Tabel 3.5 Data tingkat curah hujan (mm) dalam satu tahun (2005) di Surabaya ...68
TUGAS AKHIR
PUSAT MULTIMEDIA DI SURABAYA
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Diajukan oleh :
YUDHISTIRA ANDY PUTRA 06.5101.0025
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas segala nikmat dan karunia Allah SWT yang mana atas
ridho-Nya sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pusat
Multimedia di Surabaya” ini dapat terselesaikan dengan baik, guna memenuhi
sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik
Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini juga tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Bersama ini dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perancanaan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Syaifuddin Zuhri, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, juga selaku Dosen
Penguji pada Sidang Komprenhensif Tugas Akhir.
3. Ibu Ir. Niniek Anggriani, MTP., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan bimbingannya di dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Bapak M. Pranoto, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing II dan juga
selaku moderator pada sidang Komprenhensif Tugas Akhir.
5. Ibu Ir. Eva Elviana, MT., selaku Dosen Wali.
6. Ibu Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT., selaku koordinator LAB
7. Ibu Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT., selaku Dosen Penguji pada Sidang
Komprenhensif Tugas Akhir.
8. Bapak Ir. Erwin Djuni W., MT., selaku Dosen Penguji pada Sidang
Komprenhensif Tugas Akhir.
9. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
10. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan semangat, kasih
sayang, dan dukungan baik moril maupun material, serta dukungan
doa-doanya, sehingga saya dapat melalui semua dan dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
11. Yenny Mustikaning Sari dan Febrya Puspita Andy Putri, kedua
kakakku yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan dan
bantuan-bantuanya.
12. Mas Ivan, kakak iparku.
13. Andika Setya Perdana, Aries Susilo Wibowo, Rio Desantika, Yefta
Natanael Rusmanto (bersama kalian aku merasa kuat!)
14. POS Family, Trio Subyarto, Aristya Andung, Moh. Fakhrul, Mandra
Prasetyawan, Bogi Agustian, Beni Eko, Ny. Sofie Andika, Oktaviani
(bersama kalian kita kuasai dunia!!!!)
15. Sahabat - sahabat Trenggalek ku, Anjar Laksono, Krisnapati dan
Ny. Yessy, Satrya Yuda, dll.
16. Teman – teman kostku, Nyoman Andika, Dudun Afrelu Prasetya,
Catur Didit, Eusebius Cerino Bika (mana tujuan kita selanjutnya?)
17. Teman – teman seperjuangan Studio TA ’06, Agung Tri, Boni
Arisona, Dhimas Haryo, Ganis Hasby, Moh. Romey, Deny
Pramono, Ardiansyah, Dheniar.
18. Seperjuangan Studio, Cak Unyil Dhany, Hendra ‘Pawe’, Liana,
19. Teman-teman Arch’03, Arch’04, Arch’06, Arch’07.
20. Teman-teman dari jurusan Sipil dan Lingkungan.
21. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, pengarahan, dan
dukungannya.
Dalam kesempatan ini penulis juga memohon maaf apabila terdapat banyak
kekurangan maupun kesalahan dalam menyusun laporan ini. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk menerima kritik dan saran guna adanya perbaikan yang berarti
agar hasil yang tercapai dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Surabaya, 16 Juni 2011
TUGAS AKHIR
PUSAT MULTIMEDIA
DI SURABAYA
Dipersiapkan dan disusun oleh :
YUDHISTIRA ANDY PUTRA
NPM : 0651010025Telah dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal : 8 Juni 2011
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)
DAFTAR ISI
Halaman Judul...
Lembar Pengesahan ...
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar... x
Daftar Tabel ... xiii
Abstraksi ... xiv
Bab I Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang ... 1
1. 2. Maksud Dan Tujuan Perancangan ... 10
1. 3. Lingkup Perancangan... 11
1. 4. Batasan Dan Asumsi ... 12
1. 5. Metode Perancangan ... 13
1. 6. Sistematika Pembahasan ... 14
Bab II Tinjauan Obyek Rancangan 2. 1. Tinjauan Umum Rancangan... 16
2. 1. 2. Studi Literatur ... 16
2. 1. 3. Studi Kasus Obyek ... 26
2. 1. 4. Persyaratan Pokok Proyek ... 33
2. 2. Tinjauan Khusus ... 34
2. 2. 1. Lingkup Pelayanan... 34
2. 2. 2. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ... 34
2. 2. 3. Pengelompokan Ruang ... 41
2. 2. 4. Perhitungan luas ruang... 42
Bab III Tinjauan Lokasi Perancangan 3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 57
3. 2. Penetapan Lokasi ... 59
3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 65
3. 3. 1. Exsisting Site... 65
3. 3. 2. Aksesibilitas ... 69
3. 3. 3. Potensi Lingkungan... 70
3. 3. 4. Infrastruktur Kota... 71
3. 3. 5. Peraturan Bangunan Setempat ... 73
Bab IV Analisa Perancangan 4. 1. Analisa Ruang ... 73
4. 1. 2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi... 75
4. 1. 3. Diagram Abstrak ... 78
4. 2. Analisa site ... 79
4. 2. 1. Analisa Aksesibilitas... 79
4. 2. 2. Analisa iklim ... 80
4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar... 82
4. 2. 4. Analisa Zoning ... 83
4. 3. Analisa Bentuk Dan Tampilan ... 85
4. 3. 1. Analisa Bentuk ... 85
4. 3. 2. Analisa Tampilan ... 86
Bab V Konsep Perancangan 5.1. Issue dan Fakta... 88
5.2. Tema Rancangan... 89
5.3. Konsep Rancangan ... 89
5.4. Konsep Bentuk... 90
5.5. Konsep Tampilan ... 91
5.6. Konsep Sirkulasi ... 93
5.7. Konsep Ruang Dalam ... 93
5.8. Konsep Ruang Luar ... 93
5.10. Konsep Mekanikal Elektrikal ... 94
Bab VI Aplikasi Perancangan 6.1.Aplikasi Bentuk ... 96
6.2.Aplikasi Tampilan... 98
6.3.Aplikasi Sirkulasi... 98
6.4.Aplikasi Ruang Luar ... 99
6.5.Aplikasi Ruang Dalam ... 100
Penutup... 101
Daftar Pustaka ...
Lampiran ...
`
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Skema fungsi Multimedia sebagai media penyampaian informas ... 3
Gambar 1.2. Arah perkembangan produk elektronik yang terkonvergensi kearah produk multimedia ...4
Gambar 1.3. Kompleksitas hubungan bangunan dengan lingkungan ...8
Gambar 1.4. Skema Metode Perancangan...14
Gambar 2.1 (a) Key light, (b) Back light, (c) Fill light...18
Gambar 2.2. Perpaduan beberapa sumber cahaya dalam sistem pencahayaan studio...19
Gambar 2.3. Tipikal ruang studio ...21
Gambar 2.4. Tipikal ruang studio audio dengan kapasitas dua orang ...23
Gambar 2.5. Tipikal ruang studio audio dengan kapasitas lebih dari dua orang...23
Gambar 2.6. Multimedia Center ...26
Gambar 2.7. Graha Wonokoyo...28
Gambar 2.8. Perspektif Menara Mesiniaga ...30
Gambar 2.9. Citra High Tech melalui dominasi penggunaan material metal...31
Gambar 3.1. foto udara site ...58
Gambar 3.2 Peta Udara Koridor Jl. Kertajaya Indah Timur...60
Gambar 3.4 bangunan sekitar site...64
Gambar 3.5. vegetasi site...68
Gambar 3.6. Kondisi eksisting pedestrian dan aktifitas penggunaan pedestrian...70
Gambar 4.1.Organisasi ruang makro ...74
Gambar 4.2 Organisasi ruang mikro...75
Gambar 4.3 zoning entrance ...78
Gambar 4.4 Zoning lantai basement...78
Gambar 4.5 Zoning lantai 1 – 3...79
Gambar 4.6 Tanggapan terhadap udara panas yang berasal dari JL.Kertajaya ...81
Gambar 4.7 Analisa terhadap radiasi matahari...81
Gambar 4.8 Zoning Horisontal ...84
Gambar 4.9 Zoning Vertikal...85
Gambar 4.10. Sketsa tampilan bangunan ...87
Gambar 5.1 Konsep Bentuk...91
Gambar 5.2 Konsep Tampilan...92
Gambar 5.3 Roof Garden...92
Gambar 5.4 Skema Ruang Dalam ...93
Gambar 6.1 Sketsa Bentuk ...96
Gambar 6.2 Aplikasi Bentuk ...97
Gambar 6.4 Sirkulasi ...99
Gambar 6.5 Grassrock ...99
Gambar 6.6 Sketsa Elemen Air ... 100
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Peningkatan jumlah pengunjung di Hi-Tech Mall ...2
Tabel 1.2. Efek Gas Rumah Kaca...9
Tabel 2.1 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ...35
Tabel 2.2. Pengelompokan Ruang...42
Tabel 2.3 Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas administrasi dan pelayanan umum....42
Tabel 2.4. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas pelayanan jasa ...43
Tabel 2.5. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas pendidikan dan pelatihan ...47
Tabel 2.6. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas pengelolaan ...48
Tabel 2.7. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas servis ...49
Tabel 2.8. Analisis kebutuhan luas ruang inti bangunan ...50
Tabel 2.9. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas umum ...51
Tabel 2.10. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas toko ...53
Tabel 2.11. Luasan Ruangan yang dibutuhkan...54
Tabel 3.1 Data Temperatur (ºC) dalam satu tahun (2005) di Surabay ...66
Tabel 3.2 Data Kelembaban (%) dalam satu tahun (2005) di Surabaya...66
Tabel 3.3 Data Angin (Knot) dalam satu tahun (2005) di Surabaya ...67
Ir. Naniek Ratni JAR, M.Kes. NIP. 19590729 198603 2 00 1
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ABSTRAK
Peran dan fungsi kawasan kota Surabaya menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang penting, strategis dan terbuka bagi berbagai macam kemungkinan pengembangan kawasan. Kota Surabaya ditunjang dengan prasarana berupa jalur akses yang dapat dilewati berbagai jenis transportasi dari berbagai penjuru kota. Kawasan ini juga merupakan jalur akses transportasi baik lokal maupun regional. Dari kawasan yang strategis ini maka kebutuhan akan dunia multimedia di Surabaya juga berkembang dengan sangat cepat.
Menghadirkan sebuah fungsi Pusat Multimedia merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan pada kawasan Kota Surabaya dan sekitarnya. Dengan adanya Pusat Multimedia ini diharapkan masyarakat Surabaya dan sekitarnya bisa mendapatkan informasi dan mendapatkan wadah untuk mengembangkan semua kemampuannya di bidang Multimedia dengan di dukung oleh sarana dan prasarana, bahkan bisa mendapatkan ilmu dari berbagai ahli dari dunia multimedia.
Namun dari fungsi tersebut tidak dapat terlepas dari tingkat penggunaan energi yang cenderung berlebih sehingga berdampak pada lingkungan. Pusat multimedia dengan konsep Green Architecture, diharapkan dapat membangkitkan sensitivitas pada pembangunan yang memperhatikan lingkungan di kawasan objek kajian sekaligus dapat memenuhi kebutuhan fungsional dalam kawasan maupun bangunan. Arsitektur hijau (Green Architecture) merupakan arsitekur berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistic (holistic approach). Green Building atau Green Architecture menekankan pada makna keselarasan dengan lingkungan global, yaitu udara, air, tanah dan api. Didalamnya tidak hanya memadukan prinsip arsitektur pada umumnya tetapi juga dimensi-dimensi lingkungan green building.
Melalui fungsi Pusat Multimedia, konsep arsitektur hijau hadir pada aspek-aspek tapak, bangunan hingga sistem operasional bangunan. Tidak hanya memaksimalkan sistem penghawaan dan pencahayaan alami, tetapi juga efisiensi energi, efisiensi material dan efisiensi penggunaan air bersih. Mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Perkembangan Pusat Multimedia
Perkembangan Kota Surabaya berlangsung sangat pesat dalam hal fisik
maupun non fisik. Perkembangan Kota Surabaya diikuti pula dengan peningkatan
jumlah penduduk yang cepat. Pertambahan jumlah penduduk kota berarti juga
peningkatan kebutuhan ruang atau lahan untuk terus hidup. Karena ruang tidak dapat
bertambah, maka yang terjadi adalah perubahan penggunaan lahan, yang cenderung
menurunkan proporsi lahan-lahan yang sebelumnya merupakan ruang terbuka hijau.
Berdasarkan Permendagri No. 1/2007 (RTH kawasan perkotaan minimal sebesar 20%
dari luas kota) luasan RTH kota Surabaya saat ini belum memenuhi hal tersebut. Dan
itu tidak menutup kemungkinan seiring dengan peningkatan akan kebutuhan ruang,
kondisi saat ini dapat perlahan semakin menurun dan mengurangi kualitas lingkungan
dalam kota. Peran dan fungsi kawasan kota Surabaya menjadikan kawasan ini sebagai
kawasan yang penting, strategis dan terbuka bagi berbagai macam kemungkinan
pengembangan kawasan. Kota Surabaya ditunjang dengan prasarana berupa jalur
akses yang dapat dilewati berbagai jenis transportasi dari berbagai penjuru kota.
Kawasan ini juga merupakan jalur akses transportasi baik lokal maupun regional.
Dari kawasan yang strategis ini maka kebutuhan akan dunia multimedia di Surabaya
juga berkembang dengan sangat cepat.
Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium sering kali disebut
pertunjukan multimedia. Pertunjukan multimedia mencakup monitor video dan karya
seni manusia sebagai bagian dari pertunjukan. Sistem multimedia dimulai pada akhir
1980-an, sejak permulaan tersebut hampir setiap pemasok perangkat keras dan lunak
melompat ke multimedia. Pada tahun 1994 diperkirakan ada lebih dari 700 produk
Saat ini kepopuleran akan teknologi multimedia sudah sangat luas, hal ini
dapat dilihat dari semakin meningkatnya kebutuhan akan sarana multimedia sebagai
penunjang berbagai kegiatan di segala bidang, baik itu pendidikan, ekonomi, bisnis,
informasi ataupun lainnya. Perkembangan teknologi ini membawa pengaruh besar
terhadap perilaku kehidupan manusia. Penggunaan teknologi informasi dan
multimedia menjadi sebuah cara yang efektif dan efisien dalam menyampaikan
informasi.
Kota Surabaya memiliki potensi sebagai kawasan yang strategis dan terbuka
terhadap berbagai kemungkinan pengembangan Pengetahuan Informasi dan
Komunikasi. Selain itu fungsi kawasan ini tidak terlepas dari kebutuhan
pengembangan sumber daya manusia, yang dapat dilakukan melalui pengembangan
dan pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi, salah satunya yaitu melalui
teknologi Multimedia.
Sumber : SWA, 2009
Pusat Multimedia merupakan paduan berbagai jenis sarana yang
mengkomunikasikan suatu informasi atau berita dalam berbagai bentuk tertulis,
audio, visual, tiga atau dua dimensi yang berada dalam satu tempat atau wadah.
Perkembangan kehidupan manusia tidak terlepas dari fungsinya sebagai makhluk
Tahun Tenant/stan (unit) Pengunjung (per hari)
1999 20 300
2000 50 500
2001 100 1000
2002 500 5000
2003 1000 10000
sosial. Komunikasi merupakan salah satu wujud interaksi manusia satu dengan
manusia lainnya guna memenuhi kebutuhan. Melalui perkembangan teknologi media
komunikasi kemudian berkembang menjadi media penyampaian informasi baik
secara global maupun lokal.
Keunggulan multimedia antara lain dapat mempertajam pesan. Orang mampu
mengingat informasi dengan mendengar maupun dengan memelihat, bahkan bisa
dilakukan dengan melihat dan mendengar. Menurut Suyanto (2007) keunggulan dari
multimedia antara lain dapat membantu mempertajam penyampaian informasi yang
akan diterima oleh masyarakat. Orang mampu mengingat informasi 30% dengan
mendengar, 50% dengan melihat dan mendengar, 80% dengan melihat, mendengar
dan melakukan. Hal di atas menunjukkan bahwa sarana multimedia yang merupakan gabungan dari media indera dapat memaksimalkan penyampaian informasi.
Sumber : Firmansyah, 2006
Daryanto (2005), dalam sebuah sistem multimedia fungsi yang utama yang
akan diwadahi yaitu proses penyampaian informasi (distribusi) melalui berbagai
media (audio, visual, teks, gambar, 2D/3D) yang diproses dan dikendalikan dalam
komputer, oleh karena itu kebutuhan fungsi utama yang harus ada dalam suatu Pusat
Informasi data lokal/global
Dilihat/diketahui/diproses Dipahami/di selesaikan
Melalui media visual, audio, teks, gambar, dan
lain-lain
Komputerisasi/Digital
MULTIMEDIA
Entertainment
Publishing
Information Providers
Computer
Hardware
and Software
Telephone,
Cable,
Satellite, Radio
NIM
Content
Computer
Communication
Digitalization
Digitalization Digitalization
NIM = Networked
Interactive
Multimedia
Sumber: Suyanto, 2003
Multimedia yaitu fungsi produksi (studio) yang menghasilkan atau mendapatkan
objek data (suara, video, teks, gambar) dan fungsi pengolahan hasil berupa ruang
komputer. Menghadirkan sebuah fungsi Pusat Multimedia merupakan bagian dari
pemenuhan kebutuhan masyarakat di Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa sarana
multimedia yang merupakan gabungan dari media indera dapat memaksimalkan
produksi dan penyampaian informasi dengan baik.
