• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius R.) 10% DAPAT MENURUNKAN IMMOBILITY TIME DAN KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DEPRESI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius R.) 10% DAPAT MENURUNKAN IMMOBILITY TIME DAN KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DEPRESI."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEMBERIAN L

ARGININ

DAN TESTOSTERON

UNDEKANOAT ORAL MENINGKATKAN

NITRIC

OXIDE

PADA TIKUS (

Rattus norvegicus

) WISTAR

JANTAN

ORCHIDECTOMY

IVONNE KURNIAWAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

PEMBERIAN L

ARGININ

DAN TESTOSTERON

UNDEKANOAT ORAL MENINGKATKAN

NITRIC

OXIDE

PADA TIKUS (

Rattus norvegicus

) WISTAR

JANTAN

ORCHIDECTOMY

IVONNE KURNIAWAN 1490761019

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PEMBERIAN L

ARGININ

DAN TESTOSTERON

UNDEKANOAT ORAL MENINGKATKAN

NITRIC

OXIDE

PADA TIKUS (

Rattus norvegicus

) WISTAR

JANTAN

ORCHIDECTOMY

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

IVONNE KURNIAWAN 1490761019

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL : 31 Mei 2016

Mengetahui Pembimbing I

Prof. DR. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And. FAACS NIP. 194612131971071001

Pembimbing II

Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK NIP. 194606191976021001

Ketua Program Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana

DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc., Sp. GK NIP. 1958052119850310

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

(5)

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal : 31 Mei 2016

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No : /UN.14.4/HK/2016

Tanggal : 31 Mei 2016

Panitia Penguji Tesis adalah:

Ketua : Prof. Dr. dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS

Sekretaris : Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

Anggota :

1.Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And

2. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, Sp. PD – KEMD

(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : dr. Ivonne Kurniawan

NIM : 1490761019

Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti Aging Medicine)

Judul : Pemberian L – Arginin dan Testosteron Undekanoat Oral

Meningkatkan Nitric Oxide Pada Tikus (Rattus Norvegicus)

Wistar Jantan Orchidectomy

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini , maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010

dan Peraturan Perundang – undang yang berlaku.

Denpasar, 31 Mei

2016

Yang membuat

pernyataan,

(dr. Ivonne

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus dan Bunda

Maria atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian untuk penyusunan tesis yang berjudul Pemberian L – Arginin dan

Testosteron Undekanoat Oral Meningkatkan Nitric Oxide Pada Tikus (Rattus

Norvegicus) Wistar Jantan Orchidectomy.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang telah

dijalankan oleh penulis untuk memperoleh gelar Magister pada program Magister

Studi Ilmu Kedokteran Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan

Anti Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Terima kasih kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) sebagai

Direktur Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A

sebagai Asdir I dan Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, MS sebagai Asdir II yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila,

Sp.And, FAAC sebagai pembimbing I dan Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

sebagai pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu

selama penulis mengikuti pendidikan serta bimbingan, saran dan motivasi yang

(8)

Ucapan terima kasih secara tulus juga penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And, sebagai dosen dan penguji

tesis, dengan sabar memberikan dorongan, semangat dan masukan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini.

2. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, Sp. PD – KEMD, sebagai dosen dan

penguji tesis yang membimbing dan memberi masukan yang kritis serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan

tesis ini.

3. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc,Sp.GK, sebagai Ketua Program

Studi dan penguji tesis yang membimbing dan memberi saran ilmiah serta koreksi

kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

4. Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, M. Phil sebagai Kepala UPT

Laboratorium Analitik Universitas Udayana, yang telah membantu penulis untuk

analisis laboratorium selama penelitian.

5. Ferbian, S.KH yang telah membantu selama penulis melakukan penelitian di

Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana serta

memberikan bantuan terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini.

6. Seluruh dosen program Magister Studi Ilmu Kedokteran Program Studi Ilmu

(9)

Universitas Udayana yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu

kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

7. Seluruh staff program Magister Studi Ilmu Kedokteran Program Studi Ilmu

Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti Aging Medicine, Program Pascasarjana

Universitas Udayana untuk bantuan yang diberikan kepada penulis selama

mengikuti pendidikan dan menyelesaikan tesis.

8. Teman – teman angkatan IX program Magister Studi Ilmu Kedokteran Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti Aging Medicine, Program

Pascasarjana Universitas Udayana atas doa, semangat, dukungan dan

persahabatan yang diberikan kepada penulis baik selama pendidikan maupun

dalam penyusunan tesis.

9. Keluarga tercinta, orang tua (Henry Kurniawan dan Steffi Kurniawan), adik (dr.

Anthony Kurniawan, MPH), calon suami (Herry Santosa, BSc) atas doa, cinta,

dukungan, dan perhatian yang luar biasa selama penulis menjalani pendidikan dan

menyelesaikan tesis.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat pada

umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Anti Aging

Medicine pada khususnya. Dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat

dan rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan

penyelesaian tesis ini. Damai dan kasih Tuhan beserta kita semua.

