Meilani Silalahi, 2013
Nomor: 084/S/PPB/2013
PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN
DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA SE-KOTA BANDUNG
Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung pada Tahun Pelajaran 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
MEILANI SILALAHI 0806012
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Meilani Silalahi, 2013
PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA BANDUNG
Oleh Meilani Silalahi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© MeilaniSilalahi2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Meilani Silalahi, 2013
Nomor: 084/S/PPB/2013
MEILANI SILALAHI 0806012
PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA BANDUNG
(Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung pada Tahun Pelajaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Diketahui oleh PEMBIMBING I
Prof. Dr. Ahman, M.Pd NIP. 195901041985031002
PEMBIMBING II
Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad NIP. 1963060301995121001
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Meilani Silalahi, 2013
PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG
(Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)
Oleh:
Meilani Silalahi (meilani_766hi@yahoo.co.id) Prof. Dr. Ahman, M.Pd (ahman@upi.edu) Drs. Sudaryat N.A (sunurakhmad@gmail.com)
ABSTRAK. Penelitian ini didasari dengan adanya fenomena guru bimbingan dan konseling yang menjadi “polisi sekolah” sehingga terjadi kesenjangan antara guru bimbingan dan konseling dan siswa-siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung, berdasarkan latar belakang pendidikan, jenis kelamin, dan berdasarkan pengalaman sebagai guru bimbingan dan konseling. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dan alat pengungkap data menggunakan kuesioner berbentuk skala. Hasil penelitian menggambarkan persentase ketercapaian skor gambaran umum profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling oleh koordinator guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai, siswa-siswi pada kategori sangat sesuai, dan guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai. Rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan kajian observasi dan penilaian eksternal berdasarkan uji kompetensi terlebih dahulu dalam mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, serta menghubungkan perbandingan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dilihat dari latar belakang lulusan pendidikan, jenis kelamin, serta pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.
Kata kunci: kompetensi konselor, kualitas pribadi, kualitas pribadi konselor.
Personal Quality Profile of The Counselor in Every Junior High School in Bandung Regency (Research of The Counselor’s personal Quality in Every Junior high
School in Bandung Regency Academic Year 2012-2013)
by:
Meilani Silalahi (meilani_766hi@yahoo.co.id) Prof. Dr. Ahman, M.Pd (ahman@upi.edu) Drs. Sudaryat N.A (sunurakhmad@gmail.com)
This research is based on a phenomenon where counselor become “police of school”, where there is a discrepancy between the counselor and the students. The purpose of this research is to find out the personal quality of the counselor in every Junior High School as the city of Bandung, based on the graduate education background, gender, and the experiences as a counselor in school. Population of the research are the counselors, coordinators of the counselors and the students. This research used quantitative approach with descriptive research method and used quesioner in scale formed. The result of this research show the achievement score persentage of the profile personal quality of the counselor according to the appropriate category. recomendations addressed to the next researcher to conduct a study based on observation and internal assessment based on test in revealing personal quality of counselor, and also linking the comparison of counselor's personal quality based on graduate education background, gender, and experience as a teacher guidance and counseling
i
Meilani Silalahi, 2013
ABSTRAK
Penelitian ini didasari dengan adanya fenomena kesenjangan antara guru bimbingan dan konseling dan siswa/i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung, berdasarkan latar belakang pendidikan, jenis kelamin, dan berdasarkan pengalaman sebagai guru bimbingan dan konseling. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dan alat pengungkap data menggunakan kuesioner berbentuk skala. Hasil penelitian menggambarkan persentase ketercapaian skor gambaran umum profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling oleh koordinator guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai, siswa-siswi pada kategori sangat sesuai, dan guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai. Rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan kajian observasi dan penilaian eksternal berdasarkan uji kompetensi terlebih dahulu dalam mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, serta menghubungkan perbandingan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dilihat dari latar belakang lulusan pendidikan, jenis kelamin, serta pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.
ii
Meilani Silalahi, 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia serta kesetiaan-Nya yang tidak pernah habis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian sidang sarjana pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi yang tersebar di SMPN se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Adapun hasil penelitian disajikan dalam lima bab. Bab I mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan sajian kompetensi-kompetensi pribadi konselor di sekolah, syarat kompetensi konselor, peran konselor dalam layanan sekolah serta pentingnya kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di sekolah. Pada Bab III menampilkan lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data. Selanjutnya Bab IV mengungkapkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian, dan Bab V ditutup dengan kesimpulan dan rekomendasi.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penyusunan karya
ilmiah ini. Maka dengan segala kerendahan hati penyusun merasa saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk pengembangan manfaat dan tujuan skripsi ini. Besar harapan agar skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
iii
Meilani Silalahi, 2013
Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH
Karena kasih dan anugerah-Nya, Puji Tuhan skripsi ini telah selesai dengan baik juga berkat banyaknya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahman, Mpd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa penuh dengan kesabaran serta tulus dalam membimbing penulis dan Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad selaku dosen pembimbing II yang telah membantu dalam pengolahan data serta dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
2. Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PPB FIP UPI dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan yang telah memberikan ijin kepada penyusun dalam melakukan penelitian ini 3. Prof. Dr. Juntika, M.Pd., Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Eka
Sakti Yuda, M.Pd yang menjadi penimbang instrumen.
4. Seluruh dosen di Jurusan PPB yang telah membagikan ilmu, wawasan dan pengalaman selama perkuliahan kepada penulis.
5. Jajaran Mendikbud dan Pemkot, serta pihak-pihak SMPN se-Kota Bandung yang telah memudahkan perijinan sampai penelitian.
