PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penggunaan Perangkat Lunak Cx- Programmer Untuk Menigkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa”ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menaggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Mei 2013 Yang membuat pernyataan,
Irfan sanusi .
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
IRFAN SANUSI
0707058
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK
CX- PROGRAMMER
UNTUK
MENIGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT RANGKAIAN
KONTROL MOTOR LISTRIK TIGA FASA
Menyetujui dan Mengesahkan,
Pembimbing I
Dra. Tuti Suartini, M.Pd. NIP. 196311211 98603 2 002
Pembimbing II
Wawan Purnama S. Pd, M.Si. NIP. 19671026 199403 1 004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik ElektroFakultas Pendidikan Teknologi dan KejuruanUniversitas Pendidikan Indones
PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK CX- PROGRAMMER
UNTUK MENIGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MEMBUAT RANGKAIAN KONTROL MOTOR LISTRIK
TIGA FASA
(Penelitian Tindakan kelas di kelas XI KPU 1 SMK Negeri 12 Bandung).
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Oleh
IRFAN SANUSI E.0451.0707058
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian mengenai Penggunaan Perangkat Lunak Cx- Programmer untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari dan untuk meningkatkan kemampuan siswa pada praktikum membuat rangkaian kontrol motor listrik tiga fasa dengan menggunakan PLC.
Pada penelitian ini dipergunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Hasil penelitian tindakan kelas pada standar kompetensi merakit rangkaian kontrol motor listrik tiga fasa di SMK Negeri 12 Bandung untuk kelas XI KPU 1 menunjukan peningkatan nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 58.57 pada siklus satu, 71.43 pada siklus dua dan 80.00 pada siklus tiga untuk aspek kognitif sedangkan hasil belajar siswa berupa aspek psikomotor, mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 67.50 pada siklus satu, 72.82 pada siklus dua dan 75.64,dan hasil belajar siswa berupa aspek afektif, mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 68.72 pada siklus satu, 71.24 pada siklus dua dan 75.67. Aktivitas kegiatan belajar mengajar yang berlangsung setiap siklus yang diterapkan dinilai baik terlihat dari aktivitas guru yang pada siklus awal dikategorikan kurang baik, mampu mencapai kategori baik sekali pada siklus ketiga. Aktivitas siswa juga mampu mencapai kategori pada umumnya di siklus ketiga yang pada awal siklusnya hanya dikategorikan hampir setengahnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh saran bagi peneliti selanjutnya yaitu kekurangan dari Perangkat lunak Cx-Programer ini sebagai media pembelajaran membuat rangkaia kontrol motor terletak pada tampilan program yang menampilkan simbol dan dalam pelaksanaannya dibutuhkan perangkat komputer yang sesuai jumlah siswa agar pembelajaran berjalan dengan baik.
DAFTAR ISI
1.6 Definisi Operasional... 8
1.6. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SIMULASI ... 11
2.1.Media Pembelajaran ... 11
2.1.1. Pengertian ... 11
2.1.2. Manfaat Media Pembelajaran ... 18
2.1.3 Karakteristik Media Dalam Media Pembelajaran ... 20
2.1.4 Format Multimedia Pembelajaran ... 21
2.1.5 Fungsi Media Pembelajaran ... 23
2.1.6. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 27
2.2. Simulasi ... 30
2.2.1. Pengertian Simulasi ... 30
2.2.2. Kelebihan Simulasi ... 31
2.2.3. Kelemahan Simulasi ... 32
v
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Pengertian Metode Penelitian ... 44
3.2. Penelitian Tindakan Kelas ... 45
3.2.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 45
3.2.2. Tujuan dan Manfaat Penelitin Tindakan Kelas ... 47
3.2.3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 47
3.2.4. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 48
3.2.5. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 49
3.2.6. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 54
3.2.7. Alur Penelitian ... 55
3.2.8. Indikator Kinerja (Kriteria Keberhasilan) ... 56
3.2.9. Instrumen Penelitian... 57
3.2.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 59
3.2.11. Validitas Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
4.1. Rencana Awal Penelitian ... 68
4.2. Observasi Awal ... 68
4.3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 70
4.3.1 Siklus I ... 71
4.6.1. Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 91
4.6.2. Hasil Belajar Aspek Psikomotorik ... 93
4.6.3. Hasil Belajar Aspek Afektif ... 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi hal yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat saat ini. Beberapa aspek kehidupan mulai
dijamah oleh teknologi. Teknologi informasi dan komunikasi telah masuk ke
segala bidang dan ke berbagai lapisan masyarakat contohnya dengan adanya
handphone yang biasa dipakai setiap orang dalam berkomunikasi mampu
menjadikan jarak seperti tak terasa, mulai terbiasanya masyarakat dengan surat
elektronik (e- mail) dan mulai menjauhi penggunaan surat konvensional yang
menggunakan kertas dan orang lebih suka menggunakan program-program
pengolah kata yang terdapat di komputer untuk membuat dokumen daripada
mesin ketik biasa. Perkembangan teknologi di dalam dunia pendidikan pun
semakin pesat, salah satunya terlihat dari munculnya e-Learning yaitu
pembelajaran online dan penggunaan komputer sebagai media perantara di kelas.
Kendala yang umum dihadapi dalam peningkatan kualitas pendidikan
khususnya untuk standar kompetensi merakit kontrol motor ini diantaranya
adalah fasilitas teknologi yang terbatas. Hal ini selalu menjadi alasan sulitnya
menerapkan materi yang bersifat teknis dengan kegiatan praktik secara langsung
sehingga guru lebih memilih mengajar menggunakan metoda konvensional.
Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sukandi (2003: 8) bahwa pendekatan
konsep-2
konsep, bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan
mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih
banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang
dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya
sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Sedangkan mata pelajaran yang bersifat teknis, yang mengharuskan siswa
mengalami sendiri kegiatan belajar tidak cocok apabila ketika pelaksanaan
pembelajarannya, pendidik atau guru menggunakan metode konvensional karena
pembelajaran akan berjalan satu arah dimana siswa tidak dilibatkan secara
langsung dalam pembelajaran tersebut, siswa hanya menyaksikan pendidik
atau gurunya mengajar saja. Seharusnya proses pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang berasal dan dua arah yaitu dari guru dan siswa. Hal ini
sejalan dengan yang dikatakan Suherman (2003: 2) yang mengemukakan bahwa :
Dalam mengajar lupakanlah guru sebagai pemain dan guru sebagai sutradara. Dalam pembelajaran seharusya siswa bersifat lebih aktif dan kreatif sehingga siswa dapat mempunyai kemampuan untuk memahami pelajaran sehingga hasil belajar menjadi baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2009: 85), “Kegiatan belajar hanya bisa
berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar”.
Di dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau yang biasa disebut metode mengajar.
3
efisien. Metode mengajar dikatakan efektif bila dengan metode yang digunakan
dapat mencapai tujuan pengajaran, dikatakan efisien bila tercapai tujuan
pengajaran membutuhkan waktu relatif singkat. Sehingga dalam hal ini, guru
diharuskan dapat menggunakan metode pembelajaran yang cocok untuk materi
yang bersifat teknis karena faktor metode pembelajaran mempengaruhi prestasi
siswa. Misalnya, metode yang dipakai guru kurang sesuai dengan materi,
monoton, kurang variatif, sehingga kurang menarik dan membosankan siswa .
Ketersediaan media peragapun dalam pembelajaran yang masih terbatas,
menyebabkan siswa kesulitan untuk menyerap isi materi pembelajaran dengan
baik sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa menurut Merson U. Sangalang “terdiri dari kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan,
cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana
pendukung belajar”. (Kartono, 1990: 1). Menurut Suryabrata (1989:142)
menerangkan bahwa :
faktor yang mempengaruhi belajar siswa salah satunya adalah faktor instrumental. Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang. Faktor-faktor ini yaitu: kurikulum, sarana dan prasarana, dan guru.
Berdasarkan dua pendapat tersebut, terdapat faktor sarana dan prasarana, guru dan
cara belajar. Maka, metode mengajar guru dalam menyampaikan isi materi dan
sarana dan prasarana yang memadai sangatlah mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dengan adanya masalah tersebut, guru dituntut untuk mampu menerapkan
4
ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas. Salah satu solusi yang dapat
dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan diterapkannya suatu
media pembelajaran. Dengan media pembelajaran diharapkan siswa termotivasi
dan memiliki keinginan yang besar untuk melakukan kegiatan belajar meskipun
dibatasi dengan penggunaan sarana dan prasarana. Hamalik (Arsyad, 2009: 15)
mengemukakan bahwa:
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya media dibangun lebih kompleks menjadi multimedia. Media pembelajaran, idealnya harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri. Media pembelajaran dapat disajikan dalam berbagai format seperti tutorial, drill and practice, simulasi, percobaan atau eksperien dan permainan atau game.
Untuk penggunaannya sesuai dengan kebutuhan pendidik dalam memilih format
yang paling tepat untuk materi-materi tertentu, dalam penelitian ini peneliti
memilih format simulasi karena simulasi adalah format yang paling tepat ketika
pendidik tidak mampu menghadirkan alat peraga dan melakukan kegiatan yang
sangat kompleks seperti pemasangan perangkat-perangkat instalasi listrik dan
rangkaian Seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2009: 98), “simulasi pada
komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan
perorangan. Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan yang kompleks dapat ditata
hingga menyerupai dunia nyata”. Sejalan dengan penelitian yang pernah
dilakukan oleh penulis, dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa metode
simulasi komputer lebih efektif dibanding metode demonstrasi juga lebih efektif
5
Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti kemampuan yang dimiliki
siswa, karena dengan menggunakan media pembelajaran dimana siswa tidak
mempraktikkan seharusnya menggunakan alat peraga namun siswa dapat
memiliki kemapuan untuk melakukan kegiatan yang belum pernah dilihat tapi
berdasarkan petunjuk atau pedoman saja. Selain aspek psikomotor aspek kognitif
pun menjadi bahan penilaian dalam suatu pembelajaran, Dari keenam jenjang
yang dipaparkan oleh bloom (Sudijono.2007:50) yaitu “pengetahuan
(knowledge), pemahaman penerapan / aplikasi analisis (analysis ) sintesis
(shyntesis) dan penilaian (evaluation)”
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat judul penelitian “ Penggunaan Perangkat Lunak Cx- Programmer Untuk Menigkatkan
Kemampuan Siswa Dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang diangkat pada penelitian
ini yaitu:
1 Seberapa besar pengaruh dari penggunaan perangkat Lunak Cx-
Programmer sebagai media pembelajaran terhadap kemampuan siswa
dalam Standar Kompetensi membuat rangkaian kontrol motor listrik
tiga fasa?
2 Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran penggunaan
perangkat Lunak Cx- Programmer sebagai media pembelajaran pada
6
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan di telita hanya
berfokus pada pengaruh penggunaan perangkat Lunak Cx- Programmer sebagai
media pembelajaran pada standar kompeten si merakit rangkaian kontrol motor
listrik tiga fasa di SMK Negeri 12 Bandung untuk kelas XI KPU 1 dan Aktivitas
yang diungkap meliputi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1 Mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan perangkat Lunak Cx-
Programmer sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar siswa
dalam Standar Kompetensi membuat rangkaian kontrol motor listrik tiga
fasa
2 Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran penggunaan
perangkat Lunak Cx- Programmer sebagai media pembelajaran pada
Standar Kompetensi membuat rangkaian kontrol motor listrik tiga fasa
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, hasil penelitian ini diharapkan
7
1 Bagi Guru, memberikan alternatif media pembelajaran dalam upaya
meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa
2 Bagi Siswa. dengan adanya simulasi sistem kontrol motor berupa
perangkat lunak Cx-Programer ini, diharapkan dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif dimana siswa sebagai
pusat dalam mengontrol jalannya pembelajaran dan mampu meningkatkan
kemampuan dan prestasi belajar siswa salah satunya dalam materi merakit
rangkaian kontrol motor listrik tiga fasa.
3 Peneliti, mengetahui sejauh mana kontribusi perangkat lunak
Cx-Programer sebagai media ajar pengganti perangkat praktikum atau alat
peraga yang terbatas terhadap peningkatan kemampuan siswa.
1.6 Definisi Operasional
Di dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang umum digunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
1 Simulasi
Menurut kamus Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 1975: 527),
simulation artinya pekerjaan tiruan atau meniru, sedangkan simulate, artinya
menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dengan demikian simulasi adalah
peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah
seperti peristiwa yang sebenarnya
2. Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
8
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal
3 Kemampuan
Kemampuan dalam arti yang umum dapat dibatasi sebagai “Kemampuan
adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan” (Danim, 1994 : 12). Kemampuan disini adalah
perilaku siswa dalam mengerjakan rangkaian kegiatan dalam praktikum membuat
rangkaian kontrol motor listrik tiga fasa sesuai aturan yang diberikan oleh guru.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN,
Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
Definisi Operasional, serta sistematika penulisan.
Bab II KAJIAN PUSTAKA,
Dalam bab ini dikemukakan tentang landasan teoritis yang mendukung
dan relevan dengan permasalahan penelitian ini.
9
Dalam bab ini dikemukakan tentang metode penelitian, pengertian
penelitian tindakan kelas, prosedur penelitian tindakan
kelas,Langkah-langkah penelitian tindakan kelas, data dan sumber data penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data
penelitian.
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN,
Dalam bab ini dikemukakan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam
penelitian.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN,
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran yang bersifat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengertian Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi, 2002: 136).Metode penelitian
merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban atau
menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga dapat
dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.
Winarno Surakhmad (1994:131) mengemukakan tentang pengertian suatu
metode yaitu merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu
tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan
teknik serta alat-alat tertentu dan cara utama itu dipergunakan setelah peneliti
memperhitungkan kewajarannya yang ditinjau dari tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa dalam mencapai tujuan yang kita
harapkan dibutuhkan suatu pendekatan yaitu dengan suatu cara yang dapat
mengungkap masalah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Cara untuk
mencapai tujuan inilah yang disebut dengan metode.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 11) pengertian
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam
disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi
penelitian kelas dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan
penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar
mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukannya.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru kelas dengan
peneliti dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan suatu
media pembelajaran berupa software simulasi. Kolaborasi atau kerja sama perlu
dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan
bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns, 1999). Dalam pelaksanaanya
peneliti berperan sebagai guru yang akan melakukan pengajaran dengan
menerapkan model pembelajaran yang telah direncanakan dan disusun, sedangkan
guru kelas atau teman sejawat bertindak sebagai pengamat (observer) selama
pembelajaran berlangsung. Selain itu guru kelas juga berperan dalam memberikan
saran perbaikan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran.
3.2 Penelitian Tindakan Kelas
3.2.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah action research yang dilakukan
dikelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2003:3)
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan
Menurut Hopkins (Rochiati, 2005:12) mengemukakan bahwa “PTK
merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan, dan PTK dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melkukan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi
praktik-praktik pembelajaran yang telah dilkukan”. I Wayan Sukaryana (1996:6)
menyatakan bahwa:
Penelitian Tindakan Kelas adalah studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu. Langkah pelaksanaan tindakan mencakup serangkaian kegiatan yang terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Menurut Lewin (I Wayan Sukaryana, 1999:5) menyatakan bahwa “...pentingnya kolaborasi (kerjasama) dalam partisipasiyang bersifat demokratis”.
Kemmis (Richiati, 1005:12) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan adalah
penelitian tentang, untuk dan oleh masyarakat/kelompok sasaran, dengan
mamanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan
kelompok sasaran.
Dari pendapat para ahli diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelahaan yamg bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, agar mudah dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas lebih
profesional. Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan
3.2.2 Tujuan dan Manfaat Penelitin Tindakan Kelas
Hakikat tujuan dilaksanakannya kegiatan PTK adalah untuk memperbaiki
atau meningkatkan kinerja profesional Guru. Hal ini dikarenakan sebelum
merencanakan dan melaksanakan PTK terlebih dahulu Guru melakukan
self-evaluation terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini. Dengan
adanya self-evaluation ini guru dapat mengetahui ketepatgunaan prosedur
pembelajaran yang telah dilaksanakannya, kemudian jika ditemukan adanya
kekurangan-kekurangan yang menyebabkan turunnya motivasi atau gairah belajar
siswa, maka guru tersebut akan berupaya memperbaiki dimana kekurangan
tersebut.
Manfaat penelitian tindakan kelas dilihat dari komponen pendidikan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Memberikan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas belajar siswa dan kualitas mengajar guru.
b. Sebagai upaya pengembangan kurikulum, baik dalam aspek
pengembangan materi, metode dan alat evaluasi pembelajaran ditingkat
kelas dan sekolah.
c. Meningkatkan profesional guru, karena selain bertugas sebagai pendidik,
guru juga dituntut untuk dapat melakukan dan memanfaatkan hasil-hasil
penelitian pendidikan.
3.2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (PLPG, 2009:11) mengemukakan bahwa dalam
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan apapun metode yang diguakan
dalam penelitian tindakan tidak mengganggu komitmennya sebagai
pengajar.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran.
c. Metode yang digunakan harus cukup reliabel sehingga memungkinkan
guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan.
d. Masalah penelitian yang diusulkan oleh guru seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukannya, dan bertolak dari tanggung jawab
profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen terhadap pengentasannya.
Selain itu, komitmen itu juga diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi
guru untuk bertahan dalam pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut
lebih dari sekedar pelaksanaan tugas mengajar secara rutin. Dengan kata
lain, pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
e. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten
menaruh perhatian/kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang
berkaitan dengan pekerjaannya.
3.2.4 Lokasi dan Subyek Penelitian
Subyek Penelitian terdapat di wilayah Jawa Barat, yaitu Kota bandung.
Subyek tersebut merupakan SMK Negeri 12 Bandung Penelitian ini akan
tahun ajaran 2011/2012 dengan program keahlian kelistrikan pesawat udara pada
kompetensi dasar merakit rangkaian kontrol motor.
3.2.5 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus ,
Masing-masing siklus terdiri dari tiga atau beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai
dengan menggunakan observasi dan wawancara yang bersifat reflektif,
partisipatif dan kolaboratif sebagaimana dikemukakan oleh Hopkins (PLPG,
2009:12) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Pertama, diadakan perencanaan bersama (planning conference) antara
guru dan peneliti untuk membicarakan tentang pokok bahasan/sub yang akan
disampaikan, fokus observasi berdasarkan kriteria-kriteria yang disepakati
bersama serta waktu dan tempat kegiatan observasi yang dilaksanakan.
Kedua, observasi kelas (classroom observation) pada kegiatan ini peneliti
mengobservasi guru yang sedang mengajar dan mengumpulkan data yang
obyektif tentang aspek-aspek yang telah direncanakan. Data tersebut sebagai
fakta untuk bahan diskusi.
Ketiga, pertemuan balikan (feedback conference), peneliti dan guru
mengadakan diskusi untuk saling memberi informasi tentang penggunaan
penilaian non test yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses
pembelajaran. Pada kegiatan ini juga peneliti memberikan masukan sekaligus
merencanakan tindakan untuk kegiatan pembelajaran yang akan datang.
a. Siklus I
Untuk mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, maka
dilakukan observasi awal pada kelas yang akan dijadikan sampel. Melalui
observasi langsung aktifitas siswa dan guru selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung dan melakukan wawancara. Berdasarkan hasil
penelitian pendahuluan tersebut, maka peneliti dapat mengidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut :
a) Guru telah menerapkan metode belajar modul yang menuntut siswa belajar
secara mandiri. Namun dalam pelaksanaannya kurang memberikan
penjelasan mengenai materi pelajaran yang diberikan. Guru hanya
memberikan bahan sebatas yang ada di dalam modul.
b) Keaktifan siswa di kelas sangat rendah, siswa jarang bertanya mengenai
materi pelajaran yang kurang dimengerti akibatnya hasil belajar siswa
berupa tes harian rendah.
c) Pada kegiatan pembelajaran praktek (eksperimen) hanya sebagian siswa
yang aktif, hal ini disebabkan kurang jelasnya pembagian tugas setiap
siswa dalam suatu kelompok.
Secara terperinci tahap perencanaan dalam penelitian ini yaitu :
(1). Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
(2). Merencanakan pembelajaran berupa rencana pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
(3). Mengkaji dan memilih bahan pelajaran yang sesuai.
(4). Menentukan skenario pembelajaran
(6). Membuat job sheet
(7). Menyusun format evaluasi.
(8). Menyusun format observasi pembelajaran.
(9). Rekapitulasi data
2) Tindakan
Dalam tahap ini peneliti memberi tindakan dalam tiap siklus
penelitian dengan indikator adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Tindakan yang dilaksanakan yang mengacu pada skenario pembelajaran
(rencana pembelajaran), yaitu pembelajaran dilakukan dengan media
semulasi dalam proses pembelajaran. Tahapan pelaksanaan tindakan
yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
a) Orientasi siswa pada masalah
b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
3) Pengamatan
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan
hendaknya juga dilakukan pengamatan secara cermat tentang apa yang
terjadi. Dalam pengamatan itu, lakukan catatan-catatan sesuai dengan
format yang telah disiapkan. Catat pula gagasan dan kesan-kesan yang
muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses
dilakukan oleh Guru lain. Untuk memperoleh data yang objektif, Guru
dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik seperti kamera,
perekam video atau perekan suara.
4) Refleksi
Reflesi merupakan suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah
terjadi, yang telah dihasilkan atau apa yang belum dihasilkan, atau apa
yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan
atau kegagalan pencapaian tujuan.
Tahapan refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
tindakan yang telah dilaksanakan dan untuk memperbaiki
langkah-langkah pada tindakan selanjutnya. Refleksi yang dilakukan meliputi :
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi
evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
b) Melakukan diskusi untuk membahas hasil evalusi tentang rencana
pembelajaran dan lembar kerja siswa.
c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi
dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan.
3) Pengamatan
a) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
b) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.
4) Refleksi
a) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan
data yang terkumpul.
b) Membahas hasil evaluasi tentang rencana pembelajaran pada siklus
II.
c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi
untuk digunakan pada siklus III.
d) Evaluasi tindakan II.
c. Siklus III 1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus II yang belum
c) Pengembangan program tindakan III.
2) Tindakan
Pelaksanaan program tindakan III yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus II, sesuai dengan alternatif
pemecahan masalah yang sudah ditentukan.
3) Pengamatan
a) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
b) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.
4) Refleksi
a) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan
data yang terkumpul.
b) Membahas hasil evaluasi tentang rencana pembelajaran pada siklus
III.
c) Melakukan pengumpulan data hasil penelitian.
3.2.6 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai
penelitian tindakan namun kenyataanya tahapan itu merupakan tahapan kegiatan.
Adapan langkah-langkahnya meliputi:
a. Pengembangan fokus masalah penelitian; guru merasakan adanya
ketidakpuasan atau hambatan dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk
merenung, merefleksi, mengevaluasi diri, dalam praktek
pembelajarannya.
b. Perencanaa tindakan; maksudnya adalah memformulasikan tindakan yang
tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Subjek yang diteliti; penentuan sampel penelitian ini dilakukan sementara
penelitian berlangsung.caranya yaitu peneliti memilih unit sampel tertentu
yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperlukan.
d. Pelaksanaan tindakan dan Observasi; Jika semua telah dipersiapkan maka
selanjutnya adalah melaksanakan pada siklus yang diikuti dengan kegiatan
observasi dan refleksi. Observasi adalah upaya mengamati dan
mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Dalam observasi ada hal-hal yang harus diperhatikan adalah perencanaan
bersama, fokus, penentuan kriteria, keterampilan observasi dan umpan
balik.
3.2.7 Alur Penelitian
Alur penelitian dibuat untuk agar penelitian dapat berjalan dengan lancar
3.2.8 Indikator Kinerja (Kriteria Keberhasilan)
Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian serta peningkatan
kualitas pembelajaran dari penelitian tindakan kelas ini, meliputi :
a. Jika terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep yang
diberikan setiap siklusnya.
b. Jika terdapat peningkatan hasil belajar siswa (individu) melalui post test
setiap siklus yang mendapat nilai rata-rata di atas 70 sudah lebih besar dari
70% maka sudah dikatakan berhasil.
Gambar 3.1 Siklus PTK
(Sa’adah Ridwan,(2002:5) Planning
Reflection
Action & Observation
Re-plan
Reflection
Action & Observation
Re-plan
Reflection
Action & Observation
3.2.9 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dirancang dan akan digunakan dalam penelitian
ini sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas terdiri
atas lembar soal tes untuk setiap siklus pada RPP, lembar observasi dan catatan
lapangan. Adapun rincian instrumen penelitiannya sebagai berikut:
a. Lembar Tes
Dalam penelitian ini, lembar tes maksudnya adalah lembar pretest dan
posttest yang diberikan pada siswa tiap awal dan akhir setiap siklusnya, serta
lembar tes sumatif yang diberikan kepada siswa setelah seluruh siklus selesai
dilaksanakan. Lembar tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
berupa aspek kognitif berdasarkan jenjang hapalan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4).
b. Job sheet
Job sheet berupa lembar kerja pada saat praktikum dimana penilaian
dilakukan melalui pengamatan dari proses kegiatan praktikum di lab.
c. Lembar observasi.
Untuk memantau aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Lembar
observasi ini difokuskan pada keaktifan siswa, situasi siswa dalam kelas,
respon siswa terhadap media yang dipakai pada saat pembelajaran, dan
aktivitas siswa. Lembar observasi ini meliputi penilaian aspek afektif dan
psikomotor sehingga dapat diolah secara kualitatif dan dikonversikan ke
dalam bentuk penskoran secara kuantitatif.
Peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan peneliti
membuat catata, setelah pulang ke tempat tinggal barulah menyusun catatan
lapangan.
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen (1982:74), adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
kualitatif.
Digunakan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak terekam
dalam lembar observasi. Catatan ini meliputi seluruh aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
e. wawancara
Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk
melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara kepada
guru maupun siswa. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang
berkaitan dengan sikap, pendapat atau wawasan. Wawancara dapat dilakukan
secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam
situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra.
f. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap media
3.2.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah
berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data yang meliputi
persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Karena data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang
belum memiliki makna yang berarti sehingga data tersebut agar dapat lebih
bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan
yang diteliti, data tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga dapat
memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.
a. Hasil Belajar Siswa
Data hasil tes, mencakup aspek kognitif siswa dengan ketentuan kelulusan
telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak sekolah.
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
Skala nilai keberhasilan
70 - 100 Kompeten
< 69.99 Tidak Kompeten (KTSP SMKN 12 Bandung)
1) Aspek kognitif
Jenjang yang diukur pada aspek kognitif yang dimaksud berupa
pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa,
pada tingkatan C1, C2, C3 aspek ini dinilai berdasarkan hasil tes pada setiap
siklus, dengan instrumen yang digunakan adalah lembar tes kognitif berupa pre
tes dan post test. pengelolaan data aspek kognitif dilakukan dengan
yang dijawab oleh siswa diberi skor. Setelah penskoran tiap butir jawaban,
langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor yang diperoleh oleh
masing-masing siswa. dan mengkonfersinya dalam bentuk nilai dengan rumus berikut :
� �
� � � 100
(Arikunto,2002:236) Kemudian hasil tes dikelompokan dengan rentang nilai tertentu untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian ranah kognitif siswa :
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Aspek Kognitif
Rentang nilai Kategori
90 - 100 Lulus sangat baik
80 - 89,99 Lulus baik
70 - 79,99 Lulus cukup
0 - 69,99 Belum lulus
(KTSP SMK)
Setelah pengelompokan hasil tes maka kita Menentukan peningkatan
hasil belajar aspek kognitif dengan gain. Gain adalah selisih antara skor tes
awal dan skor tes akhir. Nilai gain dapat ditentukan dengan rumusan sebagai
berikut:
� = � − �
(Hake, 1997) Keterangan :
G = gain
Sf = skor tes akhir
Si = skor tes awal
Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual
yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor
gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Richard R. Hake, 1997).
Untuk perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya akan
digunakan persamaan sebagai berikut :
(1). Gain ternormalisasi setiap siswa ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
Nilai g yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.6
berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Gain Ternormalisasi
Nilai g Kriteria
0,00 < g ≤ 0,30 Rendah 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang 0,70 < g ≤1,00 Tinggi
(Hake, 1997)
2). Aspek Afektif dan Psikomotor
Aspek afektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap siswa
dalam proses belajar yang kriterianya telah ditentukan. Sedangkan aspek
psikomotor dalam penelitian ini adalah kinerja siswa dalam proses belajar selama
proses penelitian berlangsung. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar obervasi aspek afektif dan psikomotor dengan menentukan indeks
prestasi kelompok (IPK).
Menurut Luhut panggabean (1989: 29).Indeks Prestasi Kelompok (IPK)
dapat dihitung dengan membagi nilai rata-rata untuk seluruh aspek penilaian,
dengan skor maksimal yang mungkin dicapai dikalikan seratus.
Tabel 3.4 Kategori Tafsiran IPK untuk Aspek Afektif
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1 0,00≤ IPK≤ 30,00 Sangat Negatif
2 30,00≤ IPK≤ 55,00 Negatif
3 55,00≤ IPK≤ 75,00 Netral
5 90,00 ≤ IPK≤ 100,00 Sangat Positif
(Luhut Panggabean, dalam Adela,2006: 46)
Tabel 3.5 Kategori Tafsiran IPK untuk Aspek Psikomotor
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1 0,00≤ IPK≤ 30,00 Sangat kurang Terampil
2 30,00≤ IPK≤ 55,00 Kurang Terampil
3 55,00≤ IPK≤ 75,00 Cukup Terampil
4 75,00≤ IPK≤ 90,00 Terampil
5 90,00 ≤ IPK≤ 100,00 Sangat Terampil
(Luhut Panggabean, Adela, 2006: 47) 3) Catatan lapangan
Merupakan salah satu sarana dalam pengumpulan data dalam
kegiatan penelitian tindakan kelas.
Menurut Kunandar (2008:125) catatan lapangan (field notes)
dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau
observasi.
4) Data hasil wawancara
Menurut Hopkins (1993) dalam Kunandar (2008:117)
wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu
didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Pada penelitian ini,
wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa sebagai data penilaian
sebagai media ajar pada standar kompetensi merakit rangkaian kontrol
motor listrik 3 fasa
5) Angket
Pengolahan hasil dari angket yang disebarkan kepada siswa
mengenai kegiatan belajar yang diterpakan menggunakan skala Likert,
menurut Sugiyono (134:2009) skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekoelompok orang
tentang fenomena sosial. Jawaban yang telah disediakan dalam skala
Likert tersusun dari jawaban yang paling positif hingga paling negatif,
berikut adalah tabel paparan dari skala Likert :
Tabel 3.6 Skala Likert
No Kata-kata Skor
1. Setuju/selalu/sangat positif 5
2. Setuju/sering/positif 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah 1
(Sugiyono, 135:2009)
6) Aktivitas Siswa
Penilaian aktivitas siswa berkaitan dengan aktivitas siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dilakukan dengan berpedoman
pada rumus berikut :
� � � � �
Diperoleh rata-rata prosesntase aktivitas siswa, kemudian dianalisis
dengan mengelompokan aktivitas siswa berdasarkan pada tabel aktivitas
siswa berikut:
Penilaian terhadap guru dilakukan berdasarkan aktivitas guru pada saat
kegiatan berlajar mengajar berlangsaung. Penilian dilakukan oleh observer pada
lembar aktivitas guru yang telah disediakan dengan 4 buah kategori yaitu (a) Skor
4 untuk Sangat Baik, (b) Skor 3 untuk Baik, (c) Skor 2 untuk Cukup, dan (d) Skor
1 apabila aktivitas guru selama Kegiatan Belajar Mengajar dinilai kurang.
Berikut adalah pemaparan aktivitas guru :
Tabel 3.8 Kategori Aktivitas Guru
3.2.11 Validitas Data
Validitas atau pemerikasaan keabsahan data dalam penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dengan berpedoman pada teknik penetapan aktifitas
pembelajaran pada siklus-siklus berikutnya, yang diperoleh berdasarkan hasil
refleksi atas aktifitas dan hasil pengamatan pada siklus sebelumnya. Validitas
tersebut dilakukan dengan member check yaitu pemerikasaan kembali
catatan-catatan hasil pengamatan oleh observer kemudian didiskusikan dengan guru
sehingga data yang diambil sesuai kebenarannya.
Validasi data dalam penelitian ini disebut dengan teknik triangulasi
Moleong (1989:330). Teknik ini dilakukan untuk mengecek kebenaran data
dengan membandingkan dengan data yang diperoleh sumber lain. Disamping itu,
triangulasi dilakukan sebagai wujud sikap hati-hati terhadap data yang terkumpul.
Sama halnya seperti yang diungkapkan Hopkins (2006: 78) yang
mengemukakan bahwa menganalisis data penelitian tindakan kelas perlu beberapa
tahap seperti diuraikan berikut ini:
a. Kategori data, data yang diperoleh dari guru dan siswa disusun menjadi
empat kategori yaitu tes hasil belajar, proses dan aplikasi, sikap, aktivitas
dan penelitian pada akhir kegiatan.
b. Validitas data, data yang diperoleh agar objektif, dan andal maka
dilakukan teknik tringulasi dan saturasi yaitu dengan melakukan tindakan
antara lain:
1) Menggunakan cara bervariasi untuk memperoleh data yang sama,
2) Menggali data yang sama dari sumber yang berbeda, yaitu peneliti,
guru dan siswa.
3) Melakukan pengecekan ulang dari data yang telah terkumpul untuk
kelengkapannya.
4) Melakukan pengolahan dan analisis ulang dari data yang
terkumpul.
c. Interpretasi data, data yang telah disusun diinterpretasikan berdasarkan
teori atau aturan yang telah ditentukan atau intuisi peneliti dan guru untuk
menciptakan pembelajaran yang kondusif sebagai acuan dalam melakukan
tindakan selanjutnya.Tindakan, hasil interprestasi data digunakan untuk
informasi dalam menyusun rencana tindakan selanjutnya. Tringulasi dalam
penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan dan pengecekan data yang
diperoleh dari observasi terhadap berlangsungnya proses pembelajaran,
yaitu tentang keaktifan siswa, aktifitas guru, dan peningkatan hasil belajar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama tiga siklus
pembelajaran di SMKN 12 Bandung diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan perangkat lunak CX-Programmer sebagai media pembelajaran pada
standar kompetensi merakit rangkaian kontrol motor memberikan pengaruh
berupa peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang meliputi peningkatan
rata-rata nilai aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek afektif.
a. Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif, mengalami peningkatan dari
hasil tes awal (pre-test) ke hasil tes akhir (post test) dengan kategori peningkatan ‘rendah’ di siklus I, sedang di siklus II dan siklus III.
b. Hasil belajar siswa berupa aspek psikomotor, mengalami peningkatan dari siklus I yang masih memiliki interpretasi ‘kurang terampil’ menjadi
‘cukup terampil’ pada siklus II dan terampil di siklus III. Pencapaian
aspek psikomotor berdasarkan IPK siswa dari siklus I sampai siklus III
menunjukkan peningkatan interpretasi. Hal ini dapat dilihat dari IPK
pada siklus I yang termasuk dalam interpretasi kurang terampil
mengalami peningkatan IPK di siklus II yang termasuk dalam
interpretasi cukup terampil dan mengalami lagi peningkatan pada siklus
c. Hasil belajar siswa berupa aspek afektif, mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III menunjukkan peningkatan interpretasi. Hasil
belajar siswa pada siklus I yang termasuk dalam interpretasi netral
mengalami peningkatan pada siklus II yang termasuk dalam interpretasi
netral dan mengalami peningkatan lagi ke dalam interpretasi positif pada
siklus III.
2. Hasil perolehan angket termasuk pada kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa
siswa sangat mendukung terhadap penggunaan media perangkat lunak
Cx-programmer pada standar kompetensi merakit rangkaian kontrol motor listrik
tiga fasa sesuai dengan perolehan angket pada tabel. 4. 10. yang menperoleh
nilai dengan kategori positif
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap penggunaan perangkat lunak
Cx-programmer sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa
pada standar kompetensi membuat rangkaian kontrol motor listrik tiga fasa di
SMK Negeri 12 Bandung kelas XI KPU 1 , diperoleh rekomendasi atau saran bagi
peneliti selanjutnya sebagai berikut:
a. Kekurangan dari Perangkat lunak Cx-Programer ini sebagai media
pembelajaran membuat rangkaia kontrol motor terletak pada tampilan
program yang menampilkan simbol - simbol saja untuk menggambarkan
suatu komponen peralatan kontrol
b. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan perangkat komputer yang sesuai
c. Untuk lebih mengembangkan kemampuan siswa dalam pembelajaran,
sebaiknya waktu yang dialokasikan untuk penelitian lebih diperbanyak
sehingga memungkinkan siswa untuk lebih menggali pengetahuan yang
ada.
d. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, pengecekan terhadap kelengkapan
sarana pendukung harus lebih di tingkatkan agar pada saat pembelajaran
berlangsung, segala kebutuhan dapat langsung tersedia.
e. Mengikutsertakan guru sebagai tempat pemecahan masalahnya yang sulit
maka peneliti bersama team guru juga akan bekerja dalam kelompok kecil
sehingga kekurangan individu serta kelompok dapat dipahami oleh guru
sehingga kehadiran guru dapat menjadi solusi atas permasalahan yang
ditemukan
f. Pada tahap pendahuluan guru perlu menyampaikan motivasi belajar,
karena berdasarkan pengalaman guru mata pembelajaran KPU selama
mengajar, motivasi di awal pembelajaran menentukan jalannya
pembelajaran. Guru akan menyampaikan kepada siswa mengenai
pentingnya materi yang akan dipelajari terhadap kebutuhan dunia kerja
yang akan datang. Dengan penyampaian motivasi tersebut diharapkan
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Danim, Sudarwan. (1994). Tranformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Echols, J.M, & Shadily, H. (1975). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia. Hake, RR. (1997). Analyzing Change/Gain Scores. AERA-D-American Educational
Research Association’s Division, Measurment and Research Methodology. Tersedia: http: //www.physics.indiana.edu/~sdi /AnalyzingChange-Gain.pdf (20 Mei 2012).
Kartono. (1990). Peranan Keluarga Berencana Memandu Anak. Jakarta : Rajawali.
Kusnandar Ade dkk. (2007). Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kusnandar (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Pengembangan.Tersedia:http://www.infokursus.net/download/0604091354Metode_ Penel_Pengemb_Pembelajaran.pdf. (21 Mei 2010).
Panggabean, Luhut. P. (2000). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudijono,Anas.(2007). Pengantar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sukandi. Ujang dkk. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya : Duta Graha
Pustaka
Suryabrata. Sumadi. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.
Sugiono (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Cetakan ke-4. Bandung : Alfabeta.
Sumantri, Mulyani, & Permana, Johar. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana.
Tim Kurikulum SMKN 12 bandung, (2012). Kriteria Ketuntasan Minimum. Bandung : Kurikulum SMKN 12 Bandung