• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPE Aspek Etos Kerja Pada Tokoh Utama Dalam Film Tampan Tailor Karya Guntur Soeharjanto: Kajian Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASPE Aspek Etos Kerja Pada Tokoh Utama Dalam Film Tampan Tailor Karya Guntur Soeharjanto: Kajian Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

 

ASPEK ETOS KERJA PADA TOKOH UTAMA DALAM FILM TAMPAN TAILOR KARYA GUNTUR SOEHARJANTO: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAIBAHAN AJAR SASTRA DI SMA

Roviana, Ali Imron Al-Ma’ruf, dan Joko Santoso Universitas Muhammadiyah Surakarta

30993rovi@gmail.com Abstrak

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) latar sosio-historis Guntur Soeharjanto beserta karya-karyanya, (2) struktur pembangun film Tampan Tailor, (3) aspek etos kerja pada tokoh utama film Tampan Tailor dikaji dengan psikologi sastra, dan (4) mengimplementasikan aspek etos kerja dalam pembelajaran sastra di SMA. Jenis penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan strategi penelitian studi kasus terpancang. Adapun objek yang diteliti adalah aspek etos kerja tokoh utama dalam film Tampan Tailor

karya Guntur Soeharjanto dengan tinjauan psikologi sastra. Data yang digunakan berupa percakapan yang mengandung makna aspek etos kerja dalam film Tampan Tailor. Sumber data primer berupa DVD film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto dan sumber data sekunder menggunakan buku-buku yang relevan, misalnya penelitian yang terkait dengan etos kerja. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik analisis data menggunakan pembacaan model semiotik yang terdiri atas pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil dari penelitian ini ada empat yakni, (1) analisis latar sosio-historis Guntur Soeharjanto yang berasal dari Temanggung, Jawa Tengah yang telah menghasilkan beberapa film, (2) hasil analisis struktural yang ada dalam film Tampan Tailor yakni, tema dalam film Tampan Tailor digambarkan perjuangan seorang ayah yang berprofesi sebagai tukang jahit miskin hanya untuk membahagiakan anak semata wayangnya. Ada beberapa tokoh yang ada dalam Film Tampan Tailor yakni, Topan, Bintang, Prita, Darman, Atun, Supri, dan Pak Kris. Alur yang digunakan adalah alur maju. Latar pada film dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial, (3) hasil analisis ditemukan adanya apek etos kerja pada tokoh utama dalam film Tampan Tailor. Aspek etos kerja terdiri dari tiga yaitu aspek keahlian interpersonal, aspek inisiatif, dan dapat diandalkan, (4) aspek etos kerja dalam film tersebut dapat diimplementasikan sebagai pembelajaran sastra di SMA.

Kata kunci: aspek etos kerja, film Tampan Tailor, psikologi sastra, pembelajaran sastra

(4)

 

A. PENDAHULUAN

Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya proses kreativitas dari pengarang yang menuangkan gagasannya melalui berbagai proses, bisa lewat tulisan maupun ungkapan. Imajinatif pengarang bisa digali

dari realitas kehidupan yang dihadapi pengarang. Pengarang dalam melahirkan karya sastra biasanya mencerminkan watak atau karakter dari pengarang itu sendiri yang berpedoman dengan etos kerja karena etos kerja sendiri bisa dikatakan sifat-sifat yang dimiliki mengenai cara kerja seseorang.

Aspek etos kerja bisa dikatakan manusia yang memiliki cita-cita dan harapan untuk mencapai keberhasilan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut manusia harus berperilaku disiplin, tanggung jawab, kerja keras, dan berkomitmen dalam pekerjaan tertentu, sehingga dalam proses mencapai keberhasilan manusia bisa kerja dengan positif.

Adapun alasan diangkatnya aspek etos kerja dalam film Tampan Tailor

sebagai bahan kajian karena cerita yang ada dalam film ini dikisahkan masalah kemiskinan yang dialami seorang ayah yang menjadi profesi sebagai tukang jahit untuk mencapai kesuksesan dengan berperpedoman pada etos kerja. Etos kerja di film ini berbeda dengan film lain. Jarang sekali ada film yang mengisahkan tokoh utama

yang berprofesi sebagai tukang jahit yang berkualitas tinggi sehingga mencapai kesuksesan dengan kerja yang positif.

Penulis melakukan penelitian terhadap tokoh utama karena dalam film ini menggambarkan tokoh utama yang menonjol atau berdominan dalam cerita dan mempunyai kualitas kerja yang baik. Di film ini tokoh utama dalam mengalami etos

kerja selalu berkaitan erat dengan kejiwaan, yakni kemiskinan yang dialami membuat tekanan batin tokoh utama meningkat karena kegagalan dalam membahagiakan anaknya, sehingga psikologi tokoh utama sangat terlihat.

Penulis memilih psikologi sastra sebagai pendekatan dalam penelitian ini

dikarenakan etos kerja dalam film Tampan Tailor sangat berhubungan erat dengan kejiwaan sebagaimana karakter atau kebiasaan tokoh utama dalam film Tampan Tailor terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap pekerjaan. Hal ini terlihat dalam film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto yang menceritakan realita kehidupan tokoh utama menjadi tukang jahit miskin dengan melakukan

(5)

 

aspek etos kerja dengan psikologi sastra yakni perilaku yang muncul dari diri seseorang dan ditanamkan pada kegiatan yang dilakukan atau kebiasaan keseharian dalam bekerja.

Banyak film Guntur Soeharjanto yang menarik, tetapi peneliti memilih film

Tampan Tailor untuk dikaji karena film ini diangkat dari realita kehidupan sang

sutradara, yakni kedekatan Guntur Soeharjanto dengan ayahnya. Beberapa adegan yang ada dalam film ini juga salah satu inspirasi dari kenangan Guntur bersama ayahnya. Sebagaimana dikisahkan kedekatan seorang anak dengan ayahnya merupakan hubungan yang sangat menarik dan jarang diangkat di perfilman, sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto.

Guntur Soeharjanto merupakan sutradara kreatif terbukti pernah mendapatkan piala vidia di vestival perfilman Indonesia dan setiap karyanya selalu diselipi dengan bahasa Jawa, yakni asal Guntur dilahirkan. Karya Guntur juga berdominan dengan kisah kehidupannya sendiri bukan hanya mengarang cerita saja. Meskipun nama

Guntur Soeharjanto belum banyak dikenal masyarakat, tetapi Guntur bisa mengikat hati penonton sehingga bisa mengenal karya yang telah dilahirkannya.

Penulis tertarik untuk mengkaji karya Guntur Soeharjanto, karena sutradara yang satu ini dalam melahirkan film selalu diambil dari realita kehidupan dan ceritanya sangat menyentuh. Bisa terbukti film Tampan Tailor ini dibuat dengan hati

karena film ini dipersembahkan buat ayah Guntur tercinta. Dalam penulisan naskahpun penulis tanpa campur tangan untuk menambahkan karangan cerita.

Fllm Tampan Tailor digunakan sebagai bahan ajar karena film tersebut banyak memberikan cerita yang positif. Di dalam film Tampan Tailor terdapat kata-kata motivasi mengenai etos kerja yang mendorong peserta didik untuk termotivasi dalam

cerita tersebut. Satra merupakan bidang keilmuan di bidang akademi. Pembelajaran sastra di sekolah masih menghadapi berbagai masalah. Hal tersebut dapat dilihat dari minimnya implementasi sastra dalam pembelajaran. Pendidik pada umumnya masih menekankan pada aspek kebahasaan saja

Pada umunya pengajaran sastra di sekolah masih menitikberatkan aspek kognitifnya saja, sehingga siswa sekadar tahu judul-judul film dan pengarangnya saja. Nilai-nilai yang terkandung dalam film sebagai bagian esensial dalam karya sastra justru tidak tersentuh dalam pembelajaran sastra. Pengajaran sastra di sekolah juga masih kurang maksimal karena biasanya pendidik hanya menjelaskan film dan unsur

(6)

 

dikaji. Peneliti memilih bahan ajar sastra untuk SMA karena peserta didik di SMA sudah memliki bekal dari SMP tentang unsur-unsur intrinsik, sehinga dalam mencari makna etos kerja dalam sebuah film peserta didik SMA sudah mampu mencari maknanya tanpa ada kendala.

Melalui pendekatan psikologi sastra, penelitian ini diharapkan mampu

menangkap makna yang terkandung dalam etos kerja tokoh utama film Tampan Tailor yaitu tokoh Topan. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil judul Aspek Etos Kerja pada Tokoh Utama dalam Film Tampan Tailor Karya Guntur Soeharjo:

Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

Rumusan masalah ada 4 yang akan dikaji dalam penelitian ini (1) bagaimanakah latar sosiohistoris Guntur Soeharhjanto, (2) bagaimanakah struktur film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto, (3) bagaimanakah aspek etos kerja pada tokoh utama dalam film Tampan Tailor karya Gutur Soeharjanto: kajian psikologi sastra, (4) bagaimanakah implementasi aspek etos kerja dalam menerapkan

film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto: kajian psikologi sastra sebagai bahan ajar sastra di SMA. Rumusan masalah bertujuan untuk mendeskripsikan latar sosiohistoris pengarang, struktur yang membangun film, aspek etos kerja pada tokoh utama ditinjau dari psikologi sastra dan implementasi sebagai bahan ajar sastra di SMA.

Rumusan masalah penelitian ini menggunakan teori-teori yaitu, film, strukturalisme, psikologi sastra, etos kerja, pembelajaran sastra. Film termasuk ke dalam karya fiksi karena ceritanya yang bersifat fiktif (rekaan). Berkaitan dengan hal tersebut, Stanton (2007:22-46) membagi unsur-unsur pembangun fiksi menjadi tiga

yakni, fakta cerita, tema, dan sarana sastra.

Menurut Piaget (dalam Al-Ma’ruf 2010:20), strukturalisme adalah semua doktrin atau metode yang dengan suatu tahap tertentu yang menganggap studinya

bukan hanya sekedar sekumpulan unsur yang terpisah-pisah, melainkan suatu gabungan unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain, sehingga yang satu tergabung pada yang lain dan hanya dapat didefinisikan dalam dan oleh hubungan perpadanan dan pertentangan dengan unsur-unsur lainnya dalam suatu keseluruhan.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis struktural. Berikut ini adalah

(7)

 

fungsi masing-masing unsur itu sehingga diletahui tema, alur, penokohan, gaya bahasa, dan sudut pandang. Langkah terakhir menghubungkan unsur-unsur tersebut dalam menunjang makna secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 2007:37).

Tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan berbagai unsur yang secara bersama-sama

membentuk makna yang penting bagaimana berbagai gejala itu memberikan sumbangan dalam keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinannya, serta antara berbagai tataran yaitu fonik, morfologis, sintaksis dan semantik. Keseluruhan makna yang terkandung dalam teks akan terwujud hanya dalam keterpaduan struktur

yang bulat Teew (dalam Al-Ma’ruf, 2010:21).

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara, 2008:96). Psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan, pengarang akan menangkap gejala kejiwaan itu kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan

pengalaman hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra.

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan (Minderop, 2010:54). Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang

dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan.

Menurut Buchori (dalam Asifudin, 2004:27) etos kerja merupakan sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja. Ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Ia juga

menjelaskan bahwa etos kerja merupakan bagian dari tata nilai (value system). Etos kerja seseorang adalah bagian dari tata nilai individualnya. Demikian etos kerja suatu kelompok masyarakat atau bangsa, ia merupakan bagian dari tata nilai yang ada pada masyarakat atau bangsa itu.

(8)

 

a. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat

memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan kontribusi dalam performasi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan suatu hal yang sangat penting. Hill dan Petty (1995:67) menyatakan terdapat 17 sifat yang dapat memggambarkan keahlian interpersonal seorang

pekerja yaitu sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan.

b. Inisiatif  

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar

terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak merasa puas dengan kinerja yang biasa. Hill dan Petty (1995:67) menyatakan terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja yaitu cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efesien, efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan teratur.

c. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seseorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Hill dan Petty (1995:68) menyatakan terdapat tujuh sifat yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang

dapat diandalkan yaitu mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur san tepat waktu.

Berhubungan dengan aspek etos kerja penelitian pernah dilakukan oleh Ratnasari (2013) dan Pujiyati (2012). Berdasarkan dua penelitian terdahulu

(9)

 

Rahmanto (2004:15) mengungkapkan sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai seesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata

yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Rahmanto (2004:16-25) Menyebutkan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat.

a. Membantu keterampilan berbahasa. Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam

kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya.

b. Meningkatkan pengetahuan budaya. Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannnya. Setiap karya sastra selalu

menghadirkan ‘sesuatu’ dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayati.

c. Mengembangkan cipta dan rasa. Pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra; yang bersifat penalaran;

yang bersifat afektif; dan yang bersifat sosial; serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius.

d. Menunjang pembentukan watak. Nilai pengajaran sastra ada dua. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Kedua, pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha

mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajinasian, dan penciptaan.

Fungsi pembelajaran sastra menurut Lazar (dalam Ali Imron, 2011) adalah (1) memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi bahasa; (2) alat simulatif dalam language

acquisition; (3) media dalam memahami budaya masyarakat; (4) alat pengembangan kemampuan interpretatif; dan (5) sarana untuk mendidik manusia seutuhnya (educating the whole person).

(10)

 

B. METODE PENELITIAN

Penelitian penelitian yang digunakan untuk mengkaji film Tampan Tailor

karya Guntur Soeharjanto adalah penelitian deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian studi kasus terpancang. Studi kasus difokuskan pada aspek etos kerja tokoh utama pada film Tampan Tailor

karya Guntur Soeharjanto. Subjek penelitian ini adalah film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto, sedangkan objek penelitian ini adalah aspek etos kerja pada tokoh utama pada film Tampan Tailor Karya Guntur Soeharjanto.

Data penelitian ini berupa data yang berwujud ungkapan. Sumber data

penelitian ini adalah DVD film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto yang dirilis pada tanggal 28 Maret 2013. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik validitas data dalam penelitian ini menggunakan tringulasi teoretis. Teknik Analisis

data yang digunakan pada film Tampan Tailor menggunakan metode pembacaan semiotik yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Melalui penelitian ini, penulis mendeskripsikan aspek etos kerja dalam film

Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto. Aspek etos kerja tokoh utama dalam film

Tampan Tailor sebagai berikut. 1. Aspek keahlian interpersonal

Hill dan Petty (1995:65) menyatakan keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau bagaimana

pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. a. Sabar

Menurut KBBI (2013:1196) Sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati). Digambarkan

saat Topan juga bekerja menjadi calo. Hal tersebut bisa dibuktikan pada kutipan berikut.

Darman : “Apa sudah nggak ada lowongan menjahit buat elo Pan? Topan : “Tempat tailor, konveksi udah tutup Man udah nggak ada

(11)

 

DVD 1 09:57

Kalimat yang bercetak miring di atas menunjukkan data dalam penelitian ini. Kutipan di atas menunjukkan aspek etos kerja termasuk dalam keahlian interpersonal. Aspek keahlian interpersonal digambarkan saat Topan mencari kerja kesana-kemari tidak ada lowongan kerja satupun yang ditemuinya karena masyarakat yangmenganggur sangat banyak dan harus

sabar dalam mencari kerja.

Dilihat dari kejiwaan yang tergambar pada tokoh utama terlihat sabar dalam mencari pekerjaan. Topan juga menyadari karena banyak pengangguran yang antri mendapatkan lowongan pekerjaan. Dari kejiwaan yang tergambar pada tokoh utama inilah Topan mempunyai karakteristik sabar.

b. Kerja Keras

Tasmara (2002:8) bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani). Kerja keras di sini aktivitas yang mempunyai tujuan untuk memenuhi

kebutuhan serta dilakukan secara maksimal. Digambarkan Topan tidak putus asa dalam memperjuangkan mimpi anaknya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Bu Nita : “Ma’af sebelumnya Pak saya harus serahkan surat ini dari Sekolah”

Topan : “Tolong saya Buk, saya juga masih berusaha keras mencari biaya Buk untuk melunasi tunggakannya Bintang

DVD 1 12:10

Kalimat yang bercetak miring di atas merupakan data dari penelitian

ini. Apek etos kerja keahlian interpersonal terlihat pada kutipan di atas. Aspek inisiatif digambarkan Topan meyakinkan guru Bintang agar Bintang tidak dikeluarkan dari sekolah. Topan juga akan mencari biaya untuk segera melunasi tunggakan Bintang karena Bintang ingin sekali sekolah di SD itu.

(12)

 

2. Aspek inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak merasa puas dengan kinerja yang biasa (Hill dan Petty, 1995:65).

a. Ambisius

Menurut KBBI (2013:50) ambisius adalah berkeinginan keras untuk mencapai sesuatu (harapan dan cita-cita). Digambarkan Topan berkeinginan keras agar anaknya sukses. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Topan : “Dia harus jadi orang hebat Man jangan biarin dia seperti aku”

Darman : “ Elo ngomongnya berat amat, udah jangan mikir macem-macem. Bintang tu bangga ama elo. Nih pake” Topan : “Janji Man”

Darman : “Janji Pan, udah tenang lo” DVD 2 41:17

Kalimat yang bercetak miring di atas merupakan data dari penelitian ini. Aspek inisiatif digambarkan sebelum shooting dimulai Topan mengatakan

pada Darman jika terjadi apa-apa dengan diri Topan, Darman harus menjaga Bintang dan membuat Bintang menjadi orang hebat agar tidak seperti dirinya. Tekat Topan untuk menjadikan masa depan anaknya menjadi lebih baik dan menjadi orang hebat.

Dilihat dari kejiwaan yang tergambar pada tokoh utama Topan merasa

takut ketika akan meninggalkan anaknya, Topan menjajikan pada Darman saudaranya agar Bintang kelak menjadi orang yang hebat. Dari sinilah dapat dikatakan Topan mempunyai karakteristik sebagai seseorang yang ambisius. b. Efesien

Tasmara (2002: 105) menyatakan efisien berarti melakukan segala

sesuatu secara benar, tepat, dan akurat. Digambarkan saat Topan mengajari karyawan lain untuk menjahit yang benar. Hal tersebut bias dibuktikan pada kutipan berikut.

Karyawan: “Pan gimana sih cara memasang jahitan yang bagus kayak punya loe, punya gue jelek mengkerut”

Topan : “Coba sekarang kamu bandingin sama punya saya ya, ini punya saya. Punya kamu kurang rapet mas”

(13)

 

Kalimat yang bercetak miring di atas merupakan data dari penelitian ini. Aspek inisiatif digambarkan karyawan lain kagum atas jahitan Topan sehingga meminta Topan untuk mengajari cara menjahit yang benar.

Dilihat dari kejiwaan yang tergambar pada tokoh utama Topan berpikir untuk membantu temanya agar bias menjahit secara benar. Dari sinilah Topan

tergambarkan memiliki karakteristik efisien. 3. Aspek dapat diandalkan

Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seseorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian

implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja (Hiil dan Petty, 1995:65). Pendapat Hill dan Petty digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik aspek dapat diandalkan yang tergambar pada tokoh utama film Tampan Tailor, melalui pembacaan secara mendalam sehingga dapat diinterpretasikan dengan psikologi sastra sebagai berikut.

a. Tepat Waktu

Menurut KBBI (2013:1554) waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Digambarkan waktu pukul satu Topan harus sudah menjemput anaknya. Hal tersebut bias dibuktikan pada kutipan berikut.

Topan : “Makasih ya Man, udah jam satu mesti jemput Bintang dulu nih”

Darman : “Sekarang?”

Topan : “Iya kalau telat suka ngambek” DVD 1 15:41

Kalimat yang bercetak miring di atas menunjukkan data dalam penelitian ini. Apek etos kerja dapat diandalkan terlihat pada kutipan di atas. Aspek dapat diandalkan digambarkan Topan terburu-buru untuk

menjemput anaknya karena harus tepat pada waktunya, jika telat Bintang marah Pada Topan.

Dilihat dari kejiwaan yang tergambar pada tokoh utama Topan sebagai pribadi yang yang disiplin dengan menjemput anaknya harus tepat waktu. Dari sinilah Topan tergambarkan memiliki karakteristik sebagai

(14)

 

D. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai aspek etos kerja pada film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Latar sosiohistoris Guntur Soeharjanto

Guntur Soeharjanto lahir di Temanggung Jawa Jengah, 18 Maret 1976 yang akrab dipanggil Toersky. Ia berasal dari keluarga sederhana yang ayahnya hanya seorang guru badminton. Guntur Soeharjanto mempunyai istri bernama Dewi Rahmawati dan dikaruniai dua orang anak. Guntur Soeharjanto

menyelesaikan masa pendidikan SD sampai SMA di Temanggung pada tahun 1979 sampai tahun 1990 kemudian melanjutkan kuliah di Yogyakarta, yakni di Universitas Gajah Mada. Guntur mengawali di dunia perfilman menjadi asisten sutradara dengan film Biarkan Bintang Menari pada tahun 2003. Ia pertamakali menyutradarai film Otomatis Romantis pada tahun 2008.

2. Analisis struktur film Tampan Tailor

Film Tampan Tailor bertemakan perjuangan seorang ayah yang berprofesi sebagai tukang jahit miskin hanya untuk membahagiakan anak semata wayangnya. Tokoh-tokoh yang dianalisis adalah Topan, Bintang, Prita, Darman, Atun, Supri, dan Pak Kris. Alur yang digunakan adalah alur maju. Latar pada

film ada tiga yaitu latar tempat, waktu, sosial.

3. Analisis Aspek etos kerja tokoh utama film Tampan Tailor menggunakan kajian psikologi sastra.

Aspek etos kerja pada tokoh utama film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto adalah sebagai berikut. (a) Aspek keahlian interpersonal, (b) Aspek

inisiatif, (c) Aspek dapat diandalkan.

4. Implementasi aspek etos kerja dalam film Tampan Tailor karya Guntur Soeharjanto dalam pembelajaran sastra di SMA.

Film Tampan Tailor terdapat unsur-unsur yang dapat dianalisis oleh para

peserta didik, sehingga film Tampan Tailor dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA pada kelas XI semester II dengan Kompetensi Inti: 3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin taunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humanioradengan wawasan

(15)

 

fenomena dan kejadian, sertamenerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasar : 3.3 Menganalisis ulasan/reviu film/drama baik melaui lisan maupun tulisan. Hasil penelitian ini berupa struktur analisis film yaitu unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, dan latar) dan unsur ekstrinsik

(aspek etos kerja).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Masyarakat pembaca dan penikmat sastra, film Tampan Tailor karya Guntur

Soeharjanto ini sangat menarik untuk dikaji kandungan isinya. Di dalamnya banyak terkandung renungan tentang perjuangan hidup. Film ini sangat kaya akan nilai-nilai moral. Pembaca dapat mengambil nilai-nilai yang ada dalam film tersebut. Pembaca juga dapat memahami aspek etos kerja yang ada dalam film tersebut.

2. Peneliti Lain, penelitian tentang film yang menggunakan kajian psikologi sastra masih sedikit. Penelitian tidak tertutup kemungkinan bagi peneliti lain untuk mengkaji karya sastra dengan menggunakan kajian psikologi sastra.

3. Bagi perpustakaan, kelengkapan buku perpustakaan sangat mendukung dalam suatu penelitian. Khususntya penelitian yang menggunakan model kapustakaan.

Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan pengadaan buku tentang sastra dan berbagai referensi untuk membantu kelancaran penulis.

E. DAFTAR PUSTAKA

Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2010. Dimensi Sosial Keagamaan dalam Fiksi Indonesia Modern dalam Fenomena Perkawinan Lintas Agama dalam Novel

Keluarga Permana Karya Ramadhan K. H. Kajian Semiotik. Solo:

Smartmedia.

Asifudin, Ahmad Janan. 2004. Etos Kerja Islam. Surakarta: University Muhammadiyah Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kamus Besar Basa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media Presindo.

Hill, Roger B dan Gregory C. Petty. 1995. “A New Look at Selected Employability Skill: A Factor Analysis of the Occupational Work Ethic”. Journal of Vocatoinal Education Research. Vol. 20, No. 4, 1995.

(16)

http://www.21cineplex.com/slowmotion/garap-tampan-tailor-guntur- 

soeharjanto-ingat-sosok-ayah,3696.htm diakses pada hari rabu, tanggal 2 mei 2015, pukul 10:09 WIB

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Cetakan Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pujiyati, Ratna. 2012. “Pengaruh Sikap Mandiri dan Kesejahteraan terhadap Etos Kerja Karyawan PT. Nohhi Indonesia Grogol Sukoharjo”. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratnasari, Erlina Dewi. 2013. “Penggunaan Strategi Course Review Horay untuk meningkatkan Etos Kerja Siswa SMA Kelas XI dalam Pembelajaran Matematika”. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis untuk mengetahui arahan jumlah pada kecamatan yang masih membutuhkan TPS adalah dengan menghitung selisih produksi sampah total dengan produksi sampah terangkut

Berisi tentang penelitian terdahulu, pengertian manajemen personalia, pengertian produktivitas tenaga kerja, pengukuran produktivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi

Yaitu keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan penyelesaian sengketa penambangan bahan galian golongan C di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali

PENGARUH MERGER DAN AKUISISI TERHADAP RETURN SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Syariah Funding Executive (SFE) memiliki prosedur kerja yang berhubungan langsung terhadap nasabah produk simpanan di lapangan..

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi terhadap dosen pembimbing dan skala self efficacy , sedangkan untuk mengukur kecepatan menyelesaikan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah : (1) Menjelaskan restrukturisasi organisasi yang telah dilakukan PD Pasar Jaya dari tahun 2003 sampai 2007, (2)

Namun ada yang menarik dari peubah laten KEG_EKSL ini, karena nilai koefisien jalur KEG_EKSL mengalami ganti tanda, dari model awal yang memiliki nilai positif