• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Empat Sumber Self-Efficacy terhadap Self-Efficacy Belief untuk Berhenti Merokok pada Perokok yang Menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit "X" Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Empat Sumber Self-Efficacy terhadap Self-Efficacy Belief untuk Berhenti Merokok pada Perokok yang Menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit "X" Cimahi."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini menggunakan Teori Self-efficacy (Bandura, 2002) untuk mengetahui seberapa besar kontribusi empat sumber self-efficacy terhadap self-efficacy belief untuk berhenti merokok pada perokok yang menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Rumah Sakit ‘X’ Cimahi.

Sebanyak 30 pasien PPOK yang berpartisipasi dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode accidental sampling. Setiap partisipan melengkapi kuesioner yang merupakan hasil modifikasi peneliti dari alat ukur yang disusun oleh Giavanny Panatra, 2015 berdasarkan teori Bandura mengenai self-efficacy. Validitas kedua alat ukur dilakukan dengan menggunakan content validity yang diuji oleh 4 orang expert. Reliabilitas kedua alat ukur dilakukan menggunakan SPSS versi 22 dengan hasil efficacy belief 0.870 dan sumber-sumber self-efficacy 0.801. Nilai kontribusi dari setiap sumber self-self-efficacy terhadap self-self-efficacy belief dihitung dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda.

Berdasarkan analisis yang dilakukan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keempat sumber efficacy secara bersamaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy belief (66.1%). Namun setelah diolah satu persatu terdapat perbedaan, yaitu sumber mastery experiences berkontribusi signifikan (47.84%) terhadap self-efficacy belief. Sedangkan sumber physiological and affective states (10.14%), verbal persuasion (7.56%), dan vicarious experiences (0.67%) kurang berkontribusi signifikan terhadap self-efficacy belief.

(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research is using Self-efficacy theory (Bandura, 2002) to know the contribution of the four sources of self-efficacy toward self-efficacy belief for smoking cessation in smokers who suffer from chronic obstructive pulmonary disease (COPD) at ‘X’ Hospital Cimahi.

As many as 30 COPD patients who participated in this research were selected based on accidental sampling method. Each participant completes questionnaire which is a modified version of the measurement test compiled by Giavanny Panatra, 2015 based on Bandura’s theory about self-efficacy. The validity of both measurement test performed with content validity examined by 4 experts. The reliability of both measurement test performed with SPSS version 22 with results of self-efficacy belief 0.870 and self-efficacy sources 0.801. The value of the contribution of each self-efficacy’s sources toward self-efficacy belief is calculated using multiple regression analysis technique.

According to the analysis that been done in this research, it can be concluded that the four sources of self-efficacy simultaneously provide a significant contribution towards self-efficacy belief (66.1%). However there is a difference after being processed one by one, the mastery experiences contribute significantly (47.84%) to self-efficacy belief. Meanwhile physiological and affective states (10.14%), verbal persuasion (7.56%), and vicarious experiences (0.67%) contribute less significantly to self-efficacy belief.

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN...iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR BAGAN...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...8

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian...8

1.4 Kegunaan Penelitian...9

1.4.1 Kegunaan Teoretis...9

1.4.2 Kegunaan Praktis...9

1.5 Kerangka Pemikiran...9

1.6 Asumsi Penelitian...16

1.7 Hipotesis Penelitian...16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...18

2.1 Self-efficacy...18

2.1.1Pengertian Self-efficacy Belief...18

2.1.2Aspek Self-Efficacy Belief...20

2.1.2.1 Pilihan yang Dibuat...20

2.1.2.2 Usaha yang Dikeluarkan...20

2.1.2.3 Daya Tahan Saat Menghadapi Hambatan dan Rintangan...20

2.1.2.4 Penghayatan Perasaan Individu...21

2.1.3 Sumber-Sumber Self-Efficacy...21

2.1.3.1 Mastery Experiences...22

2.1.3.2 Vicarious Experiences...22

2.1.3.3 Verbal Persuassion...23

2.1.3.4 Physiological and Affective States...24

2.2 Dewasa Madya...25

2.2.1 Status Kesehatan Dewasa Madya ...25

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

2.3.1 Pengertian PPOK...26

2.3.2 Faktor Resiko Perkembangan PPOK...26

2.3.3 Simptom-Simptom PPOK...29

2.3.4 Diagnosis...30

2.3.5 Klasifikasi PPOK...34

2.3.6 Terapi PPOK...35

2.3.6.1 Berhenti Merokok...35

2.3.6.2 Terapi Non-Farmakologi...35

2.3.6.3 Rehabilitasi...35

2.4 Adiksi & Ketergantungan...36

2.5 Rokok...37

2.5.1 Kandungan Rokok...37

2.5.2 Mengapa Orang Merokok...39

2.5.3 Klasifikasi Perokok...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...41

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...41

3.2 Bagan Prosedur Penelitian...42

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...43

3.3.1 Variabel Penelitian...43

3.3.2 Definisi Operasional...43

3.3.2.1 Definisi Operasional Self-Efficacy Belief...43

3.3.2.2 Definisi Operasional Sumber-Sumber Self-Efficacy...44

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Alat Ukur Self-Efficacy Belief...44

3.4.2 Alat Ukur Sumber-Sumber Self-Efficacy...46

3.4.3 Sistem Penilaian...47

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang…...48

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...48

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...49

3.5.1 Populasi Sasaran...49

3.5.2 Karakteristik Sampel...50

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel...50

3.6 Teknik Analisis Data...50

3.6.1 Uji Asumsi Klasik...51

3.7 Hipotesis Statistik...52

3.7.1 Hipotesis Mayor...52

3.7.2 Hipotesis Minor...53

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN...54

4.1 Gambaran Sampel Penelitian...54

4.1.1 Gambaran Sampel berdasarkan Usia...54

4.1.2 Gambaran Sampel berdasarkan Jenis Pekerjaan...55

4.1.3 Gambaran Sampel berdasarkan Lama Berhenti Merokok...55

4.1.4 Gambaran Sampel berdasarkan Lama Mengonsumsi Rokok...56

4.1.5 Gambaran Sampel berdasarkan Awal Mengetahui Mengidap PPOK...56

4.1.6 Gambaran Sampel berdasarkan Aktivitas Mengurangi Konsumsi Rokok...57

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

4.2 Hasil Penelitian...58

4.2.1 Kontribusi Mastery Experiences, Vicarious Experiences, Verbal Persuasion, Physiological and Affective States, dan keempat sumber tersebut secara keseluruhan terhadap Self-efficacy Belief...58

