PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN PETA KONSEP
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
TEORI KINETIK GAS SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh:
Yola Fransiska
0800306
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Pembelajaran Advance organizer Berbantuan Peta Konsep untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Teori Kinetik Gas Siswa SMA
Oleh Yola Fransiska
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana PendidikanFisika di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Yola Fransiska 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN
PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
TEORI KINETIK GAS SISWA SMA
Oleh:
Yola Fransiska 0800306
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dr. Dadi Rusdiana ,M.Si NIP. 19681015 199403 1 002
Pembimbing II,
Asep Sutiadi, S.Pd, M.Si NIP. 19700908 199702 1 001
Mengetahui,
PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TEORI
KINETIK GAS SISWA SMA
Yola Fransiska **), Dadi Rusdiana *), dan Asep Sutiadi *) *) Dosen Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI **) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
ABSTRAK
Dalam menerima informasi pelajaran, siswa lebih cenderung menghafalkan informasi yang mereka dapatkan tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimilikinya sebelumnya, sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.
Advance Organizer merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu guru dalam menyajikan konsep secara bermakna dikelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa SMA materi teori kinetik gas dengan menggunakan model pembelajaran Advance
Organizer berbantuan peta konsep. Peta konsep digunakan sebagai teknik dalam
menyajikan kerangka umum pembelajaran dan untuk memantau perkembangan pemahaman konsep siswa. Desain penelitian ini adalah one group pretest-posttest
design, dengan sampel kelas XI IPA-3 SMA N 14 Bandung tahun ajaran 2012/2013.
Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis, lembar observasi, dan angket. Dari data hasil penelitian pemahaman konsep secara umum, diperoleh gain ternormalisasi <g> sebesar 0,662, yang artinya pemahaman konsep meningkat sebesar 66,2% dari besar peningkatan maksimum yang dapat dicapai. Berdasarkan kategori gain dinormalisasi, nilai gain 0,662 termasuk kategori sedang. Sedangkan untuk setiap aspeknya, aspek menafsirkan (interpreting) memperoleh gain ternormalisasi <g> sebesar 0,665 dengan kategori sedang, aspek menyimpulkan (inferring) memperoleh gain ternormalisasi <g> sebesar 0,597 dengan kategori sedang, dan aspek menjelaskan (explaining) gain ternormalisasi <g> sebesar 0,743 dengan kategori tinggi. Dari data-data yang didapatkan dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa SMA pada materi teori kinetik gas setelah diterapkan model pembelajaran advance organizer berbantuan peta konsep.
ABSTRACK
Receive information in the lesson, students are more likely to memorize the information that they get without trying to associate with the concept ever had before, so that is less meaningful learning for students. Advance Organizer is a learning model that aims to assist teachers in presenting the concept significantly class. The purpose of this study was to determine the increase in high school students' understanding of the concept of matter using the kinetic theory of gases with Advance Organizer assisted learning model concept maps. Concept maps are used as a technique of presenting the general framework of learning and to monitor the development of students' understanding of concepts. The study design was a one-group pretest-posttest design, with sample-3 class XI Science SMAN 14 Bandung academic year 2012/2013. Data was collected through written tests, observation sheets and questionnaires. Understanding of the concept of research data in general, obtained <g> normalized gain of 0.662, which means understanding the concept of an increase of 66.2% from the large increase in the maximum achievable. By category normalized gain, gain value 0.662 being categorized. While for every aspect, aspect interpreting (interpreting) to obtain the normalized gain of 0,665 <g> the medium category, concluding aspect (inferring) to obtain the normalized gain of 0.597 <g> the medium category, and the aspect explaining (explaining) the normalized gain <g> of 0.743 with a high category. From the data obtained from the study, it can be concluded that an increase in high school students' understanding of concepts in the kinetic theory of gases after the material is applied learning models advance organizer assisted concept maps.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ………... . iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ………... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Batasan Masalah ... 5
D.Tujuan Penelitian ... ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER, PETA KONSEP,
DAN PEMAHAMAN KONSEP
A.Teori Belajar Bermakna ... 8
B.Model Pembelajaran Advance Organizer ... 10
C.Peta Konsep ... 18
D.Pemahaman Konsep ... ... 25
E.
