• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SYEIKH KH. ASNAWI DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI CARINGIN-BANTEN TAHUN 1865-1937.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN SYEIKH KH. ASNAWI DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI CARINGIN-BANTEN TAHUN 1865-1937."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SYEIKH KH ASNAWI DALAM MENYEBARKAN AGAMA

ISLAM DI CARINGIN-BANTEN TAHUN 1865-1937

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh

Tubagus Arief Rachman Fauzi 0900884

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERANAN SYEIKH KH ASNAWI DALAM MENYEBARKAN AGAMA

ISLAM DI CARINGIN-BANTEN TAHUN 1865-1937

Oleh

Tubagus Arief Rachman Fauzi

skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tubagus Arief Rachman Fauzi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANAN SYEIKH KH ASNAWI DALAM MENYEBARKAN AGAMA

ISLAM DI CARINGIN-BANTEN TAHUN 1865-1937

Oleh:

Tubagus Arief Rachman Fauzi

0900884

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

NIP. 19570408 198403 1 003

Pembimbing II

Dr. Encep Supriatna, M.Pd

NIP. 19760105 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

(4)

Skripsi ini berjudul “

(5)
(6)

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR TABEL ……… x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Teori Masuknya Islam di Indonesi... 9

2.1.1. Teori Mekkah……... 14

2.1.2. Teori Gujarat………... 23

2.2. Konsep Tasawuf ... 29

2.3. Kepemimpinan Tradisional yang Kharismatik ... 35

2.4. Hasil- hasil Penelitian Terdahulu …... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

3.1. Metode Penelitian ... 57

3.1.1. Memilih Topik yang Sesuai ………. 58

3.1.2.Membahas Semua Evidensi (Bukti) Yang Relevan Dengan Topik… 61 3.1.3. Membuat Catatan Yang Dianggap Penting Dan Relevan ..……... 62

3.1.4. Menganalisis Secara Kritis Sumber Yang Telah Dikumpulkan .…… 62

3.1.5 Menyusun Hasil Penelitian ……… 64

(7)

3.2.2. Wawancara ……… 67

3.2.3. Studi Dokumentasi ……… 68

3.2.4. Subjek dan Lokasi Penelitian ……… 68

BAB IV PENYEBARAN ISLAM DI CARINGIN–BANTEN OLEH KH. ASNAWI.. 69

4.1. Latar Belakang Kehidupan KH. Asnawi……….. 69

4.1.1. Keadaan Masyarakat Caringin abad ke-19 ……… …. 69

4.1.2. Riwayat Hidup KH. Asnawi……… 78

4.1.3. Pemikiran KH. Asnawi tentang Tasawuf……….… 83

4.2 Langkah-langkah yang dilakukan KH. Asnawi dalam Menyebarkan Agama Islam di Caringin-Banten ………. 87

4.2.1. Penerapan Ajaran Tasawuf ……… 88

4.2.2. Strategi Dakwah ……….……….. 95

4.3 Perkembangan Agama Islam Setelah Kedatangan KH. Asnawi ke Caringin-Banten ……….. 99

4.3.1. Mendirikan Masyariqul Anwar dan Masjid Assalafie ……… 99

4.3.2. Keadaan Masyarakat Caringin Setelah Kedatangan KH. Asnawi……. 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

5.1. Keimpulan ... 109

5.2. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 116

(8)
[image:8.612.77.539.170.623.2]

No. Gambar ……….. Hal

(9)

Tabel

[image:9.612.75.539.155.631.2]
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM2. Menurut Staatsblad van Nederlands Indie No. 81 tahun 1828, Keresidenan Banten dibagi tiga kabupaten: Kabupaten Utara yaitu Serang, Kabupaten Selatan yaitu Lebak dan Kabupaten Barat yaitu Caringin. Wilayah Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Lebak di sebelah Timur, Kabupaten Serang di sebelah Utara Selat Sunda di sebelah Barat, dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan. Penjelasan ini didukung kuat oleh web resmi Kabupaten Pandeglang.

Mayoritas penduduk Pandeglang menganut agama Islam. Corak agama Islam di wilayah Pandeglang dapat digolongkan menjadi Islam tradisional di pedesaan dan sebagian yang berada di kota merupakan Islam moderen. Selain itu, di wilayah Kabupaten Pandeglang penghormatan kepada ulama atau kiayi (tokoh pembesar agama) masih menempati posisi yang tinggi meskipun ulama tersebut sudah meninggal.

Makam ulama atau pembesar agama akan diziarahi oleh masyarakat daerah tersebut maupun dari luar daerah. Tradisi ziarah memegang peranan penting dalam mobilitas penduduk antara orang Banten dan luar Banten. Akan tetapi sudah menjadi keyakinan di kalangan umat Islam di Indonesia bahwa untuk lebih afdhol atau untuk lebih utama doanya, maka sebaiknya kita mengunjungi kuburannya dan berdoa di sana sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW (Syaukatuddin, 2000: 23).

(11)

guna mendapatkan berkah dari Allah sebagai mendoakan tokoh pembesar agama terutama pada umat muslim.

Ziarah keagamaan biasanya dilakukan oleh masyarakat Banten maupun masyarakat di luar Banten, terutama tradisi ini dilakukan pada Islam Suni. Melalui ziarah akan mudah diterima oleh Allah SWT, karena melalui para ahli agama yang dianggap “suci”. Salah satu tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh masyarakat Banten atau luar Banten adalah Makam Syaikh Kiayi Haji (KH) Asnawi. Tokoh ini banyak diziarahi karena peranannya dalam penyebaran Islam di Caringin-Banten.

KH. Asnawi lahir di Kampung Caringin, Labuan pada tahun 1850 M. Beliau adalah seorang penyebar agama Islam di Caringin. Kampung bernama Caringin terletak di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten. Kampung Caringin ini berasal dari kata “Beringin” yang berarti Pohon teduh yang rindang. Di bawah pohon tersebut terdapat Maqom Waliyullah seorang ulama pejuang bernama KH. Asnawi (Syaukatuddin, 2000:4).

