• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh :

HAFIZH FAJAR RAJAB

0902089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK

Oleh :

Hafizh Fajar Rajab

0902089

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hafizh Fajar Rajab 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HAFIZH FAJAR RAJAB

0902089

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Harsa W. Prabawa, S.Si, M.Pd.

NIP. 198008102009121003

Pembimbing II,

Dr. Parsaoran Siahaan, M. Pd.

NIP. 195803011980021002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

(4)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined.

1.1.Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4.Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.5.Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.6.Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

1.7.Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

PADA MATA PELAJARAN TIK ... Error! Bookmark not defined.

2.1.Belajar dan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.2.Metode Pembelajaran Guided Discovery... Error! Bookmark not

defined.

2.3.Perbedaan Metode Pembelajaran Discovery dengan Metode

(5)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3.Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5.Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.6.Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.7.Teknik Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark

not defined.

4.1.Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2.Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1.Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2.Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(6)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Tahapan Metode Discovery dengan Tahapan Metode

Inquiry... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2. Klasifikasi Interpretasi Validitas . Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.3. Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ... Error! Bookmark not

defined.

Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.6. Klasifikasi Kriteria Gain ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.7. Pembobotan Skor Angket ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1. Hasil Uji Soal Pilihan Ganda ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2. Hasil Uji Soal Uraian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3. Hasil Pretest, Posttest dan Gain ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4. Normalitas Soal Pilihan Ganda ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.5. Normalitas Soal Uraian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7. Hasil Uji Anova Satu Jalur ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.8. Hasil Uji Lanjut Tukey-Kramer .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.9. Hasil Angket Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10. Hasil Observasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11. Peningkatan Kemampuan Per Indikator Pemahaman ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Uraian Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.13. Hasil Angket Siswa Berdasarkan Kelompok.. Error! Bookmark

not defined.

(7)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.2. Kategori Interval Hasil Angket Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket .... Error! Bookmark

not defined.

Gambar 4.2. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 1 .... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.3. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 2 .... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.4. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 3 .... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.5. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 4 .... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.6. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 5 .... Error!

(8)

1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Bahkan perilaku dan aktivitas

manusia kini banyak tergantung pada teknologi informasi dan

komunikasi. Aspek pendidikan juga tidak lepas dari pengaruh

perkembangan teknologi. Salah satu dampaknya adalah dikenalkannya

mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai salah

satu mata pelajaran pokok di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2004, tepatnya saat

diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kemudian

pada 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai

diberlakukan.

Inansyah (2009) menyatakan bahwa bahan kajian teknologi

informasi dan komunikasi dalam standar isi mencakup 3 aspek yaitu

1.

Konsep, pengetahuan, dan operasi dasar,

2.

Pengolahan informasi untuk produktivitas,

3.

Pemecahan suatu masalah, eksplorasi dan komunikasi.

Lebih lanjut, Inansyah (2009) menyatakan bahwa aspek-aspek

standar kompetensi tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu

kompetensi. Cara mengajarkan aspek 1 dan 2 tidak harus berurutan,

boleh juga dimulai dari aspek 2 ke aspek 1, atau disajikan secara

serentak. Kompetensi siswa yang terbentuk dari aspek konsep,

pengetahuan, dan operasi dasar atau aspek pengolahan informasi untuk

produktifitas akan membangun kompetensi dari aspek pemecahan

masalah, eksplorasi dan komunikasi.

(9)

pengetahuan, dan operasi dasar. Jika siswa tidak memahami suatu

permasalahan, tentu ia tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

Menurut Bloom (1956), pemahaman adalah suatu kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman lebih

dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental

yang dinamis.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu mencari cara mengajar

yang dapat merangsang siswa lebih aktif secara mandiri ataupun

kelompok untuk memahami suatu materi. Sayangnya, dari hasil survei

yang dilakukan oleh Syamsuri (2010), masih banyak guru yang

menggunakan metode pembelajaran ceramah yang membuat siswa

cenderung hanya menjadi pendengar yang pasif. Padahal sejatinya siswa

lah yang seharusnya aktif dalam proses pembelajaran.

