• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHITUNGAN EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEDIMENT DELIVERY RATIO (SDR) PADA SUB DAS BATANG KANDIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERHITUNGAN EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEDIMENT DELIVERY RATIO (SDR) PADA SUB DAS BATANG KANDIS."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERHITUNGAN EROSI DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SEDIMENT DELIVERY RATIO (SDR) PADA

SUB DAS BATANG KANDIS

Oleh :

NILAM PERMATASARI

No. BP 09 1111 2042

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ABSTRAK

NILAM PERMATASARI. Perhitungan Erosi dengan Menggunakan Metode Sediment Delivery Ratio (SDR) pada Sub DAS Batang Kandis. Dibimbing oleh ASMIWARTI dan RUSNAM.

Perpindahan pusat kota ke Kecamatan Koto Tangah menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk di sekitar Sub DAS Batang Kandis. Hal ini dikhawatirkan akan menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya erosi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya erosi yang terjadi pada Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Kandis dengan menggunakan metode Sediment Delivery Ratio (SDR). SDR dihitung berdasarkan besarnya muatan sedimen melayang (suspended load), muatan sedimen dasar (bed load) dan nilai SDR dari Sub DAS Batang Kandis tersebut. Sub DAS Batang Kandis memiliki luas sebesar 5473,29 ha dan muatan sedimen total sebesar 17688,2 ton/tahun dengan nilai SDR sebesar 15,29 %. Dengan menggunakan metode SDR maka didapat nilai ketebalan erosi tertinggi sebesar 1,99 mm/tahun. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa erosi yang terjadi pada Sub DAS Batang Kandis masih dibawah batas toleransi.

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang

Pengelolaan dan pemanfaatan Daerah aliran Sungai (DAS) yang salah oleh

manusia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan DAS dan berdampak negatif

terhadap lingkungan terutama bagian hilir. Selain itu, pertambahan jumlah

penduduk dengan cepat juga mengakibatkan meningkatnya kebutuhan

masyarakat, baik itu secara ekonomi maupun secara sosial budayanya terutama

kebutuhan papan dan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan, masyarakat

memanfaatkan sumber daya alam yang ada, seperti kegiatan alih fungsi lahan

sebagai pemukiman, perladangan dan penebangan hutan di bagian hulu, sehingga

berkurangnya tanaman penutup tanah yang mengakibatkan besarnya aliran

permukaan dan berkurangnya kapasitas pori-pori tanah untuk infiltrasi.

Aliran permukaan juga dapat menyebabkan terjadinya erosi dan

sedimentasi. Erosi yang terjadi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang

biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif

pada bagian hilir dalam bentuk hasil sedimen dan juga mengakibatkan kekeringan

pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan. Seiring bertambahnya waktu,

kesuburan tanah pada bagian hulu semakin berkurang dan muatan sedimen

semakin menumpuk pada bagian tengah dan hilir sehingga terjadinya

pendangkalan saluran aliran sungai. Salah satu wilayah yang menjadi pusat

perhatian adalah Sub DAS Batang Kandis yang berada di Kecamatan Koto

Tangah, Kota Padang.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012), Kecamatan Koto Tangah telah

mengalami peningkatan jumlah penduduk yaitu 157956 jiwa pada tahun 2007 dan

meningkat menjadi 166148 jiwa pada tahun 2011. Hal ini juga diiringi oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2011 pada tanggal 18 April 2011 yang

menyatakan bahwa pusat pemerintah Kota Padang secara resmi dipindahkan dari

Kecamatan Padang Barat ke Kecamatan Koto Tangah untuk mengurangi

konsentrasi masyarakat di kawasan pantai dan mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat serta mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Kota

(4)

dan perluasan lahan baru seperti pemukiman, perubahan hutan menjadi lahan

perkebunan dan kegiatan lain yang mendukung kegiatan perluasan kota.

Sub DAS Batang Kandis merupakan 82 % jenis tanah kambisol dan 18 %

adalah glei humus dan regosol dan 59 % luas Sub DAS merupakan daerah

kawasan lindung karena memiliki perbedaan kelerengan yang tinggi. Namun,

pada saat ini daerah kawasan lindung tersebut telah banyak dialihfungsikan

sebagai lahan perkebunan campuran, sehingga mengakibatkan 17 % luas Sub

DAS ini dikatakan sebagai daerah bahaya erosi yang tinggi. Ditambah lagi dengan

keadaan hilir dari Sub DAS Batang Kandis ini merupakan daerah rawan banjir

pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau.

Berdasarkan penelitian Sitanggang (2014) Sub DAS Batang Kandis

merupakan daerah yang mempunyai tingkat erosi yang masih ditoleransi, namun

memiliki bahaya erosi yang sangat berat pada penggunaan lahan semak dan

belukar, yaitu terletak pada daerah kawasan lindung dan memiliki kelerengan

25 % - 40 %. Sub DAS ini tidak hanya rawan terhadap erosi tetapi juga terhadap

banjir, terutama dibagian hilir dan pertemuan anak-anak sungai. Dilihat dari

bentuknya, Sub DAS Batang Kandis merupakan Sub DAS yang berbentuk radial.

Dimana daerah pengairan ini berbentuk kipas atau lingkaran dan anak-anak

sungainya mengkonsentrasi ke satu titik secara radial, sehingga mempunyai banjir

yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai. Aliran sungai ini juga

berbelok-belok sehingga menyebabkan penumpukan sedimen pada setiap kelokan.

Menghitung berapa besarnya erosi yang terjadi pada daerah tangkapan air

dapat menggunakan beberapa metoda, diantaranya metoda Universal Soil Loss

Equation (USLE) dan Sediment Delivery Ratio (SDR). Metoda USLE digunakan

untuk memprediksi rata-rata erosi dalam jangka waktu panjang. Bentuk erosi yang

diprediksi adalah erosi lembar dan erosi alur, tetapi tidak dapat memprediksi

pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari parit, tebing sungai

dan dasar sungai (Arsyad, 2010). Perhitungan erosi dengan menggunakan metode

USLE ini telah dilakukan oleh Sitanggang (2014) dengan menggunakan aplikasi

teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan hasilnya menyatakan bahwa erosi

(5)

Sediment Delivery Ratio (SDR) digunakan untuk memprediksi besarnya

hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air. Asdak (2007) menyatakan bahwa

perhitungan besarnya Sediment Delivery Ratio (SDR) dianggap penting dalam

menentukan prakiraan yang realitis besarnya sedimen total berdasarkan

perhitungan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air. Oleh sebab itu,

untuk mengantisipasi dan menanggulangi permasalahan yang terjadi pada Sub

DAS Batang Kandis tersebut, maka diperlukan perhitungan besar sedimen total

berdasarkan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Perhitungan Erosi dengan Menggunakan Metoda Sediment Delivery Ratio (SDR) pada Sub DAS Batang Kandis”.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya erosi pada Sub-DAS

Batang Kandis dengan menggunakan metode Sediment Delivery Ratio (SDR).

1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini :

1. Memberikan informasi dan membantu pihak-pihak terkait yang menangani

Sub-DAS Batang Kandis dalam upaya pengelolaan dan pelestarian Sub-DAS yang lebih

baik.

2. Memberikan masukan dan acuan bagi instansi terkait dalam menentukan

Referensi

Dokumen terkait

Erosi dan sedimentasi merupakan proses yang terjadi secara terus menerus pada alur sungai. DAS eatang Arau merupakan salah satu DAS yang banyak mengalami erosi. Hal

Pendugaan Neraca Air menggunakan Aplikasi Tank Model dan Perhitungan Erosi Sedimentasi dengan Metode MUSLE di Sub-DAS Cibengang Kabupaten Bandung.. Dibawah bimbingan

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Oktober 2002, untuk mengetahui besarnya tingkat bahaya erosi tanah yang terjadi pada daerah Enclave Sub DAS Miu,

Tingkat pencemaran Turbidity terjadi hanya pada kategori kelas pencemaran Tidak Tercemar meliputi areal seluas 3348,15 Ha atau 61,54% dari luas Sub DAS Way Kandis Hulu

Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya laju erosi pada Sub DAS Riam Kanan adalah terbukanya lahan di sepanjang aliran sungai akibat penggunaan lahan oleh

tanah yang merupakan sumber endapan sedimen jika masuk ke dalam aliran air.. Erosi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)

Berdasarkan jumlah erosi yang terjadi setiap unit lahan di Sub-DAS Teweh, maka diperoleh data kelas bahaya erosi (KBE) dan kelas tingkat bahaya erosi (TBE) sebagaimana

MODEL SEDIMENT DELIVERY RATIO UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DI PULAU JAWA Muhammad Ramdhan Olii1, Bambang Agus Kironoto2, Bambang Yulistiyanto3, dan Sunjoto4 1Mahasiswa Program Studi