n. Adegan pemerkosaan atau kekerasan seksual secara vulgar.

o. Adegan yang menunjukkan terjadinya pemerkosaan atau kekerasan seksual secara samar-samar.

p. Lirik lagu yang secara eksplisit dapat membangkitkan hasrat seksual dan atau

q. Pembicaraan mengenai hubungan seksual secar vulgar.

Erotis merupakan bagian dari seksualitas. Seksualitas bukan hanya tentang hubungan seks. Seksualitas adalah tentang bagaimana seorang mengalami, menghayati, dan mengekspresikan diri sebagai makhluk seksual, dengan kata lain tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bertindak berdasarkan posisinya sebagai makhluk seksual. Hubungan seks hanyalah salah satu aspek. Seksualitas mencakup banyak hal diluar itu. Segala sesuatu ada kaitannya dengan seks ( ada kaitannya dengan kelamin ) tercakup di dalamnya. Sungguhpun seks merupakan hal yang sangat universal sifatnya hampir semua peradaban dan budaya, seksualitas itu sangat privat, tertutup dan diatur serta dilambangkan dalam aturan agama dan negara yang ketat. Hampir semua agama memberikan batasan pada kegiatan yang berhubunag dengan seks. ( Ibrahim, 2004: 102 )

(24)

erotis.(Indri Anjar Kartika Sari,2007 :hal 56-60). Penelitian ini dilakukan atas dasar untuk melanjutkan penelitian terdahulu karena sampai sekarang acara stasiun dangdut masih mengandung sisi erotis dari gerakan dan pakaian yang digunakan oleh artis dangdut. Ini yang mendasari peneliti ingin mengetahui bagaimana opini penonton terhadap gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV yang didalam nya masih menampilkan sisi erotisnya. Apakah opini mereka cenderung positif, negatif, ataukah netral terhadap kontroversi tersebut. Karena disatu sisi muatan goyangan atau gerakan erotis tersebut memberikan hiburan. Sedangkan disisi lain muatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama, budaya bangsa serta dalam Undang- Undang Pers dan SPS (Standart Program Siaran ) dan juga dapat merusak moralitas seseorang terutama bila ditonton oleh anak-anak. Gerakan erotis yang ada pada acara stasiun dangdut banyak ditampilkan penonjolan perut, lengan, payudara, punggung, paha, dan pantat. Dalam acara tersebut artis penynyi dangdut juga menggunakan pakaian mini dengan berbagai macam model dan warna.

(25)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana opini penonton terhadap acara Stasiun Dangdut di JTV?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana opini masyarakat tentang acara Stasiun Dangdut di JTV.

1.4 Kegunaan penelitian

Manfaat yang didapat dari pelaksanaan penelitian ini antara lain, adalah :

1. Melihat kecenderungan opini masyarakat terhadap gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV.

2. Mencari tahu opini dari masyarakat terhadap acara stasiun dangdut di JTV yang disisi lain masih terdapat gerakan erotisnya.

(26)

4. Memberikan informasi kepada pihak penyelenggara siaran tentang dampak tayangan acara televisi yang dapat menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

(27)

2.1.1 Opini

Istilah opinion yang kita terjemahkan menjadi “opini” didefinisikan oleh cutlip dan center sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoaalan yang mengandung pertentangan. (Effendy, 1999: 86)

Opini juga diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu, opini bersifat subyektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lainnya selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini, antara yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan. (Abdullah, 2001: 14 ).

Opini merupakan kata serapan dari bahasa inggris opinion, yaitu berarti tanggapan atau jawaban terhadap suatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan kata-kata, bisa juga sebagai perilaku, sikap tindakan, pandangan dan tanggapan lain sebagainya (Ruslan, 1998: 51 ). Sedangkan pendapat lain mengatakan opini adalah pengekspresian sikap mengenai suatu persoalan tertentu dimana pengukuran ekspresi sikap tersebut melalui jawaban positif untuk responden yang mendukung, jawaban netral untuk responden yang mendukung dan tidak mendukung, dan jawaban negatif untuk jawaban responden yang tidak mendukung. (Effendy, 1999: 112 ).

(28)

Secara sederhana opni sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan ( stimuli ) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini dikaji, dipahami, dan dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini masukan bagi badan penerbitan media massa cetak dan dapat pula dijdikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah, yaitu seperti dibawah ini:

1. Arah positif, jika responden memberikan pernyataan setuju.

2. Netral, jika responden memberikan pernyataan antara positif dengan negatif atau tidak memberikan pernyataan.

3. Arah negatif, jika responden memberikan pernyataaan tidak setuju. (Effendy, 1993: 85 )

Berdasakan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa: opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon ) terhadap suatu masalah / situasi tetentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan / diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

(29)

2.1.2 Televisi Sebagai Media Massa

Pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang harus

dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang memunculkan motif menggunakan media massa khususnya televisi.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia,memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi semakin besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Pengaruh dari pada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembuas ruang dan jarak geografis pemirsa ( Kuswandi, 1996 : 21-23 ).

(30)

mempunyai jangkauan yang relative tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus perubahan pola pikir, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual yang menyentuh segi-segi kejiwaan.

Televisi sifatnya langsung, suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit seperti halnya dengan menggunakan bahan cetak. ( Effendi, 2000 : 176 ). Pesan disini dapat berupa hiburan atau informasi-informasi yang dihsilkan, mengutamakan kecepatan, mengandung nilai penting dan menarik. Setiap stasiun televisi memiliki program acara dokumenter yang tidak sama, acara dokumenter yang ditampilkan tidak hanya bersifat informatif saja melainkan ada pula yang mengajak yang mengajak pemirsanya yang seolah-olah ikut dalam suatu perjalan dokumenter. Media televis dipilih karena televisi lebih mampu menjangkau pemirsa dan mampu memenuhi kebutuhan khyalak, mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga khayalak yang tinggal di daerah-daerah dapat menikmati siaran televisi.