Hal ini juga yang terjadi saat peneliti melakukan PPL di sebuah

sekolah swasta di Bandung pada tahun 2012. Proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru yang mengajar di sekolah tersebut kebanyakan

masih menggunakan metode yang membuat siswa pasif. Akibatnya,

banyak siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan

dan tugas yang diberikan guru.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif

dalam proses pembelajaran adalah metode Discovery. Dengan metode

ini, siswa tidak hanya bertindak sebagai penerima pengetahuan dari guru,

tetapi bertindak sebagai penemu pengetahuan itu sendiri. Dalam metode

ini, guru bertindak hanya sebagai pembimbing siswa dalam mencapai

pengetahuan tersebut.

(10)

proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para

anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi,

sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat

ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, jika mental siswa lemah dan

mudah menyerah, maka pembelajaran Discovery tidak akan berhasil

dengan baik. Artinya, guru harus menyusun kegiatan pembelajaran

sedemikian rupa sehingga siswa tertarik dan bersemangat melakukan

kegiatan pembelajaran Discovery hingga hasil yang diinginkan dapat

tercapai.

Menurut Gorman (Effendi, 2012), pembelajaran menggunakan

metode penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free

discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan

terbimbing). Dalam penemuan bebas, siswa benar-benar dilepas dalam

mengidentifikasi masalah, dan menguji hipotesis dengan konsep-konsep

dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik pada situasi baru.

Pada penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing siswa

dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang

dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,

mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali

data-data sehingga membentuk konsep baru.

Markaban (Wulandari, 2012) mengatakan bahwa metode

penemuan bebas kurang tepat digunakan karena pada umumnya siswa

masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.

Selain itu, penemuan bebas dapat memakan waktu berhari-hari atau

bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu apa yang harus

dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode penemuan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan

terbimbing (Guided Discovery).

(11)

(Munir, 2008) menunjukkan, bahwa daya ingat orang yang hanya

membaca saja memberikan persentase terrendah, yaitu 1%. Daya ingat

ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain,

seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan

media 3 dimensi seperti multimedia, hingga 60%. Penelitian yang

dilakukan oleh Putri (2011) didapatkan data sebanyak 81% siswa

menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam proses

pembelajaran memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. Sebanyak

86% siswa menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam

pembelajaran membantu meningkatkan minat belajar. Dari hasil

penelitian di atas, penggunaan multimedia interaktif dalam proses

pembelajaran memberikan motivasi belajar yang baik serta membantu

siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti akan mengangkat judul penelitian

Penerapan Metode

Pembelajaran Guided Discovery Berbantuan Multimedia Interaktif

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA Dalam Mata

Pelajaran TIK”

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah peneliti

paparkan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini dirumuskan sebagi berikut:

“Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas XI dalam

pembelajaran TIK melalui penerapan metode pembelajaran Guided

Discovery

berbantuan multimedia interaktif?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, diajukan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(12)

dalam pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran

Guided Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif?

2.

Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan metode Guided Discovery berbantuan multimedia

interaktif?

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman antara

siswa kelompok atas, tengah, dan bawah yang dalam

pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Guided

Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif.

2.

Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan

metode

pembelajaran

Guided

Discovery

berbantuan multimedia interaktif.

1.4.

Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka masalah

dalam penelitian ini dibatasi sebagain berikut:

1.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pokok bahasan

pengenalan internet dengan materi yang diberikan yaitu perangkat

keras internet dan cara akses internet.

2.

Indikator kemampuan pemahaman yang dinilai pada penelitian ini

adalah translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.

3.

Multimedia interaktif yang dibuat pada penelitian ini hanya

sebagai bahan ajar atau alat penunjang pada kegiatan belajar.

1.5.

Manfaat Penelitian

(13)

1.

Bagi siswa, metode pembelajaran Guided Discovery diharapkan

dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

diajarkan.

2.

Bagi guru, metode pembelajaran Guided Discovery dapat menjadi

salah satu alternatif pilihan pembelajaran yang sesuai untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

3.

Bagi peneliti, mengetahui peningkatan pemahaman siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery.

1.6.

Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah:

1.

Metode pembelajaran Guided Discovery merupakan metode

pembelajaran

yang

mengajak

siswa

untuk

memperoleh

pengetahuan secara mandiri, tanpa proses pemberitahuan secara

langsung oleh guru. Pada penemuan terbimbing (Guided

Discovery), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam

belajar. Tahapan pembelajaran Guided Discovery yang digunakan

dalam penelitian ini adalah: merumuskan masalah, membuat

dugaan, mencari informasi yang diperlukan untuk memeriksa

dugaan, menarik kesimpulan, dan mengaplikasikan kesimpulan

dalam situasi baru. Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan

diukur dari lembar observasi.

2.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemahaman adalah

kemampuan yang mencakup tiga aspek, yaitu translasi,

interpretasi, dan ekstrapolasi. Ketiga aspek tersebut diukur dengan

menggunakan tes tertulis.

(14)

1.7.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1.

Hipotesis nol (H

0

) :

“T

idak terdapat peningkatan kemampuan

pemahaman siswa kelas XI dalam pembelajaran TIK melalui

penerapan metode pembelajaran Guided Discovery berbantuan

multimedia interaktif.”

(15)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA

MATA PELAJARAN TIK

2.1.

Belajar dan Pembelajaran

Setiap manusia pasti belajar. Entah itu belajar secara formal di

sekolah ataupun belajar hal lain di luar sekolah. Cronbach (Baharuddin,

2009

), menyatakan bahwa “

learning is shown by a change in behavior as

a result of experience [belajar ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman]”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh

James O. Wittaker (Suryabrata, 2010

), bahwa “

learning may be defined

as the process by which behavior originates or is altered through

training or experience [belajar dapat diartikan sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman]”.

Sedangkan Hilgard (Baharuddin, 2009

), mendefinisikan “

learning

is the process by which an activity originates or is changed through

training procedures (whether in the laboratory or in the natural

environment) as distinguished from change by factors not attributable to

training [belajar adalah proses dimana suatu kegiatan ditimbulkan atau

diubah melalui tahapan-tahapan latihan (baik di laboratorium ataupun di

lingkungan alam) yang dibedakan dari perubahan oleh faktor-faktor yang

tidak terkait dengan latihan]”.

(16)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perubahan perilaku dalam belajar bersifat permanen, sehingga hasil

belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu

secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Meskipun

demikian, tidak semua perubahan perilaku adalah hasil belajar. Beberapa

diantaranya

terjadi

dengan

sendirinya

seiring

dengan

proses

perkembangan dan pertumbuhan seseorang.

Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Gagne dan Briggs

(1979), adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses

belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun

sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal. Menurut UU No. 20/2003, Bab I

Pasal Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa

pembelajaran adalah serangkaian interaksi antara peserta didik dengan

pendidik yang disusun sedemikian sehingga dapat mempengaruhi dan

mendukung terjadinya proses belajar. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan

beberapa komponen :

1.

Siswa, yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan

isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2.

Guru, yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran

lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar yang efektif.

(17)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.

Isi Pelajaran, berisi segala informasi berupa fakta, prinsip, dan

konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5.

Metode, yaitu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka

untuk mencapai tujuan.

6.

Media, yaitu bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang

digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

7.

Evaluasi, yaitu cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu

proses dan hasilnya.

2.2.

Metode Pembelajaran Guided Discovery

Seperti dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran merupakan

salah satu komponen utama dari proses pembelajaran. Metode

pembelajaran yaitu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk

mencapai tujuan. Metode pembelajaran memiliki banyak jenis dan

bentuk serta dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan guru dan

siswanya. Salah satu jenis metode pembelajaran yaitu metode

pembelajaran Discovery.

Metode Discovery atau disebut juga metode penemuan diartikan

sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran,

perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai

kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak

menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan merupakan komponen

dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan

cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari

sendiri,

dan

reflektif. Encyclopedia

of

Educational

Research

(18)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan

memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan

pendidikannya. Menurut Sund (Roestiyah, 2001), metode pembelajaran

Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut ialah mengamati,

mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

membuat kesimpulan dan sebagainya.

Metode pembelajaran Discovery merupakan metode pembelajaran

yang mengharuskan siswa menemukan sendiri pengetahuannya tanpa

diberitahu secara langsung oleh guru. Ruseffendi (Astuti, 2006)

menyatakan bahwa metode Discovery merupakan metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui

pemberitahuan, tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri oleh

siswa. Sejalan dengan Ruseffendi, Oemar Hamalik (Ilahi, 2012)

mengartikan metode Discovery sebagai proses pembelajaran yang

menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam

memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan

suatu konsep atau generalisasi yang dapat ditemukan di lapangan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan

adalah suatu kegiatan belajar yang dirancang sedemikian sehingga siswa

dapat menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui proses

mental yang dilaluinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berupa

mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

(19)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan

terbimbing menunjukkan kebaikan-kebaikan, diantaranya pengetahuan

itu bertahan lama atau lama diingat, atau lebih mudah diingat.

Bell (Effendi, 2012), menyebutkan beberapa tujuan dari metode

penemuan, antara lain:

1.

Dalam belajar penemuan, siswa memiliki kesempatan menjadi

lebih terlihat aktif dan siswa semakin meningkatkan tingkat

partisipasinya dalam kelas pada saat strategi penemuan digunakan

guru.

2.

Melalui strategi penemuan, siswa belajar menemukan pola baik

dalam situasi konkret maupun abstrak dan belajar menyisipkan

sejumlah informasi dari data yang diberikan.

3.

Siswa akan belajar menformulasikan strategi bertanya terarah dan

menggunakannya untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat

dalam penemuan.

4.

Belajar penemuan dapat membantu siswa siswa mengembangkan

cara belajar bersama/kelompok secara efektif, berbagi informasi,

mendengar dan memanfaatkan ide-ide orang lain.

5.

Terdapat

beberapa

fakta

yang

mengindikasikan

bahwa

keterampilan, konsep dan prinsip-prinsip belajar penemuan

bermakna bagi siswa dan diingan dalam waktu yang lama.

6.

Keterampilan belajar akan mudah ditrasfer pada kegiatan belajar

baru dan menggunakannya dalam situasi yang lain.

Menurut Gorman (Effendi, 2012), pembelajaran menggunakan

metode penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free

discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan

(20)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing siswa

dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang

dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,

mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali

data-data sehingga membentuk konsep baru.

Markaban (Wulandari, 2012) mengatakan bahwa metode

penemuan bebas kurang tepat digunakan karena pada umumnya siswa

masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.

Selain itu, penemuan bebas dapat memakan waktu berhari-hari atau

bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu apa yang harus

dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode penemuan

yang lebih tepat digunakan untuk siswa adalah metode penemuan

terbimbing.

Agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing berjalan dengan

efektif, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru. Berikut

adalah langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Gilstrap dan

Schuman (Suryosubroto, 2002) :

1.

Identifikasi kebutuhan siswa;

2.

Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian

konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari;

3.

Pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan

dipelajari;

4.

Membantu memperjelas tugas/masalah yang akan dipelajari serta

peranan masing-masing siswa;

5.

Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

(21)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7.

Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan

melalui kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data;

8.

Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan oleh

siswa;

9.

Membimbing siswa untuk melakukan analisis sendiri dengan

pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses yang

digunakan;

10.

Memuji dan membesarkan hati siswa yang ikut serta dalam proses

penemuan;

11.

Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi

atas hasil penemuannya;

Shadiq (Wulandari, 2012) memaparkan lima langkah pelaksanaan

metode penemuan terbimbing, sebagai berikut:

1.

Guru merumuskan masalah yang akan dipaparkan kepada siswa

dengan data secukupnya, dan dengan perumusan yang jelas tidak

menimbulkan salah tafsir;

2.

Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun dan menambah

data baru, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data

tersebut. Guru membimbing siswa agar melangkah ke arah yang

tepat, biasanya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

3.

Siswa menyusun konjektur (prakiraan atau dugaan) dari hasil

analisis yang dilakukannya.

4.

Mengkaji kebenaran konjektur dengan alasan-alasan yang masuk

akal. Verbalisasi konjektur beserta buktinya diesrahkan kepada

siswa untuk menyusunnya.

(22)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, Sudjana (Effendi, 2012) mengutarakan bahwa ada

lima langkah yang ditempuh dalam melaksanakan metode penemuan,

yakni:

1.

Perumusan masalah

2.

Membuat dugaan

3.

Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk

memeriksa dugaan

4.

Menarik kesimpulan/generalisasi

5.

Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.

Suatu metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan

kekurangan. Beberapa kelebihan metode penemuan diungkapkan oleh

Suryosubroto (2002), yaitu:

1.

Membantu siswa dalam mengembangkan atau memperbanyak

penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. Proses

penemuan diperoleh dari usaha untuk menemukan, sehingga

siswa belajar bagaimana belajar itu.

2.

Membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan

jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan

kadang-kadang kegagalan.

3.

Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai

dengan kemampuannya sendiri.

4.

Siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih

merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling

sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.

(23)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7.

Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat

untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Menurut Suherman (2001), kelebihan dari metode penemuan

antara lain:

1.

Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

2.

Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri

proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini

lebih lama diingat.

3.

Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan terbimbing lagi sehingga

minat belajarnya meningkat.

4.

Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan

terbimbing akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke

berbagai konteks.

5.

Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Suherman (2001) juga menyatakan beberapa kelemahan metode

discovery, yaitu sebagai berikut:

1.

Metode ini banyak menyita waktu, juga tidak menjamin siswa

tetap bersemangat mencari penemuan-penemuan.

2.

Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar

dengan cara penemuan.

3.

Tidak semua anak mampu melakukan penemuan, apabila

bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa ini

dapat merusak pengetahuannya. Juga bimbingan yang terlalu

banyak dapat mematikan inisiatifnya.

(24)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.

Kelas yang banyak muridnya akan sangat merepotan guru dalam

memberikan bimbingan dan pengarahan belajr dengan metode

penemuan.

Sedangkan beberapa kelemahan metode Discovery menurut

Hamalik (1986), yaitu sebagai berikut:

1.

Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami

kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan

antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada

gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru

menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.

2.

Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang

banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu

mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3.

Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan

cara-cara belajar yang lama.

4.

Pengajaran penemuan lebih

cocok

untuk

mengembangkan

pemahaman,

sedangkan

mengembangkan

aspek

konsep,

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

5.

Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk

mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

(25)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.

Perbedaan

Metode Pembelajaran Discovery dengan Metode

Pembelajaran Inquiry

Metode pembelajaran discovery sering tertukar dengan metode

pembelajaran inquiry. Sund (Mulyani, 2009) menyatakan bahwa inquiry

merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam,

artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, yaitu merumuskan masalah, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan.

Metode discovery menekankan pada kegiatan proses mental saja, artinya

dalam proses untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang

diberikan, siswa tidak sampai melakukan kegiatan percobaan, melainkan

sebatas

mengamati,

mengolong-golongkan,

membuat

dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Perbedaan tahapan pelaksanaan kedua metode tersebut dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.1.

Perbedaan Tahapan Metode Discovery dengan Tahapan Metode Inquiry

Metode Pembelajaran Discovery

Metode Pembelajaran Inquiry

1.

Perumusan masalah

2.

Membuat dugaan

3.

Siswa mencari informasi, data,

fakta

yang

diperlukan

untuk

memeriksa dugaan

4.

Menarik kesimpulan/generalisasi

5.

Mengaplikasikan

kesimpulan/generalisasi

dalam

situasi baru.

[Sudjana dalam Effendi (2012)]

1.

Penyajian masalah

2.

Pengumpulan dan verifikasi data

3.

Eksperimen

4.

Formulasi penjelasan

5.

Analisis proses inquiry

(26)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari tabel di atas, terlihat beberapa perbedaan pada tahapan

pelaksanaan metode discovery dan inquiry. Perbedaan yang paling jelas

adalah adanya tahap eksperimen pada metode inquiry, sedangkan tahap

ini tidak ada pada metode discovery. Hal ini menunjukkan bahwa proses

pembelajaran metode inquiry memang lebih mendalam. Pada metode

discovery, siswa mendapatkan kesimpulan untuk menyelesaikan

permasalahan dengan cara mengamati atau studi literatur, sedangkan

pada metode inquiry siswa mendapatkan kesimpulan setelah melakukan

pengumpulan data dan melakukan eksperimen .

2.4.

Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Menurut Bloom

(1956), pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap

arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman lebih dari sekedar

mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis.

Menurut Bloom dalam Kuswana (2012), terdapat tiga jenis

perilaku pemahaman yang dapat menjadi indikator proses kognitif

pemahaman. Ketiga kategori indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Translasi

Perilaku

translasi

dapat

juga

disebut

dengan

perilaku

menerjemahkan. Perilaku translasi ini diartikan sebagai sebuah

perilaku

dimana

seseorang

dapat

menerjemahkan

atau

mengkomunikasikan suatu istilah atau pengertian ke dalam

bahasa lain, atau kata-kata yang berbeda tanpa kehilangan makna

sebenarnya.

2.

Interpretasi

(27)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memungkinkan memerlukan penataan kembali ide-ide ke dalam

konfigurasi baru dalam pikiran individu. Dasar untuk

menginterpretasikan adalah harus mampu menerjemahkan dari

komunikasi yang tidak hanya kata-kata atau frasa-frasa, tetapi

juga melingkupi berbagai perangkat yang dapat dijelaskannya,

seperti gambar, grafik, tabel, atau diagram. Artinya, seseorang

dalam menyimak komunikasi terdapat beberapa pandangan yang

bermakna, secara total yang disimpan dan dihubung-hubungkan

dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebagai pengalaman dan

dapat dijadikan ide-ide.

3.

Ekstrapolasi

Perilaku ekstrapolasi mencakup pemikiran atau prediksi yang

dilandasi oleh pemahaman kecenderungan atau kondisi yang

dijelaskan dalam komunikasi. Situasi ini memungkinkan

melibatkan pembuatan kesimpulan sehubungan dengan implikasi,

konsekuensi, akibat, dan efek sesuai dengan kondisi yang

dijelaskan dalam komunikasi.

Bloom, dalam Kuswana (2012) juga menyatakan beberapa

ilustrasi sasaran pembelajaran bagi ketiga perilaku pemahaman tersebut.

1.

Ilustrasi Sasaran Pembelajaran Perilaku Translasi

-

Kemampuan menerjemahkan suatu keputusan masalah atau

penyusunan kata-kata abstrak dari bahasa konkret secara teknis

dan merupakan “pern

yataan masalah dalam kata-kata yang

telah dimiliki”.

(28)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

-

Kemampuan menerjemahkan atau meringkas suatu proses

berpikir, seperti prinsip umum dengan memberi suatu ilustrasi

atau contoh.

-

Kemampuan untuk menerjemahkan pernyataan dalam bentuk

yang tidak lazim (kiasan, simbolisme, ironi) ke dalam bahasa

Inggris yang standar.

-

Kemampuan untuk memahami makna dari kata-kata tertentu

seperti syair atau puisi ditinjau dari sudut konteks bahasa.

-

Kemampuan untuk menerjemahkan (dengan atau tanpa

kamus), dari suatu prosa atau puisi dalam bahasa asing ke

dalam bahasa Inggris standar.

2.

Ilustrasi Sasaran Pembelajaran Perilaku Interpretasi

-

Kemampuan

memahami

dan

mengertisesuatu

secar

keseluruhan pada setiap pekerjaan atau suatu yang diinginkan

pada tingkatan bersifat umum.

-

Kemampuan memahami dan mengiterpretasikan dengan

meningkatkan kejernihan dan kedalaman membaca berbagai

jenis bahan.

-

Kemampuan memberikan ciri diantara kebenaran yang dijamin

dengan alasan tak terbantahkan, berupa kesimpulan yang

ditarik dari data-data.

-

Kemampuan menginterpretasikan berbagai jenis data sosial.

-

Kemampuan dan cakap dalam membuat menginterpretasikan

data.

3.

Ilustrasi Sasaran Pembelajaran Perilaku Ekstrapolasi

(29)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

-

Kemampuan merumuskan dan menguji hipotesis, mengenali

keterbatasan data dan menarik kesimpulan secara efektif.

-

Keterampilan meramalkan kecenderungan yang akan terjadi.

-

Keterampilan menyisipkan diantara kesenjangan informasi

berdasarkan data yang benar.

-

Kemampuan menggambarkan, menaksir atau memprediksi

akibat dari tindakan tertentu dalam komonikasi.

-

Kemampuan memberikan ciri akibat-akibat secara relative dari

kemungkinan suatu derajat tertinggi.

-

Kemampuan membedakan nilai keputusan dari ramalan yang

penting.

2.5.

Multimedia Interaktif

(30)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan kata interaktif menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah “bersifat saling melakukan aksi; antar

-hubungan; saling

aktif; berkaitan dengan dialog antara komputer dan terminal atau antara

komputer dan komputer". Interaktivitas mengijinkan seseorang untuk

mengakses berbagai macam bentuk media atau jalur didalam suatu

program multimedia sehingga program tersebut dapat lebih berarti dan

lebih memberikan kepuasan bagi pengguna.

Jika dikaitkan dengan multimedia, kata interaktif berarti

pengguna dan multimedia terdapat hubungan timbal balik. User

memberikan suatu perintah terhadap multimedia, yang kemudian

dilanjutkan dengan penyajian informasi oleh multimedia sesuai dengan

yang diperintahkan user tersebut.

Multimedia interaktif dapat diartikan sebagai multimedia yang

dilengkapi alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna,

sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses

selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahono (2007) yang

menyebutkan

bahwa

multimedia

interaktif

harus

memberikan

keleluasaan kepada pengguna untuk mengontrol multimedia tersebut.

Multimedia interaktif harus memiliki umpan balik yang dapat

menentukan proses yang akan diekseskusi selanjutnya. Umpan balik

bertujuan untuk menentukan interaksi yang dikehendaki. Sehingga

multimedia interaktif dirancang yang dalam penggunaannya melibatkan

respon user secara aktif.

(31)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pebelajaran mandiri, (3) Digunakan sebagai media satu-satunya dalam

pembelajaran.

Beberapa karakteristik multimedia pembelajaran menurut Munir

(2012) adalah sebagai berikut :

1.

Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya

menggabungkan unsur audio dan visual.

2.

Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk

mengakomodasi respon pengguna.

3.

Bersifat mandiri, dalam pengrtian member kemudahan dan

kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa

menggunakan tanpa bimbingan orang lain.

Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia

pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut (Munir, 2012):

1.

Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering

mungkin

2.

Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol

laju kecepatan belajarnya sendiri

3.

Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang

koheren dan terkendali

4.

Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari

pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan,

keputusan, percobaan dan lain-lain.

(32)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.

Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.

2.

Pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari

terobosan pembelajaran.

3.

Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, music,

animasi gambar atau video dalam suatu kesatuan yang saling

mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran.

4.

Menambah motivasi peserta didik selama proses belajar mengajar

hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

5.

Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk

diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga

konvensional.

(33)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Astuti, Dewi Puji. (2008). Pengaruh Implementasi Metode Guided Discovery

Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa. Bandung: Jur. Pendidikan Matematika UPI. Tidak dipublikasikan.

Baharuddin. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Bloom, Benjamin Samuel. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. New

York: David McKay.

Duandini, Indrika Indah. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Inquiry untuk meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Pada Ranah

Kognitif. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Tidak

dipublikasikan.

Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode

Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Bandung: Tesis Jurusan

Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan

Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Illahi, Mohammad Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental

(34)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inansyah. (2009). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. [Online].

Tersedia:http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&

view=article&id=520:kajian-kebijakan-kurikulum-mata-pelajaran-tik&catid=41:top-headlines.

Kuswono, Wowo Sunaryo. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyani, Sri Wahyu. (2009). Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa. Bandung: Skripsi

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Tidak dipublikasikan.

Munir. (2012). Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Alfabeta

:Bandung.

Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putri, Retno Astrini. (2010). Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif

Berbasis Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII

Dalam Pembelajaran TIK. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu

Komputer FPMIPA UPI. Tidak dipublikasikan.

Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung.

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : PT.

Refika Aditama.

(35)

Hafizh Fajar Rajab, 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsuri, Istamar. (2010). Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan

Minat Siswa Pada Bidang MIPA. [Online]. Tersedia:

http://kappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Pemakalah%202_PENINGKATAN

%20KOMPETENSI%20GURU.doc

Wulandari, Ira. (2012). Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa

Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan

Terbimbing. Bandung: Tesis Jurusan Pendidikan Matematika Sekolah

Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

___________. (2005). Pengantar Multimedia [Online]. Tersedia:

http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia1.pdf

Gambar

Tabel 2.1. Perbedaan Tahapan Metode Discovery dengan Tahapan Metode Inquiry

Referensi

Dokumen terkait

Ekonomi Konvensional adalah teori ekonomi yang diuraikan oleh tokoh-tokoh penemu ekonomi klasik seperti Adam Smith atau French Physiocrats.. Sistem ekonomi klasik tersebut

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis masalah pencatatan dan penyimpanan rekam medis, merancang proses bisnis baru dalam sebuah sistem

[r]

populasi Alat Analisis: The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS Pengujian Hipotesis:  Kualitas Hubungan Bisnis dengan Outlet berpengaruh positif terhadap

Hasil penelitian ini diantaranya menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan proses dan hasil

Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Keterampilan Lompat Jongkok Pada Pembelajaran Senam Alat Meja Lompat Di SMPN 2 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan kriteria Bank Dunia tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kota Medan tergolong rendah yakni 17,14% dari kelompok 40% masyarakat berpendapatan terendah yang