• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG: Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG: Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Meilani Silalahi, 2013

Nomor: 084/S/PPB/2013

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN

DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA SE-KOTA BANDUNG

Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung pada Tahun Pelajaran 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

MEILANI SILALAHI 0806012

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Meilani Silalahi, 2013

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA BANDUNG

Oleh Meilani Silalahi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© MeilaniSilalahi2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Meilani Silalahi, 2013

Nomor: 084/S/PPB/2013

MEILANI SILALAHI 0806012

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA BANDUNG

(Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung pada Tahun Pelajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Diketahui oleh PEMBIMBING I

Prof. Dr. Ahman, M.Pd NIP. 195901041985031002

PEMBIMBING II

Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad NIP. 1963060301995121001

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(4)

Meilani Silalahi, 2013

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG

(Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)

Oleh:

Meilani Silalahi (meilani_766hi@yahoo.co.id) Prof. Dr. Ahman, M.Pd (ahman@upi.edu) Drs. Sudaryat N.A (sunurakhmad@gmail.com)

ABSTRAK. Penelitian ini didasari dengan adanya fenomena guru bimbingan dan konseling yang menjadi “polisi sekolah” sehingga terjadi kesenjangan antara guru bimbingan dan konseling dan siswa-siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung, berdasarkan latar belakang pendidikan, jenis kelamin, dan berdasarkan pengalaman sebagai guru bimbingan dan konseling. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dan alat pengungkap data menggunakan kuesioner berbentuk skala. Hasil penelitian menggambarkan persentase ketercapaian skor gambaran umum profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling oleh koordinator guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai, siswa-siswi pada kategori sangat sesuai, dan guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai. Rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan kajian observasi dan penilaian eksternal berdasarkan uji kompetensi terlebih dahulu dalam mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, serta menghubungkan perbandingan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dilihat dari latar belakang lulusan pendidikan, jenis kelamin, serta pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.

Kata kunci: kompetensi konselor, kualitas pribadi, kualitas pribadi konselor.

Personal Quality Profile of The Counselor in Every Junior High School in Bandung Regency (Research of The Counselor’s personal Quality in Every Junior high

School in Bandung Regency Academic Year 2012-2013)

by:

Meilani Silalahi (meilani_766hi@yahoo.co.id) Prof. Dr. Ahman, M.Pd (ahman@upi.edu) Drs. Sudaryat N.A (sunurakhmad@gmail.com)

This research is based on a phenomenon where counselor become “police of school”, where there is a discrepancy between the counselor and the students. The purpose of this research is to find out the personal quality of the counselor in every Junior High School as the city of Bandung, based on the graduate education background, gender, and the experiences as a counselor in school. Population of the research are the counselors, coordinators of the counselors and the students. This research used quantitative approach with descriptive research method and used quesioner in scale formed. The result of this research show the achievement score persentage of the profile personal quality of the counselor according to the appropriate category. recomendations addressed to the next researcher to conduct a study based on observation and internal assessment based on test in revealing personal quality of counselor, and also linking the comparison of counselor's personal quality based on graduate education background, gender, and experience as a teacher guidance and counseling

(5)

i

Meilani Silalahi, 2013

ABSTRAK

Penelitian ini didasari dengan adanya fenomena kesenjangan antara guru bimbingan dan konseling dan siswa/i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung, berdasarkan latar belakang pendidikan, jenis kelamin, dan berdasarkan pengalaman sebagai guru bimbingan dan konseling. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dan alat pengungkap data menggunakan kuesioner berbentuk skala. Hasil penelitian menggambarkan persentase ketercapaian skor gambaran umum profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling oleh koordinator guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai, siswa-siswi pada kategori sangat sesuai, dan guru bimbingan dan konseling pada kategori sesuai. Rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan kajian observasi dan penilaian eksternal berdasarkan uji kompetensi terlebih dahulu dalam mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, serta menghubungkan perbandingan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dilihat dari latar belakang lulusan pendidikan, jenis kelamin, serta pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.

(6)

ii

Meilani Silalahi, 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia serta kesetiaan-Nya yang tidak pernah habis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian sidang sarjana pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi yang tersebar di SMPN se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Adapun hasil penelitian disajikan dalam lima bab. Bab I mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan sajian kompetensi-kompetensi pribadi konselor di sekolah, syarat kompetensi konselor, peran konselor dalam layanan sekolah serta pentingnya kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di sekolah. Pada Bab III menampilkan lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data. Selanjutnya Bab IV mengungkapkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian, dan Bab V ditutup dengan kesimpulan dan rekomendasi.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penyusunan karya

ilmiah ini. Maka dengan segala kerendahan hati penyusun merasa saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk pengembangan manfaat dan tujuan skripsi ini. Besar harapan agar skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

(7)

iii

Meilani Silalahi, 2013

Penyusun

UCAPAN TERIMA KASIH

Karena kasih dan anugerah-Nya, Puji Tuhan skripsi ini telah selesai dengan baik juga berkat banyaknya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahman, Mpd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa penuh dengan kesabaran serta tulus dalam membimbing penulis dan Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad selaku dosen pembimbing II yang telah membantu dalam pengolahan data serta dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

2. Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PPB FIP UPI dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan yang telah memberikan ijin kepada penyusun dalam melakukan penelitian ini 3. Prof. Dr. Juntika, M.Pd., Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Eka

Sakti Yuda, M.Pd yang menjadi penimbang instrumen.

4. Seluruh dosen di Jurusan PPB yang telah membagikan ilmu, wawasan dan pengalaman selama perkuliahan kepada penulis.

5. Jajaran Mendikbud dan Pemkot, serta pihak-pihak SMPN se-Kota Bandung yang telah memudahkan perijinan sampai penelitian.