Pemberian gelar Syeikh sebenarnya dikhususkan untuk seseorang yang mempunyai garis keturunan Arab. Namun, untuk gelar Syeikh yang dicantumkan dalam nama KH. Asnawi ini dikarenakan kecemerlangannya dalam pemahaman ilmu Agama Islam yang dipelajari di Mekkah. KH Asnawi merupakan seorang cendekiawan yang pada usia dini mampu menghapalkan Al-Quran. Sehingga beliau mendapatkan gelar tersebut.

(12)

Penyebaran Islam di Caringin dimulai dengan cara berdakwah di beberapa tempat. Beliau mengajarkan agama Islam dengan cara tarekat Islam. Tarekat ini merupakan ajaran agama Islam yang mengacu kepada tasawuf atau sufisme. Secara konseptual ajaran ini merupakan ajaran yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui ajaran yang dibawa oleh KH Asnawi, diharapkan masyarakat Caringin-Banten pada saat itu kembali ke jalan Allah.

Kedatangan ahli-ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13, yaitu masa perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India. Namun, perkembangan ahli-ahli tasawuf dengan ajarannya tampak nyata pada abad ke-16 dan ke-17 terutama di wilayah Sumatera dan Jawa (Poesponegoro,1993:203).

Dengan demikian ajaran tarekat sudah sesuai untuk diajarkan kepada masyarakat Banten Kulon (Caringin). Selain dalam segi berdakwah juga dalam pendirian pondok pesantren. Sehingga para penganut ajaran tarekat ini menjadi edukator untuk santri yang ada di Caringin Banten. Pada saat itu situasi politik dan masyarakat yang terjadi di Caringin sedang tidak menentu, ini disebabkan oleh tentara Belanda yang membawa pengaruh buruk bagi masyarakat Caringin. Di antaranya banyak warga yang meninggalkan shalat, banyak terjadi perjudian, serta banyak masyarakat Caringin yang dibunuh akibat menentang pemerintah Belanda.

(13)

sudah tidak ada kepemilikannya dan dijadikan sebagai Sekolah Madrasah Aliyah. Setelah kembalinya KH. Asnawi ke Caringin-Banten dari Mekkah untuk menyebarkan agama Islam, kondisi masyarakat Caringin-Banten semakin membaik. Meskipun tidak membaik secara menyeluruh, namun dengan upaya KH Asnawi dalam menyebarkan agama Islam sangat berpengaruh.

Berdasarkan latar belakang di atas peranan KH. Asnawi merupakan tokoh penyebar agama Islam di Caringin-Banten, namun dalam kenyataannya masyarakat Caringin kurang mengenal KH. Asnawi sebagai tokoh penyebaran agama Islam. Masyarakat Banten hanya mengetahui KH. Asnawi sebagai Syeikh yang sering mereka kunjungi untuk ziarah. Karena terbatasnya pengetahuan masyarakat Caringin terhadap peranan KH. Asnawi dalam penyebaran Islam di Caringin-Banten.

Generasi muda masyarakat Banten, khususnya masyarakat Caringin sudah banyak melupakan tokoh agama di daerahnya. Ini semua diakibatkan oleh arus globalisasi yang masuk ke dalam masyarakat Banten. Sehingga sebagian besar masyarakat jauh dari ajaran agama Islam itu sendiri.

Untuk mengkaji lebih mendalam mengenai peran tokoh ulama yang berjasa terhadap penyebaran agama Islam dan untuk menyegarkan kembali ingatan generasi muda masyarakat Banten yang sudah terpengaruh arus globalisasi. Maka peneliti tertarik untuk mengambil tema ini. Apabila peranan KH. Asnawi tidak diangkat sebagai penelitian, maka dikhawatirkan masyarakat sekitar menyalahgunakan tentang tradisi ziarah dan tidak mengetahui tokoh yang menyebarkan agama Islam di Caringin. Di dalam tradisi ziarah ini dikhawatirkan adanya penyimpangan, di antaranya untuk meminta sesuatu kepada seseorang yang dianggap keramat, yang cenderung termasuk musyrik. Selain itu peneliti mengambil tema ini dengan tujuan agar masyarakat Caringin mengetahui tokoh KH. Asnawi sebagai penyebar Islam di Caringin memang benar ada.

(14)

dalam penyebaran agama Islam dengan ajaran yang dibawanya yaitu tasawuf sebagai cara yang mudah dalam menyebarkan agama Islam di Caringin-Banten. Sepengetahuan peneliti belum ada peneliti lain yang membahas peranan dari tokoh KH. Asnawi, hanya saja ada peneliti lain yang menulis tentang perkembangan Islam di Carita dan Caringin secara garis besar dan belum fokus kepada tokoh KH. Asnawi. Untuk mengetahui lebih lanjut peran tokoh ini dalam penyebaran agama Islam, Maka dari itu peneliti menetapkan penelitian tentang “Peranan Syaikh KH. Asnawi dalam Menyebarkan Agama Islam di Caringin–Banten Pada Tahun 1865– 1937”, merupakan judul yang dipilih oleh penulis.

Hal ini menjadi keresahan peneliti kepada para tokoh elit agama, termasuk juga tokoh agama yang pernah berguru ke Mekkah kemudian menyampaikan syiar Islam di Indonesia. Keberadaan para tokoh agama kurang diperhatikan. Para tokoh agama sampai mendirikan pesantren untuk mempermudah menyampaikan syiar Islam. Melihat kondisi kegelisahan yang sedang terjadi pada saat itu, maka para tokoh agama termotivasi untuk mendirikan pesantren. Mendirikan pesantren untuk mempermudah dalam menyebarkan agama Islam di Caringin-Banten.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah “Bagaimana

Peranan KH. Asnawi dalam menyebarkan Agama Islam di Caringin-Banten

pada Tahun 1865-1937 ?”. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah tersebut dibatasi dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan KH Asnawi dalam menyebarkan agama Islam di Caringin-Banten?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan KH. Asnawi dalam menyebarkan Islam di Caringin-Banten?

(15)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dibahas sebelumnya, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah “Mendeskripsikan peranan KH. Asnawi terhadap penyebaran agama islam di Caringin-Banten Pada Tahun 1865-1937 M”. Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Memaparkan latar belakang kehidupan KH. Asnawi di Caringin-Banten. 2. Memaparkan upaya yang dilakukan KH. Asnawi dalam menyebarkan agama

Islam di Caringin-Banten.

3. Mengidentifikasi perkembangan agama Islam di Caringin-Banten setelah kedatangan KH. Asnawi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam tataran praktis, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperkaya wawasan tentang penyebaran Islam di kawasan

Caringin-Banten.

2. Mengetahui keadaan masyarakat Caringin-Banten sebelum penyebaran Islam oleh Syaikh KH Asnawi.

3. Menambah pengetahuan mengenai peranan Syaikh Asnawi terhadap penyebaran agama Islam melalui ajaran tasawuf di Caringin – Banten.

4. Mengetahui strategi yang dibawa oleh KH Asnawi dalam ajaran Islam pada masyarakat Caringin pada masa itu yaitu dengan menggunakan dakwah dan pengajian.

5. Mengetahui upaya yang dilakukan KH. Asnawi untuk menyebarkan ajaran agama dengan membangun pondok pesantren dan Masjid Agung Caringin. 6. Memperkaya pembelajaran di sekolah mengenai proses masuknya Islam ke

(16)

dengan Kompetisi Dasar Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi penulisan skripsi yang disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI pada tahun 2012. Struktur organisasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penyebaran Islam. Penyebaran Islam yang semakin meluas sampai ke Banten Kulon (Caringin) yang di ajarkan oleh KH. Asnawi. Selain itu menjelaskan keresahan peneliti terhadap penelitian ini sehingga diajukan untuk menjadi skripsi. Untuk memperinci dan membatasi permasalah agar tidak meluas maka dicantumkan perumusan dan pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi ini. Pada bagian akhir dari bab I ini akan dicantumkan tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, serta sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan pada skripsi ini.

Pada bagian Bab II Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai buku-buku yang sesuai yang dapat digunakan sebagai penunjang bahan penelitian sejarah. Selain itu dalam bab ini dituangkan bagaimana isi buku-buku penunjang sebagai literature penulisan skripsi ini. Dalam bab ini dijelaskan bagiamana konsep atau teori yang sesuai dengan pembahasan penelitian ini. Pada penelitian ini mengenai Proses Islamisasi tidak lepas dari Teori masuknya Islam ke Nusantara sehingga menyebar ke Caringin-Banten, kemudian menggunakan konsep ziarah dan konsep ajaran Tasawuf.

(17)

membuat catatan yang dianggap penting dan relevan, menganalisis secara kritis sumber yang telah dikumpulkan, menyusun hasil penelitian, dan menyajikan kepada pembanca. Selain itu penulis menggunakan teknik penelitian seperti studi dokumentasi, wawancara, instrument penelitian sebagai pertanyaan kepada narasumber utama agar data yang didapatkan sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini, dan subjek penelitian atau lokasi penelitian.

Bab IV Penyebaran Islam di Caringin-Banten berisikan tentang penjelasan mengenai Peranan KH. Asnawi terhadap penyebaran Islam di Caringin-Banten pada tahun 1850-1937. Penulisan pada pembahasan ini disesuaikan dengan pertanyaan penelitian pada rumusan masalah yang dijelaskan dalam bab IV, yakni memaparkan bagaimana pemikiran KH Asnawi dalam menyebarkan agama Islam di Caringin-Banten, faktor apa yang mendorong KH. Asnawi sehingga masuknya Islam di Caringin-Banten, mendeskripsikan proses penyebaran Islam di Caringin-Banten, memaparkan dampak perjuangan KH. Asnawi saat proses penyebaran ajaran Islam di Caringin-Banten, mengidentifikasi pengaruh bagi masyarakat Caringin-Banten setelah kembalinya KH. Asnawi dari Mekkah untuk menyebarkan agama Islam serta menganalisis kontribusi tarekat Islam yang dibawa oleh KH Asnawi terhadap penyebaran agama Islam di Caringin-Banten. Pada bab ini, diharapkan akan mendapatkan jawaban pertanyaan penelitian yang sudah dibahas sebelumnya.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan dengan kajian penyebaran agama Islam ke Caringin-Banten. Bab ini akan dibahas secara rinci mengenai pendekatan, metode penelitian, dan juga teknik penelitian yang penulis gunakan dalam menunjang penulisan skripsi.

3.1Metode Penelitian

Metode yang akan dipakai untuk pengumpulan data skripsi ini adalah dengan metode historis atau metode sejarah. Metode historis merupakan metode yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena data-data yang dibutuhkan menyangkut dengan kejadian masa lampau.

Pendapat lain memaparkan bahwa metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau, menganalisis secara kritis meliputi usaha sintesa agar menjadikan penyajian dan kisah sejarah yang dapat dipercaya (Hugiono, dkk, 1987:40). Sedangkan menurut pendapat lain yang mengatakan bahwa metode adalah suatu proses pengkajian, penjelasan dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007:2).