6. Teman-teman PPB Angkatan 2008, untuk teman kelasku Mahrunisa dan Rizkita yang mau berbagi suka dan duka selama perjuangan perkuliahan. Awali dengan doa, gerakan kaki untuk melangkah, sukses
menanti kita di depan mata, semangat kawan! :’)
7. Egga, Eka, Hanna, Lusi, Ervan, Bintang, Jimy, Dodi, Douglas, Kris, Nehemia. Kalian sahabat-sahabat luar biasa ! pengalaman bersama kalian, canda tawa takkan terlupa. Amsal 17:17 ^^,
iv
Meilani Silalahi, 2013
terima kasih untuk dukungan doa dan semangatnya. Mari tetap berikan yang terbaik untuk Tuhan ! Gbu
9. Terkhusus untuk orangtua penulis yang selalu sabar dalam penantian penyelesaian tugas akhir ini dan selalu memberikan dukungan doa, moril serta materi. Saat ini, hanya ini kado buat mama dan bapak. Untuk bang Erik, terima kasih untuk dukungan moril dan doanya, semoga cita-cita kita untuk membuat mama dan bapak bahagia bisa tercapai. Amin. Untuk adik kecilku, Abet terima kasih buat canda tawa nya. Semangat buat sekolahnya ya, ora et la bora. Tuhan memberkati keluarga kita.
10.Jefri Oktavianus P, S.S., Kata terima kasih sebenarnya belum cukup atas kebaikan dan kesetiaan serta dukungan selama ini yang sudah abang berikan tetapi yang pasti aku mengasihimu. Filipi 1:3&9 Gbu.
v
Meilani Silalahi, 2013
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR GRAFIK... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian... 9
E. Struktur Organisasi Skripsi... 10
BAB II KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR A. Peran Konselor dalam Layanan BK... 12
B. Kompetensi Pribadi Konselor... 13
C. Syarat-syarat Kompetensi Konselor... 22
D. Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah... 23
E. Penelitian-Penelitian Terdahulu... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian... 32
B. Metode Penelitian... ... 35
C. Definisi Operasional Variabel... 36
D. Instrumen Penelitian... 39
E. Proses Pengembangan Instrumen... 39
1. Karakteristik dan Kisi-Kisi Instrumen... 39
2. Uji Kelayakan Instrumen... ... 43
3. Uji Keterbacaan... 44
4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 44
vi
Meilani Silalahi, 2013
G. Teknik Analisis Data... 47
1. Penyeleksian Data... 47
2. Penyekoran... 47
H. Prosedur Penelitian... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrispsi Hasil Penelitian... 53
1. Gambaran Umum Profil Kualitas Pribadi Guru BK di SMPN se-Kota Bandung... 53
2. Profil Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakangnya... 59
a. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Lulusan Pendidikan... 59
b. Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Jenis Kelamin... 60
c. Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman... 61
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 63
1. Gambaran Umum Profil Kualitas Pribadi Guru BK... 63
2. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Latar Belakangnya... 75
a. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Lulusan Pendidikan... 75
b. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Jenis Kelamin... 77
c. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman... 78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 80
B. Rekomendasi... 81
vii
Meilani Silalahi, 2013
DAFTAR TABEL
halaman
3.1 Sebaran Populasi Guru BK di SMP Negeri se-Kota Bandung... 33
3.2 Jumlah Perkiraan Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 35
3.3 Jumlah Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 36
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kualitas Pribadi Guru BK di Beberapa SMP Negeri se-Kota Bandung (Setelah Uji Coba)... 45
3.5 Hasil Judgement Instrumen... 49
3.6 Contoh Hasil Uji Validitas Skala Kualitas Pribadi Guru BK Negeri se-Kota Bandung yang Valid... 50
3.7 Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi)... 51
3.8 Hasil Uji Reliabilitas dari SPSS For Windows Versi 16... 51
3.9 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban... 53
3.10 Interval Skor Profil Kualitas Pribadi Guru BK... 54
3.11 Interpretasi Skor Kategori Kualitas Pribadi Guru BK... 55
4.1 Rekapitulasi Kategori per Aspek menurut Koordinator Guru BK... 55
4.2 Rekapitulasi Kategori per Aspek menurut Siswa-siswi... 56
4.3 Rekapitulasi Kategori per Aspek menurut Guru BK... 57
viii
Meilani Silalahi, 2013
DAFTAR GAMBAR
halaman
ix
Meilani Silalahi, 2013
DAFTAR GRAFIK
halaman
4.1 Gambaran Umum Profil Kualitas Pribadi Guru BK... 59 4.2 Kualitas Pribadi Guru Bimbimngan dan Konseling Berdasarkan Latar
Belakang Lulusan Pendidikan... 67 4.3 Gambaran Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Jenis
Kelamin... 68 4.4 Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman
x
Meilani Silalahi, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
A.Administrasi Penelitian B.Kisi-kisi Instrumen
C.Instrumen penelitian untuk Koordinator Guru BK D.Instrumen penelitian untuk Siswa-siswi
E. Instrumen penelitian untuk Guru BK F. Validitas dan Reliabilitas
1
Meilani Silalahi, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan paradigma baru praktik pendidikan secara legal berada didalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan pula dalam UU No. 23/2003 Pasal 1 (6) bahwa: “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
pendidikan.” Jelas bahwa salah satu kualifikasi pendidik adalah konselor atau guru
bimbingan dan konseling. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya BAB VII mengenai Rincian Kegiatan dan Unsur yang Dinilai Pasal 13 (3) rincian kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling yaitu: (1) menyusun kurikulum bimbingan dan konseling; (2) menyusun silabus bimbingan dan konseling; (3) menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling; (4) melaksanakan bimbingan dan konseling per semester; (5) menyusun alat ukur/lembar kerja program bimbingan dan konseling; (6) mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling; (7) menganalisis hasil bimbingan dan konseling; (8) melaksanakan pembelajaran/perbaikan tindak lanjut bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan hasil evaluasi; (9) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; (10) membimbing guru pemula dalam program induksi; (11) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran; (12) melaksanakan pengembangan diri; (13) melaksanakan publikasi ilmiah; dan (14) membuat karya inovatif. (Sudrajat, 2010)
2
Meilani Silalahi, 2013
konseling dalam jalur, jenis,dan jenjang satuan pendidikan; (2) Kompetensi Kepribadian, (d) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (e) menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih; (f) menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; (g) menampilkan kinerja berkualitas tinggi; (3) Kompetensi Sosial, (h) mengimplementasikan kolaborasi intern ditempat bekerja; (i) berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling; (j) mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi; (4) Kompetensi Profesional, (k) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; (l) menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling; (m) merancang program bimbingan dan konseling; (n) mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif; (o) menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling; (p) memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional; (q) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. (Sudrajat, 2010)
Kartadinata (2011: 27) mengungkapkan pengembangan teori dan keilmuan bimbingan dan konseling khususnya yang bersumber dari filsafat dan budaya Indonesia, perlu dipikirkan secara sungguh-sungguh dan tidak cukup bertopang pada teknik-teknik psikologis belaka. Bertolak dari pandangan filosofis yang diungkapkan, maka proses bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu konseli mencapai kemandirian dan menerima tanggung jawab bukan semata-mata proses pemecahan masalah, pembongkaran alam tak sadar, maupun penyelesaian masalah kekinian, walaupun semua segi itu cukup berarti bagi perkembangan konseli, melainkan terkait dengan persoalan nilai baik dan benar dan esensi tujuan hidup manusia.
3
Meilani Silalahi, 2013
kekuatan yang utuh, mengenal dan menerima kemampuan sendiri; (4) terbuka terhadap perubahan dan mau mengambil resiko yang lebih besar; (5) terlibat dalam proses-proses pengembangan kesadaran tentang diri dan orang lain; (6) mau dan mampu menerima dan memberikan toleransi terhadap ketidakmenentuan; (7) memiliki identitas diri; (8) mempunyai rasa empati yang tidak posesif; (9) hidup, artinya pilihan mereka berorientasi pada kehidupan; (10) otentik, nyata, sejalan (congruent), jujur dan bijak; (11) memberi dan menerima kasih sayang; (12) hidup pada masa kini; (13) dapat berbuat salah dan mengakui kesalahan; (14) dapat terlibat secara mendalam dengan pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan kreatif, menyerap makna yang kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.
4
Meilani Silalahi, 2013
aktifitas adalah kompetensi dari seseorang yang memiliki kemampuan kepemimpinan.
Pada pertengahan tahun lalu, tepatnya tanggal 30-31 Juli 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggelar Uji Kompetensi Guru (UKG) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seperti yang diberitakan, pemerintah berinisiatif menggelar UKG atas dasar ingin memetakan kompetensi guru sekaligus menilai korelasi peningkatan mutu guru tersertifikasi setelah diberikan tunjangan profesi. Namun banyak diantara para guru yang meragukan akan hal tersebut sehingga membuat mereka menjadi resah dan gundah dalam pelaksanaan UKG tersebut. Terlebih lagi adanya selentingan berita yang didengar para guru bahwa ketika tidak dapat lulus dari uji kompetensi maka tunjangan profesi yang mereka terima akan terancam untuk kedepannya. Berikut ini merupakan kutipan dari artikel yang dibuat oleh Roslinda:
Menjelang pelaksanaan ujian ini guru sangat resah dan gelisah sambil terus berjuang untuk belajar dan membaca-baca materi apa yang akan dikeluarkan saat ujian keesokan harinya. Seperti halnya seorang siswa yang akan menghadapi Ujian Sekolah atau Ujian Nasional, guru belajar lagi, terlihat ada yang membaca buku diwaktu luangnya, ada juga guru sampai bolos mengajar karena ingin belajar dan mempersiapkan diri menghadapi UKG keesokan harinya. ada juga yang tetap mengajar tapi metode berubah dari metode ceramah menjadi metode penugasan mandiri agar guru bisa membaca-baca dan menganalisis kisi-kisi soal yang akan keluar dalam UKG nanti.
Berikut ini juga merupakan artikel yang ada di media online yang ditulis oleh Sabri pada tanggal 06 Agustus 2012 yang menyatakan bahwa UKG menjadi satu terobosan yang mencemaskan.
“Alhasil saya belum lolos UKG, konon nanti akan diberi pelatihan dulu sebelum ikut ujian lagi,” kata Dara yang gagap tekgnologi (gaptek) dalam menjalankan perannya sebagai seorang guru BP.
5
Meilani Silalahi, 2013
pasti bukan untuk mencabut kembali sertifikasi yang pernah dinikmati atau menghentikan sertifikasinya.
Kartadinata (2011: 29) mengungkapkan bahwa bimbingan dan konseling bukanlah profesi yang baru di Indonesia, namun keberadaannya masih saja diragukan oleh beberapa pihak baik dari dalam lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah. Seorang konselor harus berpegang pada filosofi yang jelas, namun tetap harus menghindarkan diri dari faham “completism” (suatu perasaan
yang memandang diri “saya adalah seorang konselor, bersertifikat, dan terdidik, sekali jadi, untuk segalanya”). Isu filosofis dalam bimbingan dan konseling perlu
didiskusikan sebagai sebuah kenyataan karena pemahaman atau cara pandang terhadap isu ini akan menentukan bagaimana sosok konselor dikembangkan dan bagaimana konselor membantu konseli.
Pada kenyataannya, kinerja guru bimbingan dan konseling tidak sesuai dengan tugas dan peran guru bimbingan dan konseling di sekolah. Gysber C Norman dan Henderson Patricia (1998: 38) dalam 3 tahun penelitian yang dilaporkan di Arizona oleh Vandegrift di tahun 1999, pertanyaan yang muncul
6
Meilani Silalahi, 2013
Adapun beberapa penelitian terkait dengan penampilan konselor di sekolah menunjukkan perilaku konselor yang kurang profesional. Penelitian oleh Arsori (1990: 99-100) menunjukkan bahwa kinerja petugas bimbingan 40,63% yang
termasuk kategori “tinggi” dan 59,37% termasuk kategori “sedang”. Konselor
dianggap oleh siswa masih belum memiliki kemampuan seperti yang diharapkan dalam aspek keterampilan konseling individual. Nurhisan (Hajati, 2010: 60) dalam penelitiannya menemukan pelaksanaan konseling oleh guru bimbingan dan konseling belum sesuai dengan yang diharapkan, yakni masih kurangnya kemampuan dalam menangani dan menggali masalah yang dihadapi siswa. Penelitian Marjohan (Hajati, 2010: 60), menunjukkan bahwa baru 39,47% guru bimbingan dan konseling yang dapat menerapkan kemampuan profesional
konseling dalam kategori “tinggi”, adapun 60,53% baru mampu menerapkan kemampuan tersebut pada kategori “sedang”.
Berdasarkan studi pendahulan melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di salah satu sekolah tingkat pertama di kota Bandung melihat bahwa masih ada beberapa kesenjangan antara guru bimbingan dan konseling dengan murid-murid di sekolah, terutama kepada murid-murid kelas VII dan kelas VIII. Bagi mereka, ruang bimbingan dan konseling hanyalah tempat untuk siswa-siswi yang bermasalah dan konselor sebagai guru yang hanya memberi hukuman kepada siswa-siswi yang bermasalah tersebut. Sehingga guru bimbingan dan konseling
7
Meilani Silalahi, 2013
Beranjak dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai kualitas pribadi konselor atau guru bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaanya, peneliti akan mengungkap kualitas pribadi konselor berdasarkan pengalamannya dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul “Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling” dengan studi terhadap guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung. Dengan harapan penelitian yang dilaksanakan akan meningkatkan kompetensi konselor baik dalam kualitas pribadi secara utuh maupun profesionalitas dalam tuntutan sebagai guru bimbingan dan konseling.
B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah
Beranjak dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menyatakan bahwa ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.
8
Meilani Silalahi, 2013
(4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi profesional konselor yang mencerinkan penguasaan kiat penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan secara sistematis dan sungguh-sungguh (rigorius) dalam menerapkan perangkat kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan akademik yang telah diperoleh itu, dalam konteks otentik melalui Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL). Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Setelah menelusuri tugas dan tanggung jawab seorang konselor berdasarkan peraturan dari pemerintah dan penelitian-penelitian yang telah diuraikan diatas, peneliti hendak mengetahui juga bagaimana profil pribadi yang ada yang dimiliki oleh seorang pembimbing yang kita sebut sebagai konselor atau guru bimbingan dan konseling yang berkompeten dan profesional di SMPN se-Kota Bandung. Dengan perumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung?
2) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan latar belakang lulusan pendidikan?
3) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan jenis kelamin di sekolah sebagai guru bimbingan dan konseling?
4) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan latar belakang pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling?
9
Meilani Silalahi, 2013
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah guna memperoleh gambaran-gambaran sebagai berikut:
1) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung.
2) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan latar belakang lulusan pendidikan.
3) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan jenis kelamin di sekolah sebagai guru bimbingan dan konseling.
4) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan latar belakang pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.
D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ditinjau dari beberapa aspek berikut : 1) Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan serta mengidentifikasikan mengenai profil guru bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama se-Kota Bandung secara umum. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat meminimalisir kekurangan yang dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling secara umum serta mengoptimalkan guru bimbingan dan konseling dalam profesionalitasnya sebagai konselor sekolah.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini, diantaranya :
10
Meilani Silalahi, 2013
ilmu pengetahuan khususnya dalam bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki.
b) Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat menjadi evaluasi diri dan mengembangkan kinerja sebagai konselor sekolah menjadi lebih optimal.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penelitian ini berisi kata abstrak yang merupakan uraian singkat dan lengkap yang memuat: judul; hakikat penelitian menyangkut apa, dimana, dengan siapa; tujuan dilakukannya penelitian; metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan data; dan hasil temuan dan rekomendasi. Kemudian Bab I Pendahuluan yang merupakan bagian awal dari skripsi yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, dan manfaat atau signifikansi penelitian. Selanjutnya Bab II Kajian Pustaka yang membahas mengenai teori dari
32
Meilani Silalahi, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-Kota Bandung pada tahun pelajaran 2012/2013. Subjek populasi atau sampel penelitian ini ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling (konselor), koordinator guru bimbingan dan konseling, serta beberapa siswa di SMP Negeri se-Kota Bandung. Penentuan sampel dilakukan melalui teknik random sampling dimana setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Mengetahui keterbatasan waktu dan tenaga maka sampel dilakukan dengan klaster. Pengambilan sampel digunakan melalui pengambilan sampel acak. Untuk populasi target tertentu yang tidak memiliki strata dapat dilakukan pengambilan
sampel acak dalam klaster atau “cluster random sampling”.
Berikut ini merupakan sebaran populasi guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Bandung berdasarkan kelompok klaster sekolah.
Tabel 3.1
Sebaran Populasi Guru BK di SMP Negeri Se-Kota Bandung
33
34
Meilani Silalahi, 2013
15%-50%. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2006: 65), yaitu sebagai berikut:
S = 15% + 1000 – n (50% - 15%)
Dari perhitungan di atas, maka peneliti mengambil jumlah perkiraan sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian, seperti pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Jumlah Perkiraan Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung
No. Lokasi Sekolah Jumlah
35
Meilani Silalahi, 2013
Tabel 3.3
Jumlah Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung
No. Lokasi Sekolah Jumlah
1. SMP Negeri 2 4 orang 2. SMP Negeri 3 3 orang 3. SMP Negeri 7 3 orang 4. SMP Negeri 9 4 orang 5. SMP Negeri 10 3 orang 6. SMP Negeri 13 3 orang 7. SMP Negeri 14 3 orang 8. SMP Negeri 15 2 orang 9. SMP Negeri 16 3 orang 10. SMP Negeri 18 4 orang 11. SMP Negeri 22 3 orang 12. SMP Negeri 27 6 orang 13. SMP Negeri 30 5 orang 14. SMP Negeri 31 3 orang 15. SMP Negeri 43 3 orang 16. SMP Negeri 45 4 orang 17. SMP Negeri 48 4 orang 18. SMP Negeri 49 3 orang
Jumlah 63 orang
Sementara itu, peneliti juga mengadakan pengecekan terhadap jawaban responden, sehingga menggunakan data responden silang. Jadi, dalam hal ini peneliti tidak hanya menyebarkan instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah saja melainkan juga dengan koordinator guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi yang tersebar di SMPN se-Kota Bandung. Hal ini dilakukan peneliti karena mungkin ada kecenderungan dalam diri guru bimbingan dan konseling untuk mengisi instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling tidak sesuai dengan kenyataan, dan menyebabkan jawaban yang tidak objektif. Yang merasakan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling adalah masyarakat di dalam sekolah itu sendiri. Untuk itulah peneliti menggunakan sumber lain sebagai responden.
B. Metode Penelitian
36
Meilani Silalahi, 2013
pada alasan bahwa penelitian profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling memerlukan pengukuran dalam bentuk angka-angka sehingga dapat diolah dengan statistik. Metode penelitian deskriptif yang digunakan untuk memperoleh jawaban tentang permasalahan yang terjadi pada masa sekarang secara aktual tanpa menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara mengolah, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian. Metode ini bermaksud untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling tingkat SMP Negeri se-Kota Bandung. Penelitian ini difokuskan untuk mengeksplorasikan profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling tingkat SMP Negeri se-Kota Bandung.
C. Definisi Operasional Variabel
Konselor adalah seseorang yang memiliki kualitas dan ciri-ciri pribadi tertentu yang dapat memperlancar pekerjaannya. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKA-KK) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang mencakup aspek pribadi dan profesionalitas, yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; (2) memiliki gaya konseling sendiri (3) menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; (4) menunjukkan sifat yang otentik, bersungguh-sungguh dan tidak berpura-pura dalam melakukan konseling; (5) menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian serta empati yang tepat terhadap konseli tanpa memandang latar belakang konseli; (6) menaruh penghargaan yang tulus terhadap orang lain; (7) memberi teladan yang sehat agar dapat diikuti oleh orang lain; (8) membuka hati untuk menerima perubahan atau inovasi dalam konseling; (9) menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh konseli.
37
Meilani Silalahi, 2013
1. Dapat mengembangkan gaya konseling mereka sendiri
a. Menginternalisasikan ilmu bimbingan dan konseling yang ada sesuai dengan kualitas pribadinya.
b. Dapat meminjam ide-ide dan teknik-teknik orang lain namun tidak menirunya secara mekanis.
2. Menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri a. Mau membuka diri dengan orang lain
b. Mampu dibantu dan dapat diminta membantu serta menerima dari orang lain
c. Memberi toleransi yang tinggi terhadap stress dan menyadari dengan baik perasaan-perasaannya (SKA-KK dalam aspek kepribadian) 3. Mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri
a. Merasa nyaman bersama orang lain serta mampu membuat orang lain aman dan kuat ketika bersama dirinya.
b. Menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling c. Menjadi teladan yang sehat bagi orang lain (SKA-KK dalam aspek
kepribadian)
4. Terbuka terhadap perubahan
a. Membuka hati untuk menerima perubahan atau inovasi dalam praktik bimbingan dan konseling (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
b. Memiliki dan menerima serta mau mencoba inovasi-inovasi dalam bimbingan dan konseling
5. Memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain. a. Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang
kompleks
b. Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan tentang perlunya rerferal
c. Menaruh penghargaan yang tulus terhadap orang lain (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
6. Bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas
a. Memiliki toleransi terhadap ambiguitas/ketidakmenentuan dari posisi konseli
b. Membantu konseli untuk mengembangkan dirinya secara alami c. Memiliki kesabaran dalam menghadapi konseli
d. Berpikir positif 7. Memiliki identitas
38
Meilani Silalahi, 2013
b. Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya
c. Menunjukkan perilaku membantu sesuai dengan kemampuannya (fleksibel) dan berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada TYME. (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
8. Mempunyai rasa empati yang tidak posesif.
a. Mampu mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa konseli memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata dan mengatur hidupnya serta berkembang.
b. Mampu mengalami dan mengetahui dunia orang lain tanpa kehilangan identitas diri.
c. Memberikan pertanyaan dan informasi yang tepat
9. Merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan
a. Menikmati setiap keadaan yang dialami b. Memiliki rasa humor
c. Membagi tanggung jawab dengan konseli dalam proses konseling 10. Otentik, bersungguh-sungguh dan jujur
a. Menyukai keaslian dan tidak bersembunyi dibalik topeng
b. Bersikap kongruen/mengkomunikasikan secara verbal atau nonverbal minat yang tulus dalam membantu orang lain
c. Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran 11.Mampu memberi dan menerima kasih sayang
a. menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian serta empati yang tepat terhadap konseli tanpa memandang latar belakang konseli (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
b. Memberikan perhatian yang tulus
c. Memiliki kemampuan peduli terhadap orang lain 12. Hidup di masa kini
a. Mampu belajar dari pengalaman-pengalamannya
b. Merasakan hidup seutuhnya bukan hanya dalam angan-angan 13. Bisa membuat kesalahan dan mengakuinya
a. Mengajukan pertanyaan tentang persepsi konseli tentang masalah yang dihadapinya
b. menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh konseli (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
c. Membagi tanggung jawab dengan konseli dalam proses konseling d. Berdiskusi dengan konseli tentang cara mengambil keputusan yang
39
Meilani Silalahi, 2013
14. Menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya
a. Memahami secara positif dan merespon konseli secara tepat
b. memiliki dimensi-dimensi lain dalam hidup yang memberikan kesadaran akan tujuan-tujuan dan pemenuhannya.
c. Dapat menyerap makna yang kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang/anak yang ingin diselidiki. Kuesioner itu sendiri berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup. Yang dimaksud dengan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk, yang dalam hal ini responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam kuesioner itu. Instrumen dibuat berdasarkan perpaduan antara kualitas pribadi konselor menurut Corey dan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang ditetapkan oleh ABKIN dalam aspek pribadi dan profesionalitas dan sesuai dengan Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Agar hasil dalam penelitian ini dapat disebut objektif, maka peneliti menyusun 3 (tiga) angket atau kuisioner yang diberikan kepada guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling, dan siswa yang pernah terlibat dalam proses bimbingan dan konseling.
E. Proses Pengembangan Instrumen
1. Karakteristik dan Kisi-Kisi Instrumen
40
Meilani Silalahi, 2013
pribadi bimbingan dan konseling dari Corey (1981) dan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dalam aspek kompetensi kepribadian. Setelah itu diturunkan ke dalam kisi-kisi instrumen dengan jumlah pernyataan yang terdiri dari 103 butir. Adapun kisi-kisi instrumen pengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling baik untuk guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling serta untuk siswa-siswi setelah diujicoba oleh 3 (tiga) pakar dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Beberapa SMP Negeri se-Kota Bandung (Setelah Uji Coba)
No
Aspek Karakteristik Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling
Indikator No. Item
1. Dapat mengembangkan gaya konseling mereka sendiri
2. Dapat meminjam ide-ide dan teknik-teknik orang lain namun tidak menirunya secara mekanis.
2,3
2. Menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri
1. Mau membuka diri dengan orang
lain 4,5
2. Mampu dibantu dan dapat diminta membantu serta menerima dari orang lain
6,7
3. Memberi toleransi yang tinggi terhadap stress dan menyadari
1. Merasa nyaman bersama orang lain serta mampu membuat orang lain aman dan kuat ketika
bersama dirinya.
41
2. Menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling
13,14,15 3. Menjadi teladan yang sehat bagi
orang lain (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
16,17
4. Terbuka terhadap perubahan
1. Membuka hati untuk menerima perubahan atau inovasi dalam bimbingan dan konseling (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
18,19,20
2. Menunjukkan keberanian untuk meninggalkan rasa aman serta sendiri dan diri orang lain
1. Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian
3. Menaruh penghargaan yang tulus terhadap orang lain (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
28,29,30,31
6. Bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas 4. Berpikir positif 39,40
42
pribadi yang dihadapinya 43,44,45 3. Menunjukkan perilaku membantu
8. Mempunyai rasa empati yang tidak posesif
mengetahui dunia orang lain tanpa kehilangan identitas diri
54,55,56,57 3. Memberikan pertanyaan dan
informasi yang tepat. 58,59
9.
Merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan
1. Menikmati setiap keadaan hidup
yang dijalani 60,61,62,63 2. Memiliki rasa humor 64,65,66,67 3. Membagi tanggung jawab
1. Menyukai keaslian dan tidak
bersembunyi dibalik topeng 70,71,72,73 2. Bersikap
3. Memiliki pemahaman yang jelas
tentang makna kejujuran 77,78,79,80
11. Mampu memberi dan menerima kasih sayang
1. Menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian serta empati yang tepat terhadap konseli tanpa memandang latar belakang konseli (SKA-KK dalam aspek kepribadian)
43
peduli terhadap orang lain 87,88
12. Hidup di masa kini
1. Mampu belajar dari
pengalaman-pengalamannya 89,90
2. Merasakan hidup seutuhnya
bukan hanya dalam angan-angan 91,92,93
13. Bisa membuat kesalahan dan mengakuinya
1. Memahami secara positif dan
merespon konseli secara tepat 99,100 2. Memiliki dimensi-dimensi lain
dalam hidup yang memberikan kesadaran akan tujuan-tujuan dan pemenuhannya
101,102
3. Dapat menyerap makna yang kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.
103
2. Uji Kelayakan Instrumen
44
Meilani Silalahi, 2013
jumlah item yang diujicoba yaitu sebanyak 103 item, seperti yang terlihat pada tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5
Hasil Judgement Instrumen
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96,
97, 98, 100, 101, 102, 103,
102
Revisi 1 1
Buang 2, 18, 99, 107 4
3. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana instrumen yang dibuat dapat dipahami oleh guru-guru bimbingan dan konseling serta siswa. Uji keterbacaan dilakukan kepada guru, koordinator bimbingan dan konseling dan siswa di SMPN 45 Bandung. Pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami oleh siswa kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh responden lainnya.
4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang valid atau sahih akan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid akan memiliki tingkat validitas yang rendah. Uji validitas ini dilakukan pada 63 guru bimbingan dan konseling yang tersebar di SMP Negeri se-Kota Bandung. Perhitungan tingkat validitas instrumen diolah dengan metode statistika melalui bantuan program SPSS For Windows versi 16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur
pengujian Spearman’s rho.
45
Meilani Silalahi, 2013
pernyataan yang diungkapkan Azwar (2011: 103) “suatu koefisien validitas dinyatakan lebih baik jika minimalnya koefisien korelasi 0.30”. Oleh karena itu dalam penelitian ini suatu item dikatakan valid jika koefisien korelasinya minimal 0.30. Berikut disajikan item-item pernyataan setelah hasil uji coba validitas instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6
Contoh Hasil Uji Validitas Skala Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Negeri se-Kota Bandung yang Valid
item1 item2 item3 Skor Ket. Spearman's rho item1 Correlation Coefficient 1.000 .454** .490** .332**
Sig.(1-tailed) . .000 .000 .004 Valid
N 63 63 63 63
item2 Correlation Coefficient .454** 1.000 .642** .477** Sig.(1-tailed) .000 . .000 .000 Valid
N 63 63 63 63
item3 Correlation Coefficient .490** .642** 1.000 .461** Sig.(1-tailed) .000 .000 . .000 Valid
N 63 63 63 63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Hasil uji validitas instrumen Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling SMPN se-Kota Bandung menunjukkan bahwa dari 103 butir pernyataan, 17 butir pernyataan tidak valid yaitu nomor 6, 13, 21, 26, 30, 32, 34, 38, 41, 55, 60, 64, 65, 70,71,96, dan 98. Hasil menunjukkan bahwa untuk 86 butir pernyataan valid sudah memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data. (hasil pengujian validitas terlampir).
Pengujian realibilitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu memberikan data yang konsisten atau tidak. Arikunto (2006:
46
Meilani Silalahi, 2013
mencari realibilitas alat ukur tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling adalah dengan menggunakan rumus metode Alpa sebagai berikut:
Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item Si = Varians total
k = Jumlah item
Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi)
Antara 0, 80 – 1, 00 Derajat Keterandalan Sangat Tinggi Antara 0, 60 – 0, 79 Derajat Keterandalan Tinggi Antara 0, 40 – 0, 59 Derajat Keterandalan Cukup Tinggi Antara 0, 20 – 0, 39 Derajat Keterandalan Rendah Antara 0, 00 – 0, 19 Derajat Keterandalan Sangat Rendah
Berikut ini merupakan hasil uji reliabilitas kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling SMPN se-Kota Bandung dalam tabel 3.8
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas dari SPSS For Windows Versi 16 Case Processing Summary
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.975 86
47
Meilani Silalahi, 2013
bimbingan dan konseling yang dianalisis dengan metode Alpha adalah reliabel. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan berada pada kategori sangat tinggi yang menunjukkan bahwa instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang dibuat tidak perlu direvisi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang disusun berdasarkan teori kualitas pribadi yang diharapkan menurut Gerald Corey. Angket kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling ini disebar terhadap guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling, serta siswa-siswi yang ada di SMPN se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.
2. Menyebarkan angket ke guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling, dan siswa-siswi.
3. Mengumpulkan kembali angket yang telah diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban responden.
G. Teknik Analisis Data
1. Penyeleksian Data
Langkah ini dilakukan dengan tujuan memilih data yang memadai untuk diolah. Data yang diolah adalah data yang memiliki kelengkapan dalam pengisian, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebarkan.
2. Penyekoran
Untuk pemberian skor berkaitan dengan masalah penskalaan. Penskalaan merupakan proses penentuan letak nilai stimulus untuk respon tertentu pada suatu kontinum psikologis. Skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu, SS bila guru menganggap pernyataan
48
Meilani Silalahi, 2013
menganggap pernyataan Tidak Sesuai; dan STS bila guru menganggap pernyataan Sangat Tidak Sesuai. Peneliti menggunakan skala sikap Likert
dengan empat alternatif agar mencegah responden untuk memilih “pilihan aman”
dan menghindari jawaban yang homogen. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 241) bahwa: “…ada kelemahan dengan lima alternatif karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan mudah karena hampir tidak berfikir), maka disarankan alternatif pilihannya
hanya empat saja”.
Tabel 3.9
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
No Respon Skor
Positif (+) Negatif (-)
1 Sangat Sesuai 4 1
2 Sesuai 3 2
3 Tidak Sesuai 2 3
4 Sangat Tidak Sesuai 1 4
Responden kemudian dibagi berdasarkan skor yang diperoleh pada setiap komponen maupun skor total instrumen. Untuk mencari interpretasi skor empat kategori, yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai dalam menentukan profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dilakukan pembuatan katagori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Masukkan data (identitas, jawaban angket) responden ke Ms. Excel; b. Menghitung skor aspek dan skor total masing-masing responden; c. Menentukan nilai tertinggi dan terendah;
d. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah; e. Selisih yang didapat kemudian dibagi empat;
f. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari keempat kategori; g. Menentukan kategori profil kualitas pribadi guru bimbingan dan
konseling.
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung skor kategori profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, yaitu:
49
Meilani Silalahi, 2013
2) Nilai tertinggi: Skor maksimal x Jumlah pernyataan = 4 x 103 = 412 3) Nilai terendah: Skor minimal x jumlah pernyataan = 1 x 103 = 103 4) Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah = 412 − 103 = 309 5) Menentukan besar rentang, selisih dari nilai tertinggi dan terendah
dibagi jumlah kategori = 309/4 = 77,25 (dibulatkan menjadi 77). Pada tabel 3.11 berikut ini adalah hasil perhitungan dalam menentukan interval skor.
Tabel 3.10
Interval Skor Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling
Rentang Skor Kategori Kesimpulan
103-180 Sangat Sesuai Sangat Berkualitas
181-258 Sesuai Berkualitas
259-335 Tidak Sesuai Tidak Berkualitas 336-412 Sangat Tidak Sesuai Sangat Tidak Berkualitas 6) Menentukan skor kategori responden dilihat dari jumlah total aspek. 7) Menentukan tingkat ketercapaian per aspek =
Skor aspek Skor ideal Keterangan:
Skor aspek = jumlah total dalam satu aspek
Skor ideal = jumlah butir dalam satu aspek x jumlah responden x skor maksimal
8) Menentukan kategorisasi berdasarkan jenis kelamin
9) Menentukan kategorisasi berdasarkan latar belakang pendidikan
50
Meilani Silalahi, 2013
Berikut ini merupakan uraian ketercapaian skor kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling berdasarkan kategori dan interpretasinya yang dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.
Tabel 3.11
Interpretasi Skor Kategori Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling
Kategori
Responden memiliki penilaian yang tinggi terhadap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan tingkat ketercapaian di rentang 336-412, yang artinya guru bimbingan dan konseling sangat sesuai dalam mengembangkan gaya konseling mereka sendiri, menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain, bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas, memiliki identitas, mempunyai rasa empati yang tidak posesif, merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan, otentik, bersungguh-sungguh dan jujur,mampu memberi dan menerima kasih sayang, hidup di masa kini, bisa membuat kesalahan dan mengakuinya, menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya.
Sesuai (259-335)
51
Responden memiliki penilaian yang tidak sesuai terhadap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan tingkat ketercapaian yang berada pada 181-258, yang artinya guru bimbingan dan konseling merasa tidak sesuai dalam mengembangkan gaya konseling mereka sendiri, menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain, bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas, memiliki identitas, mempunyai rasa empati yang tidak posesif, merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan, otentik, bersungguh-sungguh dan jujur,mampu memberi dan menerima kasih sayang, hidup di masa kini, bisa membuat kesalahan dan mengakuinya, menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya.
Sangat Tidak Sesuai (130-180)
Responden memiliki penilaian yang sangat tidak sesuai terhadap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan tingkat ketercapaian yang berada pada 103-206, yang artinya guru bimbingan dan konseling sangat tidak sesuai dalam mengembangkan gaya konseling mereka sendiri, menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain, bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas, memiliki identitas, mempunyai rasa empati yang tidak posesif, merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan, otentik, bersungguh-sungguh dan jujur,mampu memberi dan menerima kasih sayang, hidup di masa kini, bisa membuat kesalahan dan mengakuinya, menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian yang dijalankan meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
52
Meilani Silalahi, 2013
2. Menyusun proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah skripsi dan disahkan dari dewan skripsi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta dosen pembimbing skripsi. 3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi
pada tingkat fakultas
4. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan surat pengantar ke tingkat Fakultas, Universitas, dan Dinas Pendidikan. Surat penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan kepada setiap kepala sekolah ke tempat penelitian.
5. Menyusun instrumen penelitian serta memilih 3 orang ahli dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan sebagai penimbang.
6. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket kepada setiap guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Bandung.
7. Mengolah dan menganalisis data kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Bandung.
80
Meilani Silalahi, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan anaslisis data, berikut ini merupakan beberapa kesimpulan yang diperoleh mengenai kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013.
1. Dilihat dari hasil profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung menunjukkan bahwa secara umum berada dalam
kategori “berkualitas”. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling memiliki kualitas yang baik dimana setiap aspek-aspek kualitas pribadi telah sesuai dengan aspek-aspek teori Corey.
2. Dilihat dari latar belakang lulusan pendidikan BK dan Non-BK, profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berada pada kategori “berkualitas”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru bimbingan dan konseling yang berlatar belakang lulusan pendidikan BK maupun Non-BK memiliki tingkat keyakinan dan kemampuan yang sesuai dengan aspek-aspek Corey yang mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling yang berlatar belakang lulusan pendidikan BK maupun Non-BK di SMPN se-Kota Bandung dianggap telah berhasil dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai konselor sekolah.
81
Meilani Silalahi, 2013
4. Berdasarkan latar belakang rentang pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling, 0-5 tahun berada pada kategori “berkualitas”, 6-10 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, 11-15 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, 16-20 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, 21-25 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, dan diatas 26 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan dalam setiap rentang waktu pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini rekomendasi bagi penelitian selajutnya dalam upaya perbaikan terhadap temuan selanjutnya yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat. Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan pondasi bagi peneliti selanjutnya tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang erat kaitannya dengan kompetensi dalam konteks berbagai isu serta dasar-dasar konseptual yang berimplikasi secara metodologis. Adapun beberapa saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya adalah:
a. Melakukan kajian observasi dan penilaian eksternal berdasarkan uji kompetensi terlebih dahulu dalam mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling.
82
Meilani Silalahi, 2013
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
ABKIN, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Ahmadi, A, Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar[Edisi Revisi]. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.
Arsori, M. (1990). Unjuk Kerja Petugas Bimbingan dalam Melaksanakan Konseling Dikaji dari Latar Belakang Pendidikan dan Iklim Organisasi Sekolahnya. Tesis pada PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azzet, M, A. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Cavanagh, M.E. (1982). The Counseling Experience a Theoretical and Practice Approach. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company
Corey, G. (1981). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy (2nd Edition). Brooks/Cole Publishing Company: Monterey, California
Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
Dinas Pendidikan. (2009). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 [Online] Tersedia: http://downloads.ziddu.com/downloadfile/18370151/PERMENPANNO16T HUN2009-PAK.zip.html [2 Agustus 2012]
83
Meilani Silalahi, 2013
Gysber C, Norman, Henderson Patricia. (1998). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program (4th edition). Alexandria: American Counseling Association.
Hajati, K. (2010). Model Program Peningkatan Kompetensi Konselor SMA Berbasis Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Juntika, A. (2009). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama
Kartadinata, S. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI PRESS
Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alphabeta
Roslinda, N. (01 August 2012). Keresahan Guru terhadap UKG. Kompas [Online] Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/01/keresahan-guru-terhadap-ukg/. [10 Agustus 2012]
Sabri, S, H. (06 Agustus 2012). Terobosan yang Mencemaskan. Bisnis [Online] Tersedia: http://www.bisnis.com/articles/ukg-online-2012-terobosan-yang-mencemaskan. [10 Agustus 2012]
Salahudin, A. (2010). Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia Salam, H. (2002). Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik). Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Sudarma, R. (15 Maret 2012). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Kompasiana[Online].Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/15/ pengembangan-keprofesian-berkelanjutan-pkb/ [16 Oktober 2012]
Sudrajat, A. (8 November 2011). Penilaian Kinerja Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/11/08/kinerja-guru-dan-pengembangan-keprofesian-berkelanjutan/ [16 Oktober 2012]
Sudrajat, A. (9 Februari 2010). PERMENPAN-RB No.16 Tahun 2009. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/09/permen-pan-no-16-tahun-2009/pdf/ [16 Oktober 2012]
84
Meilani Silalahi, 2013
Sukartini. (2011). Pribadi Konselor: Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro
Sutarjo, E. (4 April 2012). Konsep-Konsep Profesi Bimbingan Konseling. [Online], hal. 9-11. Tersedia: http://ml.scribd.com/doc/87948680/Konsep-Konsep-Profesi-Bimbingan-Konseling/pdf. [17 September 2012]
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Karya Ilmiah. Bandung: UPI Walgito, B. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta:
Andi
Willis, S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta Yunita, T. (2009). Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah Pertama Favorit di Kota Bandung. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.