4.2.2 Uji Hipotesis...59

4.3 Pembahasan...61

BAB V SIMPULAN & SARAN...67

5.1 Simpulan...67

5.2 Saran...68

5.2.1 Saran Teoretis...68

5.2.2 Saran Praktis...68

DAFTAR PUSTAKA...70

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Alat Ukur Self-efficacy Belief...45

Tabel 3.2 Gambaran Alat Ukur Sumber-sumber Self-efficacy...46

Tabel 3.3 Skor Pilihan Jawaban...47

Tabel 3.4 Kriteria Guilford...49

Tabel 4.1 Gambaran Sampel berdasarkan Usia...54

Tabel 4.2 Gambaran Sampel berdasarkan Jenis Pekerjaan...55

Tabel 4.3 Gambaran Sampel berdasarkan Lama Berhenti Merokok...55

Tabel 4.4 Gambaran Sampel berdasarkan Lama Mengonsumsi Merokok...56

Tabel 4.5 Gambaran Sampel berdasarkan Awal Mengetahui Mengidap PPOK...56

Tabel 4.6 Gambaran Sampel berdasarkan Aktivitas Mengurangi Konsumsi Rokok...57

Tabel 4.7 Gambaran Sampel berdasarkan Sosok yang Berperan...57

Tabel 4.8 Tabel Kontribusi Sumber Self-efficacy terhadap Self-efficacy...58

Tabel 4.9 Signifikansi Sumber-sumber Self-efficacy terhadap Self-efficacy...59

Tabel 4.10 Signifikansi Sumber Mastery Experiences terhadap Self-efficacy Belief...59

Tabel 4.11 Signifikansi Sumber Vicarious Experiences terhadap Self-efficacy Belief...60

Tabel 4.12 Signifikansi Sumber Verbal Persuasion terhadap Self-efficacy Belief...60

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir...15

(10)

xvi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Letter of Consent dan Alat Ukur...73

Lampiran 1.1 Letter of Consent...74

Lampiran 1.2 Alat Ukur Self-efficacy...76

Lampiran 1.3 Alat Ukur Sumber-sumber Self-efficacy...79

Lampiran 1.4 Kisi-kisi Alat Ukur...83

Lampiran 2 Hasil Penelitian...89

Lampiran 2.1 Data Mentah...90

Lampiran 2.2 Uji Asumsi Klasik...96

Lampiran 2.3 Analisis Regresi Ganda...98

Lampiran 2.4 Tabulasi Silang...100

Lampiran 2.4.1 Tabulasi Silang Sumber-sumber efficacy terhadap Self-efficacy...100

Lampiran 2.4.2 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Self-efficacy...102

Lampiran 2.4.3 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Sumber-sumber self-efficacy...106

(11)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia telah mengenal produk rokok sejak abad ke-19, kehadirannya di Indonesia telah diterima dengan baik dan mampu merajai pasar Indonesia hingga saat ini.

Sepanjang tahun 2014, konsumsi rokok dunia mencapai 5.8 triliun batang, dan 240 miliar batang (4.14%) diantaranya dikonsumsi oleh perokok Indonesia. Angka tersebut menempatkan

Indonesia sebagai negara pengkonsumsi rokok terbesar ke-empat dunia setelah Cina, Rusia, dan Amerika Serikat (Tempo, 2015). Prabandari (2013) mengungkapkan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, diperkirakan kurang lebih

terdapat 62.3 juta masyarakat di Indonesia yang aktif mengonsumsi rokok. Angka ini meningkat dari tahun 2011 dengan jumlah perokok sebanyak 61.4 juta jiwa. Secara keseluruhan, jumlah

perokok di Indonesia laki-laki dan perempuan naik 35% pada tahun 2012. (Tempo, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung, perokok di kota tersebut yang berusia 10

tahun ke atas tercatat berjumlah 587.809 laki-laki dan 541.648 perempuan (Tempo, 2014).

Prestasi Indonesia di kancah dunia dalam hal konsumsi rokok sangatlah merisaukan, karena dilihat dari sisi manapun merokok akan mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan

umat manusia. Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah tidak terbantahkan lagi. Menurut World Health Organization (WHO), satu batang rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia yang kurang lebih 250 diantaranya dikenali sebagai senyawa berbahaya dan lebih dari 50

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha ribu orang setiap tahun. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa merokok dapat meningkatkan resiko timbulnya beberapa penyakit berbahaya, diantaranya adalah penyakit

jantung, kanker (paru-paru, pangkal tenggorokan, mulut, kerongkongan, lidah dan pankreas) dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit pada organ paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif dan berkaitan dengan meningkatnya respon inflamasi

(peradangan) kronis pada saluran udara dan paru-paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Inflamasi kronis menyebabkan perubahan struktural dan penyempitan pada saluran udara,

perubahan ini mengurangi kemampuan saluran udara untuk tetap terbuka selama ekspirasi (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), 2011).