(31)

komunikator melembaga, pesan besifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen ( Effendy, 1993:21 ).

Televisi pada pokonya mengandung tiga fungsi ( Effendy, 2000 : 24 ) yaitu sebagai berikut.

1 Fungsi Penerangan

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, televisi selain menyiarkan informasi dalam siaran pandangan mata atau berita yang dibaca penyiar, dilengkapai gambar-gambar faktual dan realistis.

2 Fungsi Pendidikan

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan media yang layak untuk menyiarkan acara pendidikan pada khyalak yang jumlahnya begitu banyak seacara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan penegtahuan dan penalaran masyarakat.

3 Fungsi Hiburan

Fungsi hibuaran terdapat pada siaran televisi tampak dominan. Hal ini karena televisi dapat menampilkan gambar hidup serta suaranya yang tampak nyata dan bias dinikmati bersama.

(32)

merasa bosan dan menemui perasaan yang tidak enak ( bad mood ), media massa berfungsi sebagai tempat pelarian dari perasaan yang tidak enak. Bila kita ingin mendapatkan sesuatu untuk dipelajari maka media massa berfungsi sebagai sahabat. Bila kita mengalami goncangan batin maka media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan ( Escapist ).

2.1.3 Pemirsa Sebagai Khalayak Aktif

Salah satu prinsip dari teori Uses and Gratification adalah anggota khyalak dianggap secara aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya ( Rakhmat, 2004 : 65 ).

Pada setiap komunikasi, pesannya selalu ditujukkan kepada pihak tertentu, yaitu komunikan memiliki karakteristik tertentu, sebagaimana dikatakan ( Sari, 1993 : 4 ) bahwa “ dalam komunikasi massa penerima adalah mereka yang menjadi khayalak media massa yang bersangkutan, dimana khyalak tersebut bersifat heterogen dan anonim”.

Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi.

(33)

kepentingan tertentu terhadap televisi. Dalam arti destruktif, pemirsa televisi adalah suatu proyeksi oleh suatu lembaga atas keanekaragaman tanpa batas dari praktik-praktik menonton yang nyata dari individu-individu dan kelompok.

Dalam Labib ( 2002 : 28 ) pandangan Hartley dikembangkan lagi oleh Ien Ang, lembaga-lembaga penyiaran membayangkan pemirsa melalui analisis rinci terhadap peran pengukuran pemirsa atau audience rating ( tingkat ketontonan acara televisi ). Audience Rating adalah presentase orang ( pemilik rumah ) dalam satu populasi yang menyetel televisi tertentu, jadi, audience rating menunjukkan audience televisi dibagi dengan total telveisi rumah dalam satu populasi.

Secara demografis, pemirsa televisi dapat dikategorikan atas dasar seks ( laki-laki dan wanita ), usia ( dewasa, remaja dan anak-anak ), pendidikan, agama, suku, dan kebangsaan, serta status sosial ekonomi ( sosial economic status-SES ) yang dilihat dari tingkat lanjut belanja rutin keluarga per bulan. Program televisi harus memperhatikan faktor demografis agar lebih tersegmentasi. Menurut Kasali dalam Labib ( 2002 : 30 ) segmentasi pemirsa adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompok-kelompokkan konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen.

(34)

diterapkan seluruh penelitian media itu sendiri. Audience yang pertama dan yang terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian semua yang memiliki pesawat televisi.(http://www.shsu.edu/-listtwh/book/other_notable_genres /video% 20clips.htm ).

2.1.4 Stasiun Dangdut JTV

Stasiun dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut yang

dikemas secara atraktif denga menampilkan orkes melayu “Jatim” dan trio penyanyi dangdut dari Jawa Timur. Acara ini dibawakan oleh dua presenter yaitu stefani dan Leni dengan menarik, dilihat dari penggunaan bahasa Suroboyoan sehingga acaraa ini banyak disukai pemirsa.

(35)

2.1.5 Erotis

Erotis adalah kemampuan manusia untuk mengalami dan menyadari hasrat dan dorongan seksual,orgasme dan hal-hal lain yang menyenangkandari seks. Apa yang menyebabkan hasrat seksual seseorang naik adalah kajian utama erotisme. Misalnya tentang bagaimana perempuan “berdada” besar dan berbokong besar mengundang hasrat laki-laki dan tentang bagaimana dada bidang dan berotot mengundang hasrat perempuan. Erotis merupakan cakupan dari seksualitas. Seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang mengalami, menghayati dan mengekspresikan diri sebagai makhluk sesual, dengan kata lain tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bertindak berdasarkan posisinya sebagai makhluk seksual ( Mendatu, Achmanto 2007 ).

(36)

Perancis (Kamus Lexis 1979) pun mempunyai pengertian yang sama dengan bahasa Inggris. Namun pada kata erotisme ada bagian yang penting yaitu ”sous-tendus par le libido” yang berarti ”didasari oleh libido” atau ”diilhami oleh libido”. Sedangkan libido dalam KBBI diartikan sebagai ”nafsu berahi yang bersifat naluri”. Kata libido ini berasal dari bahasa Latin ’desir’ yang berarti ’keinginan’, ’hasrat’.

Sehingga dengan demikian erotisme berkaitan erat dan bahkan didasari oleh libido yang dalam perkembangan selanjutnya teraktualisasi dalam keinginan seksual. dalam erotisme, libido merupakan dasar atau ilham untuk menggambarkan sesuatu yang lebih luas (misalny konsep cinta , perbedaan antar jenis, atau masalah yang timbul dalam interaksi sosial). Terlihat makna erotisme lebih mengarah pada ”penggambaran perilaku, keadaan atau suasana yang didasari oleh libido dalam keinginan seksual”. Erotisme tidak mempunyai makna dasar ”cabul”, melainkan menggambarkan perilaku, keadaan, atau suasana berdasarkan atau berilhamkan ”libido dan Seks”.( http://warnadunia.com/penjelasan-tentang-erotisme-/, diakses 18 maret 2010, 15.00 WIB ).

(37)

2.1.5.1 Erotisme Dalam Seksualitas

Erotisme adalah kemampuan manusia untuk mengalami dan menyadari hasrat dan dorongan seksual, orgasme dan hal-hal lain yang menyenangkan dari seks. Aktivitas seksual, misalnya berhubungan seks, ditujukkan untuk mencari erotisme. Orang menikah, berpacaran, pergi ke pelacuran dan semacamnya, didorong oleh erotisme. Ketika tertarik dengan laki-laki atau dengan perempuan adalah karena adanya erotisme itu. Mereka yang disukai, menimbulkan erotisme itu.

(38)

obyektifitasi seksual muncul ke permukaan. Dalam teori film, Laura Mulvey menyatakan, keseluruhan aparatus sinematika tergantung pada konsep tatapan pria atau obyektifikasi wanita.

Selain itu erotisme dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain :

1. Oto-erotisme adalah keterbangkitan erotik yang dialami seorang tanpa adanya stimulus erotik dari luar diri seseorang yang hadir secara fisik. Jadi, tanpa ada kehadiran orang lain, tetap mampu mersakan erotisme. Istilah lainnya adalah autoerastia, authophilia, monoseksual, idiosyncrasy dan onanisme.

(39)

laki-laki seksi, mencari erotisme dengan masturbasi sampai mencari erotisme dengan melihat gambar atau video porno.

Pornografi adalah mengungkapkan seksualitas yang bersifat pribadi ke ruang publik, misalnya membuat gambar telanjang atau seronok dan film seks (ketelanjangan dan hubun seksual dianggap bersifat pribadi dan maka ketika diungkapkan ke publik menjelma menjadi pornografi). Pornogarfi sebenarnya bersifat kenyal alias sulit didefinisikan secara tegas, sebab sesuatu bersifat porno bagi satu orang mungkin bukan hal porno bagi orang lain. Goyang ngebor Inul Daratista mngkin porno bagi Rhoma Irama sehingga Inu dicekal. Namun bagi yang lain, goyang tersebut tidaklah porno. Karena kekenyalannya inilah, selalu menimbulkan perdebatan hangat (Burhanbungin,2003 : hal) Porno aksi (gerak, porno kata dan lain-lain) porno aksi adalah sebuah gerakan atau akting baik disengaja maupun tidak disengaja maupun tidak yang dilakuakan para artis atau aktor dalam tayangan acara tv. Akibatanya muncul gerakan dalam erotisme (www.lib.atmajaya.ac.id).

2.1.5 Gerakan Erotis

(40)

1. Secara Umum : gerak merupakan suatu perubahan dalam arti klasik, gerak ( kinesis ), mencakup semua bentuk perubahan seperti perubahan dalam kualitas, kuantitas, posisi, bentuk dan potensi.

2. Secara Khusus : perubahan lokasi spasial dari benda-benda yang berhubungan dengan satu sama lain, proses ( tindakan atau keadaan ) perubahan tempat ( posisi ).

Seks bagian dari hidup manusia. Ia tidak dapat ditekan. Apabila revolusi seks sudah meletus, maka erotisme dapat pula. Disatu pihak seks harus ditutupi, di lain pihak seks pun mulai dibuka secara terang-terangan. Semua tahu hal itu, menurut normay yang berlaku, erotisme dikutuk. Namun diam-diam erotisme dijadiakan lamba kebebasan. Inilah pemujaan terhadap kenikmatan. Masyarakat diminta untuk memaklumi, bahwa pengertian transparan sudah memasuki ranah yag dianggap sau, tabu, tidak senonoh. Gejala apakah ini ? mungkin masyarakat telah menjadi bisionistik. Suka pamer, pamer pusar, paha dada, atas dan sebagainya. Keindahan adalah sesuatu yang dapat dinikmati secara lebih terbuka dan enak ditonton. (Subroto,2005; 17)

2.1.6 Erotisme dalam Karya Visual

(41)

tetap ada yang bersifat universal, yaitu stimulus eksternal yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini media elektronika seperti sinema, TV, video, dan disk bukanlah stimulus netral, karena dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pemirsanya.

Dalam karya-karya seni dan hiburan, karya-karya seks visual melalui film atau fotografi paling banyak mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan semakin dekatnya karya tersebut dengan makna seks yang sebenarnya. Karya-karya visual selalu menghadirkan objek seks dalam bentuk-bentuk yang sebenarnya. Dan juga sifat visual yang lebih “berkesan” dari verbal, maka visualitas seksual ini lebih banyak diperdebatkan. Film dan fotografi, umpamanya selalu menyuguhkan objek-objek manusia sebagai sasaran langsung dalam karya-karya seni yang berhubungan dengan seks ( Bungin, Burhan, 2003 : 66 ).

(42)

penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang menjadi anak-anak dan remaja sebagai objek seks, termasuk didalamnya adalah adegan yang menampilkan anak-anak dan remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik seksual ( Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia ).

2.1.7 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organisme – Response ini semula berasal dari psikologi. Kemudian menjdi teori komunikasi, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwaanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, feksi, dan konasi. (Effendy, 2000: 254 ).

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (Stimulus, S )

(43)

Mengetahui pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah opini yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

ORGANISME :

 Perhatian 

STIMULUS  RESPONSE 

 Pengertian 

 Penerimaan

GAMBAR 1. TEORI S-O-R

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah tang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilh kesediaan untuk mengubah sikap. ( Effendy, 2000: 254 ).

(44)

2.2 Kerangka Berpikir

Acara musik dangdut merupakan acara yang banyak diminati oleh masyarakat karena selain lagunya, artis dangdut serta penampilan yang menarik penonton, terkadang juga ada goyangan yang diikuti gerakan yang menarik perhatian para penonton (seperti: gerakan erotis ) yang dilakukan oleh penyanyinya. Musik dangdut yang terkadang juga menampilkan gerakan-gerakan erotis dapat menjadikan musik dangdut semakin diminati masyarakat.

Mereka melihat bahwa gerakan erotis adalah sebatas goyangan yang diikuti dengan gerakan, tidak lebih. Dengan kata lain, mereka tidak menyematkan predikat-predikat atau bahkan tuduhan tertentu, seperti misalnya: Mereka melihat bahwa goyangan adalah sebatas goyangan, tidak lebih. Dengan kata lain, mereka tidak menyematkan predikat-predikat atau bahkan tuduhan tertentu, seperti misalnya : dancehall, tarian modern, tarian mengubar syahwat dan sejenisnya. Akan tetapi, sebagian masyarakat justru memberikan nilai yang berseberangan. Gerakan erotis terkadang menyertai dalam musik dangdut, dinilai negatif karena sering dianggap menyebabkan laki-laki hidup dalam desakan-desakan nafsu birahi. Lebih jauh lagi ‘dituduh’ dapat merusak moral bangsa.

Perbedaan opini masyarakat yang menimbulkan pro dan kontra ini, melatarbelakangi dilakukannya penelitian opini masyarakat tentang gerakan erotis yang ada pada sebuah acara musik dangdut di televisi.

(45)

1. Adanya acara stasiun dangdut yang menampilkan penyanyi dengan gerakan erotis.

2. Adanya goyangan penyanyi yang dinilai mengandung unsur erotisme. 3. Munculnya pro dan kontra, pendapat masyarakat antara mereka yang

menilai positif dan negative dan mereka yang menilai positive terhadap masih adanya gerakan-gerakan erotis.

4. Melakukan survei terhadap opini penonton kemudian dikategorikan dalam tiga arah, apakah opini tersebut positive, netral ataupun negative.

5. Dihitung presentase masing-masing kategori dan opininya.

Bagan Kerangka Berfikir Sebagai Berikut :   

(46)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan sebagai suatu proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu yang berusia 17 tahun keatas tentang gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV. tipe penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.

3.1.2 Tayangan Stasiun Dangdut

Stasiun dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut masa kini yang dikemas secara atraktif dengan menampilkan orkes melayu dan trio penyanyi dangdut dari jawa timur. Acara ini dipandu oleh 2 presenter yaitu Stefani dan Leni dengan bahasa suroboyoan. Variety Show merupakan format acara televisi yang mengkombinasikan berbagai format lain seperti Talk Show, Magazine Show, Kuis, Game Show dan Musik . Variasi dipadukan dalam sebuah

pertunjukkan dalam bentuk siaran langsung maupun siaran rekaman.

(47)

Unsur-unsur visual dalam tayangan stasiun dangdut di JTV adalah:

Gerakan artis penyanyi dalam Stasiun Dangdut JTV : gerakan merupakan goyangan atau anggota tubuh mengikuti irama lagu dangdut. Gerakan dangdut telihat cukup khas atau mudah dikenali karena biasanya mengkonotasikan atau merepresentasikan sebuah gerakan erotis.

3.1.3 Opini

Opini dinyatakan dalam sesuatu hal yang kontroversial atau paling sedikit terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini berupa reaksi pertama ketika orang mempunyai rasa ragu-ragu terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian sehingga mendorong orang untuk saling mempertentangkannya. Opini bisa juga disebut pendapat, yaiu suatu pernyataan mengenai masalah yang kontroversial, pendapat itu dapat dinyatakan dengan kata-kata atau ditunjukkan dengan tingkah laku.

Secara operasional, opini dikategorikan menjadi 3 ( tiga ), yaitu :

1. Opini positif, yaitu opini yang mendukung atau memberikan pernyataan positif tentang tayangan stasiun dangdut di JTV.

2. Opini netral, yaitu opini yang tidak mendukung dan tidak memberikan pernyataan negatif tentang tayangan stasiun dangdut di JTV.

(48)

Semua jawaban dari setiap item pertanyaan dalam kusioner tersebut disampaikan beserta alasan-alasan yang bersifat menjelaskan dan menegaskan sebuah opini dalam menanggapi masalah yang diajukan peneliti.

Pengukuran opini dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan mengenai gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV. responden dikatakan memiliki opini :

a. positif apabila setuju terhadap pernyataan dalam kuesioner mengenai acara stasiun dandut JTV.

b. Netral apabila menyatakan tidak mempermasalahkan terhadap pernyataan dalam kuesioner mengenai acara stasiun dangdut JTV.

c. Negatif apabila tidak setuju terhadap pernyataan dalam kuesioner mengenai acara Stasiun Dangdut di JTV.

3.1.4 Pengukuran Variabel

(49)

Bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

Positif diberi skor 3 Netral dberi skor 2 Negatif diberi skor 1

Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan mudah menggunakan rumus :

skor tertinggi – skor terendah Interval =

Jenjang yang diinginkan

Keterangan : 

Interval : Berdasarkan dari setiap tingkatan.