Denpasar, Mei 2016

(10)

ABSTRAK

PEMBERIAN L – ARGININDAN TESTOSTERON UNDEKANOAT ORAL MENINGKATKAN NITRIC OXIDE PADA TIKUS (Rattus

norvegicus) WISTAR JANTAN ORCHIDECTOMY

Dalam proses penuaan terjadi penurunan level hormon, salah satunya yaitu hormon testosteron yang berperan penting dalam fungsi reproduksi dan seksual. Hormon testosteron dapat bekerja pada organ sasaran melalui Androgen Receptor (AR) dan efektor intrasel. AR merupakan salah satu protein yang berikatan dengan DNA dengan mengatur transkripsi gen. Testosteron yang berikatan dengan AR mempengaruhi fungsi endotel melalui neuron Non Adrenergic Non Cholinergic yang melepaskan NO, kemudian meningkatkan kadar cyclic Guanosine Mono Phosphate yang menyebabkan relaksasi otot polos arteri kavernosa serta meningkatkan aliran darah penis. Pada pembuluh darah, dalam keadaan normal NO dihasilkan oleh Nitric Oxide Synthase (NOS). L – Arginin merupakan prekursor dalam sintesis NO yang dilakukan oleh NOS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian L – Arginin dan testosteron undekanoat oral terhadap peningkatan kadar NO pada tikus wistar jantan orchidectomy.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan completely randomized post test only control group design yang menggunakan 28 ekor tikus wistar jantan berumur 5 – 6 bulan yang di orchidectomy, selama 14 hari, terbagi menjadi 4 kelompok masing – masing berjumlah 7 ekor, kelompok kontrol (P0) diberikan plasebo, kelompok perlakuan 1 (P1) diberikan L – Arginin, kelompok perlakuan 2 (P2) diberikan testosteron undekanoat oral selama dan kelompok perlakuan 3 (P3) diberikan L – Arginin dan testosteron undekanoat oral.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar NO kelompok P0 adalah 417,29±63,823 μM, kelompok P1 adalah 684,71±79,747μM, kelompok P2 adalah 754,54±64,296μM dan kelompok P3 adalah 1156,95±167,904μM. Analisis kemaknaan dengan One Way Anova menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa 4 kelompok setelah diberikan perlakuan selama 14 hari memiliki rerata kadar NO yang signifikan (p<0,01). Uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan individual antar kelompok dengan menggunakan Least Significance Difference test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok P0 dengan P1, P2 dan P3 (p<0,01), tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok P1 dengan P2 (p>0,05) dan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok P0, P1 dan P2 dengan P3 (p<0,01).

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan gabungan L – Arginin dan testoteron undekanoat oral memiliki peningkatan kadar NO yang signifikan dibandingkan kelompok yang diberikan L – Arginin saja dan kelompok yang diberikan testoteron undekanoat oral saja (p<0,05).

(11)

ABSTRACT

ORAL ADMINISTRATION OF L – ARGININEAND TESTOSTERONE UNDECANOATE INCREASED NITRIC OXIDE LEVEL IN ORCHIDECTOMY MALE WISTAR RATS (Rattus norvegicus)

Aging process decreased hormone levels such as a decreased of testosterone levels that is important in reproductive and sexual function. Testosterone worked on the target organs were the existence and proper functioning of the Androgen Receptor (AR) and intrasel effectors. AR is one of the proteins that will bind to DNA which regulated the transcription of gens work. Testosterone that bind with AR affected endothelial function through neuron Non Adrenergic Non Cholinergic which released NO then increased the levels of cyclic Guanosine Mono Phosphate that caused smooth muscle relaxation of the arterial cavernous penile blood flow. On blood vessels, under normal circumstances NO was produced by Nitric Oxide Synthase (NOS). While L – Arginine is the precursor for the synthesis of Nitric Oxide that is made by Nitric Oxide Synthase. The purpose of this research was to determine L – Arginine and testosterone undecanoate increased Nitric Oxide level in orchidectomy male wistar rats.

The study was an experimental study using completely randomized post test only control group design that used 28 male wistar rats (post orchidectomy for 5 – 6 months) for 14 days which were divided into 4 groups, each with 7 rats, first group as the control group (P0) was given placebo, second group as first treatment group (P1) was given L – Arginine, third group as second treatment group (P2) was given testosterone undecanoate and fourth group as third treatment group (P3) was given L – Arginine and testosterone undecanoate.

The results showed that the mean Nitric Oxide level of P0 group was 417,29±63,823 μM, P1 group was 684,71±79,747μM, P2 group was 754,54±64,296μM and P3 group was 1156,95±167,904μM. Comparability test with One Way Anova showed that the value of p = 0.000. It showed that 4 groups after L – Arginine and testosterone undecanoate administration for 14 days have the mean of Nitric Oxide level was significantly different (p<0,01). The advanced test to find out individual differences between groups using Least Significance Difference test shows that there are significant differences between P0 group and P1, P2, P3 groups (p<0,01), no significant differences between P1 group and P2 group (p>0,05), and significant differences between P0, P1, P2 groups and P3 group (p<0,01).

Based on the above research result, it can be concluded that oral combined administration of L – Arginine and testosteron undecanoate have a significant differences of Nitric Oxide level, compared to single administration of L – Arginine and testosteron undecanoate (p<0,05).

