• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TAYANGAN DEBAT CALON GUBERNUR JAWA BARAT DI TELEVISI BAGI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT 2013 DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TAYANGAN DEBAT CALON GUBERNUR JAWA BARAT DI TELEVISI BAGI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT 2013 DI KOTA BANDUNG."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA TAYANGAN DEBAT CALON GUBERNUR JAWA BARAT DI TELEVISI BAGI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT 2013

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Ray Fitra Dwi Yudha

NIM. 1006880

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

(2)

DI KOTA BANDUNG

Oleh:

Ray Fitra Dwi Yudha 1006880

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada Pendidikan Kewarganegaraan

© Ray Fitra Dwi Yudha, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

RAY FITRA DWI YUDHA 1006880

MAKNA TAYANGAN DEBAT CALON GUBERNUR JAWA BARAT DI TELEVISI BAGI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT 2013

DI KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

Pembimbing II

Leni Anggraeni, S.Pd., M.Pd. NIP. 19840222 200912 2 014

Mengetahui dan Menyetujui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Panitia Ujian Sidang terdiri dari:

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001 3. Penguji : Penguji I

Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H. NIP. 196110501 198601 1002 Penguji II

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003

Penguji III

(5)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandungUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Ray Fitra Dwi Yudha (1006880). MAKNA TAYANGAN DEBAT CALON GUBERNUR JAWA BARAT DI TELEVISI BAGI PENINGKATAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN

GUBERNUR JAWA BARAT 2013 DI KOTA BANDUNG.

Pada pemilukada 2013 untuk pertama kalinya, KPU Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan debat calon gubernur dalam Pemilihan Gubernur Jabar 2013, yang ditayangkan di televisi secara nasional. Debat calon gubernur tersebut merupakan bentuk kampanye baru di mata masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat di Kota Bandung, dimana bentuk kampanye konvensional seperti pemasangan baliho, spanduk atau pamflet sudah tidak efektif lagi, bahkan masyarakat tidak memaknainya sebagai suatu hal yang berarti bagi peningkatan partisipasi politik dalam setiap kegiatan pemilihan umum kepala daerah, hal ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian berkenaan dengan masalah tersebut. Penelitian ini didasarkan pada satu rumusan masalah, yaitu seberapa tinggi makna tayangan debat calon Gubernur Jawa Barat di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam Pilgub Jabar 2013 di Kota Bandung?

Pendekatan yang digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut adalah pendekatan kuantitatif, metode deskriptif dengan bentuk penelitian survei. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengungkap bahwa: debat calon Gubernur Jabar 2013 merupakan proses pendewasaan politik bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Kota Bandung. Dimana dalam debat calon Gubernur Jabar 2013 tersebut mengandung dua makna, yaitu makna politis dan makna sosiologis bagi masyarakat. Masyarakat Kota Bandung memaknai debat tayangan calon Gubernur Jabar di televisi sebagai sarana bagi peningkatan partisipasi politik dalam Pilgub Jabar 2013. Hal ini menunjukan masyarakat Kota Bandung lebih tertarik dan mau memaknai tayangan debat calon Gubernur Jabar 2013 di televisi sebagai bentuk kampanye yang lebih modern dan berarti bagi kehidupan politik masyarakat Kota Bandung, khususnya bagi peningkatan partisipasi politik dalam Pilgub Jabar 2013, dibandingkan dengan bentuk-bentuk kampanye konvensional. Adapun saran dari hasil penelitian tersebut ditujukan kepada KPU Prov. Jabar, para kandidat calon pemimpin bangsa, bagi peneliti selanjutnya, dan masyarakat Kota Bandung.

(6)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandungUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Ray Fitra Dwi Yudha (1006880). The Interpretation of West Java Governor Candidates' Debate on Television in Increasing Society Politic Participation in the Election of West Java Governor 2013 in Bandung.

On the governor election 2013, for the first time, KPU Provinsi Jawa Barat conducted a debate between the election candidates, which was presented on the television. To West Java society, especially the peope who live in Bandung, the debate program is a new way for campaigning. It seems the conventional method like pinning street banner is no longer effective. Even the society does not interpret it as an important thing in increasing politic participation in every governor election. This issue attracts the researcher to do an investigation on debate program for the election candidates. The research is based on a problem which is how significant the program in increasing society politic participation in Pemilihan Gubernur Jabar 2013 in Bandung.

The method used in the research is descriptive quantitative method. The data were taken from conducting survey, field research and literary study.

The findings indicate that the debate for West Java governor candidates is taken as a process of politic maturation, especially in Bandung. The program has political and sociological meanings. The society interpreted the program as a way for increasing politic participation in Pilgub Jabar 2013. The society saw it as a more modern method and meaningful campaign than conventional method, especially in increasing politic participation in Pilgub Jabar 2013, in Bandung. The researcher also made suggestions for KPU Jabar, politic candidate, the next researchers, and Bandung citizens.

(7)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B. Televisi di Tinjau dari Perspektif Media Massa dan Komunikasi Massa ... 14

1. Televisi ... 14

a. Pengertian dan Fungsi Televisi ... 14

2. Media Massa ... 16

a. Pengertian dan Fungsi Media Massa... 16

3. Komunikasi Massa ... 18

a. Pengertian dan Fungsi Komunikasi Massa ... 18

C.Tinjauan tentang Partisipasi Politik ... 21

1. Pengertian Partisipasi Politik ... 21

2. Unsur-unsur Partisipasi Politik ... 23

3. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik ... 24

4. Fungsi Partisipasi Politik ... 29

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik ... 30

(8)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Asas Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ... 34

