HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATEMATIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PROPOSAL TESIS O
L E H
BENGET MARBUN NIM. 061188230049
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATEMATIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
OLEH
BENGET MARBUN NIM. 061188230049
Disetujui Untuk Diajukan Seminar Proposal Tesis Medan, Pebruari 2011
Pembimbing I,
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd NIP. 19590807198303 1 033
Pembimbing II,
Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd NIP. 19631127198703 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATEMATIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PROPOSAL TESIS O
L E H
BENGET MARBUN NIM. 061188230049
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 12
A. Deskripsi Teoretis ... 12
1. Hakikat Matematika ... 12
2. Hakikat Balajar Matematika ... 14
3. Hakikat Hasil Belajar Matematika ... 25
4. Hakikat Persepsi Siswa Terhadap Matematika ... 32
5. Hakikat Kebiasaan Belajar ... 42
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46
C. Kerangka Berpikir ... 47
vi
2. Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Hasil
Belajar Matematika ... 48
3. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika dan Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Matematika ... 50
D. Rumusan Hipotesis ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 53
B. Populasi dan Sampel ... 53
C. Metode Penelitian ... 55
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 56
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 57
F. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 63
1. Analisis Validitas ... 65
2. Analisis Reliabilitas... 65
G. Teknik Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 68
A. Deskripsi Data Penelitian ... 68
1. Variabel Persepsi Siswa Terhadap Matematika (X1) ... 69
2. Variabel Kebiasaan Belajar (X2) ... 70
3. Hasil Belajar Matematika (Y) ... 71
B. Tingkat Kecenderungan Data Penelitian ... 72
1. Tingkat Kecenderungan Variabel Persepsi Siswa Terhadap Matematika (X1) ... 72
2. Tingkat Kecenderungan Kebiasaan Belajar (X2) ... 73
3. Tingkat Kecenderungan Hasil Belajar Matematika (Y) ... 73
C. Pengujian Persyaratan Analisis... 74
1. Uji Normalitas (Galat Taksiran) ... 74
D. Pengujian Hipotesis ... 77
1. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Matematika dengan Hasil Belajar ... 78
2. Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 80
3. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Matematika dan Kebiasaan Belajar Secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar Matematika ... 81
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
F. Keterbatasan Penelitian ... 89
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Implikasi ... 93
C. Saran ... 96
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Desain Penelitian ... 56 Gambar 2. Histogram Skor Variabel Persepsi Siswa terhadap
Matematika ... 70 Gambar 3. Histogram Skor Variabel Kebiasaan Belajar ... 71 Gambar 4. Histogram Skor Variabel Hasil Belajar ... 72 Gambar 5. Grafik Regresi Linier Sederhana Hubungan Antara
Persepsi Siswa terhadap Matematika dengan
Hasil Belajar ... 79 Gamba 6. Grafik Regresi Linier Sederhana Hubungan Antara
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mengisi kemerdekaan Pemerintahan Republik Indonesia telah menitik beratkan program pembangunan disegala bidang, yang dilaksanakan dibeberapa tahap pembangunan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Untuk itu tidak dapat dipungkiri bahwa manusia titik sentral setiap kegiatannya sekalipun pada era industrialisasi dengan kemajuan teknologi yang begitu canggih, meski bagaimanapun canggihnya suatu alat, namun manusialah yang akan berperan sebagai penentunya. Pembangunan jangka panjang diarahkan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri, dan sejahtera berdasarkan Pancasila.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia Indonesia maka sektor pendidikan semakin penting peranannya. Komponen yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud adalah guru sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran. Guru dalam melaksanakan tugasnya berdepoman pada kurikulum yang berlaku pada setiap jenjang dan strata sekolah yang menjadi bidang tugasnya.
2
menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk pembangunan secara baik. Namun sebaliknya akan menjadi beban pembangunan jika manusia itu tidak atau kurang berkualitas. Untuk itu perlu diusahakan agar manusia Indonesia cukup berkualitas sehingga dapat mendukung pembangunan.