Dari data perkembangan pengunjung dan kebutuhan sarana multimedia di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat kita mulai sadar akan kebutuhan
dari teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan Indonesia bagian timur,
khususnya di Surabaya belum ada ikon pusat perkembangan dan layanan produk TI
(teknologi informasi)/multimedia (Ruddy, 2009). Akibatnya jika ingin mengetahui
perkembangan dan informasi tentang TI/multimedia, masyarakat mesti
berpindah-pindah tempat dengan perbedaan lokasi yang lumayan jauh jaraknya. Hal ini terjadi
karena di Surabaya belum ada satu tempat yang mewadahi semua kegiatan
perkembangan TI/multimedia dalam satu atap. Semakin meningkatnya tenant, maka memberikan arti bahwa produk TI/multimedia secara cepat telah berkembang.
Banyak produk-produk TI/multimedia yang bermunculan dengan berbagai merk dan
variant. Berkembangnya produk TI/ multimedia dan semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan system informasi dan komunikasi, maka dibutuhkan sebuah
Pusat Multimedia yang mampu mewadahi berbagai aktifitas pengembangan
multimedia dan memberikan pelayanan kebutuhan manusia akan multimedia,
sekaligus sebagai pusat pengembangan Sumber Daya Manusia lewat adanya
pelayanan pendidikan di bidang multimedia. Dengan adanya Pusat Multimedia ini
diharapkan masyarakat Surabaya dan sekitarnya bisa mendapatkan informasi dan
mendapatkan wadah untuk mengembangkan semua kemampuannya di bidang
Multimedia dengan di dukung oleh sarana dan prasarana, bahkan bisa mendapatkan
ilmu dari berbagai ahli dari dunia multimedia.
Namun untuk memenuhi fungsi tersebut, maka Pusat Multimedia ini harus
ditunjang dengan pemakaian energi yang mencukupi. Dari fungsi tersebut maka tidak
dapat terlepas dari tingkat penggunaan energi yang cenderung berlebih sehingga
berdampak pada lingkungan. Pusat multimedia dengan konsep Green Architecture,
diharapkan dapat membangkitkan sensitivitas pada pembangunan yang
memperhatikan lingkungan di kawasan objek kajian sekaligus dapat memenuhi
1.1.2 Konsep Arsitektur Hijau
Green architecture adalah arsitektur yang berwawasan lingkungan dan
berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan
penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable)
dan pendekatan holistik (holistic approach) (Priatman, 2002).
Dari pengertian di atas sangat diperlukan adanya kerjasama antar manusia dan
lingkungannya. Tetapi sejak manusia menganggap dirinya pusat segala sesuatu dan
mengembangkan teknologi untuk mengolah alam, terjadilah ketergantungan antara
manusia dengan lingkungan. Manusia terus menguras sumber daya lingkungan alam
seakan lupa makna lingkungan sesungguhnya dan tidak menyadari bahwa manusia
merupakan bagian dari lingkungan. Pemakaian energi yang berlebih juga
mengakibatkan habisnya sumber energi dari alam. Bila keadaan ini terus berlangsung,
kualitas dan daya dukung lingkungan di masa datang akan terancam dan tidak akan
berkelanjutan.
Pencemaran dan perusakan lingkungan terus berlangsung sehingga kualitas
lingkungan semakin lama semakin buruk, demikian pula dengan keseimbangan
ekosistem bumi. Masalah kerusakan lingkungan menjadi sangat kritis beberapa tahun
belakangan ini. Sejak berkembangnnya teknologi untuk eksploitasi sumber daya yang
tersedia, para perencana mulai menerapkan ide baru meninggalkan idealisme dan
nilai yang telah dibangun sejak dulu. . Kegagalan untuk mengaitkan arsitektur dengan
pertimbangan penggunaan sumber daya yang rasional sudah dimulai sejak jaman
klasik, dengan arsitektur monumentalnya, yang selalu diasosiasikan dengan perilaku
semena-mena para orang kaya terhadap sumber daya (Vale & Brenda, 1991:8).
Permasalahan ini terjadi akibat adanya perkembangan teknologi internasional.
Setiap proses membangun (act of building) akan merubah lingkungan (Yeang,
1995:4). Akibatnya semua bangunan (arsitektur) akan mempunyai dampak pada
1. Bangunan mengambil sebagian ruang (spatially displaces) dari sebuah
ekosistem dengan wujud fisiknya. Pada akhirnya komposisi energi dan materi
bangunan akan merubah komposisi materi dan energi ekosistemnya.
2. Setelah masa pembangunan selesai, pemakai lingkungan buatan (bangunan)
ini akan memacu kegiatan manusia lainnya dan pembangunan bangunan
lainnya, yang akan mendatangkan dampak lingkungan yang terus timbul
(konsep The Second Cybernitics).
3. Bangunan menguras sumber daya bumi yang tidak terbarui dengan cara
mengkonsumsi sumber daya energi dan materi dalam jumlah besar untuk
perwujudannya, pengoperasiannya dan pembuangannya sejak perhatian
manusia terhadap lingkungan (ekologi) memberi tempat pada perhatian
mengurus rumah tangga.
4. Bangunan yang menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, termasuk
energi yang terbuang (panas) dan materi (zat polutan) selama perwujudannya,
pengoperasiannya dan pembuangannya. Limbah ini akan merusak lingkungan
dan sumber daya.
Menurut Yeang dalam Designing With Nature (1995:4), menyarankan agar
seorang perencana lingkungan buatan (para arsitek) perlu memperhatikan makna
sebuah lingkungan buatan dari sudut pandang seorang ahli ekologi, antara lain:
1. Lingkungan buatan memiliki komponen hidup dan tidak hidup.
2. Desain menyangkut penetapan standar hidup dan meminimalisasi persyaratan
(kebutuhan) para pemakainya.
3. Lingkungan buatan dianggap sebagai bagian dari alur energi dan materi dalam
siklus hidup.
4. Perlunya mengintegrasikan sistem yang direncanakan dengan ekosistem bumi.
5. Perlunya mengidentifikasikan tentang adanya pengaruh yang akan terjadi dalam
siklus hidup sistem yang direncanakan.
6. Konteks eksternal dari sebuah sistem yang direncanakan mencakup kesatuan dari
Pada masa ini terjadi pengungkapan secara ilmiah tentang fenomena
kerusakan pada planet bumi dan atmosfer yang akan terus berlanjut. Para Ilmuwan
melaporkan terjadinya lubang besar pada lapisan ozon di atmosfer di atas Antartika
yang selanjutnya dikenal sebagai Ozone Depletion (pelubangan ozon). Fenomena ini
akan terus menerus terjadi apabila tidak ada langkah-langkah pencegahan yang serius.
Pengukuran yang dilakukan oleh beberapa pihak di dunia, membuktikan adanya
peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung yang akan mempengaruhi pola iklim
dan kerusakan serius pada bumi. Fenomena Global Warming ini merupakan akibat
dari peningkatan polusi udara berasal dari industri, transportasi, bangunan dan
penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untuk menunjang
kehidupan modern manusia.
Gambar. 1.3 Kompleksitas hubungan bangunan dengan lingkungan Climate context
Resources energy; water, air, and
materials
Technology
Environmental regulations and
standart
Struktur dan selubung bangunan sebagai dasar dari Climate
Modifier.
Services as Supplement
Waste; water, gases Building performance
Productivity
INPUT OUTPUT BUILDING
Tabel 1.2. Efek Gas Rumah Kaca
Sumber : Inventarisasi Gas Rumah Kaca Indonesia, 1994
Dari fenomena kerusakan alam tersebut maka sebuah keseimbangan
diperlukan untuk menjaga hubungan yang berkelanjutan, sehingga kedua belah pihak
tidak saling merugikan bahkan saling meningkatkan kualitas masing-masing
membentuk hubungan yang simbiosis. Dalam proses membangun (the act of
building) dapat ditafsirkan sebagai sebuah tanggapan penghuninya untuk mencapai
keseimbangan di dalam sistem interaksi manusia dengan lingkungan, dengan tujuan
untuk menjaga keadaan yang terus menerus dan berkelanjutan. Sedangkan
kesimpulan yang dapat ditarik dari hubungan arsitektur terhadap ekologi yaitu
bangunan dapat dianggap sebagai suatu kesatuan yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan.
Permasalahan yang dapat diangkat dari potensi dan fenomena global yang
terjadi dengan objek Pusat Multimedia di Surabaya dengan tema Arsitektur Hijau,
antara lain:
1. Kawasan Surabaya memiliki potensi sebagai kawasan yang strategis dan
terbuka terhadap kemungkinan pengembangan Pengetahuan Komunikasi dan
Informasi.
2. Kebutuhan fungsi Pusat Multimedia di kawasan Surabaya sebagai sarana
pengembangan sumber daya manusia melalui pengembangan dan
Tahun Jumlah penduduk
dunia (milyar)
Perubahan suhu global
(°C)
Kenaikan permukaan air
laut (cm)
1990 5.3 0 0
2000 6.1-6.2 0.2 2
2050 8.4-11.3 0.8-2.6 9.0-32
pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi salah satunya melalui
teknologi Multimedia
3. Setiap proses membangun (act of building) akan merubah lingkungan (Yeang,
1995:4). Akibatnya semua bangunan (arsitektur) akan mempunyai dampak
pada sistem lingkungan.
4. Perkembangan fisik pada kota Surabaya yang kurang sensitif terhadap
lingkungan memberikan efek semakin menurunnya kualitas lingkungan pada
Kota Surabaya itu sendiri.
5. Konsumsi energi pemakaian alat Multimedia yang diiringi dengan kebutuhan
pengkondisian udara dan pencahayaan dalam ruang multimedia yang menjadi
tantangan dalam usaha menurunkan konsumsi energi dan melawan perubahan
iklim.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari perancangan pusat multimedia ini adalah Menghasilkan desain
bangunan Pusat Multimedia dengan konsep Arsitektur Hijau (Green Architecture)
yang mampu memaksimalkan fungsi sebagai :
- Wadah kegiatan perdagangan peralatan multimedia
- Wadah kegiatan industri, publikasi, proses produksi dan pengolahan
informasi.
- Pusat penyampaian informasi (distribusi) melalui berbagai media (audio,
visual, teks, gambar, 2D/3D)
- Pusat perkembangan multimedia.
1.2.2 Tujuan
Pusat Multimedia ini diharapkan dapat menjadi sebuah wadah dari
atau distributor dari peralatan tersebut dapat memproduksi, mempromosikan dan
menjual kepada para konsumen yang membutuhkan pelayanan multimedia.
Pusat Multimedia ini juga menjadi wadah dari semua kegiatan industri,
publikasi, produksi dan pengolahan informasi. Dengan adanya wadah ini, kebutuhan
akan media informasi diharapkan akan terpenuhi dan mampu tersampaikan dengan
baik, secara suara maupun audio. Dari pelayanan yang terpusat pada satu tempat,
masyarakat akan lebih mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Sebagai sebuah fungsi Pusat Multimedia, tentunya obyek ini akan selalu
menjadi pusat penyampaian informasi dari berbagai elemen masyarakat. Begitu
pentingnya sebuah informasi, maka pengemasanyapun harus mampu mewujudkan
kualitas dari sebuah Pusat Multimedia, baik secara audio, visual, teks, gambar,
2D/3D. Dengan hasil produksi yang mampu membantu mempermudah penyampaian
sebuah informasi tersebut, maka masyarakat akan lebih mudah menerima informasi
yang dimaksud.
Fungsi lain dari Pusat Multimedia ini adalah sebagai wadah atau tempat
segala aktivitas industri, produksi, publikasi sampai penjualan peralatan multimedia.
Dengan fungsi yang kompleks itu, maka Pusat Multimedia menjadi pusat dari segala
perkembangan multimedia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsi dan
manfaat multimedia, terutama perkembangan terbaru dari sebuah hasil multimedia,
diharapkan mampu diwadahi dalam pusat multimedia ini.
1.3 Lingkup Perancangan
Lingkup bahasan dibatasi pada rancangan Pusat Multimedia yang berkonsep
Arsitektur Hijau antara lain:
1. Dalam pencapaian menuju penerapan konsep Arsitektur Hijau pada Pusat
2. Pusat Multimedia dengan fungsi utama sebagai fasilitas jasa yang mengembangkan
media penyampaian informasi baik secara tertulis, audio, video, dua dimensi atau
tiga dimensi.
3. Lingkup bahasan analisa menggunakan studi konsep Green Architecture yaitu
berupa pendekatan green architecture melalui green building criteria sebagai
studi dalam merancang, yang menerapkan konsep Arsitektur Hijau, sehingga
dapat meminimalkan kerusakan dan memaksimalkan peningkatan lingkungan
sekitarnya namun tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan fungsional bangunan.
1.4 Batasan Dan Asumsi
Pusat Multimedia ini merupakan salah satu wadah aktifitas formal terutama
proses produksi dan pengolahan informasi. Tampilan yang akan diwujudkan terutama
untuk fungsi ini yaitu tampilan formal sekaligus modern high tech untuk
menonjolkan fungsi sebagai pusat teknologi informasi dan multimedia. Konsep yang
terapkan pada desain ini, yaitu arsitektur hijau, dapat terwujud dalam tampilan
bangunan yang yang harmonis dengan lingkungan dan iklimnya. Selain itu iklim
tropis di Indonesia menuntut pemilihan bahan yang awet dan tahan terhadap cuaca.
Tidak terlepas dari konsep arsitektur hijau, pemilihan bahan juga harus fleksibel
terhadap perubahan, memudahkan pemasangan dan material yang didipilih
seharusnya dapat digunakan kembali (recycle).
Menyesuaikan dengan konsep arsitektur hijau penentuan perletakan massa
ditekankan pada adaptasi massa terhadap matahari dan arah angin. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan bidang yang terkena sinar matahari langsung
sehingga dapat menghemat dan memaksimalkan kinerja AC dan memaksimalkan
masuknya aliran udara alami untuk menghindari terjadinya kelembaban dan
memaksimalkan penghematan energi.
Sedangkan studi bentuk dasar dipergunakan untuk mendapatkan bentuk dasar
dari perencanaan bangunan yang ada di dalam tapak, sehingga bangunan yang
dasarnya bentuk-bentuk bangunan yang diterapkan berangkat dari bentuk dasar
geometris.
Proyek ini diharapkan bisa dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sebagai
pemegang kendali pemerintahan dalam penataan kota. Setelah melihat gejala alam
yang merupakan akibat dari peningkatan polusi udara dari industri, transportasi,
bangunan dan penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untuk
menunjang kehidupan modern manusia, serta semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan sarana dan prasarana multimedia, maka dengan adanya campur
tangan pemerintah, diharapkan Pemerintah bisa menciptakan sebuah Pusat
Multimedia yang berkonsep Arsitektur Hijau. Sehingga tujuan pemerintah untuk ikut
serta dalam mencegah fenomena kerusakan alam global dan sekaligus ikut mewadahi
perkembangan akan kebutuhan sarana Pengetahuan Informasi dan Komunikasi di
Surabaya khususnya, bisa direalisasikan tanpa merugikan lingkungan sekitar.
1.5 Metode Perancangan
Menghadirkan sebuah fungsi Pusat Multimedia merupakan bagian dari
pemenuhan kebutuhan khususnya kepada masyarakat Surabaya, namun dari fungsi
tersebut tidak dapat terlepas dari tingkat penggunaan energi yang cenderung berlebih
sehingga berdampak pada lingkungan. Pusat multimedia dengan konsep Green
Architecture, diharapkan dapat membangkitkan sensitivitas pada pembangunan yang
memperhatikan lingkungan di kawasan objek kajian sekaligus dapat memenuhi
Gambar 1.4. Skema Metode Perancangan
Sumber : Analisis, 2009
1.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan menggambarkan isi dan uraian dari masing-masing bab
pembahasan. Adapun cakupan isi tiap-tiap pembahasan antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang kajian mengenai isu lingkungan hingga
konsep Arsitektur Hijau sebagai salah satu jawaban dari kebutuhan
pembangunan yang berwawasan lingkungan, kemudian identifikasi
permasalahan, batasan, rumusan masalah, tujuan serta kegunaan kajian.
Latar belakang Identifikasi
Masalah Tujuan
Perancangan
Pengumpulan data Rumusan masalah
Hasil Rancangan
Analisa
BAB II TINJAUAN OBYEK RANCANGAN
Menguraikan teori-teori yang dijadikan acuan dalam proses perancangan yang
akan dilakukan selanjutnya.
BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
Menguraikan metode yang digunakan dalam kajian, meliputi metode
pengumpulan data yang diperoleh melalui survey lapangan, wawancara, dan
data sekunder dari beberapa instansi terkait serta metode pengolahan data
berupa analisa, sintesa, evaluasi yang selanjutnya digunakan untuk pemecahan
permasalahan.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Menguraikan tinjauan umum kawasan dan tapak perencanaan serta proses dan
hasil analisa dan sintesa hingga menghasilkan suatu konsep-konsep yang
menjadi dasar dalam perancangan desain. Setelah mendapatkan konsep dasar
pada bab ini diuraikan juga pembahasan hasil desain yang kemudian
BAB II
TINJAUAN OBYEK RANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Judul
Penerapan Arsitektur Hijau Pada Pusat Multimedia di Surabaya adalah sebuah
obyek rancangan yang mempunyai fungsi sebagai pusat dari berbagai jenis sarana,
penyediaan informasi pada komputer dengan menggunakan suara, grafika, animasi
dan teks. Yang pada obyek rancangan tersebut diharapkan mampu menerapkan suatu
konsep desain yang menghargai dan memahami lingkungan hidup sebagai fungsi
sistem alam dan menyadari ketergantungan lingkungan binaan atau bangunan pada
lingkungan alam. Selain itu, Arsitektur Hijau merupakan suatu konsep perancangan
yang berkelanjutan, karena konsep ini mengacu dan bertanggung jawab pada
lingkungan alam serta mempertimbangkan keberlanjutan bagi masa depan (Widigdo
C, 2007)
2.1.2 Studi Literatur
Multimedia merupakan konsep dan teknologi dari unsur - unsur gambar,
suara, animasi serta video disatukan didalam komputer untuk disimpan, diproses dan
disajikan guna membentuk interaktif yang sangat inovatif antara komputer dengan
user. Bila dibandingkan dengan informasi dalam bentuk teks (huruf dan angka) yang umumnya terdapat pada komputer saat ini, tentu informasi dalam bentuk multimedia
yang dapat diterima dengan kedua indra penglihatan manusia dalam bentuk yang
sesuai dengan aslinya atau dalam dunia yang sesungguhnya (Cahyana & Munandar,
2007).
Multimedia merupakan suatu perangkat yang terdiri dari beberapa media
seperti teks, audio, grafik, animasi dan video sebagai sarana untuk menyampaikan
untuk menyimpan, menciptakan serta melakukan berbagai hal yang berhubungan
dengan teknologi (Firmansyah, 2006)
Furht dan Haffos dalam Firmansyah (2006) mendefinisikan multimedia sebagai gabungan antara berbagai media; teks, grafik, animasi, gambar dan video.
Selain itu multimedia sebagai suatu sistem komputer yang terdiri dari peralatan dan
media yang memberikan kemudahan untuk pengolahan gambar, video, fotografi,
grafik dan animasi dan disatukan dengan suara, teks, data yang dikendalikan dengan
program komputer.
Kata multimedia menurut Daryanto (2005) merupakan banyak media yang
berada di bawah kendali komputer. Sebuah komputer multimedia perlu mendukung
lebih dari satu jenis media yang berbasis antara lain teks, gambar, video, animasi dan
audio. Sebuah komputer dapat melakukan suatu manipulasi pada data text dan
gambar yang diubah menjadi data multimedia sehingga menjadi komputer yang
berbasis Multimedia. Multimedia dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan
teknologi informasi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan
tepat waktu. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,
sistem jaringan utnuk menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya
sesuai dengan kebutuhan dan dapat diakses secara global.
Daryanto (2005), dalam sebuah sistem multimedia fungsi yang utama yang
akan diwadahi yaitu proses penyampaian informasi (distribusi) melalui berbagai
media (audio, visual, teks, gambar, 2D/3D) yang diproses dan dikendalikan dalam
komputer, oleh karena itu kebutuhan fungsi utama yang harus ada dalam suatu Pusat
Multimedia yaitu fungsi produksi (studio) yang menghasilkan atau mendapatkan
objek data (suara, video, teks, gambar) dan fungsi pengolahan hasil berupa ruang
Gambar 2.1 (a) Key light, (b) Back light, (c) Fill light
b l
Antara studio dalam pusat multimedia ini dengan studio dalam jaringan
pertelevisian terdapat beberapa kesamaan. Secara mendasar, yang membedakannya
adalah hasil produksi pada studio video tidak disiarkan secara jaringan dengan
gelombang siar/pancar dan cenderung tertutup. (Chiara & Crosbie, 2001). Berikut ini
merupakan beberapa hal yang mendasar yang harus diperhatikan dalam sebuah
perancangan studio menurut Chiara & Crosbie (2001).
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi dan
pasca produksi menurut Chiara & Crosbie (2001) adalah sebagai berikut:
1. Sarana produksi, antara lain:
a. Kamera elektronik dan film b. Peralatan lampu (video)
Menurut Zelner (1999:18), disebutkan bahwa ada beberapa terminologi pencahayaan yang dapat diterapkan; Base light, Key light, Fill light, Background light, Side light, Kicker light, Camera, atau eye light.
Namun dari kesekian banyak poin tersebut, yang paling mendasari adalah
prinsip segitiga pencahayaan yang membagi sistem pencahayaan menjadi 3,
yaitu; key light, back light dan fill light.
Gambar 2.2 Perpaduan beberapa sumber cahaya dalam sistem pencahayaan studio
Sumber : Zelner, 1999
Key light berfungsi untuk menampilkan bentuk dasar dari obyek. Back light
berfungsi untuk membantu dalam memisahkan obyek dari background dan menambah penampakkan obyek dari segi bentuk dan ukurannya. Fill light diletakkan pads sisi berlawanan dengan kamera dari posisi key light untuk membuat efek bayangan yang lebih lembut serta menambah detail pads area bayangan.
c. Peralatan suara
d. Alat editing video dan audio e. Proyektor
2. Prasarana Produksi, antara lain:
a. Studio video
Ruang studio berfungsi untuk mewadahi aktifitas produksi
(shooting). Ukuran studio bervariasi, berkisar mulai dari ukuran 25 x 20 ft (7,6 x 6,1 m), yaitu melalui perletakan kamera pada jendela atau pintu
terbuka, hingga studio-studio besar (100 x 100 ft) yang umumnya
digunakan untuk shooting indoor yang membutuhkan dekor. Pada umumnya ukuran rata-rata studio yaitu 40 x 60 ft (12,2 x 18,3 m) sudah
cukup baik dan dapat memenuhi semua kebutuhan sebuah ruang studio.
Adapun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam studio antara
lain:
1. Control room, terdiri atas peralatan elektronik yang berfungsi untuk mengontrol hasil dari studio. Ruangan ini memiliki akses langsung ke
dalam studio dan dapat memiliki visual langsung tergantung pada
kebutuhan operasional.
2. Maintenance Shop, merupakan bengkel elektronik sebagai ruangan
untuk suku cadang. Dapat ditempatkan langsung pada studio untuk
kemudahan menjangkau.
3. Equipment (rack) room, merupakan ruangan yang digunakan untuk
menampung peralatan elektronik tambahan yang pada saat pelaksanaan
tidak diperlukan, seperti perlengkapan audio dan video, peralatan
penyetelan, dan lain-lain. Letak Equipment room harus berdekatan dengan maintenance shop.
4. wardrobe room
Gambar 2.3 Tipikal ruang studio
b. Ruang administrasi dan produksi
Menurut Chiara & Crosbie (2001) pada fungsi ruang studio tidak
terlalu memerlukan kedekaan fisik terhadap proses produksi. Ruang
kantor ini meliputi pengelolaan administrasi maupun kegiatan pra
produksi yaitu pengelolaan ide atau konsep untuk kegiatan pra produksi
ataupun produksi.
Adapun hal yang harus ada dalam fasilitas administrasi dan
produksi antara lain:
1. Resepsionis dan sekretaris, ruang untuk staf sekeretariat dan area
penerima untuk tamu.
2. Kantor untuk pekerja, untuk mempermudah koordinasi antara staf
produksi dengan staf “on-camera”. 3. Ruang rapat
4. Tempat penyimpanan film dan grafis, memudahkan dalam
mempersiapkan dan mempresentasikan hasil termasuk untuk ruang
preview materi proyek
5. Studio grafis dan seni
c. Ruang visual editing/visual effect
Ruang ini letaknya tidak perlu berdekatan dengan studio.