3. Tahapan-tahapan Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ... 35

4. Manfaat Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ... 39

E. Kontribusi Debat Politik dalam Meningkatkan Kualitas Partisipasi Politik Masyarakat ... 42

F. Hipotesis ... 44

1. Penelitian Kepustakaan ... 52

2. Penelitian Lapangan ... 52

D.Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

1. Populasi ... 53

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 55

E. Prosedur Penelitian ... 57

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 57

2. Penyusunan Kuesioner ... 58

3. Perizinan Penelitian ... 58

4. Pelaksanaan Penelitian ... 59

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 59

1. Uji Validitas Instrumen ... 59

2. Uji Realibilitas Instrumen ... 60

G.Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 61

1. Teknik Analisis Data ... 61

2. Uji Hipotesis ... 61

3. Pengambilan Kesimpulan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 64

1. Profil Kelurahan Pakemitan, Kecamatan Cinambo ... 64

a. Visi dan Misi Kelurahan Pakemitan ... 65

b. Program Kerja Kelurahan Pakemitan... 65

2. Profil Kelurahan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan ... 66

a. Visi dan Misi Kelurahan Cihapit... 67

b. Program Kerja Kelurahan Cihapit ... 67

3. Profil Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar ... 67

(9)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Program Kerja Kelurahan Cibadak ... 68

4. Profil Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong ... 69

a. Visi dan Misi Kelurahan Sadang Serang ... 69

b. Program Kerja Kelurahan Sadang Serang... 70

B. Uji Validitas dan Realibilitas ... 70

1. Uji Validitas ... 70

2. Uji Realibilitas ... 72

C.Hasil Lapangan ... 74

1. Indikator Setiap Pernyataan Pada Variabel Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi ... 74

2. Gambaran Mengenai Variabel Makna Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi ... 87

3. Indikator Setiap Pernyataan Pada Variabel Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat ... 89

4. Gambaran Mengenai Variabel Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat ... 118

D.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 120

1. Uji t Satu Sampel ... 120

E. Pembahasan ... 122

1. Tingkat Makna Tayangan Debat Calon Gubernur Jawa Barat di Televisi bagi Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Kota Bandung ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

A.Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 129

1. Bagi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat ... 129

2. Bagi Para Kandidat Calon Pemimpin Bangsa ... 130

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 131

4. Bagi Masyarakat Kota Bandung ... 131

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 132

a. Bagi Pihak Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 132

b. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Calon Gubernur dan Wakil Gubernur

Jawa Barat 2013 ... 5

Tabel 2.1. Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2013 ... 13

Tabel 2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik ... 25

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ... 50

Tabel 3.2. Skor untuk Jawaban Responden ... 53

Tabel 3.3. Masyarakat Kota Bandung yang Telah Dipilih Berdasarkan Masing-masing cluster ... 55

Tabel 3.4. Proporsi Sampel untuk Setiap Cluster/Kelurahan . 57 Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Makna Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi (X) 71 Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat (Y) ... 72

Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Penelitian ... 73

Tabel 4.4. Rekapitulasi Mengenai Makna Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi (X) ... 87

Tabel 4.5. Rekapitulasi Mengenai Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat ... 118

Tabel 4.6. Statistik Uji t One Sample Statistic ... 121

Tabel 4.7. Statistik Uji t One-Sample Test ... 121

(11)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Gambar 2.1. Piramida Partisipasi Politik Roth dan Wilson... 27 Gambar 2.2. Hierarki Partisipasi Politik ... 28 Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik ... 25 Gambar 4.1. Garis Kontinum Variabel Makna Tayangan Debat

Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi (X) ... 88 Gambar 4.2. Garis Kontinum Variabel Peningkatan

Partisipasi Politik Masyarakat (Y) ... 119

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1. Tahap Pengclusteran ... 54

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Pernyataan 1: Profil Setiap Calon Gubernur Dan Wagub Jabar 2013 dari Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 Merupakan Informasi yang Penting Untuk Saya Ketahui Sebagai Pemilih

dalam Pilgub Jabar 2013 ... 74 Grafik 4.2. Pernyataan 2: Visi, Misi dan Program Kerja yang

Disampaikan Para Kandidat dalam Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 Mempengaruhi Sikap Politik Saya dalam Pilgub Jabar 2013 ... 76 Grafik 4.3. Pernyataan 3: Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013

Merangsang Saya untuk Mencari Informasi Politik

Seputar Pilgub Jabar 2013 ... 78 Grafik 4.4. Pernyataan 4: Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013

Adalah Tayangan yang Mendidik ... 80 Grafik 4.5. Pernyataan 5: Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013

Memotivasi Saya untuk Mau Berpartisipasi Politik dalam Pilgub Jabar 2013 Atas Dasar Kesadaran Bersama untuk Membangun Bangsa dan Negara ... 82 Grafik 4.6. Pernyataan 6: Tayangan Debat Menjadi Bahan

Pertimbangan Saya dalam Menentukan Calon Gubernur

(12)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pilihan Calon yang Akan Saya Pilih

Pada Pilgub Jabar 2013 ... 85 Grafik 4.8. Pernyataan 8: Tayangan Debat Membuat Saya

Turut Serta dalam Pelaksanaan Pilgub

Jabar 2013 ... 89 Grafik 4.9. Pernyataan 9: Tayangan Debat Membuat Saya Turut

Serta Mengikuti Setiap Tahapan

dalam Pilgub Jabar 2013 ... 91 Grafik 4.10. Pernyataan 10: Tayangan Debat Membuat Saya

Turut Serta dalam Menyiapkan Tempat Pemungutan Suara (TPS) Guna Mensukseskan Pilgub

Jabar 2013 ... 92 Grafik 4.11. Pernyataan 11: Tayangan Debat Membuat Saya

Mengikuti Sampai Hasil Akhir

Perhitungan Suara ... 94 Grafik 4.12. Pernyataan 12: Tayangan Debat Membuat Saya

Menggunakan Hak Pilih dalam Pilgub

Jabar 2013 ... 95 Grafik 4.13. Pernyataan 13: Tayangan Debat Membuat Saya

Menggunakan Hak Pilih Saya yang Didasari Oleh

Kesadaran Saya Sebagai Warga Negara ... 97 Grafik 4.14. Pernyataan 14: Tayangan Debat Membuat Saya

Mau Mendengarkan Anjuran Orang Lain Ketika

Memilih dalam Pilgub Jabar 2013 ... 98 Grafik 4.15. Pernyataan 15: Tayangan Debat Membuat Saya

Mempertimbangkan Secara Matang dan Menggunakan Hati Nurani Saya Ketika Memilih dalam

Pilgub Jabar 2013 ... 100 Grafik 4.16. Pernyataan 16: Tayangan Debat Membuat Saya

Mendaftar Sendiri untuk Mendapatkan Hak

Memilih dalam Pilgub Jabar 2013 ... 102 Grafik 4.17. Pernyataan 17: Tayangan Debat Membuat Saya

Mengikuti Aktivitas Pemerintahan Berkaitan dengan Perkembangan Masalah Pilgub Jabar 2013

Melalui Media Massa ... 103 Grafik 4.18. Pernyataan 18: Tayangan Debat Membuat Saya

Mau Berdialog dengan Pejabat Pemerintah Guna Menuntut Penyelesaian Masalah Berkaitan

dengan Pilgub Jabar 2013 ... 105 Grafik 4.19. Pernyataan 19: Tayangan Debat Membuat Saya

(13)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan Pilgub Jabar 2013 ... 107 Grafik 4.20. Pernyataan 20: Tayangan Debat Membuat Saya

Mau Mempengaruhi Kebijakan-Kebijakan

yang Dibuat Pemerintah ... 108 Grafik 4.21. Pernyataan 21: Tayangan Debat Membuat Saya

Mau Memberikan Kritik, Ide dan Gagasan

Terhadap Kebijakan yang Dibuat Oleh Pemerintah

Melalui Media Massa ... 110 Grafik 4.22. Pernyataan 22: Tayangan Debat Membuat Saya

Mau Saling Menghormati dan Tidak Anarkis dalam Menyelesaikan Permasalahan Terkait

Pilgub Jabar 2013 ... 111 Grafik 4.23. Pernyataan 23: Tayangan Debat Membuat Saya

Mau Menjadi Tim Sukses dari

Salah Satu Kandidat ... 113 Grafik 4.24. Pernyataan 24: Tayangan Debat Membuat Saya

Melibatkan Diri dalam Setiap

Kegiatan Politik ... 114 Grafik 4.25. Pernyataan 25: Tayangan Debat Membuat Saya

Mengikuti Pelaksanaan Kampanye

dalam Pilgub Jabar 2013 ... 116

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: SK PEMBIMBING SKRIPSI

LAMPIRAN 2: SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 3: SURAT BUKTI PENELITIAN

LAMPIRAN 4: INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 5: UJI INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 6: LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

(14)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan

dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung.

Faktor utama yang membedakan kedua metode tersebut adalah bagaimana

partisipasi politik rakyat dilaksanakan atau diwujudkan. Tepatnya adalah metode

penggunaan suara yang berbeda (Prihatmoko, 2005, hlm. 209).

Pemilukada yang tidak memberi ruang bagi rakyat untuk menggunakan

hak pilih aktif, yakni hak untuk memilih dan hak untuk dipilih, dapat disebut

dengan tidak langsung, seperti sistem penegakan atau penunjukan oleh pemerintah

pusat atau sistem pemilihan perwakilan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD). Dalam sistem pengangkatan atau penunjukan oleh pemerintah

pusat, kedaulatan atau suara rakyat diserahkan bulat-bulat kepada pejabat pusat,

baik presiden maupun Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Dalam sistem

pemilihan perwakilan oleh DPRD. Sebaliknya pemilukada langsung selalu

memberikan ruang bagi implementasi hak pilih aktif. Seluruh warga yang

memenuhi syarat dapat menjadi pemilih dan mencalonkan diri sebagai kepala

daerah. Karena itulah, pemilukada langsung sering disebut implementasi

demokrasi partisipatoris sedangkan pemilukada tak langsung adalah

implementasi demokrasi elitis (Prihatmoko, 2005, hlm. 212).

Cara paling efektif untuk membedakan pemilukada langsung dan tidak

langsung adalah dengan melihat tahapan-tahapan kegiatan yang digunakan. Dalam

pemilukada tidak langsung, partisipasi rakyat dalam tahapan-tahapan kegiatan

sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Rakyat ditempatkan sebagai

penonton proses pemilukada yang hanya melibatkan elite politik, baik DPRD atau

(15)

tahapan-2

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahapan kegiatan sangat jelas terlihat dan terbuka lebar. Rakyat merupakan subjek

politik. Mereka menjadi pemilih, penyelenggara, pemantau dan bahkan pengawas.

Oleh sebab itu, dalam pemilukada langsung, selalu ada tahapan kegiatan

pendaftaran pemilih, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara dan

sebagainya (Prihatmoko, 2005, hlm. 210).

Pemilukada dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah memenuhi syarat disebut sebagai pemilukada langsung

karena dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan rakyat sebagai

pemilih, memberikan kesempatan kepada masyarakat melalui partai politik untuk

menjadi calon, menjadi penyelenggara dan mengawasi jalannya pelaksanaan

kegiatan.

Kegiatan pemilukada langsung dilaksanakan dalam dua tahap, yakni masa

persiapan dan tahap pelaksanaan. Sebagaimana dikatakan dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 65 ayat 1, pemilukada

dilaksanakan melalui masa persiapan dan tahap pelaksanaan. Masing-masing

tahap dilakukan berbagai kegiatan yang merupakan proses pemilukada langsung.

Pelaksanaan tahapan kegiatan tidak dapat melompat-lompat. Dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 65 ayat 2

disebutkan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam masa persiapan, yakni:

1. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan;

2. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah;

3. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah;

4. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS; 5. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.

Keterlibatan rakyat dalam kegiatan masa persiapan sangat menonjol dalam

(16)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

(KPPS). Rakyat memiliki akses untuk memantau melalui mekanisme uji publik

namun mendaftarkan diri sebagai anggota Panitia Pengawas, PPK, PPS, dan

KPPS.