6. Teman-teman PPB Angkatan 2008, untuk teman kelasku Mahrunisa dan Rizkita yang mau berbagi suka dan duka selama perjuangan perkuliahan. Awali dengan doa, gerakan kaki untuk melangkah, sukses

menanti kita di depan mata, semangat kawan! :’)

7. Egga, Eka, Hanna, Lusi, Ervan, Bintang, Jimy, Dodi, Douglas, Kris, Nehemia. Kalian sahabat-sahabat luar biasa ! pengalaman bersama kalian, canda tawa takkan terlupa. Amsal 17:17 ^^,

(8)

iv

Meilani Silalahi, 2013

terima kasih untuk dukungan doa dan semangatnya. Mari tetap berikan yang terbaik untuk Tuhan ! Gbu

9. Terkhusus untuk orangtua penulis yang selalu sabar dalam penantian penyelesaian tugas akhir ini dan selalu memberikan dukungan doa, moril serta materi. Saat ini, hanya ini kado buat mama dan bapak. Untuk bang Erik, terima kasih untuk dukungan moril dan doanya, semoga cita-cita kita untuk membuat mama dan bapak bahagia bisa tercapai. Amin. Untuk adik kecilku, Abet terima kasih buat canda tawa nya. Semangat buat sekolahnya ya, ora et la bora. Tuhan memberkati keluarga kita.

10.Jefri Oktavianus P, S.S., Kata terima kasih sebenarnya belum cukup atas kebaikan dan kesetiaan serta dukungan selama ini yang sudah abang berikan tetapi yang pasti aku mengasihimu. Filipi 1:3&9 Gbu.

(9)

v

Meilani Silalahi, 2013

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi... 10

BAB II KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR A. Peran Konselor dalam Layanan BK... 12

B. Kompetensi Pribadi Konselor... 13

C. Syarat-syarat Kompetensi Konselor... 22

D. Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah... 23

E. Penelitian-Penelitian Terdahulu... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian... 32

B. Metode Penelitian... ... 35

C. Definisi Operasional Variabel... 36

D. Instrumen Penelitian... 39

E. Proses Pengembangan Instrumen... 39

1. Karakteristik dan Kisi-Kisi Instrumen... 39

2. Uji Kelayakan Instrumen... ... 43

3. Uji Keterbacaan... 44

4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 44

(10)

vi

Meilani Silalahi, 2013

G. Teknik Analisis Data... 47

1. Penyeleksian Data... 47

2. Penyekoran... 47

H. Prosedur Penelitian... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrispsi Hasil Penelitian... 53

1. Gambaran Umum Profil Kualitas Pribadi Guru BK di SMPN se-Kota Bandung... 53

2. Profil Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakangnya... 59

a. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Lulusan Pendidikan... 59

b. Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Jenis Kelamin... 60

c. Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman... 61

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

1. Gambaran Umum Profil Kualitas Pribadi Guru BK... 63

2. Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Latar Belakangnya... 75

a. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Lulusan Pendidikan... 75

b. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Jenis Kelamin... 77

c. Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman... 78

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 80

B. Rekomendasi... 81

(11)

vii

Meilani Silalahi, 2013

DAFTAR TABEL

halaman

3.1 Sebaran Populasi Guru BK di SMP Negeri se-Kota Bandung... 33

3.2 Jumlah Perkiraan Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 35

3.3 Jumlah Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 36

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kualitas Pribadi Guru BK di Beberapa SMP Negeri se-Kota Bandung (Setelah Uji Coba)... 45

3.5 Hasil Judgement Instrumen... 49

3.6 Contoh Hasil Uji Validitas Skala Kualitas Pribadi Guru BK Negeri se-Kota Bandung yang Valid... 50

3.7 Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi)... 51

3.8 Hasil Uji Reliabilitas dari SPSS For Windows Versi 16... 51

3.9 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban... 53

3.10 Interval Skor Profil Kualitas Pribadi Guru BK... 54

3.11 Interpretasi Skor Kategori Kualitas Pribadi Guru BK... 55

4.1 Rekapitulasi Kategori per Aspek menurut Koordinator Guru BK... 55

4.2 Rekapitulasi Kategori per Aspek menurut Siswa-siswi... 56

4.3 Rekapitulasi Kategori per Aspek menurut Guru BK... 57

(12)

viii

Meilani Silalahi, 2013

DAFTAR GAMBAR

halaman

(13)

ix

Meilani Silalahi, 2013

DAFTAR GRAFIK

halaman

4.1 Gambaran Umum Profil Kualitas Pribadi Guru BK... 59 4.2 Kualitas Pribadi Guru Bimbimngan dan Konseling Berdasarkan Latar

Belakang Lulusan Pendidikan... 67 4.3 Gambaran Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Jenis

Kelamin... 68 4.4 Kualitas Pribadi Guru BK Berdasarkan Latar Belakang Pengalaman

(14)

x

Meilani Silalahi, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

A.Administrasi Penelitian B.Kisi-kisi Instrumen

C.Instrumen penelitian untuk Koordinator Guru BK D.Instrumen penelitian untuk Siswa-siswi

E. Instrumen penelitian untuk Guru BK F. Validitas dan Reliabilitas

(15)

1

Meilani Silalahi, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan paradigma baru praktik pendidikan secara legal berada didalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan pula dalam UU No. 23/2003 Pasal 1 (6) bahwa: “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

pendidikan.” Jelas bahwa salah satu kualifikasi pendidik adalah konselor atau guru

bimbingan dan konseling. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya BAB VII mengenai Rincian Kegiatan dan Unsur yang Dinilai Pasal 13 (3) rincian kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling yaitu: (1) menyusun kurikulum bimbingan dan konseling; (2) menyusun silabus bimbingan dan konseling; (3) menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling; (4) melaksanakan bimbingan dan konseling per semester; (5) menyusun alat ukur/lembar kerja program bimbingan dan konseling; (6) mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling; (7) menganalisis hasil bimbingan dan konseling; (8) melaksanakan pembelajaran/perbaikan tindak lanjut bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan hasil evaluasi; (9) menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; (10) membimbing guru pemula dalam program induksi; (11) membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran; (12) melaksanakan pengembangan diri; (13) melaksanakan publikasi ilmiah; dan (14) membuat karya inovatif. (Sudrajat, 2010)

(16)

2

Meilani Silalahi, 2013

konseling dalam jalur, jenis,dan jenjang satuan pendidikan; (2) Kompetensi Kepribadian, (d) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (e) menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih; (f) menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; (g) menampilkan kinerja berkualitas tinggi; (3) Kompetensi Sosial, (h) mengimplementasikan kolaborasi intern ditempat bekerja; (i) berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling; (j) mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi; (4) Kompetensi Profesional, (k) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; (l) menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling; (m) merancang program bimbingan dan konseling; (n) mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif; (o) menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling; (p) memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional; (q) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. (Sudrajat, 2010)

Kartadinata (2011: 27) mengungkapkan pengembangan teori dan keilmuan bimbingan dan konseling khususnya yang bersumber dari filsafat dan budaya Indonesia, perlu dipikirkan secara sungguh-sungguh dan tidak cukup bertopang pada teknik-teknik psikologis belaka. Bertolak dari pandangan filosofis yang diungkapkan, maka proses bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu konseli mencapai kemandirian dan menerima tanggung jawab bukan semata-mata proses pemecahan masalah, pembongkaran alam tak sadar, maupun penyelesaian masalah kekinian, walaupun semua segi itu cukup berarti bagi perkembangan konseli, melainkan terkait dengan persoalan nilai baik dan benar dan esensi tujuan hidup manusia.

