• Tidak ada hasil yang ditemukan

IRINGAN GENDING DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT PADA CERITA PETRUK JADI RATU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IRINGAN GENDING DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT PADA CERITA PETRUK JADI RATU."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IRINGAN GENDING DALAM PERTUNJUKAN

WAYANG KULIT PADA CERITA

PETRUK JADI RATU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

JULIANDI SYAHPUTRA NIM : 209342001

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Iringan Gending Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Pada Cerita Petruk Jadi Ratu (Studi Terhadap Struktur dan Bentuk Musik)”

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis mengalami berbagai kesulitan. Namun, berkat Doa, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni

Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan dan selaku dosen pembimbing saya yang telah memberi masukan dan arahan serta membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Nurwani S. St, M.Hum selaku dosen pembimbing Akademik dan dosen

narasumber yang selalu memberi arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Mukhlis Hasbullah, M.Sn selaku dosen narasumber yang memberi masukan

dan arahan

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS Unimed yang

(6)

iii

8. Seluruh pihak yang terlibat di Sanggar Condong Roso yang telah memberikan

informasi dan waktu kepada peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis.

9. Kedua Orang Tua saya tercinta ayahanda Batuki dan ibunda Ngatinem,

Saudara - saudaraku kak Ida, kak Inung, kak Adek, bang Juanda, terima kasih untuk Doa, kesabaran, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai kepada Skripsi.

10. Teman terdekat Nita Purwasih, AMK yang selalu memberi semangat dan

motivasi saat penulis merasa lelah dan jenuh dalam menyelesaikan Skripsi ini

11. Teman-teman satu kost Sarmin S.Pd I (Pak Mimin), M. Awaluddin

Tambunan S.si (Wel), Imam Rifai (Imam), Irvan Tanjung (Mas Bro), Apheles Taudky Bangun (Toples) yang telah memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan Seni Musik 09 yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu, namun senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk mengembangkan kemampuan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan skripsi ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Medan, Maret 2014

Penyusun

(7)

i

ABSTRAK

Juliandi Syahputra. NIM 209342002. Iringan Gending Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Pada Cerita Petruk Jadi Ratu (Studi Terhadap Struktur dan Bentuk Musik). Jurusan Sendratasik. Program Studi Pendidikan Seni Musik. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.

Tujuan Penelitian ini adalah kajian mengenai iringan gending dalam pertunjukan wayang kulit pada cerita petruk jadi ratu.

Dalam pembahasan penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti pengertian iringan, pengertian gending, seni pertunjukan, pengertian wayang kulit, pengertian struktur dan bentuk musik.

Metode yang digunakan untuk membahas iringan gending dalam pertunjukan wayang kulit pada cerita petruk jadi ratu ini adalah deskritif kualitatif. Penulis mengambil sebagian populasi sebagai sample penelitian yaitu pada jumlah pemain wayang dan beberapa pemuka masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Cerita Petruk jadi Ratu itu sebenarnya bukan lakonnya orang bodoh jadi raja, atau

lakonnya orang kecil beraji mumpung, tetapi sebenarnya adalah lakon mencoke

wahyu marang kawula (hinggapnya wahyu pada diri rakyat). Iringan gending

wayang kulit terbagi atas 3 pathet (Menunjukkan waktu) yaitu pathet nem

(Dimulai dari pukul 21.00 sampai 00.00) pathet sanga (Dimulai dari pukul 00.00

sampai 03.00) dan pathet manyura (Dimulai dari pukul 03.00 sampai 05.00).

Struktur dan bentuk iringan musik pada cerita petruk jadi ratu dari adegan pertama

hingga akhir diiringi dengan ayak-ayak manyura, sampak 6, gending tlutur,

(8)

iv

BABII LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 9 A. Landasan Teoritis... 9

1. Pengertian Iringan ... 9

2. Pengertian Gending ... 10

3. Laras Musik Dalam Karawitan ... 12

4. Instrumen Gamelan Ditinjau dari Fungsi dan Kegunaannya ... 13

5. Seni Pertunjukan ... 21

6. Wayang ... 23

(9)

v

8. Tokoh Petruk ... 24

9. Alur Cerita ... 25

10. Struktur dan Bentuk Musik ... 26

11. Bentuk Penyajian ... 28

B. Kerangka Konseptual... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Metodologi Penelitian... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 38

A. Gambaran Umum Kabupaten Labuhanbatu Utara ... 38

B. Wayang Kulit Di Labuhanbatu Utara ... 40

C. Skema Tempat Pertunjukan Wayang Kulit ... 42

D. Ringkasan Cerita Petruk Jadi Ratu ... 43

E. Struktur dan Bentuk Musik ... 50

(10)

vi

Sampak 6 ... 58

Gending Tlutur ... 61

Sampak 9 ... 63

Sampak Manyura ... 66

Gending Gangsaran ... 69

Gending Ricik-ricik ... 71

Gending Ayak-ayak Pamungkas ... 73

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 76

1. Kesimpulan ... 76

2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa ... 39

(12)

viii

DAFTAR FOTO

Foto 1. Kedatangan Petruk menagih janji di kerajaan Dworowati ... 44

Foto 2. Petruk dihajar oleh prabu Baladewa ... 45

Foto 3. Petruk bertapa dan didatangi oleh orang tua ... 46

Foto 4. Petruk dirubah wujudnya menjadi raja ... 47

Foto 5. Petruk memberi Petunjuk kepada para raja ... 48

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan

mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

Etimologi istilah seni berasal dari bahasa sansekerta yaitu san yang berarti

penyembahan dalam upacara keagamaan.

Seni merupakan hasil karya manusia yang diungkapkan secara artistik.

Pengungkapan ini menunjukkan kemahiran teknis dan merupakan wujud yang

dapat dilihat atau didengar sehingga ikut memberikan kebahagiaan hidup.

Disadari atau tidak, disetiap kehidupan manusia selalu membutuhkan seni. Baik

itu seni yang dinikmati unsur keindahannya maupun seni yang dinikmati karena

kegunaan dan fungsinya. Salah satunya adalah seni musik, seni yang

menggunakan media bunyi sebagai sarana pengungkapan ekspresi senimannya.

Terkadang musik dianggap sebagai properti yang mampu memperkuat suasana

magis dalam ritual-ritual tertentu, misalnya saja sebagai pengiring upacara

keagamaan atau adat istiadat.

Bangsa Indonesia memiliki banyak suku dan adat istiadat yang

berbeda-beda. Setiap suku dan adat-istiadat memiliki tradisi kesenian yang berbeda-beda

pula. Musik daerah adalah salah satunya, karena musik ini adalah musik yang

lahir dari budaya daerah yang lazim disebut dengan musik tradisional. Musik

daerah disebut juga dengan musik etnik yaitu jenis musik yang tumbuh dan

berkembang pada masyarakat tertentu. Jenis musik tradisional sangat erat

(14)

2

kaitannya dengan kehidupan etnis tertentu baik dari aspek religi, adat-istiadat,

maupun sebagai hiburan.

Akan tetapi karena arus perpindahan penduduk yang didorong budaya

merantau, banyak tempat di Indonesia dihuni oleh suku bangsa pendatang yang

tinggal di luar kawasan tradisional sukunya. Misalnya saja suku Jawa yang ada di

Sumatra. Sekarang sudah banyak masyarakat atau suku Jawa yang menetap dan

tinggal di Sumatera. Oleh sebab itulah kesenian tradisional masyarakat Jawa bisa

sampai ke Sumatera.

Masyarakat Jawa memiliki berbagai kesenian tradisional yang mengakar

pada kepribadian sendiri, satu diantaranya adalah seni pertunjukan wayang kulit.

Kesenian wayang kulit adalah kesenian asli etnis Jawa yang telah diakui oleh

masyarakat Jawa sebagai kesenian yang mempunyai nilai kesenian tinggi dan

yang mampu menyerap kesenian manca negara dengan tetap berpijak pada bentuk

dan tradisi kesenian wayang kulit yang asli. Oleh karena itu, seni wayang kulit

merupakan salah satu keseniaan tradisional yang pertama-tama perlu

dipertahankan, dilestarikan, dan dikembangkan sebagai identitas maupun bukti

jati diri Jawa Tengah khususnya, Indonesia pada umumnya.

Wayang adalah salah satu seni budaya bangsa Indonesia yang paling

menonjol. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara (musik), seni tutur, seni

sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang dari zaman ke zaman juga

merupakan media penerang, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta

(15)

3

Peran seni suara (musik) dalam seni pewayangan sangat berpengaruh pada

cerita yang akan dibawakan. Karena musik berperan sebagai pendukung suasana,

dapat menegaskan lakon dan menciptakan efek suara yang melengkapi sebuah

adegan dalam pertunjukan.

Pada musik iringan gending wayang kulit terdiri dari pathet nem, pathet

sanga, dan pathet manyura. Sebagai peneliti saya ingin mengetahui bagaimana

bentuk musik yang menandakan bahwa pertuk seorang rakyat kecil, kemudian

bagaimana musik ketika petruk sudah menjadi raja.

Pada cerita waktu Petruk menjadi ratu, banyak orang menertawakannya.

Menurut banyak orang, Petruk jadi Ratu itu hanyalah lakon impian, lakon

lamunan rakyat bawahan yang tak dapat memperbaiki keadaan. Mana mungkin

rakyat miskin dan bodoh menjadi raja kaya dan bijaksana? Ada pula yang

mengatakan lakon itu adalah pasemon (sindiran) tentang kere munggah mbale

(gelandangan yang menjadi kaya dan lupa daratan). Ada juga yang mengejek,

lakon itu hanyalah dagelan untuk menghibur orang miskin. Dan sebagian lagi

berpendapat, Petruk jadi ratu itu kisah aji mumpung (kebetulan), di mana orang

miskin menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Di zaman Belanda dulu,

Petruk jadi Ratu juga hanya dipandang sebagai guyonan. Petruk disebut sebagai

jendral berkuasa, yang memerintah semua belantara. Di negaranya, Lojitengara,

menghisab candu dihalalkan, main judi dinaikkan derajatnya menjadi spot utama,

yang dipopulerkan bagi semua warga negara. Dari dulu sampai sekarang, baik

orang Jawa ataupun Belanda, mereka semua ternyata banyak tidak mengerti

(16)

4

menganggap hamba sahaya yang kecil dan miskin ini, menggunakan kesempatan,

berpestaria menjadi raja. Petruk jadi Ratu itu bukan lakonnya orang bodoh jadi

raja, atau lakonnya orang kecil beraji mumpung, tapi lakon mencoke wahyu

marang kawula (hinggapnya wahyu pada diri rakyat)".

Dalam setiap lakon dapat diambil suri tauladan atau makna yang tersirat

dan tersurat dalam setiap lakon agar manusia dapat mengambil hikmahnya.

Nurgiyantoro (1998;36) cerita wayang sarat pesan dan nilai yang bermanfaat,

maka sering dijadikan sumber pencarian nilai baik secara filosofis, religious, etnis

maupun estetis. Sistem nilai wayang bahkan dipercaya dan dijadikan pandangan

hidup oleh kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai kedudukan

penting dalam kehidupan manusia karena mendasari dan menuntun tingkah laku

untuk mencapai tujuan hidup. Sistem nilai ini pula yang melindungi kehidupan

manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dari

kekuatan-kekuatan destruktif, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri sendiri,

dari masyarakat maupun luar masyarakat sendiri. Dengan demikian, peranan

wayang lebih sebagai dasar filosofi masyarakat Jawa, disamping ajaran-ajaran

yang disampaikan oleh pujangga Jawa.

Kesenian tradisional wayang kulit padat dengan nilai filosofis, nilai

simbolis, dan nilai historis (adhiluhung) pernah mengalami puncak kejayaan dan

masih diagungkan keberadaannya sampai sekarang. Begitu besar perhatian

masyarakat Jawa terhadap keberadaan wayang ini, maka wayang dianggapnya

sebagai dasar filosofis masyarakat Jawa. Bahkan dahulu banyak orang-orang Jawa

(17)

5

Dalam masyarakat Jawa berbagai cerita memberikan makna terhadap berbagai

perilaku dan watak manusia dalam rangka pencapaian tujuan hidup.

Di daerah Kabupaten Labuhanbatu khususnya di desa Wonosari

lingkungan III terdapat sanggar kesenian Jawa. Nama sanggar ini adalah Condong

Roso dibawah managemen bapak Cokro sebagai pimpinan sanggar. Sanggar ini

melestarikan kesenian dari kebudayaan Jawa seperti Wayang Kulit, Jaran Kepang,

Karawitan, Campur Sari, Ruwatan. Latihan dilaksanakan dua kali dalam

seminggu yaitu setiap malam kamis dan malam minggu. Untuk proses latihan

bapak Cokro tidak melatih para anggota sendirian. Beliau dibantu oleh istri dan

anaknya. Biasanya untuk latihan pemusiknya, anak dari bapak Cokro lah yang

melatihnya. Sedangkan bapak Cokro biasanya melatih untuk pendalangan dan

istrinya melatih bagian penyanyi atau sinden.

