• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh/By

SYARIFUDDIN KADIR

Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

The objective of research was to know the amount of erosion and level of the erosion danger that happened in each land unit in Sub-Watersheed Teweh, while this research result was expected can be useful to plan the usage of land and action of soil and land conservation so that can improve to repair the condition arrange the water and improve the earnings commuity of around Sub-Watersheed Teweh.

Estimate Method of erosion level in each land unit calculated by using formula developed by Wischmeier and Smith in the year 1958 in the form of equation recognized Universally is Soil Loss Equation ( USLE) ( Utomo, 1994 and Asdak, 1995).

Based on the study result obtained by that unit of farm A05Sb ( coppice) having the amount of biggest erosion that is 361,708 ton/ha/yr, while unit of farm A01Hs ( forest sekunder) having the amount of erosion which 1,221 ton/ha/yr.

There waere the level of erosion danger on land unit A01HS, A02HS, A03HS, A04HS, A05HS that showed low level I, land unit of A01SB, A01Al, A06HS and A07HS criterion was II, land unit of A02SB criterion III and lan unit of A03SB, A03Al, A04B and A05SB of criterion very heavy. Level erosion danger was very heavy obtain;get the first priority was which embrace of action of conservation of land;ground and water which was adapted for by the condition of environment.

Key words : level erosion danger, watersheed Alamat Korespondensi : (0511)7343285-0816213136

PENDAHULUAN Hutan, tanah dan air merupakan

Sumber Daya Alam yang dapat memenuhi kebutuhan manusia baik secara langsung maupun secara tidak langsung, Kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam tersebut tanpa perhitungan dan tidak disertai dengan tindakan konservasi maka akan menyebabkan terjadinya erosi yang melebihibatas yag di perbolehkan.

Permasalah erosi di Indonesia sangat erat kaitannya dengan permasalahan lahan kritis. Lahan yang kritis salah satunya adalah akibat dari campur tangan manusia dalam kesalahan pengelolaannya sehingga terjadi pengikisan tanah. Utomo (1989) menjelaskan faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas tanah karena erosi antara lain; adanya penurunan kandungan bahan organik, adanya penurunan kandungan atau ketersediaannya serta adanya kekurangan air.

Kawasan produksi sub-DAS Teweh yang kondisinya saat ini sudah sangat memprihatinkan, hal ini dikarenakan adanya penggunaan dari kawasan produksi menjadi kawasan pertanian/perkebunan, pertambangan dan kepentingan lainnya, sehingga luas lahan kritis di Kabupaten Barito Utara semakin bertambah.

Berdasarkan uraian di atas

dapat dinyatakan bahwa agar kondisi

hidrologis sub-DAS Teweh dapat

berfungsi dengan baik, maka salah

(2)

satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya adalah dengan melakukan kajian tinkat bahaya erosi (TBE) untuk merumuskan rencana pengembangan rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu yang berkelanjutan,.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah erosi dan tingkat Bahaya erosi (TBE) yang terjadi pada setiap uit lahan di Sub-DAS Teweh.

METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Sub-

DAS Teweh Kabupaten Barito Utara.Propinsi Kalimantan Tengah, loasi sub-DAS Teweh. Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama 3 bulan.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian meliputi.

Peta Admiistrasi, peta DAS, Peta RBI, peta penutupan lahan, peta Jenis Tanah dan peta Lereng

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Global Positioning System (GPS),

Seperangkat peralatan GIS,.

Klinometer dan peralatan pembailan smpel tanah (Bor tanah, Ring sample, kantong plastik dan cangkul) seta alat tulis menulis.

Perkiraan besarnya erosi pada setiap unit lahan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith pada tahun 1958 dalam bentuk persamaan yang dikenal dengan Universal Soil Loss Equation (USLE) (Utomo, 1994 dan Asdak, 1995) dengan rumus berikut:

A = R x K x L x S x C x P Keterangan :

A = jumlah tanah yang hilang (ton/ha/tahun)

R = faktor erosivitas hujan tahunan rata-rata (mj.cm/ha/jam/th)

K = faktor erodibilitas tanah (ton.ha.jam/ha/mj.cm) L = faktor panjang lereng S = faktor kemiringan lereng C = faktor pengelolaan tanaman P = faktor konservasi tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Lahan

Unit Lahan adalah hasil overlay antara peta kelerengan dengan peta jenis tanah yang terdapat di Sub DAS Teweh DAS Barito yang dijadikan lokasi penelitian. Unit-unit lahan yang dihasilkan dari overlay peta Kelerengan dengan peta jenis tanah.

Evaluasi Erosi

Evaluasi erosi pada areal penelitian melalui erosi terhitung dengan metode universal loss equation (USLE). Erosi terhitung dilakukan untuk menghitung jumlah erosi yang

terjadi pada berbagai penutupan lahan di Sub-DAS Teweh dengan menggunakan metode USLE yang terdiri atas beberapa faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut.

Faktor Erosivitas Hujan (R)

Nilai erosivitas hujan dihitung

berdasarkan data curah hujan 10

(sepuluh) tahun terakhir di Sub-DAS

Teweh yaitu dari tahun 1997 sampai

dengan tahun 2006, hasil analisis curah

hujan tersebut terdiri atas jumlah curah

hujan, hujan maksimum dan jumlah hari

hujan. Berdasarkan hasil analisis curah

(3)

hujan tersebut di atas, maka diperoleh nilai erosivitas (R) sebesar 2.545.

Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Data sifat fisik tanah yang dipergunakan untuk menghitung besarnya nilai faktor erodibilitas tanah (K) pada setiap unit lahan diperoleh

dari analisis sifat fisik contoh tanah setiap unit lahan yang meliputi tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa (BALITRA) Banjarbaru.

Nilai erodibilitas tanah (K) setiap unit lahan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Erodibilitas (K) setiap unit lahan di Sub-DAS Teweh Kabupaten Barito Utara

No KUL Penutupan a b c M K

1 A01HS Hutan sekunder 1.15 3.00 3.00 447.6231 0.073 A01SB Semak belukar 0.82 3.00 3.00 2027.4093 0.220 A01AL Alang-alang 0.76 5.00 3.00 2299.379 0.314 2 A02HS Hutan sekunder 1.12 3.00 3.00 6453.0869 0.692 A02SB Semak belukar 0.68 4.00 2.00 4043.7996 0.429 3

A03HS Hutan sekunder 1.32 3.00 3.00 1624.7808 0.174 A03SB Semak belukar 0.78 4.00 3.00 2054.7156 0.256 A03AL Alang-alang 0.57 5.00 2.00 2537.0744 0.300 4 A04HS Hutan sekunder 1.32 3.00 3.00 1933.2006 0.203 A04SB Semak belukar 0.91 4.00 3.00 3501.2724 0.404 5 A05HS Hutan sekunder 1.00 4.00 3.00 1154.5764 0.167 A05SB Semak belukar 0.78 4.00 3.00 1624.7808 0.213 6 A06HS Hutan sekunder 0.57 5.00 2.00 2537.0744 0.300 7 A07HS Hutan sekunder 1.32 3.00 3.00 1933.2006 0.203 Sumber : Hasil Pengolahan data Primer

Keterangan : a = Kandungan bahan organik c = Nilai struktur tanah b = Nilai permeabilitas tanah K = Nilai erodibilitas M = % debu + % pasir sangat halus x (100 - %liat)

Berdasarkan pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa nilai erodibilitas ditentukan oleh beberapa sifat sifat fisik tanah dan nilai tersebut bervariasi antara 0.073 (sangat rendah) sampai dengan 0.692 ( tinggi), rata-rata nilai erodibilitas lebih rendah pada

penutupan lahan semak belukar dibandingkan dengan penutupan lahan hutan sekunder.

Jumlah Erosi

Jumlah erosi di Sub-DAS

Teweh berdasarkan penutupan lahan

disajikan pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2 Jumlah Erosi yang terjadi pada Sub-DAS Teweh Kabupaten Barito Utara

No KUL Penutupan R K LS C P A

1 A01HS Hutan sekunder 2,545 0.073 1.08 0.01 1.00 1.221 A01SB Semak belukar 2,545 0.220 0.59 0.25 1.00 50.187 A01AL Alang-alang 2,545 0.314 0.47 0.25 1.00 57.279 2 A02HS Hutan sekunder 2,545 0.692 0.76 0.01 1.00 8.184 A02SB Semak belukar 2,545 0.429 0.62 0.25 1.00 102.459 3

A03HS Hutan sekunder 2,545 0.174 1.96 0.01 1.00 5.305 A03SB Semak belukar 2,545 0.256 2.27 0.25 1.00 225.339 A03AL Alang-alang 2,545 0.300 2.37 0.25 1.00 275.676 4 A04HS Hutan sekunder 2,545 0.203 2.78 0.01 1.00 8.756 A04SB Semak belukar 2,545 0.404 1.83 0.25 1.00 287.601 5 A05HS Hutan sekunder 2,545 0.167 4.88 0.01 1.00 12.660 A05SB Semak belukar 2,545 0.213 4.38 0.25 1.00 361.708 6 A06HS Hutan sekunder 2,545 0.300 6.69 0.01 1.00 31.164 7 A07HS Hutan sekunder 2,545 0.203 17.92 0.01 1.00 56.465 Sumber : Hasil Pengolahan data Primer

Keterangan: R = Erosivitas A = Jumlah erosi (ton/ha/thn) K = Erodibilitas LS = panjang dan kemiringan lereng C = Penutupan lahan P = Tindakan konservasi tanah dan air

Berdasarkan pada Tabel 2 di atas bahwa unit lahan A05SB mempunyai jumlah erosi yang terbesar yaitu 361.708 ton/ha/thn, sedangkan unit lahan A01HS mempunyai jumlah erosi yang terendah 1.221 ton/ha/tahun, hal ini disebabkan oleh karena unit lahan A05SB mempunyai kelerengan 15-25% dan penutupan lahannya semak belukar yang mempunyai fungsi sebagai penngatur tata air yang lebih rendah ditinjau dari

segi tajuk dan perakaran serta jumlah serasah yang dihasilkan jika dibandingkan dengan penutupan lahan vegetasi hutan, nilai C dan P.

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Berdasarkan jumlah erosi yang

terjadi setiap unit lahan di Sub-DAS

Teweh, maka diperoleh data kelas

bahaya erosi (KBE) dan kelas tingkat

bahaya erosi (TBE) sebagaimana

disajikan pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3.Nilai KBE dan TBE setiap unit lahan di Sub-DAS Teweh Kabupaten Barito Utara

No KUL Penutupan KDT A KBE TBE

*)

1 A01HS Hutan sekunder Sedang 1.221 I I-R

A01SB Semak belukar Sedang 50.187 II II-S

A01AL Alang-alang Sedang 57.279 II II-S

2 A02HS Hutan sekunder Sedang 8.184 I I-R

A02SB Semak belukar Sedang 102.459 III III-B 3

A03HS Hutan sekunder Sedang 5.305 I I-R

A03SB Semak belukar Sedang 225.339 IV IV-SB

A03AL Alang-alang Sedang 275.676 IV IV-SB

4 A04HS Hutan sekunder Sedang 8.756 I I-R

A04SB Semak belukar Sedang 287.601 IV IV-SB

5 A05HS Hutan sekunder Sedang 12.660 I I-R

A05SB Semak belukar Sedang 361.708 IV IV-SB 6 A06HS Hutan sekunder Sedang 31.164 II II-S 7 A07HS Hutan sekunder Sedang 56.465 II II-S Sumber : Hasil Pengolahan data Primer

Keterangan :

TBE

*)

= Kelas Tingkat bahaya erosi (Ditjen RRL, disajikan pada Tabel 11) KBE = Kelas bahaya erosi KDT = Kelas Kedalam Tanah

R = Ringan S = Sedang B = Berat SB = Sangat berat

Berdasarkan analisis tingkat bahaya erosi (TBE) tersebut pada Tabel 3 di atas, telihat bahwa pada unit lahan A01HS, A02HS, A03HS, A04HS, A05HS merupakan kreteria TBE ringan (I), unit lahan A01SB, A01AL, A06HS dan A07HS kreteria TBE sedang (II), unit lahan A02SB kreteria TBE berat (III) dan unit lahan A03SB, A03AL, A04SB dan A05SB kriteria TBE sangat berat. TBE sangat berat memperoleh perioritas pertama yang memelukan

tindakan konservasi tanah dan air yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan,

untuk memperkecil besarnya erosi yang telah terjadi. TBE merupakan salah satu parameter yang dijadikan acuan oleh Departenmen Kehutanan sejak tahun 1995 dalam rangka perioritas penanganan RHL pada suatu unit lahan dalam suatu DAS atau Sub-DAS di Indonesia termasuk DAS atau Sub-DAS yang terdapat di Kabupaten Barito Utara Propinsi Kalimantan Tengah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil overlay antara peta jenis tanah dan peta kelerengan dihasilkan 7 (tujuh) unit lahan. yang terdiri atas 4 kelas lereng (3 - 8 %,

8 - 15 %, 15-25 % dan 25 – 40 %) jenis tanah KPMK dan PMK)

2. Unit lahan A05SB mempunyai

jumlah erosi yang terbesar yaitu

361.708 ton/ha/thn, sedangkan unit

lahan A01HS mempunyai jumlah

(6)

erosi yang terendah yaitu sejumlah 1.221 ton/ha/tahun,

3. Hasil analisis TBE menunjukkan bahwa pada unit lahan A01HS, A02HS, A03HS, A04HS, A05HS merupakan kreteria TBE ringan, unit lahan A01SB, A01AL, A06HS dan A07HS kreteria TBE sedang, sedangkan unit lahan A02SB, A03SB, A03AL, A04SB dan A05SB kriteria TBE berat dan sanagt berat Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sub-DAS Teweh, maka disarankan sebagai berikut:

1. Tindakan konservasi perlu dilakukan pada unit-unit lahan yang memerlukannya sehingga Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada tingkat berat dan sangat berat nilainya dapat diperkecil

2. Untuk menurunkan erosi yang terjadi diperlukan adanya penelitian lebih lanjut guna memperoleh teknis-teknis konservasi yang baru dan dapat mempercepat proses penurunan erosi, karena selama ini teknis-teknis yang ada (sipil teknis dan vegetatif) di rasa masih sangat jauh dari berhasil serta memerlukan proses yang lama

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1982. Pengawetan Tanah

dan Air. Fakultas Pertanian IPB.

Bogor.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumber Informasi IPB. Bogor

Asdak, C 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Universitas Pertanian Universitas Padjajaran. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Hakim, N, M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nogroho, M.R. Saul, M.A.

Diha, Go Ban Hong dan H.H.

Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu

Tanah. Universitas Lampung.

Lampung.

Kartasapoetra, G. 1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Manan, S. 1976. Pengaruh Hutan dan Daerah Aliran Sungai.

Departemen Manajemen Hutan IPB. Bogor.

Rahim, S.E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelertarian Lingkungan Hidup. PT.Bumi Aksara. Jakarta.

Sarief, S.E. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana.

Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Tabulasi Silang Antara Peranan Dalam Organisasi dengan stres kerja pada pekerja area manufacturing PT. Hasil ini dapat dikarenakan responden yang diteliti

Berdasarkan uji reliabilitas, diperoleh hasil bahwa kuesioner yang mewakili variabel iklim organisasi, sifat pekerjaan, pelecehan seksual, motivasi kerja, stres kerja,

Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi

Dari pernyataan ini, maka undang-undang pidana kita tidak mengenal ketentuan yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai sanksi yang lebih berat karena telah membunuh

[r]

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Pemegang Saham atau kuasa Pemegang Saham yang akan menghadiri Rapat, diminta dengan hormat untuk membawa dan menyerahkan fotokopi Surat Kolektif Saham dan

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,