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

(13)

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penuaan (Aging) ... 6

2.1.1 Definisi Penuaan ... 6

2.1.2 Tanda – tanda Penuaan ... 8

2.1.3 Mekanisme Pada Penuaan ... 10

2.2 Nitric Oxide (NO) ... 13

2.2.1 Definisi NO ... 13

2.2.2 Sintesis NO ... 13

2.2.3 Pengukuran NO ... 14

2.2.4 Pengaruh NO Pada Korpus Kavernosum ... 18

2.3 Hormon Testosteron ... 21

2.3.1 Deskripsi Testosteron ... 21

2.3.2 Testosteron Pada Sirkulasi ... 22

2.3.3 Sekresi Testosteron ... 24

(14)

2.3.5 Kontrol Fungsi Testosteron ... 26

2.3.6 Pengukuran Hormon Steroid pada Laki – laki ... 27

2.3.7 Efek dan Fungsi Testosteron ... 28

2.3.8 Hubungan Testosteron dan NO Pada Disfungsi Ereksi ... 32

2.4 Terapi Sulih Testosteron (Testosterone Replacement Therapy) ... 33

2.4.1 Definisi Terapi Sulih Testosteron ... 33

2.4.2 Testosteron Undekanoat ... 35

2.5 L – Arginin ... 38

2.5.1 Deskripsi L – Arginin... 38

2.5.2 Metabolisme L – Arginin ... 39

2.6 Hubungan Testosteron dan L – Arginin dengan NO ... 41

2.7 Orchidectomy ... 45

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 47

3.1 Kerangka Berpikir ... 47

3.2 Konsep Penelitian ... 48

3.3 Hipotesis Penelitian ... 49

BAB IV METODE PENELITIAN ... 50

(15)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 51

4.2.1. Tempat penelitian ... 51

4.2.2. Waktu penelitian ... 52

4.3 Penentuan Sumber Data ... 52

4.3.1 Populasi Penelitian ... 52

4.3.2 Kriteria Subjek ... 52

4.3.3 Penentuan Jumlah Sampel ... 53

4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 54

4.4. Variabel Penelitian ... 55 4.4.1 4.4.2 Klasifikasi Variabel ... 55

4.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 55

4.4.4 Hubungan Antar Variabel ... 57

4.5 Bahan dan Alat Penelitian ... 57

4.6 Prosedur Penelitian ... 59

4.6.1 Sebelum perlakuan ... 59 4.6.2 4.6.3 Prosedur Pengambilan Darah Tikus ... 61

4.6.4 Cara Pelaksanaan Orchidectomy ... 62

(16)

4.8 Analisis Data ... 64

BAB V HASIL PENELITIAN ... 65

5.1 Analisis Deskriptif ... 65

5.2 Uji Normalitas ... 66

5.3 Uji Homogenitas ... 67

5.4 Analisis Komparabilitas ... 68

BAB VI PEMBAHASAN ... 73

6.1 Subjek Penelitian ... 73

6.2 Pengaruh Pemberian L – Arginin ... 73

6.3 Pengaruh Pemberian Testosteron Undekanoat Oral ... 74

6.4 Pengaruh Pemberian L – Arginin dan Testosteron Undekanoat Oral ... 75

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 77

7.1 Simpulan ... 77

7.2 Saran ... 77

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Waktu Paruh NO dan Produknya ... 15

Tabel 2.2 Kadar Hormon Normal pada Laki – laki Dewasa ... 28

Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar NO ... 66

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Kadar NO Antar Kelompok ... 67

Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar NO Antar Kelompok ... 67

Tabel 5.4 Perbandingan Rerata Kadar NO Antar Kelompok Setelah Perlakuan ... 68

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Molekul NO ... 13

Gambar 2.2 Skema Proses Sintesis NO ... 14

Gambar 2.3 Pembentukan NO Dalam Darah dan Jaringan ... 16

Gambar 2.4 Mekanisme Ereksi ... 20

Gambar 2.5 Struktur Testosteron ... 22

Gambar 2.6 Skematik Testosteron Total ... 23

Gambar 2.7 Jalur Biosintesis Testosteron ... 26

Gambar 2.8 Mekanisme Testosteron pada Ereksi Penis ... 33

Gambar 2.9 Rumus Bangun Testosteron Undekanoat ... 35

Gambar 2.10 Struktur Kimia L – Arginin ... 39

Gambar 2.11 Metabolisme L – Arginin ... 39

Gambar 2.12 Hubungan Testosteron dan L – Arginin dengan NO ... 44

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 48

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ... 50

Gambar 4.2 Hubungan Antara Variabel Bebas, Tergantung dan Kendali... 57

(19)

Gambar 5.1 Grafik Perbedaan Rerata Kadar NO antar Kelompok P0

dengan P1, P2 dan P3 ... 70

Gambar 5.2 Grafik Perbedaan Rerata Kadar NO antar Kelompok P1

dengan P2 ... 71

Gambar 5.3 Grafik Perbedaan Rerata Kadar NO antar Kelompok P3

dengan P0, P1 dan P2 ... 72

(20)

AAM : Anti Aging Medicine

AAAM : American Academy of Anti Aging Medicine

ADMA : Asymmetric Di Methyl Arginine

ANH : Atrial Natriuretic Hormone

AR : Androgen Receptor

BH4 : Tetrahydrobiopterin

cAMP : cyclic Adenosin Mono Phosphate

cGMP : cyclic Guanosine Mono Phosphate

DBD : DNA Binding Domain

DHEA : Dehydroepiandrosterone

DHEAS : Dehydroepiandrosteronesulphate

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

EDRF : Endothelium Derived Relaxing Factor

eNOS : endothelial Nitric Oxide Synthase

ER : Estrogen Receptor

H

(21)

iNOS : inducible Nitric Oxide Synthase

LBD : Ligand Binding Domain

LNMA : L – Mono Methyl Arginine

LSD : Least Significance Difference

NADPH : Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phosphat Hydrogen

NANC : Non Adrenergic Non Cholinergic

NO : Nitric Oxide

NOS : Nitric Oxide Synthase

nNOS : neuronalNitric Oxide Synthase

NR : NuclearReceptor

NTD : N-Terminal Domain

OH : Ovario Hysterectomy

ONOO- : Peroxynitrite

O

2 : Superoxide

PDE5 : Phospho Di Esterase – 5

PKG1 : Protein Kinase G – 1

(22)

SHBG : Sex Hormon Binding Globulin

SR : Steroid Receptor

StAR : Steroidogenesis Acute Regulatory

T3 : Triiodothyronine

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ethical Clearance ... 83

Lampiran 2 Surat Keterangan Fakultas Kedokteran Hewan Udayana ... 84

Lampiran 3 Tabel Nilai Konversi Usia Tikus Terhadap Manusia ... 85

Lampiran 4 Tabel Nilai Konversi Dosis Hewan dan Manusia ... 85

Lampiran 5 Hasil Laboratorium Analisis L – Arginin ... 86

Lampiran 6 Sediaan L – Arginin ... 87

Lampiran 7 Sediaan Testosteron Undekanoat Oral ... 87

Lampiran 8 Hasil Laboratorium Kadar Nitric Oxide ... 88

Lampiran 9 Analisis Deskriptif ... 90

Lampiran 10 Uji Normalitas ... 90

Lampiran 11 Uji Homogenitas ... 90

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya

gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak, serta dapat disebabkan oleh

faktor keturunan. Dampak yang ditimbulkan akibat depresi cukup besar, mulai

dari menurunnya produktivitas kerja, ketergantungan narkotika dan psikotropika,

gangguan dalam hubungan interpersonal seseorang, berbagai penyakit, serta yang

paling berbahaya yaitu kasus bunuh diri yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Hal ini tentunya akan dapat dihindari jika penderita depresi memperoleh terapi

yang tepat.

Terapi bagi penderita depresi adalah obat yang dapat meningkatkan mood

atau yang dikenal sebagai obat antidepresan. Dalam terapi depresi, penggunaan

antidepresan biasanya dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama terutama

sebagai terapi pemeliharaan jangka panjang. Terlebih lagi hanya sebagian obat

antidepresan yang bekerja selektif, sehingga tidak jarang pada penggunaannya

menimbulkan berbagai efek samping seperti efek pada jantung, penglihatan kabur,

obstipasi, mulut kering, retensi urin, sedasi, peningkatan nafsu makan, hipotensi

ortostatis, serta kelainan darah (Gunawan, 2009; Syarif et al., 2011). Berdasarkan

hal tersebut, sangat penting untuk menemukan obat alternatif yang tidak hanya

efektif menurunkan prevalensi, morbiditas, mortalitas dari gangguan depresi

(25)

2

samping yang lebih kecil dari obat-obat antidepresan yang selama ini telah banyak

digunakan.

Salah satu tanaman potensial yang memiliki beberapa aktivitas sebagai

antidepresan yaitu tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R). Secara

empiris tanaman pandan wangi digunakan sebagai tonikum, penambah nafsu

makan, pewangi dan penenang (Dalimartha, 2009). Di daerah Bali, pandan wangi

merupakan salah satu tanaman yang mudah ditemui di pekarangan rumah, karena

biasa digunakan sebagai salah satu sarana upakara. Tanaman ini juga belum

banyak diketahui mengandung berbagai metabolit seperti alkaloid, flavonoid,

saponin, tanin, polifenol, terpenoid, steroid, essensial oil, karotenoid, tokoferol,

dan kuersetin (Lopez dan Nonato 2005; Prameswari dan Widjanarko, 2014).

Pada penelitian terhadap beberapa tanaman lain diketahui bahwa metabolit

tanaman yang terkandung pada pandan wangi tersebut memiliki aktivitas sebagai

antidepresan (Bahramsoltani et al., 2015). Alkaloid dari tanaman Piper longum

memperlihatkan efek antidepresan dengan menurunkan hormon

adrenokortikotropik, menghambat enzim monoamine oksidase (MAO),

meningkatkan serotonin (5-HT) otak, dan kadar Brain-Derived Neurotrophic Factor

(BDNF) (Bahramsoltani et al., 2015).

Flavonoid narigenin dari tanaman anggur bekerja melalui peningkatan

serotonin (5-HT), norepinefrin (NE), dan kadar BDNF serta menurunkan aktivitas

MAO. Tanin dari tanaman Terminalia chebula memberikan efek neuroprotektif

serta meningkatkan ketersediaan monoamine di otak. Saponin dari tanaman

(26)

3

BDNF, HPA axis, dan neurogenesis hipokampus, serta meningkatkan kadar

monoamin. Terpenoid dari tanaman Origanum majorana memberikan efek

antidepresan dengan melibatkan reseptor dopamine serta dengan meningkatkan

kadar NE dan 5-HT di otak (Shekar et al. 2012; Bahramsoltani et al., 2015).

Kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid yang terdapat

dalam daun pandan wangi membuat ekstrak dari tanaman ini memiliki mekanisme

kerja yang hampir sama dengan salah satu obat antidepresan golongan trisiklik

yaitu amitriptilin. Saat ini amitriptilin menjadi salah satu pilihan terapi yang

banyak digunakan dalam pengobatan depresi. Ekstrak etanol daun pandan wangi

dalam penelitian ini diharapkan mampu membuktikan kebenaran khasiat yang

dimiliki sebagai antidepresan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan

penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi pada

hewan uji sebagai antidepresan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius

R.) 10% dapat menurunkan immobility time tikus jantan galur wistar yang

depresi?

2. Apakah pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius

R.) 10% dapat menurunkan kadar kortisol tikus jantan galur wistar yang

(27)

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Membuktikan aktivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) sebagai antidepresan melalui penurunan immobility time dan

penurunan kadar kortisol.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) 10% dapat menurunkan immobility time tikus jantan galur

wistar depresi.

2. Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) 10% dapat menurunkan kadar kortisol tikus jantan galur

wistar depresi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan terutama mengenai tanaman herbal yang dapat memberikan efek

sama atau hampir sama sebagai antidepresan, serta memiliki efek samping yang

lebih rendah dibandingkan obat antidepresan yang telah ada.

1.4.2 Manfaat praktis

Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh dari pemberian

ekstrak etanol daun pandan wangi sebagai antidepresan. Serta diharapkan juga

(28)

5

antidepresan melalui pengaruhnya terhadap kadar kortisol tikus jantan galur

(29)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi

Depresi merupakan gangguan yang heterogen akibat terganggunya satu masa

fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala

penyertanya, termasuk gangguan tidur dan nafsu makan, defisit dalam kognisi dan

energi, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, timbul rasa putus asa, rasa bersalah

dan tidak berdaya, tidak berharga, serta bunuh diri (Katzung et al., 2014). Depresi

diakibatkan karena terjadinya gangguan keseimbangan antara neurotransmiter di

otak, karena berkurangnya serotonin (5-HT) atau adrenalin di saraf-saraf otak

(Tjad dan Rahardja, 2010).

2.1.1 Patofisiologi depresi

Hingga saat ini, depresi masih dikaitkan dengan defisit dari fungsi atau

jumlah monoamin (hipotesis monoamin). Faktor neurotropik (hipotesis

neurotropik) dan endokrin (hipotesis endokrin) juga diketahui memiliki peranan

penting dalam mencetuskan terjadinya depresi (Katzung et al., 2014).

A. Hipotesis neurotrofik

Faktor pertumbuhan saraf, Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF)

memiliki peran penting dalam regulasi plastisitas, ketahanan, dan pembentukan

saraf (neurogenesis). Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) diperkirakan

memberi pengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan neuron melalui

(30)

7

Stres memiliki kaitan dengan penurunan kadar BDNF dan berkurangnya

dukungan neurotrofik. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktural

atrofik di hipokampus dan bagian lain seperti korteks frontalis medialis dan

singulatus anterior. Hipokampus berperan penting dalam ingatan kontekstual dan

regulasi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (PHA), sedangkan singulatus

anterior berperan dalam integrasi rangsang emosi, sementara korteks frontalis

orbital medialis juga diduga berperan dalam ingatan, belajar dan emosi.

Terjadinya depresi berkaitan dengan hilangnya aktivitas neurotrofik, dimana pada

depresi mayor terjadi pengurangan 5-10% volume hipokampus dan pengurangan

substansial volume di singulus anterior dan korteks frontalis orbital medialis.

Berkurangnya volume pada struktur hipokampus akan bertambah sesuai lama

sakit dan jumlah waktu ketika depresi yang terjadi tidak diobati (Katzung et al.,

2014).

B. Hipotesis monoamin dan neurotransmiter lain.

Pada hipotesis monoamin, dijelaskan bahwa depresi yang terjadi dikaitkan

dengan dengan terjadinya defisiensi pada jumlah atau fungsi serotonin (5-HT),

norepinefrin (NE), dan dopamin (DA) dalam korteks dan limbus (Katzung et al.,

2014).

C. Hipotesis neuroendokrin

Hipotesis neuroendokrin menjelaskan keterkaitan kelainan hormon dengan

terjadinya depresi. Terjadinya depresi dilaporkan berhubungan dengan

peningkatan kadar kortisol. Pada hipotesis ini disebutkan bahwa glukokortikoid

(31)

gejala-8

gejala mood dan defisit kognitif serupa dengan peningkatan yang terjadi pada

depresi (Katzung et al., 2014).

Peningkatan Kortisol Pada Depresi

Seluruh respon umum dari proses adaptasi tubuh seperti menerima stresor

fisik dan psikologis dikendalikan oleh hipotalamus. Setelah menerima stresor,

hipotalamus akan segera mengaktifkan saraf simpatis, dan mengeluarkan

Cortikotropin Releasing Hormon (CRH). Cortikotropin Releasing Hormon (CRH)

ini kemudian akan merangsang sekresi dari (Adrenocorticotropic Hormone)

ACTH, dimana ACTH kemudian akan menimbulkan rangsangan terhadap sekresi

kortisol serta merangsang pengeluaran vasopresin (Sherwood, 2001). Stresor yang

bersifat konstan akan mengakibatkan kenaikan kadar kortisol dan berpengaruh

secara signifikan pada sistem homeostasis tubuh. Tingginya kadar kortisol ini

dapat digunakan sebagai salah satu indikator gangguan psikologis (Silverthorne,

2001).

2.1.2 Terapi depresi

Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan depresi dikenal sebagai obat

antidepresan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obat antidepresan dapat

dibedakan menjadi beberapa golongan besar seperti Selective Serotonin Reuptake

Inhibitors (SSRI), Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI),

Inhibitor Monoamin Oksidase, Antagonis 5-HT2, Antidepresan Tetrasiklik dan

(32)

9

A.Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)

Golongan obat SSRI bekerja secara spesifik menghambat ambilan serotonin

oleh pengangkut serotonin. Pengangkut serotonin merupakan suatu glikoprotein

transmembran yang terbenam di membran ujung akson dan badan sel neuron yang

melakukan pelepasan serotonin di dalam sel (Syarif et al., 2011). Selektive

Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) secara alosteris menghambat pengangkutan

dengan mengikat reseptor di luar tempat pengikatan aktif untuk serotonin.

Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) memiliki efek paling ringan pada

neurotransmiter lain (Syarif et al., 2011). Obat ini memiliki afinitas tinggi

terhadap reseptor monoamin tetapi tidak memiliki afinitas terhadap

adrenoreseptor α, histamin, muskarinik atau asetilkolin yang dijumpai pada

antidepresan trisiklik (TCA) (Tjad dan Rahadja, 2010; Syarif et al., 2011;

Katzung et al., 2014).

Beberapa obat yang termasuk kedalam golongan SSRI adalah fluoksetin,

paroksetin, sertralin, fluvoksamin, sitalopram dan esitalopram. SSRI memiliki

masa kerja yang panjang antara 15-24 jam, karena memiliki waktu paruh

eliminasi yang lebih panjang (Syarif et al., 2011). Efek samping yang sering

ditimbulkan akibat penggunaan golongan obat ini yaitu mual, penurunan libido

dan gangguan fungsi seksual lainnya (Syarif et al., 2011).

B.Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI) bekerja dengan

melakukan pengikatan pada pengangkut serotonin dan pengangkut norepinefrin

(33)

10

dengan pengangkut serotonin. Pengangkut norepinefrine adalah suatu kompleks

transmembran yang secara alosteris mengikat norepinefrin. Pengangkut

norepinefrin juga memiliki afinitas ringan terhadap dopamin. Afinitas sebagian

besar SNRI cenderung lebih besar untuk pengangkut serotonine daripada untuk

pengangkut norepinefrine. Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

tidak memiliki efek antihistamin, menghambat adrenergik-α, dan antikolinergik

poten seperti yang dimiliki oleh obat antidepresan trisiklik (Tjad dan Rahadja,

2010).

C.Inhibitor monoamin oksidase.

Golongan obat inhibitor monoamin-oksidase (MAOI) telah digunakan

sebagai antidepresan sejak 15 tahun lalu, akan tetapi kini jarang digunakan karena

toksisitas dan besarnya kemungkinan interaksi obat dan makanan yang fatal.

Pemakaian utamanya saat ini adalah untuk mengobati depresi yang tidak responsif

terhadap antidepresan lain (Katzung et al., 2014).

Obat golongan MAOI bekerja dengan mengurangi kerja monoamin oksidase

di neuron dan meningkatkan kandungan monoamin. (Katzung et al., 2014).

Monoamin oksidase dalam tubuh berfungsi dalam proses deaminasi oksidatif

katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh MAOI karena terbentuk

suatu kompleks antara MAOI dan MAO yang mengakibatkan terjadinya

peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin (Syarif et al., 2011).

Inhibitor monoamine oksidase (MAOI) tidak hanya menghambat MAO, tetapi

juga menghambat enzim-enzim lain yang mengakibatkan terganggunya

(34)

11

ireversibel. Penghambatan akan mencapai puncaknya dalam beberapa hari, tetapi

efek antidepresinya baru terlihat setelah 2-3 minggu, sedangkan pemulihan

metabolisme katekolamin baru terjadi setelah obat dihentikan 1-2 minggu (Syarif

et al., 2011).

Penggunaan obat golongan MAOI sebagai antidrepresan kini sudah sangat

terbatas karena diketahui memiliki efek toksik, dan banyak keadaan depresi yang

tidak dapat diubah sama sekali. Efek samping yang sering terjadi pada

penggunaan obat ini yaitu terjadinya hipotensi dan hipertensi. Hipertensi dapat

disebabkan oleh tertimbunnya katekolamin di dekat reseptor. Hipotensi mungkin

terjadi karena menghambat MAO mencegah pelepasan norepinefrin dari ujung

saraf. Efek samping MAOI yang lain yaitu berupa gejala tremor, insomnia, dan

konvulsi. Adapun beberapa contoh obat golongan ini yaitu moclobemida dan

nialamid (Tjad dan Rahadja, 2010; Syarif et al., 2011).

D.Antagonis 5-HT2

Dua antidepresan yang diduga bekerja sebagai antagonis di reseptor 5-HT2

yaitu trazodon dan nefazodon. Struktur trazodon mencakup sebuah gugus

triazolon yang diduga berperan menghasilkan efek antidepresan. Trazodon

menimbulkan kantuk berat serta tidak menyebabkan toleransi atau

ketergantungan. Nefazodon sendiri sudah jarang digunakan karena diketahui

bersifat hepatotoksik. Trazodon dan nefazodon cepat diserap dan mengalami

metabolisme ekstensif di hati. Kedua obat ini banyak terikat ke protein dan

memiliki ketersediaan hayati terbatas karena metabolismenya yang ekstensif, serta

(35)

12

E.Antidepresan tetrasiklik dan unisiklik

Beberapa antridepresan tidak benar-benar pas untuk dimasukkan ke dalam

penggolongan obat-obat antidepresan lain, seperti bupropion, mirtazapin,

amoksapin, dan maprotilin. Bupoprion memiliki sebuah struktur aminoketon

unisiklik yang menyebabkan profil efek sampingnya berbeda dibandingkan

kebanyakan obat antidepresan. Bupropion memiliki struktur kimiawi yang agak

mirip dengan amfetamin dan bekerja sebagai stimulan karena berefek pada

pengaktifkan susunan saraf pusat (SSP). Mirtazapin, amoksapin, dan maprotilin

memiliki struktur tetrasiklik. Amoksapin dan maprotilin memiliki kemiripan

struktur dan efek samping yang setara dengan antidepresan trisiklik (Katzung et

al., 2014).

2.1.3 Amitriptilin

Amitriptilin derivat dibenzosikloheptadin merupakan antidepresan klasik

yang karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresan trisiklik. Obat ini

termasuk salah satu obat yang paling banyak digunakan sebagai terapi depresi dan

digunakan sebagai pengganti MAO-Inhibitor yang tidak banyak digunakan lagi

(Syarif et al., 2011).

Obat ini berkerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmiter di

otak, dimana terjadi hambatan re-uptake dari noradrenalin dan serotonin diotak..

Perbaikan berwujud sebagai perbaikan suasana perasaan (mood), bertambahnya

aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang

lebih baik (Syarif et al., 2011). Amitriptilin memiliki efek antihistamin dan

(36)

13

manusia normal amitriptilin menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan

alam perasaan (elevation of mood), dan meningkatnya rasa cemas disertai gejala

yang menyerupai efek atropin. Pemberian berulang selama beberapa hari akan

memperberat gejala ini dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan berpikir.

Sebaliknya bila obat diberikan untuk jangka lama pada pasien depresi, terjadi

peningkatan alam perasaan. Amitriptilin mempengaruhi saraf otonom dimana

memperlihatkan efek antimuskarinik, sehingga dapat mengakibatkan penglihatan

kabur, mulut kering, obstipasi, dan retensi urin. Selain itu amitriptilin juga sering

menimbulkan hipotensi ortostatik (Syarif et al., 2011).

Resorpsi amtriptilin dari usus cepat dengan bioavailabilitas 40% dan

persentase pengikatan protein diatas 90%, plasma t1/2nya rata-rata 15 jam. Dalam

hati sebagian besar zat didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan

daya sedatif lebih ringan, yang memiliki waktu paruh (t1/2) rata-rata 36 jam.

Ekskresinya berlangsung terutama lewat saluran kemih. Dosis yang biasa

diberikan pada depresi yaitu 3 kali sehari 25 mg, bila perlu dinaikkan

berangsur-angsur sampai 150-300 mg. Intramuscular/intravena 4 kali sehari 20-30 mg

(37)

14

2.2 Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius R.)

[image:37.595.208.417.161.380.2]

2.2.1 Taksonomi tanaman

Gambar 2.1

Foto Tanaman Pandan wangi (Dalimartha, 2009)

Taksonomi tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.) adalah sebagai

berikut :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Pandanales

Familia : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius

(Rohmawati, 1995)

2.2.2 Morfologi tanaman

Pandan wangi merupakan tumbuhan berupa semak atau pohon yang tegak

(38)

15

memiliki akar tunjang disekitar pangkal batang. Daun pandan wangi dewasa

umumnya memiliki panjang 2-3 meter, lebar 8-12 cm; daun tunggal, duduk,

dengan pangkal memeluk batang; helai daun berbentuk pita, bertulang sejajar,

memiliki ujung daun berbentuk segitiga lancip, tepi daun dan ibu tulang daun

bagian bawah berduri, berwarna hijau muda-hijau tua dengan tekstur daun

berlilin. Bunga pandan wangi jantan dan betina terdapat pada tumbuhan yang

berbeda, memiliki buah yang letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk

bulir atau malai yang besar (Rahayu dan Handayani,2008).

2.2.3 Kandungan kimia dan aktivitas farmakologi

Daun pandan wangi memiliki berbagai kandungan kimia dengan aktivitas

farmakologi yang beragam. Bagian daun dari tanaman pandan wangi memiliki

aroma khas, yang diketahui berasal dari kandungan senyawa 2-acetyl-1-pyrroline

(ACPY). Senyawa ini juga terdapat pada tanaman melati, hanya saja memiliki

konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan pada tanaman pandan wangi

(Cheetangdee dan Sinee, 2006).

Daun pandan wangi mengandung senyawa kimia seperti alkaloid saponin,

polifenol, flavonoid, kumarin, terpen dan terpenoid, essential oils, karotenoids,

kuercetin (Lee et al., 2004; Lopez dan Nonato, 2005). Beberapa golongan alkaloid

yang ditemukan pada ekstrak daun pandan wangi yaitu

norpandamarilactonine-A,-B, pandamarilactam, pandamarilacton-1, pandamarine, pandanamine,

pandamarilactonine, serta piperidin. Berdasarkan penelitian Agustiningsih et al.,

(2010) disebutkan bahwa daun pandan wangi memiliki kandungan flavonoid yang

(39)

16

mengandung kadar fenolik total sebesar 478,762 mg/g dan kadar flavonoid total

99,408 mg/g.

Daun pandan wangi sebelumnya telah banyak digunakan dalam pengobatan

tradisional antara lain untuk menyegarkan tubuh, menurunkan demam, mengatasi

kerontokan, dan sebagai penenang. Kandungan minyak atsiri dari daun pandan

wangi diketahui memiliki aktivitas sebagai stimulan, serta efektif untuk

mengurangi sakit kepala, dan epilepsi (Cheeptham dan Towers, 2002).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui juga bahwa daun

pandan wangi memiliki efek sedatif hipnotik. Efek sedatif hipnotik ditunjukkan

pada pemberian ekstrak daun pandan wangi 6 mg/g BB yang terbukti

memperpanjang lama waktu tidur mencit Balb/c. Efek ini diduga karena

kandungan senyawa alkaloid pada ekstrak pandan wangi yang berpengaruh pada

reseptor gamma-aminobutyric acid (GABA), dimana reseptor GABA merupakan

target penting untuk komponen sedatif-hipnotik (Dewi, 2009).

2.2.4 Mekanisme zat aktif daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius L.)

sebagai antidepresan.

Daun pandan wangi memiliki beberapa komponen zat aktif yang pada

tanaman lain memiliki mekanisme tersendiri sebagai antidepresan. Beberapa

komponen zat aktif tersebut antara lain yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida,

saponin, dan terpenoid (Lopez dan Nonato, 2005).

Senyawa aktif golongan alkaloid telah lama diketahui memiliki salah satu

khasiat sebagai stimulansia, dapat meningkatkan kesadaran dengan menstimulasi

(40)

17

Alkaloid memperlihatkan efek antidepresan sebagai invers agonis dari reseptor

benzodiazepine, menurunkan kadar hormon adrenokortikotropic, menghambat

enzim MAO, berperan dalam peningkatan dari kadar serotonin dan BDNF level

diotak (Lee et al., 2005; Fortunato et al., 2010; Mao et al., 2011).

Beberapa derivat flavon pada daun pandan wangi dapat bertindak sebagai

ligan pada reseptor GABA dalam susunan saraf pusat dan berikatan dengan

benzodiazepin binding site sehingga menghasilkan efek antidepresan pada hewan

uji (Marder dan Paladini, 2002). Flavonoid sendiri telah diteliti secara luas

memiliki efek antidepresan. Flavonoid berperan dalam peningkatan kadar

serotonin, norepinefrin dengan menurunkan aktivitas monoamine oksidase dan

meningkatkan kadar BDNF seperti reseptor glukokortikoid serta dapat

meningkatkan diferensiasi neuronal dan plasticity.

Tanin memberikan aktivitas antidepresan dengan meningkatkan kadar

monoamine diotak serta memberikan efek neuroprotektif. Saponin menunjukkan

efek antidepresan dengan meningkatkan kadar monoamine dan mempengaruhi

mekanisme melalui jalur signaling BDNF, HPA axis, dan neurogenesis

hipokampus (Shekar et al. 2012; Bahramsoltani et al., 2015).

Terpenoid memberikan efek antidepresan dengan melibatkan reseptor DA,

D1 dan D2, tetapi tidak memiliki interaksi dengan reseptor noradrenergik atau

jalur sintesis 5-HT. Terpenoid juga bekerja dengan meningkatkan kadar NE dan

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Buktinya, dapatan beliau menunjukkan bahawa masyarakat yang tinggal di pesisir sungai yang menjadi tapak pertembungan aktiviti dan berlakunya interaksi antara

Obsevasi lapangan merupakan persiapan yang paling penting sebelum melaksanakan program PPL. Pelaksanaan observasi mampu membantu mahasiswa PPL dalam mendeskripsikan

Cost Effectiveness Analysis Penanganan Operasi Katarak secara Rawat Inap di RSUD Prof.. Margono Soekarjo dan secara Rawat Jalan di Balai Kesehatan Mata

If you paraphrase or quote specific, retrievable information from social media, provide an in-text citation (with the author and date) and a reference list entry (with the

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil serta Surat Ijin (SIUP) untuk menjalankan kegiatan usaha

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pajak penghasilan badan dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan baik secara parsial maupun