Sementara itu, tahap pelaksanaan terdiri dari enam kegiatan, yang

masing-masing merupakan rangkaian yang saling terkait. Sebagaimana yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 65

ayat 3 tahap pelaksanaan pemilukada meliputi:

1. Penetapan daftar pemilih;

2. Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah atau wakil kepala daerah;

3. Kampanye;

4. Pemungutan suara; 5. Penghitungan suara;

6. Penetapan pasangan calon kepala daerah atau wakil kepala daerah terpilih, pengesahan dan pelantikan.

Dari enam kegiatan tahap pelaksanaan tersebut, keterlibatan atau

partisipasi masyarakat sebagai pemilih dan pemantau terlihat dalam penetapan

daftar pemilih kampanye, pencalonan, pemungutan suara dan penghitungan suara.

Hal itulah yang mencirikan bahwa pemilukada berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan Pemilukada

langsung.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, pendaftaran pemilih merupakan tahapan kegiatan pertama yang

dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dan jajarannya,

khususnya PPS di desa atau kelurahan. PPS menetapkan daftar pemilih terakhir

sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS). DPS diumumkan untuk mendapatkan

(17)

4

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pemilih tambahan (DPt). DPt tersebut kemudian juga diumumkan untuk

ditanggapi masyarakat dan kemudian diperbaiki. Dengan dasar DPS dan DPt

tersebut PPS menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT), yakni daftar pemilih yang

dapat menggunakan hak pilih dan pemungutan suara. KPUD kabupaten atau kota

menerima menerima DPT tersebut untuk dibuatkan kartu pemilih pemilukada

langsung (PP No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilukada).

Proses selanjutnya adalah kampanye, sebelum dilakukan tahapan kegiatan

kampanye, KPUD melaksanakan pengundian dan penetapan nomor calon. KPUD

harus mengumumkan calon dan nomor calon kepada masyarakat. Kampanye

merupakan bagian pemilukada langsung dilakukan oleh para pasangan calon atau

tim kampanye dengan penekanan pada penyampaian visi, misi dan program kerja.

KPUD mengatur dan menetapkan alokasi waktu dan tempat secara adil kepada

setiap pasang calon. Dalam rangka pemberdayaan kampanye sehingga menjadi

wahana komunikasi dan pendidikan politik, KPUD berkewajiban

menyelenggarakan debat publik antar pasangan calon (PP No. 6 Tahun 2005

tentang Pemilukada).

Proses pemilukada langsung dilanjutkan dengan tahapan kegiatan

pemungutan suara dan penghitungan suara. Pemungutan suara dilaksanakan antara

jam 07.00 sampai 13.00 waktu setempat. Selanjutnya, diikuti dengan

penghitungan suara di KPPS. Hasil penghitungan suara di KPPS diteruskan

sampai kepada KPUD kabupaten atau kota atau KPUD provinsi. KPUD inilah

yang menetapkan hasil perolehan suara calon sebagai dasar penetapan pasangan

calon terpilih pemilukada langsung. Output proses pemilukada langsung adalah

terpilihnya pasangan calon yang memenangkan kompetisi, yaitu pada tahapan

penetapan calon terpilih (PP No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilukada).

Penetapan pasangan calon terpilih dilakukan berdasarkan perolehan suara.

Pasangan calon terpilih ditetapkan dalam rapat pleno KPUD yang khusus

(18)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudian disampaikan kepada DPRD kemudian KPUD menyampaikan penetapan

pasangan terpilih. Sebelum pelantikan pasangan calon terpilih, DPRD

mengusulkan pengesahan kepada presiden (untuk gubernur/wakil gubernur) atau

kepada Mendagri atas nama presiden (untuk bupati/wakil bupati dan

walikota/wakil walikota). Proses pemilukada langsung diakhiri dengan pelantikan

pasangan calon terpilih dalam rapat paripurna DPRD (PP No. 6 Tahun 2005

Pemilukada).

Proses pemilukada langsung yang telah dipaparkan diatas telah dilalui oleh

warga Jawa Barat, yang telah menghadapi dan menyelenggarakan Pemilihan

Gubernur (Pilgub) Jawa Barat tahun 2013, yang digelar serempak di 26

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24 Februari 2013.

Sesuai dengan data yang telah dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Jawa Barat, tidak kurang dari 32,5 juta DPT warga Jawa Barat telah menentukan

pilihannya dalam Pilgub Jawa Barat tahun 2013 ini. Pilgub Jawa Barat tahun 2013

diikuti oleh lima pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, yaitu:

Tabel 1.1.

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2013

No Urut Nama Pasangan Calon

Gubernur Wakil Gubernur

1 Dikdik Mulyana Cecep Toyib

2 Irianto Syafiuddin Tatang Farhanul

3 Dede Yusuf Lex Laksamana

4 Ahmad Heryawan Deddy Mizwar

5 Rieke Diah Pitaloka Teten Masduki

(19)

6

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari

konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang

pelaksanaannya dapat dilakukan langsung oleh rakyat atau melalui lembaga

perwakilan. Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi,

partisipasi warganegara sangatlah penting untuk turut membantu program

pembangunan. Tidak terkecuali dalam pembangunan politik, salah satunya

partisipasi politik warganegara dalam kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu)

(Sukemi, 3 Maret 2014).

Salah satu contoh partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan

Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2013 yakni pemberian suara atau menggunakan hak

pilih. Akan tetapi pada Pilgub Jawa Barat dari waktu ke waktu, pemilih Golongan

Putih (Golput) selalu ada dan menjadi bahan evaluasi KPU Jawa Barat setiap kali

pemilihan telah usai. Angka partisipasi Pemilukada Jawa Barat tahun 2008

sebesar 67,3 %, sedangkan Golput sebesar 32,6 % menurut Ferry Kurnia selaku

Ketua Pokja Sosialisasi KPU Jawa Barat (AntaraNews.com, 2 Maret 2013).

