No. 1819/UN.40.2.2/PL/2013
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PKN BERBASIS VCT DALAM
MENINGKATKAN EMOTIONAL QUOTIENT PESERTA DIDIK
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh :
Yoga Adi Pratama
0901555
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PKN BERBASIS VCT DALAM
MENINGKATKAN EMOTIONAL QUOTIENT PESERTA DIDIK
Oleh Yoga Adi Pratama
0901555
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan
©Yoga Adi Pratama, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
LEMBAR PENGESAHAN
YOGA ADI PRATAMA
0901555
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PKn BERBASIS VCT DALAM MENINGKATKAN
EMOTIONAL QUOTIENT PESERTA DIDIK
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M. Pd NIP. 19590714 198601 1 001
Pembimbing II
Dr. Muhammad halimi, M. Pd NIP. 19580605 198803 1 001
Diketahui oleh :
Ketua Jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan
Skripsi ini telah diuji pada :
Hari/tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013
Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Panitia ujian :
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
3. Penguji 3.1 :
Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M. Pd NIP. 19530211 197803 1 002
3.2
Dr. cecep Darmawan, S. Pd S. IP, M. Si NIP. 19690929 199402 1 001
3.3
ABSTRAK
YOGA ADI PRATAMA (0901555) KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PKN BERBASIS VCT DALAM MENINGKATKAN EMOTIONAL QUOTIENT PESERTA DIDIK
Pembelajaran PKn merupakan pembelajaran yang berusaha memanusiakan manusia (Humanis) dari kehidupanya untuk mempunyai karakter yang di harapkan oleh bangsa sehingga dapat membentuk Emotional Quotient, maka di perlukan model pembelajaran yang tepat salah satunya adalah denggan model pembelajaran VCT.
Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian dengan mengguna desain penelitian Nonequivalent Control Group Design
Ada beberapa faktor yang peneliti temukan saat pembelajaran dengan menggunakan model VCT berlangsung. (1) Pada kelas eksperimen peserta didik dapat memutuskan, serta dapat mengungkapkan pemikiran karena apa yang di ungkapkan bukan dari apa yang di hafal melainkan pemahaman siswa sendiri sehingga kondisi kelas terasa lebih hidup dibanding pada kelas kontrol. (2) Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran VCT peserta didik lebih dapat melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain sehingga dapat memahami perasaan orang lain. (3) Mampu memecahkan masalah yang sedang terjadi disekitar karena pembelajaran ini bermuatan materi yang dikaitan dengan kehidupan yang nyata. (4) Pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VCT dapat menyatakan sikap dan menentukan pendiriannya serta bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan di yakini.
Kata Kunci : Pembelajaran PKn, Model Pembelajaran VCT, Emotional
ABSTRACT
YOGA ADI PRATAMA (0901555) CONTRIBUTION BASED LEARNING PKN VCT IN IMPROVING EMOTIONAL QUOTIENT STUDENTS
Civics lesson is learning that seeks to humanize humans (Humanist) of his life to have a character that is expected by the nation so as to form the Emotional Quotient, then in need of appropriate learning models one of which is denggan VCT learning model.
Research carried out by using the researcher is the research study design Nonequivalent Control Group Design
There are some factors that researchers found when using the model of VCT learning takes place. (1) In the experimental class students can decide, and can reveal what is in thinking because of what is revealed not in the understanding of the students themselves but rather memorized so that the condition of the class feels more alive than in the control class. (2) In-class learning model that uses VCT more learners can see the problem from the point of view of other people so that they can understand the feelings of others. (3) Be able to solve a problem that is going around because of this learning material charged attributed to real life. (4) In the experimental class that uses a learning model VCT can declare and define the establishment attitudes and behave in accordance with the values that have been and in believe.
Yoga Adi Pratama, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang………. 2
B. Rumusan Masalah………. 9
C. Tujuan Penelitian………... 9
D. Metode Penelitian………. 9
E. Manfaat Penelitian……… 10
F. Struktur organisasi……… 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 12
A. Tinjauan Umum Pembelajaran Pkn……….. 12
1. Hakikat Pembelajaran PKn……… 12
2. Tujuan Pembelajaran PKn……….. 14
B. Tinjauan Umum Pembelajarann VCT... 19
1. Hakikat Pembelajaran VCT………... 19
2. Aspek-Aspek yang Dikembangkan dalam Pembelaran VCT... 21
3. Manfaat Pembelajaran VCT………... 24
4. Implementasi Pembelajaran VCT dalam Pembelajaran PKn... 27
5. Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pembelajaran VCT ... 32
6. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran VCT……… 34
Yoga Adi Pratama, 2013
1. Hakikat Emotional Quotient ... 37
2. Indikator-Indikator Emotional Quotient ... 38
3. Urgensi Pengembangan Emotional Quotient Pada Peserta Didik ... 39
BAB III METODE PENELITIAN……….. 43
A. Metode Penelitian... 43
B. Desain Penelitian... 43
C. Variabel penelitian... 44
D. Prosedur Penelitian... 45
1. Tahap Persiapan... 45
2. Tahap Pelaksanaan... 45
3. Tahap Analisis dan Pembahasan... 46
E. Populasi dan Sampel Penelitian... 46
1. Populasi... 46
2. Sampel... 46
F. Teknik Pengumpulan Data... 47
1. Instrumen Bentuk Tes... 47
a. Tes Awal (Pre test)... 47
b. Tes Akhir (Post test)... 47
G. Teknik Analisis Data... 47
1. Analisis Data Instrumen Penelitian... 47
a. Uji Validitas... 47
b. Uji Relibilitas... 52
2. Analisis Data Penelitian... 54
H. Rancangan Uji Hipotesis... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 60
A. Gambaran Umum Sekolah... 60
Yoga Adi Pratama, 2013
2. Visi dan Misi... 62
3. Tujuan... 62
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 63
1. Data sikap peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VCT ... 64
2. Data sikap peserta didik pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional... 90
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 118
1. Analisis Sikap Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Pembelajaran VCT... 118
2. Analisis Sikap Peserta Didik Pada Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional... 119
3. Analisis Perbedaan Sikap Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 126
A. Kesimpulan... 126
B. Saran... 127
DAFTAR PUSTAKA... 128
Yoga Adi Pratama, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PKn atau civic Education menurut Djahiri (2006: 9) adalah program
pendidikan pembelajaran yang secara programatik–prosedural berupaya
memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta
memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (dari dan kehidupannya)
menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan.