Skor tertinggi : Pertikaian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan.

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan.

Jenjang : 3.

(50)

Skor terendah diperoleh dari skor pertanyaan terendah dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 1 x 11 = 11.

Dengan demikian fungsi R ( Range ) adalah : R ( Range ) = 33 – 11 : 3 = 7

Sehingga R ( Range ) berikut tingkatan yang didapatkan : Opini Negatif : dengan skor antara 11 sampai dengan 17 Opini Netral : dengan skor antara 18 sampai dengan 24 Opini Positif : dengan skor antara 25 sampai dengan 33

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

    Populasi dari penelitian ini adalah pemirsa dalam hal ini masyarakat yang berusia 17 tahun keatas bertempat tinggal di Surabaya yang berjumlah 2.902.507 orang (BPS 2008).

3.2.2 Teknik Sampling

(51)

N

N.1 N.2

Gambar 3. Bagian Multistage Cluster Random Gambar 3. Bagian Multistage Cluster Random

Maka secara sistematis teknik penarikan sampel dilakukan 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

Maka secara sistematis teknik penarikan sampel dilakukan 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan pada wilayah penelitian di kota Surabaya. Kota Surabaya memiliki lima bagian wilayah yakni Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, dan Surabaya Barat. Setelah diacak akan terpilih dua (2) wilayah Surabaya, yaitu wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan pada wilayah penelitian di kota Surabaya. Kota Surabaya memiliki lima bagian wilayah yakni Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, dan Surabaya Barat. Setelah diacak akan terpilih dua (2) wilayah Surabaya, yaitu wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

b. Tahap kedua dilakukan pemilihan kecamatan, dimana wilayah Surabaya Timur memiliki tujuh (7) kecamatan dan Surabaya Selatan memiliki delapan (8) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian secara random maka untuk Surabaya Timur terpilih kecamatan Sukolilo dan Tenggilis Mejoyo dan untuk Surabaya Selatan terpilih kecamatan Wiyung dan Wonocolo.

b. Tahap kedua dilakukan pemilihan kecamatan, dimana wilayah Surabaya Timur memiliki tujuh (7) kecamatan dan Surabaya Selatan memiliki delapan (8) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian secara random maka untuk Surabaya Timur terpilih kecamatan Sukolilo dan Tenggilis Mejoyo dan untuk Surabaya Selatan terpilih kecamatan Wiyung dan Wonocolo.

N.1.a N.1.b N.2.a N.2.b

N.b

(52)

c. Tahap ketiga dilakukan pemilihan kelurahan setelah dilakukan pemilihan secara random. Untuk kecamatan Sukolilo terpilih keluharan Nginden Jangkungan dan Semolowaru sedangkan untuk kecamatan Tenggilis Mejoyo terpilih kelurahan Kutisari dan Tenggilis Mejoyo. Untuk kecamatan Wiyung setelah dilakukan pemilihan secara acak terpilih kelurahan Balasklumprik dan Babatan serta untuk kecamatan Wonocolo terpilih kelurahan Margorejo dan Bendul Merisi.

Jumlah sampel yang terdapat pada delapan (8) kelurahan adalah sebagai berikut :

1) Kelurahan Nginden Jangkungan : 15.097 orang 2) Kelurahan Semolowaru : 14.597 orang 3) Kelurahan Kutisari : 19.519 orang 4) Kelurahan Tenggilis Mejoyo : 10.366 orang 5) Kelurahan Balasklumprik : 6.189 orang 6) Kelurahan Babatan : 14.398 orang 7) Kelurahan Margorejo : 8.926 orang 8) Kelurahan Bendul Merisi : 11.899 orang +

100.991 orang

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunnakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

N n =

(53)

Keterangan : N = Populasi n = Jumlah Sampel

d = Presisi ( derajat ketelitian ) 1 = angka konstan

Guna lebih proposionalnya dalam menentukan sampel yang digunakan maka dari jumlah dapat diperoleh sampel untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Nginden Jangkungan : 15097

n = x 100 = 14.04 = 15 orang 100991

2. Kelurahan Semolowaru : 14597

n = x 100 = 14.45 = 14 orang 100991

3. Kelurahan Kutisari : 19519

n = x 100 = 19.32 = 19 orang 100991

(54)

6. Kelurahan Babatan : 14398

n = x 100 = 14.26 = 14 orang 10091

7. Kelurahan Margerejo : 8926

n = x 100 = 8.83 = 9 orang 10091

8. Kelurahan Bendul Merisi : 11899

n = x 100 = 11.78 = 12 orang 10091

Berdasrkan hasil perhitungan diatas maka sampel yang diteliti untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Nginden Jangkungan : 15 orang 2. Kelurahan Semlowaru : 14 orang

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunnakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

N n =

(55)

Keterangan : N = Populasi n = Jumlah Sampel

d = Presisi ( derajat ketelitian ) 1 = angka konstan

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Data Primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden yaitu masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas

yang menoton tayangan Stasiun Dangdut Jtv.

2. Data Sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3.4 Metode Analisis Data

Metode Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

(56)

F

P = x 100% N

Keterangan :

P : Presentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

(57)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV)

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) mulai tanggal 1 Januari 2001 lalu, memungkinkan suatu propinsi untuk menumbuh kembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin. Perkembangan tersebut dapat dilakukan dari berbagai macam segi, baik segi bisnis maupun dari segi non bisnis dan peningkatan potensi daerah itu tidak terlepas dari peran serta penyedia jasa layanan informasi.

Industri televisi juga diyakini mampu menjaga dan membangun komunikasi yang berkualitas antara masyarakat dengan elit pemerintahan dan stakeholder penyelenggaraan kehidupan sehari-hari di Jawa Timur. Pross

demokrasi yang terus ditumbuh kembangkan dengan sistem desentralisasi dan otonomi daerah sebagai spirit utamanya sesungguhnya membutuhkan medium raksaa yang disebut televisi sebagai pentas milik bersama untuk beraktivitas.

Atas dasar pemikiran tersebut lahir sebuah gagasan yang sangat inovatif untuk mendirikan PT. Jawa Pos Media Televisi sebagai bahan hukum Lembaga Penyiaran Swasta penyelenggara jasa penyiaran televisi yang berbasis station lokal di Jawa Timur. Yang kemudian dinamakan JTV, sebagai televisi lokal/regional Jawa Timur memfokuskan diri terhadap minat dan keinginan pemirsa di Jawa Timur dengan slogan yaitu “LOKAL”, “NAKAL” “MASSAL”.

(58)

Sudah menjadi tekad para pendirinya bahwa JTV sebagai lembaga penyiaran tetap setiap pada prinsipnya dalam menyelenggarakan fungsinya bersikap independen, obyektif, jujur dan mampu berpartisipasi dalam usaha pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur.

JTV sebagai model televisi kota raya adalah model televisi regional paket-paket nasional, menjangkau kota-kota sasaran, menyentuh pelosok-pelosok daerah, dan dibuat untuk memenuhi harapan pemirsa khususnya pemirsa Jawa Timur. Untuk memaksimalkan keingina pemisa maka acara akan menjadi andalan JTV adalah semua acara yang disukai oleh masyarakat Jawa Timur sesuai hasil riset, khususnya bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

JTV akan memberikan bobot sangat besar kepada acara-acara hiburan dan sedikit kepada acara berita. Perbandingannya lebih kurang, entertainment 60%, infotainment 20%, dan interactive news 20%.

Pada awal berdirinya tahun 2002, siaran yang dilakukan JTV hanya mampu ditangkap di daerah Surabaya dan Malang. Pada tahun 2003, covered area lebih luas hingga ke Kediri, Jember, Banyuwangi, dan Magetan.

(59)

memerlukan mediumnya sendiri untuk mengapresiasikan kearifan lokal yang dimilikinya melalui layar kaca televisi.

4.1.2 Visi dan Misi PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV)

Visi :

Mewujudkan budaya dan potensi ekonomi Jawa Timur yang “Satus persen Jawa Timur” (Jawa Timur yang sesungguhnya / truly Jawa Timur).

Misi :

1. Memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat sekitar melalui peningkatan program-programnya sesuai dengan kondisi masyarakat Jawa Timur yang mayoritas terbagi dalam tiga klan dan daerah besar yaitu Surabaya (Suroboyoan), Madura (Maduraan), dan Mataraman (Kulonan) melalui program siarannya.

2. Melalui program siarannya, menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam ikut mensukseskan program-program pembangunan untuk kepentingan masyarakat banyak.

3. Program siaran memberikan nilai tambah bagi potensi peningkatan pendapatan daerah Jawa Timur dengan melakukan usaha-usaha baru dan pendapatan usaha yang semakin meningkat.

(60)

4.1.3 Acara Stasiun Dangdut JTV

Stasiun Dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut masa kini yang dikemas secara atraktif dengan menampilkan orkes melayu dan Trio penyanyi dangdut yang berasal dari Jawa Timur. Kemampuan olah vokal dan goyangan para penyanyi membuat suasana tayangan siang hari lebih seru disertai wajah cantik yang mengagumkan ditambah kemampuan presenter yaitu Stefani dan Leni yang membawakan acara ini dengan menarik dan bahasa Suroboyoan membuat “stasiun dangdut” banyak digemari pemirsa.

Acara “Stasiun Dangdut” tergolong program regular entertainment berbasis music yang melibatkan pemirsa JTV menayangkan program musik

(61)

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Bagaimana telah dikemukakan pada terdahulu, bahwa penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik analisis deskriptif. Dalam penelitian ini disebarkan kuesioner kepada responden dimana sampel penelitian ini adalah 100 orang yang berusia 17 tahun keatas, pernah menonton Acara Stasiun Dangdut di JTV.

4.2.1 Identitas Responden

Pada bagian identitas responden ini dijabarkan mengenai karakteristik ditinjau dari Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan Terakhir. Untuk selengkapnya terdapat pada tabel berikut :

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin Jumlah (orang)

Sumber : Kuisioner identitas jenis kelamin responden

(62)

Tabel 2 Usia Responden

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

17 – 24 18 18 %

25 – 34 36 36 %

35 – 42 36 36 %

43 – 50 10 10 %

Jumlah 100 100 % Sumber : Kuesioner Identitas Usia Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa opini responden yang menonton acara Stasiun Dangdut JTV terdapat 18 orang atau sebesar 10 % mempunyai usia antara 17-24 tahun, 36 atau 36 % berusia 25-34 tahun dan 35-42 tahun. Hal ini disebabkan karena lebih selektif dalam menerima hiburan, artinya tayangan Stasiun Dangdut masuk dalam kategori (segmentasi) acara untuk orang dewasa. Untuk usia 43-50 terdapat 10 orang atau sebesar 10 %, umumnya mereka sudah tidak terlalu mengikuti beberapa acara hiburan, dan cenderung memberikan saran tentang bagaimana memberikan tayangan yang baik kepada masyarakat luas yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma serta budaya yang sudah mengakar kuat di masyarakat.

(63)

Tabel 3

Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden Frekuensi %

Pelajar/ Mahasiswa 15 15

Sumber : Kuesioner identitas pekerjaan responden

(64)

4.2.2 Penggunaan Media

Penggunaan media dalam penelitian ini adalah memisahkan responden yang mengetahui dan tidak mengetahui tayangan Stasiun Dangdut di JTV dan sejauh mana respondenn menggunakan media televisi sebagai media hiburan, informasi dan edukatif.

Tabel 4

Frekuensi Responden Menonton Dalam Kurun Waktu Satu minggu

No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 1 – 2 Kali 51 51 2. 3 – 4 Kali 34 34 3. > 4 kali 15 15

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 2

(65)

terhibur dengan apa yang ditampilkan pada Acara Stasiun Dangdut JTV sehingga responden merasa sayang dan tidak menonton acara tersebut setiap episodenya.

Tabel 5

Durasi Menonton Acara Stasiun Dangdut di JTV

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

1 – 30 menit 65 65

31 – 60 menit 35 35

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 3

(66)

Tabel 6

Tujuan Anda Menonton Acara Stasiun Dangdut Di JTV

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%) Untuk mengisi waktu luang 48 48 Sebagai hiburan 48 48 Mencari informasi 3 3

Yang lain-lain 1 1

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 4

Dari data diatas bahwa 48 responden atau 48% menjawab bahwa tujuan menonton acara Stasiun Dangdut JTV untuk mengisi waktu luang. Sebanyak 48 responden atau sebesar 48% menjawab sebagai hiburan. Hal ini dikarenakan pada waktu siang hari khususnya jam-jam istirahat selesai. Sedangkan 3 responden atau 3% menjawab untuk mencari informasi, dikarenakan mereka suka dengan informasi dikarenakan mengetahui perkembangan musik dangdut, sedangkan 1 responden atau 1% menjawab yang lain-lain, dikarenakan

4.2.3 Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut di JTV

(67)

Tabel 7

Acara Stasiun Dangdut Merupakan Jenis Program Variety Show Yang Paling saya Sukai

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 25 25 %

Netral 49 49 %

Tidak setuju 26 26 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 1

Berdasarkan pada tabel 7 tersebut diatas, dari pernytaan kuesioner No. 1, dengan pernyataan kuesioner yang menyatakan kemudian responden yang menjawab netral sebanyak 25 orang atau 25%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 49 orang atau 49%. Dari jawaban responden tersebut mayoritas responden mengatakan bahwa biasa-biasa saja. Sedangkan 25 responden atau 25%, menyatakan setuju dikarenakan mereka penggemar dari acara Stasiun Dangdut JTV.

Tabel 8

Leni dan Stefani Merupakan Host yang Sangat Sesuai Untuk Acara Stasiun Dangdut JTV

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 41 41 %

Netral 57 57 %

Tidak setuju 2 2 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 2

(68)

menjawab setuju sebanyak 41 orang atau 41%, kemudian responden yang menjawab netral atau biasa sebanyak 57 orang atau 57%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 atau 2%. Dari jawaban responden tersebut, mayoritas responden mengatakan bahwa Leni dan Stefani merupakan host yang tidak terlalu bagus atau biasa-biasa aja. Responden yang mengatakan setuju menganggap Leni dan Stefani cocok untuk dijadikan pembawa acara dalam acara stasiun Dangdut di JTV. Sedangkan responden yang mengatakan tidak setuju, dengan alasan Stefani dan Leni tidak mampu membawakan acara Stasiun Dangdut di JTV.

Opini penonton tentang suara artis Stasiun Dangdut di JTV mengandung erotis seperti desahan-desahan. Jawaban selengkapnya tersaji pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9

Suara Artis / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut di JTV Mengandung Unsur Erotis Seperti desahan-desahan

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 45 45 %

Netral 44 44 %

Tidak setuju 11 11 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 3

(69)

atau 44% ini menunjukkan bahwa penonton tidak terlalu memperhatikan suara desahan, karena menganggap suara desahan bagian dari dangdut. Dan sebanyak 11 orang atau 11% tidak setuju kalau suara desahan itu mengandung unsur erotis.

Opini penonton terhadap busana artis/penyanyi dangdut Stasiun Dangdut di JTV terbuka dan sexy. Jawaban selengkapnya tersaji pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10

Busana Artis / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut di JTV Terbuka dan Sexy

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 58 58 %

Netral 34 34 %

Tidak setuju 8 8 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 4

Dari opini masyarakat diatas diketahui bahwa sebanyak 58 orang atau 58% opini responden adalah setuju. Mereka menyatakan setuju karena mereka menganggap bahwa artis / penyanyi dangdut Stasiun Dangdut di JTV menggunakan busana yang terbuka dan sexy. Ini dapat dilihat dari pakaian yang digunakan dalam acara selalu minim. Responden yang menjawab netral sebanyak 34 orang atau 34%, dengan alasan mereka tidak memperhatikan pakaian yang digunakan penyanyi dangdut Stasiun Dangdut di JTV. Sedangkan responden yang menjawab dengan jawaban tidak setuju sebanyak 8 atau 8%, dengan alasan tidak setuju dikarenakan pada dasarnya busana penyanyi dangdut tidak terbuka dan sexy.

(70)

Tabel 11

Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV Menampilkan Gerakan Erotis

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 63 63 %

Netral 35 35 %

Tidak setuju 2 2 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 5

Berdasarkan pada tabel 11 tersebut diatas, dari pernyataan kuesioner. Responden menjawab 63 orang atau 63% menyatakan setujui. Hal ini menjadi tidak baik jika ditonton anak-anak di bawah umur karena anak-anak cenderung mengikuti gerakan erotis yang mereka lihat tanpa diseleksi terlebih dahulu. Gerakan erotis pada penyanyi menampilkan gerakan yang berpusat pada pinggul, bokong, payudara dan anggota tubuh secara erotis. Serta dianggap dapat merangsang birahi atau syahwat seseorang. Sedangkan sebanyak 35 orang atau 35% menjawab netral karena mereka menganggap gerakan erotis oleh penyanyi dangdut dalam acara Stasiun Dangdut JTV biasa-biasa saja dan tidak terlalu memperhatikan. Sebanyak 2 orang atau 2% mereka mengatakan penyanyi Stasiun Dangdut tidak menampilkan gerakan erotis karena mereka menganggap gerakan seperti itu memang bagian dari musik dangdut.

(71)

Tabel 12

Gerakan Erotis Penyanyi Dangdut Pada Acara Stasiun Dangdut Lebih Menonjol Dibanding Kualitas Suara

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 74 74 %

Netral 15 15 %

Tidak setuju 11 11 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 6

(72)

yang dilakukan sehingga penonton menganggap goyangan tersebut biasa saja karena tidak mengandung unsur erotis.

Opini penonton terhadap gerakan erotis penyanyi Stasiun Dangdut JTV cukup menarik perhatian. Jawaban selengkapnya akan tersaji dalam tabel 13 berikut ini.

Tabel 13

Gerakan Erotis Penyanyi Stasiun Dangdut JTV Cukup Menarik Perhatian

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 54 54 %

Netral 40 40 %

Tidak setuju 6 6 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 7

(73)

menganggap goyangan tersebut dianggap biasa saja dan tidak terlalu menarik perhatian. Sedangkan respponden yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang atau 6%, dengan alasan tidak setuju, dikarenakan masih banyak penyanyi dangdut goyangan erotisnya lebih.

Opini penonton terhadap gerakan erotis acara Stasiun Dangdut JTV layak ditonton semua usia.

Tabel 14

Gerakan Erotis di Acara Stasiun Dangdut JTV Layak Ditonton Semua

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 11 11 %

Netral 6 6 %

Tidak setuju 83 83 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 8

(74)

tahu dampak apa yang terjadi jika menonton acara tersebut. Responden setuju jika gerakan erotis di acara Staisun Dangdut JTV layak ditonton semua. Mereka beranggapan acara tersebut hiburan untuk semua usia. Jadi gerakan erotis tersebut untuk menghibur penonton, 11 orang atau 11% yang menjawab setuju dengan pernyataan kuesioner no. 8.

Opini penonton terhadap gerakan erotis pada acara Stasiun Dangdut JTV mengangkat citra musik dangdut di masyarakat, jawaban selengkapnya akan tersaji pada tabel 15 berikut ini :

Tabel 15

Gerakan Erotis Pada Acara Stasiun Dangdut JTV Mengangkat Citra Musik Dangdut di Masyarakat

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 25 25 %

Netral 19 19 %

Tidak setuju 56 56 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 9

(75)

karena dinilai dan dikatakan tidak dapat mengangkat citra musik dandut secara positif karena justru akan merusak citra musik dangdut khususnya di Indonesia.

Opini penonton terhadap gerakan erotis Stasiun Dangdut JTV dapat menghibur masyarakat, jawaban selengkapnya akan tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 16

Gerakan Erotis Stasiun Dangdut JTV Dapat Menghibur Masyarakat

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 35 35 %

Netral 60 60 %

Tidak setuju 5 5 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 10

(76)

sudah dilarang oleh pemerintah. Tetapi masih banyak responden yang terhibur dengan adanya gerakan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang ada, bahwa sebanyak 35 orang atau 35% yang menjawab setuju. Responden yang menjawab tidak setuju pun ada, hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebanyak 5 orang atau 5%, responden tersebut tidak setuju apabila gerakan tersebut dapat menghibur masyarakat. Justru responden mengatakan tidak setuju, karena gerakan tersebut sangat jelas sekali terlihat vulgar. Sehingga dengan adanya gerakan tersebut dapat membahayakan masyarakat.

Opini penonton secara keseluruhan tayangan acara Stasiun Dangdut masih mengandung gerakan erotis. Jawaban selengkapnya tersaji pada tabel 17 berikut ini :

Tabel 17

Secara Keseluruhan Tayangan Acara Stasiun Dangdut JTV Masih Mengandung Gerakan Erotis

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 65 65 %

Netral 27 27 %

Tidak setuju 8 8 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 11

Gambar

Gambar 2. BAGAN KERANGKA BERFIKIR
Gambar 3. Bagian Multistage Cluster Random Gambar 3. Bagian Multistage Cluster Random
Tabel 1 Jenis Kelamin Responden
Tabel 2 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari teori diatas, maka masyarakat Surabaya memperoleh pesan dari media massa elektronik, yang mana disini adalah televisi yang menayangkan acara “Ethnic Runaway”

Campur Kode Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Dialog antara Penyiar dan Pendengar Acara Balada Dangdut di Stasiun Radio Soka Adiswara Jember; Cicik Wahyu

Subjek yang akan diteliti adalah masyarakat di Surabaya yang merupakan penonton program acara “Pojok Kampung”, sedangkan objek yang diteliti adalah penerimaan

Dalam penelitian ini memilih penonton Surabaya dengan target usia 25-50 tahun sebagai subyek yang diteliti karena penonton Surabaya yang menonton program acara

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa opini pemirsa Surabaya terhadap blur dalam program acara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai komparasi opini penonton terhadap acara Breakout di NET.TV dan Dahsyat di RCTI, maka dapat ditarik kesimpulan,

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan dan mengetahui bagaimanakah Opini Masyarakat Terhadap Pembawa Acara Pria Kebanci-Bancian Di Televisi ” (Studi Deskriptif Tentang

Konsep dari program acara Blakra’an didasari bahwa potensi kebudayaan, sejarah, dan bahasa Surabaya khususnya patut untuk dipelajari, dipahami, dan dilestarikan