Ruangan ini dipakai dalam menambahkan efek suara dan efek gambar
pada shots tertentu yang menjadi salah satu kegiatan editing (Chiara & Crosbie 2001:252). Pada bagian ini merupakan proses lanjutan dari produksi pada ruang studio. Pada ruang ini dilakukan proses pendataan,
pemilihan serta manipulasi suara ataupun gambar.
Viewing (screening) room merupakan ruang dengan proyektor
16mm untuk menampilkan hasil produksi (video/film, audio, grafis, dan
lain-lain) yang digunakan untuk menarik para sponsor. Ruangan ini
diletakkan berdekatan dengan sales dan eksekutif area termasuk kantor.
Ruang ini juga didesain menjadi satu dengan ruang konfrensi. Ruang ini
merupakan bentuk dari ruang audio visual dalam skala yang kecil
(Chiara & Crosbie 2001:252).
d. Ruang audio visual
Studio audio merupakan ruangan yang digunakan untuk
pengambilan suara atau menyiarkan pesan, berita, musik dan lain-lain.
Salah satunya dapat digunakan secara live atau langsung. Dengan menggunakan penyelesaian akustik yang baik, studio dapat dibuat cukup
besar untuk memuat beberapa orang.
Terdapat dua tipe studio menurut (2001:256), yaitu:
1. Studio dengan kapasitas dua orang memuat satu orang disk jockey
Gambar. 2.4. Tipikal ruang studio audio dengan kapasitas dua orang
Gambar. 2.5. Tipikal ruang studio audio dengan kapasitas lebih dari dua orang 2. Studio dengan fungsi sebagai tempat interview
Luas lantai studio audio berkisar antara 10 x 10 ft (3 x 3 m) untuk
berita atau studio rekaman, hingga 270 ft² dengan kapasitas enam orang dan
memungkinkan untuk menyelenggarakan diskusi panel. Selain studio audio
dengan fungsi merekam seuara, terdapat juga fungsi studio audio sebagai
stasiun radio yang dalam menyiarakan informasi secara langsung. Perbedaan
mendasar pada studio audio yang digunakan sebagai radio yaitu kebutuhan
penggunaan dan penempatan antena serta transmitter. Sumber: Chiara & Crosbie, 2001
Adapun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam studio audio antara
lain (Chiara & Crosbie 2001:257):
1. Control room, terdiri dari panel pengontrol seperti komputer dan lain-lain, dan peralatan elektronik yang berfungsi untuk mengontrol hasil dari studio.
Ruangan ini memiliki akses langsung ke dalam studio dan dapat memiliki
visual langsung tergantung pada kebutuhan operasional. Terdapat juga alat
perekam, tempat piringan hitam, alat otomatis dan beberapa lemari
penyimpan kaset. Luas ruang dirancang untuk 1-2 orang seperti yang dapat
dilihat dari gambar berikut.
2. Maintenance Shop, merupakan bengkel elektronik sebagai ruangan untuk suku cadang. Dapat ditempatkan langsung pada studio untuk kemudahan
menjangkau. Kapasitas minimal untuk ruang ini yaitu satu orang.
3. Equipment (rack) room, merupakan ruangan yang digunakan untuk
menampung peralatan elektronik tambahan yang tidak diperlukan saat
pelaksanaan, seperti peralatan penyetelan, dan lain-lain. Bentuk
penyimpanan berupa rak atau kabnet untuk arsip. Pada umumnya
Equipment room ditempatkan dalam satu ruang bersama ruang kontrol.
Akustik Studio Audio
Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan studio yaitu peralatan
akustik harus diperhitungkan baik pada tingkat isolasi tinggi terhadap vibrasi
dan bising, maupun hubungan dengan bentuk studio itu sendiri. Kondisi akustik
pada dasamya adalah mati dalam studio dimana dengung bila perlu dapat
ditambah dengan menggunakan pengaturan tempat dan barang-barang yang
cocok, layar akustik yang dapat dipindahkan (portable) dan dengung buatan. Oleh sebab itu ada beberapa persyaratan akustik yang perlu diperhatikan dalam
perancangan studio, antara lain:
1. Ukuran dan bentuk studio yangoptimum
3. Karakteristik ideal reverberasi (dengung)
4. Hindari cacat akustik
5. Eliminasi gangguan suara dan vibrasi
Sedangkan teori untuk konsep Green Architectur mengutip dari beberapa
tokoh : Setiap proses membangun (act of building) akan merubah lingkungan (Yeang, 1995:4). Menurut Yeang dalam Designing With Nature (1995:4), menyarankan agar seorang perencana lingkungan buatan (para arsitek) perlu memperhatikan makna
sebuah lingkungan buatan dari sudut pandang seorang ahli ekologi
Brenda & Vale (1991:169), menyebutkan bahwa Green architecture tidak hanya meliputi bangunan itu sendiri dalam tapak, namun juga lingkungan kota yang
memiliki bentuk berkelanjutan. Kota tidak hanya meliputi kumpulan dari
gedung-gedung, tetapi juga dapat dilihat sebagai rangkaian sistem yang saling berinteraksi,
sistem untuk hidup, bekerja dan berekreasi, kesemuaanya menjadi satu dalam bentuk
gedung. Dengan melihat sistem kita dapat melihat wajah dari kota yang akan datang.
Heinz Frick dalam Arsitektur dan Lingkungan (1996) menyebutkan bahwa desain mengarah pada manifestasi dari perhatian manusia dan bila apa yang kita buat
dengan tangan kita adalah untuk memberikan penghormatan pada bumi yang
memberi kita kehidupan, maka segalanya yang kita buat tidak hanya harus “tumbuh”
dari tanah, tapi juga kembali padanya (tanah kembali ke tanah, air kembali ke air).
Segala yang diterima dari bumi dapat dengan bebas diberikan kembali tanpa
2.1.3 Studi Kasus Obyek
1. Multimedia Center, Hamburg
Gambar 2.6. Multimedia Center
Didesain oleh Foster dan patners, sangat memperhatikan lingkungan sekitar
akan kebutuhan sebuah pusat multimedia. Bertempat di sebuah kota kecil membuat
pusat multimedia ini dijadikan sebagai pusat informasi bagi masyarakat setempat.
Bersebelahan dengan stasiun televisi yang sudah lama, pusat multimedia ini sangat
membantu dalam memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi
data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
Dengan berbagai fasilitas sebagai sebuah pusat multimedia, tempat ini telah
membantu masyarakat setempat dan pemerintah kota Hamburg untuk bisa saling
memberikan informasi dan tentunya menjadi pusat produksi dan perkembangan
multimedia di Hamburg, baik media ; teks, grafik, animasi, gambar dan video.
Gedung ini selain sebagai pusat multimedia juga berfungsi sebagai pusat
servis semua perangkat multimedia serta berfungsi sebagai museum dan laboratorium
foto, grafis dan video. Laboratorium foto menyediakan berbagai layanan fotografi,
termasuk pengolahan dan pencetakan, antena, studio, di lokasi dan dokumentasi,
menyalin, digital imaging, dan membantu diri fotografi. Memiliki laboratorium foto
dan slide 35mm dasar peristiwa-peristiwa sejarah, bangunan, pesawat, dll untuk
digunakan dalam briefing. File foto ini dapat didigitalisasi untuk diangkut disk atau
Sebagi pusat multimedia, bangunan ini telah melakukan berbagai macam
proses multimedia, mulai dari proses produksi sampai pada proses penyampaian
informasi yang dimaksud. Untuk itu dengan melihat dari teori yang dikemukakan
oleh Daryanto (2005) bahwa pusat multimedia merupakan banyak media yang berada
di bawah kendali computer dan sebuah komputer dapat melakukan suatu manipulasi
pada data text dan gambar yang diubah menjadi data multimedia sehingga menjadi
komputer yang berbasis Multimedia. Multimedia dalam hal ini sangat erat kaitannya
dengan teknologi informasi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu. Sebagi sebuah pusat informasi dan untuk mencapai
tujuan tersebut, maka Multimedia Center, Hamburg, sudah cukup memperhatikan
fungsi dari pusat multimedia itu sendiri. Berikut merupakan fasilitas ruang pada
Multimedia Center di Hamburg :
A. Fasilitas Studio Video
B. Fasilitas Studio Audio
C. Penyelesaian Lantai Studio
D. Penyelesaian Ketinggian Plafon
E. Pencahayaan Studio
F. Pengkondisian Udara dalam Studio
G. Fasilitas Administrasi dan Pengolahan Hasil
H. Studio Grafis dan Seni
2. Graha Wonokoyo
Gedung perkantoran yang terletak tepat di persimpangan jalan raya
Darmo dan Taman Bungkul ini merupakan studi kasus bangunan fungsi
perdagangan yang bertema Green Architectur, didesain dengan prinsip
efisiensi operasional bangunan dalam jangka panjang.