Wood Gray (Sjamsuddin, 2007:89-90) menambahkan ada enam langkah dalam metode historis, yaitu:

1. Memilih topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik. Dalam hal ini, penulis mencari dan mengumpulkan data-data terkait dengan multikulturalisme dengan menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan. 3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan

(19)

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (melalui kritik sumber). Kritik dilakukan terhadap semua sumber yang dihimpun peneliti tentang multikulturalisme untuk memperoleh data yang relevan. 5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola

yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Catatan hasil penelitian disusun dalam sebuah sistematika baku yang berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2012. 6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Dalam usaha mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literature, dokumentasi dan wawancara. Studi literatur adalah pengumpulan informasi dari buku-buku atau jurnal yang berkaitan tentang penyebaran Islam di Caringin-Banten. Buku-buku yang digunakan tentu saja mengenai penyebaran Islam di Banten Kulon, peranan tokoh KH. Asnawi, hambatan-hambatan dalam penyebaran Islam, serta tarekat Islam yang dibawa oleh KH. Asnawi. Selain itu peneliti menggunakan teknik wawancara sebagai penguat data literature.

Sumber utama dari wawancara adalah keluarga yang masih ada hubungan darah dengan KH. Asnawi sehingga mengurangi kesalahan sejarah. Selain keluarga dari tokoh ini, peneliti akan mewawancarai Juru Kunci makam KH Asnawi. Selain itu menggunakan teknik dokumentasi sebagai pelengkap sumber penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa catatan-catatan sejarah yang mengenai tentang peranan KH Asnawi terhadap penyebaran Islam.

Teknik penulisan skripsi akan disesuaikan dengan buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh UPI pada tahun 2012. Teknik-teknik yang telah tuliskan di atas dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian ini.

3.1.1 Memilih Topik yang Sesuai

(20)

Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Awal ketertarikan penulis mengkaji tentang Peran Syeikh KH Asnawi dalam penyebaran Islam di Caringin-Banten, penulis mengikuti mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan Sejarah Islam di Indonesia yang merupakan bagian dari perkuliahan di pendidikan Sejarah. Penulis tertarik untuk meneliti proses penyebaran Islam di Banten karena penulis ingin mengangkat tema dari daerah kelahiran penulis sendiri. Penulis merasa terdapat banyak potensi yang dapat dibagi kepada masyarakat dibidang sejarah Islam. Banten merupakan daerah Islam yang cukup besar di Indonesia, khususnya untuk daerah Caringin-Banten.

Daerah Caringin tersebut mempunyai beberapa tokoh Islam yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Banten, salah satunya yaitu KH Asnawi yang berasal dari Caringin-Banten. KH Asnawi merupakan Tokoh Pembesar agama Islam yang sampai sekarang melekat dihari masyarakat Banten, khususnya Caringin. Terbukti dari selalu ramai pada bulan-bulan tertentu untuk melakukan ziarah ke makam Syeikh Asnawi. Penulis ingin mengetahui bagaimana peran tokoh tersebut dalam penyebaran Islam di Caringin-Banten sehingga sampai saat ini masyarakat Banten masih menghormati tokoh agama tersebut. Dari ide tersebut penulis terus mencari sumber-sumber literatur yang berhubungan dengan peran dari KH Asnawi dalam proses penyebaran Islam di Caringin. Selain itu penulis ingin memperlihatkan bagaimana peran dalam penyebaran agama Islam pada saat itu, karena masyarakat Banten hanya mengenal KH Asnawi sebagai Tokoh agama saja tanpa mengetahui bagaimana perjuangan KH Asnawi dalam menyebarkan Islam di Caringin-Banten.

(21)

Skripsi (TPPS) dilakukan pada pertengahan Desember 2012, yang kemudian ditindak lanjuti dengan penyusunan proposal penelitian. Adapun isi dari proposal tersebut antara lain:

1) Judul

2) Latar Belakang Masalah

3) Rumusan dan Identifikasi Masalah 4) Tujuan Penelitian

5) Manfaat Penelitian

6) Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 7) Kajian Pustaka

8) Sistematika Organisasi 9) Daftar Pustaka

Tahap Selanjutmya penulis membuat rancangan penelitian yang disusun dalam bentuk proposal skripi. Proposal penelitian yang sudah disusun kemudian diserahkan kepada Tim Pertimbangan Penulis Skripsi (TPPS). Pada tahapan ini, ada beberapa bagian pada proposal yang diperbaiki dan disesuaikan dengan kriteria penulisan karya ilmiah. Setelah proposal disetujui, penulis mengajukan proposal tersebut untuk mengikuti seminar proposal skripsi. Penulis kemudian mengikuti seminar proposal yang dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2013 di Ruang Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, Gedung FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia. hasil dari seminar proposal skripsi penulis mendapat masukan agar lebih menekankan peran tokoh terhadap penyebaran Islam.selain itu juga penulis mendapatkan saran untuk menambahkan sumber data dari jurnal sebagai bahan rujukan.

(22)

Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing II.

Proses bimbingan dilakukan untuk mendapatkan masukan-masukan yang sangat berarti dari pembimbing dalam penulisan skripsi. Konsultasi dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dan pembimbing. Dalam proses bimbingan.Penelitian ini membahas tentang proses Islamisasi disuatu daerah. Dalam menyampaikan siar Islam tokoh agama Islam ini menggunakan metode Dakwah. Metode ini diharapkan agar lebih tersampaikan dalam penyebaran agama Islam di masyarakat Caringin-Banten.

3.1.2 Membahas Semua Evidensi (Bukti) yang Relevan dengan Topik

Tahap ini merupakan tahap penulis mencari dan mengumpulkan data-data terkait dengan Proses Islamisasi dengan menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan atau sering disebut dengan tahap heuristik. Pada proses ini merupakan proses awal yang dilakukan oleh penulis dalam memulai sebuah penulisan skripsi ini. Pada proses ini penulis mencari sumber-sumber yang relevan atau sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Sebagian besar sumber yang digunakan adalah sumber tertulis berupa buku. Pada proses pencarian sumber, penulis mengunjugi beberapa perpustakaan, seperti perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan Daerah Provinsi Banten, Perpustakaan Sekolah Masyariqul Anwar – Caringin, dan wawancara kepada anak dan cucu dari tokoh. Dari hasil pencarian sumber, penulis mendapatkan sumber tertulis dan informasi dalam pengumpulan data sebagai bahan referensi. Selain mengunjungi perpustakaan guna mendapatkansumber, penulis mempunyai buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Sehingga untuk pengumpulan sumber dirasa tidak sulit.

Sumber buku penulis peroleh sebagian besar dari perpustakaan Pendekatan Studi

(23)

Berkembangnya Agama Islam di daerah pesisir Sumatra Utara, dalam Risalah Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia karya Hamka. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia karya Musyrifah Sunanto. Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren karya Sukamto. Ufisme Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme karya H. A. Rivay Siregar. Pengantar Ilmu Sejarah karya Hugiono dkk. Tasawuf Hitam Putih karya Muhamad Zaki Ibrahim. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan karya Koentjoroningrat. Proses Islamisasi di Banten (Cuplikan Buku Catatan Masa lalu Banten) karya H. Michrob. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 karya MC. Ricklefs. Pendiri Utama Pondok Pesantren Masyariqul Anwar karya HRA. Syaukatuddin.

3.1.3 Membuat Catatan yang Dianggap Penting dan Relevan

Tahap ini merupakan tahap untuk membuat berbagai catatan-catatan yang diperoleh dari hasil pengumpulan sumber baik berupa buku, jurnal, maupun artikel-artikel yang penulis dapatkan dari internet yang kemudian penulis tuangkan dalam bentuk tulisan. Catatan-catatan yang penulis dapatkan dari hasil pengumpulan sumber mengacu kepada rumusan masalah yang sebelumnya telah penulis jelaskan yaitu mengenai latar belakang KH. Asnawi menyebarkan agama Islam di Caringin Banten, strategi yang dilakukan oleh KH. Asnawi dalam menyebarkan ajaran Islam di Caringin-Banten, Hambatan apa saja yang dihadapi oleh KH. Asnawi pada saat proses penyebaran ajaran Islam di Caringin-Banten.

3.1.4 Menganalisis Secara Kritis Sumber yang Telah Dikumpulkan

(24)

verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Melalui kritik eksternal penulis dapat menilai dari aspek luarnya sebelum melihat isi dari sumber tersebut. Dengan melakukan kritik eksternal akan mengurangi subjektivitas dari sumber-sumber yang sudah didapatkan oleh penulis.

Kritik pertama dilakukan terhadap fisik dari buku sumber. Fisik yang dimaksud adalah melihat dari tahun terbit buku, apakah buku yang digunakan adalah buku-buku yang terbit pada saat peristiwa sedang berlangsung atau buku-buku yang terbit diluar rentang waktu peristiwa yang dikaji. Dengan melihat hal tersebut, buku-buku yang penulis gunakan adalah buku-buku-buku-buku yang terbit diluar rentang waktu yang telah ditentukan. Karena untuk buku-buku yang sesuai waktu yang sudah ditentukan tidak ada.

(25)

3.1.5 Menyusun Hasil Penelitian

Pada proses ini penulis melakukan pengkajian fakta yang memiliki relevansi dengan peristiwa yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Dengan demikian, penulis mendapatkan gambaran bahwa penyebaran agama Islam di Banten yang dilakukan oleh KH. Asnawi tidak terlepas dari Kesultanan Banten yang mengawali masuknya Islam ke Banten. KH. Asnawi mendalai agama Islam sejak berusia 10 tahun dan mulai pergi ke Mekkah untuk memperdalam agama Islam. Setelah Kepergian KH. Asnawi ini ke Mekkah untuk memperdalam agama Islam bertujuan untuk menyebarkan agama Islam di daerah Caringin karena pada saat keadaan masyarakat Caringin sedang tidak menentu.

Penulis juga melakukan interpretasi terhadap penyebaran Agama Islam dengan menggunakan dakwah dan menyebarkan tasawuf. Dengan menggunakan metode dakwah dan ajaran tasawuf diharapkan lebih mudah untuk membawa masyarakat Caringan terhadap syariat Islam yang baik. Selain itu, penulis ingin menonjolkan peran KH. Asnawi yang sudah menyebarkan agama Islam dengan ajaran Tasawuf. Dengan memunculkan peran KH. Asnawi terhadap masyarakat luas, maka orang-orang yang berziarah ke Makam KH. Asnawi mengetahui peran tokoh agama tersebut dalam menyebarkan agama Islam. Tidak semata sebagai sosok yang di kramat kan saja.

3.1.6 Menyajikan Kepada Pembaca

(26)

setelah melakukan tahap heurisitik, kritik, dan interpretasi. Semua hasil penelitian kemudian dituangkan dalam bentuk laporan penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian disusun menjadi sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi yang sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis berusahaa untuk menyusun skripsi ini dengan menganalisis secara mkeseluruhan terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan peran KH. Asnawi dalam penyebaran agama Islam di Caringin-Banten .

Laporan penelitian ini disusun dalam lima bab terdiri atas pendahuluan (berisi latar belakang masalah yang menguraikan mengenai bagaimana kedatangan Islam ke Banten, kajian pustaka (berisi sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan dengan kajian skripsi), metodologi penelitian (berisi serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan sumber yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis), pembahasan (berisi deskripsi mengenai peranan syeikh KH. Asnawi dalam menyebarkan agama Islam di Caringin-Banten tahun 1865-1937), dan terakhir kesimpulan dan saran (berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam batasan masalah serta saran yang dapat digunakan bagi para pembaca agar lebih baik dalam penulisan selanjutnya). Selain itu, ada pula beberapa tambahan, seperti kata pengantar, abstrak, daftar pustaka serta lampiran-lampiran. Semua hal tersebut disajikan dalam satu laporan utuh yang kemudian disebut sebagai skripsi dengan judul “Peranan Syeikh KH Asnawi dalam Menyebarkan Agama Islam di Caringin-Banten Tahun 1865-1937”.

3.2 Teknik Penelitian

(27)

mengenai penyebaran Islam di Banten Kulon, peranan tokoh KH. Asnawi, hambatan-hambatan dalam penyebaran Islam, serta tarekat Islam yang dibawa oleh KH. Asnawi. Selain itu peneliti menggunakan teknik wawancara sebagai penguat data literature. Studi literatur ini biasa dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mencari dasar untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir dan menentukan dugaan sementara atau sering juga disebut dengan hipotesis penelitian, sehingga para peneliti dapat mengerti, mengorganisasikan dan kemudian menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Studi literatur ini biasanya dilakukan sesudah topik penelitian dan rumusan permasalahan ditentukan. Jenis sumber literatur yang digunakan biasanya adalah jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasikan, nara sumber, surat surat keputusan dan lain-lain (Sukardi, 2003:33-35).

Metode sejarah lisan pun dipakai oleh banyak sarjana, terutama sosiolog dan antropolog yang tidak menilai diri mereka sebagai sejarawan lisan. Begitu juga dengan wartawan, mungkin mereka menulis sejarah dan mereka pun memang menyajikan fakta sejarah. Karena alasan-alasan yang berbeda, nampaknya para sejarawan professional tak membayangkan karya mereka sebagai „sejarah lisan‟. Mereka justru berfokus pada persoalan sejarah yang mereka pilih ketimbang metode-metode yang digunakan sebagai pemecahan, mereka pun akan sewajarnya memilih untuk tidak hanya menggunakan sejarah lisan, melainkan pula bersama sumber-sumber lainya.

3.2.1 Studi Literatur

(28)

Untuk sumber lisan berupa wawancara, penulis terjun langsung ke tempat penelitian yang terletak di Caringin, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Sumber literatur yang penulis peroleh dibagi berdasarkan tema yang mencakup tentang Agama Islam dan Konsep Tokoh Penyebar Agama Islam.

3.2.2 Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Dengan wawancara jenis ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.Sedangkan untuk sumber utama dari wawancara adalah keluarga yang masih ada hubungan darah dengan KH. Asnawi sehingga mengurangi kesalahan sejarah. Selain itu menggunakan teknik dokumentasi sebagai pelengkap sumber penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa catatan-catatan sejarah yang mengenai tentang peranan KH Asnawi terhadap penyebaran Islam. Untuk lebih jelas dalam pengumpulan sumber wawancara agar menjawab permasalahan dari penelitian ini yang menajadi narasumber sebagai berikut:

1. Bapak HRA. Syaukatuddin selaku buyut dari KH Asnawi. 2. Bapak Tb. Didi Harizy selaku cucuk KH. Asnawi.

3. Juru Kunci Makam, Ibu Eneng. 4. Muawiyah

5. H. Tb. Mista. Mahfudzi 6. Pa Adri

(29)

menjadi subjeknya akan terus bertambah sesuai kebutuhan dan terpenuhinya informasi. Dengan demikian maka akan mendapatkan berbagai sumber yang sesuai dengan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Namun dengan narasumber yang sudah disebutkan diatas, penulis sudah mendapatkan data yang cukup memenuhi untuk penelitian ini.

3.2.3 Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, foto-foto dan lain sebagainya. Sumber dokumentasi ini sangat membantu dalam pengumpulan data guna menjawab dari rumusan masalah yang sudah dijelaskan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dirasa perlu, karena dokumentasi dari peninggalan KH. Asnawi diharapkan dapat memperkuat sumber lainnya sehingga pembaca dapat jelas mengenai pembahasan ini.

3.2.4 Subjek dan Lokasi Penelitian

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Syaikh KH. Asnawi dalam Menyebarkan Agama Islam di Caringin–Banten Pada Tahun 1865–1937”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Dalam bab ini juga akan memuat rekomendasi yang dapat digunakan oleh para pembaca.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi yang berjudul

“Peranan Syaikh KH. Asnawi dalam Menyebarkan Agama Islam di Caringin–Banten

(31)

Kedua salah satu tokoh ulama yang berusaha untuk membuat keadaan menjadi lebih baik melalui ajaran tasawuf adalah Syeikh KH. Asnawi, Syeikh KH. Asnawi dilahirkan di lingkungan keluarga Ulama pada tahun 1850 M, dimana ayahandanya disamping seorang ulama yang disegani, juga beliau menjabat sebagai Qadhi (Penghulu Ladraat) Kabupaten Caringin, yang bernama KH. Abdurrahman, dan ibundanya salah seorang keturunan dari Kesultanan Banten yang bernama Nyai Hj. Ratu Sabi’ah (keturunan ke 17 dari Sultan Ageng Mataram atau Raden Fattah). Berkat ketekunan dan kecerdasan akalnya, dalam usia sebelas tahun beliau telah hafal Al-Quran dan menguasai berbagai cabang Ilmu Agama. Sejak kecil beliau mempunyai keistimewaan serta kelebihan yang tidak lumrah dilakukan oleh anak-anak sebaya lainnya, dimana beliau mempunyai perangai yang baik, berbudi luhur, murah senyum, ramah dan suka bertegur sapa, serta taat melakukan ibadahnya. Pada tahun 1862 M, KH Asnawi pergi ke Tanah Suci Makkatul Mukarromah. Di sanalah beliau mendapat bimbingan untuk mengaji berbagai cabang Ilmu Agama dari Syeikh Hasabullah Al-A’ma juga salah seorang Ulama Banten Syeikh Nawawi Tanahara, dan beliau mempelajari ilmu Quran dengan tafsirnya secara takhassus dari seorang Al-Hafidz yang bernama Syeikh Abdul Hamid Makki, serta beliau mempelajari ilmu Tarekat dan ilmu Tasawuf dari Syeikh Ahmad Khatib As-Syambasi. Setelah berlalu masa tiga tahun beliau bermukim di Mekkah, ketika beliau telah berusia 15 tahun beliau mendapat izin dari para gurunya untuk turun ke Tanah Jawa pada tahun 1865 M.

(32)

karimah lainnya, karena metode dakwah melalui ceramah di depan umum itu sangat dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda. Keadaan masyarakat Caringin yang masih kental dengan animisme membuat KH. Asnawi sehingga menyebarkan agama Islam di daerah tersebut adalah karena KH. Asnawi terlahir di Caringin dan merupakan warga Caringin, dengan demikian beliau mempunyai kewajiban serta bertanggung jawab untuk membimbing masyarakat Caringin yang masih tidak menentu.

KH. Asnawi dalam perjuangan beliau dalam menyebarkan ajaran agama Islam sehingga mendirikan Masjid dan Pondok Pesantren banyak sekali rintangan-rintangan yang dihadapi terutama dari pihak Belanda, tentu Belanda tidak setuju didirikan Pondok Pesantren oleh KH. Asnawi, karena Belanda ingin tetap menjajah masyarakat pada saat itu dengan cara membiarkan mereka tetap dalam kebodohan dan jauh dari norma agama. Selain itu, Belanda menganggap apabila ada perkumpulan seperti itu dicurigai sebagai pemberontak pemerintahan Kolonial Belanda. Salah satu contoh penolakan yang dilakukan Belanda adalah dengan memasukan KH. Asnawi ke dalam penjara dengan alasan terlalu banyak melakukan dakwah dan menyiarkan agama Islam. Dalam peranannya untuk menyebarkan agama Islam, KH. Asnawi menyebarkan ajaran tasawuf atau tarekat.

(33)

Asnawi menggabungkan ajaran tarekatnya. Namun ciri khusus Qadiriyah menggunakan Laa Illahailallah, sedangkan Naqsibandiyah menggunakan Allahu Allahu, akhirnya Yahuu Yahuu. Kalimat gtersebut senantiasa agar ingat kepada Allah. Ajaran ini sangat berdampak baik dengan ingat kepada Allah. Inti dari ajaran tasawuf ini ungtuk mendekatkan diri dan senantiasa mengingat kepada Allah SWT. Dengan cara begitu, masyarakat Caringin akan jauh dari hal-hal buruk.

Ketiga, upaya yang dilakukan KH. Asnawi dalam menyebarkan agama Islam

di Caringin-Banten oleh KH. Asnawi memang tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi selama menyebarkan agama Islam. Namun, dengan kesabaran dan pantang menyerah KH. Asnawi, dapat menyebarkan ajaran agama Islam melalui ajaran tasawuf, strategi dakwah samapi mendirikan pondok pesantren. Bukti peninggalan sejarah dalam penyeabaran agama Islam di Caringin terdapat Masjid Agung Caringin yang dibangun oleh KH. Asnawi. Ajaran tasawuf yang dipakai adalah Qadiriyah wa Naqsibandiyah, yaitu ajaran yang mengingat mendekatkan diri dengan Allah SWT, sehingga apabila kita ingat dan dekat akan terhindar dari hal-hal yang diluar norma-norma agama. Strategi dakwah yang dipakai melaui pengajian di Masjid Agung Caringin dan terkadang dilaksanakan di rumahnya. Namun, apabila mengadakan pengajian pada saat itu khawatir akan dibubarkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Karena pada saat itu, apabila mengadakan perkumpulan oleh masyarakat pribumi akan dibubarkan dan dianggap sebagai pemberontak. Hambatan lain dalam menyebarkan agama Islam di Caringin adalah KH. Asnawi sampai dipenjara karena dianggap pemberontak pemerintah Kolonialisme Belanda. Agama Islam yang diambil oleh KH. Asnawi berasal dari Mekah, ia langsung belajar ilmu agama ke Mekah. Dengan demikian ajaran Islam yang digunakan oleh KH. Asnawi berasal dari Mekah.

(34)

membaik keadaanya. Bahkan dampak dari perjuangan KH. Asnawi ini masih terasa sampai saat ini, karena kenyataanya yang terjadi masih banyak santri yang menuntut ilmu agama dan ilmu umum. Selain itu, makam KH. Asnawi sering dikunjungi oleh para peziarah. Sosok KH. Asnawi masih tetap terasa eksistensinya ditengah masyarakat dan semakin berkembang melalui ajaran tasawufnya. Peran KH. Asnawi dalam menyebarkan ajaran agama Islam sangat besar untuk masyarakat Caringin-Banten.

Syeikh KH Asnawi merupakan tokoh agama yang memperjuangkan masyarakat Caringin-Banten agar kembali kepada syariat Islam, pejuang sosial, tokoh pendidikan dan pejuang kemerdekaan.

5.2. Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pembelajaran sejarah di lembaga persekolahan khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas kelas XI semester I karena sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar “Menganalisis pengaruh perkembangan Agama dan Kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia”.

Kepada Disbudpora Kabupaten Pandeglang, lebih memperhatikan lagi situs sejarah yang ada di daerah Pandeglang. Sehingga situs sejarah tersebut dapat dipublikasikan ke luar Banten. Selain itu dari segi tempat parkir lebih diperhatikan agar tertib, supaya pengunjung dapat tenang dan merasa aman. Tidak lupa juga perhatian kepada para ahli waris dari KH. Asnawi, terutama bantuan bagi kelangsungan yayasan Masyariqul Anwar. Pemerintah harus lebih peduli kepada wisata religi ini dan patut untuk dikembangkan terutama dari segi fasilitas.

(35)

Bagi generasi muda Pandeglang, khususnya Caringin untuk lebih peduli kepada tokoh agama Islam di wilayah Caringin. Mulai menjaga kebersihan, bantuan gotongroyong dan lain sebagainya yang dapat bermanfaat dalam menjaga cagar budaya di Caringin. Tanpa kehadiran tokoh tersebut, proses Islamisasi di Caringin-Banten tidak berjalan lancar dan tidak ada masyarakat Caringin yang seperti sekarang ini, kental dengan nuansa Islami.

(36)

Al-Hanif, A.F.Z. (2013). KH. Mas Abdurahman Pendiri Mathla’ul Anwar. Menes: UNMA

Atho, M. (2001). Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: UII.

Azra, A. (1999). Renaisans Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana & Kekuasaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Azra, A. (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad. XVII dan XVIII. Jakarta:Kencana.

Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kiai Pada Masa Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Depdiknas.

Hamka. (1963). Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di daerah pesisir Sumatra Utara, dalam Risalah Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia . Medan: Panitia Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia.

Hugiono, dkk.(1987). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT Bina Aksara.

Ibrahim, MZ. (2004). Tasawuf Hitam Putih. Solo: PT Tiga Serangkai.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Pers.

Junadi, Y. (). Relasi Agama & Negara (redifinisi diskursus konstitusionalisme di Indonesia). Cianjur: IMR Press.

Koirudin. (2005). Politik Kiai: Polemik Keterlibatan Kiai dalam Politik Praktis. Malang: Averroes Press.

Lesmana,N. (2010). Metode Fatwa Mathlaul Anwar dalam Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Skripsi pada FSH UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak diterbitkan

(37)

Mulyati, S. (2005). Mengenal dan memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:Kencana).

Munawwir. (1997). Kamus Al-Munawwir Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap. Jakarta: Pustaka Progresif.

Notosusanto, N dan Basri, Y. (1979). Sejarah Nasional Indonesia. Bandung: PT. New Aqua Press.

Poesponegoro, MD, dan Notosusanto,N.(1993). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.

Putuhena, MS. (2007). Historiografi Haji Indonesia. Yogyakarta: LKiS

Ricklefs, MC. (2009). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Said, AF. (1995). Keramat Wali-wali. Jakarta: Penerbit Pustaka Al- Husna.

Siagian, SP. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Siregar, H.A. Rivay. (2002). Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.

Subhani, J. (1989). Tawassul Tabarruk Ziarah Kubur Karamah Wali. Jakarta: Pustaka Hidayah.

Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Sunanto, M. (2010). Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(38)

Suryabrata,S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Suryanegara, AM. (1995). Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Jakarta: Mizan.

Sutrisno, M. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Syam, N. (2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS.

Syarjaya,S dan Jihaduddin. (2009). Sejarah dan Khithah Mathla’ul Anwar. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

Syaukatuddin, H.R.A. (2000). Pendiri Utama Pondok Pesantren Masyariqul Anwar. Labuan:____

Tunggal, GNS dan Rosyadi, K. (2010). Ritual Gus Dur dan rahasia Kewaliannya. Yogyakarta: Galangpress.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta; Grafindo.

Yaqub, AM. (2000). Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus. Yukl,G. (2005). Kepemimpinan dalam Organisasi (Edisi Kelima). Jakarta: PT. Indeks. Zaidan, AK. (1979). Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Yogyakarta: SIPRESS

Zainuddin, M. (2004). Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

(39)

Sumber Jurnal :

Khudaeri,M. (2003). Tasbih dan golok bagian ke 2. Dalam Jurnal Perta [online], Vol 2. Tersedia: http://www.ditpertais.net/istiqro/ist02-04b.asp [03 Juli 2013]

Permana, R. (2011). Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Dalam Jurnal [online]. Tersedia http://pensa-sb.info/wp-content/uploads/2011/03/SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-INDONESIA.pdf [18 Agustus 2013]

Adeng. (2007). Sejarah Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Banten. Vol36:03. [online].Tersedia: http://bpsnt-bandung.blogspot.com/2009/11/sejarah-masuk-dan-berkembangnya-agama.html#.UhrO0edHKSo

Zed,M. (2001). “Hamka dan Studi Islam di Indonesia”. Jurnal Historia 3(2) 1-23.

Ardani, M. (2003). “Pengaruh Islam Terhadap Budaya Jawa dan Sebaliknya: Sebuah WarisanIntelektual Islam-Jawa”. Jurnal Historia: Jurnal Pendidikan sejarah, no 8(4) 26-68.

Sumber Artikel Internet:

Muhsin, M. (2007). TEORI MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA (Sebuah Diskusi Ulang). Tersedia:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/teori_masuknya_islam_k e_nusantara.pdf [ 19 September 2013].

Agustin.,N. (2013). Kearifan Lokal Psisir Caringin Kecamatan Labuan Kab Pandeglang – Banten. Tersedia: http://noviannaagustin.blogspot.com/2013/05/kearifan-lokal-psisir-caringin.html [ 03 Juli 2013].

Darniah. (2010). PENDEKATAN SOSIOLOGI ( Salah Satu Alat untuk Memahami Agama ). Tersedia: http://darniahbongas.wordpress.com/2010/07/03/pendekatan-sosiologi-salah-satu-alat-untuk-memahami-agama/ [06 Juli 2013]

Dofri.(2012). Pendekatan Antropologis. Tersedia:

http://dofrianam93.blogspot.com/2012/08/pendekatan-antropologis.html [06 Juli 2013]

(40)

Juli 2013]

Sachrony. (2009). Kh.Asnawi Caringin (Ulama dan Pendekar Banten ). Tersedia: http://sachrony.wordpress.com/2009/06/15/kh-asnawi-caringin-ulama-dan-pendekar-banten/ [08 Mei 2013].

Gambar

Gambar 4.2.1 ………………………………………………………………………… 78
Tabel 4.2.1 Silsilah KH. Asnawi Caringin-Banten  ................................................

Referensi

Dokumen terkait

BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan

BAB I: PENDAHULUAN, berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,

BAB I Pendahuluan. Pembahasan dalam bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Hipotesis,

Bab I berisi Pendahuluan yang mengemukakan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan

BAB I. Berisi tentang pendahuluan yang menguraikan Latar Belakang Masalah, Definisi Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka

Bab I, Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan. Bab

Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian signifikansi penelitian, kajian pustaka, landasan

BAB I: PENDAHULUAN, berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,