Civics berkaitan dengan warga negara atau masyarakat, dengan tujuan
menjadi seorang warga negara yang baik (to be a good citizen). Menurut White (Sri Wuryan dan Syaifullah, 2009: 3) civics merupakan ilmu kewarganegaraan yang di dalamnya membahas hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan yang terorganisir, hubungan individu dengan negara. Somantri (2001: 299) juga mengungkapkan bahwa :
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dari kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PKn mengambil peran dalam menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara, karena di dalam PKn diajarkan tentang tenggang rasa, saling menghargai, tanggung jawab dan berbagai hal yang berhubungan dengan sosial.
Yoga Adi Pratama, 2013
pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “PKn memiliki kedudukan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah yang wajib ada di dalam kurikulum pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi”. Hal inilah yang menjadi landasan yuridis mata pelajaran ini selalu ada dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Di jaman globalisasi seperti sekarang ini terjadi berbagai penyimpangan yang dilakukan seperti halnya tauran dan demo yang berujung pada anarkisme, hal ini membuktikan bahwa manusia kurang bisa menerima ketika aspirasi mereka tidak dipedulikan, padahal masih banyak cara dalam menyelesaikan masalah seperti musyawarah atau votting. Begitupun kelakuan para pelajar Indonesia yang semakin hari semakin jauh dari kebiasan timur, dimana bangsa ini selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, bangsa yang terkenal akan keramah tamahannya, bangsa yang menghormati akan perbedaan sesuai dengan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” yang ditetapkan berdasarkan PP No. 66 Tahun 1951 (Bedjo Sujanto, 2009: 1) yang mengandung arti walaupun berbeda-beda tetap satu.
Aristoteles (Sri Wuryan dan Syaifullah, 2009: 147) mengemukakan bahwa “Pendidikan merupakan fenomena yang bersifat universal”. Pernyataan ini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan nilai inti yang harus ada pada setiap negara, karena keberhasilan suatu negara amat bergantung pada sistem pendidikan yang dijalankan. Apabila sistem pendidikan yang dijalankan oleh suatu negara berjalan dengan baik, maka akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas turut menciptakan tingginya daya saing sebagai sebuah bangsa dimata negara lain, yakni dengan ide, gagasan dan pemikiran yang muncul dari seseorang dengan kualitas yang baik dapat
memecahkan berbagai problema permasalahan sosial yang terjadi baik di negaranya maupun berkontribusi bagi kemajuan dunia internasional.
Yoga Adi Pratama, 2013
a. Pendidikan adalah cara yang mapan untuk memperkenalkan siswa pada keputusan sosial yang timbul.
b. Pendidikan merupakan wahana untuk mengulangi masalah-masalah sosia yang timbul.
c. Pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru.
d. Pendidikan merupakan jalan terbaik yang dapat ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan manusia sehingga berkembang dan terdorong untuk memberikan kontribusi pada kebudayaan hari esok.
Itulah sebabnya tidak ada orang yang menolak bahwa pendidikan merupakan fondasi yang paling penting, karena selain sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan juga sebagai penyeimbang. Pembelajaran di persekolahan yang hanya menekankan pada kompetensi intelektual (kongnitif) belum cukup karena ada tiga kompetisi yang harus ada didalam pendidikan guna menciptakan karakter warga negara yang diharapkan, kompetisi tersebut adalah
intelektual (kongnitif), karakter (afektif), dan keterampilan (psychomotoric). Menurut Yahya Khan (2010: 1) Dalam kamus besar bahasa Indonesia „karakter‟ di definisikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, sedangkan kata berkarakter diterjemahkan sebagai mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak. Yahya Khan (2010: 1) mendefinisikan karakter sebagai sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.
Yoga Adi Pratama, 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan kebijakan dimana dalam setiap mata pelajaran harus memuat dan mengembangkan 18 karakter. Karakter tersebut antara lain : (1) Religius (2) Jujur (3) Toleransi (4) Disiplin (5) Kerja keras (6) Kreatif (7) Mandiri (8) Demokratis (9) Rasa igin tahu (10) Semanagat kebangsaan (11) Cinta tanah air (12) Menghargai prestasi (13) Bersahabat / komunikatif (14) Cinta damai (15) Gemar membaca (16) Peduli
lingkungan (17) Peduli sosial (18) Tanggung jawab.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara
Dalam membentuk karakter ada beberapa aspek yang mempengaruhi, antara lain sekolah, masyarakat/lingkungan dan keluarga. Sekolah merupakan tempat mencari ilmu, di sini manusia di didik sehingga mendapatkan pengetahuan kongnitif, afektif dan pisikomotorik. Selebihnya, dalam membentuk karakter yang paling berpengaruh besar terutama pada keluarga dan masyarakat/lingkungan. Banyak keluarga atau masyarakat yang tidak sadar bahwa sebenarnya anak-anak lebih mudah meniru dari apa yang mereka lihat. Ketiga aspek itulah yang mempengaruhi pembentukan karakter dan pembangun peradaban bangsa.
Yoga Adi Pratama, 2013
terpecah konsentrasi, etos belajar yang kurang, terlambat dalam mengumpulkan tugas, lupa pada pelajaran itulah yang menghambat proses pembentukan karakter.
Inovasi dalam pembelajaran sangatlah di perlukan dalam proses belajar mengajar yaitu untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman sehingga peserta didik tidak mengalami kejenuhan di dalam kelas, banyak metode inovasi yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, Kokom Komalasari
(2010: 56) menjelaskan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mencapai hal tersebut di perlukan inovasi dalam model pembelajaran misalkan seperti pembelajaran berbasis masalah (Problem-based
Learning), belajar Kooperatif (Cooperative Learning), pembelajaran berbasis
proyek (Projet-based Learning), Pembelajaran Pelayanan (Service Learning), pembelajaran berbasis kerja (Work-based Learning), pembelajaran pemahaman konsep (Concept Learning), dan pembelajaran nilai (Value Learning). Terutama dalam Pembelajaran PKn yang mengajarkan akan tanggung jawab, toleransi, saling menghargai, mengemukakan pendapat, cara menyampaikan aspirasi yang baik dan benar, bagai mana cara mengambil keputusan, bagaimana cara menyelesaikan masalah dan masih banyak lagi hal lain yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan juga bernegara, perlu ada metode pembelajaran inovasi yang tepat yang berhubungan dengan kehidupan nyata yang nantinya dikaitkan di dalam kelas, sehingga siswa dapat dengan mudah membayangkan, dan ketika menemukan hal yang sama siswa akan dapat dengan mudah beradaptasi bahkan dapat menyelessaikan permasalahan tersebut dengan baik dan benar.
Kontekstual Learning merupakan jawaban dari permasalahan tersebut.
Karena dalam pembelajaran kontekstual banyak model pembelajaran yang dapat
Yoga Adi Pratama, 2013
perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Lebih lanjut Kokom komalasari (2010: 2) menjelaskan perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skill) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingga adalah nilai dan sikap.
Pembelajaran yang sering kali hanya mengedepankan pada aspek kongnitif dan berorientasi pada nilai akademik, padahal dalam kehidupan bermasyarakat nilai tersebut tidak akan berguna jika tanpa di imbangi dengan Emotional Quotien yang mana menurut Ary Ginanjar (2009: 8) pada kecerdasan emosi ini meliputi kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi secara lisan, adaptasi, kreativitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerja sama tim serta keinginan memberi kontribusi terhadap perusahaan.
Menurut Bloom dkk (Ahmad Rohani, 2004: 42) menglasifikasikan tujuan pengajaran kedalam 3 ranah yaitu :
1. Ranah Kongnitif (Congnitive Domain) meliputi 6 kategori secara hierarkis, sehingga menjadi taraf yang semakin kompleks.
a) Knowledge (Pengetahuan)
2. Ranah Afektif (Affective Domain) meliputi 5 kategori secara hierarkis.
a) Receiving (Penerimaan)
b) Responding (Partisipasi)
c) Valuing (Penilaian/Penentuan Sikap)
d) Organization (Organisasi)
e) Characterization by a value or value complex (Pembentukan Pola Hidup)
3. Ranah Pisikomotor (Psychomotoric Domain) menurut Simpson ranah ini meliputi 7 kategori
a) Perception (Persepsi)
b) Set (Kesiapan)
c) Guided Response (Gerakan Terbimbing)
d) Mechanical Response (Gerakan Terbiasa)
e) Complex Response (gerakan yang Kompleks)
Yoga Adi Pratama, 2013
g) Creativity (Kreativitas)
Ketiga aspek ini yang perlu dikembangkan dalam belajar mengajar. Ketika seorang guru mengedepankan aspek kongnitif dalam proses belajar mengajar siswa memperoleh pengetahuan (knowledge) yang mana menurut guru tersebut pengetahuan ini lah yang akan melandasi seorang murid untuk berbuat atau pun bersikap. Pada aspek afektif guru membiarkan siswa untuk secara aktif memberikan pandangan, pendapat dan juga argument mereka entah itu melalui diskusi atau pun debat. Pada aspek Pisikomotor guru kesulitan untuk mengkolaborasikan karena banyak materi yang baku.
Penerapan pembelajaran kontekstual di SMP sudah menunjukan hasil maksimal, dalam arti dapat meningkatkan kecerdasan emosional Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Komalasari (2008) dalam disertasinya menunjukan hasil analisis deskriptif dan uji kecendrungan terhadap data persepsi siswa SMP di Jawa Barat tentang kondisi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PKn. Hasil pengolahan data data penelitian tentang kecendrungan kondisi pembelajaran kontekstual dapat dilihat sebagai berikut :
Bahwa sebagian besar kondisi pembelajaran kontekstual di SMP Jawa Barat termasuk kategori sedang/cukup dengan persentase 87,22, bahkan 11,67% termasuk kategori tinggi dan hanya 1,11% yang termasuk kategori rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar SMP di Jawa Barat cukup baik menerapkan pendekatan kontekstual.
Yoga Adi Pratama, 2013
Komponen kompetensi terdiri dari 3 komponen, yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (pisikomotor), dan sikap (afektif) dari data hasil penelitian menunjukan bahwa di antara aspek kompetensi kewarganegaraan siswa SMP di Jawa Barat, aspek ketereampilan paling tinggi dimiliki siswa, dimana 97,99% siswa memiliki keterampilan kategori tinggi. Disusul kemudian dengan aspek sikap dengan 62, 17% siswa memiliki sikap tinggi. Sedangkan aspek
pengetahuan hanya 24% siswa masuk kategori tinggi dan hamper 75% berada pada kategori cukup.
Penelitian diatas menunjukan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan 3 komponen, yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (pisikomotor), dan sikap (afektif), akan tetapi untuk kategori sekolah menengah atas, belum ada penelitian yang menunjukan hal tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, diperoleh bahwa tidak semua siswa SMA Plus Al-Falah memiliki kecerdasan emosional yang baik, oleh karena itu penulis ingin mencoba melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran VCT dalam mata pelajaran PKn di SMA.
Dewasa ini anak-anak tumbuh dalam arus globalisasi, banyak pengaruh yang masuk tanpa bisa di bendung oleh orang tua, sehingga kebanyakan anak jaman sekarang tumbuh dalam kesepian, mudah marah, gugup, implusif agresif dan sulit untuk diatur maka dalam pendidikan yang di perlukan bukan hanya tentang bagaimana Intelektual Quotien namun juga bagaimana Emotional
Quotien, karena tindakan seseorang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dan
tekanan emosionalnya. Baharudin (2009: 55) mengatakan bahwa :
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar memengaruhi kegiatan jasmani dan afektif (meliputi unsur perasaan) yang mengikuti keadaaan-keadaan fisiologis dan mental yang muncul serta penyesuaiaan batiniah dan yang diekspresikan diri dalam tingkah laku sehari-hari.
Yoga Adi Pratama, 2013
IQ anak-anak makin tinggi, kecerdasan emosi mereka justru turun. Anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi ketimbang generasi terdahulunya”.
Emotional Quotien perlu ada di dalam diri manusia, sebagaimana
dikemukakan Cooper (Ary Ginanjar, 2009: 7) yang menjelaskan bahwa:
Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikirkan menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati mengetahui apa yang tidak boleh, atau mengetahui yang tidak di ketahui oleh pikiran. Hati merupakan sumber keberaniaan dan semangat, integritas serta komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntun kita untuk melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama,memimpin serta melayani.
Dari uraian data dan fakta yang telah peneliti uraikan maka peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul PENGARUH PEMBELAJARAN PKN BERBASIS VCT (Value Clarification Technique) DALAM
MENINGKATKAN EMOTIONAL QUOTIENT PESERTA DIDIK.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan sesuai dengan latar belakang yang telah di jelaskan tadi adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan
model VCT ?
2. Bagaimana sikap peserta didik pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional ?
3. Adakah perbedaan sikap peserta didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis VCT dengan kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional ?
C. Tujuan Penelitian
Yoga Adi Pratama, 2013
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran sikap peserta didik pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional.
2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran sikap peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan model VCT.
3. Untuk mengetahui perbedaan sikap peserta didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VCT dengan kelompok kontrol yang
menggunakan metode konvensional.
D. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian dengan menggunakan metode kuasi eksperimen, Nana Syaodih (2006: 57) megartikan kuasi eksperimen yaitu sebagai metode penelitian dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Dari pengertian diatas alasan dari peneliti menggunakan metode ini untuk mengetahui kemungkinan adakah hubungan sebab dan akibat antara variabel independen dan variabel dependen
Didalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Nana Syaodih (2006: 53) menjelaskan bahwa Penelitian ini menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Dengan metode penelitian tersebut maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran real mengenai peran Pkn berbasis kontekstual learning dalam meningkatkan Emotional Quotien peserta didik.
E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan. 2. Secara Praktis
a. Untuk dijadikan dasar sikap bagi guru dalam menerapkan pembelajaran Pkn
Yoga Adi Pratama, 2013
b. Memberikan gambaran bahwa pendidikan kewarganegaraan bukan hanya dapat meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga dapat meningkatkan kecerdasan emosional (EQ).
F. Struktur Organisasi 1. Bab 1 Pendahuluan
Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, Identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
2. Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen- dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Metode penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai penerapan pembelajaran Pkn berbasis VCT dalam meningkatkan Emotional Quotien peserta didik.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian dan pembahasaan. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang penerapan pembelajaran Pkn berbasis kontekstual learning pada siswa kelas XI, penerapan pembelajaran Pkn berbasis VCT dalam meningkatkan Emotional Quotien siswa kelas XI, peningkatan Emotional
Question siswa di kelas XI dalam pembelajaran Pkn VCT kelas XI, kendala yang
dihadapi guru Pkn dalam menerapkan pembelajaran Pkn berbasis VCT kelas XI, dan juga upaya guru dalam menatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penerapan pembelajaran Pkn berbasis VCT kelas XI
Yoga Adi Pratama, 2013
Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.
G. Hipotesis
Ho : Adanya perbedaan sikap antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol
Yoga Adi Pratama, 2013
Bab III Metode Penelitian
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara bagaimana peneliti mendapatkan
sebuah data yang dapat mendukung penelitian, seperti yang di ungkapkan oleh Sugiyono (2011: 2) menjelaskan bahwa Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut peneliti membutuhkan metode penelitian yang dapat menjawab semua permasalahan yang sedang diangkat.
Berdasarkan kebutuhan tersebut Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian dengan menggunakan metode ‘kuasi eksperimen’, Nana Syaodih (2006 : 57) megartikan kuasi eksperimen yaitu sebagai metode penelitian dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Dari pengertian diatas alasan dari peneliti menggunakan metode ini untuk mengetahui kemungkinan adakah hubungan sebab dan akibat antara variabel independen dan variabel dependen.Didalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Nana Syaodih (2006 :53) menjelaskan bahwa Penelitian ini menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan
terkontrol. Dengan metode penelitian tersebut maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran real mengenai pengaruh pembelajaran Pkn berbasis VCT dalam meningkatkan Emotional Quotien peserta didik
B. Desain Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengguna desain penelitian
Nonequivalent Control Group Design, Sugiyono (2011: 79) mengatakan bahwa
Yoga Adi Pratama, 2013
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
O1 = Tes yang dilakukan sebelum (pre test) perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen.
O2 = Tes yang di lakukan setelah (post test) perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen.
O3 = Tes yang dilakukan sebelum (pre test) perlakuan (treatment) pada kelompok kontrol.
O4 = Tes yang di lakukan setelah (post test) perlakuan (treatment) pada kelompok kontrol.
Xe = Treatment yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada kelompok eksperimen
Xk = Treatment yang menggunakan model konvensional pada kelompok kontrol
C. Variabel penelitian
Pada penelitian ini peneliti ingin menyelidiki tentatang bagai mana pengaruh pembelajaran PKn berbsis kontekstual learning dalam meningkatkan emotional quotient peserta didik. Maka yang menjadi objek penelitiannya adalah pembelajaran PKn berbasis kontekstual learning dan emotional quotien.
Maka pembelajaran PKn berbasis kontekstual learning dan emotional quotien sebagai variabel penelitiannya. Berikut adalah penjabaran variabel yang akan di teliti :
E O
1X
eO
2Yoga Adi Pratama, 2013
a. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah variabel perlakuan untuk mengetahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel bebas adalah Pembelajaran PKn Berbasis VCT.
b. Variabel terikat (Dependen Variabel) adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau pengaruhnya respon dari variabel bebas, yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian ini adalah Emotional Quotient (kecerdasan emosi).
D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian ini peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap guru di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana kondisi sekolah dan juga bagaimana peserta didik yang berada disana, selain hal tersebut juga untuk bagaimana sistem pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran PKn. Setelah itu peneliti juga melakukan studi literatur yang bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh teori-teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.
Sebelum melakukan pelaksanaan penelitian, peneliti juga menelaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang akan di jadikan materi pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan sekenario pembelajaran mengenai pokok pembahasan yang dijadikan pembelajaran dalam penelitian.
Selanjutnya peneliti melakukan konsultasi dengan pembimbing 2 guna mempersiapkan instrumen yang akan di buat oleh peneliti. Sebelum melakukan pelaksanaan penelitian peneliti menguji coba terlebih dahulu instrumennya,
menganalisis dan pada akhirnya menentukan subjek penelitian.
Yoga Adi Pratama, 2013
Tahap ini diawali dengan memberikan pre test baik terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran VCT pada kelompok eksperimen dan menggunakan metode ceramah bervariasi pada kelompok kontrol. pembelajaran dilaksanakan dilakukan dalam tiga kali pembelajaran. Selanjutnya setelah melaksanakan KBM peneliti memberikan tes akhir kepada peserta didik
baik terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. 3. Tahap Analisis dan Pembahasan
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data, membahas hasil temuan dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Sugiyono (2011: 61) menjelaskan Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Plus Al- Falah.
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2010: 175) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sehingga yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang kemudian akan di tarik kesimpulan dimana kesimpulan itu berlaku untuk populasi.
Gambar 3.2 Alur penelitian
Populasi Disimpulkan
Yoga Adi Pratama, 2013
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Bentuk Tes
Tes yang di lakukan dalam penelitian ini terdiri dari Pretest dan Posttest tentang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Suharsimi Arikunto (2002: 127) menjelaskan Tes adalah serentetan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari alasan tersebut peneliti membuat instrumen dalam bentuk tes.
a. Tes Awal (Pre test)
Tes awal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur pengetahuan peserta didik semelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis VCT pada kelompok eksperimen dan metode diskusi pada kelompok kontrol.
b. Tes Akhir (Post test)
Tes ini dilakukan pada akhir penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur hasil pembelajaran setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran VCT pada kelompok eksperimen dan metode diskusi pada kelompok kontrol.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian a. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2002: 144) menjelaskan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Sampel
Sampel diteliti
Yoga Adi Pratama, 2013
Untuk dapat menguji instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus korelasi product momen yang di kemukakan oleh person (Pearson Product Momen). Rumusnya adalah sebagai berikut :
r
xy=
Keterangan :
r
xy = Koofesien korelasi antara variabel X dan Variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan. x = Skor tiap items y = Skor total items
n = Jumlah responden uji coba
Setelah harga rxy diperoleh, kemudian dilanjutkan untuk mencari kriteria validitas dengan taraf signifikan koefisien dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
t=
(Sugiyono, 2011: 184) Keterangan:
t= nilai t hitung n=jumlah responden
r=koefisien korelasi hasil r hitung
Suatu tes dikatakan valid apabila
t
hitung lebih besart
tabel taraf signifikanditetapkan 0,95% dan derajat kebebasan dicari dengan rumus dk = ( n1+ n2-2) diperoleh dk=(51+49-2)= 98 maka t tabel adalah 1,734 sedangkan hasil
perhitungan =1,958 pada setiap item pernyataan variabel X dan variabel Y
ternyata semua lebih besar dari ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan
Yoga Adi Pratama, 2013
Interpretasi dari hasil penghitungan koefisien validitas dapat kita lihat kategori sebagai berikut :
0.80 – 1.00 Validitas Sangat Tinggi 0.60 – 0.80 Validitas Tinggi (Baik) 0.40 – 0.60 Validitas Cukup (Cukup) 0.20 – 0.40 Validitas Rendah (Kurang)
0.00 – 0.20 Validitas Sangat Rendah (Tidak Valid)
Berikut ini adalah perhitungan uji validitas sesuai dengan rumus yang telah di jelaskan sebelum nya, maka diperoleh hasil perhitungan uji validitas item pernyataan (angket) dari variabel X dan Variabel Y sebagai berikut
Tabel 3.1
Hasil Perhitungan Uji Validitas variabel X dan variabel Y
No t hitung Interpretasi Validitas
ST T C R SR
1 0,557814 Valid
2 0,442119 Valid
3 0,574929 Valid
4 0,481583 Valid
5 0,604102 Valid
6 0,483072 Valid
7 0,515794 Valid
8 0,339005 Valid
9 0,408242 Valid
10 0,504159 Valid
11 0,374755 Valid
Yoga Adi Pratama, 2013
13 0,489609 Valid
14 0,455938 Valid
15 0,457212 Valid
16 0,609177 Valid
17 0,41715 Valid
18 0,530759 Valid
19 0,650705 Valid
20 0,324432 Valid
21 0,657485 Valid
22 0,642023 Valid
23 0,670569 Valid
24 0,467188 Valid
25 0,419385 Valid
26 0,490335 Valid
27 0,547879 Valid
28 0,54899 Valid
29 0,385268 Valid
30 0,440626 Valid
31 0,432175 Valid
32 0,353384 Valid
33 0,400423 Valid
34 0,48460 Valid
Yoga Adi Pratama, 2013
36 0,514967 Valid
37 0,456132 Valid
38 0,42645 Valid
39 0,438511 Valid
40 0,508394 Valid
41 0,473457 Valid
42 0,513398 Valid
43 0,550894 Valid
44 0,530495 Valid
45 0,344789 Valid
46 0,509643 Valid
47 0,534661 Valid
48 0,521473 Valid
49 0,371663 Valid
50 0,483236 Valid
51 0,539152 Valid
52 0,493191 Valid
53 0,363388 Valid
54 0,426195 Valid
55 0,35801 Valid
56 0,304718 Valid
57 0,515011 Valid
Yoga Adi Pratama, 2013
59 0,406175 Valid
60 0,588727 Valid
61 0,589085 Valid
62 0,432994 Valid
63 0,431796 Valid
64 0,799532 Valid
65 0,385308 Valid
66 0,398525 Valid
67 0,389147 Valid
68 0,414971 Valid
69 0,439247 Valid
70 0,431651 Valid
71 0,566737 Valid
72 0,534703 Valid
73 0,556703 Valid
74 0,471121 Valid
75 0,310504 Valid
76 0,324672 Valid
77 0,356674 Valid
78 0,382375 Valid
79 0,636552 Valid
80 0,310504 Valid
Yoga Adi Pratama, 2013
Suharsimi Arikunto (2005: 86) menjelaskan bahwa Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu alat evaluasi dikatakan reliabilitas apabila alat evaluasi tersebut memberikan hasil yang tetap sama walaupun diberikan pada subjek yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Dalam menggunakan metode belah dua, rumus yang
digunakan adalah rumus Spearmen-Brown yaitu sebagai berikut”
r
11 =R ½ ½ : Korelasi antar skor-skor setiap belahan test R11 : Koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat menggunakan skala.
R < 0.20 Sangat Rendah 0.20 < R < 0.40 Rendah
0.40 < R < 0.70 Sedang 0.70 < R < 0.90 Tinggi
0.90 < R < 1.00 Sangat Tinggi
Berdasarkan rumus perhitungan uji reliabilitas yang telah dijelaskan, maka diperoleh hasil perhitungan reliabilitas item pernyataan (angket) dari variabel X dan Variabel Y sebagai berikut:
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
ITEM ANGKET
NO Nama peserta didik
Ganjil (X)
Genap (Y)
Yoga Adi Pratama, 2013
r_(1/2 1/2) (korelasi) 0,918073 Sangat Tinggi
r_11 0,957287 Sangat Tinggi
Sumber : diolah oleh penulis tahun 2013
Dari hasil analisis Angket dapat disimpulkan bahwa reliabilitas Angket dengan menggunakan belah dua ganjil genap maka reliabilitas Angket tergolong sedang.
2. Analisis Data Penelitian
Pada tahap ini data diolah sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Data yang di olah dari penelitian ini sangat beragam sehingga peneliti mengklasifikasikannya sesui dengan variabel, setelah itu baru data dianalisis berdasarkan klasifikasi tersebut dengan cara menghitung data menjawab rumusan masalah dan terakhir menguji hipotesis yang telah di rumuskan. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut.
a. Analisis Data Hasil Tes
1) Memberikan nilai pre test dan post test
Dalam melakukan pengolahan data sebelumnya peneliti memeriksa dan memberikan skor terlebih dahulu pada tes awal (pre test) dan tes akhir (post test)
2) Memberikan gain skor tiap siswa
Gain adalah selisih antara skor tes akhir (post test) dan tes awal (pre
test). Secara matematis di tulis sebagai berikut.
Yoga Adi Pratama, 2013
3) Melakukan analisis statistik untuk mengituk signifikasi perbedaan rata-rata gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui tahap-tahap sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai normal atau tidaknya distribusi skor test yang diperoleh siswa.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : (1) Menemtukan Skor tertinggi dan skor terendah
(2) Membentuk rentang skor (R)
R = Skor tertinggi – Skor terendah (3) Menentukan banyak kelas interval
BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Strugges)
(4) Menentukan panjang kelas interval
(5) Membuat tabel distribusi frekuensi
No Kelas Interval f1 x1 f1 - x1
1 ... ... ... ... ... ...
2 ... ... ... ... ... ...
Jumlah ... ... ... ... ...
Tabel 3.3
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
NORMAL PRE_TES
n0 kelas F Fk Fh F-Fh (F-Fh)^2 X^2
1 135-155 1 1 1 0 0 0
2 156-176 7 8 8 -1 1 0,125
3 177-197 6 14 4 2 4 1
4 198-218 8 22 16 -8 64 4
Yoga Adi Pratama, 2013
Sumber : diolah oleh penulis tahun 2013 b) Uji Homogenitas
Tujuan dari homogenitas ini untuk mengetahui varians berasal dari populasi yang sama atau tidak, dalam menguji homogenitas ini menggunakan distribusi F dengan langkah sebagai berikut :
(1) Menghitung nilai F
(2) Nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi
= 0,05 atau 5% dengan menggunakan derajat kebebasan pembilang (dk1 = n1– 1) dan derajat kebebasan penyebut (dk2 = n2– 1).
(3) Menentukan kriteria homogenitas seperti yang di ungkapkan oleh (Riduan, 2006, 186) sebagai berikut.
Jika Fhitung Ftabel maka varians tersebut homogen.
Berdasarkan rumus perhitungan Homogen yang telah dijelaskan, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Homogen Kelas Eksperimen
HOMOGEN
Sumber : diolah oleh penulis tahun 2013
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Homogen Kelas Kontrol
Yoga Adi Pratama, 2013
Sumber : diolah oleh penulis tahun 2013 b. Analisis Data Hasil Non-tes
Pada penelitian ini menggunakan data skala sikap yang bertujuan untuk menentukan kepercayaan, persepsi, atau perasaan siswa terhadap suatu obyek, yaitu obyek yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Data hasil analisis siswa ini dapat dianalisis dengan cara memberikan penelitian dengan kategori SS (Sangat Sering) S (Sering) Kk (kadang-kadang) Tp (Tidak pernah) kemudian dihitung persentasenya.
H. Rancangan Uji Hipotesis
Hipotesis yang dilakukan adalah dengan menguji hipotesis nol, dengan
kriteria pengujian H0 diterima jika
t
hitung <t
tabel dan H0 di tolak untuk kondisi lain.Sebelum mencari
t
hitung terlebih dahulu dicari simpang baku gabungan denganmenggunakan rumus korelasi product moment.
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antar variabel yang dianalisis.
Sumber : (Sugiyono, 2011: 183)
Pengujian selanjutnya yaitu uji signifkansi yang berfungsi untuk mengetahui makna hubungan variabel X terhadap Y sehingga digunakan uji statistik t, sebagai berikut :
Yoga Adi Pratama, 2013
Nilai tersebut dikonsultasikan dengan dengan mengambil dk=n-2
dan taraf keasalahn . Dengan keputusan:
maka tolah Ha artinya signifikan dan
maka tolak Ha artinya tidak signifikan
Tolak ukur untuk menginterpretasikan kuat atau tinggi maupun lemah atau rendahnya pengaruh variabel X terhadap Y. Kuat lemahnya korelasi ditentukan oleh besarnya r.taksiran mengenai besarnya korelasi.
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0.60-0,799 Tinggi
0,80-1,000 Sangat Tinggi
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan peneliti : Tabel 3.6
Hasil Perhitungan
UJI t
Dk
n1 + n2
- 2 5% 80
t-hitung 2,604E-05
t-table 0,22
t-hitung > t-table H0 ditolak dan H1 diterima Sumber : diolah oleh penulis tahun 2013
Bab V
Kesimpulan Dan Saran
Dari hasil penelitian, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, penulis memperoleh beberapa temuan penelitian yang dijadikan dasar untuk
menarik kesimpulan dan mengajukan beberapa saran. Adapun kesimpulan dan saran yang penulis rumuskan antara lain adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Kelas eksperimen meliliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sebab dalam proses kegiatan belajar mengajar kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran yakni menggunakan model pembelajaran VCT sehingga dapat terlihat dari aktifitas dan kreativitas peserta didikdi kelas selama proses belajar pembelajaran berlangsung.
2. Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas kontrol memiliki kecerdasan emosional yang kurang, karena pada kelas ini tidak digunakan model konvensional selama proses belajar pembelajaran, dikarenakan kurang variasinya proses pembelajaran ini maka peserta didik merasa kurang berminat dalam pembelajaran sehingga sikap acuh yang dikeluarkan berdampak pada sikapnya.
3. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya perbedaan sikap antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VCT dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya Penggunaan model VCT yang bertujuan membantu peserta didik dalam menemukan nilai-nilai yang melatar
kali perilaku yang tidak sejalan dengan harapan peraturan yang berlaku. Maka dari itu Pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan terhadap perkembangan kesadaran dan pembentukan karakter peserta didik karena PKn mengajarkan mengenai nilai-nilai kehidupan, kejujuran, toleransi antar agama, aturan dan norma sosial yang ada di masyarakat, walaupun dalam materi pembelajaran lebih menekankan pada aspek ketatanegaraan.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Sekolah merupakan lembaga yang tepat dalam mendidik dan membentuk karakter anak selain sebagai tempat tranformasi ilmu pengetahuan untuk dapat mengembangkan nilai positif yang ada di masyarakat seperti kejujuran, kepercayaan, tanggung jawab, kerjasama, gotong royong dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan sekolah dan juga proses belajar mengajar. Untuk mencapai hal tersebut kelengkapan sarana dan prasarana yang ada pada sekolah senantiasa dilengkapi dan ditingkatkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran atau kegiatan lain yang dapat meningkatkan keaktifan siswa.
2. Bagi Guru
Metode pembelajaran PKn yang digunakan harus bervariasi terutama metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik dimana dalam pembelajaran ini sebaiknya guru tidak hanya menilai siswa dari segi kongnitifnya saja melainkan juga bagaimana kepribadiaan sikap-sikap atau kepribadian dari siswa, karena kedua aspek tersebut akan saling berkaitan untuk menciptakan generasi masa depan yang unggul sehingga bukan hanya pengetahuan tetapi etika yang dimiliki oleh setiap peserta didik untuk menyongsong kehidupan yang akan datang, untuk mencapai hal tersebut sekolah,
3. Bagi Siswa
Pembelajaran yang menanamkan norma, nilai-nilai dan aturan, harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk mengembangkan aktifitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut ikut berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sehingga akan menciptakan
DAFTAR PUTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual ESQ. Jakarta : Arga
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta Rineka Cipta.
Baharuddin. (2007). Pisikologi Pendidikan : Refleksi Teoretis Terhaadap
Fenomena. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Budiningsih, Asri. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat
Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
sPs UPI.
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimayati, dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djahiri, Ahmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT
dan Game dalam VCT PMPKN. FPIPS IKIP Bandung
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.
Daniel, Goleman. (1999). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi
Alih Bahasa, Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Pisikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fitri, Agus Zainul. (2012). Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Aruz Media
Hanifah, Nanang. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama
Majid, Abdul dan Dyan Andayani. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosada Karya
Syaodih, Nana. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Rosada Karya
Sujanto, Bedjo. (2009). Pemahaman Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika
Persaudaraan Dalam Kemajemukan. Anggota IKAPI.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfhabeta.
Khan, Yahya. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi Publishing.
Hanifah, Nanang dan Cucu suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. …. : PT Refika Aditama
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/
Komalasari. K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Komalasari. K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa SMP. Disertasi doktor pada Sekolah Pasca
Sarjana UPI Bandung. Tidak di terbitkan.
Martono, Nanang. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial: Deskriptif Klasik,
Moderen, Posmoderen dan Poskolonial. Jakarta Rajawali Perss
Nandika, Dodi. (2007). Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, Anggota IKAPI
Rohiat. (2008). Kecerdasan Emotional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama
Rohani, Ahmad. (2004). Pengelolaan Pengajaraan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. Jakarta : Sinar Grafika.
Wuryan, Sri dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civic). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan
Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik Implementasi
KTSP&UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Gaung
Persada press.
Yamin, Martinis. (2010). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan