• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP

PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Biologi

Oleh WARTINI

1102554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed

NIP.196705271992031001

Pembimbing II,

Dr. TaufikRahman, M. Pd

NIP. 196201151987031002

Penguji I,

Dr. Sri Anggraeni, M. S

NIP. 195801261987032001

Penguji II,

Dr. Mimin Nurjhani. K. M.Pd

NIP. 196509291991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi FPMIPA UPI

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, dengan populasi penelitian siswa kelas VIII SMPN 2 Subang tahun pelajaran 2013-2014. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas meliputi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi perbedaan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran praktikum verifikasi. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah the static

group pretest-postest design. Instrumen pengumpul data adalah tes

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Analisis data menggunakan t-test dan uji korelasi. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Sig.= 0,000; p < 0,05), demikian pula pada keterampilan proses sains siswa (Sig =0,017; p < 0,05). Korelasi penguasaan konsep dengan keterampilan proses menunjukan hubungan linier signifikan (Sig=0,00; p < 0,05) yang tergolong kategori sedang (r=0,594). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing lebih efektif daripada pembelajaran praktikum verifikasi dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa, Antara peningkatan penguasaan konsep dengan keterampilan proses sains terdapat korelasi linier.

(4)

ABSTRACT

This study was a quasi-experimental, with eighth grade students study population SMP 2 Subang 2013-2014 school year. The study sample consisted of two classes include experimental class and control class. The purpose of this study was to obtain information differences mastery of concepts and science process skills among students who use the lab-based learning through guided inquiry with students who use the learning lab verification. The research design in this study is the static group pretest-posttest design. Data collection instrument is a test mastery of concepts and science process skills of students. Data analysis using a t-test and correlation test. Based on the results of data analysis, it was found that there were significant differences in students 'mastery of concepts between the experimental class and control class (Sig. = 0.000, p <0.05), as well as the students' science process skills (Sig = 0.017, p <0.05) . Correlation mastery of concepts with process skills showed a significant linear relationship (Sig = 0.00, p <0.05) were classified as medium category (r = 0.594). It shows that lab-based learning through guided inquiry learning is more effective than lab verification to improve the mastery of concepts and science process skills of students, between the increase in the mastery of concepts with science process skills there is a linear correlation.

(5)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……….... v

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….... 8

C. Pertanyaan penelitian .. ………... 8

D. Batasan masalah ………... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian ………. ……….. 10

G. Asumsi Penelitian... 10

H. Hipotesis ... 11

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI, PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SMP PADA KEGIATAN PRAKTIKUM FOTOSINTESIS A. Pembelajaran Inkuiri... 1.Karakteristik Pembelajaran inkuiri... 2.Jenis-jenis Pembelajaran inkuiri... 3.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri ... 12 15 18 21 B. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 22

C. Pembelajaran Berbasis Praktikum...

1. Bentuk –bentuk Praktikum...

2.Tahapan Praktikum...

24

25

(6)

E.Penguasaan Konsep...

F.Keterampilan Proses Sains... 30

G.Pembelajaran Konsep Fotosintesis... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian 1.Jenis Penelitian... 2.Design Penelitian... 40 40 B. Populasi dan Sampel... 41

C. Definisi Operasional... 41

D. Instrumen Penelitian... 42

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 43

F. Prosedur Penelitian... 1. Tahap Persiapan... 2. Tahap Pelaksanaan... 3. Tahap Akhir... 45 45 52 54 G. Teknik Pengumpulan Data... 55

H. Teknik Analiasis Data... 56

I. Teknik Pengolahan Data... 56

1. Menghitung Nilai Penguasaan Konsep... 56

2. Menghitung Rerata Skor... 56

3. Uji Persyaratan Analaisis... 56

4. Normalized –Gain... 57

5. Uji Perbedaan Rata-rata... 58

6. Analisis Korelasi... 58

7. Analisis Tanggapan Siswa... 59

8. Penarikan Kesimpulan... 59

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penguasaan Konsep Siswa

1. Analisis Hasil Uji Statistik Penguasaan Konsep... 61

a.Tes Awal Penguasaan Konsep... 62

b.Tes Akhir Penguasaan Konsep... 63

2. Analisis skor rata-rata penguasaan konsep pada tiap ranah kognitif... 72

3. Analisis Skor Rata-rata Penguasaan Konsep pada Tiap sub Konsep... 78

B. Keterampilan Proses Sains 81 1. Analisis Hasil Uji Statistik Keterampilan Proses Sains... 81

a.Tes awal Keterampilan Proses Sains... 82

b. Tes Akhir .Keterampilan Proses Sains... 83

2. Analisis Skor Rata-Rata Tes awal dan Tes akhir Tiap Aspek Keterampilan ProsesSains... 88

C. Hubungan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains... 94

D.Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 96

E. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 1.Kesimpulan... 101

2.Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ………... 104

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri ... 18

2.2. Perbedaan Karakter Jenis Laboratorium Berbasis Inkuiri... 20

2.3. Karakeristik Inkuiri Terbimbing... 24

2.4. Indikator Keterampilan proses sains 33 2.5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Konsep Fotosintesis... 34

3.1 . Design Penelitian... 41

3.2 . Kisi-kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep... 44

3.3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains... 45

3.4. Hasil Analisis Signifikansi Soal Penguasaan Konsep... 47

3.5. Hasil Analisis Signifikansi Soal Keterampilan Proses Sains... 48

3.6. Interval Reliabilitas... 49

3.7. Interval Daya Pembeda... 50

3.8. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep... 50

3.9. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Proses Sains... 51

3.10. Interval Tingkat Kesukaran ... 51

3.11. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan Konsep.. 52

3.12. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Keterampilan Proses Sains... 52

3.13. Teknik Pengumpulan Data... 55

3.14. Kriteria N-Gain ternormalisasi... 57

3.15. Interpretasi Koefisien Korelasi... 58

3.16. Interpretasi Tanggapan Siswa... 59

(9)

Penguasaan Konsep... 62

4.2. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Data Tes Akhir

Penguasaan Konsep... 63

4.3. Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Penguasaan Konsep

pada Tiap Ranah Kognitif... 72

4.4. Skor rata-rata Tes Akhir Penguasaan Konsep pada tiap Sub

Konsep... 78

4.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Data tes awal

Keterampilan Proses sains... 82

4.6. Rekapitulasi Hasil analisis data Tes Akhir Keterampilan

proses sains... 84

4.7. Skor rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir tiap Aspek KPS.... 88

4.8. Hubungan Penguasaan Konsep dengan Keterampilan Proses

Sains... 96

4.9. Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 Proses Fotosintesis... 36

4.1 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Awal dan

Tes Akhir Penguasaan Konsep Siswa...

61 4.2 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Gain Kelas Eksperimen

dan Kontrol Penguasaan konsep Pada Tiap Ranah

Kognitif... 73

4.3 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Gain kelas

Eksperi-men dan Kontrol Penguasaan Konsep pada Tiap Sub

Konsep... 79

4.4 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Awal

dan Tes Akhir Ketrampilan Proses Sains Siswa... 81 4.5 Perbandingan nilai Gain kelas Eksperimen dan Kontrol

Pada Setiap Aspek KPS... 89 4.6 Diagram Batang Tanggapan Siswa terhadap

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

A. Instrumen Penelitian

A.1. Silabus Pembelajan IPA ... 110

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 113

A.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 119

A.4. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep... 132

A.5. Instrumen Soal Penguasaan Konsep... 159

A.6. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains... 164

A.7. Instrumen Soal Keterampilan Proses Sains... 194

A.8. Judgement Instrumen Penelitian... 199

A.9. Analisis Soal Penguasaan Konsep... 201

A.10. Analisis Soal Keterampilan Proses Sains... 202

A.11. Lembar Kerja Siswa... 204

A.12. Contoh Laporan siswa... 217

A.13. Kisi-kisi dan Angket Siswa... 230

A.14. Contoh jawaban Angket Siswa... 232

A.15. Dokumentasi Foto Pembelajaran Praktikum Melalui Inkuiri Terbimbing 234 B.Analisis Data Penelitian B.1. Hasil Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen... 240

B.2. Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 241

B.3. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen... 242

B.4. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol... 243

B.5. Skor Mentah Tes Awal Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen... 244

B.6. Skor Mentah Tes Awal Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 248

B.7. Skor Mentah Tes Akhir Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen... 252

B.8. Skor Mentah Tes Akhir Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 256

B.9. Skor Mentah Penguasaan Konsep Aspek Kognitif kelas eksperimen . 260

B.10. Skor Mentah Penguasaan Konsep tiap Aspek Kognitif Kelas Kontrol.. 264

B.11. Skor Mentah Penguasaan Sub Konsep Kelas Eksperimen... 268

(12)

Kontrol... 278 B.15. Skor Mentah Tes Akhir KPS kelas Eksperimen... 280 B.16. Skor Mentah Tes Akhir KPS kelas Eksperimen... 282 B.17. Skor Mentah Keterampilan Proses Sains tiap indikator pada Kelas

Eksperimen... 284 B.18. Skor Mentah Keterampilan Proses Sains tiap indikator pada Kelas

Kontrol... 286 B.19. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal

Penguasaan Konsep ... 288 B.20. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal Penguasaan Konsep

... 289 B.21. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal

Keterampilan Proses Sains ... 290 B.22. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal Keterampilan Proses

Sains ... 291 B.23. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes akhir Penguasaan

Konsep... 292 B.24. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata tes akhir Penguasaan

Konsep... 293 B.25. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal

Keterampilan proses sains ... 294 B.26. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Akhir Keterampilan Proses

Sains ... 295 B.27. Hasil Uji korelasi antara Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses

Sains... 296 B.28. Hasil Uji Regresi Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains 297

C.Surat Penelitian

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk

menumbuh-kan kemampuan berpikir (BNSP, 2006) Oleh karena itu, pembelajaran

IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah. Biologi sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai

peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan sains.

Sebagaimana diketahui bahwa sains tidak hanya merupakan kumpulan

pengetahuan saja. Carin dan Evans dalam Rustaman et al. (2003)

menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu: kontent atau

produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai produk

berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum,

prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai

proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau

metode untuk mendapatkan pengetahuan. Kemudian sains sebagai sikap

artinya dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur dan

objektif. Sains sebagai teknologi bahwa sains mempunyai keterkaitan dan

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pembelajaran sains

didasarkan pada teori belajar konstruktivis yang berpandangan bahwa

belajar merupakan kegiatan membangun pengetahuan yang dilakukan

sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya

(Ramsey, 1993; dalam Rustaman, 2005)

Menurut pandangan konstruktivis dalam pembelajaran biologi

se-yogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang

rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi

sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus

terlibat langsung dalam kegiatan nyata (Rustaman et al., 2003). Salah satu

(14)

biologi adalah metode eksperimen (praktikum). Sebagaimana

dikemu-kakan oleh Solomon (dalam Widodo & Nurhayati, 2005) Bahwa

prak-tikum penting bagi pelajaran sains tidaklah banyak yang menyangkalnya.

Baik guru maupun siswa pada dasarnya menaruh harapan yang tinggi

terhadap praktikum. Guru berharap dengan praktikum anak akan lebih

paham konsep yang dipelajari, terbangkitkan motivasinya untuk belajar

sains, berkembang keterampilan sainsnya, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Di

pihak siswa, mereka juga berharap bisa menikmati pengalaman

penga-laman baru untuk mengamati, mencoba, menggunakan alat, dan

bereks-perimen. Seperti dikemukakan oleh Hayat (2010) bahwa pada

pembe-lajaran berbasis praktikum siswa lebih diarahkan pada eksperimental

learning, diskusi dengan teman, yang selanjutnya akan diperoleh ide dan

konsep baru. Dengan demikian mendukung siswa untuk mengembangkan

keterampilan dan kemampuan berpikir (hands on dan minds on). Hal

tersebut sangatlah sesuai karena didalam kegiatan praktikum siswa

dituntut untuk menggunakan keterampilan proses sains untuk

meme-cahkan masalah-masalah realistis, sehingga dapat menumbuhkan

keber-maknaan dalam belajar, meningkatkan pemahaman dan retensi, serta

membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains siswa dan

kemampuan melakukan riset (Spiro & Knisley, 2008).

Pembelajaran sains dewasa ini masih kurang memberi wawasan

berpikir dan kurang mengembangkan kemampuan kerja ilmiah (Wulan,

2008). Padahal pembelajaran sains semestinya dapat mengembangkan

ke-mampuan memecahkan masalah-masalah lingkungan dan wawasan

ber-pikir untuk kehidupan masa depan yang baik (Rutherford & Ahlgren,

1990; Rustaman, 2006; dalamWulan, 2008). Di kalangan siswa menengah,

telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran biologi (IPA)

meru-pakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu

penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari

biologi, juga penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan

(15)

3

kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung, pembelajaran pun

lebih bersifat berpusat pada guru. Guru hanya menyampaikan IPA sebagai

produk dan siswa menghafal informasi faktual.

Permasalahan berikutnya dalam pembelajaran biologi, sedikit

se-kali guru-guru biologi yang memasukkan metoda ilmiah dalam tujuan

pembelajarannya dan mereka umumnya kurang percaya diri melaksanakan

pembelajaran biologi berbasis inkuiri. Hal ini sesuai dengan hasil

pene-litian Anggraeni et al. (2009) yang menyatakan bahwa pada umumnya

mahasiswa calon guru biologi masih lemah dalam merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran biologi yang memenuhi kriteria hakikat

biologi sebagai sains. Pada umumnya guru belum sepenuhnya bisa

melaksanakan kegiatan praktikum dengan berbagai alasan sehingga

pembelajaran biologi masih cenderung berpusat pada guru. Kenyataan di

lapangan menunjukkan bahwa praktikum relatif jarang dilakukan. Hal

tersebut didukung oleh beberapa pendapat (Berry, Gunstone, Loughran &

Mulhall, 2001; Harlen, 1999; Hodson, 1993; Hofstein & Lunetta, 2004;

dalam Widodo & Ramdhaningsih, 2006). Bahwa kalaupun ada dilakukan

praktikum hasil yang diperoleh ternyata belum maksimal baik untuk tujuan

peningkatan hasil belajar siswa maupun untuk tujuan mengenalkan siswa

tentang tujuan sains. Sesuai dengan hasil penelitian Wulan (2007) bahwa

sebagian besar (93,30%) calon guru biologi ditemukan hanya

menggunakan praktikum verifikasi, hanya sebagian kecil (6,74%) calon

guru yang menggunakan strategi discoveri inquiry dalam rencana pelajaran

mereka.

Guru kurang terbiasa menerapkan inkuiri dalam pembelajaran

ka-rena: a) waktu pembelajaran kurang sesuai dengan alokasi waktu pada

rencana pembelajaran; b) siswa masih kaku dalam melakukan

penyelidikan karena belum terbiasa; c) kurangnya pengamat pada saat

pembelajaran sehingga pengamatan dirasakan kurang maksimal (Lawson,

1996; Limba, 2004; Rustaman, 2006; dalam Tresnawati, 2009). Sementara

(16)

sulit dan abstrak apabila disampaikan secara verbal tanpa disertai dengan

kegiatan pembelajaran konkret akan semakin sulit bagi siswa.

Dengan demikian diperlukan suatu cara yang efektif dalam

me-ngembangkan penguasaan konsep dan keterampilan dasar berdasarkan

pa-da tujuan pembelajaran biologi. Seorang pendidik perlu menerapkan

sebu-ah metode yang mengarsebu-ahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali

potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu

mengem-bangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam

menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan

dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Guru perlu

membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan

terse-but melalui strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang

mendu-kung siswa untuk belajar secara aktif. Salah satu strategi pembelajaran

yang banyak direkomendasikan oleh banyak ahli adalah pembelajaran

yang memberikan kesempatan pesrta didik untuk mengalami belajar

“menemukan”bukan belajar“menerima”. Kesempatan belajar menemukan dikembangkan antara lain dalam bentuk strategi pembelajaran berbasis

inkuiri (Lawson, 1995; dalam Tresnawati, 2009). Dengan kegiatan inkuiri,

siswa dapat belajar secara aktif untuk merumuskan masalah, melakukan

penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta mengambil

keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Ibrahim, 2007).

Kegitan laboratorium merupakan salah satu kegiatan yang memungkinkan

siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerja ilmiah (Rustaman et al.,

2005; Widodo & Ramdhaningsih, 2006)

Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund & Trowbridge,

1973) bahwa Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang

ter-jadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan

mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang

satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan

(17)

ber-5

dasarkan inkuiri, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya

memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah,

me-ngumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta

meng-aplikasikan hasil belajarnya.

Trowbridge & Bybee (dalam Wulan, 2007) membagi inquiry ke dalam

tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah discovery learning dalam hal ini

guru menentukan masalah dan proses kerja. Tingkatan selanjutnya adalah

guided inquiry. Guided inquiry mensyaratkan guru mengajukan masalah.

Siswa diminta untuk menentukan proses dan pemecahan masalah.

Tingkatan ketiga yang merupakan inquiry tertinggi yaitu open inquiry.

Guru hanya menyediakan konteks untuk memecahkan masalah. Siswa

mengidentifikasi masalah tersebut untuk dipecahkan.

Hasil penelitian Koksal & Berberoqlu (2012), bahwa inkuiri

ter-bimbing menunjukkan efek positif pada kognitif serta karakteristik afektif

siswa Turki. Pemahaman konsep dan ketrampilan proses sains siswa kelas

eksperimen terjadi peningkatan dibandingkan kelas kontrol. Demikian pula

dengan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen lebih baik di bandingkan

ke-las kontrol. Kemudian hasil penelitian Martineau et al. (2013) bahwa

dengan model inkuiri terbimbing, dimana siswa berkolaborasi untuk

merancang dan menjalankan eksperimen mereka sendiri, ternyata dengan

pengalaman tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap

kepercayaan diri siswa terhadap illmu pengetahuan. Dengan model ini

terjadi peningkatan keterampilan siswa. Demikian pula pendapat Brickman

et al. (2009) berdasarkan penelitiannya mengemukakan bahwa literasi

sains dan keterampilan proses sain siswa pada kelas laboratorium inkuiri

secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas laboratorium

tradisional. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ketpichainarong et

al. (2009) bahwa hasil belajar siswa pada konsep bioteknologi meningkat

dengan praktikum enzim selulase berbasis inkuiri yaitu dilihat dari hasil

tes pemahaman konsep dan pemetaan konsep, siswa mendapatkan

(18)

sampai aplikasinya, selain itu dari laporan siswa mengungkapkan mereka

memiliki perkembangan pada kemampuan berpikir kritis, keterampilan

proses ilmiah dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tentang

enzim selulase untuk aplikasi industri. Sesuai pula dengan hasil penelitian

Gautreu & Binn (2012), bahwa pengetahuan ekologi pada pendidikan

lingkungan untuk kelompok pengajaran berbasis inkuiri mencapai gain

terbesar dibandingkan dengan kelompok pengajaran tradisional. Kemudian

sesuai pula dengan hasil penelitian Kızılaslan et al. (2012) yang

menganalisis penelitian yang berkaitan dengan pengajaran berbasis inkuiri

bahwa dari 23 makalah dan 17 tesis yang diterbitkan 10 tahun terakhir,

temuan penelitian menunjukan bahwa pengajaran berbasis inkuiri

merupa-kan area penelitian baru di Turki dan sebagian besar dipraktemerupa-kan dalam

ilmu pengetahuan dan pendidikan teknologi tingkat dasar.

Keterampilan Proses Sain (science process skill) dapat diartikan

Keterampilan-keterampilan yang dapat menggambarkan kebiasaan seorang

ilmuwan (Padilla, 1990) Keterampilan ini dapat dipelajari dan dimiliki

oleh siswa melalui suatu kegiatan pembelajaran. Pendekatan konsep yang

didampingi dengan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran

sains dimaksudkan agar siswa mengalami berinteraksi dengan obyek,

geja-la ageja-lam atau peristiwa ageja-lam, baik secara geja-langsung ataupun dengan ageja-lat

ban-tu yang ada. Setelah faktanya didapatkan, siswa diajak mendata dan

me-ngelompokkannya, mencatatnya dalam bentuk tampilan yang komunikatif

(tabel, diagram, bagan, grafik) agar dapat dimaknai dengan cara

mengin-terpretasikannya, menemukan keteraturan atau polanya untuk selanjutnya

membuat dugaan berupa prediksi dan hipotesis. Pengujian prediksi dan

hipotesis dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, bahkan dapat

laksanakan di luar jam pelajaran. Pembelajaran yang demikianlah yang

di-maksudkan dengan pembelajaran yang hands-on dan minds-on (Rustaman,

2010). Karenanya Semiawan (1988) mendefinisikan pendekatan

kete-rampilan proses sebagai pengembangan sistem belajar yang mengaktifkan

(19)

7

pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan

sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut

dalam tujuan pembelajaran khusus.

Salah satu konsep dalam pembelajaran biologi SMP kelas delapan

pada konsep fotosintesis dengan tuntuntan Standar Kompetensi

memaha-mi sistem dalam kehidupan tumbuhan, dan Kompetensi Dasarnya

mendes-kripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan

hijau. Dengan salah satu indikatornya siswa dapat melakukan percobaan

dan melaporkan hasil percobaan fotosintesis (BSNP, 2006). Namun pada

kenyataannya berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian, setelah proses

pembelajaran tidak semua siswa bisa memahami konsep fotosintesis.

Hanya sebagian siswa saja yang bisa mendeskripsikannya, sehingga hasil

ulangan harian rata-rata hanya 27-29 % siswa yang mendapatkan nilai

diatas Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM). Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh guru dalam membelajarkan konsep fotosintesis masih

menggunakan metode pembelajaran konvensional atau praktikum yang

kurang mengaktifkan siswa, dimana kegiatan KBM masih berpusat pada

guru dan siswa kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran konsep fotosintesis menghendaki siswa mampu

melakukan percobaan fotosintesis untuk membuktikan hasil fotosintesis

dan dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

fotosintesis. Siswa dituntut mampu menguji bahwa fotosintesis

menghasilkan oksigen dan amilum, mampu membuat kesimpulan tentang

fotosintesis, dan membuat laporannya. Untuk memahami hal tersebut

diperlukan pembelajaran yang konkret, oleh karena itu untuk mencapai

kompetensi dasar maka pembelajaran konsep fotosintesis akan lebih tepat

dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing.

Sebagaimana diungkapkan oleh Villani (1992) bahwa

Permasalahan-permasalahan sains yang di alami oleh siswa, seharusnya dipecahkan

dengan cara melakukan kegiatan eksperimen laboratorium. Siswa dapat

(20)

observasi atau eksperimen dengan konstruksi teoritis yang dimilikinya

sehingga siswa dapat membangun struktur konsepnya dengan baik.

Permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini

adalah bagaimana melatih siswa mengorientasi dan merumuskan masalah,

melakukan penyelidikan, mengatasi kesulitan serta merefleksikan hasil

pe-nyelidikan dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri

ter-bimbing dan verifikasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

menga-dakan penelitian mengenai penerapan pembelajaran berbasis praktikum

melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi pada konsep fotosintesis terhadap

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi pada konsep

fotosintesis terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains

siswa SMP.?”

C. Pertanyaan Penelitian

Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, secara terperinci

perma-salahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian

se-bagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang

meng-gunakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing

dengan siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis praktikum

verifikasi?

2. Bagaimana perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang

menggunakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri

terbim-bing dengan pembelajaran berbasis praktikum verifikasi?

3. Bagaimana keterkaitan antara penguasaan konsep dengan keterampilan

(21)

9

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum

melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis?

D. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai

berikut:

1. Penguasaan konsep yang diukur adalah penguasaan ranah kognitif

taksonomi Bloom revisi (Anderson dan Krathwohl, 2001) yang

puti jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4

(menganalisis), dan C5 (mengevaluasi) secara test tertulis.

2. Keterampilan Proses Sains yang diukur pada penelitian ini dibatasi

pada tujuh keterampilan proses yaitu: kemampuan

kasikan, menafsirkan, memprediksi, mengajukan pertanyaan,

canakan percobaan, mengajukan hipotesis, menerapkan konsep

(Rustaman, et al.; 2003).

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

informasi mengenai penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui

inkuiri terbimbing dan verifikasi pada konsep fotosintesis terhadap

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP. Tujuan

penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi tentang perbedaan penguasaan konsep siswa,

perbedaan keterampilan proses sains, antara siswa yang belajar dengan

pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dengan

siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis praktikum

verifikasi.

2. Menganalisis keterkaitan antara penguasaan konsep dengan

pilan proses sains siswa.

3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap

(22)

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut;

1. Bagi Guru

a. Memperoleh informasi tentang penguasaan konsep siswa dengan

pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan

verifikasi sehingga bisa diterapkan dalam pembelajaran konsep

lain yang sesuai

b. Memperoleh informasi tentang keterampilan proses sains siswa

dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri

terbimbing dan verfifikasi, dengan demikian maka selain

penguasaan konsep, aspek keterampilan proses sains merupakan

hal yang sangat penting di terapkan dalam pembelajaran sains.

c. Memberikan pengalaman tentang pembelajaran berbasis praktikum

melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan pembelajaran yang memudahkan siswa dalam

pengu-asaan konsep

b. Melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains

3. Bagi Peneliti Lain

Memberikan informasi bagaimana melaksanakan pembelajaran

berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi, sehingga

bisa memberikan bahan refleksi untuk bahan pertimbangan ketika akan

melakukan penelitian yang relevan.

G. Asumsi Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa:

1. Srategi inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

(23)

11

2. Tugas guru pada inkuiri terbimbing adalah menyediakan lingkungan

pembelajaran aktif yang membuat siswa dapat mengeksplorasi dan

mengkonstruk pengetahuannya melalui interaksi dengan sesama

teman-nya serta dengan guruteman-nya (Douglas & Chiu, 2009).

3. Menurut Spiro & Knisely (2007) bahwa model pembelajaran inkuiri

terbimbing mengembangkan keterampilan proses diantaranya

mati, memprediksi, membuat hipotesis, merancang percobaan,

kan percobaan, berkomunikasi, menginterpretasikan grafik, dan

rapkan konsep.

4. Pendekatan laboratorium verifikasi dimulai dengan pembahasan latar

belakang teoritis dan matematis sebelum kegiatan percobaan dalam

laboratorium diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan ini biasanya disertai

dengan perintah-perintah yang harus diikuti secara bertahap dalam

pengumpulan data penyelidikan data yang terkumpul digunakan untuk

membuktikan teori yang telah diperoleh secara teoritik (Abraham,1982;

dalam Budiman, 2010).

H. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam

pene-litian ini dirumuskan sebagai berikut:

Penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing

pada konsep fotosintesis dapat meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan proses sains siswa lebih baik jika dibandingkan dengan

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan praktikum verifikasi terhadap

penguasaan konsep dan keterampilan Proses sains siswa. Jenis penelitian

yang digunakan yaitu Kuasi Eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen

didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran

dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak

un-tuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan

yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis Praktikum melalui

inkuiri terbimbing, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan

kon-sep dan Keterampilan Proses sain siswa.

2. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the

static group pretest-postest Design (Fraenkel & Wallen, 2006). Static group pretest-postest Desain (Fraenkel & Wallen, 2006) artinya

pengam-bilan kelompok secara acak, terdapat kelompok pembanding,

masing-masing kelompok diberi tes awal, dan tes akhir dengan perlakuan yang

berbeda. The static group pretest-postest Design dijelaskan pada Tabel

3.1.

(25)

41

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Nama Kelas Pretest Perlakuan Postest

eksperimen O1 X1 O2

kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 : Pretest O2 : Posttest

X1 : Pembelajaran berbasis praktikum melalui melaui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis (kelas eksperimen)

X2 : Pembelajaran berbasis praktikum verifikasi pada konsep fotosisntesis (kelas kontrol)

B.Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Subang, semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang

terdiri atas sembilan kelas. SMPN 2 Subang merupakan sekolah yang

me-miliki siswa dengan kemampuan yang bervariasi dari kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui kemampuan

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa siswanya.

Pemi-lihan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster Random

sampling. Pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan semua kelas

memiliki kemampuan yang homogen. Pengambilan sampel dengan teknik

cluster random sampling yaitu mengambil dua kelas dari sembilan

rom-bongan belajar. Satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas untuk

kelas kontrol.

C.Definisi Operasional

1. Pembelajaran Berbasis Praktikum melalui Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing merupakan

kegiatan praktikum yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan proses

fotosintesis. Siswa melakukan kegiatan praktikum untuk menguji

adanya amilum dan oksigen pada tumbuhan percobaan. Dengan

menggunakan lembar kerja siswa yang berisi pertanyaan pengarah yang

mengarahkan siswa untuk bisa merumuskan masalah, membuat

(26)

praktikum melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis

dilaksanakan dua kali pertemuan yang meliputi: Percobaan Sach dan

Percobaan Ingenhousz.

2. Pembelajaran Berbasis Praktikum Verifikasi

Pembelajaran berbasis praktikum verifikasi merupakan kegiatan

praktikum yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan proses

fotosintesis. Siswa melakukan kegiatan praktikum untuk menguji

adanya amilum dan oksigen pada tumbuhan percobaan dengan

menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru berupa buku

resep dengan langkah-langkah percobaan yang sudah terinci dengan

jelas. Pembelajaran berbasis praktikum verifikasi pada konsep

fotosintesis dilaksanakan dua kali pertemuan yang meliputi:

Perco-baan Sach dan PercoPerco-baan Ingenhousz.

3. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep adalah skor tes formatif siswa yang dijaring

melalui tes pilihan ganda pada konsep fotosintesis dengan kemampuan

yang di uji pada ranah kognitif Bloom revisi (Anderson & Krathwohl,

2001), level C1 (mengingat:konseptual dan faktual), C2 (mengerti:

konseptual dan faktual), C3 (mengaplikasi: konseptual dan faktual),

C4 (menganalisis: konseptual dan faktual) dan C5 (mengevaluasi:

konseptual dan faktual).

4. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains siswa adalah skor tes keterampilan proses

sains siswa yang dijaring melalui tes pilihan ganda pada konsep

fotosintesis yang meliputi tujuh indikator yaitu: mengkomunikasikan,

menafsirkan, memprediksi, mengajukan pertanyaan, merencanakan

percobaan, mengajukan hipotesis, menerapkan konsep.

D.Instrumen Penelitian

1. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep terdiri dari tes awal dan tes akhir dengan

(27)

43

mengukur penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah proses

pembe-lajaran. Instrumen disusun oleh peneliti berdasarkan ranah kognitif Bloom

revisi dengan jenjang C1 (mengingat:konseptual dan faktual), C2

(memahami: konseptual dan faktual), C3 (menerapkan: konseptual dan

faktual), C4 (menganalisis: konseptual dan faktual), dan C5

(mengeva-luasi: konseptual dan faktual). Instrumen tes di judgement dan di uji coba.

Instrumen tes yang digunakan terdapat pada lampiran A.5.

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains siswa terdiri dari tes awal dan tes

akhir, dengan instrumen tes tertulis bentuk soal pilihan ganda. Tes ini

digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa sebelum dan

setelah pembelajaran. Instrumen tes disusun oleh peneliti berdasarkan

Indikator Keterampilan proses sains menurut Rustaman et al. (2003) yang

meliputi tujuh keterampilan; mengkomunikasikan, menafsirkan,

mempre-diksi, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, mengajukan

hipotesis, menerapkan konsep. Instrumen tes di judgement dan di uji coba.

Instrumen tes yang digunakan terdapat pada lampiran A.7.

3. Angket

Angket yang digunakan berupa sebuah daftar pertanyaan yang dibuat

dalam bentuk daftar cocok (check list) dan harus diisi oleh siswa. Angket

ini terdiri atas pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” terdiri

dari 20 item yang diberikan setelah selesai pembelajaran. Angket diberikan

kepada siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis praktikum melalui

inkuiri terbimbing, dengan tujuan untuk memperoleh tanggapan siswa

mengenai manfaat, kendala dan kesulitan yang dialami dalam

pembe-lajaran berbasis praktikum inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis.

Angket yang digunakan terdapat pada lampiran A.13.

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.

Pada penelitian ini menggunakan instrumen tes tertulis penguasaan konsep

dengan jumlah soal 25 soal pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen tes penelitian

(28)

Tabel 3.2.Kisi-Kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Instrumen tes keterampilan proses sains berjumlah 10 dengan bentuk soal

pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen tes soal keterampilan proses sains dapat dilihat

pada Tabel 3.3.

No Tujuan Pembe lajaran

Dimensi Penge-tahuan

Dimensi Kognitif dan Nomor Soal Instrumen

Jum-

4 Percobaan Sachfaktual 1

(29)

45

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains

No. Jenis KPS Indikator Soal Jumlah

Soal

Nomor Soal 1 Mengkomunikasikan Menghubungkan hasil

pengamatan dari tabel ke grafik

Mengajukan hipotesis 1 9

7. Menerapkan konsep Menggunakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari

Berikut ini kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan:

a. Menyusun proposal penelitian yang kemudian diseminarkan.

b. Menentukan subjek yang akan dijadikan penelitian berdasrakan teknik

cluster random sampling .

c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian. Perangkat pembelajarannya meliputi RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

pembe-lajaran fotosintesis. Instrumen penelitiannya meliputi, soal untuk

mengungkap penguasaan konsep siswa, soal untuk mengukur

(30)

d. Melakukan judgement perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

kepada dosen ahli, untuk memperoleh informasi tentang kesesuaian

instrumen yang dibuat sebagai alat tes yang akan digunakan dalam

penelitian. Judgement dilaksanakan pada bulan juni tahun 2013, hasil

judgement digunakan untukuntuk merevisi soal sebelum di ujicobakan.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian pada siswa.

Instrumen sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba

un-tuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Sebuah instrumen

dikatakan memilki validitas empiris apabila sudah diuji dari

penga-laman (Arikunto, 2002:66) dan suatu tes dikatakan mempunyai tarap

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap (Arikunto, 2002:86). Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX

tahun ajaran 2012-2013, dan uji coba ulang dilakukan pada siswa kelas

IX tahun ajaran 2013-2014.

f. Melakukan analisis kualitas instrumen pengusaan konsep dan

kete-rampilan proses sains siswa meliputi, validitas, reliabilitas, daya

pem-beda dan tingkat kesukaran soal.

Soal yang telah diuji cobakan sebelumnya sudah diberikan

peni-laian oleh tim ahli (judgement), berjumlah 40 butir soal untuk penguasaan

konsep dan 20 butir soal untuk keterampilan proses sains, yang kemudian

berdasarkan hasil analisis soal yang digunakan untuk penguasaan konsep

berjumlah 25 butir soal dan soal yang digunakan untuk keterampilan

proses sain berjumlah 10 butir soal. Langkah-langkah untuk menganalisis

soal yang dapat menjamin keterukuran instrumen tes adalah sebagai

berikut :

1) Validitas tes

Sebuah tes dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap

skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bemtuk korelasi,

sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus

(31)

47

= Jumlah kuadrat skor total

∑XY= Jumlah perkalian skor item dan skor total

( Arikunto, 2006)

Hasil r xy dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan α 5 % jika

r

xy

>

r

tabel maka alat ukur dikatakan valid. Untuk mengukur validitas tes

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dilakukan uji korelasi

spearman rho, jika nilai signifikansi korelasi ≤ 0,05 maka terdapat kesesuaian yang signifikan (Sugiyono, 2007). Berdasarkan analisis dengan menggunakan

program anates, skor korelasi validitas diinterpretasikan dengan nilai

signifikansi korelasi. Soal Penguasaan konsep memiliki 40 butir soal, hasil

analisis menunjukan bahwa 25 butir soal (62,5%) kategori signifikan (valid),

dan 15 soal (37,5%) tidak signifikan (tidak valid). Maka soal-soal yang valid

dan mewakili jenjang yang hendak diukur yaitu berjumlah 25 soal dan

digunakan sebagai instrumen tes untuk penelitian. Distribusi tingkat tingkat

kesukaran, dan informasi lain lebih lanjut terdapat pada lampiran A.9. Hasil

analisis signifikansi soal penguasaan konsep seperti tertera pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Analisis Signifikansi Soal Penguasaan Konsep

(32)

10 soal yang memiliki keterwakilan aspek indikator keterampilan proses

sain yang kemudian digunakan sebagai instrumen tes untuk penelitian.

Distribusi tingkat tingkat kesukaran, dan informasi lain lebih lanjut terdapat

pada lampiran A.10. Hasil analisis signifikansi instrumen tes keterampilan

proses sains tertera pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hasil Analisis Signifikansi soal Keterampilan Proses Sains

No Signifikansi Korelasi

No Soal Jumlah

Soal

Persentase

1 Signifikansi 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,14,16,20 13 65 % 2 Tidak

signifikan

1,9,13,15,17,18,19. 7 35%

Total 20 100%

2) Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan hasil ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2006). Untuk menentukan nilai

reli-abilitas menggunakan rumus K-R 20 yang ditemukan oleh Kuder dan

Richardson dengan rumus sebagai berikut :

keterangan:

r

11 = reliabilitas tes keseluruhan

p = proporsi siwa yang menjawab benar q = jumlah siswa yang menjawab salah (q=1-p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

(33)

49

Interpretasi tingkat reliabilitas dijelaskan pada tabel 3.4 .

Tabel 3.6. Interval Reliabilitas (r 11)

No Interval r 11 Kriteria

1 0,00 ≤ r 11 ≤ 0,20 Sangat rendah

2 0,20 ≤ r 11 ≤ 0,40 Rendah

3 0,40 ≤ r 11 ≤ 0,60 Cukup

4 0,60 ≤ r 11 ≤ 0,80 Tinggi

5 0,80 ≤ r 11 ≤ 0,10 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2006)

Berdasarkan hasil analisis tes dengan menggunakan program Anates versi

9, soal penguasaan konsep memiliki nilai reliabilitas 0,80 sehingga dapat

diartikan bahwa soal penguasaan konsep yang diujicobakan memiliki tingkat

reliabilitas tinggi, demikian pula untuk soal keterampilan proses sains (KPS)

hasil analisis menunjukan nilai reliabilitas 0,77 sehingga soal KPS memilki

tingkat reliabi- litas yang tinggi. Informasi lebih lanjut mengenai hasil analisis

tertera pada lampiran A.9 dan A10.

3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah (Arikunto

2002). Perhitungan daya pembeda menggunakan rumus :

Keterangan :

DP = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah ynag menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(34)

Interpretasi daya pembeda dijelaskan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Interval Daya Pembeda

No Interval Daya Pembeda Kriteria

1 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek

2 0,20 ≤ DP ≤ 0,40 cukup

3 0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik

4 0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Baik sekali

Daya Pembeda soal penguasaan konsep berdasarkan hasil analisis soal uji

coba penguasaan konsep dengan meggunakan Anates IV versi 9, menunjukan

bahwa terdapat 8 butir soal (20%) dengan kriteria jelek, 9 butir soal (22,5 %)

kriteria cukup, 18 butir soal (45 %) kriteria soal baik, dan 5 butir soal (12,5%)

kriteria soal baik sekali. Hasil analisis daya pembeda soal penguasaan konsep di

jelaskan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep

No kriteria No Soal Jumlah Persentase (%) 1 jelek 15,16,18,19,20,23,28,36 8 20 % 2 cukup 3,4,5,7,14,17,25,35,39. 9 22,5 % 3 baik 1,2,8,9,10,11,12,13,21,22,26,30,

31,32,33,37,38,40,

18 45 %

4 baik sekali 6,25,27,29,34 5 12,5 %

Total 40 100%

Daya pembeda soal keterampilan proses sains berdasarkan hasil analisis

soal uji coba keterampilan proses sains, menunjukkan terdapat 8 butir soal

(40%), 12 butir soal (60 %) kriteria cukup, hasil analisis daya pembeda soal

(35)

51

Tabel 3.9. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Proses Sains

NO Kriteria No Soal Jumlah Persentase(%) 1 cukup 1,2,4,8,13,15,17,19 8 40 %

2 baik 3,5,6,7,9,10,11,12,14,16,18,20, 12 60%

Total 20 100 %

4) Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran bertujuan untu mengukur seberapa jauh derajat

kesukaran suatu soal. Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya

suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2002). Perhitungan tingkat

kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut;

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS= jumlah seluruh siswa peserta tes

Interpretasi tingkat kesukaran dijelaskan pada Tabel 3.10.berikut;

Tabel 3.10. Interval Tingkat Kesukaran

No Interval Daya Pembeda Kriteria

1 0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar

2 0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

3 0,70 ≤ P ≤ 0,100 Mudah

( Arikunto, 2006)

Tingkat kesukaran soal berdasarkan hasil analisis soal uji coba penguasaan

konsep dengan meggunakan Anates IV versi 9, menunjukan bahwa terdapat 7

butir soal (17,5%) dengan kriteria sukar, 25 butir soal (62,5 %) kriteria

sedang, 8 butir soal (20 %) kriteria soal mudah. Hasil analisis tingkat

(36)

Tabel 3.11.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan Konsep

No Kriteria No Soal Jumlah Persentase (%) 1 Sukar 3,15,17,18,19,23,28 7 17,5 % 2 Sedang 1,4,6,7,9,11,12,13,14,16,20,21,24,25

27,29,30,31,32,34,36,37,38,39,40.

25 62,5%

3 Mudah 3,5,8,10,22,26,33,35 8 20 %

Total 20 100 %

Tingkat kesukaran soal keterampilan proses sain berdasarkan hasil analisis

soal uji coba tes keterampilan proses sains dengan meggunakan Anates IV

versi 9, menunjukan bahwa terdapat 2 butir soal (10%) kriteria sukar, 10

butir soal (50%) kriteria sedang, 8 butir soal (40%) kriteria soal mudah.

Hasil analisis Tingkat kesukaran untuk instrumen tes keterampilan proses

sains dijelaskan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Keterampilan Proses

Sains

NO Kriteria No Soal Jumlah Persentase (%)

1 Sukar 8,13 2 10%

2 Sedang 1,3,5,6,9,10,12,15,16,18 10 50% 3 Mudah 2,4,7,11,14,17,19,20, 8 40 %

Total 20 100 %

Berdasarkan hasil analisis soal, beberapa soal direvisi dan dilakukan uji

coba ulang. Informasi lebih jelas tentang hasil analisis soal terdapat pada

lam-piran A.10.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap penelitian meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretest ) penguasaan konsep dan keterampilan

proses sains siswa. kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Memberikan pengarahan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

melakukan praktikum fotosintesis yang mencakup pemberian tugas kepada

(37)

53

dilaksanakan. Kemudian menugaskan siswa membawa tanaman Hydrilla

sp untuk bahan praktikum 2.

c. Melaksanakan pembelajaran berbasis praktikum inkuiri terbimbing di

kelas eksperimen dan praktikum verifikasi pada kelas kontrol. Kegiatan

pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol dijabarkan sebagai

berikut:

1) Kelas eksperimen

a) Pembelajaran konsep fotosintesis dengan pembelajaran berbasis

praktikum inkuiri terbimbing

b) Sebelum melaksanakan praktikum siswa terlebih dahulu menyusun

rumusan masalah, menentukan variabel, menyusun hipotesis dan

merancang percobaan dengan menyusun langkah kerja Siswa

Dengan bimbingan guru dan panduan berupa Lembar Kegiatan

Siswa (LKS).

c) Siswa melakukan praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengolah

data, berdiskusi membahas hasil temuannya selama praktikum,

membuat kesimpulan, kemudian membuat laporan praktikum.

d) Siswa mempresentasikan hasil Praktikum Fotosintesis.

e) Pembahasan dan penguatan konsep tentang fotosintesis

2) Kelas kontrol

a) Pembelajaran konsep fotosintesis dengan pembelajaran berbasis

praktikum verifikasi

b) Siswa melakukan praktikum verifikasi dengan panduan Lembar

Kegiatan Siswa bersifat buku resep.

c) Siswa melakukan praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengolah

data, berdiskusi membahas hasil temuannya selama praktikum,

membuat kesimpulan, kemudian membuat laporan praktikum.

d) Siswa mempresentasikan hasil Praktikum Fotosintesis

(38)

d. Melakukan observasi pada saat pembelajaran fotosintesis berlangsung dan

setelah kegiatan berakhir dilakukan oleh observer

e. Memberikan tes akhir (post test) penguasaan konsep dan tes keterampilan

proses sains kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah

selesai pembelajaran.

f. Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen untuk memperoleh

tanggapan siswa setelah implementasi pembelajaran berbasis praktikum

melalui inkuiri terbimbing.

g. Pada pelaksanaan penelitian, Lembar Kegiatan Siswa yang digunakan,

masih terdapat kelemahan yaitu bahwa pertanyaan dalam Lembar Kerja

kurang mencerminkan Inkuiri terbimbing, Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan peneliti, yaitu merupakan hal yang baru dilakukan peneliti

menyusun Lembar Kegiatan Siswa yang berorientasi inkuiri.

3. Tahap akhir

Tahap akhir ini meliputi:

a. Data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian tentang penguasaan konsep

siswa dan Keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran

fotosinte-sis berbafotosinte-sis praktikum melalui inkuiri terbimbing dari kelas eksperimen

dan kelas kontrol kemudian diolah dan dilakukan analisis/ pembahasan.

b. Melakukan penarikan kesimpulan dari pengolahan dan analisis/

pembaha-san data tentang penguasaan konsep dan Keterampilan proses sains siswa

pada pembelajaran fotosintesis berbasis praktikum melalui inkuiri

(39)

55

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dijabarkan dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Teknik Pengumpulan Data

No. Teknik Instrumen Jenis Data Keterangan

(40)

H. Teknik Analisis Data

Setelah selesai penelitian dan pengambilan data, maka data yang

terkumpul meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan data

penguasaan konsep, kemampuan berpikir ilmiah, angket siswa dengan uji

statistik menggunakan software statistical package for social science (SPSS)

versi 20. Pengolahan data hasil angket siswa diolah dengan analisis deskriptif.