Matriks Keterkaitan Pembelajaran Advance Organizer dengan Aspek-Aspek Pemahaman Konsep... 30F. Hubungan Belajar Bermakna, Advance Organizer dan Peta Konsep ………. ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 34
B.Populasi dan Sampel Penelitian... 35
C.Instrumen Penelitian ... 35
D.TeknikPengumpulan Data ……… . 43
E. Prosedur Penelitian ... 44
F. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian……… 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 55
B.Keterlaksanaan Model Pembelajaran Advance Organizer
dengan Peta Konsep
...
74C.Respon Siswa terhadap Pembelajaran Advance Organizer
dengan Peta Konsep ... 76
D.Pembahasan ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 86
B.Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan dengan sistematis, programatis, dan berjenjang. Pendidikan yang diberikan di sekolah meliputi beberapa ilmu pengetahuan, salah satunya adalah Fisika.
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang penting untuk diajarkan karena memberikan bekal ilmu kepada siswa dan menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika memiliki tujuan sebagaimana yang tersirat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pembelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembelajaran fisika di sekolah harus menekankan pada pemahaman konsep fisika dengan berlandaskan hakikat IPA yang mencakup produk, proses, dan sikap ilmiah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran fisika yang telah diungkapkan di atas, kemampuan memahami konsep fisika merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh siswa. Dengan memahami konsep, siswa bisa mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran fisika, dan siswa juga bisa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana sampai dengan kompleks, serta siswa juga dapat mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya.
Masih banyak siswa yang memperoleh nilai yang rendah untuk mata pelajaran fisika. Hal ini sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Solihat (2010) disebuah sekolah di Kota Bandung. Dari analisis datanya tersebut, ia mendapatkan nilai rata-rata kelas tersebut adalah 56,8. Soal yang diberikan adalah soal pilihan ganda tentang pemahaman konsep dalam aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi yang diberikan pada 39 orang siswa. Nilai 56,8 ini berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), karena nilai KKM untuk fisika dikelas tersebut adalah 70. Pandia (2012), dalam penelitiannya menemukan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa berada pada kategori rendah, yaitu sebesar 0,26. Khasanah (2012) dalam penelitiannya juga menganalisis soal-soal IPA-fisika berupa pilihan ganda seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Hasil Analisis Soal IPA-Fisika
Soal IPA-Fisika Jumlah Soal
Ingatan
(%)
Pemahaman
Konsep (%)
UKK IPA-fisika kelas VII tahun ajaran
2011/2012
20 30 45
Pra-UN IPA-fisika tahun
ajaran 2011/2012 17 12 35 TO UN IPA-fisika
SMP/MTs 2012 17 18 35
Berdasarkan pengamatannya dilapangan, skor rata-rata siswa terhadap soal pemahaman konsep lebih rendah daripada skor rata-rata soal ingatan. Hal ini mengidentifikasikan kemampuan pemahaman konsep siswa masih rendah.
memahami konsepnya terlebih dahulu sebelum menyelesaikan permasalahan fisika, 37,14% siswa menyatakan jarang sekali dan 28,57% siswa menyatakan kadang-kadang. Pada saat ditanyakan apakah pelajaran fisika bertahan lama dalam ingatan siswa tersebut, 60% siswa menyatakan jarang sekali dan 11,43% siswa menyatakan tidak pernah. Dan menurut 54,29% siswa, metode yang biasa digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran fisika di kelas adalah ceramah.
Dari temuan masalah di atas, terlihat bahwa tingkat pemahaman konsep yang dimiliki siswa masih rendah, yang diduga ada kaitannya dengan proses pembelajaran yang terjadi. Supaya mendapatkan proses pembelajaran yang sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan strategi yang tepat dan sesuai pula. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat variasi pembelajaran di kelas. Misalnya dengan menggunakan pendekatan, model, atau metode pembelajaran yang berbeda dengan yang biasa dilakukan di sekolah tersebut, sehingga diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa menjadi lebih memahami konsep fisika yang telah dipelajari.
Menurut Ausubel (Dahar, 1989:112) belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Untuk dapat mengaitkan konsep baru atau informasi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, siswa membutuhkan semacam pertolongan mental berupa pengatur awal (advance
organizer) yang bisa mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka
pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru sehingga terjadi belajar bermakna.
(termasuk teorema, prinsip, sifat, dan lain-lain) dengan maksud mengaitkan/menanamkan dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan
“proposisi-proposisi” (kata penghubung) agar menjadi jelas, baik bagi siswa maupun bagi guru untuk memahami ide-ide kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar. Oleh sebab itu, dalam hal ini alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat belajar menjadi lebih bermakna adalah model pembelajaran Advance Organizer yang dalam implikasinya menggunakan peta konsep.
Bell (Khasanah, 2011) mengemukakan bahwa model pembelajaran
Advance Organizer dikembangkan dan diuji oleh psikolog David P. Ausubel.
Model pembelajaran Advance Organizer cocok untuk menyajikan fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip-prinsip yang didasarkan pada tujuan kognitif pada tingkat pengetahuan dan pemahaman. Oleh sebab itu, model pembelajaran
Advance Organizer tepat diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep. Menurut Yuliani (2007:4), ciri menonjol dari model pembelajaran Advance Organizer terletak pada pengorganisasian materi pembelajaran yang memungkinkan siswa memahami dan menguasai konsep-konsep yang diajarkan.
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk mengumpulkan informasi lebih jauh dan mendalam tentang penggunaan model pembelajaran
Advance Organizer dengan peta konsep yang dituangkan dalam penelitian skripsi
dengan judul Pembelajaran Advance organizer berbantuan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Teori Kinetik Gas Siswa SMA.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, yaitu “Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa SMA pada materi teori kinetik gas setelah
diterapkan pembelajaran Advance Organizer berbantuan peta konsep?”
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep aspek menafsirkan (interpreting) setelah diterapkan pembelajaran Advance Organizer berbantuan peta konsep?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep aspek menyimpulkan (inferring) setelah diterapkan pembelajaran Advance Organizer berbantuan peta konsep?
3. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep aspek menjelaskan (explaining) setelah diterapkan pembelajaran Advance Organizer berbantuan peta konsep?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantuan peta konsep?
C. Batasan Masalah
a. Peningkatan pemahaman konsep fisika siswa dilihat dari gain yang dinormalisasi dari skor tes awal dan tes akhir.
b. Peta konsep digunakan sebagai teknik dalam menyajikan kerangka umum pembelajaran dan untuk memantau perkembangan pemahaman konsep siswa. c. Respon siswa dilihat dari persentase respon siswa terhadap model
pembelajaran advance organizer melalui pengisian angket.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa SMA materi teori kinetik gas dengan menggunakan model pembelajaran Advance organizer berbantuan peta konsep.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan kontribusi positif terhadap upaya peningkatan proses dan hasil pembelajaran di SMA.
2. Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa . 3. Memperluas pengetahuan dan wawasan guru mengenai penggunaan model
Advance Organizer untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :
1. Advance Organizer adalah suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan
baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada struktur kognitif siswa. Model pembelajaran Advance Organizer dalam penelitian ini di implementasikan dengan peta konsep.
Terdapat tiga aktifitas pada model pembelajaran ini, yaitu: a) Presentasi Advance organizer, b) Presentasi tugas pembelajaran, dan c) Penguatan susunan kognitif. Untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran ini, dilakukan observasi terhadap kegiatan guru dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep-konsep.
Peta konsep atau pemetaan konsep-konsep yang diajukan oleh Novak menunjukkan hubungan bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Jumlah konsep dan proposisi sahih yang dibuat menunjukkan pemahaman konsep siswa, hierarki dapat menunjukkan kedalaman dan perluasaan pemahaman materi, dan hubungan silang menunjukkan integritas pemahaman dan kekompleksan suatu materi. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat peta konsep, digunakan kriteria penilaian Novak dan Gowin.
3. Pemahaman konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-experimental. Alasan penggunaan metode ini dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (variabel terikat), dimana hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2011: 74).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One
Group Pretest-Posttest Design, seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:
Gambar 3.1 Desain penelitian
Pada desain ini, penelitian dilakukan pada satu kelas saja sebagai kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding. Sebelum diberikan treatment, siswa terlebih dahulu mengerjakan pretest untuk mengukur pemahaman konsep awal siswa. Setelah itu, siswa diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan model pembelajaran advance organizer berbantuan peta konsep. Kemudian selanjutnya, siswa diberi posttest untuk mengukur pemahaman konsep siswa setelah diberikan treatment. Instrumen
pretest dan posttest merupakan instrument yang sama. Hal ini dilakukan agar
tidak ada pengaruh kualitas instrument terhadap perubahan pengetahuan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:55). Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, maka populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA N 14 Bandung.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Penentuan sampel dari suatu populasi
disebut penarikan sampel atau “sampling” (Syaodih, 2011:251). Cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu memberikan peluang yang sama bagi semua populasi untuk dijadikan sampel, dengan teknik penarikan sampel kelas atau cluster random sampling, karena dalam cluster
random sampling dilakukan dengan menggunakan kelompok yang tersedia
sebagai sampel sehingga peneliti tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu akan tetapi dalam bentuk kelas yang tersedia dan pengacakannya hanya pada kelasnya saja yang bisa digunakan yang mana saja, tidak pada individu atau siswa.
Pada penelitian ini yang diambil sebagai sampel adalah siswa kelas XI IPA-3.
C. Instrumen Penelitian
a) Instrumen Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010). Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes pemahaman konsep dengan kategori menafsirkan (interpreting), menyimpulkan (inferring) dan menjelaskan (explaining), seperti ditunjukkan oleh tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes
Indikator
pencapaian
kompetensi
Indikator soal No Soal hukum tentang gas dengan grafik
jika suhu dan volumenya diubah dan tekanan gas ideal
6 Menyimpulkan (inferring) Mengekstrapolasi volume,
jika variabel yang lain diketahui persamaan umum gas ideal
Indikator pencapaian kompetensi
Indikator soal No Soal dan energi kinetik gas dalam bentuk grafik
10 Menafsirkan (Interpreting)
Menerjemahkan hubungan energi kinetik dan suhu dengan grafik
11 Menafsirkan (Interpreting)
Mengekstrapolasi energi kinetik gas, jika suhu diketahui
12 Menyimpulkan (inferring)
Memprediksikan tekanan gas jika energi kinetik gas diperbesar
akibat suhu gas ideal diubah. dan volume gas diubah
17 Menyimpulkan energi dalam dengan suhu gas
b) Instrumen Non-Tes a. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Syaodih, 2001: 220).
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dilakukan ketika model pembelajaran advance organizer diterapkan. Lembar observasi ini dibuat dalam bentuk isian yang harus di checklist (√) dengan lembar pengisian “Ya” atau “Tidak”. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui hal-hal seperti, aktivitas siswa, guru, dan proses pembelajaran, serta bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi agar pembelajaran selanjutnya berlangsung dengan lebih baik lagi.
b. Angket
Angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Syaodih, 2011 :219).
c) Analisis Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen lebih banyak dilakukan terhadap instrumen tes. Sebelum instrumen tes digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu penulis mengujicobakan instrumen tersebut kepada siswa yang telah memperoleh materi yang akan diujicobakan. Data hasil uji coba tes dianalisis untuk mendapatkan keterangan apakah instrumen tersebut layak atau tidak digunakan dalam penelitian. Berikut dipaparkan analisis-analisis yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes penelitian.
a. Analisis Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes (Arikunto, 2010:65). Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal dari suatu tes dapat menggunakan suatu teknik korelasi product momen seperti yang dikemukakan oleh Pearson yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
X = Skor siswa tiap butir soal Y = Skor total tiap siswa uji coba N = Jumlah siswa
Tabel 3.2 Kriteria Validitas Tes
Rentang Kriteria
<1,00 Sangat Tinggi
xy
<0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010:75)
b. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah (Arikunto, 2010:87). Tes yang reliable adalah tes yang menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah ketika diteskan pada situasi yang berbeda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) ganjil genap karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Pada saat pemberian skor, tes dibelah menjadi dua sehingga tiap siswa memperoleh dua macam skor, yakni skor yang diperoleh dari soal-soal yang bernomor ganjil dan skor yang diperoleh dari soal – soal yang bernomor genap. Selanjutnya skor ganjil dikorelasikan dengan skor genap, hasilnya adalah koefesien korelasi rnn.
Koefisien korelasi ganjil – genap tersebut dikoreksi sehingga menjadi koefesien reliabilitas tes, dengan menggunakan rumus Spearman – Brown :
Keterangan :
rnn = koefisien korelasi ganjil – genap
n = panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes = 2 x
Untuk menentukan koefisien korelasi ganjil - genap digunakan teknik
korelasi “Pearson’s Product Moment” yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :
rxy = koefesien korelasi ganjil - genap
N = jumlah peserta tes
X = Skor siswa menjawab benar bernomor ganjil
Y = Skor siswa yang menjawab benar bernomor genap
Tabel 3.3
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
c. Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2010:207). Untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan rumus :
P =
(Persamaan 3.4)
(Arikunto, 2010:208) Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran tiap item soal tiap tahap dilakukan dengan interpretasi berikut ini :
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai TK Interpretasi
1,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2010:210)
d. Analisis Daya Pembeda
Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa dari siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah. Kemudian dibagi dua menjadi kelompok atas dan kelompok bawah. Kemudian menghitung daya pembeda dengan menggunakan rumus :
(Persamaan 3.5)
(Arifin, 2009:273) Keterangan:
DP = Daya pembeda
WL = Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas n = 27% x N
Nilai daya pembeda (DP) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini :
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes
Nilai DP Interpretasi
0,40 – up Very good items.
0,30 – 0,39 Reasonably good.
0,20 – 0,29 Marginal items.
Below – 0,19 Poor items.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tes, lembar observasi dan angket.
a. Tes
Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes tertulis (paper and pencil test) yaitu tes pemahaman konsep berupa soal pilihan ganda yang dibuat berdasarkan kategori pemahaman konsep, yaitu menafsirkan (interpreting), menyimpulkan (inferring) dan menjelaskan (explaining). Instrumen tes ini disusun berdasarkan indikator yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest).
Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan tes adalah:
a) Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran fisika.
b) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
c) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. d) Membuat kunci jawaban dan penskoran.
e) Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat kepada 2 orang dosen dan 1 orang guru fisika.
f) Melakukan revisi soal.
g) Uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi ini dibuat dalam bentuk isian yang harus di checklist (√) dengan lembar pengisian “Ya” atau “Tidak”.
Format observasi terlebih dahulu dikoordinasikan kepada para observer, agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi.
c. Angket
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar angket dilakukan setelah tes. Angket ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan
1) Melakukan studi lapangan / studi pendahuluan. 2) Merumuskan masalah penelitian.
3) Melakukan studi literatur. 4) Menyusun proposal penelitian.
5) Menghubungi pembimbing untuk proses bimbingan.
6) Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian.
7) Mengkonsultasikan model pembelajaran Advance Organizer dan instrumen kepada dosen.
8) Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah dijudgment.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur pemahaman konsep awal siswa sebelum diberi perlakuan.
2) Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara penggunaan model pembelajaran Advance Organizer berbantuan peta konsep. 3) Memberikan tes akhir (posttest) kepada sampel penelitian untuk
mengetahui hasil pemahaman siswa setelah treatment. 4) Membagikan angket pada siswa.
5) Pengisian lembar observasi (oleh observer).
c. Tahap Akhir
1) Mengolah dan menganalisis data penelitian.
2) Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pemahaman konsep siswa.
Gambar 3.2
Bagan Prosedur Penelitian
F. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian
Tabel 3.6
Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian
No soal
Tingkat
- Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran instrumen tes dapat mengklasifikasikan instrumen yang mudah, sedang, dan sukar. Semakin besar nilai tingkat kesukaran, maka instrumen dikategorikan makin mudah, dan sebaliknya, semakin kecil nilai tingkat kesukaran, maka instrumen dapat dikatakan semakin sulit.
Dari hasil perhitungan pada tabel 3.5 diatas terlihat bahwa tingkat kesukaran dari 25 soal yang diujicobakan berkategori mudah sebesar 40% dan berkategori sedang sebesar 60%.
- Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda instrumen dapat membedakan siswa yang pintar dan yang kurang pintar, apabila semakin tinggi nilai daya pembeda maka semakin baik instrumen tersebut, dan sebaliknya, apabila nilai daya pembeda mendekati nol, maka instrumen tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pintar dan yang kurang pintar.
Dari tabel 3.5 diatas, daya pembeda dari 25 soal yang diujicobakan berkategori baik sebesar 52%, berkategori baik sekali sebesar 16%, berkategori cukup sebesar 20%, dan berkategori jelek sebesar 12%.
- Validitas Butir Soal
Instrumen yang dinyatakan valid artinya instrumen tersebut tepat apabila diujikan pada kelompok siswa yang sama. Dari perhitungan pada tabel 3.5 diatas diperoleh bahwa validitas tes dari 25 soal yang diujicobakan berkategori rendah sebesar 32%, berkategori sangat rendah sebesar 16%, berkategori cukup sebesar 32%, dan berkategori tinggi sebesar 20%.
- Reliabilitas Tes
Nilai koefisien reliabilitas instrumen yang ditunjukkan oleh tabel 3.5 diatas adalah 0,623 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes ini memiliki tingkat keajegan yang tinggi.
Setelah diperoleh hasil uji coba instrumen tes secara keseluruhan, maka soal yang akan digunakan sebagai instrumen tes untuk penelitian berjumlah 20 butir soal dan 5 butir soal tidak digunakan. Soal yang tidak digunakan tersebut adalah soal nomor 3, 8, 9, dan 24 yang berkategori validitas sangat rendah, serta soal nomor 7 yang validitasnya rendah. Soal nomor 7 tidak digunakan dikarenakan nilai daya pembedanya yang termasuk kategori jelek, yaitu 0,17.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan soal-soal yang akan digunakan untuk penelitian:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Instrumen yang digunakan dalam Penelitian
Aspek Pemahaman
Konsep Nomor Soal
Jumlah Butir
Soal
Menafsirkan
(interpreting) 1, 2, 18, 19, 20, 23, 6 Butir Menyimpulkan
(inferring) 5, 6, 10, 11, 12, 13, 16, 21 8 Butir Menjelaskan
G. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data yang digunakan terhadap data – data tersebut, antara lain :
1) Data Tes Pemahaman Konsep
Pengolahan data untuk mengukur pemahaman konsep dilakukan terhadap skor pretest dan posttest. Dari data skor pretest dan posttest tersebut, diperoleh nilai gain yang akan menunjukkan adanya perbedaan atau tidak adanya perbedaan pemahaman konsep setelah diterapkan model pembelajaran advance
organizer. Selanjutnya dari gain tersebut kita bisa mengetahui gain
ternormalisasi pada pembelajaran sehingga diketahui korelasi tes pemahaman konsep.
Berikut langkah-langkah yang peneliti lakukan agar dapat menganalisis data tes awal dan data tes akhir, yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian Skor
Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor, terlebih dahulu ditentukan standar penilaiansehingga dalam pelaksanaannya unsure subjektivitas dapat diminimalisir. Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.
2. Menghitung gain skor semua subyek penelitian
Skor gain adalah selisih antara skor tes awal dengan skor tes akhir. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :
G = skor posttest – skor pretest (Persamaan 3.6)
3. Menghitung gain ternormalisasi
Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :
<g> =
=
(Persamaan 3.7)
(Hake, 1998) Keterangan :
<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi <G> = rata-rata gain aktual
<Gmaks> = gain maksimum yang mungkin terjadi
<Sf> = rata-rata skor tes akhir
<Si> = rata-rata skor tes awal
4. Menentukan nilai rata-rata (mean) dari skor gain ternormalisasi.
5. Menginterpretasikan nilai rata-rata skor gain ternormalisasi dengan menggunakan tabel 3.8 di bawah ini:
Tabel 3.8
Interval Gain Ternormalisasi
Interval Kategori 0,00 < (<g>) < 0,30 Rendah 0,30 < (<g>) < 0,70 Sedang 0,70 < (<g>) < 01,0 Tinggi
(Hake, 1998)
2) Lembar Observasi
3) Analisis data angket skala sikap siswa
Pengolahan data angket dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Setiap jawaban diberikan bobot tertentu sesuai dengan jawabannya. Untuk mengetahui besar persentase dalam angket digunakan rumus sebagai berikut:
(Persamaan 3.8) Keterangan:
P = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban
n = Banyaknya siswa (responden)
Penafsiran data angket dilakukan dengan menggunakan kategori persentase berdasarkan Kuntjaraningrat (Maulana, 2007 : 64) seperti ditunjukkan tabel berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase Angket
Besar Persentase (%)
Interpretasi
0 Tidak ada 1 - 25 Sebagian kecil 26 - 49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya 51 - 75 Sebagian besar 76 – 99 Pada umumnya
100 Seluruhnya
Skala penilaian yang digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, siswa memiliki lima pilihan respon yang sesuai dengan pernyataan
% 100
berikut :Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu atau Netral(N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Namun, dalam penelitian ini alternatif respon ragu-ragu tidak digunakan dengan alas an agar respon yang diberikan oleh siswa mencerminkan (memihak) kearah respon positif atau negatif. Untuk pernyataan positif, bobot yang diberikan 5 sampai dengan 1 dari pilihan sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan negatif, bobot yang diberikan 1 sampai dengan 5 dari pernyataan sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Untuk lebih jelasnya, pembobotan respon siswa tersebut disajikan pada tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10
Bobot Penilaian Respon Siswa
Alternatif Jawaban Jenis Pernyataan Positif Negatif Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat diperoleh simpulan dari penelitian adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung mengenai penerapan model pembelajaran advance organizer berbantuan peta konsep, maka disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa SMA pada materi teori kinetik gas setelah diterapkan model pembelajaran
advance organizer berbantuan peta konsep dengan kategori sedang.
Beberapa hal lain yang dapat disimpulkan terkait penelitian ini adalah: 1. Terjadi peningkatan pemahaman konsep aspek menafsirkan (interpreting)
setelah diterapkan model pembelajaran advance organizer berbantuan peta konsep dengan kategori sedang.
2. Terjadi peningkatan pemahaman konsep aspek menyimpulkan (inferring) setelah diterapkan model pembelajaran advance organizer berbantuan peta konsep dengan kategori sedang.
3. Terjadi peningkatan pemahaman konsep aspek menjelaskan (explaining) setelah diterapkan model pembelajaran advance organizer berbantuan peta konsep dengan kategori tinggi.
Yola Fransiska, 2013
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran advance
organizer berbantuan peta konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut:
1. Model pembelajaran advance organizer hendaknya dijadikan sebagai alternatif pembelajaran untuk memfasilitasi dan memudahkan siswa dalam memahami konsep fisika.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan pemahaman konsep siswa, misalnya pada pokok bahasan lain dengan sampel penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2010). Pembelajaran Advance Organizer. [Online]
Tersedia: http://arifin-penelitian.blogspot.com/2010/05/efektivitas-model-pembelajaran advance.html [28 Juni 2013]
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asan, A. (2007). Concept Mapping in Science Class: A Case Study of Fifth
Grade Student,. Educational Technology & Society [Online]
Tersedia: www.ifets.info/journals/10_1/17.pdf [Oktober 2012]
Avyani, Eva Nur. (2010). Perbandingan Tingkat Penguasaan Konsep Siswa
Menggunakan Alat Evaluasi Peta Konsep dan Pilihan Ganda pada
Materi Sistem Ekskresi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Bloom,B.S. (1978). Taxonomy Of Educational Objectives, The Classification
Of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York :
David McKay Company, Inc.
Dahar, R W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
John. (1997). Concept Maps Assessment of Classroom Learning: Reliability,
Validity, and Logistical Practicality. Journal of research in science
teaching Vol. 36, NO. 4, PP. 475–492 (1999).
Hake, R. R. (1998). “Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course”. Am. J. Phys. 66 (1) 64-74
Karinasyari. (2004). Penggunaan Peta Konsep dan Wacana sebagai Alat
Evaluasi untuk Mengukur Penguasaan Konsep Sistem Hormon
Manusia pada Siswa SLTP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Khasanah, Elen U. (2011). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Advance Organizer dengan Peta Konsep terhadap Peningkatan
Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa. Skripsi pada
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Khasanah, Uswatun. (2012). Profil Kemampuan Berpikir Logis dan
Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Lestari, Ayu R. (2012). Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer
Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
dan Aktivitas Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Lindari, Mesa. (2008). Analisis Kemampuan Kognitif Siswa kelas X dalam
Pembelajaran Fisika setelah Penerapan Model Pembelajaran
Advance Organizer. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
Novak, J. D., dan Gowin, D. B. (1985). Learning How to Learn. New York, USA: Cambridge University Press.
Pandia, Suka P. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
dengan Media CMAPTOOLS PROTOTYPE pada Topik Kalor dan
Suhu untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Skripsi
pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Silitonga, M P. (2006). Penggunaan Peta Konsep sebagai Alat Evaluasi
Mata Kuliah Biokimia Dasar. Dalam Jurnal Pendidikan Matematikan
dan Sains [Online], vol 1 (2), 5 halaman.
Solihat, N.F. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis
Fenomena untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Sudijono , A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sugandi, Eka. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa pada Mata
Pelajaran Fisika. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Sundari, Merinda. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Advance
Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi pada
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sutiadi, Asep. (2013). Penyusunan Instrumen Soal Kognitif dan KPS. Bahan Ajar Workshop: tidak diterbitkan.
Syaodih, N. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Umamah, Nunung Q. (2010). Kajian Penguasaan Konsep Biologi Sel pada
Siswa Kelas XI melalui Tes Essai dan Tes Peta Konsep. Skripsi pada
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Wuryani, Tiwi. (2007). Efektifitas Model Advance Organizer dalam
Pembelajaran Fisika di SMA (penelitian kuasi eksperimen terhadap
siswa kelas XI SMAN 14 Bandung semester I tahun ajaran
2006/2007). Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Yuliani, Y. (2007). Pembelajaran dengan Model Advance Organizer untuk
Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa SMA. Skripsi pada