Pilgub Jabar tahun 2013 pun tidak berbeda jauh, bahkan suara Golput

mampu mengungguli perolehan suara pasangan Aher dan Dedi Mizwar yang

keluar sebagai pemenang (incumbent) satu putaran dalam Pilgub Jabar tahun

2013, dan berhak menduduki sasana kursi tertinggi di tanah Pasundan. Aher dan

Deddy Mizwar meraih suara sekitar 32,39 %. Namun presentase Golput setelah

dihitung melebihi raihan suara pemenang sebesar 36,34 % atau sebesar

11.823.201 suara. Padahal KPU Jabar telah menargetkan partisipasi pemilih

hingga 80 %. Hal itu tidak membuat Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat merasa

Pilgub Jabar gagal (Republika.co.id, 1 April 2014).

Banyak faktor yang menyebabkan beberapa pemilih lebih memilih untuk

menjadi Golput, salah satunya yakni karena tidak tahu atau tidak jelasnya visi misi

para calon gubernur tersebut. Tidak sampainya informasi visi misi para calon

(20)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semua calon gubernur masih menggunakan model konvensional untuk

berkampanye, seperti penggunaan baliho, pamflet, dan panggung hiburan untuk

menyampaikan formasi visi dan misi nya masing-masing.

Faktanya baliho dan pamflet untuk kepentingan mensosialisasikan para

kandidat dianggap sampah oleh masyarakat karena keberadaannya yang

sembarangan yang menambah kesemrawutan kota, senada dengan yang

diungkapkan Suryadi (2009, hlm. 112) bahwa “baliho yang dipasang kandidat di

sembarang tempat harus ditertibkan karena menambah kesemrawutan kota, untuk

kepentingan sosialisasi, foto kandidat cukup dipasang di dua atau tiga titik oleh KPUD.”

Sesuai dengan pendapat dari Sumartias (dalam Yusuf, 2013, hlm. 27)

kampanye menggunakan media konvensional seperti baliho, pamflet atau spanduk

tidak akan efektif justru akan membuat masyarakat antipati. Tingginya kesadaran

masyarakat akan membuat mereka mengetahui calon mana yang santun dan taat

aturan, di tengah masyarakat kota yang kebanyakan berpendidikan tinggi dan

memiliki akses informasi, cara pemasangan gambar melalui media konvensional

tidak akan menemui sasaran.

Dari sisi efektivitasnya, kehadiran baliho patut dipertanyakan. Baliho tidak

dibuat berdasarkan rekaman lengkap emosi dan preferensi calon pemilih. Baliho

lahir dari sudut pandang fotografer, atau kesukaan kandidat itu sendiri. Karena itu,

baliho bisa menampilkan sosok kandidat sedang tersenyum meski publik yang

melihatnya tengah dilanda kekesalan luar biasa (Suryadi, 2009, hlm. 112).

Hal tersebut menjadikan masyarakat tidak tertarik untuk memperhatikan

apalagi membacanya. Selanjutnya panggung hiburan, panggung hiburan hanya akan menjadi “pelarian” masyarakat yang sudah jenuh dengan kehidupannya dan membutuhkan sebuah hiburan untuk menyegarkan jiwa dan raganya, sehingga

masyarakat hanya menikmati hiburannya saja, visi misi para calon gubernur

(21)

8

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

calon gubernur untuk berkampanye dan tidak jarang panggung hiburan tersebut

berakhir dengan ricuh.

Bentuk-bentuk kampanye diatas dapat dikatakan tidak efektif karena

media yang digunakan bersifat terbatas dan rawan untuk menimbulkan

kesenjangan antara calon yang memiliki dana berlimpah dan terbatas.

Televisi dapat dijadikan sebagai media alternatif untuk berkampanye

karena sifatnya yang universal atau dapat menjangkau semua penjuru. KPU Jawa

Barat memanfaatkan media televisi untuk dijadikan sebagai media alternatif

kampanye para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat tahun

2013.

KPU Jawa Barat bekerja sama dengan beberapa stasiun televisi swasta

telah menyelenggarakan debat calon Gubernur Jawa Barat 2013 yang wajib

diikuti oleh kelima pasangan calon, debat calon ini diselenggarakan tiga kali pada

tanggal 8, 14 dan 20 Februari 2013 dan ditayangkan secara nasional, para kelima

calon tersebut telah memaparkan visi, misi dan program kerjanya secara lebih

mendalam, juga para calon mengkritisi permasalahan yang sedang terjadi di Jawa

Barat. Dengan anggaran yang mencapai Rp. 1,5 milyar untuk tiga kali debat calon

yang dikeluarkan oleh KPU Jawa Barat, KPU bertujuan untuk dapat menarik

partisipasi politik masyarakat dalam seluruh kegiatan Pemilihan Gubernur Jawa

Barat tahun 2013 tersebut.

B.Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang, penelitian ini secara terfokus akan berupaya

menelaah fenomena makna tayangan debat calon Gubernur Jawa Barat di televisi

bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Gubernur Jawa

Barat 2013 di Kota Bandung. Sejalan dengan pemfokusan obyek tersebut, maka

(22)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Seberapa tinggi makna tayangan debat calon Gubernur Jawa Barat di televisi

bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam Pilgub Jabar 2013 di

Kota Bandung?

C.Identifikasi Masalah 1. Variabel Penelitian

a. Variabel Makna Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi (X)

Variabel pertama dalam penelitian ini (X) adalah makna tayangan debat

calon gubernur Jabar 2013 di televisi.

Definisi operasional variabel makna tayangan debat calon Gubernur Jabar

2013 di televisi ini adalah debat antara kelima calon Gubernur dan Wakil

Gubernur Jawa Barat 2013, yang ditayangkan secara nasional oleh stasiun televisi

swasta sebanyak tiga kali mulai dari tanggal 8 (Metro TV), 14 (Kompas TV) dan

20 Februari (TV One) 2013. Dengan isi materi penyampaian visi misi dan

program kerja dari masing-masing kandidat dan mengkritisi permasalahan yang

sedang terjadi di Jawa Barat. Dimana penayangan debat calon melalui televisi ini

merupakan jenis komunikasi massa, yang memiliki fungsi informasi, pendidikan

dan mempengaruhi bagi masyarakat.

b. Variabel Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat (Y)

Variabel kedua (Y) dalam penelitian ini adalah peningkatan partisipasi

politik masyarakat.

Definisi operasional peningkatan partisipasi politik masyarakat adalah

meningkatnya keikutsertaan setiap individu masyarakat secara sukarela dalam

(23)

10

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan politik lainnya yang tingkatannya lebih tinggi, sehingga partisipasi warga

negara sangatlah dibutuhkan dan berpengaruh terhadap jalannya sistem

pemerintahan. Khususnya berbagai kegiatan partisipasi politik tersebut dikaitkan

dengan Pilgub Jabar 2013.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui seberapa tinggi makna tayangan debat calon Gubernur Jawa

Barat di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam Pilgub

Jabar 2013 di Kota Bandung.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tersebut, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan perkembangan ilmu politik dalam rangka

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan perpolitikan seperti

Pemilukada. Dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran

dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi partisipasi politik

masyarakat sebagai upaya yang strategis dalam menciptakan kehidupan berbangsa

dan bernegara yang lebih baik lagi, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi

peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

(24)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai masukan dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam setiap

kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang berisi rincian tentang urutan penulisan,

sebagai berikut:

1. Bagian pertama berupa pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bagian kedua berupa kajian pustaka yang berisi mengenai tayangan debat di

televisi ditinjau dari perspektif media massa dan komunikasi massa,

partisipasi politik, tinjauan tentang pemilukada, kontribusi debat politik

dalam meningkatkan kualitas partisipasi politik serta hipotesis penelitian.

3. Bagian ketiga berupa metode penelitian yang berisi mengenai pendekatan dan

metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian, teknik

pengolahan dan analisis data dan tahapan data penelitian.

4. Bagian keempat berupa hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

mengenai makna tayangan debat calon Gubernur Jawa Barat di televisi bagi

peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Gubernur Jawa

Barat 2013 di Kota Bandung.

5. Bagian kelima berupa kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan pada penelitian makna

tayangan debat calon Gubernur Jawa Barat di televisi bagi peningkatan

partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di

(25)

46

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang peneliti

dalam sebuah penelitian, dimana dalam sebuah metode penelitian dikemukakan

tata cara bagaimana objek penelitian tersebut diteliti, sehingga melahirkan

data-data yang sesuai dengan tujuan dari dilaksanakannya penelitian tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang

menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.

Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Dalam

penelitian kuantitatif, peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, maka akan

terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data, agar data yang

diperoleh bersifat objektif. Pendekatan kuantitatif ini memungkinkan

ditemukannya gambaran umum tayangan debat calon Gubernur Jabar di televisi,

gambaran umum partisipasi politik masyarakat serta makna tayangan debat calon

Gubernur Jawa Barat di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat

dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Kota Bandung.

Pendapat yang dikemukakan Sugiyono (2008, hlm. 14) mengenai

pendekatan kuantitatif, yakni:

Suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan

instrument penelitian yang telah disesuaikan dengan variabel-variabel

(26)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendapat diatas menjelaskan bahwa dalam penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif ini, peneliti dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data sampai penampilan dari hasil penelitian.

Selain itu, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena Kota

Bandung yang menjadi lokasi penelitian mempunyai populasi masyarakat yang

sangat banyak, dimana peneliti membutuhkan sampel dari masyarakat Kota

Bandung tersebut untuk diambil datanya, hal ini senada dengan pendapat

Sugiyono (2010, hlm. 23):

Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

metode penelitian deskriptif. Pendapat yang dikemukakan oleh Nasution (1996,

hlm. 8) mengenai penelitian deskriptif sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang ini. Dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan.

Deskriptif ialah menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena yang bersifat alamiah maupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2006,

hlm. 72). Selanjutnya, Nazir (1999, hlm. 64) membagi penelitian deskriptif

(27)

48

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, pendekatan deskriptif dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:

a. Metode survei,

b. Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive), c. Penelitian studi kasus,

d. Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas, e. Penelitian tindakan (action research), f. Penelitian perpustakaan dan dokumenter.

Peneliti meyakini bahwa penelitian ini mengarah kepada metode survei,

mengingat lokasi penelitian di Kota Bandung yang cukup luas, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode survei. Nazir (1999, hlm. 65) juga

mengemukakan definisi metode survei sebagai berikut:

Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.

Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk

menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai

variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan

apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran

tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut (Bungin, 2010, hlm. 36).

Jadi, dalam hal ini peneliti ingin mengukur sejauh mana makna tayangan

debat calon Gubernur Jawa Barat di televisi bagi peningkatan partisipasi politik

masyarakat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Kota Bandung.

B.Operasionalisasi Variabel

Variabel merupakan segala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati

sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara

(28)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori utama,

yaitu:

1. Variabel Makna Tayangan Debat Calon Gubernur Jabar 2013 di Televisi (X)

Variabel pertama dalam penelitian ini (X) adalah makna tayangan debat

calon gubernur Jabar 2013 di televisi.

Definisi operasional variabel makna tayangan debat calon gubernur Jabar

2013 di televisi adalah debat antara kelima calon Gubernur dan Wakil Gubernur

Jawa Barat 2013, yang ditayangkan secara nasional oleh stasiun televisi swasta

sebanyak tiga kali mulai dari tanggal 8 (Metro TV), 14 (Kompas TV) dan 20

Februari (TV One) 2013. Dengan isi materi penyampaian visi misi dan program

kerja dari masing-masing kandidat dan mengkritisi permasalahan yang sedang

terjadi di Jawa Barat. Dimana penayangan debat calon Gubernur Jabar 2013

melalui televisi ini merupakan jenis komunikasi massa. Sub aspeknya adalah

sebagai berikut:

a. Fungsi Informasi

b. Fungsi Pendidikan

c. Fungsi Mempengaruhi

2. Variabel Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat (Y)

Variabel kedua (Y) dalam penelitian ini adalah peningkatan partisipasi

politik masyarakat.

Definisi operasional variabel peningkatan partisipasi politik masyarakat

adalah keikutsertaan setiap individu masyarakat secara sukarela dalam kehidupan

politik bernegara, baik itu memilih dalam pemilihan pemimpin maupun kegiatan

politik lainnya yang tingkattannya lebih tinggi, sehingga partisipasi warga negara

sangatlah dibutuhkan dan berpengaruh terhadap jalannya sistem pemerintahan.

(29)

50

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Ikut serta dalam pemilihan umum kepala daerah;

b. Ikut memberikan suara pada saat pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah

secara langsung;

c. Mendaftar dan terdaftar sebagai pemilih;

d. Mengikuti perkembangan dan perubahan masalah sosial politik;

e. Menjadi anggota dalam suatu partai politik;

f. Ikut serta dalam kampanye.

Gambaran operasional variabel penelitian diatas, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1.

(30)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pemirsa/masyarakat.  Kesadaran sebagai warga

(31)

52

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan perubahan  Memberikan kritik, ide dan

gagasan terhadap kebijakan

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Library research atau studi pustaka adalah pengumpulan data dengan

dengan cara menghimpun buku-buku, makalah-makalah dan dokumen-dokumen

serta sarana informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian

(Nawawi, 1987, hlm. 43). Penelitian ini dilakukan dengan cara menghimpun

buku, makalah, artikel, jurnal, surat kabar dan media internet yang dapat

menunjang penelitian.

Peneliti melakukan studi pustaka terhadap berbagai dokumen yang ada di

lapangan, seperti data jumlah penduduk dan profil lokasi penelitian dalam

(32)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilgub Jabar

2013.

Data yang diperoleh melalui studi pustaka dapat dipandang sebagai

narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti, sehingga dapat memperkuat hasil observasi yang telah dilaksanakan

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan

sebagainya.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 198) angket adalah “teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Penelitian ini akan menggunakan angket tertutup dalam teknik

pengumpulan data, sehingga responden tidak perlu menuliskan buah pikirannya

sehingga waktu dalam pengisiannya relatif singkat dan dapat menjaring responden

yang relatif banyak dan angket yang digunakan dalam bentuk skala Likert dengan

lima alternatif jawaban responden, sebagai berikut:

Tabel. 3.2.

Skor untuk Jawaban Responden

Alternatif Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

(33)

54

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat Tidak Setuju 1

Dalam penelitian ini, peneliti menyebar dan membagikan angket kepada

masyarakat Kota Bandung, yang diwakili oleh empat kelurahan dari setiap

wilayah Kota Bandung yaitu daerah: 1) Wilayah Bandung Utara, Kelurahan

Sadang Serang; 2) Wilayah Bandung Tengah, Kelurahan Cihapit; 3) Wilayah

Bandung Selatan, Kelurahan Cibadak; 4) Wilayah Bandung Timur, Kelurahan

Pamekitan.

D.Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008, hlm. 117).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bandung.

Dengan jumlah penduduk menurut registrasi penduduk di 30 kecamatan sampai

dengan bulan Desember 2012 berjumlah: 2.455.517 jiwa, sehingga rata-rata

kepadatan penduduk per kelurahan berjumlah: 16.262 jiwa. Pengambilan sampel

pada populasi berdasarkan teknik multistage cluster sampling, dengan tahap

cluster sebanyak tiga kali.

Pada cluster pertama yaitu pembagian Kota Bandung ke dalam empat

pembagian wilayah yaitu; wilayah Bandung Utara, wilayah Bandung Tengah,

wilayah Bandung Selatan dan wilayah Bandung Timur.

Selanjutnya, cluster tahap kedua yaitu dipilih satu kecamatan dari tiap

wilayah tersebut secara random, kecamatan yang terpilih berdasarkan pembagian

empat wilayah Kota Bandung secara berturut-turut, kemudian dilakukan

pembagian cluster lagi berdasarkan wilayah kelurahan. Untuk lebih jelasnya

(34)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Skema 3.1.

Tahap Pengclusteran

Berdasarkan prosedur teknik multistage cluster sampling yang digunakan

dalam penelitian ini, maka terdapat populasi penelitian yang berasal dari

daerah-daerah atau clusters dari seluruh wilayah Kota Bandung.

Tabel 3.3.

Masyarakat Kota Bandung yang Telah Dipilih

(35)

56

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cluster Tahap 1 Cluster Tahap 2 Cluster Tahap 3 Jumlah Penduduk

Wilayah Bandung

Utara

Kec. Coblong Kel. Sadang

Serang

Kec. Cinambo Kel. Pamekitan 5.262

Jumlah 49.398

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Tahun 2013-2014 Masing-masing Kelurahan,

diolah peneliti)

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1997,

hlm. 109). Adapun sampel menurut Sugiyono (2008, hlm. 73) sampel adalah

“bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari teknik

multistage cluster sampling, populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari

total populasi. Teknik pembagian cluster yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan tiga tahap, sebagai berikut:

Tahap pertama, menentukan masyarakat Kota Bandung berdasarkan

pembagian empat wilayah, yaitu wilayah Bandung Utara, wilayah Bandung

Tengah, wilayah Bandung Selatan dan wilayah Bandung Timur.

Tahap kedua, menentukan masyarakat Kota Bandung berdasarkan

(36)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipilih secara random, yakni Kecamatan Coblong, Kecamatan Bandung Wetan,

Kecamatan Astana Anyar dan Kecamatan Cinambo.

Tahap ketiga, menentukan masyarakat Kota Bandung berdasarkan

kelurahan yang dipilih secara random dan merupakan subwilayah dari ke-empat

kecamatan (tahap kedua), yakni Kelurahan Sadang Serang, Kelurahan Cihapit,

Kelurahan Cibadak dan Kelurahan Pamekitan.

Penentuan besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

Keterangan: n = Ukuran sampel keseluruhan

N = Ukuran populasi

e = Bound of error

(Arikunto, 2006, hlm. 116)

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh sampel sebagai berikut:

= 99.99797 (dibulatkan menjadi 100 orang)

Setelah diketahui hasil penghitungan berdasarkan rumus Slovin tersebut.

(37)

58

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proporsi sampel untuk masing-masing cluster jika dihitung secara proporsional

maka akan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: ni = Jumlah sampel untuk setiap cluster/kelurahan

n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi setiap cluster/kelurahan

N = Jumlah populasi seluruhnya

(Arikunto, 2006, hlm. 117)

Tabel 3.4.

Proporsi Sampel untuk Setiap Cluster/Kelurahan

Kelurahan Jumlah Sampel Pembulatan

Kel. Sadang Serang 21671/49398 x 100 =

43,87

43

Kel. Cihapit 6343/49398 x 100 =

12,84

13

Kel. Cibadak 16122/49398 x 100 =

32,63

33

Kel. Pamekitan 5262/49398 x 100 =

10,65

11

Jumlah 100

(38)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang dipersiapkan sedemikian rupa

sehingga memiliki prosedur yang jelas, persiapan yang dilakukan dalam penelitian

ini meliputi: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan

pendekatan dan metode penelitian, menentukan variabel penelitian, menentukan

sumber data, membuat instrumen penelitian, mengumpulkan data, menganalisi

data, menarik kesimpulan, memberikan saran-saran dan menyusun laporan

penelitian.

2. Penyusunan Kuesioner

Sebelum peneliti membuat atau menyusun kuesioner penelitian, peneliti

terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan proposal dari kedua pembimbing

skripsi, setelahnya peneliti dapat menyusun kuesioner penelitian tersebut. Dengan

adanya kuesioner peneliti berharap data yang diperoleh akan akurat, hasil dari

pengumpulan data yang berupa angka-angka dengan sifatnya yang pasti. Karena

dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian, maka

pedoman penelitian merupakan pegangan peneliti untuk mendapatkan data di

lapangan. Dalam tahapan ini pun peneliti menyusun instrumen penelitian untuk

masyarakat Kota Bandung.

3. Perizinan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian ke lapangan, peneliti harus menempuh

prosedur perizinan penelitian, hal ini dilakukan agar penelitian yang dilaksanakan

mendapatkan legalitas. Adapun prosedur perizinan yang ditempuh, sebagai

berikut:

a. Mengajukan permohonan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan

(39)

60

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disampaikan kepada Pembantu Dekan I Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan diteruskan kepada Kepala BAAK UPI, yang secara

kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademik.

b. Pembantu Rektor Bidang Akademik atas nama Rektor Universitas Pendidikan

Indonesia mengeluarkan surat permohonan izin penelitian kepada Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.

c. Mengajukan permohonan izin mengadakan penelitian kepada subjek-subjek

penelitian yang telah ditentukan sebelumnya dengan membawa surat

rekomendasi dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.

4. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melaksanakan tahapan pra-penelitian, kemudian menempuh

prosedur perizinan untuk penelitian, pada tahap selanjutnya, peneliti memulai

untuk terjun ke lapangan dalam rangka memulai penelitian. Pelaksanaan

penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data hasil dari pengisian

kuesioner yang telah disebar kepada masyarakat Kota Bandung. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Menghubungi setiap Lurah (Lurah Sadang Serang, Lurah Cihapit, Lurah

Cibadak dan Lurah Pamekitan) untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Menghubungi ketua RW dari masing-masing wilayah sampel, yang dimana

oleh peneliti beberapa warganya dipilih sebagai responden, untuk meminta

izin melaksanakan penelitian.

c. Menentukan responden yang akan diberikan kuesioner, karena dalam

penelitian ini meneliti makna tayangan debat calon Gubernur Jabar 2013 bagi

peningkatan partisipasi politik masyarakat Kota Bandung maka, peneliti akan

menentukan responden yang pada saat Pilgub Jabar 2013 telah atau lebih

berusia 17 tahun atau sudah menikah dengan kata lain sudah memiliki hak

pilih dalam Pilgub Jabar 2013 tersebut.

(40)

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengukur dan menganalisis seberapa baik instrumen itu

dibuat untuk kemudian diberikan kepada responden. Pengujian instrumen

penelitian dalam hal ini ialah mengenai uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengukur apakah instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini valid atau tidak.

Instrumen yang valid berarti instrumen yang berperan sebagai alat ukur adalah

valid. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 348) “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.”

Teknik uji validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis daya pembeda, pengujian daya pembeda yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah menggunakan t-test. Untuk menguji daya pembeda

secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai berikut:

Dimana:

(Sugiyono, 2006, hlm. 128)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

(41)

62

Ray Fitra Dwi Yudha2014

Makna tayangan debat calon gubernur jawa barat

Di televisi bagi peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan gubernur jawa barat 2013

Di kota bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas intrumen.

Melihat pendapat Sugiyono tersebut maka peneliti menggunakan uji

reliabilitas instrumen dengan teknik „Rumus Alpha‟. Peneliti menggunakan „Rumus Alpha‟ karena dalam hal ini peneliti menggunakan angket dengan skala

Likert. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto bahwa “Rumus Alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0,

misalnya angket atau soal bentuk uraian. „Rumus Alpha‟ yang digunakan peneliti

adalah sebagai berikut:

(

)

Keterangan: = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varian butir

= Varian total

(Arikunto, 2002, hlm. 171)

G.Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2000, hlm. 13) analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 3.1.
Tabel. 3.2.
Tabel 3.3.
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam masalah tanah, sering terjadi penipuan terkait jual beli tanah dalam tujuan penguasaan tanah secara melawan hukum di atas lahan yang telah dikuasai dan

Program pelatihan pembelajaran tematik melalui media angklung bagi guru sd se - gugus

[r]

The Art of Training and Development: Coaching for Change Peran Pelatih dalam Proses Perubahan Manusia dan Organisasi. Desain Pengembangan Pembelajaran

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan terhadap masalah izin tinggal warga negara asing di kantor imigrasi kelas II Belawan.Dalam penulisan skripsi ini yang

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.. Beberapa Pemikiran tentang Pembangunan Kesejahteraan

Dari sejarah hidup Muhammad Arsyad yang telah dipaparkan kita juga. dapat menyimpulkan bahwa ia adalah seorang ulama dan pendidik,