Sanggar ini juga memproduksi alat-alat musik tradisional Jawa seperti

alat-alat musik gamelan. Sudah banyak dari berbagai daerah ataupun desa yang

membeli alat-alat musik tradisional Jawa dari sanggar ini. Kebanyakan biasanya

orang-orang yang datang ke sanggar ini membeli satu set alat musik untuk

pertunjukan Jaran Kepang. Karena di Kabupaten Labuhanbatu banyak terdapat

grup-grup kesenian Jaran Kepang. Untuk pembelian pun harus dipesan terlebih

dahulu.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk dijadikan topik

penelitian. Maka dari itu penulis mengambil judul “Iringan Gending Dalam

Pertunjukan Wayang Kulit Pada Cerita Petruk Jadi Ratu (Studi Terhadap Struktur

(18)

6

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan penguraian masalah yang timbul secara

satu persatu dengan tujuan agar penelitian atau pembahasan yang dilakukan

menjadi terarah serta cakupannya tidak terlalu luas.

Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka

permasalahan penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses latihan dan sistem managemen kelompok paguyuban

wayang kulit condong roso?

2. Bagaimana ragam alat musik dan formasi alat yang digunakan pada iringan

gending wayang kulit?

3. Bagaimana minat dan tanggapan masyarakat terhadap kesenian wayang kulit?

4. Bagaimanakah alur cerita Petruk jadi ratu?

5. Bagaimana struktur dan bentuk musik gending dalam pertunjukan wayang

kulit pada cerita petruk jadi ratu?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan

kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah

untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Oleh karena cakupan masalah yang berkaitan dengan kajian iringan

gending dalam pertunjukan wayang kulit pada cerita petruk jadi ratu tersebut,

(19)

7

1. Bagaimanakah alur cerita Petruk jadi ratu?

2. Bagaimana struktur dan bentuk musik gending dalam pertunjukan wayang

kulit pada cerita Petruk jadi ratu?

D. Rumusan Masalah

Rumusan merupakan jabaran yang rinci dari sebuah topik penelitian. Oleh

karena itu rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena

penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana

terpapar pada rumusan masalahnya. Bedasarkan uraian latar belakang masalah,

identifikasi masalah, maka permasalahan diatas dirumuskam yaitu:

“Bagaimanakah Iringan Gending Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Pada Cerita

Petruk Jadi Ratu?”

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian manusia senantiasa berorientas kepada ujian, salah satu

keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Tujuan penelitian

selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang

akan dicapai. Berhasil atau tidaknya hasil penelitian yang dilakukan terlihat dari

tercapai tujuan penelitian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui alur cerita Petruk jadi ratu.

2. Untuk mengetahui struktur dan bentuk musik gending dalam pertunjukan

(20)

8

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai iringan gending dalam pertunjukan wayang kulit pada cerita Petruk

jadi ratu.

2. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki

hubungan dengan topik penelitian ini.

(21)

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka dapat

disimpulkan:

1. Cerita Petruk jadi ratu adalah cerita seorang rakyat yang mendapat mukjizat

dari Yang Maha Kuasa untuk memberikan petunjuk kepada para petinggi

kerajaan agar menjadi raja yang sebenar-benarnya, menjaga amanah rakyat,

dan agar dapat menjadi suri tauladan para rakyatnya.

2. Dalam iringan gending wayang kulit ada 3 pathet utama (menunjukkan

waktu) yaitu phatet nem, pathet sanga dan pathet manyura. Namun dalam

pembahasan ini sebelum memasuki pathet nem disisipkan gending ayak-ayak

manyura yang befungsi sebagai gending pembukaan.

3. Pada adegan babak kedua setelah memasuki gending pathet sanga disisipkan

lagi ayak-ayak manyura, ini berfungsi sebagai penjelasan bahwa

permasalahan cerita pada adegan pertama mempunyai hubungan

permasalahan pada adegan pada babak pertama.

4. Dalam iringan gending pada cerita petruk jadi ratu, nama-nama gending yang

dimainkan adalah ayak-ayak manyura, sampak 6, gending tlutur, sampak 9,

sampak manyura, gangsaran, ricik-ricik, dan gending ayak-ayak pamungkas.

(22)

77

2. Saran

Berdasarkan dari beberapa kesilmpulan di atas, peneliti mengajukan

beberapa saran, antara lain:

1. Dalam acara pelantikan ataupun penyambutan para petinggi Negara misalnya

saja camat, bupati, gubernur dan lain sebagainya, hendaknya cerita Petruk

jadi ratu ini sering dibawakan. Karena dalam cerita ini menyampaikan pesan

agar pemimpin harus menjadi pemimpin yang menjaga amanat rakyat.

Hendaknya kesenian wayang kulit tetap dilestarikan dan diajarkan kepada

(23)

78

DAFTAR PUSTAKA

Artik. (2012), Peran Wayang Kulit Dalam Penguatan Kebudayaan Nasional.

Jurnal. Semarang: IKIP Veteran Semarang

Asmito. (1988), Sejarah Kebudayaan Indonesia. IKIP-Semarang: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Bahari, Nooryan. (2008), Kritik Seni, Wacana Apresiasi Dan Kreasi. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Dibia, I Wayan, (2004), Pragina, Penari, Aktor, dan Pelaku Seni Pertunjukan

Bali. Malang: Sava Media.

Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni

Pertunjukan Indonesia

Esdaswara, Suwardi. (2006), Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama

Havilland, A. Wiliam. (1999). Function and Form of Presentation of Music

Tradition

Heragoen, Raditha Yuka. (2009), Aspek-Aspek Simbolik Gunungan Wayang Kulit

Purwa Gaya Surakarta. Skripsi. Jakarta: Univesitas Indonesia

Jamalus, A.T Mahmud. (1981). Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Mukhlis, Paeni. 2009.Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Mulyono, Sri. (1982), Wayang. Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta:

PT Gunung Agung

___________, (1983), Wayang dan Karakter Manusia. Jakarta: PT Gunung

Agung

Murgiyanto, Sal. (2002). Kritik Tari, Bekal Dan Kemampuan Dasar. Jakarta:

Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

Nazir, Moh. (2009), Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Nurgiyanto, Burhan. (1998), Transformasi Unsur Pewayangan Dalam Fiksi

Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

P.Ardi, Yogyasmara (2010), Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah. Skripsi.

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(24)

79

Sholihah, Amirul. (2008), Makna Filosofis Punakawan Dalam Wayang Jawa

(Lakon Wahyu Makutharama). Skripsi. Jogjakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Soedarsono, R.M. (1998), Seni pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sukardi. (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara

Susanto, Andri. (2012), Wayang Beber Dan Perkembangan Islam. Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

http://www.tembi.net/id/news/bale-dokumentasi-resensi-buku/seni-pertunjukan-tradisional--nilai--fungsi-dan-tantangannya-2911.html

http://blog.isi-dps.ac.id/bariawan/istilah-karawitan-dan-gamelan-di-jawa

http://id.shvoong.com/humanities/arts/1905136-campursari-identitas-di-dalam-musik/

http://adi2012.wordpress.com/author/adi2012/page/7/

http://www.isi-dps.ac.id/berita/sajian-komposisi-karawitan-dalam-wacana-estetika-postmodern

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa ..................................  39

Referensi

Dokumen terkait

Pada kultur dengan penambahan limbah cair tahu 15% dan 20% terlihat kandungan gula total semakin meningkat dari awal pertumbuhan hingga hari ke-45, namun diperlihatkan

KESIMPULAN Semua galur inbrida jagung telah memenuhi aspek keunikan karena telah berbeda 8 karakter dengan varietas pembandingnya pada karakter, bentuk ujung daun pertama,

 Tampilkan field OrderNo dan Saledate dari tabel Orders yang tahun dari field. SaleDate (Year from Saledate) adalah 1988 dan bulan dari field Saledate (month from Saledate) adalah

Bentuk abreviasi ini dibentuk melalui proses pemertahanan dua suku kata pertamanya dari kata pertama yang dibentuknya, juga mempertahankan suku kata kedua dari bentuk dasar

Untuk merencanakan banyaknya air hujan yang dapat ditampung guna untuk memenuhi kebutuhan air bulanan untuk keperluan toilet dan pertamanan di Gedung IV Fakultas Teknik

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah oleh guru Geografi pada materi bumi dan jagad raya dengan hasil belajar

(menayangkan judul slide powerpoint) - Baiklah pada pertemuan kali ini bu heni akan membahas topik/materi tentang “pentingnya menjaga kesehatan tubuh” Tujuannya adalah

quantum teaching. Model quantum teaching sebagai salah satu model yang memerlukan keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran