• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

M. Evaluasi atau penilaian

dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus tersebut.

Mohammad Takdir Ilahi juga menjelaskan bahwa kurikulum akademik dapat dipilih dengan menyesuaikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus menjadi:53

1. Anak dengan kemampuan akademik rata- rata dan diatas tinggi disiapkan kurikulum terpadu dengan kurikulum normal atau kurikulum modifikasi.

2. Anak dengan kemampuan akademik sedang (di bawah rata- rata) disiapkan kurikulum fungsional/ vokasional

3. Anak dengan kemampuan akademik sangat rendah disiapkan kurikulum pengembangan bina diri. Juga perlu disiapkan kurikulum kompensatoris, yaitu kurikulum khusus untuk meminimalisasi barier pada setiap anak berkebutuhan khusus.

Dari beberapa penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam menyelenggarakan program pendidikan inklusi disebuah sekolah, sebaiknya segala yang berhubungan dengan pembelajaran anak berkebutuhan khusus harus dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus tersebut. contohnya: kurikulum, pembelajaran, pendidikan individual dan lain sebagainya.

tidak hanya sekedar menilai, tetapi juga ada standar penilaiannya. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan pasal 3, yaitu:

1. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek:

a. Sikap

b. Pengetahuan, dan c. Keterampilan

2. Penilaian sikap bagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.

3. Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.

4. Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan atau pemerintah.

Kemudian Muhammad Takdir Ilahi menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dan penilaian pada sekolah pada umumnya dilakukan dalam ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir. Evaluasi tersebut biasanya dilakukan secara serentak dan soalnya seragam untuk semua siswa. Hal ini dilakukan karena didasari asumsi bahwa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama atau hampir sama. Dengan demikian, perbedaan

individu nyaris tidak mendapat perhatian. Ditinjau dari sistem evaluasinya didasarkan pada acuan norma sehingga nilai rata- rata dan rangking menjadi konsekuensi logis sistem ini. Namun bagi anak berkebutuhan khusus, jenis evaluasi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan kecerdasan mereka dalam menerima mata pelajaran.

Dari beberapa penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa penilaian yang dilakukan pada sekolah, harus sesuai dengan standar penilaian yang ada. Kemudian evaluasi pada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi harus diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan anak berkebutuhan tersebut. karena akan tidak seimbang dan tidak adil bagi anak berkebutuhan khusus jika harus disamakan dengan anak normal lainnya.

Kemudian faktor keberhasilan disebuah pendidikan inklusi, dalam membantu anak mencapai nilai- nilai akademik maupun nonakademis adalah adanya tenaga pendidik atau guru profesional dalam bidangnya masing- masing untuk membina dan mengayomi anak berkebutuhan khusus. tenaga pendidik atau guru yang mengajar hendaknya memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, yaitu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap tentang materi yang ajan diajarkan/ dilatihkan, dan memahami karakteristik siswa.56

Maka dalam merekrut seorang guru harus memiliki kualifikasi yang tepat. Seperti yang disebutkan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab IV Guru bagian kesatu Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi Pasal 8 dan 9 yaitu sebagai berikut:57

56 Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi, hlm. 178.

57 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab IV Guru bagian kesatu Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi Pasal 8 dan 9

8. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

9. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diplomat 4.

Dengan demikian jika sebuah sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi merekrut seorang pembimbing khusus, maka diharapkan untuk mengikuti kualifikasi yang sudah dijelaskan dalam Undang- Undang diatas.

55

METODOLOGI PENELITIAN A. Alokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Dua Mei Ciputat yang beralamat di Jl. H. Abdul Gani No. 135, Kelurahan Cempaka Putih.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu peneltian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai 6 Agustus 2018.

B. Metode Penelitian

Metode berasa dari bahasa Yunani “methodos”adalah cara atau jalan. Metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan. Cara dimaksud dilakukan dengan metode ilmiah yang terdiri dari berbagai tahapan dan langkah- langkah. Oleh karena itu, metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untu menemukan solusi atas suatu masalah. Dengan langkah- langkah tersebut, siapapun yang melaksanakan penelitian dengan mengulang atau menggunakan metode penelitian yang sama untuk objek dan subjek yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.1

Menurut Jonaedi dan Johnny Ibrahim metode penelitian adalah tata cara bagaimana melakukan penelitian. Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian.2 Istilah metode penelitian terdiri dari atas dua kata, yaitu kata metode dan penelitian. Kata metode

1 Muharto dan Arisandy Ambarita, Metode Penelitian Sistem Informasi, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), Cet ke- 1, hlm. 23

2 Jonaedi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok: Prenadamedia, 2016), Cet ke- 2 hlm. 2

brasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.3

Dengan beberapa pengertian metode penelitian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara atau suatu jalan yang harus dilalui untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Karena dengan melalukan beberapa prosedur yang terdapat didalam metode penelitian maka seorang peneliti akan lebih mudah untuk mendapatkan hasil penelitian dan dapat pula mempertanggung jawabkan hasil penelitian tersebut.

C. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk pendekatan penelitian lapangan (field research), sebab data yang dikumpulkan berasal dari objek yang bersangkutan secara langsung. Disini penulis juga akan melakukan jenis penelitian deskriptif yang artinya memberi gambaran yang jelas dan cermat tentang suatu individu, keadaan, konsep, gejala atau kelompok tertentu.4. dalam sebuah penelitian ada beberapa metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.

Kemudian penulis sendiri ingin menggunakan metode kualitatif, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif dimana pada proses penelitian inilah nantinya penulis mendapatkan data

3 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2003), hlm. 24

4 Saiffudin Dkk, Strategi dan Teknik Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), Cet ke- 1, hlm. 29- 30

secara mendalam berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan agar dapat diamati.

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Johni Dimyati sumber data ialah darimana data itu dapat diperoleh. Apabila peneliti didalam mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner, maka sumber data disebut responden. Jadi pengertian sumber data ialah subjek atau objek penelitian dimana darinya akan diperoleh data.5 Menurut Sugiyono brdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data skunder:6

1. Data Primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Peneliti disini akan menggunakan dua sumber data diatas yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Untuk sumber data primer yang akan penulis gunakan yaitu seperti hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Dua Mei Ciputat, Guru- Guru Shadow dan juga Guru Pendidikan Agama Islam. Dan untuk sumber data sekunder yang akan

5 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini Paud, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet ke- 1, hlm. 39

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R%D, ( Bandung:

Alfabeta, 2009) Cet. Ke 8, hlm. 137

penulis gunakan yaitu jurnal, tesis, perkataan dan perilaku manusia, benda, kondisi, situasi, atau proses tertentu, catatan resmi, dokumen-dokumen, arsip, sumber buku, skripsi, tesis, disertasi, dan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian, sehingga memerlukan teknik pengumpulan data yang tepat agar menghasilkan data yang sesuai. tanpa memiliki kemampuan teknik pengumpulan data, peneliti akan sulit mendapatkan data penelitian standar.7 Menurut Sugiyono teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Macam- macam teknik pengumpulan data yaitu:

observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan atau triangulasi.8 1. Observasi

Peneliti disini melakukan observasi dalam mengumpulkan data artinya mengamati langsung tempat objek penelitian yaitu di Sekolah SD Dua Mei Ciputat. Peneliti mengamati anak- anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, disamping itu juga mereka belajar dengan didampingi oleh guru Shadow, namun tidak semua anak berkebutuhan khusus yang bisa mengikuti materi yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Karena pengertian

7 Firdaus dan Fakhry Zamzam, Aplikasi Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:

Depublish, 2018), Cet ke- 1, hlm. 103

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2016), Cet ke- 23 hlm. 224- 225

dari observasi sendiri adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

2. Wawancara

Setelah melakukan pengamatan dan observasi maka peneliti melakukan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam mengapa tidak semua anak berkebutuhan khusus mengikuti materi yang disampaikan oleh beliau. Kemudian dengan seperti itu lalu bagaimana proses pembelajaran mereka, dan bagaimana hasil prestasi belajar Pendidikan Agama Islam mereka. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada Kepala Sekolah dan juga guru Pendidikan Agama Islam. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara lisan dan real. Sesuai dengan pengertian wawancara itu sendiri yaitu satu instrumen yang digunakan untuk menggali data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita mendapatkan data yang valid dan detail.9

3. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan beberapa dokumentasi yang didapat dari tempat penelitian yaitu sekolah SD Dua Mei Ciputat, berupa foto- foto, RPP, dan nilai evaluasi anak berkebutuhan khusus (rapot). Peneliti mengamati RPP Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan khusus ternyata dibuat sama dengan kurikulum 2013, dan kurikulum atau pembelajaran untuk anak normal lainnya dengan anak berkebutuhan khusus tidak dibedakan. Semua dibuat sama. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan dokumentasi karena sesuai dengan pengertian dari dokumentasi itu sendiri yaitu metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data

9 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), Cet ke 1, hlm. 74- 75

berbentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cendramata, jurnal kegiatan dan lain sebagainya.10

4. Gabungan atau Triangulasi

Kemudian selanjutnya cek and ricek. Tadi sudah dijelaskan, peneliti melakukan observasi dan pengamatan langsung di tempat objek penelitian, kemudian juga melakukan wawancara tidak hanya satu orang terkait sekolah inklusi, juga memeriksa beberapa beberapa dokumentasi yang sudah dikumpulkan dan ternyata hasilnya ketika sudah dibandingkan tidak sesuai dan ada yang sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan penulis di babII. dengan triangulasi peneliti mendapatkan data yang valid karena dengan menggunakan gabungan atau triangulasi maka peneliti sekaligus membandingkan setiap hasil dari analisis dengan hasil observasi juga dengan teknik pengumpulan data yang lain. karena dalam teknik pengumpulan data, Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber daya yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data11

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data Gabungan atau triangulasi untuk mendapatkan akurasi data dan informasi dengan membandingkan antara hasil wawancara dengan observasi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata- mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam

10 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, hlm. 33

11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D), (Bandung: Alfabeta, CV, 2017), Cet ke- 25, hlm. 330

memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informasi salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak sesuai dengan hukum.

Selanjutnya Mathinson mengemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence – whetever convergent, inconsistent, or contracdictory”. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas). Tidak konsisten atau kontrakdiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan konsisten, tuntas dan pasti. Menurut Patton juga dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data bila dibandingkan dengan satu pendekatan.12

F. Teknik Analisis Data

Menurut Iskandar melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk mengenali struktur suatu fenomena. Analisis dilaksanakan dengan melakukan telaah terhadap fenomena- fenomena secara keseluruhan, maupun terhadap bagian- bagian yang membentuk fenomena tersebut serta hubungan keterkaitan diantara unsur pembentukan fenomena. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu.

Menurut Gay “Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with responses on other data”. Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Selanjutnya Sujana menyatakan analisis data kualitatif bertolak

12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D), hlm. 332

dari fakta atau infromasi dilapangan. Fakta atau informasi tersebut kemudian diseleksi dan dikembangkan menjadi pertanyaan- pertanyaan yang penuh makna.13

Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualititatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/

verification. Penjelasannya sebagai berikut:14

1. Data Collection (pengumpulan data) penulis mengadakan pengumpulan data penelitian, langsung ke tempat penelitian dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Hasil pengumpulan data berupa catatan lapangan atau hasil observasi, transkrip wawancara, dan dokumentasi.

2. Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting., dicari tema dan polanya.

3. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan

13 Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), hlm. 257- 258

14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 246

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Miles and Huberman selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja).

Komponen dalam analisis data (interactive model)

Penjelasan tentang metode penelitian diatas, adalah tahap- tahapan peneliti dalam mengolah data dalam melakukan penelitian dan untuk menjawab rumusan masalah pada bab IV, analisis peneliti.

65

DESKRIPSI DATA

A. Gambaran Umum SD Dua Mei Ciputat

1. Sejarah di Selenggarakannya Pendidikan Inklusi di SD Dua Mei Ciputat

SD Dua Mei Ciputat merupakan sekolah swasta yang didirikan oleh Yayasan Dua Mei. Yayasan Dua Mei sebagai lembaga pendidikan dalam kegiatan pendidikannya dihadapkan kepada hal-hal yang perlu dikomunikasikan, yaitu kegiatan dan usahanya seperti program sekolah, siswa, tenaga pengajar, fasilitas dan hasil pembelajaran. Hal tersebut sangat diperlukan bagi pihak-pihak terkait dengan yaysan pendidikan dua Mei.

Yayasan Dua Mei berdiri pada tanggal 7 Agustus 1985 dengan akta Notaris Ny. Sumardilah Oriana Roosdilan, SH No. 26. Dan pada tanggal 7 Agustus 1999 yayasan pendidikan Dua Mei melakukan penyempurnaan organisasi secara keseluruhan di depan notaries Marthim Aliunir, SH. Cita-cita luhur pendirian yayasan yaitu berperan serta pemerintah dalam meningkatkan kecerdasan bangsa dengan membina dan mengembangkan pendidikan dalam arti seluas-luasnya.

Yayasan berupaya membentuk masyarakat yang berilmu, dan bertaqwa kepada Allah Swt, serta cinta bangsa dan Negara.

Tujuan yayasan pendidikan Dua Mei yaitu menyelenggarakan pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kualitas generasi muda yang berilmu pengetahuan, berwawasan luas, memiliki kepribadian dan mental spiritual yang tinggi, bersama-sama pemerintah mencerdaskan bangsa di bidang pendidikan sosial dan budaya. Pendirian Yayasan Dua Mei diawali dengan peresmian sekolah Taman Kanak-kanak sebagai

cikal bakal jenjang sekolah berikutnya. Kemudian dilanjut mendirikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai sekolah unggulan yang handal dalam mencerdaskan anak bangsa yang akan menjadi pemimpin masa datang dan siap menghadapi era globalisasi.

SDS Dua Mei Ciputat didirikan tahun 1987 dan dipimpin oleh Ny. Yayah Rokayah (1987-1993), dilanjutkan oleh Ny. Yoyoh (1993- 1996), Yeyen Khaerudin, S.Pd (1993-2007), Sri Mulyani, S.Pd (2007- 2015) dan kemudian sekarang dipimpin oleh Siti Badriyah M.Pd.I (2015-Sekarang). SDS Dua Mei Ciputat terakreditasi A pada Tanggal 22 November 2017. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013, SDS Dua Mei Ciputat menjadi sasaran saat adanya peraturan pertamakali dicetuskannya model kurikulum 2013. Dari kelas satu hingga kelas enam sudah menyeluruh menggunakan kurikulum 2013.

Sebutan mereka adalah SDS (Sekolah Dasar Swasta), Sekolah SD Dua Mei Ciputat adalah sekolah swasta dan mereka menyebutnya dengan nama SDS Dua Mei Ciputat.

SDS Dua Mei Ciputat juga menjalankan peraturan pemerintah tentang adanya sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah regular (biasa) yang menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya Dimana Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ikut belajar bersama anak-anak normal lainnya, dengan didampingi guru shadow. Setiap satu kelas terdapat maksimal dua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ikut belajar dengan didampingi satu orang guru shadow setiap kelas masing-masing.

Dari hasil wawancara dengan ibu Kepala Sekolah SDS Dua Mei Ciputat pada tanggal 23 bulan 05 Tahun 2018 pukul 11. 38 terkait dengan sejarah berdirinya pendidikan SDS Dua Mei Ciputat beliau mengatakan

“Bahwasanya sekolah SDS Dua Mei Ciputat tidak langsung membuka sekolah tersebut berprogram inklusi, yayasan mendirikan sekolah SD itu karna dia punya putra, punya anak yang berkebutuhan khusus, makanya dia mendirikan sekolah sendiri. Awal ikhwalnya pencetus nya lah karna punya Aini tapi gak langsung sekolah inklusi, tapi dia udah sekolah di reguler seperti sekolah umum bukan sekolah SLB . cuman sekolah SD dua Mei itu sampai sekarang secara yuridis belum ada izin untuk inklusinya.baru defaktonya aja. Itu yang tahun lalu sempat baru pembicaraan aja antara yayasan sama saya , buk Siti kayaknya ada baiknya diurus aja biar tercatat resmi bahwa SD Dua Mei itu sekolah inklusi padahal udah belasan tahun kita menjalankan, tapi belum tercatat resmi secara kedinasan.

Jadi sebenarnya kalau dari kedinasan kita ini sekolah umum, sekolah biasa jadi intinya belum izin resmi bahwa kita itu menerima anak berkebutuhan khusus. Tapi kan dalam perundang- undangan setiap anak itu berhak mendapatkan pendidikan kan?

Kita gag boleh menolak anak- anak yang berbeda, kita gag boleh tolak kita harus terima itu, Itu karena acuan kita. Kenapa mesti harus diurus? Nah sebenarnya dengan diurus tercatat resmi kita akan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Itu tujuannya, salah satunya sayang kalau pemerintah tidak tahu nih kalau SD Dua Mei itu menerima anak berkebutuhan khusus, mestinya kan kita dibantu di subsidi di lengkapi segala macam sarana prasarananya.

Dari zaman dahulu juga masih adem ayem aja sampai sekarang ya udah, saya juga cumn fokus apa yang ada didepan mata. Kalau secara dinas kota, provinsi secara resmi belum mendapat izin ini sekolah inklusi. Intinya sih bukan izin tapi dapat SK kalau sekolah sudah dapat izin konvesional. Ga boleh ni menerima.

sebenarnya yang kita yang rugi, kalau tidak tercatat resmi kita tidak dapat bantuan, ya tahu kan kalau dapat bantuan buat gurunya, buat sarana, apa segala- galanya. Ibu sih belum berfikir kesana, makanya masih kalau ulangan itu dianggap anak reguler padahal mah anak berkebutuhan khusus. Alhamdulillah sih mereka sudah bisa baca, jadi ya tidak masalah. Toh juga anak

Dokumen terkait