Manusia berkualitas menyangkut multi aspek baik dari segi fisik maupun psikis disamping ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berkepribadian yang sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia. Berkaitan dengan masalah tersebut, masalah pendidikan merupakan posisi yang sangat menentukan. Seperti yang telah ditegaskan dalam pendidikan nasional bahwa tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman yang Bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Di samping itu, iklim yang dapat menumbuhkan percaya diri terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sisdiknas, Pasal 3).
3
sanggup untuk hidup, mandiri, dan ini merupakan indikator keberhasilan proses pembelajaran.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang melaksanakan proses pembelajaran berupaya agar para siswanya dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi, akan tetapi hingga saat ini mutu pendidikan kita masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil nilai Ujian Nasional (UN), khususnya matematika. Menurut H. Mudjiman (1996), gejala menurunnya kualitas pendidikan adalah hasil Ujian Nasional (UN) sebagai sistem evaluasi untuk mengukur daya serap siswa dalam menguasai mata pelajaran merupakan contoh konkrit pada kurun waktu tiga tahun terakhir prestasi mata pelajaran matematika masih rendah. Skor nilai Ujian Nasional (UN) yang paling rendah adalah mata pelajaran matematika, Mendiknas M. Nuh mengungkapkan, ketidak lulusan tertinggi karena mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Sementara jumlah siswa yang tidak lulus Matematika mencapai 2.391 anak (51,44%), Bahasa Indonesia sebanyak 1.786 (38,43%). (Harian Sinar Indonesia Baru, Rabu 25 Mei 2011). Dilain pihak matematika semakin diperlukan dalam perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan matematika dalam perkembangan suatu bangsa dimasa depan akan semakin penting, baik dalam makna formal (penataan nalar pembentukan sikap mental) maupun dalam makna material (terutama dalam penggunaan matematika).
4
perbaikan mutu pendidikan matematika pada khususnya, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan dan revisi buku pelajaran, serta meningkatkan kualitas pendidikan guru dari pendidikan Diploma I ditingkatkan melalui pendidikan penyetaraan ke Diploma III bahkan ketingkat pendidikan S-1 bagi guru SMP. Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah ini belum menampakkan hasil yang maksimal sebagaimana perolehan skor pada tes hasil belajar yang dilakukan guru. Oleh karena itu usaha meningkatkan mutu pengetahuan matematika siswa yang bermuara pada meningkatnya skor pada tes hasil belajar matematika yang diberikan kepada siswa harus dilakukan secara menyeluruh.
5
berprestasi, 8) Rasa percaya diri siswa, 9) Inteligensi dan keberhasilan belajar dan, 10) Kebiasaan belajar siswa.
Prestasi belajar tidaklah terbentuk begitu saja, faktor eksternal dan internal, serta faktor pendekatan yang digunakan dalam belajar sangat menentukan bagi peningkatan kualitas dan mutu pembelajaran, sekaligus prestasi belajar siswa. Karena itu sangatlah bijaksana bila ketiga faktor ini mendapat tempat dan perhatian, bila ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.
Sampai saat ini masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran matematika sukar untuk dipelajari, mungkin hal ini disebabkan siswa kurang memiliki keterampilan matematika yang memadai dan kurang menguasai konsep-konsep dasar matematika. Sesuai dengan pendapat Ruseffendi bahwa matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan yang dibenci. Seharusnya matematika merupakan pelajaran yang harus dipelajari untuk dapat diterapkan pada pelajaran yang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari, karena semua pengetahuan disusupi oleh pandangan matematika.
6
pemerintah seperti peningkatan mutu kualitas guru matematika melalui kegiatan pelatihan guru matematika, pembentukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan penyediaan alat-alat peraga matematika, namun demikian hasil yang didapat belum sepenuhnya berhasil sebagaimana diharapkan, bahkan banyak hal menunjukkan kemerosotan, bukan hanya penguasaan materi saja tetapi juga persepsi siswa terhadap matematika.
Mutu pendidikan yang merupakan hasil atau pencerminan serangkaian kegiatan-kegiatan belajar mengajar di dalam dan di luar kelas akan lebih meningkat jika komponen-komponen yang mendukung turut dikembangkan pemanfaatannya secara optimal. Komponen-komponen itu diantaranya adalah siswa yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda-beda, guru sebagai pengajar dan lain sebagainya. Oleh karena itu usaha peningkatan mutu hasil belajar matematika dalam hal ini di sekolah menengah pertama berarti harus meningkatkan optimalisasi faktor-faktor internal/faktor dalam diri siswa dalam belajar matematika. Untuk itu diperlukan suatu persepsi yang baik terhaap mata pelajaran matematika, dengan demikian diharapkan siswa dapat menyenangi dan dapat memahami pelajaran-pelajaran dengan baik.
7
manfaat kepada peningkatan prestasi belajar, untuk itu perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak terutama guru, bila persepsi siswa pada suatu mata pelajaran baik, maka dalam belajar siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran, akan tetapi bila persepsi siswa terhadap mata pelajaran kurang baik maka siswa akan merasa enggan bahkan malas untuk mengikuti pelajaran tersebut.
Selain persepsi, kebiasaan belajar juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kebiasaan belajar siswa dapat menentukan efektif tidaknya seseorang dalam belajar. Untuk itu, maka dalam mempelajari matematika, ketekunan dan kreatifitas siswa juga harus ditingkatkan. Namun demikian kebiasaan belajar yang baik cenderung kurang dimiliki oleh siswa saat ini. Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian besar siswa yang mengikuti pelajaran, lebih berorientasi untuk mengikuti pelajaran, mendapatkan ijazah. Dengan demikian mereka hanya terfokus pada kelulusan tanpa menerapkan kebiasaan belajar yang baik.
8 B. Identifikasi Masalah
Faktor dari siswa yang berhubungan dengan hasil belajarnya, namun besar kecilnya pengaruh yang dilakukan dari suatu hubungan tertentu belum dapat dilihat, faktor manakah yang besar pengaruhnya? Serta faktor mana yang kecil pengaruhnya? Atau apakah kedua faktor tersebut sama berpengaruh terhadap hasil belajar pada pelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Swasta Methodist se kota Medan? Dan berbagai kemungkinan hubungan yang erat antara faktor persepsi siswa terhadap matematika dan kebiasaan belajar siswa dengan hasil belajar matematika lahirlah beberapa pertanyaan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan faktor persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika? Apakah terdapat hubungan faktor kebiasaan belajar siswa dengan hasil belajar matematika? Bagaimana hubungan siswa yang mempunyai persepsi yang baik terhadap matematika dengan siswa yang mempunyai persepsi yang salah terhadap matematika dengan hasil belajar matematika? Bagaimana hubungan kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang kurang baik dengan hasil belajar matematika? Apakah persepi siswa terhadap matematika dan kebiasaan belajar siswa secara berdama-sama mempunyai hubungan dengan hasil belajar matematika?
C. Pembatasan Masalah
9
memfokuskan masalah pada persepsi siswa terhadap matematika dan kebiasaan belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Dalam masalah yang diteliti yang berhubungan dengan hasil belajar matematika, kawasan efektif dan psikomotor tidak dijadikan ukuran kemapuan siswa untuk melihat hasil belajar, kawasan kognitiflah yang dijadikan ukuran kemampuan siswa untuk melihat hasil belajar mereka. Untuk mempermudah penafsiran faktor-faktor yang dimaksud dalam penelitian ini maka yang dimaksud dengan persepsi siswa terhadap matematika adalah tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa terhadap palajaran matematika yang ditandai dengan adanya pengertian terhadap matematik, manfaat serta kegunaan matematika, yang dimaksud dengan kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan siswa yang dialkuakn secara sengaja, terencana, berulang, teratur, dan terus menerus dalam melaksanakan aktifitas belajar. Kebiasaan belajar tersebut meliputi kebiasaan yang dilakukan dalam rutinitas belajar yang terjadwal, mencatat, membaca, menghapal, dan mengkaji ulang bahan pelajaran. Hasil belajar matematika yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa, setelah mengikuti pelajaran matematika pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
10
2. Apakah terdapat hubungan positif kebiasaan belajar dengan hasil matematika? 3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap matematika dan
kebiasaan belajar dengan hasil belajar matematika?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum kegiatan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan tentang untuk mengetahui :
1. Hubungan positif persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika.
2. Hubungan positif kebiasaan belajar dengan hasil belajar matematika
3. Hubungan positif persepsi siswa terhadap matematika dan kebiasaan belajar dengan hasil belajar matematikapermasalahan mengenai keterhubungan antara faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan :
Dari hasil penelitian ini akan diperoleh data dan informasi yang jelas tentang hasil belajar matematika siswa SMP Swasta Methodist se kota Medan dalam hubungannya dengan persepsi siswa terhadap matematika dan kebiasaan belajar yang dimiliki siswa.
11
Selanjutnya secara praktis penelitian ini diharapkan :
Bagi siswa informasi di atas, akan memberikan manfaat untuk memperbaiki persepsi mereka terhadap matematika dan memperbaiki kebiasaan belajar mereka agar dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Bagi para guru matematika berguna dalam menciptakan kondisi belajar yang lebih mendukung terhadap pembelajaran matematika.
98
DAFTAR PUSTAKA
Alexanur, OFM. (1993). Menemukan Diri, Jakarta, Bina Pura Aksara.
Anderson, L. W., D.R. Krathwohl, P.W. Airasian, K.A. Cruikshank, R.E. Mayar P.R. Pintrich, J. Rath and M.C. Wittrock. (2001). A. Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing; a revision of Bloom’s taxanomy of
edi cational objectivas. New York : Longman.
Anthony, R. (1993). Keberhasilan Total. Jakarta, Bina Pura Aksara.
Arifin, Zainul. (1991). Evaluasi Intruksional. Bandung, Remaja Rosda Karya Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ary, D, J, Lucy Chese dab Razavich, Asghar. (1985). Introduction To Research
In Educational. New York : Holt, Rinehart and Winston.
Ausubel, David D, Joseph D. Novak, and Helen Hanesian. (1968). Educational
psychology. A. cognitive view. Toronto : Holt Rinehart and Winston.
Aziz, Abdul El Quussy. (1974). Pokok Kesehatan Jiwa Mental. Jakarta : Bulan Bintang.
Bandura. (1977). A. self Efficacy Toward a Unifying Theory of Behavioral
Change. Psychological Review. Volume 84. Hal. 30 – 36
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. New York : Longman Inc.
Breaneeke, J. and Robert, A. (1978). Psychology and Human Experience. New york : Glancol Publishing.
Chaplin, (1990). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta : Rajawali.
Covey. (1994). Kebiasaan Manusia yang sangat Efektif. Jakarta : Pradnya Paramita.
99
Effendy, I.U, (1998). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Laingkungan
tuk Mewujudkan Program Bestari di Kotamadya Medan, Thesis. Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara, Tidak di Publikasikan.
Frandson, N.A. (1967). How Children Learn. New York : Mc Graw Hill Book Freire. Paulo, dkk. (2000). Menggugat Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Gagne, Robert M, Briggs, Leslie J. dan Wager, Walter W. (1992), Principle of
Instructional Design. New York : Harcourt Brace Jovanovich College
Publisher.
Maslow, terjemahan supratigna. Yogyakarta : Kanisius.
Good, Thomas L dan Brophy, Jere E. (1990). Educational Psychology : A
Realistic Approach. Fourt edition. New York dan London : Longman.
Gredler, Margaret E. Bell. (1991). Belajar Dan Membelajarkan. Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Gulo, D. (1982). Kamus Psikologi. Bandung : Tonis
Gunarsa, G. (1986). Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.
Hadi, S. (1990). Metodology Research II. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Percasya Diri. Jakarta : Puspa Suara Hakim, Andi Nst. (1980). Landasan Matematika. Jakarta : Bina Karya Aksara Harian Media Indonesia. (2003). Mendikbud Prihatin Nilai Matematika. Hartono. (1984). Percaya Diri Dalam Pendidikan. Jakarta : Arcan.
Hartono, Bambang. (1994). Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta : BPK Gunung Mulia
100
Kemp. Jerrold, E dan Dayton, Deane K. (1985). Planning and producing
instructional Media. New York : Harper dan Row, Inc
Kerlinger, Fred N. (1973). Foundation of Behaviour Research. New York : Holt Rinchart dan Winston, Inc
Kline, Morris. (1994). Matematika Ilmu Dalam Perspektif. Ed. Suriasumantri, Jujun S, Jakarta : Gramedia
Koentjaraningrat. (1984). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta, Kanisius
Kumara. (1988). Psikologi Sosial. Jakarta : Kanisius
Liris. (1997). Pengaruh Keikut Sertaan Dalam Program Pengembangan Pribadi
Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Sekolah Pengembangan Pribadi John Robert Power. Jakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Lauster, Peter. (1990). Tes Kepribadian, Jakarta : Bumi Aksara
Mangun Sarkoro, S. (1981). Ilmu Adab dan Kemasyarakatan. Jakarta : Harapan Masa.
Rasyid, Joni. (2001). Hubungan Hasil Belajar Fisika Dengan Kemampuan Awal
Matematika Dan Motivasi Belajar. Jakarta : Tesis Program Pascasarjana
UNJ.
Rusefendi, ET. (1979). Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Bandung : Tarsito.
Sarwono, W.S. (1976). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang. Shophian, Catherine. (1996). Development Psychology Series, Children’s
Numbers. Colorado : Catherine Shophian.
Sheerer, Elizabeth dan Balnadi. (1984). Kompetensi Guru dan Kesehatan Mental. Bandung : Angkasa.
Skemp. Richard R. (1982). The Psychology of Learning Mathematics. Hardmon Sworth. Middlesex : Penguin Books.
Slameto. (1988). Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Bina
Aksara.
101
_______ (1992). Teknik Analisis Regresi Korelasi. Bandung : Tarsito.
Soekamto, Toeti dan Winataputra Udin S. (1996). Teori Belajar dan
Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suryabrata, Sumadi. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta Rajawali.
Suryo, P. (2002). Hubungan Persepsi Siswa dan Keterampilan Belajar Mandiri
dengan Hasil Belajar Matematika. Survay di UT. Jakarta : Tesis Pasca
Sarjana
Syah. Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru. Bandung : Rosda Karya.
Syamonds, A. (1949). Teach Your Self Personal Efficieny. London : The English Universities Press.
Tamrin. (1986). Menguatkan Keyakinan Diri. Jakarta : Pustaka Delapratasa. Team Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Jakarta : Balai Pustaka. Thomas, L. Goog dan Jere E. Brophy. (1990). Educational Psycology A Realistic
Approach Fourth Edition. New York and London : Longman.
Watterman, AS. (1988). Identity in Adolescence Process and Content. San Fransisco : Jossey Basa Inc.
Wibowo, S. (1987). Persepsi Pengunjung Tentang Lingkungan Rekreasi dan
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Bogor : Tesis Pasca Sarjana
IPB, Tidak di Publikasikan.
Zimbardo, Philip G dan Leippe. Michael R. (1991). The Psychology of attitude