I. Teknik Pengolahan Data

1. Menghitung nilai Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains

Menghitung nilai keterampilan penguasaan konsep dan

keteram-pilan proses sains. Penghitungan nilai ini bertujuan untuk memperoleh

deskripsi angka yang sama dari skala 0-100. Rumus yang digunakan

sebagai berikut :

2. Menghitung rerata skor

Menghitung rerata total skor dari pretes dan postes dengan

meng-gunakanrumus:

Keterangan :

Me = mean (rata-rata)

∑Xi= jumlah x ke i sampai ke n n =jumlah individu

(Sugiyono, 2007 )

3. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis dilakukan untuk menentukan penelitian

parametrik atau non parametrik, Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa

statistik parametrik digunakan apabila data yang digunakan berdis-tribusi

normal dan statistika nonparametrik digunakan apabila data yang

(41)

57

Tuckman (Purwanto, 2010:282) bahwa bila asumsi terpenuhi maka

sta-tistika yang digunakan adalah stasta-tistika parametrika, sedang bila asumsi

tidak terpenuhi maka pengolahan data menggunakan statistika non

parametrik. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui data

berdistribusi normal pada hasil belajar siswa meliputi: penguasaan

konsep dan keterampilan proses sains. Pengujian normalitas data dengan

program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20 dengan

menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Sedangkan

untuk uji homogenitas varians data dilakukan dengan Levene test.

4. Normalized Gain (N-Gain)

Normalized–Gain (N-Gain) digunakan untuk mengetahui

pening-katan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada

konsep fotosintesis antara kelas eksperimen dibandingkan dengan

kelas kontrol. Skor N-Gain (Meltzer, 2002) dihitung dengan rumus :

Keterangan :

S post = skor postes S pre = sor pretes

S maks = skor maksimum

dengan kriteria nilai N- Gain sebagai berikut

Tabel 3.14.Kriteria N-Gain Ternormalisasi

(42)

5. Uji Perbedaan rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan sebagai uji hipotesis, untuk

mengetahui nilai signifikan terkait pengaruh pembelajaran berbasis

praktikum melalui inkuiri terbimbing terhadap penguasaan konsep dan

keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan kelas kontrol

yang menggunakan pembelajaran praktikum verifikasi. Uji perbedaan

rata-rata dapat meng-gunakan hasil tes akhir atau N- Gain sebagai data

uji hipotesis, dengan melihat analisis data tes awal, jika data tidak

menunjukan perbedaan signifikan maka analisis yang digunakan data

tes akhir dan jika data tes awal menun-jukkan perbedaan signifikan

maka analisis yang digunakan menggunakan data N- Gain. Uji hipotesis

menggunakan uji t (t-test) melalui independent samples t-test dengan

menggunakan SPSS 20.

6. Analisis korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan

Penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Untuk teknik

perhitungan korelasi dengan menggunakan program SPSS. Menurut

Sugiyono (2007), analisis korelasi ganda (multiple correlation) bertu

juan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antara dua

bel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu

varia-bel dependen. Interpretasi nilai korelasi menurut Sugiyono (2008;231)

dijelaskan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 .Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0.199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

(43)

59

7. Analisis Tanggapan Siswa

Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan

model pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing pada

konsep fotosintesis dianalisis secara deskriptif dari hasil angket. Angket

yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab “Ya” dan jumlah siswa yang menjawab “Tidak” untuk setiap pertanyaan pada angket. Langkah selanjutnya yaitu dengan dilakukan perhitungan persentase jawaban siswa untuk setiap

pertanyaan dengan rumus sebagai berikut:

Selanjutnya, hasil dari perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan cara

membuat kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel aturan

Koentja-raningrat (Suhartini, 2007) dijelaskan pada tabel 3.16.

Tabel 3.16. Interpretasi Tanggapan Siswa

Persentase Kategori

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil 26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar 76%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

8. Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul

kemudian di analisis melalui uji statistik. Berdasarkan hasil uji statistik,

di dukung dengan hasil analisis angket, maka dibuat kesimpulan tentang

penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing

pada konsep fotosintesis terhadap penguasaan konsep dan keterampilan

proses sains siswa SMP.

(44)

J. Skema Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Praktikum melalui Inkuiri terbimbing & praktikum

Verifikasi

Penguasaan konsep dan Keterampilan Proses Sains

Konsep fotosintesis

Pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian

Uji coba, Revisi

Penentuan sampel

Kelas kontrol Kelas

eksperimen Pretes Pretes

Pembelajaran konsep fotosintesis berbasis praktikum verifikasi Pembelajaran konsep fotosintesis berbasis

praktikum melalui inkuiri terbimbing

Angket tanggapan

siswa Postes Postes

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis

prak-tikum melalui inkuiri terbimbing (kelas eksperimen), meningkat dengan kategori

sedang ( N-Gain = 0,51) dan berdasarkan hasil analisis data, peningkatan

penguasaan konsep tersebut terdapat perbedaan signifikan (sig = 0,000; p <

0,05) dibandingkan penguasaan konsep siswa yang mendapatkan pembelajaran

praktikum verifikasi (kelas kontrol). Hal tersebut menunjukkan bahwa

pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing lebih efektif

daripada pembelajaran praktikum verifikasi dalam meningkatkan penguasaan

konsep siswa.

Keterampilan proses sains siswa yang memperoleh pembelajaran

prak-tikum berbasis inkuiri terbimbing, meningkat dengan kategori sedang (

N-Gain = 0,50) dan berdasarkan hasil analisis data, peningkatan keterampilan

proses tersebut terdapat perbedaan signifikan (sig =0,017; p < 0,05),

dibandingkan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran

praktikum verifikasi. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran praktikum

berbasis inkuiri terbimbing lebih efektif daripada pembelajaran praktikum

verifikasi dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Hubungan Penguasaan konsep siswa dengan keterampilan proses sains

memiliki hubungan linier signifikan dengan kategori tingkat hubungan sedang

(r=0,594). Koefisien determinasi sebesar 34,1% Hal tersebut memberi makna

bahwa penguasaan konsep siswa memberi kontribusi terhadap keterampilan

proses sains sebesar 34,1%

Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis praktikum

melalui inkuiri terbimbing secara umum memberikan tanggapan yang positif

karena menilai bahwa pembelajaran praktikum melalui inkuiri terbimbing dapat

membantu siswa dalam pemahaman materi (85,91%). pada umumnya siswa

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2.Kisi-Kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengundang Saudara untuk melaksanakan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa asli. dan fotocopy seluruh dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen

Peserta yang keberatan terhadap Pengumuman Pemenang ini dapat menyampaikan Surat Sanggahan kepada Pokja ULP Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Tembilahan Tahap II Tahun

“ Pemanfaatan Saluran Komunikasi Dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat Oleh Pusat Pelayanan Informasi Dan Pengaduan ( Pindu) Pemerintah Kabupaten Pinrang ”.. Jurnal Komunikasi

Dari hasil pengukuran dan analisa diperoleh bahwa antenna wajanbolic adalah antenna directional yang mempunyai nilai gain sekitar 16 dBi dan mampu berkomunikasi dengan

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

Predicators: (Constant), modal, bahan baku, tenaga kerjas. Dependent

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

Penerapan Pendekatan Komunikatif (Al Madkhal Al Ittishal) Pada Keterampilan Berbicara (Al Maharah Al Kalam).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |