PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh :
HAFIZH FAJAR RAJAB
0902089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK
Oleh :
Hafizh Fajar Rajab
0902089
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Hafizh Fajar Rajab 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
HAFIZH FAJAR RAJAB
0902089
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Harsa W. Prabawa, S.Si, M.Pd.
NIP. 198008102009121003
Pembimbing II,
Dr. Parsaoran Siahaan, M. Pd.
NIP. 195803011980021002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined.
1.1.Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.2.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.4.Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.5.Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.6.Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
1.7.Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
PADA MATA PELAJARAN TIK ... Error! Bookmark not defined.
2.1.Belajar dan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
2.2.Metode Pembelajaran Guided Discovery... Error! Bookmark not
defined.
2.3.Perbedaan Metode Pembelajaran Discovery dengan Metode
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2.Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.3.Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
3.5.Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.6.Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.7.Teknik Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark
not defined.
4.1.Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.2.Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
5.1.Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
5.2.Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Tahapan Metode Discovery dengan Tahapan Metode
Inquiry... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.1. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.2. Klasifikasi Interpretasi Validitas . Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.3. Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.6. Klasifikasi Kriteria Gain ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.7. Pembobotan Skor Angket ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.1. Hasil Uji Soal Pilihan Ganda ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2. Hasil Uji Soal Uraian ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3. Hasil Pretest, Posttest dan Gain ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.4. Normalitas Soal Pilihan Ganda ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.5. Normalitas Soal Uraian ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.7. Hasil Uji Anova Satu Jalur ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.8. Hasil Uji Lanjut Tukey-Kramer .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.9. Hasil Angket Siswa ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.10. Hasil Observasi ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.11. Peningkatan Kemampuan Per Indikator Pemahaman ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Uraian Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.13. Hasil Angket Siswa Berdasarkan Kelompok.. Error! Bookmark
not defined.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2. Kategori Interval Hasil Angket Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket .... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 4.2. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 1 .... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.3. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 2 .... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.4. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 3 .... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.5. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 4 .... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.6. Interval Kategori Hasil Perolehan Angket Indikator 5 .... Error!
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Bahkan perilaku dan aktivitas
manusia kini banyak tergantung pada teknologi informasi dan
komunikasi. Aspek pendidikan juga tidak lepas dari pengaruh
perkembangan teknologi. Salah satu dampaknya adalah dikenalkannya
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai salah
satu mata pelajaran pokok di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2004, tepatnya saat
diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kemudian
pada 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai
diberlakukan.
Inansyah (2009) menyatakan bahwa bahan kajian teknologi
informasi dan komunikasi dalam standar isi mencakup 3 aspek yaitu
1.
Konsep, pengetahuan, dan operasi dasar,
2.
Pengolahan informasi untuk produktivitas,
3.
Pemecahan suatu masalah, eksplorasi dan komunikasi.
Lebih lanjut, Inansyah (2009) menyatakan bahwa aspek-aspek
standar kompetensi tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu
kompetensi. Cara mengajarkan aspek 1 dan 2 tidak harus berurutan,
boleh juga dimulai dari aspek 2 ke aspek 1, atau disajikan secara
serentak. Kompetensi siswa yang terbentuk dari aspek konsep,
pengetahuan, dan operasi dasar atau aspek pengolahan informasi untuk
produktifitas akan membangun kompetensi dari aspek pemecahan
masalah, eksplorasi dan komunikasi.
pengetahuan, dan operasi dasar. Jika siswa tidak memahami suatu
permasalahan, tentu ia tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut Bloom (1956), pemahaman adalah suatu kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman lebih
dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental
yang dinamis.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu mencari cara mengajar
yang dapat merangsang siswa lebih aktif secara mandiri ataupun
kelompok untuk memahami suatu materi. Sayangnya, dari hasil survei
yang dilakukan oleh Syamsuri (2010), masih banyak guru yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah yang membuat siswa
cenderung hanya menjadi pendengar yang pasif. Padahal sejatinya siswa
lah yang seharusnya aktif dalam proses pembelajaran.
Hal ini juga yang terjadi saat peneliti melakukan PPL di sebuah
sekolah swasta di Bandung pada tahun 2012. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang mengajar di sekolah tersebut kebanyakan
masih menggunakan metode yang membuat siswa pasif. Akibatnya,
banyak siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan
dan tugas yang diberikan guru.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif
dalam proses pembelajaran adalah metode Discovery. Dengan metode
ini, siswa tidak hanya bertindak sebagai penerima pengetahuan dari guru,
tetapi bertindak sebagai penemu pengetahuan itu sendiri. Dalam metode
ini, guru bertindak hanya sebagai pembimbing siswa dalam mencapai
pengetahuan tersebut.
proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para
anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi,
sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat
ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, jika mental siswa lemah dan
mudah menyerah, maka pembelajaran Discovery tidak akan berhasil
dengan baik. Artinya, guru harus menyusun kegiatan pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa tertarik dan bersemangat melakukan
kegiatan pembelajaran Discovery hingga hasil yang diinginkan dapat
tercapai.
Menurut Gorman (Effendi, 2012), pembelajaran menggunakan
metode penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free
discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan
terbimbing). Dalam penemuan bebas, siswa benar-benar dilepas dalam
mengidentifikasi masalah, dan menguji hipotesis dengan konsep-konsep
dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik pada situasi baru.
Pada penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing siswa
dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,
mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali
data-data sehingga membentuk konsep baru.
Markaban (Wulandari, 2012) mengatakan bahwa metode
penemuan bebas kurang tepat digunakan karena pada umumnya siswa
masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.
Selain itu, penemuan bebas dapat memakan waktu berhari-hari atau
bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode penemuan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan
terbimbing (Guided Discovery).
(Munir, 2008) menunjukkan, bahwa daya ingat orang yang hanya
membaca saja memberikan persentase terrendah, yaitu 1%. Daya ingat
ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain,
seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan
media 3 dimensi seperti multimedia, hingga 60%. Penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2011) didapatkan data sebanyak 81% siswa
menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam proses
pembelajaran memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. Sebanyak
86% siswa menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam
pembelajaran membantu meningkatkan minat belajar. Dari hasil
penelitian di atas, penggunaan multimedia interaktif dalam proses
pembelajaran memberikan motivasi belajar yang baik serta membantu
siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti akan mengangkat judul penelitian
“
Penerapan Metode
Pembelajaran Guided Discovery Berbantuan Multimedia Interaktif
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA Dalam Mata
Pelajaran TIK”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah peneliti
paparkan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini dirumuskan sebagi berikut:
“Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas XI dalam
pembelajaran TIK melalui penerapan metode pembelajaran Guided
Discovery
berbantuan multimedia interaktif?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, diajukan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
dalam pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran
Guided Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif?
2.
Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode Guided Discovery berbantuan multimedia
interaktif?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman antara
siswa kelompok atas, tengah, dan bawah yang dalam
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Guided
Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif.
2.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
Guided
Discovery
berbantuan multimedia interaktif.
1.4.
Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka masalah
dalam penelitian ini dibatasi sebagain berikut:
1.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pokok bahasan
pengenalan internet dengan materi yang diberikan yaitu perangkat
keras internet dan cara akses internet.
2.
Indikator kemampuan pemahaman yang dinilai pada penelitian ini
adalah translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.
3.
Multimedia interaktif yang dibuat pada penelitian ini hanya
sebagai bahan ajar atau alat penunjang pada kegiatan belajar.
1.5.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi siswa, metode pembelajaran Guided Discovery diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.
2.
Bagi guru, metode pembelajaran Guided Discovery dapat menjadi
salah satu alternatif pilihan pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
3.
Bagi peneliti, mengetahui peningkatan pemahaman siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery.
1.6.
Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah:
1.
Metode pembelajaran Guided Discovery merupakan metode
pembelajaran
yang
mengajak
siswa
untuk
memperoleh
pengetahuan secara mandiri, tanpa proses pemberitahuan secara
langsung oleh guru. Pada penemuan terbimbing (Guided
Discovery), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam
belajar. Tahapan pembelajaran Guided Discovery yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: merumuskan masalah, membuat
dugaan, mencari informasi yang diperlukan untuk memeriksa
dugaan, menarik kesimpulan, dan mengaplikasikan kesimpulan
dalam situasi baru. Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan
diukur dari lembar observasi.
2.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan yang mencakup tiga aspek, yaitu translasi,
interpretasi, dan ekstrapolasi. Ketiga aspek tersebut diukur dengan
menggunakan tes tertulis.
1.7.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Hipotesis nol (H
0) :
“T
idak terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman siswa kelas XI dalam pembelajaran TIK melalui
penerapan metode pembelajaran Guided Discovery berbantuan
multimedia interaktif.”
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA
MATA PELAJARAN TIK
2.1.
Belajar dan Pembelajaran
Setiap manusia pasti belajar. Entah itu belajar secara formal di
sekolah ataupun belajar hal lain di luar sekolah. Cronbach (Baharuddin,
2009
), menyatakan bahwa “
learning is shown by a change in behavior as
a result of experience [belajar ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman]”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
James O. Wittaker (Suryabrata, 2010
), bahwa “
learning may be defined
as the process by which behavior originates or is altered through
training or experience [belajar dapat diartikan sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman]”.
Sedangkan Hilgard (Baharuddin, 2009
), mendefinisikan “
learning
is the process by which an activity originates or is changed through
training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environment) as distinguished from change by factors not attributable to
training [belajar adalah proses dimana suatu kegiatan ditimbulkan atau
diubah melalui tahapan-tahapan latihan (baik di laboratorium ataupun di
lingkungan alam) yang dibedakan dari perubahan oleh faktor-faktor yang
tidak terkait dengan latihan]”.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perubahan perilaku dalam belajar bersifat permanen, sehingga hasil
belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu
secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Meskipun
demikian, tidak semua perubahan perilaku adalah hasil belajar. Beberapa
diantaranya
terjadi
dengan
sendirinya
seiring
dengan
proses
perkembangan dan pertumbuhan seseorang.
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Gagne dan Briggs
(1979), adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Menurut UU No. 20/2003, Bab I
Pasal Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian interaksi antara peserta didik dengan
pendidik yang disusun sedemikian sehingga dapat mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan
beberapa komponen :
1.
Siswa, yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan
isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2.
Guru, yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar yang efektif.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.
Isi Pelajaran, berisi segala informasi berupa fakta, prinsip, dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5.
Metode, yaitu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka
untuk mencapai tujuan.
6.
Media, yaitu bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
7.
Evaluasi, yaitu cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu
proses dan hasilnya.
2.2.
Metode Pembelajaran Guided Discovery
Seperti dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran merupakan
salah satu komponen utama dari proses pembelajaran. Metode
pembelajaran yaitu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk
mencapai tujuan. Metode pembelajaran memiliki banyak jenis dan
bentuk serta dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan guru dan
siswanya. Salah satu jenis metode pembelajaran yaitu metode
pembelajaran Discovery.
Metode Discovery atau disebut juga metode penemuan diartikan
sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran,
perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai
kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak
menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan merupakan komponen
dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri,
dan
reflektif. Encyclopedia
of
Educational
Research
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Menurut Sund (Roestiyah, 2001), metode pembelajaran
Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut ialah mengamati,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya.
Metode pembelajaran Discovery merupakan metode pembelajaran
yang mengharuskan siswa menemukan sendiri pengetahuannya tanpa
diberitahu secara langsung oleh guru. Ruseffendi (Astuti, 2006)
menyatakan bahwa metode Discovery merupakan metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui
pemberitahuan, tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri oleh
siswa. Sejalan dengan Ruseffendi, Oemar Hamalik (Ilahi, 2012)
mengartikan metode Discovery sebagai proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan
suatu konsep atau generalisasi yang dapat ditemukan di lapangan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan
adalah suatu kegiatan belajar yang dirancang sedemikian sehingga siswa
dapat menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui proses
mental yang dilaluinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berupa
mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan
terbimbing menunjukkan kebaikan-kebaikan, diantaranya pengetahuan
itu bertahan lama atau lama diingat, atau lebih mudah diingat.
Bell (Effendi, 2012), menyebutkan beberapa tujuan dari metode
penemuan, antara lain:
1.
Dalam belajar penemuan, siswa memiliki kesempatan menjadi
lebih terlihat aktif dan siswa semakin meningkatkan tingkat
partisipasinya dalam kelas pada saat strategi penemuan digunakan
guru.
2.
Melalui strategi penemuan, siswa belajar menemukan pola baik
dalam situasi konkret maupun abstrak dan belajar menyisipkan
sejumlah informasi dari data yang diberikan.
3.
Siswa akan belajar menformulasikan strategi bertanya terarah dan
menggunakannya untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat
dalam penemuan.
4.
Belajar penemuan dapat membantu siswa siswa mengembangkan
cara belajar bersama/kelompok secara efektif, berbagi informasi,
mendengar dan memanfaatkan ide-ide orang lain.
5.
Terdapat
beberapa
fakta
yang
mengindikasikan
bahwa
keterampilan, konsep dan prinsip-prinsip belajar penemuan
bermakna bagi siswa dan diingan dalam waktu yang lama.
6.
Keterampilan belajar akan mudah ditrasfer pada kegiatan belajar
baru dan menggunakannya dalam situasi yang lain.
Menurut Gorman (Effendi, 2012), pembelajaran menggunakan
metode penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free
discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing siswa
dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,
mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali
data-data sehingga membentuk konsep baru.
Markaban (Wulandari, 2012) mengatakan bahwa metode
penemuan bebas kurang tepat digunakan karena pada umumnya siswa
masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.
Selain itu, penemuan bebas dapat memakan waktu berhari-hari atau
bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode penemuan
yang lebih tepat digunakan untuk siswa adalah metode penemuan
terbimbing.
Agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing berjalan dengan
efektif, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru. Berikut
adalah langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Gilstrap dan
Schuman (Suryosubroto, 2002) :
1.
Identifikasi kebutuhan siswa;
2.
Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian
konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari;
3.
Pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan
dipelajari;
4.
Membantu memperjelas tugas/masalah yang akan dipelajari serta
peranan masing-masing siswa;
5.
Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7.
Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
melalui kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data;
8.
Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan oleh
siswa;
9.
Membimbing siswa untuk melakukan analisis sendiri dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses yang
digunakan;
10.
Memuji dan membesarkan hati siswa yang ikut serta dalam proses
penemuan;
11.
Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi
atas hasil penemuannya;
Shadiq (Wulandari, 2012) memaparkan lima langkah pelaksanaan
metode penemuan terbimbing, sebagai berikut:
1.
Guru merumuskan masalah yang akan dipaparkan kepada siswa
dengan data secukupnya, dan dengan perumusan yang jelas tidak
menimbulkan salah tafsir;
2.
Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun dan menambah
data baru, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data
tersebut. Guru membimbing siswa agar melangkah ke arah yang
tepat, biasanya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
3.
Siswa menyusun konjektur (prakiraan atau dugaan) dari hasil
analisis yang dilakukannya.
4.
Mengkaji kebenaran konjektur dengan alasan-alasan yang masuk
akal. Verbalisasi konjektur beserta buktinya diesrahkan kepada
siswa untuk menyusunnya.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, Sudjana (Effendi, 2012) mengutarakan bahwa ada
lima langkah yang ditempuh dalam melaksanakan metode penemuan,
yakni:
1.
Perumusan masalah
2.
Membuat dugaan
3.
Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk
memeriksa dugaan
4.
Menarik kesimpulan/generalisasi
5.
Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.
Suatu metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan metode penemuan diungkapkan oleh
Suryosubroto (2002), yaitu:
1.
Membantu siswa dalam mengembangkan atau memperbanyak
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. Proses
penemuan diperoleh dari usaha untuk menemukan, sehingga
siswa belajar bagaimana belajar itu.
2.
Membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan
jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan
kadang-kadang kegagalan.
3.
Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
4.
Siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih
merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling
sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7.
Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat
untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Menurut Suherman (2001), kelebihan dari metode penemuan
antara lain:
1.
Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2.
Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
lebih lama diingat.
3.
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan terbimbing lagi sehingga
minat belajarnya meningkat.
4.
Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan
terbimbing akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke
berbagai konteks.
5.
Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Suherman (2001) juga menyatakan beberapa kelemahan metode
discovery, yaitu sebagai berikut:
1.
Metode ini banyak menyita waktu, juga tidak menjamin siswa
tetap bersemangat mencari penemuan-penemuan.
2.
Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar
dengan cara penemuan.
3.
Tidak semua anak mampu melakukan penemuan, apabila
bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa ini
dapat merusak pengetahuannya. Juga bimbingan yang terlalu
banyak dapat mematikan inisiatifnya.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.
Kelas yang banyak muridnya akan sangat merepotan guru dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan belajr dengan metode
penemuan.
Sedangkan beberapa kelemahan metode Discovery menurut
Hamalik (1986), yaitu sebagai berikut:
1.
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru
menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.
2.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
4.
Pengajaran penemuan lebih
cocok
untuk
mengembangkan
pemahaman,
sedangkan
mengembangkan
aspek
konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
5.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3.
PerbedaanMetode Pembelajaran Discovery dengan Metode
Pembelajaran Inquiry
Metode pembelajaran discovery sering tertukar dengan metode
pembelajaran inquiry. Sund (Mulyani, 2009) menyatakan bahwa inquiry
merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam,
artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, yaitu merumuskan masalah, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan.
Metode discovery menekankan pada kegiatan proses mental saja, artinya
dalam proses untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang
diberikan, siswa tidak sampai melakukan kegiatan percobaan, melainkan
sebatas
mengamati,
mengolong-golongkan,
membuat
dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Perbedaan tahapan pelaksanaan kedua metode tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.1.
Perbedaan Tahapan Metode Discovery dengan Tahapan Metode Inquiry
Metode Pembelajaran Discovery
Metode Pembelajaran Inquiry
1.
Perumusan masalah
2.
Membuat dugaan
3.
Siswa mencari informasi, data,
fakta
yang
diperlukan
untuk
memeriksa dugaan
4.
Menarik kesimpulan/generalisasi
5.
Mengaplikasikan
kesimpulan/generalisasi
dalam
situasi baru.
[Sudjana dalam Effendi (2012)]
1.
Penyajian masalah
2.
Pengumpulan dan verifikasi data
3.
Eksperimen
4.
Formulasi penjelasan
5.
Analisis proses inquiry
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari tabel di atas, terlihat beberapa perbedaan pada tahapan
pelaksanaan metode discovery dan inquiry. Perbedaan yang paling jelas
adalah adanya tahap eksperimen pada metode inquiry, sedangkan tahap
ini tidak ada pada metode discovery. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran metode inquiry memang lebih mendalam. Pada metode
discovery, siswa mendapatkan kesimpulan untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cara mengamati atau studi literatur, sedangkan
pada metode inquiry siswa mendapatkan kesimpulan setelah melakukan
pengumpulan data dan melakukan eksperimen .
2.4.
Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “paham” yang dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Menurut Bloom
(1956), pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap
arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman lebih dari sekedar
mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis.
Menurut Bloom dalam Kuswana (2012), terdapat tiga jenis
perilaku pemahaman yang dapat menjadi indikator proses kognitif
pemahaman. Ketiga kategori indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Translasi
Perilaku
translasi
dapat
juga
disebut
dengan
perilaku
menerjemahkan. Perilaku translasi ini diartikan sebagai sebuah
perilaku
dimana
seseorang
dapat
menerjemahkan
atau
mengkomunikasikan suatu istilah atau pengertian ke dalam
bahasa lain, atau kata-kata yang berbeda tanpa kehilangan makna
sebenarnya.
2.
Interpretasi
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memungkinkan memerlukan penataan kembali ide-ide ke dalam
konfigurasi baru dalam pikiran individu. Dasar untuk
menginterpretasikan adalah harus mampu menerjemahkan dari
komunikasi yang tidak hanya kata-kata atau frasa-frasa, tetapi
juga melingkupi berbagai perangkat yang dapat dijelaskannya,
seperti gambar, grafik, tabel, atau diagram. Artinya, seseorang
dalam menyimak komunikasi terdapat beberapa pandangan yang
bermakna, secara total yang disimpan dan dihubung-hubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebagai pengalaman dan
dapat dijadikan ide-ide.
3.
Ekstrapolasi
Perilaku ekstrapolasi mencakup pemikiran atau prediksi yang
dilandasi oleh pemahaman kecenderungan atau kondisi yang
dijelaskan dalam komunikasi. Situasi ini memungkinkan
melibatkan pembuatan kesimpulan sehubungan dengan implikasi,
konsekuensi, akibat, dan efek sesuai dengan kondisi yang
dijelaskan dalam komunikasi.
Bloom, dalam Kuswana (2012) juga menyatakan beberapa
ilustrasi sasaran pembelajaran bagi ketiga perilaku pemahaman tersebut.
1.
Ilustrasi Sasaran Pembelajaran Perilaku Translasi
-
Kemampuan menerjemahkan suatu keputusan masalah atau
penyusunan kata-kata abstrak dari bahasa konkret secara teknis
dan merupakan “pern
yataan masalah dalam kata-kata yang
telah dimiliki”.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
-
Kemampuan menerjemahkan atau meringkas suatu proses
berpikir, seperti prinsip umum dengan memberi suatu ilustrasi
atau contoh.
-
Kemampuan untuk menerjemahkan pernyataan dalam bentuk
yang tidak lazim (kiasan, simbolisme, ironi) ke dalam bahasa
Inggris yang standar.
-
Kemampuan untuk memahami makna dari kata-kata tertentu
seperti syair atau puisi ditinjau dari sudut konteks bahasa.
-
Kemampuan untuk menerjemahkan (dengan atau tanpa
kamus), dari suatu prosa atau puisi dalam bahasa asing ke
dalam bahasa Inggris standar.
2.
Ilustrasi Sasaran Pembelajaran Perilaku Interpretasi
-
Kemampuan
memahami
dan
mengertisesuatu
secar
keseluruhan pada setiap pekerjaan atau suatu yang diinginkan
pada tingkatan bersifat umum.
-
Kemampuan memahami dan mengiterpretasikan dengan
meningkatkan kejernihan dan kedalaman membaca berbagai
jenis bahan.
-
Kemampuan memberikan ciri diantara kebenaran yang dijamin
dengan alasan tak terbantahkan, berupa kesimpulan yang
ditarik dari data-data.
-
Kemampuan menginterpretasikan berbagai jenis data sosial.
-
Kemampuan dan cakap dalam membuat menginterpretasikan
data.
3.
Ilustrasi Sasaran Pembelajaran Perilaku Ekstrapolasi
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
-
Kemampuan merumuskan dan menguji hipotesis, mengenali
keterbatasan data dan menarik kesimpulan secara efektif.
-
Keterampilan meramalkan kecenderungan yang akan terjadi.
-
Keterampilan menyisipkan diantara kesenjangan informasi
berdasarkan data yang benar.
-
Kemampuan menggambarkan, menaksir atau memprediksi
akibat dari tindakan tertentu dalam komonikasi.
-
Kemampuan memberikan ciri akibat-akibat secara relative dari
kemungkinan suatu derajat tertinggi.
-
Kemampuan membedakan nilai keputusan dari ramalan yang
penting.
2.5.
Multimedia Interaktif
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan kata interaktif menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “bersifat saling melakukan aksi; antar
-hubungan; saling
aktif; berkaitan dengan dialog antara komputer dan terminal atau antara
komputer dan komputer". Interaktivitas mengijinkan seseorang untuk
mengakses berbagai macam bentuk media atau jalur didalam suatu
program multimedia sehingga program tersebut dapat lebih berarti dan
lebih memberikan kepuasan bagi pengguna.
Jika dikaitkan dengan multimedia, kata interaktif berarti
pengguna dan multimedia terdapat hubungan timbal balik. User
memberikan suatu perintah terhadap multimedia, yang kemudian
dilanjutkan dengan penyajian informasi oleh multimedia sesuai dengan
yang diperintahkan user tersebut.
Multimedia interaktif dapat diartikan sebagai multimedia yang
dilengkapi alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna,
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses
selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahono (2007) yang
menyebutkan
bahwa
multimedia
interaktif
harus
memberikan
keleluasaan kepada pengguna untuk mengontrol multimedia tersebut.
Multimedia interaktif harus memiliki umpan balik yang dapat
menentukan proses yang akan diekseskusi selanjutnya. Umpan balik
bertujuan untuk menentukan interaksi yang dikehendaki. Sehingga
multimedia interaktif dirancang yang dalam penggunaannya melibatkan
respon user secara aktif.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pebelajaran mandiri, (3) Digunakan sebagai media satu-satunya dalam
pembelajaran.
Beberapa karakteristik multimedia pembelajaran menurut Munir
(2012) adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya
menggabungkan unsur audio dan visual.
2.
Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk
mengakomodasi respon pengguna.
3.
Bersifat mandiri, dalam pengrtian member kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa
menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia
pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut (Munir, 2012):
1.
Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering
mungkin
2.
Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol
laju kecepatan belajarnya sendiri
3.
Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang
koheren dan terkendali
4.
Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari
pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan,
keputusan, percobaan dan lain-lain.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.
Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
2.
Pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari
terobosan pembelajaran.
3.
Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, music,
animasi gambar atau video dalam suatu kesatuan yang saling
mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran.
4.
Menambah motivasi peserta didik selama proses belajar mengajar
hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
5.
Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk
diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga
konvensional.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Astuti, Dewi Puji. (2008). Pengaruh Implementasi Metode Guided Discovery
Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa. Bandung: Jur. Pendidikan Matematika UPI. Tidak dipublikasikan.
Baharuddin. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Bloom, Benjamin Samuel. (1956). Taxonomy of Educational Objectives. New
York: David McKay.
Duandini, Indrika Indah. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Inquiry untuk meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Pada Ranah
Kognitif. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Tidak
dipublikasikan.
Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode
Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Bandung: Tesis Jurusan
Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Illahi, Mohammad Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Inansyah. (2009). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. [Online].
Tersedia:http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&
view=article&id=520:kajian-kebijakan-kurikulum-mata-pelajaran-tik&catid=41:top-headlines.
Kuswono, Wowo Sunaryo. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyani, Sri Wahyu. (2009). Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa. Bandung: Skripsi
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Tidak dipublikasikan.
Munir. (2012). Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Alfabeta
:Bandung.
Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putri, Retno Astrini. (2010). Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif
Berbasis Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
Dalam Pembelajaran TIK. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu
Komputer FPMIPA UPI. Tidak dipublikasikan.
Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Hafizh Fajar Rajab, 2014
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Syamsuri, Istamar. (2010). Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan
Minat Siswa Pada Bidang MIPA. [Online]. Tersedia:
http://kappa.binus.ac.id/~wikariag0225/Pemakalah%202_PENINGKATAN
%20KOMPETENSI%20GURU.doc
Wulandari, Ira. (2012). Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan
Terbimbing. Bandung: Tesis Jurusan Pendidikan Matematika Sekolah
Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.
___________. (2005). Pengantar Multimedia [Online]. Tersedia:
http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia1.pdf