Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingkat kesiapan sekolah terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana anak berkebutuhan khusus beradaptasi di sekolah inklusi di SDN Pulutan Wetan II.
PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka
KAJIAN TEORI
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ramadhan, Pendidikan Keterampilan dan Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Jogakarta: Javalitera, 2012), 1st Cet hal. Bagaimana kinerja pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SD Dua Mei Ciputat. Allysa merupakan anak berkebutuhan khusus yang masuk dalam kategori lumpuh (anak dengan kelainan anggota tubuh).
Namun meski begitu, ia merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki kecerdasan di bidang akademik, khususnya pendidikan agama Islam. Kemudian di bawah ini pemaparan kepala SD Dua Mei Ciputat tentang hasil prestasi belajar pendidikan agama Islam anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Di antaranya sebagai berikut: “Secara umum rata-rata prestasi anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan agama Islam cukup baik.
Nilai akademiknya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam sangat baik dibandingkan dengan teman-temannya yang juga merupakan anak berkebutuhan khusus. SD Dua Mei Ciputat berupaya melengkapi media atau prasarana yang diperlukan anak berkebutuhan khusus untuk belajar.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Metode Pendidikan Agama Islam
Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus atau sering disebut SEN adalah mereka yang berbeda dengan rata-rata anak seusianya atau anak pada umumnya. Dalam arti lain, anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat sementara atau permanen.
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Secara umum, anak autis mengalami gangguan bicara selain mengalami keterbatasan kemampuan intelektual dan fungsi saraf. Gangguan pada anak autis antara lain gangguan bicara, gangguan fungsi saraf dan intelektual, serta perilaku aneh. Gejalanya terjadi karena beberapa faktor, yaitu kerusakan otak (brain damage), gangguan emosi (emotional disorder), gangguan pendengaran (defisit pendengaran), atau keterbelakangan mental.
Kondisi abnormal disebabkan oleh kelainan persepsi, kerusakan otak, disfungsi beberapa fungsi otak (disfungsi otak minimal), disleksia, dan afasia perkembangan. Mereka sering disebut sebagai penyandang disabilitas perkembangan, yang memiliki disabilitas perkembangan, termasuk hambatan perkembangan neurologis. Hal ini disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kemampuan dalam aspek kecerdasan, gerak, bahasa atau hubungan pribadi dalam masyarakat.
Definisi Pendidikan Inklusi
- Latar Belakang Pendidikan Inklusi
Menurut Staub dan Peck, pendidikan inklusif adalah penempatan penuh anak-anak penyandang disabilitas ringan, sedang, dan berat di kelas-kelas umum. Sementara itu, O’Neil menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan mengharuskan seluruh anak penyandang disabilitas dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman-teman seusianya. Pernyataan tersebut jelas memberikan gambaran tentang pentingnya membangun kesadaran anak berkebutuhan khusus melalui pendidikan inklusif, berupaya memperjuangkan hak-haknya agar tidak selalu terpinggirkan di lingkungan tempat tinggalnya.
Munculnya pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia terjadi ketika sistem pendidikan segregasi kurang mampu memberikan perubahan bagi anak berkebutuhan khusus atau disabilitas. Perhatian pemerintah terhadap pentingnya pendidikan inklusif ditunjukkan dengan dikeluarkannya surat persetujuan mengenai perlunya merancang sistem pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus. Pernyataan dalam dokumen internasional ini semakin menekankan pentingnya pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus, karena pengalaman menunjukkan bahwa sistem pendidikan segregasi dan integrasi kurang mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kebutuhan dan masa depan anak bangsa dalam mencapai pencerahan. pendidikan.40.
Tujuan pendidikan inklusif
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Siswa Penyandang Disabilitas dan Mempunyai Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Khusus. Jadi, jika sistem pendidikan inklusif dapat dikelola atau dilaksanakan dengan baik, maka tujuan yang penulis uraikan di atas akan tercapai untuk memenuhi apa yang kita inginkan bagi siswa. Ketika setiap sekolah telah menerapkan pendidikan inklusif sepenuhnya dan didukung oleh seluruh komponen dan sistem yang ada, maka reformasi mulai membawa perubahan.43 Pendidikan khusus juga bertujuan untuk memungkinkan siswa mencapai potensinya.44.
Kemudian, tujuan pendidikan inklusif dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan berpotensi memiliki kecerdasan dan/atau bakat khusus, Pasal 2 :45. Bahwa pendidikan inklusif memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh peserta didik yang mempunyai kelainan fisik, emosi, mental, dan sosial atau yang mempunyai kecerdasan dan/atau potensi. 45 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan berkemampuan intelektual dan/atau berbakat khusus, Pasal 2.
Landasan Pendidikan Inklusi
Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan dasar agama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Landasan hukum penyelenggaraan pendidikan inklusif berkaitan langsung dengan hierarki, undang-undang, peraturan pemerintah, kebijakan direktur jenderal, dan peraturan sekolah. Fungsi landasan hukum ini adalah untuk memperkuat argumentasi tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif yang merupakan bagian penting dalam mendukung peluang dan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus.
Landasan hukum internasional bagi penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah Deklarasi Salamanca (UNESCO) (1995) yang dikeluarkan para menteri pendidikan dunia. Pendidikan inklusif merupakan pengembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang secara resmi dikukuhkan dalam Deklarasi Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan. Sebab dengan pendidikan inklusif, sikap-sikap buruk seperti diskriminasi terhadap orang lain akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kurikulum pendidikan inklusi
Jadi, dengan landasan pendidikan inklusif yang telah dijelaskan di atas, maka tidak ada salahnya untuk mengkritisi bahwa pendidikan inklusif tidak baik bagi anak berkebutuhan khusus yang mempunyai disabilitas rendah dan masih bisa diobati atau masih bergaul dengan teman sebayanya. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik penyandang disabilitas dan mempunyai potensi kecerdasan dan/atau bakat khusus, pasal 11 yaitu: 52. 52 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik penyandang disabilitas dan mempunyai potensi kecerdasan dan/atau bakat khusus, pasal 11.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif berhak mendapatkan bantuan profesional sesuai dengan kebutuhan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat memberikan bantuan profesional kepada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dapat menjalin kerjasama dan membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus, perguruan tinggi, organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat, klinik terapi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat.
Evaluasi atau penilaian
Peneliti mengumpulkan berbagai dokumentasi yang diperoleh dari tempat penelitian yaitu SD Dua Mei Ciputat berupa foto, RPP dan nilai evaluasi anak berkebutuhan khusus (rapor). Dari analisis dan observasi peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi pendidikan pendidikan agama Islam anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi sudah cukup. Ada pula anak berkebutuhan khusus yang cerdas pada kategori non akademik lainnya yaitu Rasya pada kategori Autisme.
Melihat keberhasilan SD Dua Mei Ciputat dalam menerapkan program pendidikan inklusif, lihatlah perubahan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus bernama Fabby. Menunjukkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi sudah memadai, asalkan diawasi penuh oleh guru kelas dan guru pendamping. Hasil Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi” benar-benar asli karya saya, kecuali kutipan yang menyebutkan sumbernya.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Oleh karena itu, metode adalah keseluruhan langkah-langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi suatu masalah. Dengan langkah-langkah tersebut, siapapun yang melakukan penelitian dengan cara mengulang atau menggunakan metode penelitian yang sama pada objek dan subjek yang sama akan memperoleh hasil yang sama.1. Metode penelitian membahas tentang tata cara melakukan penelitian.2 Istilah metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu kata metode dan penelitian.
2 Jonaedi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok: Prenadamedia, 2016), 2nd Cet hal. Dengan beberapa pengertian metode penelitian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau jalur yang harus ditempuh untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Karena dengan melaksanakan berbagai prosedur yang terdapat dalam metode penelitian maka seorang peneliti akan lebih mudah memperoleh hasil penelitiannya dan juga dapat mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya.
Pendekatan Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pengertian wawancara itu sendiri, yaitu instrumen yang digunakan untuk menggali data secara lisan. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan dokumentasi karena sesuai dengan pengertian dokumentasi itu sendiri, yaitu metode pengumpulan data kualitatif, sejumlah besar fakta dan data yang disimpan dalam bentuk dokumentasi. Apabila peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji reliabilitas data, yaitu memeriksa keandalan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan sumber data yang berbeda11.
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data gabungan atau triangulasi untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan observasi dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi adalah untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh bersifat konvergen (meluas). Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan konsisten, lengkap dan pasti.
Teknik Analisis Data
Pada tanggal 23 Mei 2018, peneliti melakukan wawancara kepada guru pendidikan agama Islam mengenai hasil belajar anak berkebutuhan khusus di sekolah komprehensif ini. Dengan adanya tindakan modifikasi kurikulum sesuai kemampuan anak berkebutuhan khusus di sekolah SD Dua Mei Ciputat, juga akan diberikan soal-soal sesuai kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan modifikasi terlebih dahulu oleh guru pendamping. Agar tidak terjadi perlakuan yang bersifat diskriminatif dan akibatnya anak berkebutuhan khusus seperti Fabby dapat berbicara seperti anak lainnya walaupun tidak seperti teman sebayanya dan hal ini menunjukkan SD Dua Mei Ciputat berhasil melaksanakan program pendidikan secara komprehensif. .
Hanya saja kegiatan non-akademik yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam lebih unggul dibandingkan teman-temannya yang juga memiliki anak berkebutuhan khusus. Hasil observasi dan pengamatan peneliti sebagai berikut : Altair merupakan anak berkebutuhan khusus kategori autis, beliau merupakan anak yang cerdas. KKM SD Dua Mei dibantu oleh wali kelas dan wali kelas.
DESKRIPSI DATA
Sejarah di Selenggarakannya Pendidikan Inklusi di SD Dua
Setiap kelas maksimal terdiri dari dua orang anak berkebutuhan khusus (SEN) yang mengikuti pembelajaran dengan didampingi oleh satu orang guru pendamping per kelas. Perlu juga dipersiapkan kurikulum kompensasi, yaitu kurikulum khusus yang sedapat mungkin mengurangi hambatan bagi setiap anak berkebutuhan khusus. Saat ujian atau ulangan harian, mereka yang merupakan anak berkebutuhan khusus diberikan soal-soal yang sama seperti anak normal lainnya.
Seorang anak berkebutuhan khusus bernama Royan cukup menonjol dibandingkan teman-temannya yang lain dalam hal aktivitas di luar mata pelajaran akademik agama Islam. Anak berkebutuhan khusus, kecuali Altair, Allysa, Rasya, Royan dan Fabby, merupakan anak yang lebih lambat dalam memahami materi. Lalu ada Fabby yang dicap berkulit coklat, anak berkebutuhan khusus yang bisa menjadi contoh keberhasilan SD Dua Mei dalam menerapkan program pendidikan inklusif, karena ia awalnya tidak bersekolah di sana.
Dan juga mempunyai anggota yang bertanggung jawab terhadap program pendidikan inklusif agar kegiatan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi berjalan lancar. Triyanto, dkk, “Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif: Program Studi PPKn”, skripsi, Universitas Negeri Sebelas Maret, 2016, Tidak dipublikasikan.
Visi, Misi, dan tujuan SD Dua Mei Ciputat
Pendidik dan Kependidikannya
Peserta Didik di SD Dua Mei Ciputat
Struktur Organisasi
Menjawab Rumusan Masalah
PENUTUP