• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING DAN PROBLEM SOLVING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING DAN PROBLEM SOLVING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING DAN

PROBLEM SOLVING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

ASEP IRVAN IRVANI 0905703

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Hubungan Kemampuan

Self-Directed Learning

dan

Problem

Solving

Siswa SMP melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah

Oleh Asep Irvan Irvani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Asep Irvan Irvani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING DAN

PROBLEM SOLVING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH

Oleh: Asep Irvan Irvani

NIM. 0905703

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Achmad Samsudin,M.Pd NIP. 198310072008121004

Pembimbing II,

Ridwan Efendi,M.Pd NIP. 19770110200811011

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

HUBUNGAN KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING DAN PROBLEM

SOLVING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

ASEP IRVAN IRVANI 0905703

Pembimbing I : Achmad Samsudin,M.Pd Pembimbing II : Ridwan Efendi, M.Pd. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran mengenai kemampuan self-directed learning siswa, kemampuan problem solving siswa, dan hubungan kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada materi pemantulan cahaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian korelasi yang dilaksanakan di kelas VIII di salah satu SMP negeri di kota Cimahi pada tahun pelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket skala bertingkat untuk kemampuan self-directed learning,

postest uraian terbuka untuk kemampuan problem solving, dan lembar observasi

untuk keterlaksanaan rencana pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data, setelah dilakukan pembelajaran berbasis masalah, diperoleh rata-rata kemampuan

directed learning siswa dalam kategori sedang. Dilihat berdasarkan aspek self-directed learning, aspek tertinggi pada aspek kemampuan diri sebesar 71,96% dan

terendah aspek kegiatan pembelajaran sebesar 63,61%. Untuk kemampuan problem solving didapatkan rata-rata siswa dalam kategori sedang. Dilihat berdasarkan aspek

problem solving, aspek tertinggi pada kemampuan mengidentifikasi masalah sebesar

77% dan aspek terendah pada kemampuan melaksanakan strategi pemecahan masalah sebesar 58%. Hasil perhitungan korelasi didapatkan nilai r sebesar 0,749 dengan kategori tinggi. Kemampuan self-directed learning berkontribusi sebesar 56,05% terhadap kemampuan problem solving siswa. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan self directed learning dengan kemampuan

problem solving siswa SMP pada pembelajaran berbasis masalah pada materi

pemantulan cahaya.

(5)

ABSTRACT

Has done research that aims to see an overview of self-directed learning abilities of students, students 'problem solving skills, and relationship skills of self-directed learning with students' problem solving skills through problem-based learning in the reflectance of light materials. The research method used is descriptive research method with a correlation of this type of research conducted in eighth grade at one junior high school in the town of Cimahi in the school year 2012/2013. The data was collected using a graduated scale questionnaire for self-directed learning ability, posttest open descriptions of problem solving ability, and feasibility observation sheet for lesson plans. Based on the analysis of data, after the problem-based learning, gained an average of self-directed learning abilities of students in the medium category. Viewed under aspects of self-directed learning, the highest aspect of the aspects of self-efficacy by 71.96% and the lowest aspect of the learning activities of 63.61%. For the problem solving ability of students obtained an average in the medium category. Viewed under aspects of problem solving, the highest aspect of the ability to identify problems by 77% and the lowest aspect of the ability to implement problem-solving strategies by 58%. Calculation results obtained correlation r value of 0.749 with a high category. Self-directed learning ability accounted for 56.05% of the students' problem solving abilities. Concluded that there is a significant positive relationship between self-directed learning skills with problem solving ability junior high school students in problem-based learning in the reflectance of light materials.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR DIAGRAM ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Lat ar Belakang ... 1

B. ... Ru musan Masalah ... 3

C. ... Bat asan Masalah ... 3

D. ... Def inisi Operasional ... 4

E.... Tuj uan Penelitian ... 7

F. ... Ma nfaat Penelitian ... 7

G. ... Hip otesis Penelitian ... 7

BAB II KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING, KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING, DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ... 8

(7)

1. ... Pen gertian Self-Directed Learning ... 8 2. ... Ke

mampuan Self-Directed Learning ... 9 3. ... Tes

Kemampuan Self-Directed Learning ... 9

B. ... Pro

blem Solving ... 10

1. ... Pen

gertian Problem Solving ... 10 2. ... Ke

mampuan Problem Solving ... 11 3. ... Tes

Kemampuan Problem Solving ... 12 C. ... Pro

blem Based Learning (PBL) ... 15 1. ... Pen

gertian Problem Based Learning (PBL) ... 15 2. ... Des

ain Masalah 3C3R ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. ... Met ode Penelitian ... 23

B. ... Pop

ulasi dan Sampel ... 24

C. ... Inst

rumen Penelitian ... 24 D. ... Pro

(8)

E.... Tek nik Pengumpulan Data ... 26 F. ... Tek

nik Analisis Instrumen ... 28 G. ... Tek

nik Pengolahan Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. ... Has

il Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 45 1. ... Ska

la bertingkat Kemampuan Self-Directed Learning Siswa ... 45 2. ... Tes

Kemampuan Problem Solving Siswa ... 48 B. ... Pe

mbahasan Hasil Analisis Data ... 50 1. ... Ke

mampuan Self-Directed Learning Siswa ... 50 2. ... Ke

mampuan Problem Solving Siswa ... 51 3. ... Hub

ungan Kemampuan Self-Directed Learning Siswa dengan Kemampuan

Problem Solving Siswa ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. ... Kes impulan ... 60 B. ... Sar

an ... 60

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman saat ini menuntut semua orang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang kaya. Pesatnya perkembangan teknologi dan pertumbuhan

penduduk menjadikan persaingan antar individu semakin ketat. Dalam segala hal, manusia dituntut untuk memiliki wawasan yang luas. Hal ini hanya bisa didapatkan melalui belajar. Namun belajar di sini tidak hanya terpaku pada proses belajar formal di sekolah. Untuk mendapatkan wawasan yang luas kita harus bisa belajar dari segala hal. Tidak hanya diberi oleh orang lain, tetapi juga mencari sendiri pengetahuan dari berbagai media dengan berbagai cara. Oleh karena itu sikap inisiatif dalam mencari informasi harus ditanam sejak dini.

Pendidikan formal di sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak yang inisiatif. Kemampuan inisiatif ini merupakan kemampuan

self-directing learning (SDL). Self-self-directing learning ini menurut Knowles

(Bangun,2011:61) adalah suatu proses di mana sebuah individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dan proses dalam self-directing

learning ini dilakukan dengan menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar,

mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan pada sumber dan strategi belajar dan menilai hasil.

Untuk meningkatkan kemampuan self-directing learning siswa dapat dilakukan dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Barrows & Tamblyn (Hung, 2008:118) pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk

meningkatkan aplikasi pengetahuan siswa, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan self-directing learning. Oleh karena

itu salah satu cara untuk melatihkan siswa agar memiliki kemampuan

self-directing learning salah satunya dengan melakukan metode pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

(11)

kemampuan memecahkan masalah. Setiap orang pasti merasakan bahwa semakin lama semakin banyak persoalan yang muncul di kehidupan ini. Apalagi di kehidupan yang akan dijalani oleh siswa pada masa yang akan datang. Akan banyak sekali permasalahan baru yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu sangat penting sekali melatihkan kemampuan problem solving terhadap anak pada usia dini.

Menurut Holroyed (Hardianty, 2011:8) problem solving adalah suatu proses dimana siswa menggali kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Artinya dengan memiliki kemampuan problem solving, siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dengan menggali dan mengombinasikan pengetahuan-pengetahuan yang dia miliki sebelumnya. Kemampuan inilah yang harus dimiliki siswa untuk menghadapi kemajuan zaman di masa depan.

Hung (2008:118) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan aplikasi siswa, keterampilan problem solving, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan self-directed learning. Artinya kemampuan self-directed

learning dan kemampuan problem solving dapat ditingkatkan melalui

pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah lama diteliti. Dan untuk efektivitasnya dalam pembelajaran masih menjadi pertanyaan terbuka dan diperdebatkan. Menurut Hung (2008:119) salah satu variabel yang mempengaruhi efektivitas model pembelajaran PBL adalah desain masalah PBL. Untuk itu untuk membuat desain masalah PBL diperlukan cara khusus.

Hung (2008) mengusulkan 9 langkah proses mendesai masalah dalam pembelajaran PBL berdasarkan model masalah 3C3R. Model 3C3R ini dibuat

untuk membimbing pendidik PBL dan pendesain instruksional untuk merancang masalah PBL yang efektif secara sistematis. Model ini diharapkan dapat mendesai masalah PBL yang efektif sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran

(12)

3

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyelidiki hubungan kemampuan self-directed learning dan kemampuan problem solving siswa SMP melalui pembelajaran berbasis masalah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan dalam penelitian ini adalah “bagaimana hubungan kemampuan self-directed learning dan kemampuan problem solving siswa SMP melalui pembelajaran berbasis masalah?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana profil kemampuan self-directed learning siswa SMP?

2. Bagaimana profil kemampuan problem solving siswa SMP setelah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah? 3. Bagaimana hubungan antara kemampuan self-directed learning dan

kemampuan problem solving siswa SMP?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan self-directed learning yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk mengontrol kegiatan belajar secara mandiri. Kemampuan tersebut terbagi ke dalam lima aspek kemampuan, yaitu awareness (arahan), learning

strategies (strategi belajar), learning activities (kegiatan pembelajaran),

evaluation (evaluasi), dan interpersonal skills (kemampuan diri).

2. Kemampuan memecahkan masalah yang akan diteliti adalah kemampuan

yang mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya untuk memecahkan suatu masalah dalam

pembelajaran fisika pada materi SMP kelas VIII sub pokok bahasan pemantulan cahaya.

Kemampuan memecahkan masalah ini sesuai dengan Brainsford dan Stan (Nitko, 2011), yaitu :

(13)

b. Kemampuan untuk mendefinisikan dan menjelaskan masalah (Define And

represent The problem)

c. Kemampuan untuk mengeksplor strategi/ solusi yang mungkin (Explore

possible strategis)

d. Kemampuan untuk melakukan strategi/solusi (Act on strategis)

e. Kemampuan untuk melihat kembali dan mengevaluasi akibat dari solusi

(Look Black Ana evaluate the effect of your activity)

3. Hubungan yang dimaksudkan adalah bagaimana kemampuan problem solving siswa jika seorang siswa memiliki kemampuan self-directed learning yang baik atau sebaliknya. Jadi, apakah siswa dengan kemampuan SDL yang baik akan memiliki kemampuan problem solving yang baik pula atau tidak.

D. Definisi Operasional

1. Kemampuan Self-Directed Learning

Kemampuan self-directed learning adalah suatu metode peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi dan perkembangan diri individu secara inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mengontrol tujuan dan cara belajar.

Self-directed learning menuntun seseorang mendapatkan pengetahuan yang luas

dengan cara belajar yang efektif. Dalam kemampuan self-directed learning, terdapat beberapa aspek diantaranya arahan, strategi belajar, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan kemampuan diri.

Untuk mengukur kemampuan self-directed learning siswa instrumen yang digunakan adalah angket. Angket ini diadaptasi dari instrumen self-rating scale yang dibuat oleh Williamson. Instrumen ini berisikan pernyataan-pernyataan

berdasarkan lima kategori kemampuan self-directed learning yang kemudian diisi skalanya oleh siswa sendiri.

(14)

5

rentang 60-140, level sedang pada rentang skor 141-220, dan lever tinggi pada rentang skor 221-300.

2. Kemampuan Problem Solving

Kemampuan problem solving adalah kemampuan untuk mendorong siswa untuk menggunakan seluruh pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari untuk menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan ini merupakan suatu hal yang

penting dan menjadi kemampuan dasar khususnya dalam pembelajaran fisika. Ada beberapa aspek kemampuan problem solving. Dan aspek kemampuan

problem solving dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi masalah,

mendefinisikan dan merumuskan masalah, mengeksplorasi strategi pemecahan masalah yang memungkinkan, melaksanakan strategi pemecahan masalah serta mengecek kembali hasil yang diperoleh, dan mengevaluasi efek strategi pemecahan masalah yang diambil.

Untuk mengukur kemampuan problem solving siswa digunakan instrumen berupa tes. Tes ini berupa uraian terbuka yang memuat aspek-aspek problem

solving, yaitu 1) mengidentifikasi masalah, 2) mendefinisikan dan merumuskan

masalah, 3) mengeksplorasi strategi pemecahan masalah, 4) melaksanakan strategi pemecahan masalah, dan 5) mengecek kembali hasil yang diperoleh dan mengevaluasi efek dari strategi pemecahan masalah yang telah diambil.

Tes ini memuat 18 pertanyaan dari tiga masalah yang diberikan mengenai pemantulan cahaya. Pemberian skor dilakukan sesuai dengan rubrik penilaian yang dapat dilihat pada Lampiran B.5. Setelah pemberian skor, berdasarkan hasil yang diperoleh kemampuan problem solving siswa dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Kategori sangat rendah untuk persentase skor 0 – 29,99%, kategori rendah untuk persentase skor 30 – 54,99%, kategori sedang untuk persentase skor 55 – 74,99%,

(15)

3. Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dalam Abbas, 2000:3). Model ini

memiliki ciri menggunakan masalah dalam kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan penting, di mana tugas seorang guru harus berfokus untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Model pembelajaran pada penelitian ini meliputi tahap-tahap: 1) pengorientasian masalah, 2) pengorganisasian untuk belajar, 3)

membimbing untuk penyelidikan, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.

Dalam merancang skenario pembelajaran berbasis masalah pada penelitian ini, digunakan desain masalah 3C3R dalam merancang masalah yang akan diberikan kepada siswa. Desain masalah 3C3R yaitu sebuah desain model masalah untuk menunjang model pembelajaran berbasis masalah. Kelebihan masalah yang didesain dengan menggunakan model 3C3R ini adalah memiliki komponen-komponen yang saling mendukung di setiap isinya, yaitu antara materi ajar, keadaan lingkungan belajar, serta hubungan antara kedua unsur tersebut. Selain itu pada model 3C3R siswa diarahkan dengan proses mencari tahu, mengemukakan pengetahuan yang mereka miliki serta membantu untuk membentuk hasil belajar untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Model 3C3R ini dikembangkan oleh Hung (2008) untuk membuat masalah yang tepat dalam pembelajaran PBL. Pada pelaksanaannya Hung menggunakan 9

(16)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis hubungan kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu

1. Mendapatkan gambaran tentang kemampuan self-directed learning siswa setelah melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.

2. Mendapatkan gambaran tentang kemampuan problem solving siswa setelah melaksanakan pembelajaran.

3. Mengetahui hubungan antara kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa siswa setelah melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan antara kemampuan self-directed learning siswa dengan kemampuan problem solving siswa yang melalui pembelajaran berbasis masalah.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan self-directed

learning dan kemampuan problem solving siswa SMP pada pembelajaran

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3). Arikunto menjelaskan bahwa bahwa penelitian deskriptif bukan hanya satu jenis kegiatan saja tetapi sekurang-kurangnya ada 5 (lima) jenis, yaitu (a) penelitian deskriptif murni atau survei (b) penelitian korelasi, (c) penelitian komparasi, (d) penelitian penelusuran (tracer

Study) dan (a) penelitian evaluasi.

Secara khusus, penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian korelasi. Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010:4). Aspek utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem solving yang dimiliki siswa melalui pembelajaran berbasis masalah yang menggunakan desain masalah 3C3R. Desain penelitian yang digunakan sesuai dengan gambar 3.1 berikut.

Keterangan : rXY = koefisien korelasi

(18)

24

B.Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010:173). Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP negeri di Kota Cimahi semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan sampel yang dijadikan subjek penelitian diambil satu kelas yaitu siswa kelas VIII

13 dengan jumlah siswa 28 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling dimana kelas yang dijadikan penelitian ditentukan melalui

pertimbangan tertentu, yaitu pertimbangan waktu. Jadwal pelajaran fisika di SMP yang dijadikan penelitian tidak bentrok dengan jadwal mengajar di sekolah tempat peneliti melakukan PLP. Teknik ini dilakukan dengan pertimbangan telah melakukan studi pendahuluan bahwa siswa kelas VIII di SMP tersebut dibagi merata dalam hal prestasi belajarnya. Sehingga satu kelas tersebut dapat mewakili dari populasi siswa kelas VIII yang ada di SMP tersebut.

C.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket SRSSDL

(Self-Rating Scale of Self-Directed Learning), soal kemampuan problem solving,

lembar kerja siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran.

D.Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang dilakukan ini dibagi menjadi tiga tahap. Adapun urutan dari tahapan prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian ini adalah:

a. Membuat proposal penelitian

b. Melakukan seminar proposal penelitian c. Perbaikan proposal penelitian

(19)

e. Merancang masalah Problem Based Learning (PBL) untuk materi yang akan diajarkan melalui desain masalah 3C3R dan 9 Langkah yang dikembangkan Hung.

f. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan skenario pembelajaran dalam penelitian.

g. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian.

h. Survei ke lapangan untuk melakukan studi pendahuluan dengan tujuan mengetahui karakteristik siswa, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, dan pembelajaran fisika yang biasa dilakukan di sekolah tersebut melalui wawancara pada guru.

i. Membuat surat izin penelitian j. Menentukan sampel penelitian k. Menyusun instrumen penelitian

l. Meminta pertimbangan dosen ahli terhadap instrumen yang akan di uji cobakan m.Uji coba instrumen penelitian

n. Analisis uji coba instrumen penelitian meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pembelajaran pemantulan cahaya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL)

b. Pada saat bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran.

c. Mengambil data kemampuan self-directed learning siswa dengan pemberian

angket skala bertingkat SRSSDL dan melakukan tes kemampuan problem

solving setelah pembelajaran menggunakan problem based learning.

3. Tahap Akhir

(20)

26

E.Teknik Pengumpulan Data

` Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Ada dua jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu instrumen nontes dan tes. Instrumen nontes digunakan untuk mengukur kemampuan self-directed learning siswa, sedangkan instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan problem solving siswa. Adapun penjelasan dari kedua instrumen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Nontes

a. Skala bertingkat (rating scale)

Skala bertingkat merupakan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan (Arikunto, 2011: 27). Skala bertingkat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Self-rating Scale of Self-directed Learning (SRSSDL) yang berisikan pernyataan-pernyataan mengenai kemampuan self-directed

learning yang telah disusun oleh seorang peneliti dengan format pengisian

menggunakan skala nilai tertentu. Instrumen ini terdiri dari 60 item, dengan setiap item memiliki pilihan nilai 1 sampai 5.

Langkah-langkah penyusunan angket Self-rating Scale of Self-directed

Learning (SRSSDL) ini adalah:

a) Menerjemahkan angket skala bertingkat Self-rating Scale of Self-directed

Learning (SRSSDL) yang disusun oleh Williamson

b) Mengadaptasi angket skala bertingkat Self-rating Scale of Self-directed

Learning (SRSSDL) sesuai dengan usia anak kelas VIII

c) Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen

(21)

d) Melakukan pertimbangan ( judgement ) kepada dosen psikologi untuk memeriksa kesesuaian bahasa yang digunakan dengan perkembangan anak usia SMP.

b. Lembar Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010:199). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis. Observasi sistematis dilakukan oleh pengamat menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan murid selama proses pembelajaran serta digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini dibuat dalam bentuk checklist. Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda checklist pada setiap langkah-langkah pembelajaran.

2. Tes

Tes merupakan alat ukur atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2009: 53). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis tes yang dilakukan yaitu tes prestasi belajar dan tes kemampuan problem solving.

Tes kemampuan problem solving ini merupakan tes berbentuk uraian. Melalui tes uraian para siswa dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi serta dapat mengembangkan kemampuan problem solving (Sudjana, 2009: 36) . Bentuk tes uraian yang digunakan adalah uraian bebas (free essay). Bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk (1) mengungkapkan pandangan para

siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya, (2) mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam

sehingga tidak ada satu pun jawaban pasti, (3) mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya (Sudjana, 2009: 37). Berdasarkan hal tersebut, maka tes kemampuan problem solving ini merupakan bentuk tes uraian bebas.

(22)

28

a. Menentukan materi berdasarkan kurikulum mata pelajaran Fisika b. Membuat kisi-kisi soal dengan materi pemantulan cahaya

c. Membuat kunci jawaban serta rubrik penilaian

d. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan merevisi soal berdasarkan saran dari dosen pembimbing, kemudian meminta pertimbangan ( judgement ) kepada dua orang dosen

e. Melakukan uji coba instrumen

f. Melakukan analisis hasil uji coba instrumen berupa daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas

F. Teknik Analisis Instrumen

Setelah instrumen angket Self-rating Scale of Self-directed Learning (SRSSDL) dan tes kemampuan problem solving di-judgement, instrumen siap diuji cobakan. Uji coba dilakukan untuk mengukur dan mengetahui apakah instrumen yang digunakan telah layak dan memenuhi syarat sebagai pengumpul data. Dari hasil uji coba tersebut, dapat diketahui daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas.

Uji coba dilakukan hanya untuk instrumen problem solving. Hal ini dikarenakan untuk instrumen self-directed learning telah diketahui nilai validitas dan reliabilitasnya. Sehingga instrumen self-directed learning telah layak untuk dijadikan pengumpul data. Instrumen self-directed learning ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,70 atau berada dalam kategori tinggi. Dan nilai validitasnya untuk aspek arahan sebesar 0,79, aspek strategi belajar 0,73, aspek aktivitas pembelajaran 0,71, aspek evaluasi 0,71 dan aspek kemampuan diri 0,71.

1. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011:211). Untuk mencari daya pembeda tes kemampuan problem

(23)

... (3.1)

(Karno To, 1996:15)

dengan :

DP = indeks daya pembeda item satu butir soal tertentu

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah

Tabel 3.1. Kriteria Daya Pembeda Tes Kemampuan Problem Solving

Nilai Daya Pembeda (%) Kriteria

Negatif – 10 kemampuan problem solving yang dapat dilihat pada Lampiran C.3, didapatkan 7 soal (38,89 %) memiliki daya pembeda agak baik, 10 soal (55,56 %) memiliki daya pembeda baik, dan 1 soal (5,56%) memiliki daya pembeda sangat baik.

Tabel 3.2. Daya Pembeda Tiap Butir Soal Tes Kemampuan Problem Solving

No. Soal Nilai Daya Pembeda (%) Kriteria

(24)

30

No. Soal Nilai Daya Pembeda (%) Kriteria

2a 34,38 Baik

2b 37,5 Baik

2c 35,94 Baik

2d 31,25 Baik

2e 28,13 Agak Baik

2f 43,75 Baik

3a 34,38 Baik

3b 28,13 Agak Baik

3c 32,81 Baik

3d 34,38 Baik

3e 20,83 Agak Baik

3f 32,81 Baik

2. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2011:207). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal pada instrumen soal kemampuan

problem solving digunakan persamaan:

... (3.2)

(Karno To, 1996:16) dengan :

SA = jumlah skor kelompok atas

SB = jumlah skop kelompok bawah

IA = jumlah skor ideal kelompok atas

(25)

Tabel 3.3. Interpretasi Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Problem Solving

Nilai Tingkat Kesukaran (%) Tingkat Kesukaran

0 – 15

Dengan menggunakan persamaan 3.2 dan perhitungan yang dapat dilihat pada Lampiran C.2, didapatkan bahwa pada soal tes kemampuan problem solving terdapat 4 soal (22,22 %) memiliki tingkat kesukaran sangat mudah, 3 soal (16,67 %) memiliki tingkat kesukaran mudah, dan 11 soal (61,11 %) memiliki tingkat kesukaran sedang.

Tabel 3.4. Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal tes Kemampuan Problem

Solving

No. Soal Nilai Daya Pembeda (%) Kriteria

(26)

32

No. Soal Nilai Daya Pembeda (%) Kriteria

3a 62,50 Sedang

Scarvia B. Anderson dik. (Arikunto, 2011:64-65) menyebutkan bahwa sebut tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

... (3.3)

Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi yang Menunjukan Nilai Validitas

(27)

Setelah dilakukan perhitungan nilai validitas tiap butir soal tes kemampuan

problem solving yang dapat dilihat pada Lampiran C.3, didapatkan nilai validitas

beserta kriterianya yang ditunjukkan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Nilai Validitas Tiap Butir Soal Tes Kemampuan Problem Solving

No. Soal Nilai Validitas Kriteria Validitas

1a 0,358 Rendah

1b 0,683 Tinggi

1c 0,287 Rendah

1d 0,260 Rendah

1e 0,507 Cukup

1f 0,398 Rendah

2a 0,400 Cukup

2b 0,526 Cukup

2c 0,469 Cukup

2d 0,380 Rendah

2e 0,740 Tinggi

2f 0,508 Cukup

3a 0,628 Tinggi

3b 0,585 Cukup

3c 0,751 Tinggi

3d 0,328 Rendah

3e 0,552 Cukup

3f 0,581 Cukup

Dengan menggunakan perhitungan dan hasil analisis validitas soal kemampuan

problem solving didapatkan bahwa terdapat 6 soal (33,33 %) memiliki validitas

(28)

34

4. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2011:86). Karena dalam penelitian ini instrumen soal kemampuan

problem solving yang digunakan adalah soal bentuk uraian, maka untuk mencari

reliabilitasnya digunakan rumus alpa sebagai berikut:

... (3.4)

(Arikunto, 2011:109) dengan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item soal

= jumlah varian skor tiap-tiap Ijen

= varian total

Tabel 3.7. Interpretasi Reliabilitas Tes Kemampuan Problem Solving

Koefisien Korelasi Kriteria

Dengan menggunakan perhitungan reliabilitas pada persamaan (3.4), soal tes kemampuan problem solving pada materi pemantulan cahaya memiliki

(29)

G.Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini antara lain adalah data skor dari angket

Self-rating Scale of Self-directed Learning (SRSSDL), data skor tes kemampuan

problem solving, data observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan data nilai lembar kerja siswa (LKS). Data skor angket SRSSDL digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan self-directed learning siswa.

Data tes kemampuan problem solving digunakan untuk mengetahui kemampuan

problem solving siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model problem

based learning (PBL). Data lembar kerja siswa digunakan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap permasalahan yang diberikan dan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Data observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai gambaran kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengolah data hasil penelitian, dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

1. Data Skor Skala Bertingkat Self-rating Scale of Self-directed Learning (SRSSDL)

Untuk mendeskripsikan kemampuan self-directed learning siswa, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor dari angket skala bertingkat SRSSDL

b. Menentukan level kemampuan self-directed learning siswa dengan cara menafsirkan skor yang diperoleh siswa

c. Menginterpretasikan kemampuan self-directed learning siswa berdasarkan level yang diperoleh siswa.

Tabel 3.8. Kategori Kemampuan Self-Directed Learning Siswa

Skor

(30)

36

Sedang Siswa dapat mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengadopsi strategi belajarnya namun dengan bimbingan dari guru ketika

diperlukan

221 – 300 (74% - 100%)

Tinggi Siswa diindikasikan memiliki kemampuan

self-directed learning yang efektif. Dia bisa

mengidentifikasi kemampuan dan metode belajar yang harus dia lakukan untuk belajar secara mandiri.

(Williamson, 2007:72)

Kemampuan self-directed learning siswa juga dianalisis berdasarkan masing-masing aspek. Berdasarkan aspeknya, kemampuan self-directed

learning yang dimiliki siswa diolah seperti yang terlihat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9.Contoh pengolahan data kemampuan self-directed learning siswa

No. Aspek Kemampuan

Self-Directed Learning

Skor Aktual

Skor

Ideal Persentase Kriteria

(31)

Hasil dari pengolahan data skor tiap aspek kemampuan self-directed learning pada masing-masing aspek, kemudi diinterpretasikan seperti terlihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10. Interpretasi kriteria aspek kemampuan self-directed learning

No. Persentase Kriteria

1 80% - 100 % Baik sekali

2 66% - 79% Baik

3 56% - 65% Cukup

4 40% - 55% Kurang Baik

5 30% - 39% Tidak Baik

(Saefullah,2012:51)

2. Data Skor Tes Kemampuan Problem Solving

a. Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor, terlebih dahulu ditentukan standar penilaian dengan rubrik penilaian untuk setiap aspek kemampuan problem

solving sehingga unsur subjektivitas dalam penilaian dapat diminimalisir.

b. Mendeskripsikan kemampuan problem solving

Langkah-langkah yang ditempuh untuk mendeskripsikan kemampuan problem

solving siswa adalah :

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa untuk tiap aspek kemampuan problem

solving

2) Menentukan persentase tiap aspek kemampuan problem solving dalam bentuk persentase dengan persamaan:

.... (3.6)

(32)

38

Tabel 3.11. Kategori Kemampuan Problem Solving

Persentase (%) Kategori

3. Data Lembar Kerja Siswa

Data lembar kerja siswa ini merupakan data kualitatif. Data lembar kerja siswa ini dijelaskan secara deskriptif, mengenai bagaimana cara siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar kerja siswa dan aktivitas siswa selama melakukan penyelidikan, karena lembar kerja siswa ini merupakan panduan belajar siswa selama proses KBM berlangsung.

4. Data Observasi Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Data mengenai keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan data yang diambil melalui observasi yang dilakukan observer dan merupakan data kualitatif. Pengolahan data ini dilakukan secara deskriptif saja, untuk mengetahui

proses pembelajaran yang dilaksanakan dan sejauh mana keterlaksanaan RPP yang dibuat.

5. Hubungan Kemampuan Self-Directed Learning dengan Kemampuan Problem

Solving

(33)

menghitung koefisien korelasi disesuaikan dengan data dari variabel-variabel yang dikorelasikan.

Ada dua langkah untuk menentukan teknik perhitungan nilai koefisien korelasi pada penelitian ini. Langkah pertama adalah dengan menguji normalitas data yang akan dikorelasikan. Dan langkah kedua adalah menguji linieritas regresi. Untuk menguji normalitas dan linieritas data pada penelitian ini digunakan software spss.

Setelah dilakukan uji normalitas dan linieritas, apabila data yang akan dikorelasikan terdistribusi normal dan persamaan garis regresi keduanya linier, maka teknik korelasi yang dipilih adalah teknik korelasi product moment. Sedangkan apabila data yang dikorelasikan tidak terdistribusi normal, ataupun hubungan keduanya melalui persamaan garis regresi tidak linier, maka teknik korelasi yang dipilih adalah teknik korelasi Phi Coeficient ( ). Berikut adalah

penjelasan mengenai teknik perhitungan koefisien korelasi menggunakan adalah

teknik korelasi product momen dan Phi Coeficient ( ).

a. Korelasi Product Moment

Korelasi product moment dari Pearson digunakan untuk mencari hubungan variabel X dengan variabel Y dan data berbentuk interval dan ratio (Riduwan, 2010:227). Dalam penelitian ini, berikut persamaan teknik koefisien korelasi

product moment yang akan digunakan:

... (3.7)

(Riduwan, 2010:227) dengan:

r = korelasi antara kemampuan Self-Directed Learning dengan kemampuan

Problem Solving siswa

(34)

40

b. Korelasi Phi Coeficient ( )

Korelasi Phi Coeficient ( ) yang menghasilkan nilai koefisien digunakan

untuk mencari hubungan dua variabel diskrit, dan diutamakan diskrit murni

(Arikunto, 2010:329). Apabila variabel yang ada tidak diskrit, maka diubah dulu menjadi variabel diskrit (dua kategori). Cara mengubah variabel yang tidak diskrit menjadi variabel yang diskrit dapat menggunakan mean (rata-rata) dan median (rata tengah).

Apabila pada penelitian ini teknik korelasi yang dipergunakan adalah teknik korelasi Phi Coeficient ( ), maka untuk mengubah nilai kemampuan self-directed

learning dan problem solving agar menjadi variabel diskrit (kelompok positif dan

kelompok negatif), digunakan teknik mean (rata-rata). Siswa termasuk ke dalam kelompok positif, apabila nilai kemampuan self-directed learning ataupun

problem solving di atas nilai rata-rata. Sebaliknya, siswa yang termasuk ke dalam

kelompok negatif, apabila nilai kemampuan self-directed learning ataupun

problem solving di bawah nilai rata-rata.

Setelah menentukan kelompok positif dan kelompok negatif, langkah selanjutnya adalah membuat tabel kontingensi 2 x 2 seperti pada tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.12 Tabel Kontingensi 2x2

Kemampuan

Self-Directed Learning

Kemampuan Problem Solving

Total Kelompok Positif Kelompok Negatif

Kelompok Positif a b a + b

Kelompok Negatif c d c + d

Total a + c b + d a + b + c + d

Keterangan:

a = Banyaknya siswa yang memiliki nilai kemampuan Self-Directed Learning

(35)

b = Banyaknya siswa yang memiliki nilai kemampuan Self-Directed Learning yang positif, memiliki nilai 1 (satu) dan kemampuan Problem Solving yang negatif, memiliki nilai 0 (nol)

c = Banyaknya siswa yang memiliki nilai kemampuan Self-Directed Learning yang negatif, memiliki nilai 0 (nol) dan kemampuan Problem Solving yang positif, memiliki nilai 1 (satu)

d = Banyaknya siswa yang memiliki nilai kemampuan Self-Directed Learning dan Problem Solving yang negatif, memiliki nilai 0 (nol)

Setelah membuat tabel kontingensi 2x2, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghitung nilai korelasi Phi Coeficient ( ). Berikut adalah

persamaan uji korelasi Phi Coeficient ( ):

... (3.8)

Arikunto (2010:331) Keterangan:

Korelasi Phi Coeficient

Nilai korelasi r dari hasil perhitungan baik yang menggunakan teknik korelasi Product Moment maupun teknik korelasi Phi Coeficient kemudian dibandingkan dengan nilai korelasi r yang terdapat dalam tabel dengan taraf signifikasi tertentu. Jika rhitung lebih besar dibandingkan dengan rtabel, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif (searah) antara kemampuan

self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa. Namun

sebaliknya, jika rhitung lebih kecil dibandingkan dengan rtabel, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif (terbalik) antara kemampuan

self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa.

(36)

42

Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi kemampuan Self-Directed

Learning dengan kemampuan Problem Solving siswa

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

c. Menguji Signifikansi nilai Koefisien Korelasi

Pangabean (1996:98) menyatakan bahwa tingkat signifikansi merupakan derajat keberartian sesuatu. Uji signifikansi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberartian hubungan antara kemampuan self-directed

learning dengan kemampuan problem solving siswa.

Untuk menguji signifikansi hubungan kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa, disesuaikan dengan teknik korelasi yang digunakan. Jika teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi

product moment, maka uji signifikansi yang dilakukan menggunakan persamaan

(37)

dibandingkan dengan ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat signifikansi

hubungan antara kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem

solving siswa. Sebaliknya, jika nilai thitung lebih kecil dibandingkan dengan ttabel,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat signifikansi hubungan antara kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa.

Apabila persamaan teknik korelasi yang digunakan adalah teknik phi

coeficient, maka uji signifikansi yang dilakukan adalah dengan menggunakan

persamaan berikut.

... (3.10)

Arikunto (2010:337) Keterangan :

= nilai chi-kuadrat

= nilai koefisien korelasi phi coeficient

= jumlah sampel

Nilai yang diperoleh ( hitung) kemudian dibandingkan dengan nilai pada

tabel Chi-kuadrat dengan derajat kebebasan (db=1). Jika nilai hitung > tabel,

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat signifikansi hubungan antara kemampuan

self-directed learning dengan kemampuan problem solving siswa. Sebaliknya, jika

nilai hitung < tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat signifikansi

hubungan antara kemampuan self-directed learning dengan kemampuan problem

solving siswa

d. ... K

ontribusi Kemampuan Self-Directed Learning terhadap Kemampuan

Problem Solving Siswa

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari kemampuan self-directed

learning terhadap kemampuan problem solving siswa, digunakan persamaan

(38)

44

r2x100% menunjukan besarnya persentase varian variabel yang satu turut ditentukan oleh varian variabel lain, atau dapat dikatakan besar persentase kontribusi. Dengan menghitung nilai koefisien tersebut, kita dapat mengetahui seberapa besar kontribusi kemampuan self-directed learning terhadap kemampuan

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di salah satu SMP negeri di kota Cimahi mengenai hubungan kemampuan self-directed learning dan kemampuan

problem solving siswa melalui pembelajaran berbasis masalah, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum, siswa memiliki kemampuan self-directed learning pada level sedang dan pada setiap aspeknya memiliki kriteria yang baik.

2. Secara umum, siswa yang telah melaksanakan pembelajaran berbasis masalah pada materi pemantulan cahaya, memiliki kemampuan problem solving baik secara keseluruhan maupun di tiap aspeknya termasuk ke dalam kategori sedang.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan self-directed

learning dengan kemampuan problem solving siswa SMP pada pembelajaran

berbasis masalah pada materi pemantulan cahaya.

B.Saran

Setelah melaksanakan penelitian ini dan melakukan pengolahan hasil penelitian ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan self-directed learning yang rendah

pada aspek kegiatan pembelajaran, hal ini bisa ditingkatkan dengan menyediakan media pembelajaran yang interaktif yang dapat merangsang

siswa menjadi lebih aktif pada proses KBM.

2. Untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan instrumen SDL yang

diadaptasi dari instrumen lain, harus diperhatikan kesesuaian gaya bahasa dengan perkembangan psikologi siswa dan keterbacaan instrumen untuk siswa. 3. Siswa pada usia SMP kemampuan self-directed learning yang dimiliki rata-rata

(40)

61

memerlukan bimbingan guru. Untuk penelitian selanjutnya bisa diteliti bagaimana kemampuan self-directed learning pada usia SMA.

4. Pada kemampuan problem solving rata-rata siswa hanya bisa mengidentifikasi masalah, namun lemah dalam melaksanakan strategi pemecahan masalah tersebut. Hal ini bisa dibantu dengan membiasakan siswa untuk memecahkan masalah secara sistematis atau menuntun siswa untuk belajar berinkuiri

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. (2000) Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(problem based instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMA,

[Online] tersedia :

http://arimath.weebly.com/uploads/1/0/4/2/10425109/contoh_skripsi_ ekspriment.pdf (tanggal akses 8 Februari 2013)

Akbar, D.M. (2012). Rancangan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning pada Mata Pelajaran Elektronika Digital di SMKN 4

Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UPI : Tidak

diterbitkan.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Chee, T.S. et al. (2011). Self-Derected Learning Alt ICT: Theory, Practice and

Assesment. Singapore: Ministry of Education.

Bangun, G.E.S. (2011). Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah

Menengah Atas dan Sekolah menengah Kejuruan di Yayasan Dharma

Bakti Medan.Skripsi Jurusan Psikologi USU : Tidak diterbitkan.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Hardianty, N. (2011). Analisis Kemampuan Problem Solving Siswa SMP dalam

Pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar. Skripsi Jurusan

Pendidikan Fisika UPI : Tidak diterbitkan.

Hung, W. (2008). The 9-step problem design process for problem-based learning:

Application of the 3C3R model. Educational Research Review 4 tahun

2009 118-141.

Kafaah, A.S. (2012). Kemampuan Reflektif Mahasiswa dalam Penyuluhan PKK

(42)

63

Skripsi Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga UPI : Tidak diterbitkan.

Latifah, B. (2012) Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Elastisitas Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI : Tidak diterbitkan.

Nitko, A.J dan Brookhart, S,M (2011). Educational Assessment of Students (6th

Edition). Boston: Pearson Education.

Panggabean, P.L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, P.L. (1989). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, P.L. (1989). Konstribusi Relatif Sikap Siswa SMP pada Bimbingan

Konseling Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis Magister pada

Sekolah Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Rahman, D. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah.

Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI : Tidak diterbitkan. Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Saefullah, A. (2012). Hubungan Antara Sikap Kemandirian Belajar dan Prestasi

Belajar Siswa Kelas X Pada Pembelajaran Fisika Berbasis

Portofolio. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika: Tidak diterbitkan.

Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Widiaty, I. (2010). SDL (Self Directed Learning) Through e- Learning Based on

e- Pedagogy Principals for Pre-Service Teacher in TVET.

Proceedings of the 1stUPI International Conference on Technical and Vocational Education and Training Bandung, Indonesia, 10-11 November 2010.

Gambar

Gambar 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.1. Kriteria Daya Pembeda Tes Kemampuan Problem Solving
Tabel 3.3. Interpretasi Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Problem Solving
Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi yang Menunjukan Nilai Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian al-Farghani buku yang berjudul harakat as-Samawiyya wa jawami Ilm an-Nujum (Asas-asas Ilmu bintang) yang berisi kajian bintang- bintang. Buku tersebut

Perhitungan kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor menghasilkan 12 reksadana bernilai positif, artinya bahwa hanya 29,26% reksadana saham yang

Dengan ini kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kabupaten Nunukan T.A.2012 dengan ini menyatakan sanggahan benar mengenai kekeliruan jadwal yang terlalu singkat dan kesalahan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT First Media Tbk dengan menggunakan metode Economic Value Added

Ketentuan mengenai &#34;pembuktian terbalik&#34; perlu ditambahkan dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai ketentuan yang

Di dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah diterangkan tentang keutamaan berdzikir kepada Allah, baik yang sifatnya muqayyad (tertentu dan terikat) yaitu

Dinas perijinan Pemkot Yogyakarta menurut survey bank dunia menempati rangking ke 5 dari seluruh kota di dunia untuk pelayanan ijin mendirikan bangunan (IMB) //Direktur

• Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik : Chocran Q. • Untuk menguji hipotesis komparatif