PPOK diperkirakan menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia pada tahun

2030 (Lindberg et al, 2015). Seringkali, prevalensi PPOK secara langsung berhubungan dengan prevalensi merokok tembakau, meskipun di banyak negara, polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran kayu dan bahan bakar biomassa lainnya juga telah diidentifikasi sebagai faktor

risiko PPOK (GOLD, 2011). Peningkatan prevalensi perokok diikuti dengan peningkatan kasus penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada tahun 2011, jumlah kunjungan pasien PPOK di RS

Persahabatan mencapai 1.274 orang. Jumlah tersebut terus meningkat, hingga tahun 2014 mencapai 1.905 pasien. Data tahun 2013 mencatat, dari 1.702 pasien PPOK, 92% di antaranya

merupakan perokok, sedangkan 8% lain bukan perokok. Perbandingan tersebut meningkat pada 2014, dari 1.905 pasien PPOK, 94.4% adalah perokok dan 5.6% lainnya bukan perokok (Kompas, 2015). Tercatat sebanyak 1426 orang pasien PPOK yang berobat di Poliklinik Paru

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha Selama ini PPOK identik dengan penyakit tua karena banyak terjadi pada orang tua. Penyakit ini bisa dialami kalangan usia produktif, akan tetapi kemungkinannya kecil. Sebab,

untuk sampai pada tahap PPOK dibutuhkan paparan rokok selama bertahun-tahun. PPOK seringkali berkembang pada perokok akut di usia pertengahan (40-60 tahun). Tinjauan sistematis

dan meta-analisis dari penelitian yang dilakukan di 28 negara antara tahun 1990 dan 2004, dan beberapa tambahan penelitian dari Jepang, memberikan bukti bahwa terdapat prevalensi PPOK yang lumayan tinggi pada perokok dan mantan perokok dibandingkan pada non-perokok, pada

mereka yang berusia 40 tahun keatas daripada mereka yang di bawah 40 tahun, dan pada pria dibandingkan pada wanita. (GOLD, 2011).

Dr. Pradnja Paramita, Sp.P (2005) menjelaskan proses PPOK yang terjadi pada perokok dimulai dengan saluran napas yang rusak. Mukosa pada saluran pernapasan tidak rata akibat berulang kali rusak-sembuh, akan tetapi berbenjol-benjol dan keloid. Semakin lama mukosa

saluran napas menjadi kaku dan sempit, sehingga menimbulkan sesak napas. Kerusakan paru-paru dan saluran udara pada PPOK bersifat ireversibel (tidak dapat diperbaiki). Perawatan

tertentu dapat membantu penderita untuk bernafas lebih baik, hidup lebih aktif dan lebih lama. Health Psychology percaya bahwa manusia bukanlah korban yang pasif dari penyakit yang dideritanya. Manusia memiliki kendali atas proses penyembuhannya, yaitu dalam bentuk

tanggung jawabnya untuk melakukan kontrol ke rumah sakit, meminum obat, dan untuk mengubah perilaku dan keinginannya untuk berhenti merokok (Ogden, 2004). Para perokok yang

telah divonis mengidap PPOK 100% dianjurkan oleh dokter untuk berhenti merokok, sebab berhenti merokok memberikan andil besar dalam pengobatan dan perawatan PPOK agar

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha Menghentikan kebiasaan merokok bukanlah hal yang mudah meskipun sudah memiliki keinginan. Sekalipun telah mengetahui dan merasakan sendiri dampak negatif dari rokok, pada

kenyataannya tidak semua penderita mampu meninggalkan kebiasaan merokoknya. Ho (1989) mengidentifikasi empat motif merokok yang memprediksi persepsi perokok akan kesulitannya

untuk berhenti merokok, diantaranya adalah; social acceptance, addiction/habitual needs, pleasure, dan boredom. Semakin kuat perokok mempersepsikan dirinya kecanduan, semakin kuat pula mereka akan berfikir sulitnya untuk menghentikan kebiasaan merokok (Sarafino,

2008). Dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk dapat berhenti merokok, terutama bagi seorang perokok yang berada pada level merokok yang berat. Penelitian Rzewnicki & Forgays (1987)

menunjukkan bahwa hampir sebagian dari perokok berat yang berhenti merokok melaporkan gejala withdrawal yang hebat, seperti keinginan akan rokok yang sangat kuat (intense cravings), sifat lekas marah, kesulitan tidur dan keringat dingin. Keseriusan niat yang kuat perlu mendasari

usaha yang dilakukan seseorang untuk berhenti merokok.

Dari hasil wawancara dengan 14 orang perokok yang mengidap PPOK di Poliklinik Paru

Rumah Sakit ‘X’ Cimahi, didapatkan data sebanyak 57.14% perokok memiliki niat yang berasal

dari dalam diri untuk berhenti merokok dan 42.9% perokok memiliki niat yang didorong dari luar diri untuk menghentikan perilaku merokoknya. Usaha untuk berhenti merokok akan menjadi

lebih efektif apabila terjadi melalui proses internalisasi, yaitu ketika perilaku berhenti merokok tersebut dianggap bernilai positif bagi diri individu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai lain

dari hidupnya (Bandura, 2002).

Niat untuk berhenti merokok salah satunya dibentuk oleh keyakinan diri mengenai kemampuan yang dimiliki untuk dapat berhenti merokok. Keyakinan diri tersebut diperlukan

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha adanya keyakinan akan kemampuan diri sendiri, maka upaya yang dilakukan tidak akan membuat kebiasaan merokok berhenti secara total. Diketahui sebanyak 57.1% dari pasien

tersebut merasa yakin dirinya mampu berhenti merokok secara total, sementara 42.9% lainnya merasa dirinya tidak yakin melakukan hal tersebut. Keyakinan mengenai kemampuan diri untuk

melakukan sesuatu inilah yang kemudian dijelaskan oleh Bandura sebagai self-efficacy belief.

Menurut Bandura (2002), self-efficacy belief merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan

untuk mengatur situasi-situasi yang diharapkan. Self-efficacy belief seseorang dapat dikembangkan melalui satu atau kombinasi dari keempat sumber, yaitu: mastery experiences,

vicarious experiences, verbal persuasion dan physiological and affective states. Mastery experiences merujuk pada pengalaman keberhasilan atau kegagalan yang dialami seseorang, selanjutnya berfungsi sebagai indikator dari kemampuan dirinya. Perokok yang mencoba

berhenti untuk tidak merokok selama beberapa minggu dan mengalami keberhasilan, pada umumnya akan menumbuhkan keyakinan terhadap kemampuan dirinya. Vicarious experiences

merujuk pada proses membandingkan antara diri sendiri dengan orang lain yang memiliki kompetensi yang sama. Tatkala perokok melihat orang lain dengan kondisi penyakit dan ketergantungan yang sama dengannya berhasil menghentikan kebiasaan merokok, perokok

tersebut akan meningkatkan self-efficacy beliefnya.

Sumber ketiga adalah verbal persuasion, yaitu berkaitan dengan dukungan atau persuasi

dari lingkungan sekitar. Persuasi positif mampu meningkatkan self-efficacy seseorang. Pasien PPOK yang mendapatkan dukungan dari orang lain yang dianggap signifikan untuk dapat menghentikan perilaku merokok, akan meningkatkan self-efficacy beliefnya untuk dapat berhenti

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha kurang mampu, akan menurunkan self-efficacy beliefnya. Sumber yang terakhir adalah physiological and affective states, yang berkaitan dengan penilaian pribadi mengenai ketergugahan fisik dan emosional yang dialami sebagai indikator dari kemampuan diri. Kondisi stressful dapat menimbulkan keterbangkitan emosional, yang kemudian akan mempengaruhi persepsi self-efficacy seseorang dalam mengatasi situasi. Ketergugahan yang tinggi dapat melemahkan performa, orang cenderung mengharapkan keberhasilan ketika mereka tidak mengalami keterbangkitan yang tidak menyenangkan. Perokok yang menjadi gelisah dan mudah

marah setelah menghentikan perilaku merokok akan melemahkan keyakinannya terhadap terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhenti merokok. Manusia dapat mempersepsikan

sumber-sumber self-efficacy mereka secara berbeda-beda, karena mereka memberi penilaian kognitif terhadap sumber-sumber self-efficacy mereka. Hal ini kemudian dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya self-efficacy seseorang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Poliklinik Paru Rumah Sakit ‘X’ Cimahi pada 14 orang perokok yang menderita PPOK, diketahui sebanyak 14.3% pasien mulai

merasakan gejala PPOK setelah mengonsumsi rokok selama 20 tahun, 28.6% menyadari setelah mengonsumsi selama 30 tahun, 35.7% selama 40 tahun dan 21.4% lainnya setelah mengonsumsi rokok selama 50 tahun. Dari 14 pasien tersebut, 71.4% diantaranya melakukan kontrol secara

rutin ke poliklinik paru, sementara 28.6% lainnya tidak. Keluhan yang dirasakan pasien menyangkut penyakit PPOK adalah adanya rasa sakit di bagian dada, sesak nafas yang

mengganggu, sensasi gatal di tenggorokan, batuk-batuk yang berkepanjangan, dan pusing di bagian kepala.

Setelah mengetahui penyakit yang dideritanya, 28.6% pasien mengaku masih sering

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha menghilangkan rasa penat, kondisi tidak nyaman yang dirasakan mulut setelah mengonsumsi makanan manis atau saat buang air besar tanpa kehadiran rokok, dan karena melihat lingkungan

yang merokok. Sebanyak 21.4% pasien mengaku masih mencoba untuk merokok, walaupun merokok hanya 1 hingga 2 batang dikarenakan oleh perasaan penat, kondisi tidak nyaman yang

dirasakan mulut setelah mengonsumsi makanan manis atau saat buang air besar tanpa kehadiran rokok dan untuk menghargai orang lain yang merokok. Sebanyak 50% lainnya mengaku dirinya sudah hampir tidak pernah merokok, alasannya adalah akibat dari pengalaman rasa sakit yang

diderita, adanya keinginan yang kuat untuk sembuh, penjelasan medis akan pentingnya berhenti merokok, perubahan yang dirasakan positif setelah mengurangi rokok dan melihat orang lain

yang tidak merokok dapat hidup lebih sehat.

Pasien menyadari bahwa agar kondisi penyakitnya membaik, dirinya harus mampu untuk berhenti merokok. Usaha pasien untuk berhenti merokok diwarnai oleh berbagai sumber, 28.6%

diantaranya menyatakan bahwa pengalaman keberhasilan diri untuk berhenti merokok selama beberapa bulan dengan cara mengalihkan konsumsi ke permen mint atau dengan menyibukkan

diri dapat meningkatkan keyakinan diri yang dimilikinya untuk berhenti merokok. Sementara 21.4% pasien lainnya merasakan pengaruh dari keberhasilan orang terdekat dalam berhenti merokok dan memiliki kehidupan yang lebih baik membuatnya ingin berhenti merokok.

Kemudian 35.7% pasien mengatakan dorongan verbal dari orang terdekat dan orang yang ahli di bidang kedokteran mampu mendorong dirinya untuk berhenti merokok, dan 50% pasien

mengakui bahwa sensasi negatif yang ditimbulkan rokok terhadap kondisi fisiknya membuatnya ingin berhenti merokok. Berbagai sumber tersebut mendasari keyakinan diri pasien akan

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan fenomena yang telah ditemukan pada perokok yang menderita PPOK, peneliti mendapat pemahaman bahwa terdapat variasi sumber-sumber yang berkontribusi

terhadap tinggi-rendahnya self efficacy belief pasien PPOK dalam usaha untuk berhenti merokok. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian secara menyeluruh mengenai

kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy belief pada pasien PPOK yang

merokok di Poliklinik Paru Rumah Sakit ‘X’ Cimahi.

1.2 Identifikasi Masalah

Seberapa besar kontribusi sumber self-efficacy terhadap self-efficacy belief untuk berhenti merokok pada perokok yang menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Rumah Sakit

‘X’ Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik mengenai

sumber self-efficacy dan self-efficacy belief untuk berhenti merokok pada perokok yang menderita PPOK di Rumah Sakit ‘X’ Cimahi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Memberikan tambahan informasi mengenai kontribusi sumber efficacy terhadap self-efficacy belief ke dalam bidang ilmu Psikologi Klinis dan Psikologi Kesehatan.

2) Memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kontribusi sumber self-efficacy terhadap self-efficacy pada pasien PPOK.

3) Menjadi alternatif referensi bagi peneliti lain dalam penelitian-penelitian yang berhubungan dengan self-efficacy.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi pada perokok yang menderita PPOK mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy belief mereka sehingga dapat menjadi

bahan untuk pengenalan diri dalam kaitannya untuk berhenti merokok.

2) Memberi informasi bagi praktisi kesehatan penyakit paru mengenai kontribusi

sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy belief pasiennya agar dapat mengetahui penanganan yang tepat untuk turut mendukung dan mengarahkan pasiennya berhenti merokok.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Santrock (1995), periode perkembangan yang dimulai pada usia 35-45 tahun hingga memasuki usia 60-an disebut sebagai usia dewasa madya. Status kesehatan menjadi persoalan utama pada usia dewasa madya. Pada periode perkembangan ini, akan lebih banyak

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha awal. Masa dewasa madya dikarakteristikkan oleh penurunan umum kebugaran fisik, sehingga penurunan tertentu dalam kesehatan juga diperkirakan, terutama bagi dewasa madya yang

memiliki riwayat konsumtif terhadap zat-zat atau makanan yang berpotensi buruk bagi kesehatan. Penyakit yang berkaitan dengan rokok seringkali timbul untuk pertama kalinya pada

masa dewasa madya, salah satunya adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus

yang biasanya progresif dan berkaitan dengan meningkatnya respon inflamasi kronis pada saluran udara dan paru-paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Inflamasi kronis

menyebabkan perubahan struktural dan penyempitan pada saluran udara, perubahan ini mengurangi kemampuan saluran udara untuk tetap terbuka selama ekspirasi. Seringkali, prevalensi PPOK secara langsung berhubungan dengan prevalensi merokok tembakau, meskipun

di banyak negara, polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran kayu dan bahan bakar biomassa lainnya juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko PPOK. (Global Initiative for Chronic

Obstructive Lung Disease [GOLD], 2011). Begitu seorang dewasa madya divonis menderita PPOK, itu berarti sudah saatnya ada titik balik perubahan dalam gaya hidupnya. Perokok yang telah divonis secara medis mengidap PPOK 100% dianjurkan oleh dokter untuk berhenti

merokok.

Menghentikan perilaku merokok tidak serta-merta terjadi begitu saja, dalam prosesnya

dibutuhkan kendali untuk menahan diri dari aktivitas merokok. Health Psychology tidak memandang manusia sebagai korban yang pasif dari penyakit yang dideritanya. Manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya. Kendali tersebut akan berfungsi dengan

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha diri untuk melakukan sesuatu inilah yang kemudian dijelaskan oleh Bandura sebagai self-efficacy belief. Self-efficacy belief berkaitan dengan keyakinan seseorang bahwa ia dapat mempergunakan kontrol pribadi pada motivasi, perilaku dan lingkungan sosialnya (Bandura,1984). Menurut Bandura (2002), self-efficacy belief merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan

dirinya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang diharapkan.

Self-efficacy belief dapat dikembangkan melalui satu atau dari kombinasi empat sumber, yaitu : mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion dan physiological and affective states. Keempat sumber tersebut merupakan kumpulan informasi bagi pasien PPOK yang kemudian akan diolah melalui pemrosesan secara kognitif (Bandura, 2002).

Mastery experiences merujuk pada pengalaman keberhasilan atau kegagalan yang dialami pasien, selanjutnya berfungsi sebagai indikator dari kemampuan dirinya. Penilaian

terhadap mastery experience melalui proses kognitif mengakibatkan pasien mempersepsikan pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya secara berbeda-beda. Pasien yang

mencoba berhenti untuk tidak merokok selama beberapa hari dan mengalami keberhasilan, pada umumnya akan menumbuhkan keyakinan terhadap kemampuan dirinya untuk berhenti merokok. Sehingga pasien cenderung menetapkan target yang lebih tinggi pada kesempatan berikutnya dan

merasa tertantang untuk mencapai target tersebut. Pasien yang memiliki pengalaman keberhasilan dalam mengurangi jumlah rokok yang diisap per-hari secara berkelanjutan akan

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha Vicarious experiences merujuk pada proses membandingkan antara diri sendiri dengan orang lain yang memiliki kompetensi yang sama. Penilaian terhadap vicarious experience

melalui proses kognitif mengakibatkan pasien mempersepsikan pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialami orang lain yang memiliki kompetensi sama dengannya secara

berbeda-beda. Pasien yang mengamati orang lain dengan kompetensi serupa dengan dirinya berhasil menghentikan perilaku merokok, akan meningkatkan penilaian terhadap self-efficacy beliefnya bahwa dirinya juga mampu untuk berhasil berhenti merokok. Sebaliknya, apabila pasien

mengamati kegagalan pasien lain walaupun telah berusaha sekuat tenaga, akan menurunkan penilaian terhadap self-efficacy beliefnya dan menurunkan usahanya untuk mencapai tujuan.

Sumber ketiga adalah verbal persuasion, yaitu cara lebih lanjut untuk menguatkan keyakinan pasien bahwa dirinya memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil. Penilaian terhadap verbal persuasion melalui proses kognitif mengakibatkan pasien mempersepsikan

persuasi dari orang lain secara berbeda-beda. Pasien yang dipersuasi positif secara verbal bahwa mereka mampu untuk berhenti merokok, akan mengembangkan usaha yang lebih besar untuk

mengatasi perasaan takut dan kegagalan. Sementara persuasi negatif akan menurunkan self-efficacy belief yang dimiliki pasien. Pengaruh verbal persuasion juga dipengaruhi oleh figur signifikan yang mengatakannya. Semakin signifikan orang yang memberikan persuasi mengenai

dampak dari merokok, semakin berpengaruh terhadap self-efficacy belief pasien untuk berhenti merokok.

Sumber yang terakhir adalah physiological and affective states, yang berkaitan dengan penilaian pribadi mengenai ketergugahan fisik dan emosional yang dialami sebagai indikator dari kemampuan diri. Dengan pemrosesan kognitif, pasien akan mempersepsikan ketergugahan fisik

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha fisiologisnya sebagian berperan dalam menentukan keputusan apakah ia tetap melakukan perilaku merokok atau dapat berhenti melakukan perilaku merokok. Pasien yang beranggapan

merokok dapat mengganggu kesehatan fisiknya, dengan merokok dadanya akan terasa sesak, kepalanya akan terasa pusing, mengalami batuk-batuk yang berkepanjangan, dan gejala penyakit

lainnya yang timbul akibat merokok, dapat menghasilkan tingginya self-efficacy belief untuk berhenti merokok. Pertimbangan dampak negatif bagi kesehatan fisik pasien dapat dihayati mendukung keyakinan dirinya untuk berhenti merokok. Pada penghayatan keadaan mental

psikologis, apabila pasien menghayati kehadiran rokok memberikan efek mood yang positif atau dapat membantu dirinya untuk menghadapi keadaan yang sulit, pasien akan menjadi gelisah

setelah menghentikan perilaku merokok. Hal ini membuat dirinya merasa tidak yakin diri mengenai kemampuannya untuk berhenti merokok.

Setelah sumber-sumber self-efficacy diolah melalui proses kognitif, pasien akan memiliki

self-efficacy belief yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana pasien mempersepsikan sumber-sumber informasi yang diperoleh. Pasien dapat membentuk, meningkatkan, atau

menurunkan keyakinan dirinya berdasarkan salah satu sumber atau kombinasi dari berbagai sumber dalam pembentukan keyakinan diri pasien PPOK dalam usaha untuk berhenti merokok (Bandura, 2002).

Keyakinan diri tersebut kemudian akan mempengeruhi niat yang dibentuk oleh pasien untuk berhenti merokok. Bandura (2002) mengemukakan bahwa self-efficacy belief

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha Pasien PPOK yang memiliki self-efficacy belief untuk berhenti merokok akan merasa yakin bahwa dirinya mampu membuat pilihan yang berkaitan dengan usaha untuk berhenti

merokok, misalnya pasien merasa yakin bahwa dirinya mampu memilih untuk tidak merokok sekalipun kembali berkumpul dengan teman-temannya yang merokok. Dengan adanya

self-efficacy belief, pasien merasa yakin bahwa dirinya mampu untuk mengeluarkan usaha yang besar untuk berhenti merokok. Misalnya saat kerinduan akan rokok kembali datang dan menyebabkan timbulnya sensasi fisik yang tidak nyaman, pasien tetap mempertahankan perilaku berhenti

merokok.

Saat dihadapkan dengan rintangan atau kegagalan, pasien yang memiliki self-efficacy

belief akan yakin bahwa dirinya tidak akan mudah menyerah dan mampu bertahan mengatasi rintangan tersebut. Pengalaman kembali merokok setelah berkomitmen untuk berhenti merokok secara total, meskipun hanya satu batang, akan dihayati menghancurkan kepercayaan diri pasien

yang tidak memiliki self-efficacy belief, mereka akan melihat pelanggaran yang mereka lakukan sebagai tanda dari kegagalan pribadi yang kemudian dapat menimbulkan perilaku kembali

merokok sepenuhnya. Lain halnya dengan pasien yang memiliki self-efficacy belief, kegagalan yang dialaminya tidak membuatnya merasa tak berdaya, dan merasa yakin bahwa dirinya mampu bangkit dan kembali mencoba untuk menghentikan perilaku tidak merokoknya.

Kemudian yang terakhir adalah penghayatan perasaan pasien PPOK yang merokok setelah serangkaian usaha dilakukan untuk berhenti merokok. Emosi positif dapat meningkatkan

timbulnya pemikiran mengenai keberhasilan pribadi, sementara emosi negatif membuat kegagalan pribadi semakin penting dan menonjol. Seseorang dengan self-efficacy belief mampu mengendalikan perasaan mereka dan terhindar dari stress atau depresi. Pasien PPOK dengan

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha mereka karena tidak dapat merokok, sehingga akan menimbulkan pemikiran bahwa dirinya mampu berhenti merokok.

Keputusan dan keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri mampu mempengaruhi apakah seseorang akan kembali merokok atau tidak. Individu dengan self-efficacy yang tinggi

untuk berhenti merokok secara total kecil kemungkinannya untuk kembali merokok (relapse) dibandingkan orang individu dengan self-efficacy yang rendah (Curry & McBride 1994; Kavanagh et al. 1993; Stuart, Borland & McMurray 1994). Mereka yang percaya bahwa dirinya

mampu, dapat meningkatkan usaha yang dibutuhkan untuk menghindari keinginan mereka untuk merokok dan menghentikan kebiasaan merokoknya. Orang yang mengetahui bahwa kebiasaan

merokok membahayakan kesehatan, hanya memperoleh sedikit keberhasilan dalam menahan perilaku mereka, kecuali mereka menilai dirinya memiliki self-efficacy untuk menolak penghasut situasional dan emosional (Strecher, Becker, Kirscht, Eraker, & Graham-Tomasi, 1985).

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka asumsi yang diperoleh

adalah:

1) Self-efficacy belief akan berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan pasien dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk berhenti merokok.

2) Self-efficacy belief memengaruhi pasien dalam membuat suatu pilihan, usaha yang dikeluarkan, lamanya pasien bertahan ketika dihadapkan pada rintangan dan kegagalan, serta penghayatan perasaan pasien.

3) Self-efficacy belief dapat dikembangkan melalui empat sumber pengaruh utama, yaitu: mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological and affective states.

4) Pasien PPOK dapat meningkatkan atau menurunkan keyakinan dirinya berdasarkan salah satu atau kombinasi dari keempat sumber dalam pembentukan keyakinan diri pasien

PPOK dalam usaha untuk berhenti merokok.

1.7 Hipotesis Penelitian

Sumber-sumber self-efficacy berkontribusi terhadap self-efficacy belief untuk berhenti

merokok pada perokok yang menderita PPOK di Rumah Sakit ‘X’ Cimahi.

Mastery experiences berkontribusi terhadap self-efficacy belief untuk berhenti merokok pada perokok yang menderita PPOK di Rumah Sakit ‘X’ Cimahi

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha

Verbal persuasion berkontribusi terhadap self-efficacy belief untuk berhenti merokok pada perokok yang menderita PPOK di Rumah Sakit ‘X’ Cimahi.

(28)

67

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perokok yang menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Rumah Sakit “X” Cimahi, dapat ditarik kesimpulan mengenai kontribusi

sumber-sumber self-efficacy terhadap self-efficacy belief, yaitu sebagai berikut.

1. Keempat sumber self-efficacy secara bersamaan memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap self-efficacy belief.

2. Sumber mastery experiences memberikan kontribusi yang signifikan terhadap self-efficacy perokok yang menderita PPOK dalam usahanya untuk berhenti merokok secara total. Hal ini dikarenakan pengalaman keberhasilan maupun kegagalan yang dialami individu, secara evaluatif memberikan tolak ukur terhadap indikator kemampuan dirinya.

3. Sumber vicarious experiences, verbal persuassions, dan physiological and affective states memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap self-efficacy belief perokok yang menderita PPOK dalam usahanya untuk berhenti merokok secara total.

4. Berhenti merokok, lama mengonsumsi rokok dan kondisi lingkungan memiliki kecenderungan memengaruhi self-efficacy belief perokok yang menderita PPOK.

(29)

68

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber efficacy terhadap

self-efficacy belief untuk berhenti merokok secara total pada perokok yang menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Rumah Sakit “X” Cimahi, peneliti mengemukakan beberapa saran

yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

5.2.1 Saran Teoretis

1. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat meneliti dengan metode dan variabel yang

serupa, dapat melakukan penelitiannya pada perokok yang mengidap PPOK dengan tingkat klasifikasi keparahan penyakit yang berbeda.

2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai self-efficacy terhadap fenomena relapse yang kerap terjadi pada perokok yang menderita penyakit

kronis.

5.2.2 Saran Praktis

1. Seperti yang telah didapatkan dari hasil penelitian, pengalaman keberhasilan diri (mastery experiences) berkontribusi besar terhadap keyakinan diri (self-efficacy) pasien,

oleh karena itu pasien dapat mempertimbangkan untuk menetapkan target pencapaian hari tanpa rokok yang dievaluasi setiap minggu sebagai usaha berhenti merokok mandiri.

Evaluasi yang dilakukan setiap minggu terus terakumulasi apabila pasien tidak menyentuh rokok sama sekali. Semakin lama waktu pasien mampu mempertahankan perilaku tanpa merokok, akan semakin menumbuhkan keyakinan diri pasien bahwa

dirinya memiliki kontrol dan memiliki kemampuan untuk merubah perilaku merokoknya. Apabila keinginan kuat untuk merokok kembali datang, pasien dapat

(30)

69

Universitas Kristen Maranatha usaha berhenti merokok yang dilakukannya, sehingga kemudian dapat mencari solusi untuk mengatasinya.

2. Bagi pihak yang menangani pasien secara langsung di rumah sakit, seperti dokter dan suster, dapat mengenalkan terapi pengganti nikotin kepada pasien yang masih merasa

kesulitan untuk berhenti merokok secara alami. Terapi ini juga melibatkan mastery experiences dalam prosesnya, karena obat yang dikonsumsi dirancang untuk penggunaan selama periode tertentu dan perlu dikonsumsi dengan jumlah yang semakin sedikit

seiring waktu, sehingga dibutuhkan pengalaman keberhasilan pasien dalam mengganti konsumsi rokok secara bertahap hingga akhirnya dapat berhenti secara total dari perilaku

merokok.

3. Mengingat rendahnya pengaruh kontribusi dari pengalaman keberhasilan orang lain (vicarious experience) terhadap keyakinan diri pasien, pihak rumah sakit dapat

memfasilitasi terbentuknya sebuah komunitas grup konseling yang dapat mendukung proses berhenti merokok pasien yang menderita penyakit kronis. Dalam grup tersebut

pihak rumah sakit dapat menyediakan informasi yang berguna yang dapat membantu pasien berhenti merokok, dan dapat menyediakan sarana bagi pasien untuk saling mengenal dan bertukar pengalaman yang dialami dalam usahanya untuk berhenti

(31)

2301/SN/F.PSI/UKM/KLI/2016

KONTRIBUSI EMPAT SUMBER EFFICACY TERHADAP

SELF-EFFICACY BELIEF UNTUK BERHENTI MEROKOK PADA

PEROKOK YANG MENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIS (PPOK) DI RUMAH SAKIT ‘X’ CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

YANE OCTARIA AHMAD NRP: 1030145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(32)

iii

(33)

iv

(34)

v

Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Skripsi yang

berjudul “Kontribusi Empat Sumber Self-Efficacy terhadap Self-Efficacy Belief untuk

Berhenti Merokok pada Perokok yang Menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit ‘X’ Cimahi”.

Selama pengerjaan penelitian ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ida Ayu N. Kartikawati, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing utama yang telah dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada peneliti selama

menyusun penelitian ini.

2) Priska Analya, M.Psi, Psikolog selaku pembimbing pendamping yang selalu

meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dalam membimbing serta memberikan dorongan kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini.

3) Drs. Paulus Hidayat, M.Si., Psikolog, Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psikolog, Dra.

Juliati A. Santoso, Psikolog dan M. Yuni Megarini, M.Psi., Psikolog selaku expert yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam menyusun alat ukur

penelitian ini sehingga menjadi valid untuk digunakan.

4) Instaldik Pendidikan, Sektum, serta para pekerja di Poliklinik Paru Rumah Sakit ‘X’ Cimahi yang telah membantu, memberikan izin serta mempermudah pengumpulan

(35)

vi

Universitas Kristen Maranatha 5) Pak Yudhi, Pak Juhara, Bu Ida, dan Pak Widi selaku karyawan Tata Usaha fakultas yang paling sering berinteraksi dengan peneliti dan telah sangat membantu

melancarkan jalannya penelitian ini.

6) Mama, Bude Dewi, Buye Ayu, Opa Ade dan Eyang rini serta keluarga besar peneliti

yang telah sangat berjasa mendukung dan membantu peneliti baik secara moril dan materi dalam menyelesaikan penelitian ini.

7) Nindy, Giavanny, Piety, Welly, Icha, Estu, Ikho, Ilham, Affi, Rio, Santa dan Jensen

selaku teman peneliti yang senantiasa memberikan solusi dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan ini.

8) Kepada Adittya yang selalu mendampingi dan memotivasi peneliti untuk bersikap produktif dalam menyelesaikan penelitian ini.

9) Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu yang telah membantu dalam

penulisan penelitian ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwasanya penulisan

penelitian ini tidak luput dari kekurangan baik dalam pembuatan maupun pada penulisan kata-kata yang ada. Peneliti merasa masih harus banyak belajar dan berlatih agar kelak mampu menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi, sehingga peneliti mengharapkan

adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Bandung, Juni 2016

(36)

70

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. (2002). Self-Efficacy: The Exercise Of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Berndt, C. Nadine, Andrew F. Hayes, Peter Verboon, Lilian Lechner, Catherine Bolman, & Hein De Vries. (2012). Self-efficacy Mediates the Impact of Craving on Smoking Abstinence in Low to Moderately Anxious Patients: Results of a Moderated Mediation Approach. American Psychological Association.

Fiest, Jess. (2008). Theories of Personality 7th Edition. New York: McGraw-Hill.

Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Keempat. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Kaplan, Robert & Dennis P. Saccuzzo. (2005). Psychological Testing: Principles, Application, and Issues, 6th Edition. USA: Thomson Wadsworth.

Kirscht, P. John, Nancy K. Janz, Marshall H. Becker, Stephen A. Eraker, John E. Billi, & James O. Woolliscroft. (1987). Beliefs About Control of Smoking Behavior: A Comparison of Different Measures in Different Groups. USA: Pergamon Journals Ltd.

Lindberg et al. (2015). Low Nicotine Dependence and High Self-efficacy can Predict Smoking Cessation Independent of the Presence of COPD: a three year follow up of a population-based study. Sweden: BioMed Central.

Ogden, Jane. (2004). Health Psychology: A Textbook 3rd Edition. England: Open University Press.

Mangoenprasodjo . (2005). Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing. Papalia, Diane E. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Buku 2. Jakarta:

Salemba Humanika

Santrock, John. W. (2011). Life-span Development. Ed.13. New York: McGraw-Hill.

(37)

71

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ant. (2014). Setahun Orang Indonesia Habiskan 302 Miliar Batang Rokok.

http://sp.beritasatu.com/home/setahun-orang-indonesia-habiskan-302-miliar-batang-rokok/50565, diakses pada tanggal 20 Oktober 2014

Dinas Kesehatan Tabalong. (2014). Rokok Berbahaya Bagi Kesehatan.

http://dinkes.tabalongkab.go.id/2014/12/rokok-berbahaya-bagi-kesehatan/, diakses pada tanggal 13 juni 2016

DocDoc. (2015). Program Berhenti Merokok.

https://www.docdoc.com/id/id/info/procedure/program-berhenti-merokok, diakses pada tanggal 16 Mei 2016

Fakultas Psikologi UKM. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. (2011). Global Strategy For the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Report_2011_Feb21.pdf diakses

pada tangal 20 Oktober 2014

Kadir, Kadir. (2015). Konsumsi Rokok Penduduk Indonesia yang Mengkhawatirkan. https://indonesiana.tempo.co/read/51291/2015/10/13/kadirsst/konsumsi-rokok-penduduk-indonesia-yang-mengkhawatirkan, diakses pada tanggal 12 juni 2016

Panatra, Giavanny. (2015). Studi Kontribusi Sumber-Sumber Efficacy terhadap Self-Efficacy Untuk Mencapai Keberhasilan Terapi pada Pasien Pasca Stroke (Studi

Dilakukan di Pusat Terapi Akupuntur ‘X’ di Kota Bandung), Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2013). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK, Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf, diakses pada tanggal 20 Oktober 2014

Putranto, Andreas & Atika Moedjiono. (2015). Jumlah Perokok Meningkat, Penyakit akibat Rokok Melonjak.

http://print.kompas.com/baca/2015/04/29/Jumlah-Perokok-Meningkat%2c-Penyakit-akibat-Rokok-Me, diakses pada tanggal 12 juni 2016

Risanti. (2014). Dua Pasar di Bandung Bebas Rokok.

(38)

72

Universitas Kristen Maranatha Salma. (2011). PPOK: Penyakit Mematikan Akibat Rokok.

http://majalahkesehatan.com/ppok-penyakit-mematikan-akibat-rokok/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2014

Scheiding, Rachel A. (2009). The Relationship between Smoking Cessation and Self-Efficacy. Thesis. Ohio: Department of Psychology of Marietta College.

WHO Media Centre. (2014). Tobacco.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penilisan Ilmiah ini diharapkan penulis dapat membantu dan menyempurnakan sistem yang sedang berjalan, sehingga kemungkinan pengolahan data DVD pada penyewa maupun

pengembangan profesi guruuntuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian profesional. Peningkatan pemberiaan penghargaan dan jaminan perlindungan terhadap

Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor..

Hasil analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami readmisi menggunakan beberapa cara defense mechanism untuk berusaha keluar dari kecemasannya.. Tekanan dari

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan metode usulan dibandingkan dengan metode pengendalian persediaan aktual yaitu, perusahaan akan mengetahui nilai produksi

Jumlah peminum alkohol yang semakin bertambah membuat penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh konsumsi alkohol 40% terhadap hati berdasarkan

Penjelasan (Aanwejzing), Panitia memberikan Penjelasan secara rinci kepada peserta lelang tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai Dokumen

Upaya peningkatan produksi kedelai saat ini mengalami tantang- an adanya keraguan kelayakan ekonomi atau profitabilitas yang menye- babkan berkurangnya minat petani untuk