• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

v

A. Latar Belakang Masalah ………..……….

B. Rumusan Masalah ………

BAB II HASIL BELAJAR DAN LEARNING CYCLE 5E

A. Belajar dan Hasil Belajar ……….

1) Belajar ……….………

2) Hasil Belajar ……….………...

B. Model Learning Cycle 5E ……….

C. Hubungan Model Learning Cycle 5E dengan Hasil belajar ….… D. Hasil Penelitian Terdahulu ……….……...… E. Kedudukan Penelitian terhadap Penelitian Terdahulu ……….…

10 BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ……….. B. Populasi dan Sampel Penelitian ………

(2)

vi

C. Prosedur Penelitian ………

D. Teknik Pengumpulan Data …..……….

E. Teknik Analisis Data Uji Coba Instrumen ………

F. Teknik Pengolahan Data ………...

G. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ………...

42 45 47 51 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ..……… B. Analisis Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa .………

59 66

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN TEMUAN LAIN

(3)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Ranah kognitif ... 14

2.2. Ranah afektif ... 17

2.3. Ranah psikomotor ... 21

2.4. Tahapan-tahapan Learning Cycle 5E ... 28

2.5 Kegiatan siswa dan guru pada model Learning Cycle 5E ... 30

3.1. Skema One group pretest-postest design ... 39

3.2. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 48

3.3. Interpretasi Reliabilitas ... 49

3.4. Kategori Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ... 50

3.5. Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes ... 51

3.6. Kriteria keterlakanaan model Learning Cycle 5E ... 53

3.7. Kategori persentase jumlah siswa ... 53

3.8. Kriteria nilai gain ternormalisasi ... 55

3.9. Hasil uji coba instrumen ... 56

3.10. Reliabilitas soal setiap pertemuan ... 58

4.1. skor hasil belajar ranah kognitif pada pertemuan 1, 2, dan 3 ... 60

4.2. Keterlaksanaan aktivitas siswa ... 60

4.3. Nilai gain ternormalisasi siswa berdasarkan keikutsertaan siswa terhadap model ... 64

(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Tahapan Learning Cycle 5E ... 28

3.1. Alur Penelitian ... 44

4.1. Persentase rata-rata pretes dan postes ... 64

(5)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Studi Pendahuluan ... 77

A.1. Lembar Angket ... 78

A.2. Lembar Observasi ... 79

B. Perangkat Pembelajaran ... 80

B.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 81

B.2. Lembar Kerja Siswa ... 91

C. Instrumen Tes ... 101

C.1. Kisi-kisi Soal Tes ... 102

C.2. Soal Tes Pertemuan ... 123

C.3. Lembar Judgment Soal Tes ... 132

C.4. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 138

D. Lembar Observasi ... 141

D.1. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 142

D.2. Lembar Observasi Penilaian Aktivitas dan Psikomotor ... 144

D.3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 147

E. Uji Satistik ... 151

E.1. Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 152

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

dari pengetahuan dan proses. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang

disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan

yang dilakukan oleh manusia. Pada hakekatnya IPA terdiri atas tiga komponen

yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan

pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan

menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala alam. Jadi belajar IPA tidak

sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam

wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar IPA juga belajar tentang cara

memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk

pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah

dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, IPA sebagai produk dan sebagai proses tidak

dapat dipisahkan satu sama lain (Holil, 2009). Berdasarkan hal di atas berarti

fisika harus disampaikan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah,

maupun produk ilmiah dengan melibatkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran.

Berbeda dengan apa yang diharapkan dalam mempelajari físika, fakta di

(7)

tidak melibatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi studi

pendahuluan terhadap 37 siswa di salah satu SMA swasta di kota Bandung

diperoleh informasi bahwa hanya 27,03% siswa yang memperoleh nilai ulangan

fisika dengan kategori baik dan sebanyak 67,57% siswa mengatakan tidak pernah

bertanya selama pembelajaran. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan peneliti,

dalam kegiatan pembelajaran guru selalu langsung ke inti pembelajaran, tanpa

memotivasi siswa terlebih dahulu sehingga rasa keingintahuan siswa terhadap

materi tidak muncul dan siswa tidak tertarik untuk memperhatikan pembelajaran.

Penyampaian materi dari guru hanya satu arah tanpa memberikan kesempatan

kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuannya dan

siswa tidak diberi kesempatan untuk menjawab sendiri pertanyaan yang muncul.

