• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNAGRAHITA NON VERBAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNAGRAHITA NON VERBAL."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

PADA ANAK TUNAGRAHITA NON VERBAL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

RADEN RORO SETIAWATI NIM: 1007053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

PADA ANAK TUNAGRAHITA NON VERBAL

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing

DR. Endang Rochyadi, M.Pd. NIP. 195608181985031202

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus,

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Strategi

Komunikasi pada pembelajaran pada Anak Tunagrahita Non Verbal” ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”

Bandung, Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

(4)

PADA ANAK TUNAGRAHITA NON VERBAL (Raden Roro Setiawati, S.Pd, NIM : 1007053, prodi : PKKh)

Penelitian ini dilakukan untuk membantu guru yang mempunyai masalah dalam berkomunikasi dengan anak tunagrahita non verbal. Berdasarkan studi pendahuluan terdapat masalah yang dianggap perlu diprioritaskan dalam penyelesaiannya dan mencari alternatif pemecahan masalahnya.

Masalah yang dimaksud adalah bagaimana caranya agar guru bisa mengetahui dan membantu keinginan anak tunagrahita non verbal untuk mengutarakan keinginannya ke toilet pada saat pembelajaran di sekolah.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah : untuk menghasilkan strategi komunikasi dalam pembelajaran pada anak tunagrahita non verbal. Maka penelitian ini diberi judul “ Strategi Komunikasi Pembelajaran pada Anak Tunagrahita Non Verbal “ (untuk mengutarakan keinginan ke toilet).

Penelitian ini menggunakan pendekatan research and development (R & D) melalui tiga tahapan besar, yaitu : 1) tahap pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap uji coba. Adapun informan dalam penelitian ini adalah guru dan anak tunagrahita non verbal di Sekolah Luar Biasa, dengan purposive sampling didasarkan atas pertimbangan kekayaan informasi, bukan pertimbangan statistik. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Analisis data kualitatif dengan deskriptif sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis Single Subject Research (SSR) dilakukan dengan pemberian intervensi secara berulang - ulang kepada subjek penelitian dengan desain A-B-A.

Hasil penelitian pendahuluan mengindikasikan bahwa strategi komunikasi pembelajaran di sekolah kurang mengakomodasi kebutuhan primer anak tunagrahita non verbal. Penelitian ini menghasilkan strategi komunikasi pembelajaran pada anak tunagrahita non verbal yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan anak untuk mengutarakan keinginannya ke toilet.

(5)

ABSTRAC

COMMUNICATION STRATEGY IN LEARNING FOR NON-VERBAL RETARDATION STUDENTS (Raden Roro Setiawati, S.Pd. NIM 1007053, PRODI : PKKh)

This research is to help teachers who having problems in communicating with Non-verbal retardation students. Based on the first research, there’s a problem that considered needs to be a priority and find the alternative solution for this problem.

The problem is how teachers should know and helping non-verbal retardation students’ need to go to the toilet when they’re learning at school.

The main idea of this research is: to make a communicating in learning strategy for non-verbal retardation students. Finally the researcher gave this research in name “Communicating in Learning Strategy for Non-Verbal Retardation Students” (to tell their needs to go to the toilet).

This research using Research and Development Method (R & D) in 3 steps: 1) preliminary; 2) development method; 3) experiment stage. The information sources of this research are teachers and non-verbal retardation students in SLB with purposive sampling based on how much the information, doesn’t with statistic-based research. Data gathering are gathered with observation and interview. Analyzing are descriptively qualified but quantity data are using Single Subject Research (SSR) with continuous intervention to research subject in A-B-A design.

The result of the research showing that communicating in learning strategy for non-verbal retardation students couldn’t accommodating the primer needs for non-verbal retardation students. This research could make the communicating in learning strategy for non-verbal retardation students and it could give positive influence for students’ ability to state their needs to go to the toilet.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 7

BAB II STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNAGRAHITA NON VERBAL ... 9

A. Strategi Pembelajaran ... 10

Pengertian Strategi Pembelajaran 10 B. Komunikasi ... 10

1. Pengertian Komunikasi ... 10

2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal ... 13

a. Komunikasi Verbal ... 13

b. Komunikasi Non Verbal ... 14

c. Bentuk-Bentuk Komunikasi Non Verbal ………... 16

C. Strategi Komunikasi ... 18

1. Pengertian ……….. 18

2. Tujuan Strategi Komunikasi ... 18

3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Penyusunan Strategi Komunikasi ... 18

D. Pembelajaran ... 19

1. Pengertian ………..………. 19

E. Konsep Media Compic ... 20

1. Pengertian Media ... 21

2. Pengertian Computer Picture (COMPIC) ... 22

3. Media Compic ... 24

a. Kegunaan Media Compic ………..… 24

b. Penerapan Compic ……….... 30

F. Strategi Komunikasi Pembelajaran………...… 30

1. Persiapan ……… 35

2. Pelaksanaan ……… 35

(7)

c. Penutup ………. 37

G. Tunagrahita ………. 38

1. Pengetian Tunagrahita ……….. 38

2. Klasifikasi Tunagrahita ………. 40

3. Perkembangan Komunikasi Anak Tunagrahita ……… 40

4. Karakteristik Kasus dalam Komunikasi Anak Tunagrahita .. 41

5. Potensi Bahasa dan Komunikasi Anak Tunagrahita ………. 42

6. Gangguan Komunikasi Verbal Anak Tunagrahita ………… 43

7. Hambatan Komunikasi Anak Tunagrahita ……… 44

8. Menumbhkan Bahasa Ekspresif Tunagrahita Non Verbal … 46 H. Kebutuhan ke Toilet ………...…………. 48

a. Pengkondisian Menuju Kepada Pembiasaan ke Toilet ….... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Lokasi dan Informan Penelitian ... 52

1. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan ………...…. 55

2. Informan Penelitian pada Tahap Studi Pengembangan …….. 57

3. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Uji Coba ……... 59

a. Lokasi dan informan uji coba terbatas ……….. 61

b. Lokasi dan informan uji coba luas ……… 64

c. Lokasi dan Informan Uji Coba Eksperimen... 65

B. Desain Penelitian ……….. 67

C. Prosedur Pengembangan Strategi Komunikasi ……… 69

1. Deskripsi Penelitian Tahap Pendahuluan ………... 72

2. Deskripsi Penelitian Tahap Pengembangan ……….. 74

3. Deskripsi Penelitian Tahap Uji Coba ………. 76

a. Uji coba terbatas ………... 77

1. Instrumen Penelitian Tahap 1 ………. 80

2. Instrumen Penelitian Tahap 2 ………. 81

3. Instrumen Penelitian Tahap 3 ………. 81 a. Teknik Analisis Data ……….... 82

F. Metode Penelitian ……….……….... 83

1. Analisis Data …..………. 85

a. Teknik Pengumpulan Data ……….…………..………… 85

(8)

2) Pengumpulan Data Kuantitatif……… 86

G. Instrumen Penelitian ……….… 87

1. Instrumen Penelitian Kualitatif ………...… 87

2. Instrumen Penelitian Kuantitatif ………... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Hasil Penelitian ... 89

1. Kondisi Objektif Kemampuan Komunikasi pada Anak Tunagrahita Non Verbal ……….... 89

a. Kondisi Objektif Kemampuan Komunikasi ………..… 108

1) Kemampuan Pra-Bicara ………. 108

2) Komunikasi Reseptif ………...….. 108

3) Komunikasi Ekspresif ……… 108

b. Kondisi Objektif Sikap Orang Tua / Guru ……… 109 1) Sikap Orang Tua Terhadap Keadaan Anak ...… 109

2) Perlakuan Terhadap Anak ……….. 109

3) Pemahaman Terhadap Kemampuan Komunikasi ………...… 109

c. Faktor yang Menjadi Pendukung Kemampuan Komunikasi ……….. 109

d. Faktor yang Menjadi Penghambat Kemampuan Komunikasi ……….……….. 110

2. Draft Strategi Komunikasi Pembelajaran ... 120

a. Rancangan Awal ………... 120

3. Validasi Draft Strategi Komunikasi Pembelajaran ………. 141

4. Uji Coba ……….. 147

a. Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak ………… 283

b. Komunikasi yang dilakukan guru ………. 285

2. Draft Strategi Komunikasi dalam Pembelajaran ……… 286

3. Efektivitas Strategi Komunikasi dalam Pembelajaran ……... 287

B. Saran ………. 288

DAFTAR PUSTAKA ………..… 289

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu mengadakan hubungan timbal

balik satu sama lain dengan jalan berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses

penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

ataupun suatu kelompok yang berperan sebagai penerima pesan. Namun

adakalanya dalam proses komunikasi mengalami suatu hambatan yang berarti

yang diakibatkan dari berbagai faktor, terutama dari individu yang berperan

sebagai penyampai pesan. Untuk itu kemampuan berkomunikasi sangatlah

penting di dalam kehidupan, baik itu di lingkungan keluarga maupun lingkungan

sekitarnya karena dengan mempunyai kemampuan berkomunikasi baik individu

dapat menyampaikan pesan dan pikiran, meminta sesuatu yang diinginkan atau

disukai, menyatakan dan mengekspresikan perasaannya, serta dapat memahami

suatu informasi.

Melalui komunikasi, individu dapat mengenal, memahami perasaan serta

keinginan dirinya sendiri, dapat mengekspresikan perasaan, keinginan serta

kemampuan yang dimilikinya.

Melalui komunikasi juga individu dapat membaca dan memahami perasaan,

pemikiran serta keinginan orang lain yang memungkinkan individu untuk

(10)

Bentuk komunikasi yang bisa digunakan manusia adalah tulisan, ekspresi

muka, bahasa tubuh atau gestur dan isyarat. Secara luas dapat dikatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang

terjadi sewaktu-waktu bila individu ingin berkenalan, berhubungan dengan

individu lainnya ataupun untuk mengungkapkan kebutuhan dan keinginn yang

mendasar yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut. Adapun pengertian

komunikasi menurut Tubs dan Moss adalah proses penciptaan antara dua orang

yaitu komunikan dengan komunikator (Mulyana, 2007: 52).

Komunikasi dibagi menjadi dua jenis, ada komunikasi lisan dan

komunikasi tulisan. Dua cara dasar dalam berkomunikasi lisan, yaitu: komunikasi

verbal dan komunikasi non-verbal. Komunikasi verbal, merupakan penyampaian

pesan menggunakan kata-kata (bahasa). Sedangkan komunikasi non-verbal,

merupakan pengiriman pesan dengan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap

tubuh (gesture), ekspresi wajah. Umpan balik komunikasi lisan bisa berupa

kata-kata atau pesan nonverbal. Misalnya, tersenyum, mengangguk, gelisah.

Komunikasi merupakan jembatan untuk membangun interaksi sosial

antara individu dengan orang lain. Menurut Djalaludin Rahmat dalam bukunya

yang berjudul Psikologi Komunikasi (2003: 5-6) memaparkan bahwa dalam

komunikasi ada yang disebut komunikasi antarpersonal dan ada komunikasi

interpersonal, yang mana antara komunikasi antarpersonal dengan komunikasi

interpersonal memiliki keterikatan. Komunikasi antarpersonal yaitu berkaitan

keberfungsian organ-organ dan sistem persyarafan yang ada dalam tubuh,

(11)

3

dengan individu yang lain. Komunikasi interpersonal akan terjalin dengan baik

apabila komunikasi antarpersonal baik.

Sementara itu, hambatan dalam interaksi sosial dan komunikasi yang

dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus akan menjadi masalah yang serius

untuk ditangani, dicarikan solusi dan alternatif, karena tanpa interaksi komunikasi

yang terjalin dengan baik, maka pembelajaran tidak akan berhasil.

Terjadinya suatu komunikasi dalam proses pembelajaran terjadi jika

adanya interaksi antara yang memberi pesan dengan penerima pesan. Ketika

penerima dan pemberi pesan, dalam hal ini adalah anak mengalami hambatan

dalam bahasa ekspresifnya, maka interaksi dalam proses belajar menjadi

terhambat dan berdampak terhadap pemahaman hasil belajar anak. Idealnya,

dalam proses pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan anak

didik dimana keduanya salimg memberi dan menerima pesan yang dapat

dimengerti dan dipahami. Namun tidak demikian pada anak tunagrahita non

verbal, secara otomatis guru seringkali tidak paham dengan apa yang

dimaksudkan oleh anak, hanya mengulang – ulang pertanyaan dengan maksud

menduga - duga anak didiknya. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi anak tunagrahita melalui komunikasi

alternatif. Dalam hal ini guru yang harus berperan untuk melakukan suatu

kegiatan atau pola komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti menganggap perlu adanya suatu

upaya untuk membantu dan menumbuhkan kemampuan bahasa ekspresif dalam

(12)

Williams dan Wright (2004) menyatakan bahwa sesungguhnya anak tuna grahita

sedang masih memiliki potensi bahasa yang dapat dikembangkan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki, misalnya dengan kartu bergambar, gerak tubuh atau

dengan kemampuan visualnya.

Seperti yang dikemukakan oleh Barelson dan Steiner dalam Mulyana (2000:62) bahwa : “komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan kartu bergambar ( kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya)”. Tindakan atau proses transmisi itulah

yang biasanya disebut komunikasi.

Hal inilah yang melatar belakangi sehingga peneliti ingin meneliti Strategi

komunikasi pembelajaran untuk mengutarakan keinginan ke toilet pada anak

tunagarhita non verbal.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas kemudian diidentifikasikan

masalah-masalah dalam penelitan antara lain: kemampuan komunikasi bahasa

ekspresif anak tunagrahita non verbal untuk mengutarakan keinginan ke toilet,

strategi komunikasi pembelajaran yang sudah dan sedang dilakukan guru selama

ini, media computer picture dapat dijadikan alat untuk menumbuhkan komunikasi

(13)

5

2. Perumusan Masalah

Hasil identifikasi masalah tersebut di atas, kemudian dirumuskan dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi objektif komunikasi pembelajaran saat ini :

1) Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak?

2) Strategi komunikasi pembelajaran yang dilakukan guru untuk

mengutarakan keinginan ke toilet?

b. Bagaimanakah draft strategi komunikasi pembelajaran untuk mengutarakan

keinginan ke toilet pada anak tuna grahita non verbal ?

c. Bagaimana Efektivitas strategi komunikasi pembelajaran untuk mengutarakan

keinginan ke toilet pada anak tunagrahita non verbal ?.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan strategi

komunikasi pembelajaran pada anak tunagrahita non verbal. Secara khusus tujuan

penelitian ini untuk menemukan fakta:

1. Kondisi objektif komunikasi pembelajaran saat ini :

a. Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak.

b. Strategi komunikasi pembelajaran yang dilakukan guru.

2. Strategi komunikasi pembelajaran untuk mengutarakan keinginan ke toilet

pada anak tunagrahita non verbal .

3. Efektivitas strategi komunikasi pembelajaran untuk mengutarakan keinginan

(14)

D. Manfaat Penelitian

Strategi komunikasi pembelajaran dalam menumbuhkan bahasa ekspresif

dalam mengutarakan keinginan ke toilet pada anak tunagrahita non verbal

diharapkan dapat bermanfaat bagi subjek penelitian, guru, sekolah dan peneliti

yang kemudian diuraikan sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Subjek Penelitian

Memberikan solusi bagi anak tunagrahita non verbal dalam mengutarakan

keinginan ke toilet agar dapat dipahami oleh lingkungannya.

2. Manfaat Bagi Guru

Memberikan masukan bagi guru dalam pembelajaran, bahwa strategi

pembelajaran komunikasi dengan media compic dapat dijadikan sebagai alat

alternatif komunikasi untuk menggantikan komunikasi verbal anak

tunagrahita non verbal untuk mengutarakan keinginan ke toilet.

3. Manfaat Bagi Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah untuk dapat mempertimbangkan strategi

komunikasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan bahasa ekspresif anak

tunagrahita non verbal dalam mengutarakan keinginan ke toilet.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengalaman untuk merancang strategi komunikasi pembelajaran

yang dapat menumbuhkan bahasa ekspresif dengan menggunakan media yang

(15)

7

E. Struktur Organisasi Penelitian

Sistimatika penulisan tesis yang akan dilalui dalam penelitian Strategi

komunikasi pembelajaran untuk mengutarakan keinginan ke toilet , akan

tergambar apik di dalamnya. Untuk mempermudah dalam pembahasan dan

penyusunan tesis selanjutnya, berikut akan dideskripsikan bagian-bagian yang

menjadi pokok bahasan:

Bab I Membahas tentang latar belakang penelitian. Adapun latar belakang dari

penelitian ini adalah mengungkap kondisi objektif kemampuan komunikasi anak

tunagrahita non verbal dalam situasi pembelajaran serta melihat kondisi objektif

strategi komunikasi pembelajaran yang dilakukan guru selama ini. Guru

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk membantu tumbuh kembang

anak didiknya termasuk perkembangan kemampuan komunikasinya. Terkait

dengan meningkatkan kemampuan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran

anak, guru ditintut untuk memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan

untuk memberikan pendidikan yang optimal dengan melakukan berbagai upaya

yang disebut dengan staregi .

Hal – hal tersebut mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dan

berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka pada bab I ini akan mengungkap

tentang fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, juga manfaat

(16)

Bab II Membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang

berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian khususnya mengenai

teori tentang strategi, komunikasi, & fungsi kajian teoritis yaitu sebagai

landasan dalam analisis temuan di lapangan dan panduan untuk merumuskan

strstegi yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita non verbal.

Bab III Membahas tentang metode penelitian. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kualitatif.

Untuk memperoleh data penelitian , menggunakan tekhnik pengumpulan data

seperti; wawancara mendalam dan observasi. Selain itu pada bab ini juga akan

dibahas mengenai instrumen penelitian, informan, teknik pengumpulan data dan

analisis data penelitian.

Bab IV Membahas hal-hal yang esensial dalam penelitian. Adapun hal pokok

yang disajikan diantaranya; hasil penelitian dan analisis, temuan-temuan

penelitian serta pembahasan yang terkait dengan intervensi pada anak

tunagrahita non verbal sebagai hasil dari penelitian ini.

Bab V Membahas penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Informan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan berlokasi di beberapa SLB di Cimahi.

Informan penelitian adalah anak tunagrahita yang mengalami gangguan

komunikasi verbal, dan merupakan sebuah kasus. Kasus dalam studi kualitatif

merupakan satu contoh dari satu fenomena, bukan sampel yang mewakili populasi

tertentu seperti dalam paradigma kuantitatif (Merriam, 1988). Ini berarti bahwa

penentuan partisipan sebagai sampel dalam penelitian kualitatif tidak

dimaksudkan untuk mewakili satu populasi tertentu, oleh karena itu hasilnya pun

tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada populasi tertentu.

Penggeneralisasian yang valid secara statistik memang jarang menjadi dasar

keputusan dalam pengambilan sampel untuk penelitian kualitatif; melainkan,

penelitian kualitatif lebih mengutamakan kasus yang kaya dengan informasi

untuk diteliti secara mendalam (Frechtling & Sharp, 1997). Praktek seperti ini

disebut “purposive sampling” (Lincoln and Guba, 1985). Lincoln and Guba

mengemukakan bahwa purposive sampling didasarkan atas pertimbangan

kekayaan informasi, bukan pertimbangan statistik. Tujuannya adalah untuk

(18)

Kriteria untuk menentukan kapan sampling itu dihentikan adalah

keberulangan informasinya (informational redundancy), bukan tingkat kepercayaan statistik (statistical confidence level). Dengan menggunakan

purposive sampling, peneliti meningkatkan cakupan atau kisaran data serta

mempertinggi kemungkinan terungkapnya realita secara lebih baik.

Peneliti dapat mempergunakan pertimbangannya (judgment) untuk memilih

sampel yang paling tepat berdasarkan pertanyaan penelitian yang hendak

dicarikan jawabannya (Fetterman, 1989). Pemilihan kasus itu didasarkan atas

signifikansi atau relevansinya dengan pertanyaan penelitian, bukan karena

dipandang representatif.

Oleh karena itu, pemilihan kasus untuk penelitian ini lebih didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Karena kondisi anak sangat variatif, maka pemilihan kasus didasarkan atas

kondisi Informantif yang ditemukan di lapangan.

2. Kasus yang diangkat sangat berkaitan dengan kepentingan komunikasi dalam

pembelajarannya.

3. Kasus yang diangkat adalah kasus yang dianggap paling penting berdasarkan

urgenitas karena merupakan kebutuhan alamiah yang tidak bisa dihindari

namun harus difasilitasi dan dikondisikan.

4. Kasus yang diangkat merupakan kebutuhan alamiah yaitu keinginan untuk ke

(19)

54

Pemilihan sampel untuk partisipan SSR ini dilakukan secara purposif

(purposive sampling) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Anak tunagrahita yang mengalami hambatan komunikasi verbal (nonverbal).

2. Anak belum pernah mengikuti strategi intervensi komunikasi.

3. Anak yang suka buang air di kelas pada jam pelajaran.

Pendekatan penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi dalam

pembelajaran pada Anak Tunagrahita Non Verbal” (untuk mengutarakan

keinginan ke toilet) menggunakan pendekatan research and development (R &

D). Pendekatan R & D merupakan penelitian yang dibangun atas beberapa tahap

penelitian.

Borg & Gall dalam Sukmadinata (2005:169) mengemukakan sepuluh

langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan :

“(1) penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting),

(2) perencanaan (planning), (3) pengembangan tarap produk (develop preliminary

form of product), (4) uji lapangan awal (preliminary field testing), (5) merevisi

hasil uji coba (main product revision), (6) uji coba lapangan (main field testing), (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product revision), (8) uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing), (9) penyempurnaan produk akhir (final product revision), dan (10) desiminasi dan implementasi (desimination dan implementation)”.

Selanjutnya kesepuluh langkah penelitian tersebut, Sukmadinata (2005:184)

memodifikasinya dalam tiga langkah yaitu : 1) studi pendahuluan, 2)

pengembangan model dan 3) pengujian model.

Merujuk pada modifikasi model penelitian dan pengembangan dari

Sukmadinata, penelitian ini akan dilaksanakan menjadi tiga tahap penelitian,

dimana setiap tahapan penelitian dilakukan pada kelompok yang berbeda sesuai

(20)

Tahapan – tahapan penelitian yang dimaksud adalah; 1) tahap pendahuluan;

2) tahap pengembangan dan 3) tahap uji coba. Setiap tahap penelitian tersebut di

lakukan di lokasi dan informan penelitian yang berbeda. Berikut ini akan dibahas

satu persatu mengenai lokasi dan informan penelitian untuk setiap tahapnya.

1. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan

Penelitian ini dilakukan di sekolah luar biasa yang ada di kota Cimahi.

Adapun kriteria pemilihan lokasi penelitian ini adalah : 1) Sekolah luar biasa yang

mempunyai siswa dengan klasifikasi tunagrahita yang mengalami hambatan

komunikasi verbal dalam bahasa ekspresif. 2) Sekolah yang bersedia dijadikan

Informan penelitian.

Dari delapan sekolah luar biasa yang ada di kota Cimahi, terdapat tiga lokasi

yang memenuhi kriteria untuk dijadikan Informan penelitian, yaitu Asrama

Pambudi Dharma, Sekolah Luar Biasa pambudi Dharma I, dan Sekolah Luar

Biasa Yatira. Sedangkan yang ditetapkan peneliti sebagai lokasi penelitian untuk

tahap satu atau studi pendahuluan adalah Asrama Sekolah Luar Biasa Pambudi

Dharma I Cimahi, atas rekomendasi dari guru karena dengan pertimbangan pada

saat studi pendahuluan tidak mengganggu jalannya kegiatan kurikulum sekolah

yang pada saat itu sedang banyak kegiatan sehingga tidak memungkinkan untuk

melaksanakan penelitian, maka asrama adalah lokasi yang tepat untuk memulai

penelitian pada saat itu. Namun pada tahap ini pula penelitian dilanjutkan dengan

(21)

56

kedinasan untuk melengkapi data yang sudah diperoleh dari orang tua..

Sedangkan penelitian tahap dua ( pengembangan ) dilaksanakan pada kelas

tertentu di Sekolah Luar Biasa Pambudi Dharma I Cimahi dan tahap ketiga yaitu

tahap uji coba dilakukan pada beberapa anak tunagrahita non verbal lainnya yang

ada di Sekolah Luar Biasa pambudi Dharma I dan di Sekolah Luar Biasa Yatira

Cimahi.

Pelitian pada tahap pendahuluan , terdiri dari 2 orang informan yang

berinisial S dan Y. Dari S dan Y ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang komunikasi anak pada saat ini dan strategi apa yang dilakukan dalam

mengembangkan komunikasi anak pada saat ini. S dan Y dijadikan Informan

penelitian dengan pertimbangan bahwa S dan Y adalah orang tua dari anak

tunagrahita yang mengalami hambatan komunikasi verbal dalam (bahasa

ekspresif). S dan Y ini juga menginformasikan berupa keluhan bahwa anak –

anaknya suka mengompol ataupun buang air besar dimana saja, bahkan terkadang

di sekolah saat pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena anak tidak

mampu mengkomunikasikannya begitu pun orang dewasa dalam hal ini orang tua

ataupun guru terkadang kurang dapat membaca sinyal atau gesture yang

dimunculkan anak ketika mau buang air, karena dalam kesehariannya tidak selalu

terfokus pada anak tersebut. Informan penelitian lainnya yaitu 2 orang anak

berinisial SP dan R yang termasuk klasifikasi tunagrahita yang mengalami

hambatan komunikasi verbal ( bahasa ekspresif ), terlihat selama observasi dan

melalui asesmen di asrama untuk kepentingan komunikasi anak tunagrahita non

(22)

Tabel 3.1

Jumlah Informan Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan

No Informan Jumlah Informan

1 Orang tua dari anak tunagrahita non verbal 2 2 Anak tunagrahita non verbal yang tinggal di Asrama 2

2. Informan penelitian pada Tahap Studi Pengembangan

Pada Tahap Studi pengembangan ini, peneliti melakukan 3 langkah :

a. Rumusan Strategi

Perumusan strategi komunikasi pembelajaran pada anak tunagrahita ini,

bertitik tolak pada hasil analisis daripada observasi langsung di lapangan dan

wawancara dengan orang tua dan guru kelas, sehingga dapat menarik kesimpulan

sementara mengenai kondisi awal kemampuan komunikasi anak dan strategi

komunikasi yang dilakukan oleh guru untuk kepentingan penelitian yang dapat

menghasilkan draft yang ideal. Proses perumusan draft strategi komunikasi dapat

(23)

58

b. Validasi

Validasi penelitian yang digunakan pada tahap ini adalah Teknik Delphi.

Teknik Delphi adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para

pakar melalui pendekatan intuitif. Seperti yang dikemukakan Cohan , Manion dan

Marison, (2000) teknik Delphi yaitu, suatu teknik penilaian untuk mengambil

keputusan dengan mengirimkan rancangan strategi untuk divalidasi oleh ahli,

hasil keputusan dari para ahli kemudian ditarik sebagai keputusan umum.

Setiap ahli senantiasa memberikan catatan baik berupa penambahan,

pengurangan, ataupun koreksi terhadap rumusan draft yang sudah dibuat peneliti,

sebagai bahan pertimbangan dan masukan guna perbaikan produk yang akan diuji

cobakan.

Dalam teknik delphie lokasi tidak ditentukan oleh peneliti, karena pada

tahap ini adalah tahap memvalidasi rumusan strategi komunikasi dalam

pembelajaran dengan cara mengkonsultasikannya pada pakar dibidang pendidikan

dan ahli komunikasi alternatif dan augmentatif.

Jadi peneliti mendatangi pakar komunikasi alternatif dan augmentatif dan

tenaga ahli terapis untuk anak non verbal diluar jam pelajaran dengan terlebih

dahulu membuat perjanjian untuk menentukan waktunya.

Tabel 3.2

Jumlah Ahli Judgment

No Ahli Judgment Jumlah Informan

1 Ahli Pendidikan Khusus 1

2 Ahli Komunikasi Alternatif & Augmentatif 1

(24)

Tahap ini dilakukan agar mendapat masukan guna penyempurnaan

strategi komunikasi dalam pembelajaran untuk mengutarakan keinginan ke toilet

pada anak tunagrahita non verbal. Peneliti menganalisa hasil validasi dan

menyempurnakan rumusan berdasarkan masukan yang didapat dari para ahli,

yang selanjutnya dilatihkan dan disosialisasikan pada guru selaku praktisi yang

akan mengintervensi anak yang mempunyai kasus dalam komunikasi.

c. Revisi

Hasil validasi dari para ahli dijadikan dasar sebagai acuan untuk

melakukan revisi terhadap strategi yang dibuat sehingga dianggap cocok sebagai

draft yang siap untuk diuji cobakan.

3. Lokasi dan Informan Penelitian pada Tahap Uji Coba

Penelitian tahap ketiga adalah tahap uji coba, peneliti melakukan

penelitian di beberapa kelompok belajar di SLB Pambudi Dharma I dan SLB

Yatira Cimahi. Yang menjadi Informan penelitian adalah , guru / wali kelas dan

anak tunagrahita yang mengalami hambatan komunikasi dalam bahasa ekspresif.

Tahap uji coba dalam penelitian ini dilakukan tiga tahap, tahap pertama

adalah tahap uji coba terbatas, tahap kedua adalah tahap uji coba luas dan tahap

uji eksperimen.

Tahap uji coba terbatas dilakukan di dua kelompok belajar yang ada di

SLB Pambudi Dharma I Cimahi, sedangkan tahap uji coba luas dilakukan di

beberapa kelompok belajar lainnya yang ada di SLB Pambudi Dharma I Cimahi

(25)

60

UJI

EKSPERIMEN

eksperimen dilakukan di SLB Arras Cimahi, tahap ini bertujuan untuk melihat

apakah rumusan strategi komunikasi dalam pembelajaran pada anak tunagrahita

non verbal dapat atau tidak dilaksanakan para guru di lapangan, apa yang menjadi

hambatan, ada atau tidak ada faktor yang mempengaruhi, serta mencari alternatif

pemecahannya untuk bahan penyempurnaan strategi komunikasi dalam

pembelajaran selanjutnya.

Proses uji coba

Gambar 3.4

UJI COBA TERBATAS UJI COBA LUAS

perencanaa n perencanaan

pelaksanaan Refleksi

pelaksanaan Refleksi

Analisis Analisis

STRATEGI KOMUNIKASI

(26)

a. Lokasi dan informan uji coba terbatas

Proses uji coba terbatas ini merupakan penerapan draft strategi

komunikasi dalam pembelajaran yang dilakukan sebanyak 3 putaran, 1 putaran

berulang – ulang selama 3 hari, dalam 1 hari sekitar 1 sampai 2 jam. Selama

proses uji coba ini, peneliti bersama guru kelas bekerjasama, mengatur strategi,

mengkondisikan situasi, mengkondisikan anak, yang kemudian mendiskusikannya

untuk melakukan revisi sebagai langkah penyempurnaan untuk dilakukan pada

latihan atau putaran berikutnya.

Adapun tahap pertama yaitu uji coba terbatas dilaksanakan pada kelas

tertentu di Sekolah Luar Biasa Pambudi Dharma I, tepatnya pada 2 kelompok

belajar yang terdiri dari 2 orang guru dan 3 orang peserta didik.

Kelompok belajar 1 terdiri dari 1 orang guru yang berinisial TC, dengan 2 orang

peserta didik yang berinisial SP dan SF. SP adalah peserta didik yang tinggal di

asrama, yang pada penelitian tahap studi pendahuluan adalah sebagai informan.

Sedangkan kelompok belajar 2 terdiri dari 1 orang guru yang berinisial EL,

dengan 1 orang peserta didik dengan inisial R yang juga menjadi informan pada

penelitian tahap studi pendahuluan.

Tabel 3.3

Informan Tahap Uji Terbatas

No Informan Jumlah

1 Kelompok belajar 1 1 orang guru

2 orang peserta didik

2 Kelompok belajar 2 1 orang guru

(27)

62

Pada uji coba terbatas ini, melalui 4 langkah yang satu sama lain saling berkaitan,

yaitu :

a. Perencanaan, adalah langkah awal dimana peneliti merencanakan segala

sesuatunya yang akan mendukung proses penelitian, dengan membuat

instrumen dan panduan uji coba untuk menerapkan strategi komunikasi dalam

pembelajaran bagi anak tunagrahita.

b. Pelaksanaan, merupakan kegiatan inti dalam tahap uji coba. Peneliti mulai

menjalankan skenario tindakan berupa strategi komunikasi dalam

pembelajaran, menyiapkan alat pendukung yang diperlukan, dan melakukan

simulasi pelaksanaan. Pada proses pelaksanaan peneliti dapat bekerjasama

dengan guru yang sudah mendapat latihan strategi komunikasi pemebelajaran

sebelumnya, dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai

pengamat. Agar pelaksanaan intervensi sesuai dengan tujuan yang sudah

ditetapkan.

c. Analisa; disini peneliti melakukan suatu kegiatan mencermati atau menelaah,

menguraikan dan mengkaitkan setiap temuan yang terkait dengan kondisi

awal sebagai input, untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan proses

dan kesesuaian strategi komunikasi pembelajaran dengan masalah yang

dihadapi.

d. Refleksi; adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir

ke belakang tentang apa – apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu

(28)

Refleksi diperlukan karena pengetahuan harus dikontekstualkan agar

sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas. Sehingga dapat berpengaruh

pada strategi komunikasi dalam pembelajaran agar dapat diaplikasikan untuk

kepentingan komunikasi lainnya.

Refleksi bisa diartikan sebagai kegiatan tinjau ulang mengenai proses,

melihat adakah kendala yang dihadapi dan kemungkinan apa yang akan dilakukan

untuk perbaikan atau penyempurnaan strategi komunikasi dalam pembelajaran

yang sedang diujicobakan.

Disini peneliti mendiskusikannya dengan guru kelas sebagai praktisi untuk

menghasilkan rekontruksi makna situasional yang kondusif sekaligus sebagai

dasar perbaikan rencana siklus berikutnya dimana refleksi memiliki aspek

evaluatif sehingga dapat atau menerima saran-saran untuk suatu strategi yang

lebih baik. Proses Uji coba terbatas dapat divisualisasikan sebagai berikut :

Gambar 3 .2

Jadi pada dasarnya uji coba terbatas ini dilakukan untuk melihat

pelaksanaan strategi komunikasi dalam pembelajaran yang telah direvisi sudah

sempurna atau belum sehingga dapat dilakukan uji coba berikutnya yaitu uji coba

luas.

Uji Coba Terbatas

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

(29)

64

b. Lokasi dan informan uji coba luas

Uji coba luas merupakan uji coba dari draft strategi yang didasarkan

kepada hasil revisi dalam uji coba terbatas. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

apakah dapat menjadi solusi yang dapat mengatasi masalah komunikasi anak

tunagrahita non verbal atau tidak, sehingga dapat disempurnakan dan

dilaksanakan secara efektif oleh para guru di lapangan. Pada penelitian ini, uji

luas dilaksanakan pada beberapa kelompok belajar di SLB Pambudi Dharma I

Cimahi, dan kelompok belajar di SLB Yatira Cimahi.

Proses Uji coba luas dapat divisualisasikan sebagai berikut :

Gambar 3.3

Tabel 3.4

Informan Tahap Uji Coba Luas

(30)

c. Lokasi dan Informan Uji Coba Eksperimen

Tahap uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi

komunikasi dalam pembelajaran ini dapat digunakan guru di sekolah lain dan

melihat apakah terdapat implikasi pembelajaran terhadap komunikasi dalam

situasi belajar pada anak tunagrahita non verbal. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, maka akan dilakukan uji coba lanjut yaitu uji eksperimen.

Uji Coba Eksperimen dillakukan di SLB Arras Cimahi yang dilakukan

untuk menguji efektifitas strategi komunikasi dalam pembelajaran yang sudah

dilakukan pada uji terbatas dan uji luas yang kemudian dianalisis dan direfleksi

sehingga menghasilkan rancangan strategi komunikasi pembalajaran yang utuh.

Pada tahap experimen peneliti tidak melakukan asesmen secara langsung, akan

tetapi terlebih dahulu menjelaskan pada pihak sekolah, bahwa penelitian kali ini

yang akan dilakukan adalah mengintervensi anak tunagrahita non verbal untuk

mengutarakan keinginannya ke toilet pada saat pembelajaran.

Untuk itu peneliti mencari informasi tentang siswa yang termasuk kedalam

kriteria tersebut. Selanjutnya peneliti yang mengemukakan maksud dan tujuan

serta program yang akan dilakukan terhadap siswa hambatan verbal dalam rangka

memvasilitasi kebutuhan anak dalam hal berkomunikasi untuk mengutarakan

keinginan ke toilet pada saat pembelajaran dengan menggunakan bantuan media

berupa kartu yaitu media compic yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi

(31)

66

Kemudian peneliti bekerjasama dengan wali kelas atau guru untuk

melaksanakan latihan atau intervensi langsung terhadap siswa yang mengalami

hambatan verbal atau non verbal. Peneliti pun berusaha mengadakan pendekatan

pada siswa, agar pada pelaksanaannya satu sama lain sudah saling mengenal.

Kegiatan intervensi pada uji coba eksperimen ini dilakukan oleh dua

kelompok belajar yang terdiri dari dua orang guru dan tiga orang siswa.

Strategi komunikasi dalam pembelajaran ini dilakukan sesuai dengan apa

yang sudah dilakukan pada saat uji coba luas, yang mana guru di sekolah ini

hanya bersedia bekerjasama dengan peneliti untuk mengintervensi menggunakan

media compic tanpa diberikan kewenangan untuk memberikan saran atau

masukan apapun atas strategi komunikasi dalam pembelajaran yang dilakukan.

Pada kegiatan ini dilakukan tiga siklus, satu siklus dilakukan tiga hari

dalam satu minggu, jadi uji coba eksperimen ini dilakukan dalam kurun waktu

tiga minggu.

Rancangan Strategi Komunikasi dalam pembelajaran bila divisualisasikan,

(32)

Tabel 3. 5

Informan Tahap Uji Eksperimen

No Informan Jumlah

1 Kelompok belajar 7 1 orang guru

1 orang peserta didik

2 Kelompok belajar 8 1orang guru

2 orang peserta didik

B. Desain Penelitian

Design penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian

yang akan dilaksanakan (Bungin, 2010:87), sedangkan Nazir (2009: 84)

menyatakan bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan

bahwa desain penelitian adalah rancangan atau pedoman dari semua proses

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan suatu strategi

komunikasi dalam pembelajaran, dan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat

digunakan hanya dengan satu pendekatan penelitian saja. Peneliti membutuhkan

pendekatan kualitatif pada tahap pendahuluan dan pengembangan yang

membutuhkan pendekatan eksperimental untuk menguji apakah strategi yang akan

dihasilkan terbukti efektif menumbuhkan bahasa ekspresif anak untuk

mengutarakan keinginan ke toilet pada saat jam pembelajaran di sekolah.

Produk akhir dari penelitian ini adalah Strategi Komunikasi dalam

(33)

68

and development (R & D). Pendekatan R & D adalah metode yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2010). Senada dengan yang dikemukan oleh Borg & Gall (1986: 772) bahwa: “Educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational product”. Jadi pendekatan R&D merupakan

metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk kemudian memvalidasi

produk tersebut untuk mengukur keefektifannya.

Penulis memilih metode ini dengan maksud ingin menguji strategi

komunikasi dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mengupayakan agar

anak mampu mengoptimalkan kemampuan komunikasi dengan menggunakan

media compic melalui strategi komunikasi dalam pembelajaran pada anak

tunagrahita non verbal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Syaodih Sukmadinata (2010:164)

yang menyatakan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah suatu

proses atau langkah- langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada , yang dapat dipertanggungjawabkan.

Secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan yang

dikembangkan oleh Sukmadinata dan kawan- kawan terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1) Studi pendahuluan, 2) Pengembangan , 3) Uji coba .

Setiap tahapan pada penelitian ini dilakukan dengan cara yang

berbeda-beda disesuaikan dengan permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian

(34)

pengembangan stategi menggunakan metode deskriptif karena pada tahap ini

peneliti memerlukan data-data yang sifatnya deskriptif untuk mengetahui kondisi

objektif dan strategi komunikasi dalam pembelajaran di lapangan.

C. Prosedur Pengembangan Strategi Komunikasi

Proses pengembangan melalui beberapa tahapan :

1. Menganalisis data hasil observasi langsung pada anak dan data hasil

wawancara dengan orang tua dan guru serta mencoba menemukan

keterkaitan antara keduanya sehingga dapat ditafsirkan sebagai faktor yang

berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi anak tunagrahita non verbal.

2. Menganalisis strategi yang ada selama ini mulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sampai dengan tindak lanjut yang dilakukan oleh

guru untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan strategi

komunikasi anak tunagrahita non verbal.

3. Merumuskan draft strategi komunikasi dalam pembelajaran yang beracuan

pada hasil analisis di lapangan.

4. Validasi draft dalam bentuk manual strategi komunikasi dalam pembelajaran

pada anak tunagrahita non verbal, dengan cara mendatangi ahli komunikasi

alternatif dan augmentatif, ahli pendidikan kebutuhan khusus dan praktisi

(guru SLB khusus tunagrahita) dengan tujuan agar memperoleh tanggapan

ataupun masukan serta saran untuk kepentingan penyempurnaan dan

(35)

70

5. Memperkenalkan manual strategi komunikasi dalam pembelajaran dan

melatih guru – guru dengan melakukan simulasi khusus untuk kemudian

dapat melakukan intervensi pada anak tunagrahita non verbal, dengan

harapan dapat menemukan sesuatu yang perlu direvisi dan selanjutnya untuk

(36)

Observasi

wawanca

Gambar. 3.6

(37)

72

1. Deskripsi Penelitian Tahap Pendahuluan

Tahap pertama penelitian ini disebut juga tahap pendahuluan, yang mana

pada tahap ini peneliti melakukan serangkaian penelitian pendahuluan. Studi

pendahuluan dilakukan dengan mengunjungi beberapa sekolah luar biasa yang

ada di Cimahi. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan melihat atau menemukan

anak tunagrahita yang mengalami hambatan dalam komunikasi.

Di Cimahi terdapat delapan sekolah luar biasa, dari kedelapan sekolah luar

biasa yang peneliti kunjungi , peneliti mendapat informasi sekolah mana yang

terdapat anak tunagrahita yang mengalami hambatan dalam komunikasi. Dengan

berbagai pertimbangan, akhirnya peneliti menentukan lokasi mana yang dijadikan

tempat untuk penelitian tahap studi pendahuluan di sebuah panti, yaitu di asrama

yayasan Pambudi dharma yang berlokasi di Cipageran bersebelahan dengan

sekolah luar biasa yayasan pambudi dharma I Cimahi.

Peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak yayasan, karena di

panti / asrama tidak ada pengurus secara khusus berdomisili di tempat itu. Setelah

mendapatkan izin penelitian di lokasi tersebut, maka peneliti mulai menyusun

instrumen untuk mengetahui menelaah hal – hal yang barkenaan dengan hambatan

komunikasi yang dialami anak, sehingga bisa mendapatkan informasi yang akurat

tentang kondisi objektif kemampuan komunikasi anak tunagrahita non verbal.

Dari hasil penelaahan melalui wawancara dengan guru dan orang tua,

peneliti juga melakukan observasi langsung di lapangan untuk melihat bagaimana

anak tunagrahita non verbal berinteraksi dengan lingkungannya dan

(38)

kemampuan komunikasinya, agar peneliti dapat menyusun instrumen yang dapat

menggali ; 1) sejauh mana kemampuan komunikasinya, 2) apa yang menjadi

hambatannya, dan 3) sikap guru terhadap permasalahan anak, 4) solusi apa yang

mungkin dapat menjadi alternatif untuk menangani hambatannya.

Observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dengan

asesmen. peneliti mengasesmen dua anak tunagrahita non verbal yang tinggal di

panti / asrama pambudi dharma, dengan menyoroti 1) riwayat perkembangan

kemampuan komunikasi anak, 2) kemampuan bahasa reseptifnya, 3 ) bahasa

ekspresifnya,

Pada tahap ini pula peneliti melakukan pencatatan atas apa yang dilihat,

fenomena apa yang terjadi, dan untuk memperoleh data yang lebih mendalam,

peneliti melakukan wawancara dengan guru kelasnya mengenai bagaimana cara

berkomunikasinya; seperti apa perencanaan, implementasi dan evaluasi yang

berkenaan dengan komunikasinya.

Setelah pengambilan data pada tahap pendahuluan di lapangan, penelitian

dilanjutkan dengan melakukan studi kepustakaan, dengan mencari buku sumber

ataupun literatur yang terkait dengan masalah komunikasi anak tunagrahita non

verbal. Tujuan studi kepustakaan ini untuk menganalisis temuan yang muncul di

lapangan.

Jika semua data yang diperlukan sudah terkumpul, maka peneliti mulai

melakukan analisis terhadap data – data tersebut. Dari hasil analisis itulah akan

(39)

74

Langkah selanjutnya merumuskan Draft strategi komunikasi yang

dianggap dapat mengatasi hambatan yang dialami anak.

Strategi yang dikembangkan peneliti adalah strategi komunikasi yang

dianggap perioritas dari sekian banyak hal yang dianggap penting, yaitu strategi

komunikasi untuk mengutarakan keinginan ke toilet.

2. Deskripsi Penelitian Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan adalah tahap kedua setelah pembuatan draft, yaitu

merumuskan atau merancang strategi yang bertolak ukur pada tahap pendahuluan

yaitu mengenai komunikasi anak tunagrahita non verbal, maka dikembangkan

dalam strategi komunikasi dalam pembelajaran pada anak tunagrahita non verbal (

untuk mengutarakan keinginan ke toilet ). Peneliti memvalidasikan pada ahli .

Ahli yang dimaksud adalah ahli dalam pendidikan anak kesulitan belajar, ahli

dalam komunikasi alternatif dan augmentatif, ahli dalam pendidikan intervensi

dini dan praktisi pendidikan, yaitu guru kelas atau wali kelasnya yang benar –

benar mengetahui dan mengikuti perkembangan komunikasi anak yang dijadikan

sebagai Informan penelitian. Setiap masukan dari ahli akan menjadi bahan

pertimbangan peneliti guna penyempurnaan strategi yang akan dihasilkan.

a. Perumusan Draft Strategi

Penyusunan draft awal strategi didasarkan pada hasil analisis data studi

pendahuluan dan studi konsep komunikasi. Langkah ini akan ditempuh melalui

(40)

1) Melakukan screening terhadap peserta didik yang teridentifikasi anak

tunagrahita non verbal.

2) Mengasessmen peserta didik yang teridentifikasi anak tunagrahita non

verbal.

3) Menganalisa strategi komunikasi dalam pembelajaran yang diterapkan selama

itu dilihat dari tujuan, metode, materi, media dan rancangan pembelajaran

yang dikembangkan guru sebagai pertimbangan dalam pengembangan

strategi kemampuan komunikasi.

4) Menyusun draft strategi komunikasi dalam pembelajaran yang didasarkan

kepada hasil analisis empiric.

b. Validasi

Validasi Draft memperoleh tanggapan mengenai ;sistematika strategi,

kesesuaian materi, metode dan strategi, tehnik penyajian dan media, ketercapaian

materi, maksud tujuan dan pemahaman strategi.

Validasi draft strategi dilakukan dengan tujuan untuk menilai kisi - kisi

screning , instrument asesment dan strategi yang telah dirancang kepada ahli

Pendidikan Khusus dan praktisi . Tujuan lainnya untuk melihat kelemahan untuk

direvisi kemudian sebelum diterapkan pada ujicoba terbatas.

Adapun langkah – langkah yang ditempuh peneliti pada tahap kedua ini adalah

sebagai berikut :

1) Peneliti menyiapkan panduan dan instrumen yang akan divalidasikan kepada

(41)

76

2) Peneliti menghubungi ahli yang direncanakan, untuk membuat janji

sehubungan dengan waktu dan kesediaan para ahli untuk melakukan validasi

terhadap rancangan strategi komunikasi yang telah dibuat oleh peneliti.

3) Dalam pelaksanaan validasi; peneliti menyiapkan draft strategi komunikasi

yang akan divalidasi, panduan untuk memvalidasi dan format catatan yang

digunakan oleh ahli ketika akan memberi input.

4) Setiap ahli didatangi sesuai kesepakatan baik waktu maupun tempat yang

ditawarkan oleh ahli.

5) Input yang diberikan para ahli dicatat dan dianalisis sebagai pertimbangan

untuk kesempurnaan rancangan strtegi komunikasi yang dihasilkan.

c. Revisi

Setelah divalidasi dan dianalisis, peneliti merevisi guna menyampurnakan

rancangannya, yaitu strategi komunikasi dalam pembelajaran pada anak

tunagrahita non verbal ( untuk mengutarakan keinginan ke toilet )

3. Deskripsi Penelitian Tahap Uji Coba

Uji coba draft strategi komunikasi dalam pembelajaran untuk melihat

apakah langkah- langkah dan prosedur pada strategi komunikasi dalam

pembelajaran yang telah dirancang dapat dilaksanakan guru pelaksana atau tidak.

Tahap uji coba ini dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu : 1) uji coba

terbatas, 2) uji coba luas, 3) Uji eksperimen. Yang mana dalam setiap langkah

(42)

pertemuan dalam satu minggu, selama 3 hari berturut - turut. Pada tahap ini

diharapkan menghasilkan temuan - temuan baru.

a. Uji coba terbatas

Strategi komunikasi pertama kali diuji cobakan di SLB Pambudi dharma I

Cimahi ketika peneliti malaksanakan uji terbatas, tepatnya pada dua kelompok

belajar, yang terdiri dari satu orang guru dan satu orang peserta didik, kemudian

kelompok belajar yang lain satu orang guru dengan dua orang peserta didik.

Dalam uji coba terbatas merupakan penerapan draft strategi yang akan dilakukan

oleh guru. Tahap ini bertujuan melihat apakah rancangan strategi yang

dirumuskan dalam draft strategi komunikasi dalam pembelajaran dapat

dilaksanakan para guru pelaksana di SLB Pambudi Dharma I Cimahi dan melihat

kesulitan yang mungkin muncul dan mencari alternative pemecahan yang dapat

dilakukan untuk penyempurnaan draft strategi tersebut.

b. Uji Coba luas

Uji coba luas merupakan uji coba dari draft strategi hasil dari revisi uji

coba terbatas.. Tujuan uji coba lebih luas dimaksudkan untuk melihat tingkat

kelayakan kontek Informan penelitian yang lebih luas, apakah strategi hasil uji

coba terbatas memiliki tingkat keterlaksanaan dengan hasil yang sama terhadap

kemampuan komunikasi pada anak tunagrahita non verbal atau tidak. Jika tidak ,

strategi atau penyempurnaan seperti apa yang perlu dilakuakan, sehingga strategi

(43)

78

penyempurnaan pelaksanaan pada uji coba luas secara prinsip ditempuh dengan

cara yang sama sebagaimana halnya pada uji coba terbatas.

Uji coba luas ini adalah tahap uji lebih luas lagi dibandingkan dengan uji

coba terbatas . Uji coba luas ini dilaksanakan di SLB Pambudi Dharma I dan SLB

Yatira Cimahi.

Produk hasil uji coba luas ini selanjutnya dilihat kembali efektivitasnya

dalam uji eksperimen.

c. Uji eksperimen

Uji eksperimen,dilaksanakan di SLB Arras Cimahi. Uji eksperimen

strategi merupakan langkah ketiga atau langkah terakhir dari penelitian ini, yaitu

terwujudnya satu strategi. Uji eksperimen strategi dilakukan setelah ditempuh

pada uji coba luas. tujuan umum penelitian

Tujuan uji eksperimen untuk melihat apakah produk akhir dari strategi

komunikasi dalam pembelajaran pada anak tunagrahita menunjukkan hasil yang

berdampak positif dan memiliki efisiensi dalam mengoptimalkan kemampuan

komunikasi anak tunagrahita non verbal.

D. Definisi Konsep

Untuk memperoleh konsep pemahaman dan kesamaan pengertian terhadap

(44)

1. Strategi

Strategi yaitu suatu upaya yang direncanakan disusun secara bertahap

dengan mempertimbangkan kepentingan data dan fakta yang ada untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

3. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah cara-cara teknik pembelajaran yang

direncang secara sistematis yang harus dikerjakan guru dan dilalui siswa untuk

menyampaikan dan menerima materi pembelajaran dengan urutan kegiatan,

pengorganisasian materi, menggunakan peralatan dan bahan, serta menggunakan

waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

4. Komunikasi

Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dengan

penerima pesan baik itu berupa lisan, isyarat, tulisan maupun tanda- tanda untuk

memaknai peristiwa ataupun konsep.

5. Computer picture (compic)

Adalah kartu simbol yang terbuat dari bahan karton yang memuat gambar

benda dan gambar aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan kebutuhan anak

digunakan sebagai alat komunikasi alternatif dalam proses komunikasi untuk

(45)

80

picture bersifat representatif sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi

alternatif bagi anak tunagrahita yang mengalami gangguan komunikasi verbal.

6. Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang

mempunyai hambatan dalam intelegensi dan memiliki kemampuan dibawah

rata-rata serta mengalami hambatan dala perkembangan bahasanya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data

berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Instrumen penelitian ini

dirancang dan dibuat disesuaikan dengan tahapan penelitian. Instrumen yang

dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Istrumen Penelitian Tahap 1

Instrumen dirancang dan dipersiapkan unruk mengungkap fenomena yang

ada, mengenai kondisi objektif yaitu kemampuan komunikasi anak, berupa

pedoman observasi. Sedangkan untuk melengkapi data yang mungkin tidak

terambil karena keterbatasan ruang, waktu dan gerak, maka dirancang pula

pedoman wawancara yang sifatnya tidak terikat atau tak berstruktur. Wawancara

ini dilakukan kepada guru kelas. Pedoman observasi maupun pedoman

wawancara dibuat berdasarkan kisi – kisi penelitian yang sudah disusun

(46)

2. Instrumen penelitian Tahap 2

Instrumen yang digunakan pada tahap pengembangan adalah

menggunakan format validasi kisi – kisi keterbacaan program. Peneliti

menggunakan format tersebut, karena pada tahap ini peneliti memerlukan

masukan atau input dari para pakar dan praktisi terkait dengan pengembangan

strategi komunikasi dalam pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

3. Instrumen Penelitian Tahap 3

Penelitian tahap tiga menggunakan metode quasi eksperimen. Pada penelitian

ini akan dilakukan pengumpulan data dengan mengadakan pengecekan

kemampuan sebelum diintervensi dan sesudah diintervensi dengan menggunakan

desain A-B-A. Adapun instrumen yang digunakan pada tahap ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. 12 Penilaian Indikator

NO Indikator

Skor yang diperoleh

Pertemuan

1 2 3

1 Menunjukkan compic 2 Menunjukkan arah toilet 3 Spontanitas keduanya

Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai perubahan komunikasi non verbal

tersebut, maka di buat penskoran sebagai berikut:

 Skor 1 Apabila anak tidak dapat melakukan

 Skor 2 Apabila anak dapat melakukan dengan banyak bantuan

 Skor 3 Apabila anak dapat melakukan dengan sedikit bantuan

(47)

82

a. Teknik Analisis Data

Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan observasi serta data

kuantitatif yang diperoleh melalui SSR dianalisis secara terpisah, kemudian

peneliti menginterpretasikan kaitan antara kedua jenis data hasil penelitian

tersebut.

Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan cara melihat, memeriksa,

membandingkan, dan menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang

muncul dalam data penelitian (Frechtling & Sharp, 1997).

Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Frechtling & Sharp, 1997; Bloland,

1992), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.

Gambar 3.7

Komponen dalam analisis data (interactive model) Data

Kolection

Data Display

Data Reduction

(48)

Uraian dari fase-fase tersebut sebagai berikut :

a. Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,

mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam

transkrip wawancara.

b. Penyajian data, analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan

disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan

terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Di dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan bentuk sajian data yang berupa tabel.

c. Penarikan konklusi dan verifikasi, penarikan konklusi dilakukan dengan

melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah

dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian

terkait. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bloland (1992: 4)

bahwa verifikasi di dalam penelitian kualitatif sama fungsinya dengan

reliabilitas dan validitas di dalam penelitian kuantitatif. Dia mengemukakan,

“Verification performs for qualitative research what reliability and validity perform for quantitative research”.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & D)

dengan Exploratory Mixed Method Research Design. Penelitian menggunakan

dua jenis data, yaitu data dalam bentuk kualitatif dan data dalam bentuk

(49)

84

observasi untuk menggali tentang kebiasaan dan kemampuan bahasa ekspresif

anak ketika berkomunikasi dalam situasi pembelajaran maupun di luar

pembelajaran di sekolah terutama dalam hal menyampaikan kebutuhan, keinginan

dan perasaanya. Wawancara dilakukan kepada guru untuk mengetahui

kemampuan komunikasi anak tunagrahita sedang yang mengalami gangguan

komunikasi verbal saat ini. Sedangkan observasi dilakukan secara langsung untuk

mengamati proses komunikasi dalam pembelajaran anak tunagrahita non verbal.

Penelitian ini dirancang menggunakan tiga tahap penelitian yaitu, tahap 1,

tahap 2, dan tahap 3. Dimana setiap tahap tersebut memiliki tujuan tertentu dalam

penelitian. Adapun tujuan dari setiap tahap penelitiannya adalah sebagai berikut :

 Tujuan penelitian tahap 1 adalah untuk melihat kondisi objektif kemampuan

komunikasi anak tunagrahita non verbal.

 Tujuan penelitian tahap 2 adalah untuk merumuskan strategi komunikasi

dalam pembelajaran ( pada aspek mengutarakan keinginan ke toilet ) dengan

pengembangan media compic ( Computer Picture ) serta memvalidasikan

kepada ahli untuk dijudgment guna penyempurnaan rumusan yang dibuat

peneliti.

 Tujuan penelitian tahap 3 melalui 3 kali uji coba, yaitu : a) uji coba terbatas,

b) uji coba luas dan c) uji ciba eksperimen, adalah untuk mengukur efektivitas

(50)

1. Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian di analisis dengan menelaah seluruh

data yang didapatkan. Proses selanjutnya adalah mereduksi data yang telah

didapatkan. Setelah direduksi maka kegiatan analisis ini dilanjutkan pada tahap

interpretasi. Model analisis yang digunakan adalah model Miles & Huberman

(dalam moleong, 2007).

Media yang digunakan saat intervensi dalam strategi komunikasi dalam

pembelajaran pada anak tunagrahita non verbal, adalah media compic (computer

picture) bergambar simbol toilet yang dapat dijadikan alat komunikasi alternatif

dan augmentatif untuk mengutarakan keinginan ke toilet pada anak tunagrahita

yang mengalami gangguan verbal kepada lingkungan sekitarnya terutama kepada

guru pada saat pembelajaran di lingkungan sekolah, dianalisis baik prosesnya,

kelebihannya maupun kekurangannya, sehingga dapat ditarik kesimpulan

bagaimana pengaruh intervensi serta tingkat keefektifan daripada stretegi

komunikasi dalam pembelajaran hasil rumusan peneliti.

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif dilakukan pada penelitian fase pertama,

sedangkan pengumpulan data kuantitatif dilakukan pada penelitian fase kedua.

Data kualitatif itu berupa data deskriptif tentang kemampuan/potensi bahasa yang

masih dimiliki oleh anak dalam berkomunikasi, sedangkan data kuantitatif adalah

berupa hasil pengukuran keefektifan media computer picture yang dirumuskan

(51)

86

1) Pengumpulan Data Kualitatif

Informasi awal tentang kemampuan komunikasi anak yang diperoleh

peneliti dari orang tua, guru-guru, teman bergaul disekitar lingkungan sekolah.

Kesempatan tersebut memungkinkan peneliti mengidentifikasi sejumlah potensi

bahasa yang masih dimiliki tunagrahita sedang. Mengenai kemampuan bahasa

anak dapat dijadikan dasar untuk merumuskan media computer picture yang

cocok dengan potensi anak. Diharapkan media computer picture dapat di jadikan

sebagai alat komunikasi alternatif untuk menumbuhkan bahasa ekspresif anak

yang mengalami ganguan komunikasi verbal.

2) Pengumpulan Data Kuantitatif

Untuk menafsirkan bahwa media computer picture tersebut efektif, maka

diperlukan data kuantitatif hasil uji coba media computer picture yang diterapkan

pada individu. Untuk itu, peneliti memandang Single Subject Research (SSR)

sebagai metode yang tepat. Dilakukan dengan pemberian intervensi secara

berulang - ulang kepada Informan penelitian.

Menurut Tawney dan gast ( 1984 : 10 ) dalam Sunanto J ( 2006 : 57 )

mengungkapkan tentang Single Subject Research (SSR) sebagai berikut : “bahwa

Single Subject Research merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku ( Behavior Analytic )”. SSR mengacu pada strategi penelitian yang

dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku

Gambar

Raden Roro Setiawati, 2013 Strategi Komunikasi Dalam Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita Non Verbal Gambar  3.1
Tabel  3.2 Jumlah Ahli Judgment
Tabel  3.3 Informan Tahap Uji Terbatas
Gambar 3 .2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan posttest diberikan setelah kelas eksperimen mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dengan tujuan mengetahui hasil

Hasil penelitian asam amino non-esensial yang tertinggi terdapat pada asam glutamat yaitu 6,53% pada cacing laut segar dan cacing laut freeze dry yaitu 8,53%. 2014) Asam

Dalam mempelajari senyawa antimalaria baru, telah dilakukan penelitian menggunakan etil p-metoksi sinamat dari rimpang Kaempferia galanga yang diuji aktivitasnya

(2013) telah melakukan teknik elektrooksidasi menggunakan air laut Buleleng dan elektroda karbon untuk mendegradasi lindi dari tempat pembuangan sampah di Desa

Tuhan layak menjadi pusat ibadah kita, bukan hanya karena Dia Tuhan yang berkuasa tetapi karena relasi Perjanjian dan karena apa yang Dia lakukan atas hidup Kita sebagai umat

This paper seeks to address the following questions: 1) is it possible to detect violent events based on ultra-short ECG signal; 2) which method, BEMD or RQA, is more suit- able

Dari hasil yang diperoleh, penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative tipe TPS ( Think-Pair-Share ) pada siswa kelas V SD Negeri 3 Karangwangi dapat

Jaksa Pengacara Negara agar selalu menjalin komunikasi dengan pihak- pihak yang terkait baik dengan debitor, kreditor, kurator ataupun hakim pengawas agar Jaksa