Konsep hemat energy ini mengacu pada teori literature dari Priatman,
yang mengungkapkan bahwa Green architecture adalah arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi
lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi ( energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach) (Priatman, 2002).
Gambar 2.7. Graha Wonokoyo
Berikut ini merupakan pendekatan konsep arsitektur hijau yang dicapai
dari bangunan ini.
1. Penyelesaian terhadap iklim
Kenyamanan pengguna, misalnya, benar-benar diperhatikan dengan
menciptakan bukaan-bukaan yang tinggi. Masuknya cahaya matahari ke
dalam gedung membuat penerangan di siang hari tidak diperlukan. Begitu
pula dengan udara luar yang dapat diakses pengguna melalui jendela-jendela
yang dapat dibuka.
2. Konektifitas terhadap komunitas lingkungan
Lokasi bangunan yang berada di daerah strategis juga memudahkan
publik. Bangunan-bangunan pelayanan publik dan komersial lain juga mudah
dijangkau dari sini.
3. Efisiensi energi
Penghematan energi merupakan upaya yang menjadi prioritas dalam
mewujudkan nilai keberlanjutan pada bangunan Graha Wonokoyo. Usaha
yang memberikan dampak signifikan adalah pengaplikasian teknologi
penghawaan buatan yang dapat mengurangi konsumsi energi.
4. Efisiensi penggunaan air
Dari sisi penghematan air, sejauh ini usaha yang dilakukan adalah
dengan efisiensi sistem plumbing yang dipusatkan dalam satu area core
plumbing. Dampak positif yang signifikan dari penerapan prinsip hemat energi pada gedung ini adalah running cost bisa ditekan sampai 40% jika dibandingkan bangunan-bangunan konvensional lain yang memiliki skala
hampir sama.
3. Menara Mesiniaga
Melalui pendekatan Arsitektur Bioklimatik tingkat efisiensi gedung
perkantoran ini mencapai 80 %. Menara Mesiniaga juga efisien dalam pengaturan
ruang karena infrastruktur bangunan (servicecore) yang biasanya di tengah bangunan ditarik ke tepi timur sehingga ruang kerja bisa lebih leluasa dan ruang untuk sirkulasi
lebih sedikit. Menara Mesiniaga ini tidak menampakkan sosok bangunan pencakar
langit yang tidak bersahabat, sebaliknya bangunan berdiri tegak dan terbuka yang
mengekspresikan pemunculan teknologi baru. Dirancang oleh seorang arsitektur yang
sangat peduli dengan alam dan selalu menghasilkan sebuah karya arsitektur yang
sangat memperhatikan kejadian alam yang mungkin terjadi di waktu mendatang.
Gambar 2.8. Perspektif Menara Mesiniaga
Yeang mendesain gedung yang memamerkan citra high tech sekaligus memberikan suasana nyaman bagi karyawan. Yeang menempatkan inti bangunan
(service core) tangga, lift, toliet dan mekanikal, elektrikal dan plumbing di sisi yang paling
banyak menerima sengatan matahari yakni timur gedung. Sky Garden yang membelit
bangunan bak spiral menyelimuti bagiaan bangunan memeberikan nilai estetika tersendiri
sekaligus berfungsi memberikan efek bayangan dan kontras dengan permukaan dinding
berupa aluminium dan baja.
Pada prinsipnya Yeang mencoba menerapkan konsepnya melalui 4 aspek
arsitektural antara lain melalui tampilan bangunan, penyelesaian ruang, lanskap,
orientasi terhadap sinar matahari dan penggunaan shadingdevice.
Ide-ide desain dari Ken Yeang meliputi:
Penggabungan lingkungan urban beserta lansekapnya
Model yang estetis, gambaran dari kesuburan taman urban yang tropis.
Open way of life-keseragaman-semua bisa tercipta karena iklim yang tropis.
1. Tampilan bangunan (high tech)
Tampilan High Tech pada Menara Mesiniaga ini tercermin dari material eksterior bangunan yang didominasi oleh penggunaan bahan metal.
Gambar 2.9. Citra High Tech melalui dominasi penggunaan material metal Lapisan lantainya terbuat dan bahan beton yang menopang diatas baja. Struktur
uatama bangunan terbuat dari rangka baton bertulang yang diselimuti dua
jenis penangkis matahari, dinding baja dan kaca. Podium dan puncak gedung
berbahan metal menghadirkan citra high tech.
Pada bagian atap bangunan ini Yeang mencoba memfungsikannya untuk
aktifitas rekreasi melalui kehadiran fungsi kolam renang dan Gymnasium.. Hal ini juga menjadi bagian dari ide dasar Yeang yang menghubungkan bangunan kembali ke
tanah. Atap berperan sebagai tempat berinteraksi sekaligus sebagai penyangga
tambahan diantara space interior dan eksterior.
Struktur sunscreen nya terbuat dari baja dengan frame terbuat dari panel aluminium. Struktur ini cocok untuk direncanakan pemakaian panel penangkap
energi sinar matahari. Screen melindungi pool seperti atap pada bangunan. Sistem pengumpul air hujan juga terdapat pada atap.
2. Tanaman (Sky Garden)
Salah satu ide dasar dari Menara Mesiniaga ini yaitu taman pada alas
bangunan yang menghadirkan suasana alami dan meneruskan lanskap dari
dasar bangunan hingga badan bangunan yang berbentuk spiral ke atas.
Tanaman pada Sky Garden ini merupakan bentuk dari respon desain
terhadap lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam sebuah teori dari Heinz Frick
mengarah pada manifestasi dari perhatian manusia dan bila apa yang kita buat
dengan tangan kita adalah untuk memberikan penghormatan pada bumi yang
memberi kita kehidupan.
3. Orientasi terhadap sinar Matahari
Pada proses desain tampilan menara mesiniaga ini, Ken Yeang
memanfaatkan pencahayaan alami. Bangunan ini didukung dengan penggunaan
material yang biasa dipakai untuk gedung tinggi misalnya struktur baja dan
komponen ringan pembatas ruang, Kenneth Yeang bereksperimen dalam cara
penggunaannya melalui penempatan bahan tersebut sebagai penangkal sengatan
panas dalam ukuran yang berbeda-beda dan bentuk melengkung, sesuai pergerakan
matahari.
4. Penyelesaian ruang
Pada penyelesaian interior, ruangan kantor utama memliki ventilasi
udara alami dan menggunakan AC. Bangunan ini dilengkapi dengan sistem
otomatis yang mengatur energi termasuk AC, hal ini berfungsi untuk
mengurangi konsumsi energi pada peralatan. Menggunakan energi pasif
pada pencahayaan dengan penyelesaian jendela di sebelah timur dan
barat memiliki jalur untuk penempatan tanaman hias untuk mengurangi
masuknya sinar matahari yang menimbulkan panas dalam ruang.
5. Shading Device
Pada bangunan ini Yeang menerapkan dua jenis shading device yang
digunakan pada jendela sisi barat dan timur sebagai respon terhadap sinar dari
atas. Muka bangunan termasuk louvers dan shading bertujuan untuk mengurangi radiasi yang menimbulkan panas dari arah barat dan timur. Bahan
dari shading ini yaitu alumunium sebagai reflector.
Terdapat beberapa hubungan antara nilai estetika, material, tempat,
waktu serta teknis pembangunan yang dilakukan Yeang melalui desain ini.
Pertama yaitu hubungan langsung meliputi adaptasi yang kreatif untuk dalam
interpretasi terhadap adaptasi warisan arsitektural dan tradisi kultur dalam
prinsip dasar desain. Ketiga, hubungan unsur kekinian dalam desain yang
meliputi penggunaan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan. Keempat, hubungan lanskap yang menggabungkan bangunan
dengan konteks fisik dan elemen alami. Kelima, yaitu pertimbangan desain
memperkirakan kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan dari proses
pembangunan.
Menurut Yeang, menara Mesiniaga merupakan salah satu pendekatan
arsitektur hijau yang bertitik tolak dari dua hal yang fundamental untuk
menentukan strategi desain yang responsif terhadap lingkungan global yaitu
kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif.
2.1.4 Persyaratan Pokok Proyek
Persyaratan Pokok Proyek yang dibatasi pada rancangan Pusat Multimedia
yang berkonsep green architecture (Brenda & Robert Vale, 1991) adalah: 1. Meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil (konservasi energi).
2. Tanggap terhadap iklim, bahwa bangunan mampu menyesuaikan terhadap
iklim serta menggunakan sumber energi alami.
3. Meminimalkan penggunaan sumber daya baru serta mampu menciptakan
sumber daya baru untuk bangunan lainnya.
4. Menghargai pengguna, bahwa prinsip green architecture mampu mengenali dan menghargai orang-orang yang terlibat di dalamnya (pengguna).
5. Menghargai tapak, dimana bangunan yang ada merupakan bangunan yang
ramah terhadap lingkungan (alam).
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Lingkup Pelayanan
Dalam sebuah Pusat Multimedia fungsi yang utama yang akan diwadahi
yaitu proses penyampaian informasi (distribusi) melalui berbagai media (audio,
visual, teks, gambar, 2D/3D), oleh karena itu kebutuhan fungsi utama yang
harus ada dalam sebuah Pusat Multimedia yaitu studio sebagai proses produksi,
serta pengolahan hasil produksi tersebut. Olahan dari sebuah produksi fungsi
multimedia merupakan sebuah digitalisasi suatu informasi ke arah tiga dimensi
maupun dua dimensi.
Bentuk pelayanan yang dilakukan meliputi dua aspek yaitu pada bidang
pendidikan dan pelayanan jasa non penndidikan. Dalam bidang pendidikan
pelayanan yang dilakukan berupa uji kompetensi dan pemberian kuliah
teknologi informasi, interview dan panel discussions. Kerjasama dalam bidang ini dapat dilakukan terutama pada lingkup perguruan tinggi. Pada bidang
pelayanan jasa (non pendidikan) pelayanan yang dilakukan meliputi pembuatan
film dokumenter, Public Service Announcement (pemberitahuan), Production of advertising commercial, Documentation, company events, graphic arts, dan
NewsandPublicFeatures.
2.2.2 Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang
Untuk menampung segala aktifitas yang terjadi di sebuah Pusat
Multimedia, maka diperlukan sebuah analisa kasus tentang kebutuhan ruang.
Kebutuhan ruang ini diperoleh berdasarkan studi yang telah dilakukan
sebelumnya. Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat dicari garis besar dari
PELAYANAN PERDAGANGAN
Pelaku Aktifitas Kebutuhan Ruang
Pengunjung
Karyawan toko
Datang parkir kendaraan Melihat lihat
Membeli
Makan dan minum Memperbaiki barang
elektronik
Menunggu perbaikan barang elektronik
Membuang air besar dan kecil
Datang parkir kendaraan Ganti pakaian dan menyimpan
peralatan pribadi Memberikan informasi
pengunjung
Menjaga keamanan Memberikan pertolongan
pertama
Transaksi jual beli elektronik Louncing produk
Membuang air besar dan kecil Beristirahat, Makan dan
minum
Sholat dan berwudhu Menurunkan barang Mengoprasikan peralatan
mekanikal dan elektrikal Persingahan barang elektronik
yang akan dikirim ke konsumen
Persingahan barang elekronik
Tempat parkir Toko
Toko Restorant Toko servis
Sarana hiburan dan tempat game Toilet
Tempat parkir R. ganti dan loker
R. POmpa tendon
R. Panil
R. pengiriman barang
Pengelola / Staff
yang akan di data
Datang parkir kendaraan Melaksanakan pekerjaan
pelayanan administrasi Melaksanakan pekerjaan
kedirekturan
Membantu pimpinan Mengadakan rapat Melaksanakan pekerjaan
operasional
Menyimpan dokumen arsip Beristirahat, makan dan minum Membuang air besar dan kecil Sholat dan berwudhu
Tempat parkir R. administrasi R. Direktur utama R. Sekertaris R. Rapat R. Kabag Tata
usaha
R. Staff Tata usaha
R. kabag Personalia
R. Staff Personalia
R. Kabag keuangan
R. Staff keuangan
PELAYANAN JASA PENDIDIKAN & PELATIHAN
Fungsi Pelaku Aktifitas Ruang
1. AUDIO KEPALA DEPT. TAMU- ISTIRAHAT -PULANG
2. VIDEO RAPAT- ISTIRAHAT -PULANG
STAF MENERIMA TAMU- ISTIRAHAT
-PULANG
RESEPSIONIS & R. TUNGGU
RUANG RAPAT
R. STUDIO VIDEO
3. DESAIN
RAPAT- ISTIRAHAT -PULANG
ANIMATOR
RAPAT- ISTIRAHAT -PULANG
DESAINER
RAPAT- ISTIRAHAT -PULANG
DESAINER RAPAT- ISTIRAHAT -PULANG
DATANG- ABSEN-PERSIAPAN-MENERIMA TAMU- ISTIRAHAT
DATANG- ABSEN-PERSIAPAN-MENERIMA TAMU- ISTIRAHAT -PULANG
STAF ARSIP
DATANG- ABSEN-PERSIAPAN-PENGUMPULAN
DATA- PENDATAAN/PENGARSIPANRAPAT ISTIRAHAT
-PULANG
2.2.3 Pengelompokan Ruang
Pengelompokkan pada organisasi ruang ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan fungsi yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pengelompokkan
juga dilakukan sesuai dengan parameter arsitektur hijau yang berhubungan
dengan pencapaian efisiensi dan efektifitas kerja dengan mengelompokkan
fungsi yang sesuai pada tiap lantainya untuk mendekatkan ruang satu dengan
lainnya serta penghematan energi dengan mengurangi penggunaan alat
Tabel 2.2. Pengelompokan Ruang
2.2.4 Perhitungan Luas Ruang
Kebutuhan besaran luas ruang pada obyek rancangan ini dikelompokan
dengan mempertimbangkan tuntutan aktifitas pada tiap fungsi ruang sesuai
dengan analisa yang telah dilakukan sebelumnya. Besaran luas ruang ditentukan
berdasarkan standar kebutuhan minimal dari tiap ruang yang mengacu pada
literatur, NAD : Neufert Architect Data, 2002 , TSS : Time Saver Standart, 2001,
SBT : Sistem Bangunan Tinggi, 2005, untuk memberikan gambaran tentang
analisa kebutuhan ruang.
Tabel 2.3 Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas administrasi dan pelayanan umum
AKTIFITAS KEBUTUHAN RUANG
Pelayanan Perdagangan TI shop.
Pendidikan dan Pelatihan Soft Course
Pengelolaan
Head office, administration, HRD, accounting & financial, technical service.
Service Maintenance, utilitas
Fasilitas Umum Internet Spot, Café, Perpustakaan
NO. JENIS RUANG KAPASITAS PENDEKATAN
BESARAN
LUASAN (m2)
1. LOBBY UTAMA 200 ORG 1,5 m 2
/ORG (NAD) 300
2. R. TUNGGU 15 ORG 76 m 2
Tabel 2.4. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas pelayanan jasa
TOTAL LUAS FASILITAS ADMINISTRASI & PELAYANAN
UMUM 528,51
NO. FUNGSI JENIS RUANG
RUANG
TOTAL LUAS 200,65
GUDANG (ASUMSI) 9
TOTAL LUAS 124,55
TOTAL LUAS FASILITAS PELAYANAN JASA 935,15
NO. JENIS RUANG KAPASITAS PENDEKATAN
BESARAN
TOTAL LUAS FASILITAS PENDIDIKAN & PELATIHAN 442
NO. FUNGSI JENIS
TOTAL LUAS 128,25
Tabel 2.7. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas servis
TOTAL LUAS FASILITAS PENGELOLAAN 172,25
NO. JENIS RUANG KAPASITAS PENDEKATAN
Tabel 2.8. Analisis kebutuhan luas ruang inti bangunan
TOTAL LUAS MAINTENANCE 159,6 + 30 % SIRKULASI 210,5
NO. JENIS RUANG KAPASITAS PENDEKATAN
BESARAN DISABLE TOILET (1,65 x
1,7)
= 16,2 m2)
♂(4 URINOIR (@ 0,64 m2), 2 CLOSET (@ 2,67 m2), 4
WSTFL (@ 0,68 m2), 1 DISABLE TOILET (1,65 x
1,7) = 13,3 M2)
SHAFT LISTRIK &
PANEL O,75 x 1,5 m (SBT) 2,25
6. SHAFT SAMPAH @ LT 2 SHAFT @ SHAFT 0.25 m 2
Tabel 2.9. Analisis kebutuhan luas ruang fasilitas umum
TOTAL LUAS CORE 95,11 x 30 % SIRKULASI 123,6
2. HOT- SPOT INTERNET 100 BILIK