Siswa hanya diam mendengarkan penyampaian dari guru tanpa dituntut untuk

menjelaskan pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam pembelajaran. Selain

itu pemahaman siswa terhadap materi tidak diperiksa terlebih dahulu. Sehingga

ketika dilakukan tes, nilai yang mereka peroleh rendah.

Berdasarkan data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa proses

pembelajaran yang hanya satu arah tanpa memunculkan rasa keingintahuan siswa

terhadap materi membuat siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa

melibatkan siswa secara aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya,

sehingga yang terjadi adalah proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal

ini menyebabkan siswa kurang berminat dan tidak memperhatikan penyampaian

(8)

Hasil tes yang rendah menggambarkan hasil belajar ranah kognitif siswa

rendah. Selain itu kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran

menggambarkan aktivitas dan profil hasil belajar ranah psikomotornya juga

rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di kelas ini baik

hasil belajar ranah kognitif maupun ranah psikomotornya rendah yang disebabkan

kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk ikut berpartisipasi aktif.

Pengetahuan seharusnya dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima

secara pasif dari guru (Suparno, 1996). Hal ini sesuai dengan teori

konstruktivisme yang menyatakan bahwa seseorang harus membangun sendiri

pengetahuannya. Proses membangun pengetahuan tersebut dilakukan melalui

interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan. Para kontruktivis

percaya bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak

seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa), siswa sendirilah yang harus

mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman

dan pengetahuan mereka (Lorsbach dalam Suparno, 1996). Dengan

memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya, akan lebih

memudahkan guru dalam menjelaskan materi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ausubel yang menyatakan bahwa apa yang dipelajari akan bermakna jika siswa

menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka (Suparno,

1996). Oleh karena itu keterlibatan siswa baik secara mental maupun raga sangat

(9)

Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mendukung

siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan

berpusat pada siswa bukan pada guru (Amelia, 2008). Guru hanya bertugas

sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan

dengan baik. Tugas guru sebagai mediator dan fasilitator menurut Suparno (1996)

adalah menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa untuk

membuat rancangan, proses, dan penelitian, menyediakan atau memberikan

kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka

untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah

mereka, menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif,

menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar

siswa serta guru harus memotivasi siswa, melihat, mengevaluasi, dan

menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan

mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi

persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan

kesimpulan siswa. Berdasarkan hal di atas, maka dalam membelajarkan fisika

diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memunculkan rasa

keingintahuan dan membuat siswa secara aktif membangun sendiri

pengetahuannya serta model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

centered).

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah Learning

Cycle 5E yang terdiri dari 5 tahap yaitu engage, explore, explain, elaborate dan

(10)

terhadap materi melalui fenomena yang terjadi sehingga muncul

pertanyaan-pertanyaan dalam diri mereka dan mendorong siswa untuk menghubungkan

fenomena itu dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pada tahap explore, siswa

berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum,

menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam

untuk menjawab pertanyaan yang muncul. Pada tahap explain, siswa dituntut

untuk menjelaskan pengetahuan yang mereka peroleh dari fenomena dengan

kata-kata mereka sendiri. Pada tahap elaborate, siswa harus menerapkan pengetahuan

tadi ke dalam fenomena yang baru. Sedangkan tahap evaluate dilakukan untuk

menilai efektifitas tahap-tahap sebelumnya dan untuk menilai pengetahuan,

pemahaman konsep, atau kompetensi siswa. Evaluasi harus dilakukan pada

seluruh pengalaman pembelajaran. Tahapan-tahapan Learning Cycle 5E di atas

sesuai untuk menyelesaikan masalah yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar

yang muncul yaitu dapat memunculkan rsa keingintahuan siswa dan membuat

siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan cara berinteraksi

dengan lingkungan.

Learning Cycle 5E sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner dalam

Dasna, 2007). Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan

organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam Learning Cycle 5E

(Abraham dalam Dasna, 2007). Penerapan Learning Cycle 5E dalam

pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis (Dasna, 2007), yaitu siswa

(11)

siswa (Suparno,1996), dan orientasi pembelajaran adalah investigasi dan

penemuan yang yang merupakan pemecahan masalah (Hudojo dalam Dasna 2007)

Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi transfer pengetahuan dari guru

ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan pengetahuan yang berorientasi

pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung (Fajaroh, 2007).

Namun sebagai model pembelajaran, model Learning Cycle 5E memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model ini yaitu pembelajaran menjadi

berpusat pada siswa (student-centered), dapat menghindarkan siswa dari cara

belajar tradisional yang cenderung menghafal, dan dapat meningkatkan motivasi

belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak

dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Larning Cycle 5E untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajara Fisika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa

setelah diterapkan model learning cycle 5E dalam pembelajaran fisika?”

Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan penelitian di atas

(12)

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif selama

penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran fisika?

2. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada ranah psikomotor selama

penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran fisika?

C. Batasan Masalah

Model Learning Cycle 5E yang digunakan oleh Bybee (1997) yang

merupakan suatu model pembelajaran kontruktivis yang terdiri dari 5 tahap yaitu

engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. Instrumen yang digunakan

untuk mengukur keterlaksanaan model Learning Cycle 5E adalah lembar

observasi.

Peningkatan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

pada ranah kognitif selama penerapan model Learning Cycle 5E. Sedangkan

untuk ranah psikomotor dilihat profilnya saja. Hasil belajar ini meliputi mengingat

(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), peniruan (P1),

manipulasi (P2), dan ketepatan (P3). Pengukuran hasil belajar ranah kognitif siswa

digunakan gain ternormalisasi dengan menghitung selisih skor pretest dan postest.

Sedangkan pengukuran profil hasil belajar ranah psikomotor digunakan persentase

jumlah siswa.

D. Variabel Penelitian

(13)

E. Definisi Operasional

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud terdiri dari dua ranah

yaitu ranah kognitif dan ranah psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif

meliputi mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan

menganalisis (C4) yang diukur dengan tes tertulis berupa pilihan ganda (PG).

Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan (pretest dan postest) dan

dinyatakan dalam bentuk skor angka. Sedangkan hasil belajar ranah

psikomotor meliputi peniruan (P1), manipulasi (P2), dan ketepatan (P3) yang

diukur melalui format observasi penilaian ranah psikomotor.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa selama diterapkan

model Learning Cycle 5E dalam pembelajaran fisika.

2. Mengetahui profil hasil belajar ranah pikomotor siswa selama diterapkan

model Learning Cycle 5E dalam pembelajaran fisika.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan adalah selama penggunaan model Learning Cycle 5E

dapat:

(14)

2. Mengetahui profil hasil belajar ranah psikomotor siswa dalam mata pelajaran

(15)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi eksperimen), yaitu penelitian yanag dilaksanakan

pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

pembanding (kelompok kontrol) (Arikunto, 2006). Dalam metode penelitian

eksperimen semu ini, keberhasilan atau keefektifan model pembelajaran yang

diujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum

diberi perlakuan yaitu berupa penerapan model pembelajaran (pretes) dan

nilai tes setelah diberi perlakuan (postes). Adapun desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest-postest design. Skema

one group pretest-postest design ditunjukkan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Skema one group pretest-postest design

Pre Test Treatment Post Test

T1 X T2

Keterangan :

T1 = Tes awal (pretes)

X = Perlakuan (treatment), yaitu penggunaan model Learning Cycle 5E

(16)

Dilihat dari tabel one group pretest-postest design di atas, maka sampel

penelitian akan diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa penerapan model

Learning Cycle 5E yang akan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada

setiap pertemuan di awal pembelajaran, siswa akan diberi tes awal (pretes)

untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal siswa, kemudian

dilanjutkan dengan pelaksanaan treatment yaitu berupa penerapan model

Learning Cycle 5E. Selama pembelajaran berlangsung, siswa akan dinilai

ranah psikomotornya dengan menggunakan format observasi penilaian ranah

psikomotor, kemudian di akhir pembelajaran siswa akan diberi tes akhir

(postes) dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes awal

(pretes). Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan postest dalam

penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah

kognitif yang telah di-judgement dan diujicobakan terlebih dahulu kepada

siswa lain yang berbeda kelas. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

ranah kognitif siswa setelah diterapkan model Learning Cycle 5E, maka hasil

pretes dan postes siswa diolah dan dianalisis dengan menghitung gain

ternormalisasi. Sedangkan untuk hasil belajar ranah psikomotor siswa akan

diukur melalui format observasi penilaian ranah psikomotor.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dan sampel adalah

(17)

representatif dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan

pula dalam sampel yang diambil.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu

SMA swasta di kota Bandung, sedangkan yang menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah satu kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih secara

purposive sample.

Purposive sample atau sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi. Kelemahannya adalah bahwa peneliti tidak dapat menggunakan statistik parametrik sebagai teknik analisis data, karena tidak memenuhi persyaratan random. (Arikunto, 2006: 139)

Hal ini dilakukan karena pada saat melakukan studi pendahuluan di

sekolah tersebut, permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar siswa pada

ranah kognitif dan ranah psikomotor muncul di kelas ini. Selain itu juga

karena peneliti memiliki keterbatasan sehingga tidak memberikan peluang

yang sama bagi anggota populasi yang lain. Keterbatasan ini dikarenakan

pada saat penelitian, peneliti tengah melakukan PLP sehingga sampel yang

(18)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari 3 tahap yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap analisis dan penyelesaian.

Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan

inovatif mengenai model pembelajaran yang hendak diterapkan.

b. Studi pendahuluan, dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas yang

akan diterapkan model Learning Cycle 5E

c. Menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran sesuai

dengan model pembelajaran yang akan diujikan. Kemudian

menyediakan alat percobaan, membuat lembar observasi aktivitas

guru, membuat lembar observasi aktivitas siswa, membuat lembar

observasi penilaian psikomotor, membuat lembar kerja siswa (LKS),

dan mendesain alat observasi.

d. Melakukan judgement terhadap instrumen.

e. Melakukan ujicoba dan analisis instrumen.

f. Merevisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

(19)

a) Melakukan pretes sesuai materi yang dibahas di awal pembelajaran

pada tiap pertemuan.

b) Menerapkan model Learning Cycle 5E di kelas yang akan diteliti.

c) Selama pembelajaran berlangsung ranah psikomotor siswa dinilai

dengan menggunakan format observasi penilaian ranah psikomotor.

d) Melakukan postes sesuai materi yang dibahas di akhir pembelajaran

dengan soal yang sama dengan soal pretes.

3. Tahap Akhir

a) Mengolah data hasil tes awal, tes akhir serta instrumen lainnya.

b) Menganalisis dan membahas temuan penelitian.

c) Membandingkan antara hasil pretes dan postes untuk menentukan

besar perbedaan yang muncul.

d) Membandingkan ranah psikomotor siswa pada setiap pertemuan

pembelajaran.

e) Menarik kesimpulan.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan

(20)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

PENDAHULUAN

- Menentukan masalah

- Studi Pendahuluan

- Studi literatur tentang model Learning Cycle 5E

- Membuat instrumen

- Uji coba instrumen

PELAKSANAAN

- Pretest T1, T3, T5

- Pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 5E

- Posttest T2, T4, T6

ANALISIS DATA

- Mengolah data hasil pretes, postes , dan instrumen lainnya.

- Menganalisis data

- Membandingkan data hasil pretes dan postes

(21)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan

observasi dan tes.

1. Observasi keterlaksanaan model Learning Cycle 5E

Observasi keterlaksanaan model Learning Cycle 5E ini bertujuan untuk

melihat apakah tahapan-tahapan model Learning Cycle 5E telah

dilaksanakan oleh guru atau tidak. Observasi ini dibuat dalam bentuk

cheklist (√). Dalam pengisian lembar observasi ini, observer memberikan

tanda cheklist pada kolom “ya” atau “tidak” jika kegiatan yang dimaksud

dalam lembar observasi ditunjukan guru. Selain membuat tanda cheklist

(√), terdapat juga kolom keterangan untuk memuat saran-saran observer

atau kekurangan-kekurangan aktivitas guru selama proses pembelajaran.

2. Observasi penilaian ranah psikomotor siswa

Observasi penilaian ranah psikomotor siswa bertujuan untuk melihat

bagaimanakah ranah psikomotor yang ditunjukkan oleh siswa selama

penerapan model Learning Cycle 5E.

3. Observasi aktivitas siswa

Observasi aktivitas siswa bertujuan untuk melihat bagaimanakah aktivitas

(22)

4. Tes

Menurut Suharsimi (2008: 32) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan

atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan ialah tes

tertulis yaitu berupa tes pilihan ganda (PG) biasa dengan soal pretes sama

dengan soal postes.

Penyusunan instrumen tes untuk penelitian ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi pokok listrik

dinamis.

b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.

d. Melakukan ujicoba instrumen penelitian terhadap siswa di sekolah yang

sama tetapi berbeda kelas.

e. Setelah instrumen yang diujicobakan tersebut diolah dengan dihitung

validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan realiabilitasnya.

Instrumen tes yang telah diuji tersebut, dinyatakan layak untuk dijadikan

instrumen penelitian. Jumlah total soal tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 23 soal yang berbentuk pilihan ganda yang

terdiri dari 8 soal untuk pertemuan 1, 7 soal untuk pertemuan 2, dan 8 soal

(23)

E. Teknik Analisis Data Uji Coba Instrumen

Untuk mendapatkan data yang benar yang dapat menggambarkan

kemampuan subyek penelitian dengan tepat maka diperlukan instrumen tes

yang baik pula. Dalam penelitian ini, sebelum instrumen tes dipakai dalam

penelitian, instrumen tes terlebih dulu diujicobakan di salah satu kelas yang

berada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan.

Data hasil ujicoba tes kemudian dianalisis untuk mendapatkan

keterangan mengenai layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam

penelitian. Berikut dipaparkan macam-macam analisis yang digunakan untuk

mengetahui baik buruknya instrumen tes.

a. Analisis Validitas Instrumen Ujicoba

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ke validan atau

kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatan valid apabila

instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai

valliditas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen.

Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

...

(3.1)

(24)

Keterangan:

Setelah nilainya diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

b. Analisis Reliabilitas Instrumen Ujicoba

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika

di uji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu

pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas ditentukan dengan

menggunakan rumus K-R. 20 yang diketemukan oleh Kuder dan

Richardson. Adapun perumusannya adalah sebagai berikut:

... (3.2)

(25)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah 1

∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q

= banyaknya item

2 = varians

Adapun rumus varians yang digunakan yaitu

∑ ∑

... (3.3)

Selain itu untuk menginterpretasikan tingkat reliabilitasnya, maka

koefisien korelasinya dikategorikan pada kriteria yang terdapat dalam tabel

3.3.

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukkan

sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 2008: 207). Untuk menghitung

(26)

!"

$# ... (3.4)

(Arikunto, 2008: 208)

dengan :

TK = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah siswa peserta tes

Untuk menginterpretasikan TK tiap item soal tiap tahap dilakukan dengan

menginterpretasikan terhadap standar TK pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kategori Tingkat Kesukaran Instrumen Tes

Indeks Kesukaran (TK) Klasifikasi Soal

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2008 : 210)

d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2008 : 211).

Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu

menentukan skor total siswa dari siswa yang memperoleh skor tinggi ke

rendah. Kemudian membagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50%

kelompok bawah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan

(27)

%

#&$

D = indeks daya pembeda item satu butir soal tertentu

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

Nilai daya pembeda (D) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada

tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes

Nilai D klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Tidak Baik

(Arikunto, 2008 : 218)

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain data nilai tes (pretes

dan postes), data observasi penilaian ranah psikomotor, data observasi

(28)

Dari data-data tersebut, data observasi keterlaksanaan model Learning Cycle

5E digunakan sebagai gambaran kegiatan guru selama proses pembelajaran

berlangsung, data nilai tes digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah

kognitif siswa, data observasi penilaian ranah psikomotor digunakan untuk

mengukur hasil belajar pada ranah psikomotor. Adapun teknik pengolahan

data yang digunakan terhadap data-data di atas, antara lain:

1. Data observasi keterlaksanaan model Learning Cycle 5E

Data mengenai pelaksanaan pembelajaran model Learning Cycle 5E

merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan

dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model Learning Cycle 5E.

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data

tersebut adalah dengan :

• Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi

pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran

• Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan persamaan berikut:

(* +* ,-+* "*,* .-/+- -- (*01*.-2- - 345678 9:;<=><= 7 ? 5< 37@7: 7345678 9:;<=><= ;<64=48 7 A 100% (3.6)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model Learning Cycle

(29)

Tabel 3.6

Kriteria Keterlaksanaan model Learning Cycle 5E

No % Kategori Keterlaksanaan Model Interpretasi

1. 0,0-24,9 Sangat Kurang

2. Data observasi aktivitas dan penilaian hasil belajar ranah psikomotor

siswa

Data mengenai aktivitas dan penilaian hasil belajar ranah psikomotor

merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis

dengan menghitung persentase jumlah siswa yang melakukan setiap skor

dari setiap aspek yaitu dengan rumus :

%

%2D0.-2D0.-EE+F+G-+F+G- :7 7H :7 7H34567834567 ;I;@7;I;@7 8 ;I;@7;I;@7 7 7 ? ? ;<64=4;<64=48 5<67H4H75<67H4H78 77 ;H9=;H9=AA110000%%... ((33..77))

Untuk mengetahui kategori hasil belajar ranah psikomotor siswa,

data yang diperoleh diolah dan dikualifikasikan menjadi lima dengan

persentase tertinggi 100% dan persentase terendah 0% seperti yang terlihat

pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Kategori persentase jumlah siswa

(30)

3. Data tes

Tes dilakukan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa sebelum

(pretest) dan sesudah perlakuan (postest). Peningkatan hasil belajar ini

diukur dengan gain ternormalisasi. Karena di bab I peneliti tidak

mencantumkan hipotesis, maka peneliti tidak melakukan uji hipotesis untuk

melihat signifikan tidaknya hasil analisis data. Berikut langkah-langkah

yang peneliti lakukan agar dapat menganalisis data pretest, postest, dan gain

siswa.

1. Menghitung skor dari setiap jawaban baik pada pretest maupun pada

posttest.

2. Menghitung rata-rata (mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun

posttest, digunakan rumus:

Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Nilai gain dapat

ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:

(31)

Keterangan:

G = gain

T1 = skor pretest

T2 = skor postest

4. Gain Ternormalisasi

Untuk perhitungan gain yang dinormalisasi akan digunakan persamaan

(Hake, 1998) sebagai berikut:

G. Hasil analisis ujicoba instrumen

Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang hasil analisis uji coba instrumen

yang telah dilakukan di kelas lain. Sebelum instrumen soal dipakai dalam

penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen yaitu dengan melakukan uji

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal pada setiap

(32)

Tabel 3.9

Validitas Daya pembeda Tingkat kesukaran ket

nilai Katego

ri

nilai kategori nilai kategori

(33)

27,27% termasuk kategori tinggi, sebesar 45,46% termasuk kategori cukup,

dan sisanya sebesar 27,27% termasuk kategori rendah dan sangat rendah.

Untuk daya pembedanya, sebesar 63,64% termasuk kategori baik, sebesar

18,18% termasuk kategori cukup, dan sisanya sebesar 18,18% termasuk

kategori jelek. Sedangkan untuk tingkat kesukaran, tidak ada soal yang

termasuk kategori sukar, soal hanya terdiri dari 81,82% yang termasuk

kategori sedang, dan 18,18% termasuk kategori mudah. Dari data tersebut

maka hanya delapan soal yang dipakai yaitu soal no. 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, dan 10

dan tiga soal dibuang karena validitasnya rendah dan daya pembedanya jelek.

Soal-soal untuk pertemuan 2 yang terdiri dari sepuluh soal hanya 70%

soal yang valid dengan presentase validitasnya sebesar 20% termasuk

kategori tinggi, sebesar 50% termasuk kategori cukup, dan sisanya sebesar

30% termasuk kategori rendah dan sangat rendah. Untuk daya pembedanya,

sebesar 60% termasuk kategori baik, sebesar 20% termasuk kategori cukup,

dan sisanya sebesar 20% termasuk kategori jelek. Sedangkan untuk tingkat

kesukaran, sama halnya dengan seri 1 tidak ada soal yang termasuk kategori

sukar, soal hanya terdiri dari 80% yang termasuk kategori sedang, dan 20%

termasuk kategori mudah. Dari data tersebut maka hanya tujuh soal yang

dipakai yaitu soal no. 1, 3, 4, 6, 7, 9, dan 10 dan dua soal dibuang karena

validitasnya rendah dan daya pembedanya jelek.

Pada pertemuan 3, sebesar 72,73% soal yang valid, yaitu sebesar 45,46%

termasuk kategori tinggi, sebesar 27,27% termasuk kategori cukup, dan

(34)

soalnya, sebesar 63,64% termasuk kategori tinggi, 18,18% termasuk kategori

cukup, dan sisanya sebesar 18,18% termasuk kategori jelek. Sedangkan

tingkat kesukaran soal untuk seri 3 ini, sebesar 81,82% soal termasuk sedang,

dan sebesar 18,18% termasuk mudah. Dari data tersebut maka delapan soal

dipakai yaitu no.1, 3, 4, 5, 8, 9, 10, dan 11. Tiga soal sisanya dibuang yaitu no

2, 6, dan 7 karena validitasnya sangat rendah dan daya pembedanya jelek.

Reliabilitas soal untuk pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3

termasuk kategori cukup dengan nilai koefisien reliabilitas seperti terlihat

pada tabel 3.10.

Tabel 3.10

Reliabilitas soal pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3

pertemuan Reliabilitas Kategori

1 0,51 cukup

2 0,48 cukup

3 0,51 cukup

Lebih jelasnya mengenai validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan

(35)

73

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN TEMUAN LAIN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil

penelitian yang telah dilakukan di salah satu kelas X SMA Swasta di kota

Bandung mengenai penerapan model Learning Cycle 5E untuk meningkatkan

hasil belajar siswa diperoleh kesimpulan :

1. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkan model

Learning Cycle 5E termasuk ke dalam kategori sedang.

2. Profil hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkan model

Learning Cycle 5E untuk aspek peniruan (P1), manipulasi (P2), dan ketepatan

(P3) termasuk ke dalam kategori sedang.

B. SARAN

Setelah dilakukan penelitian mengenai model Learning Cycle 5E,

diajukan beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut, antara lain:

1. Dalam menggunakan model Learning Cycle 5E disarankan agar membuat

perencanaan yang matang dengan lebih memperhitungkan waktu yang

akan dipergunakan, melakukan setiap tahapan Learning Cycle 5E dengan

baik. Selain itu, kondisi siswa ketika pembelajaran berlangsung juga harus

(36)

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menerapkan model Learning

Cycle 5E pada ranah afektif dan ranah psikomotor.

C. TEMUAN LAIN

Di luar dari kesimpulan di atas, ditemukan beberapa peristiwa lain yang dapat

dipertimbangkan dalam penelitian ini yaitu, keadaan siswa yang kurang

termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Maka untuk kasus

(37)

75 D

DAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Asnawi, Y. (2009). Prestasi Belajar. [online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/17318020/prestasi-belajar [1 November]

Bybee, W. & Roger et. al. (2006). “The BSCS 5E Instructional model: Origin, Effectivenes, and Application” [Online]. Tersedia: http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [16 November 2009].

Donclark. (1999). Bloom's Taxonomy of Learning Domains. [online]. Tersedia : http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html [31 Desember 2010]

Fajaroh, F. (2007). Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning

Cycle). [online]. Tersedia:

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/ [27 Oktober 2009]

Farida, RH. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) tipe 5E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanics Courses. [Online]. Tersedia :

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, [13 September 2009]

Holil, A. (2009). Menjadi Manusia Pembelajar: Hakikat Pembelajaran

(38)

Nuh, U. (2200007). Implementasi Pendekatan Berbasis Masalah dalam 7 Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Jurusan Pendidikan Fisika – Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam –Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Panggabean, L.P. (2001). Statistika Dasar. Jurusan Pendidikan Fisika – Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Pendidikan Indonesia.

Sam, A. (2008). Pengertian Prestasi Belajar. [online]. Tersedia:

http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-prestasi-belajar.html. [1 Oktober 2009]

Sudrajat, A. (2008). Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. [online]. Tersedia:http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilai an-afektif.pdf [11 Januari 2011]

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sunarto. (2009). Pengertian Prestasi Belajar. [online]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ [1 Oktober 2009]

Suparno, P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Gambar

Tabel
Gambar
Skema Tabel 3.1 one group pretest-postest design
Gambar 3.1 Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Siswa dapat Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.  Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan

Belakangan ini, ia telah menerbitkan sebuah monograf tentang sebuah nilai Islam: konsep amar ma'ruf nahyi munkar – Memerintah kebaikan dan melarang hal-hal

Sebelum membuat laporan mingguan proyek maka terlebih dahulu dibuat laporan harian proyek yang merupakan laporan per hari mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan, dari 7

Seandainya dilihat secara utuh, baik dalam konteks keseluruhan pemikiran Ibnu Taimiyyah maupun dalam konteks di mana kalimat yang dikutip tersebut maka para pembaca yang jujur

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan diare pada balita di Rumah Sakit Bhayangkara H. Samsoeri Mertojoso

ةرودلا لىولأا في ةرودلا هذى نوكت لىولأا ةيلمع ملعت ةغللا ةيبرعلا في عوضوم ناونعلا مادختساب لئاسو ملاعلإا تاقاطب .ةيضمولا في لىولأا ةرودلا هذى ةطشنأ متت بلاطلا

[r]