(17)

3

Meilani Silalahi, 2013

kekuatan yang utuh, mengenal dan menerima kemampuan sendiri; (4) terbuka terhadap perubahan dan mau mengambil resiko yang lebih besar; (5) terlibat dalam proses-proses pengembangan kesadaran tentang diri dan orang lain; (6) mau dan mampu menerima dan memberikan toleransi terhadap ketidakmenentuan; (7) memiliki identitas diri; (8) mempunyai rasa empati yang tidak posesif; (9) hidup, artinya pilihan mereka berorientasi pada kehidupan; (10) otentik, nyata, sejalan (congruent), jujur dan bijak; (11) memberi dan menerima kasih sayang; (12) hidup pada masa kini; (13) dapat berbuat salah dan mengakui kesalahan; (14) dapat terlibat secara mendalam dengan pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan kreatif, menyerap makna yang kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.

(18)

4

Meilani Silalahi, 2013

aktifitas adalah kompetensi dari seseorang yang memiliki kemampuan kepemimpinan.

Pada pertengahan tahun lalu, tepatnya tanggal 30-31 Juli 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggelar Uji Kompetensi Guru (UKG) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seperti yang diberitakan, pemerintah berinisiatif menggelar UKG atas dasar ingin memetakan kompetensi guru sekaligus menilai korelasi peningkatan mutu guru tersertifikasi setelah diberikan tunjangan profesi. Namun banyak diantara para guru yang meragukan akan hal tersebut sehingga membuat mereka menjadi resah dan gundah dalam pelaksanaan UKG tersebut. Terlebih lagi adanya selentingan berita yang didengar para guru bahwa ketika tidak dapat lulus dari uji kompetensi maka tunjangan profesi yang mereka terima akan terancam untuk kedepannya. Berikut ini merupakan kutipan dari artikel yang dibuat oleh Roslinda:

Menjelang pelaksanaan ujian ini guru sangat resah dan gelisah sambil terus berjuang untuk belajar dan membaca-baca materi apa yang akan dikeluarkan saat ujian keesokan harinya. Seperti halnya seorang siswa yang akan menghadapi Ujian Sekolah atau Ujian Nasional, guru belajar lagi, terlihat ada yang membaca buku diwaktu luangnya, ada juga guru sampai bolos mengajar karena ingin belajar dan mempersiapkan diri menghadapi UKG keesokan harinya. ada juga yang tetap mengajar tapi metode berubah dari metode ceramah menjadi metode penugasan mandiri agar guru bisa membaca-baca dan menganalisis kisi-kisi soal yang akan keluar dalam UKG nanti.

Berikut ini juga merupakan artikel yang ada di media online yang ditulis oleh Sabri pada tanggal 06 Agustus 2012 yang menyatakan bahwa UKG menjadi satu terobosan yang mencemaskan.

“Alhasil saya belum lolos UKG, konon nanti akan diberi pelatihan dulu sebelum ikut ujian lagi,” kata Dara yang gagap tekgnologi (gaptek) dalam menjalankan perannya sebagai seorang guru BP.

(19)

5

Meilani Silalahi, 2013

pasti bukan untuk mencabut kembali sertifikasi yang pernah dinikmati atau menghentikan sertifikasinya.

Kartadinata (2011: 29) mengungkapkan bahwa bimbingan dan konseling bukanlah profesi yang baru di Indonesia, namun keberadaannya masih saja diragukan oleh beberapa pihak baik dari dalam lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah. Seorang konselor harus berpegang pada filosofi yang jelas, namun tetap harus menghindarkan diri dari faham “completism” (suatu perasaan

yang memandang diri “saya adalah seorang konselor, bersertifikat, dan terdidik, sekali jadi, untuk segalanya”). Isu filosofis dalam bimbingan dan konseling perlu

didiskusikan sebagai sebuah kenyataan karena pemahaman atau cara pandang terhadap isu ini akan menentukan bagaimana sosok konselor dikembangkan dan bagaimana konselor membantu konseli.

Pada kenyataannya, kinerja guru bimbingan dan konseling tidak sesuai dengan tugas dan peran guru bimbingan dan konseling di sekolah. Gysber C Norman dan Henderson Patricia (1998: 38) dalam 3 tahun penelitian yang dilaporkan di Arizona oleh Vandegrift di tahun 1999, pertanyaan yang muncul

(20)

6

Meilani Silalahi, 2013

Adapun beberapa penelitian terkait dengan penampilan konselor di sekolah menunjukkan perilaku konselor yang kurang profesional. Penelitian oleh Arsori (1990: 99-100) menunjukkan bahwa kinerja petugas bimbingan 40,63% yang

termasuk kategori “tinggi” dan 59,37% termasuk kategori “sedang”. Konselor

dianggap oleh siswa masih belum memiliki kemampuan seperti yang diharapkan dalam aspek keterampilan konseling individual. Nurhisan (Hajati, 2010: 60) dalam penelitiannya menemukan pelaksanaan konseling oleh guru bimbingan dan konseling belum sesuai dengan yang diharapkan, yakni masih kurangnya kemampuan dalam menangani dan menggali masalah yang dihadapi siswa. Penelitian Marjohan (Hajati, 2010: 60), menunjukkan bahwa baru 39,47% guru bimbingan dan konseling yang dapat menerapkan kemampuan profesional

konseling dalam kategori “tinggi”, adapun 60,53% baru mampu menerapkan kemampuan tersebut pada kategori “sedang”.

Berdasarkan studi pendahulan melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di salah satu sekolah tingkat pertama di kota Bandung melihat bahwa masih ada beberapa kesenjangan antara guru bimbingan dan konseling dengan murid-murid di sekolah, terutama kepada murid-murid kelas VII dan kelas VIII. Bagi mereka, ruang bimbingan dan konseling hanyalah tempat untuk siswa-siswi yang bermasalah dan konselor sebagai guru yang hanya memberi hukuman kepada siswa-siswi yang bermasalah tersebut. Sehingga guru bimbingan dan konseling

(21)

7

Meilani Silalahi, 2013

Beranjak dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai kualitas pribadi konselor atau guru bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaanya, peneliti akan mengungkap kualitas pribadi konselor berdasarkan pengalamannya dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian peneliti akan

melakukan penelitian yang berjudul “Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling” dengan studi terhadap guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) se-Kota Bandung. Dengan harapan penelitian yang dilaksanakan akan meningkatkan kompetensi konselor baik dalam kualitas pribadi secara utuh maupun profesionalitas dalam tuntutan sebagai guru bimbingan dan konseling.

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Beranjak dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menyatakan bahwa ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.

(22)

8

Meilani Silalahi, 2013

(4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi profesional konselor yang mencerinkan penguasaan kiat penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan secara sistematis dan sungguh-sungguh (rigorius) dalam menerapkan perangkat kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan akademik yang telah diperoleh itu, dalam konteks otentik melalui Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL). Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Setelah menelusuri tugas dan tanggung jawab seorang konselor berdasarkan peraturan dari pemerintah dan penelitian-penelitian yang telah diuraikan diatas, peneliti hendak mengetahui juga bagaimana profil pribadi yang ada yang dimiliki oleh seorang pembimbing yang kita sebut sebagai konselor atau guru bimbingan dan konseling yang berkompeten dan profesional di SMPN se-Kota Bandung. Dengan perumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung?

2) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan latar belakang lulusan pendidikan?

3) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan jenis kelamin di sekolah sebagai guru bimbingan dan konseling?

4) Bagaimana gambaran umum kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan latar belakang pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling?

(23)

9

Meilani Silalahi, 2013

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah guna memperoleh gambaran-gambaran sebagai berikut:

1) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung.

2) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan latar belakang lulusan pendidikan.

3) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling se-Kota Bandung berdasarkan perbedaan jenis kelamin di sekolah sebagai guru bimbingan dan konseling.

4) Memperoleh gambaran umum tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berdasarkan latar belakang pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ditinjau dari beberapa aspek berikut : 1) Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan serta mengidentifikasikan mengenai profil guru bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama se-Kota Bandung secara umum. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat meminimalisir kekurangan yang dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling secara umum serta mengoptimalkan guru bimbingan dan konseling dalam profesionalitasnya sebagai konselor sekolah.

2) Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini, diantaranya :

(24)

10

Meilani Silalahi, 2013

ilmu pengetahuan khususnya dalam bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki.

b) Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat menjadi evaluasi diri dan mengembangkan kinerja sebagai konselor sekolah menjadi lebih optimal.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penelitian ini berisi kata abstrak yang merupakan uraian singkat dan lengkap yang memuat: judul; hakikat penelitian menyangkut apa, dimana, dengan siapa; tujuan dilakukannya penelitian; metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan data; dan hasil temuan dan rekomendasi. Kemudian Bab I Pendahuluan yang merupakan bagian awal dari skripsi yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, dan manfaat atau signifikansi penelitian. Selanjutnya Bab II Kajian Pustaka yang membahas mengenai teori dari

(25)

32

Meilani Silalahi, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-Kota Bandung pada tahun pelajaran 2012/2013. Subjek populasi atau sampel penelitian ini ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling (konselor), koordinator guru bimbingan dan konseling, serta beberapa siswa di SMP Negeri se-Kota Bandung. Penentuan sampel dilakukan melalui teknik random sampling dimana setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Mengetahui keterbatasan waktu dan tenaga maka sampel dilakukan dengan klaster. Pengambilan sampel digunakan melalui pengambilan sampel acak. Untuk populasi target tertentu yang tidak memiliki strata dapat dilakukan pengambilan

sampel acak dalam klaster atau “cluster random sampling”.

Berikut ini merupakan sebaran populasi guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Bandung berdasarkan kelompok klaster sekolah.

Tabel 3.1

Sebaran Populasi Guru BK di SMP Negeri Se-Kota Bandung

(26)

33

(27)

34

Meilani Silalahi, 2013

15%-50%. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2006: 65), yaitu sebagai berikut:

S = 15% + 1000 – n (50% - 15%)

Dari perhitungan di atas, maka peneliti mengambil jumlah perkiraan sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian, seperti pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Jumlah Perkiraan Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung

No. Lokasi Sekolah Jumlah

(28)

35

Meilani Silalahi, 2013

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung

No. Lokasi Sekolah Jumlah

1. SMP Negeri 2 4 orang 2. SMP Negeri 3 3 orang 3. SMP Negeri 7 3 orang 4. SMP Negeri 9 4 orang 5. SMP Negeri 10 3 orang 6. SMP Negeri 13 3 orang 7. SMP Negeri 14 3 orang 8. SMP Negeri 15 2 orang 9. SMP Negeri 16 3 orang 10. SMP Negeri 18 4 orang 11. SMP Negeri 22 3 orang 12. SMP Negeri 27 6 orang 13. SMP Negeri 30 5 orang 14. SMP Negeri 31 3 orang 15. SMP Negeri 43 3 orang 16. SMP Negeri 45 4 orang 17. SMP Negeri 48 4 orang 18. SMP Negeri 49 3 orang

Jumlah 63 orang

Sementara itu, peneliti juga mengadakan pengecekan terhadap jawaban responden, sehingga menggunakan data responden silang. Jadi, dalam hal ini peneliti tidak hanya menyebarkan instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah saja melainkan juga dengan koordinator guru bimbingan dan konseling serta siswa-siswi yang tersebar di SMPN se-Kota Bandung. Hal ini dilakukan peneliti karena mungkin ada kecenderungan dalam diri guru bimbingan dan konseling untuk mengisi instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling tidak sesuai dengan kenyataan, dan menyebabkan jawaban yang tidak objektif. Yang merasakan kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling adalah masyarakat di dalam sekolah itu sendiri. Untuk itulah peneliti menggunakan sumber lain sebagai responden.

B. Metode Penelitian

(29)

36

Meilani Silalahi, 2013

pada alasan bahwa penelitian profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling memerlukan pengukuran dalam bentuk angka-angka sehingga dapat diolah dengan statistik. Metode penelitian deskriptif yang digunakan untuk memperoleh jawaban tentang permasalahan yang terjadi pada masa sekarang secara aktual tanpa menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara mengolah, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian. Metode ini bermaksud untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling tingkat SMP Negeri se-Kota Bandung. Penelitian ini difokuskan untuk mengeksplorasikan profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling tingkat SMP Negeri se-Kota Bandung.

C. Definisi Operasional Variabel

Konselor adalah seseorang yang memiliki kualitas dan ciri-ciri pribadi tertentu yang dapat memperlancar pekerjaannya. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKA-KK) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang mencakup aspek pribadi dan profesionalitas, yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; (2) memiliki gaya konseling sendiri (3) menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; (4) menunjukkan sifat yang otentik, bersungguh-sungguh dan tidak berpura-pura dalam melakukan konseling; (5) menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian serta empati yang tepat terhadap konseli tanpa memandang latar belakang konseli; (6) menaruh penghargaan yang tulus terhadap orang lain; (7) memberi teladan yang sehat agar dapat diikuti oleh orang lain; (8) membuka hati untuk menerima perubahan atau inovasi dalam konseling; (9) menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh konseli.

(30)

37

Meilani Silalahi, 2013

1. Dapat mengembangkan gaya konseling mereka sendiri

a. Menginternalisasikan ilmu bimbingan dan konseling yang ada sesuai dengan kualitas pribadinya.

b. Dapat meminjam ide-ide dan teknik-teknik orang lain namun tidak menirunya secara mekanis.

2. Menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri a. Mau membuka diri dengan orang lain

b. Mampu dibantu dan dapat diminta membantu serta menerima dari orang lain

c. Memberi toleransi yang tinggi terhadap stress dan menyadari dengan baik perasaan-perasaannya (SKA-KK dalam aspek kepribadian) 3. Mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri

a. Merasa nyaman bersama orang lain serta mampu membuat orang lain aman dan kuat ketika bersama dirinya.

b. Menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling c. Menjadi teladan yang sehat bagi orang lain (SKA-KK dalam aspek

kepribadian)

4. Terbuka terhadap perubahan

a. Membuka hati untuk menerima perubahan atau inovasi dalam praktik bimbingan dan konseling (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

b. Memiliki dan menerima serta mau mencoba inovasi-inovasi dalam bimbingan dan konseling

5. Memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain. a. Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang

kompleks

b. Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan tentang perlunya rerferal

c. Menaruh penghargaan yang tulus terhadap orang lain (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

6. Bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas

a. Memiliki toleransi terhadap ambiguitas/ketidakmenentuan dari posisi konseli

b. Membantu konseli untuk mengembangkan dirinya secara alami c. Memiliki kesabaran dalam menghadapi konseli

d. Berpikir positif 7. Memiliki identitas

(31)

38

Meilani Silalahi, 2013

b. Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya

c. Menunjukkan perilaku membantu sesuai dengan kemampuannya (fleksibel) dan berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada TYME. (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

8. Mempunyai rasa empati yang tidak posesif.

a. Mampu mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa konseli memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata dan mengatur hidupnya serta berkembang.

b. Mampu mengalami dan mengetahui dunia orang lain tanpa kehilangan identitas diri.

c. Memberikan pertanyaan dan informasi yang tepat

9. Merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan

a. Menikmati setiap keadaan yang dialami b. Memiliki rasa humor

c. Membagi tanggung jawab dengan konseli dalam proses konseling 10. Otentik, bersungguh-sungguh dan jujur

a. Menyukai keaslian dan tidak bersembunyi dibalik topeng

b. Bersikap kongruen/mengkomunikasikan secara verbal atau nonverbal minat yang tulus dalam membantu orang lain

c. Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran 11.Mampu memberi dan menerima kasih sayang

a. menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian serta empati yang tepat terhadap konseli tanpa memandang latar belakang konseli (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

b. Memberikan perhatian yang tulus

c. Memiliki kemampuan peduli terhadap orang lain 12. Hidup di masa kini

a. Mampu belajar dari pengalaman-pengalamannya

b. Merasakan hidup seutuhnya bukan hanya dalam angan-angan 13. Bisa membuat kesalahan dan mengakuinya

a. Mengajukan pertanyaan tentang persepsi konseli tentang masalah yang dihadapinya

b. menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh konseli (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

c. Membagi tanggung jawab dengan konseli dalam proses konseling d. Berdiskusi dengan konseli tentang cara mengambil keputusan yang

(32)

39

Meilani Silalahi, 2013

14. Menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya

a. Memahami secara positif dan merespon konseli secara tepat

b. memiliki dimensi-dimensi lain dalam hidup yang memberikan kesadaran akan tujuan-tujuan dan pemenuhannya.

c. Dapat menyerap makna yang kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang/anak yang ingin diselidiki. Kuesioner itu sendiri berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup. Yang dimaksud dengan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk, yang dalam hal ini responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam kuesioner itu. Instrumen dibuat berdasarkan perpaduan antara kualitas pribadi konselor menurut Corey dan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang ditetapkan oleh ABKIN dalam aspek pribadi dan profesionalitas dan sesuai dengan Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Agar hasil dalam penelitian ini dapat disebut objektif, maka peneliti menyusun 3 (tiga) angket atau kuisioner yang diberikan kepada guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling, dan siswa yang pernah terlibat dalam proses bimbingan dan konseling.

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Karakteristik dan Kisi-Kisi Instrumen

(33)

40

Meilani Silalahi, 2013

pribadi bimbingan dan konseling dari Corey (1981) dan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dalam aspek kompetensi kepribadian. Setelah itu diturunkan ke dalam kisi-kisi instrumen dengan jumlah pernyataan yang terdiri dari 103 butir. Adapun kisi-kisi instrumen pengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling baik untuk guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling serta untuk siswa-siswi setelah diujicoba oleh 3 (tiga) pakar dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Beberapa SMP Negeri se-Kota Bandung (Setelah Uji Coba)

No

Aspek Karakteristik Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling

Indikator No. Item

1. Dapat mengembangkan gaya konseling mereka sendiri

2. Dapat meminjam ide-ide dan teknik-teknik orang lain namun tidak menirunya secara mekanis.

2,3

2. Menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri

1. Mau membuka diri dengan orang

lain 4,5

2. Mampu dibantu dan dapat diminta membantu serta menerima dari orang lain

6,7

3. Memberi toleransi yang tinggi terhadap stress dan menyadari

1. Merasa nyaman bersama orang lain serta mampu membuat orang lain aman dan kuat ketika

bersama dirinya.

(34)

41

2. Menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling

13,14,15 3. Menjadi teladan yang sehat bagi

orang lain (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

16,17

4. Terbuka terhadap perubahan

1. Membuka hati untuk menerima perubahan atau inovasi dalam bimbingan dan konseling (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

18,19,20

2. Menunjukkan keberanian untuk meninggalkan rasa aman serta sendiri dan diri orang lain

1. Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian

3. Menaruh penghargaan yang tulus terhadap orang lain (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

28,29,30,31

6. Bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas 4. Berpikir positif 39,40

(35)

42

pribadi yang dihadapinya 43,44,45 3. Menunjukkan perilaku membantu

8. Mempunyai rasa empati yang tidak posesif

mengetahui dunia orang lain tanpa kehilangan identitas diri

54,55,56,57 3. Memberikan pertanyaan dan

informasi yang tepat. 58,59

9.

Merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan

1. Menikmati setiap keadaan hidup

yang dijalani 60,61,62,63 2. Memiliki rasa humor 64,65,66,67 3. Membagi tanggung jawab

1. Menyukai keaslian dan tidak

bersembunyi dibalik topeng 70,71,72,73 2. Bersikap

3. Memiliki pemahaman yang jelas

tentang makna kejujuran 77,78,79,80

11. Mampu memberi dan menerima kasih sayang

1. Menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian serta empati yang tepat terhadap konseli tanpa memandang latar belakang konseli (SKA-KK dalam aspek kepribadian)

(36)

43

peduli terhadap orang lain 87,88

12. Hidup di masa kini

1. Mampu belajar dari

pengalaman-pengalamannya 89,90

2. Merasakan hidup seutuhnya

bukan hanya dalam angan-angan 91,92,93

13. Bisa membuat kesalahan dan mengakuinya

1. Memahami secara positif dan

merespon konseli secara tepat 99,100 2. Memiliki dimensi-dimensi lain

dalam hidup yang memberikan kesadaran akan tujuan-tujuan dan pemenuhannya

101,102

3. Dapat menyerap makna yang kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.

103

2. Uji Kelayakan Instrumen

(37)

44

Meilani Silalahi, 2013

jumlah item yang diujicoba yaitu sebanyak 103 item, seperti yang terlihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5

Hasil Judgement Instrumen

Kesimpulan No Item Jumlah

Memadai

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96,

97, 98, 100, 101, 102, 103,

102

Revisi 1 1

Buang 2, 18, 99, 107 4

3. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana instrumen yang dibuat dapat dipahami oleh guru-guru bimbingan dan konseling serta siswa. Uji keterbacaan dilakukan kepada guru, koordinator bimbingan dan konseling dan siswa di SMPN 45 Bandung. Pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami oleh siswa kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh responden lainnya.

4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang valid atau sahih akan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid akan memiliki tingkat validitas yang rendah. Uji validitas ini dilakukan pada 63 guru bimbingan dan konseling yang tersebar di SMP Negeri se-Kota Bandung. Perhitungan tingkat validitas instrumen diolah dengan metode statistika melalui bantuan program SPSS For Windows versi 16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur

pengujian Spearman’s rho.

(38)

45

Meilani Silalahi, 2013

pernyataan yang diungkapkan Azwar (2011: 103) “suatu koefisien validitas dinyatakan lebih baik jika minimalnya koefisien korelasi 0.30”. Oleh karena itu dalam penelitian ini suatu item dikatakan valid jika koefisien korelasinya minimal 0.30. Berikut disajikan item-item pernyataan setelah hasil uji coba validitas instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Contoh Hasil Uji Validitas Skala Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling Negeri se-Kota Bandung yang Valid

item1 item2 item3 Skor Ket. Spearman's rho item1 Correlation Coefficient 1.000 .454** .490** .332**

Sig.(1-tailed) . .000 .000 .004 Valid

N 63 63 63 63

item2 Correlation Coefficient .454** 1.000 .642** .477** Sig.(1-tailed) .000 . .000 .000 Valid

N 63 63 63 63

item3 Correlation Coefficient .490** .642** 1.000 .461** Sig.(1-tailed) .000 .000 . .000 Valid

N 63 63 63 63

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Hasil uji validitas instrumen Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling SMPN se-Kota Bandung menunjukkan bahwa dari 103 butir pernyataan, 17 butir pernyataan tidak valid yaitu nomor 6, 13, 21, 26, 30, 32, 34, 38, 41, 55, 60, 64, 65, 70,71,96, dan 98. Hasil menunjukkan bahwa untuk 86 butir pernyataan valid sudah memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data. (hasil pengujian validitas terlampir).

Pengujian realibilitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu memberikan data yang konsisten atau tidak. Arikunto (2006:

(39)

46

Meilani Silalahi, 2013

mencari realibilitas alat ukur tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling adalah dengan menggunakan rumus metode Alpa sebagai berikut:



Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item Si = Varians total

k = Jumlah item

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi)

Antara 0, 80 – 1, 00 Derajat Keterandalan Sangat Tinggi Antara 0, 60 – 0, 79 Derajat Keterandalan Tinggi Antara 0, 40 – 0, 59 Derajat Keterandalan Cukup Tinggi Antara 0, 20 – 0, 39 Derajat Keterandalan Rendah Antara 0, 00 – 0, 19 Derajat Keterandalan Sangat Rendah

Berikut ini merupakan hasil uji reliabilitas kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling SMPN se-Kota Bandung dalam tabel 3.8

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas dari SPSS For Windows Versi 16 Case Processing Summary

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.975 86

(40)

47

Meilani Silalahi, 2013

bimbingan dan konseling yang dianalisis dengan metode Alpha adalah reliabel. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan berada pada kategori sangat tinggi yang menunjukkan bahwa instrumen kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang dibuat tidak perlu direvisi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang disusun berdasarkan teori kualitas pribadi yang diharapkan menurut Gerald Corey. Angket kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling ini disebar terhadap guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling, serta siswa-siswi yang ada di SMPN se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.

2. Menyebarkan angket ke guru bimbingan dan konseling, koordinator guru bimbingan dan konseling, dan siswa-siswi.

3. Mengumpulkan kembali angket yang telah diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban responden.

G. Teknik Analisis Data

1. Penyeleksian Data

Langkah ini dilakukan dengan tujuan memilih data yang memadai untuk diolah. Data yang diolah adalah data yang memiliki kelengkapan dalam pengisian, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebarkan.

2. Penyekoran

Untuk pemberian skor berkaitan dengan masalah penskalaan. Penskalaan merupakan proses penentuan letak nilai stimulus untuk respon tertentu pada suatu kontinum psikologis. Skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu, SS bila guru menganggap pernyataan

(41)

48

Meilani Silalahi, 2013

menganggap pernyataan Tidak Sesuai; dan STS bila guru menganggap pernyataan Sangat Tidak Sesuai. Peneliti menggunakan skala sikap Likert

dengan empat alternatif agar mencegah responden untuk memilih “pilihan aman”

dan menghindari jawaban yang homogen. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 241) bahwa: “…ada kelemahan dengan lima alternatif karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan mudah karena hampir tidak berfikir), maka disarankan alternatif pilihannya

hanya empat saja”.

Tabel 3.9

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

No Respon Skor

Positif (+) Negatif (-)

1 Sangat Sesuai 4 1

2 Sesuai 3 2

3 Tidak Sesuai 2 3

4 Sangat Tidak Sesuai 1 4

Responden kemudian dibagi berdasarkan skor yang diperoleh pada setiap komponen maupun skor total instrumen. Untuk mencari interpretasi skor empat kategori, yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai dalam menentukan profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dilakukan pembuatan katagori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Masukkan data (identitas, jawaban angket) responden ke Ms. Excel; b. Menghitung skor aspek dan skor total masing-masing responden; c. Menentukan nilai tertinggi dan terendah;

d. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah; e. Selisih yang didapat kemudian dibagi empat;

f. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari keempat kategori; g. Menentukan kategori profil kualitas pribadi guru bimbingan dan

konseling.

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung skor kategori profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling, yaitu:

(42)

49

Meilani Silalahi, 2013

2) Nilai tertinggi: Skor maksimal x Jumlah pernyataan = 4 x 103 = 412 3) Nilai terendah: Skor minimal x jumlah pernyataan = 1 x 103 = 103 4) Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah = 412 − 103 = 309 5) Menentukan besar rentang, selisih dari nilai tertinggi dan terendah

dibagi jumlah kategori = 309/4 = 77,25 (dibulatkan menjadi 77). Pada tabel 3.11 berikut ini adalah hasil perhitungan dalam menentukan interval skor.

Tabel 3.10

Interval Skor Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling

Rentang Skor Kategori Kesimpulan

103-180 Sangat Sesuai Sangat Berkualitas

181-258 Sesuai Berkualitas

259-335 Tidak Sesuai Tidak Berkualitas 336-412 Sangat Tidak Sesuai Sangat Tidak Berkualitas 6) Menentukan skor kategori responden dilihat dari jumlah total aspek. 7) Menentukan tingkat ketercapaian per aspek =

Skor aspek Skor ideal Keterangan:

Skor aspek = jumlah total dalam satu aspek

Skor ideal = jumlah butir dalam satu aspek x jumlah responden x skor maksimal

8) Menentukan kategorisasi berdasarkan jenis kelamin

9) Menentukan kategorisasi berdasarkan latar belakang pendidikan

(43)

50

Meilani Silalahi, 2013

Berikut ini merupakan uraian ketercapaian skor kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling berdasarkan kategori dan interpretasinya yang dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

Interpretasi Skor Kategori Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling

Kategori

Responden memiliki penilaian yang tinggi terhadap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan tingkat ketercapaian di rentang 336-412, yang artinya guru bimbingan dan konseling sangat sesuai dalam mengembangkan gaya konseling mereka sendiri, menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain, bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas, memiliki identitas, mempunyai rasa empati yang tidak posesif, merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan, otentik, bersungguh-sungguh dan jujur,mampu memberi dan menerima kasih sayang, hidup di masa kini, bisa membuat kesalahan dan mengakuinya, menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya.

Sesuai (259-335)

(44)

51

Responden memiliki penilaian yang tidak sesuai terhadap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan tingkat ketercapaian yang berada pada 181-258, yang artinya guru bimbingan dan konseling merasa tidak sesuai dalam mengembangkan gaya konseling mereka sendiri, menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain, bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas, memiliki identitas, mempunyai rasa empati yang tidak posesif, merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan, otentik, bersungguh-sungguh dan jujur,mampu memberi dan menerima kasih sayang, hidup di masa kini, bisa membuat kesalahan dan mengakuinya, menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya.

Sangat Tidak Sesuai (130-180)

Responden memiliki penilaian yang sangat tidak sesuai terhadap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling dengan tingkat ketercapaian yang berada pada 103-206, yang artinya guru bimbingan dan konseling sangat tidak sesuai dalam mengembangkan gaya konseling mereka sendiri, menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri, mampu mengenal dan menerima kemampuan sendiri, terbuka terhadap perubahan, memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain, bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas, memiliki identitas, mempunyai rasa empati yang tidak posesif, merasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada kehidupan, otentik, bersungguh-sungguh dan jujur,mampu memberi dan menerima kasih sayang, hidup di masa kini, bisa membuat kesalahan dan mengakuinya, menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna darinya.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian yang dijalankan meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

(45)

52

Meilani Silalahi, 2013

2. Menyusun proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah skripsi dan disahkan dari dewan skripsi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta dosen pembimbing skripsi. 3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi

pada tingkat fakultas

4. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan surat pengantar ke tingkat Fakultas, Universitas, dan Dinas Pendidikan. Surat penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan kepada setiap kepala sekolah ke tempat penelitian.

5. Menyusun instrumen penelitian serta memilih 3 orang ahli dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan sebagai penimbang.

6. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket kepada setiap guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Bandung.

7. Mengolah dan menganalisis data kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Bandung.

(46)

80

Meilani Silalahi, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan anaslisis data, berikut ini merupakan beberapa kesimpulan yang diperoleh mengenai kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013.

1. Dilihat dari hasil profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung menunjukkan bahwa secara umum berada dalam

kategori “berkualitas”. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling memiliki kualitas yang baik dimana setiap aspek-aspek kualitas pribadi telah sesuai dengan aspek-aspek teori Corey.

2. Dilihat dari latar belakang lulusan pendidikan BK dan Non-BK, profil kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling di SMPN se-Kota Bandung berada pada kategori “berkualitas”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru bimbingan dan konseling yang berlatar belakang lulusan pendidikan BK maupun Non-BK memiliki tingkat keyakinan dan kemampuan yang sesuai dengan aspek-aspek Corey yang mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling yang berlatar belakang lulusan pendidikan BK maupun Non-BK di SMPN se-Kota Bandung dianggap telah berhasil dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai konselor sekolah.

(47)

81

Meilani Silalahi, 2013

4. Berdasarkan latar belakang rentang pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling, 0-5 tahun berada pada kategori “berkualitas”, 6-10 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, 11-15 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, 16-20 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, 21-25 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”, dan diatas 26 tahun berada pada kualitas pribadi di kategori “berkualitas”. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan dalam setiap rentang waktu pengalaman bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini rekomendasi bagi penelitian selajutnya dalam upaya perbaikan terhadap temuan selanjutnya yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat. Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan pondasi bagi peneliti selanjutnya tentang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling yang erat kaitannya dengan kompetensi dalam konteks berbagai isu serta dasar-dasar konseptual yang berimplikasi secara metodologis. Adapun beberapa saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya adalah:

a. Melakukan kajian observasi dan penilaian eksternal berdasarkan uji kompetensi terlebih dahulu dalam mengungkap kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling.

(48)

82

Meilani Silalahi, 2013

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

ABKIN, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ahmadi, A, Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar[Edisi Revisi]. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.

Arsori, M. (1990). Unjuk Kerja Petugas Bimbingan dalam Melaksanakan Konseling Dikaji dari Latar Belakang Pendidikan dan Iklim Organisasi Sekolahnya. Tesis pada PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azzet, M, A. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Cavanagh, M.E. (1982). The Counseling Experience a Theoretical and Practice Approach. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company

Corey, G. (1981). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy (2nd Edition). Brooks/Cole Publishing Company: Monterey, California

Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama

Dinas Pendidikan. (2009). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 [Online] Tersedia: http://downloads.ziddu.com/downloadfile/18370151/PERMENPANNO16T HUN2009-PAK.zip.html [2 Agustus 2012]

(49)

83

Meilani Silalahi, 2013

Gysber C, Norman, Henderson Patricia. (1998). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program (4th edition). Alexandria: American Counseling Association.

Hajati, K. (2010). Model Program Peningkatan Kompetensi Konselor SMA Berbasis Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Juntika, A. (2009). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama

Kartadinata, S. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI PRESS

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alphabeta

Roslinda, N. (01 August 2012). Keresahan Guru terhadap UKG. Kompas [Online] Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/01/keresahan-guru-terhadap-ukg/. [10 Agustus 2012]

Sabri, S, H. (06 Agustus 2012). Terobosan yang Mencemaskan. Bisnis [Online] Tersedia: http://www.bisnis.com/articles/ukg-online-2012-terobosan-yang-mencemaskan. [10 Agustus 2012]

Salahudin, A. (2010). Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia Salam, H. (2002). Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik). Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Sudarma, R. (15 Maret 2012). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Kompasiana[Online].Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/15/ pengembangan-keprofesian-berkelanjutan-pkb/ [16 Oktober 2012]

Sudrajat, A. (8 November 2011). Penilaian Kinerja Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/11/08/kinerja-guru-dan-pengembangan-keprofesian-berkelanjutan/ [16 Oktober 2012]

Sudrajat, A. (9 Februari 2010). PERMENPAN-RB No.16 Tahun 2009. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/09/permen-pan-no-16-tahun-2009/pdf/ [16 Oktober 2012]

(50)

84

Meilani Silalahi, 2013

Sukartini. (2011). Pribadi Konselor: Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro

Sutarjo, E. (4 April 2012). Konsep-Konsep Profesi Bimbingan Konseling. [Online], hal. 9-11. Tersedia: http://ml.scribd.com/doc/87948680/Konsep-Konsep-Profesi-Bimbingan-Konseling/pdf. [17 September 2012]

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Karya Ilmiah. Bandung: UPI Walgito, B. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta:

Andi

Willis, S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta Yunita, T. (2009). Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di

Sekolah Menengah Pertama Favorit di Kota Bandung. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1  Sebaran Populasi Guru BK di SMP Negeri Se-Kota Bandung
Tabel 3.2 Jumlah Perkiraan Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Guru BK SMPN se-Kota Bandung
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Beberapa
+6

Referensi

Dokumen terkait

dengan metode tafsir al-Qur’an seperti ini, menurut Hanafi, seorang Mufasir yang ingin mendekati makna al-Qur’an tidak saja mendeduksi makna dari teks, tapi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah berdasarkan jenis arsipnya

3) Daftar pustaka disusun dengan gaya Vancouver sesuai urutan penampilan di dalam naskah. Tidak dibenarkan menuliskan daftar pustaka yang tidak disinggung sama

[r]

dikelas dan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik ?. Menurut Ibu Suud Baladraf, saya memilih materi pembelajaran dengan cara menguasai dan memahami

Atas dasar pertimbangan, bahwa para pegawai negeri selaku petugas negara tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri tempat tinggalnya, yang terikat oleh tempat

Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNANETRA TINGKAT SDLB DI SLBN-A PAJAJARAN KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu