TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
YUNI MAYA SARI NIM 1201099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh
YUNI MAYA SARI
S.Pd FKIP Unila, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
© Yuni Maya Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
(Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur)
Oleh Yuni Maya Sari
NIM. 1201099
Disetujui dan Disahkan Oleh
Pembimbing I
Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002
Pembimbing II
Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Penguji 1
Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002
Penguji 2
Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001
Penguji 3
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.
Penguji 4
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Penulisan ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter ... 11
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11
2. Indikator Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 20
3. Aspek Penting dalam Pendidikan Karakter di Sekolah ... 24
4. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah... 39
5. Pendidikan Karakter dalam Konteks PKn ... 42
B. Nilai Toleransi dalam Pendidikan Karakter ... 48
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Indikator-indikator Toleransi ... 54
C. Nilai Peduli Sosial dalam Pendidikan Karakter ... 57
1. Pengertian Peduli Sosial ... 57
2. Indikator-indikator Peduli Sosial ... 62
D. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) ... 63
1. Pengertian Watak Kewarganegaraan ... 63
2. Indikator Watak Kewarganegaraan ... 68
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 75
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 81
1. Lokasi Penelitian ... 81
2. Subyek Penelitian ... 81
B. Pendekatan Penelitian ... 82
C. Metode Penelitian ... 85
D. Definisi Operasional ... 87
E. Instrumen Penelitian ... 91
F. Proses pengembangan instrumen ... 94
G. Teknik Pengumpulan Data ... 97
1. Wawancara ... 97
2. Observasi ... 98
3. Studi Dokumentasi ... 100
4. Studi Literatur ... 101
H. Analisis Data ... 101
1. Reduksi Data ... 102
2. Penyajian Data ... 103
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 104
1. LetakSMAN 4 Balikpapan ... 104
2. Sejarah Terbentuknya SMAN 4 Balikpapan ... 106
3. Visi dan Misi Sekolah ... 107
4. Sarana dan Prasarana ... 108
5. Tenaga Pengajar dan Karyawan ... 109
6. Struktur Organisasi Sekolah ... 110
7. Keadaan Siswa SMAN 4 Balikpapan ... 111
8. Kegiatan Rutinitas dan Ekstrakurikuler Siswa ... 112
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 116
1. Realitas Toleransi dan Peduli Sosial Para Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur... 116
2. Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial melalui Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan Pembiasaan di Lingkungan Sekolah dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 127
3. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang yang Dapat Diwujudkan dalam Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 156
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 177 1. Realitas Toleransi dan Peduli Sosial Para Siswa SMAN 4
Balikpapan Kalimantan Timur... 177
2. Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial melalui
Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan
Pembiasaan di Lingkungan Sekolah dalam Upaya
Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 186
3. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang yang Dapat
Diwujudkan dalam Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli
Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan
(Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan
Timur ... 208
4. Peran dan Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah dalam
Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya
Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 214
V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ... 218
B. Rekomendasi ... 225
DAFTAR PUSTAKA ... 228
LAMPIRAN
A. Teknik Pengumpulan Data ... 236
B. Data Penelitian ... 250
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
YUNI MAYA SARI (1201099). PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI
SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK
KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur).
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata Kunci: Toleransi, Peduli Sosial, dan Watak Kewarganegaraan
ABSTRACT
THE CONSTRUCTION OF TOLERANCE AND SOCIAL CARE IN AN EFFORT TO ENHANCE OF STUDENTS CIVIC DISPOSITION
(A Case Study in SMAN 4 Balikpapan East Kalimantan)
The revival of the spirit of tolerance and social care can be done through character education implemented in educational institutions. This study aims to reveal and to find out in depth about the reality of students’ tolerance and social care, the process of the construction of the tolerance and social care, the supporting and inhibiting factors of the development process. This study applies a qualitative approach with case study methods and data obtained through in-depth interview techniques, observation, literature study, and study documentation. This research is done in the public high school state (SMAN) 4 Balikpapan East Kalimantan. The results of the study reveals that; 1) the reality of the students’ tolerance is
characterized by; respecting others’ opinions both in the learning process in the
classroom or when meeting extracurricular activities; making friends regardless of race and religion; having mutual respect and respecting for others; controlling
emotions and forgiving; not mocking friends. While the reality of the students’
social care is shown by designing and conducting social activities, respecting the school staffs, helping each other, visiting friend hospitalized, and making a visit
of condolence. 2) The process of the construction of development of students’
tolerance and social care is conducted through teaching civics in the classroom, extracurricular activities, and habituation in the school environment. 3) The
supporting factors in the process of fostering the students’ tolerance and social
care is the government policy and principals, curriculum guidelines, the school community, school infrastructure, environment, commitment to school, and axtracurricular activities. The inhibiting factors of the development of the tolerance and social care is still a lack of awareness of the importance of the
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
the need of constructing the tolerance and social care through a variety of
activities in schools to build and strengthen the character of the students’ civis
disposition.
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan
(CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah
yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Di mana pendidikan mengacu pada berbagai macam aktivitas,
mulai dari proses peningkatan kemampuan teknis (skill) sampai pada
pembentukan kepribadian yang kokoh dan integral. Sebuah kegiatan yang mampu
mengembangkan karakter anggotanya. Pendidikan pengembangan karakter dapat
dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, seperti penanaman nilai,
pengembangan budi pekerti, nilai agama, pembelajaran dan pelatihan nilai-nilai
moral dan lain-lain. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas):
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menyiapkan generasi penerus
bangsa yang memiliki kompetensi sehingga mampu bersaing di dunia nyata.
Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi di bidang ilmu pengetahuan,
keterampilan serta kompetensi sosial. Kompetensi sosial merupakan hal yang
penting yang harus dimiliki oleh setiap individu karena pada hakekatnya setiap
manusia tidak bisa lepas dari kegiatan berinteraksi dengan sesamanya di
masyarakat.
Pendidikan sebagai salah satu langkah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan menimbulkan potensi anak didik sesuai dengan apa yang terdapat dalam UU
RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 dan 2
yakni:
Pasal 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 2:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Berdasarkan undang-undang di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
yang diselenggarakan tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik kita sesuai dengan minat dan bakatnya. Kemudian menjadikan peserta didik
lebih terampil dan tentunya berkepribadian dan juga memiliki spiritual yang baik
kepada Sang Pencipta-Nya. Di mana pendidikan yang diselenggarakan berdasar
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Belum tercapainya orientasi pendidikan yang mampu mendidik ternyata
membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan. Para lulusan pendidikan saat
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan peduli sosial yang tinggi dalam bermasyarakat. Hal ini kemudian diperparah
lagi dengan serangan kebudayaan barat yang cenderung mendorong manusia
untuk hidup individualis. Banyak fenomena degradasi moralitas generasi muda
saat ini yang telah membuktikan bahwa sangat mudah mencari orang-orang yang
pandai dan berilmu namun sangat sedikit dari mereka yang bermoral dan mampu
menggunakan ilmu sebagai mana mestinya. Mereka hanya menggunakan ilmunya
untuk mengejar kepentingan pribadi semata tanpa memperdulikan orang lain.
Sikap toleransi dan peduli sosial yang merupakan jati diri bangsa
Indonesia kini mengalami penurunan. Rendahnya sikap toleransi dan peduli sosial
terhadap sesama ternyata juga berimbas pada berbagai sendi kehidupan.
Carut-marutnya moralitas anak bangsa bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
pemberitaan media tentang semangat toleransi dalam kehidupan berbangsa di
kalangan pelajar semakin menurun. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kebudayaan Balitbang Kemendikbud Hurip Danu Ismaji memaparkan bahwa
pada konflik sosial yang terjadi ditengah masyarakat, pelajar tidak sekedar
menjadi penonton tetapi sudah ambil bagian secara aktif
(http://www.poskotanews.com, 29 November 2013). Terbukti saat ini makin
banyak pelajar terlibat dalam konflik sosial seperti tawuran, geng motor dan
tindak kekerasan lainnya. Hidup di tengah-tengah perbedaan akan menyulitkan
bagi individu yang tidak mampu menerima dan menghargai perbedaan tersebut.
Setiap individu di masyarakat memiliki ciri khas, latar belakang, agama,
suku dan bahasa yang berbeda. Banyaknya perbedaan tersebut merupakan sebuah
potensi yang dapat memicu konflik dan perpecahan di masyarakat apabila tidak
mampu disikapi secara bijak. Sebagai contoh lain, banyak kerusuhan yang berbau
SARA, Pertentangan antar kelompok masyarakat makin meningkat, kebencian
yang makin kuat terhadap etnik tertentu, geng motor yang anarkhis, dan tawuran
pelajar merupakan bukti nyata bahwa menghargai dan menghormati orang lain
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
media tentang tawuran antarpelajar di Indonesia semakin marak, terutama pada
sepanjang tahun 2012. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak)
mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013.
Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128
kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa
meninggal dunia (http://www.tempo.co/metro, 27 Desember 2013). Selain itu
terjadi kembali tawuran pelajar dan antar mahasiswa. Sejumlah mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Cawang, Jakarta Timur
terlibat tawuran dengan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi akhir tahun 2013
(http://news.detik.com, Selasa, 17/12/2013). Kemudian di awal tahun 2014 terjadi
tawuran antara siswa SMK Wiyata Kharisma dengan SMK Menara Siswa Bogor,
Rabu (12/2/2014) siang seorang pelajar menjadi korban dan meninggal dunia saat
terjadi aksi tawuran di jalan Raya Kemang-Bogor, Kecamatan Kemang,
Kabupaten Bogor (http://www. tribunnews.com, 13 Februari 2014). Dampak dari
tawuran itu, selain merusak fasilitas kampus, seorang peserta didik harus
meregang nyawa sia-sia, sementara belasan lainnya luka parah. Ironis sekali
pendidikan kita.
Persoalan tawuran antarpelajar mengindikasikan bahwa kebijakan
pendidikan karakter yang dibuat pemerintah belum terealisasi sebagaimana yang
diharapkan. Sepanjang tahun 2013, banyak konflik sosial yang terjadi di
Indonesia. Berdasarkan catatan Indonesia Police Watch (IPW) ada sekira 153
konflik sosial yang terjadi sepanjang tahun 2013. Ketua Presidium IPW Neta S
Pane mengatakan, angka tersebut meningkat 23,7 persen jika dibandingkan
dengan konflik sosial yang terjadi di tahun 2012. Konflik sosial di Indonesia, baik
berupa tawuran, bentrokan massa maupun kerusuhan sosial
(http://www.sindonews.com/read, kamis 02 Januari 2014). Seperti konflik sumber
daya alam yang tercatat di Kalimatan selama tahun 2012 terjadi pada 135
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didominasi dengan komunitas masyarakat adat dengan jumlah 94 komunitas, dan
42 komunitas non masyarakat adat. Di kalimantan barat dan timur, konflik yang
terjadi kebanyakan dengan masyarakat adat. Sedangkan di kalimantan selatan dan
tengah, konflik yang tercatat adalah konflik dengan komunitas non masyarakat
adat. Di Kalimantan Barat 89 persen konflik yang berada di kawasan adat, di
Kalimantan Timur 96 persen, Kalimantan Tengah 5 persen dan di Kalimantan
Selatan 14 persen (http://geodata-cso.org/index.php/page/index/6, kamis 02
Januari 2014). Selain itu Kompas mencatat beberapa konflik yang terjadi di
kalimantan timur diantaranya yaitu Konflik di Kutai Barat antara Dayak-Bugis
pada akhir tahun 2012, kasus Tidung-Bugis di Tarakan 2011, kasus Dayak-Bugis
di Balikpapan 2011 dan juga kasus Banjar-Dayak-Bugis-Jawa di Samarinda 2011
yang merupakan refleksi dari endapan kecemburuan sosial
(http://sosbud.kompasiana.com, Kamis Januari 2014).
Fenomena-fenomena di atas merupakan bukti nyata dari pernyataan
Thomas Lickona (dalam Akhmad Sudrajat, 2011), yang menyatakan bahwa ada
10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan
tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda-tanda tersebut adalah:
1. Meningkatnya kekerasan pada remaja. 2. Penggunaan kata-kata yang memburuk.
3. Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan.
4. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. 5. Kaburnya batasan moral baik-buruk,
6. Menurunnya etos kerja.
7. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. 9. Membudayanya ketidakjujuran.
10. Adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Meski dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari
kesepuluh tanda tersebut tampaknya sedang menghinggapi Negeri ini. Pendidikan
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kita mengingat krisisnya degradasi karakter atau moralitas anak bangsa. Di sinilah
letak pentingnya menanamkan nilai toleransi dan peduli sosial pelajar melalui
pendidikan karakter. Sehingga, masyarakat Indonesia akan mampu membuka visi
pada cakrawala yang semakin luas. Maka sudah waktunya pendidikan mengambil
alih kembali fungsinya dalam mendidik dan membentuk karakter manusia
Indonesia yang berpedoman pada nilai-nilai luhur Pancasila. Kita tidak ingin
degradasi moralitas bangsa khususnya kalangan pelajar semakin akut.
Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi
pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini
bisa segera teratasi. Lebih dari itu, diharapkan di masa yang akan datang akan
terlahirnya generasi bangsa yang memiliki karakter toleransi dan peduli sosial
yang tinggi. Pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial menjadi sebuah jalan
keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat. Situasi sosial yang ada menjadi
alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga
pendidikan.
Upaya pendidikan karakter dalam mengembangkan nilai-nilai toleransi
dan peduli sosial harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan. Dalam
lingkungan masyarakat hal ini menjadi sangat penting, karena banyak kepentingan
yang terdapat di dalamnya. Dalam lingkungan sekolah sikap toleransi dan peduli
sosial menjadi nilai yang penting dan mendasar untuk dikembangkan. Sekolah
disepakati sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari
komponen-komponen masyarakat sekolah dengan berbagai latar; ekonomi, lingkungan
keluarga, kebiasaan-kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan minat yang
berbeda. Dengan perbedaan-perbedaan ini tidak mustahil bila terjadi
benturan-benturan kepentingan yang juga mengarah pada konflik-konflik kepentingan. Oleh
karena itu diperlukan upaya-upaya yang secara sengaja dan terus-menerus
diarahkan untuk mengembangkan toleransi dan peduli sosial ini kepada siswa,
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang terkait dengan aspek-aspek tersebut, untuk selanjutnya dibawa dan
dikembangkan dalam lingkungan masyarakat yang lebih majemuk. Dengan
memperhatikan visi, misi, dan tujuan sekolah, pembinaan nilai toleransi dan
peduli sosial ditandai dengan penekanan dimensi watak, karakter, sikap dan
hal-hal lain yang bersifat afektif.
Pendidikan karakter bukan sekedar memiliki dimensi integratif, dalam arti
mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh
dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial.
Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam
masyarakat. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan
karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan.
Karena itulah menarik untuk mempertanyakan dan menelusuri sejauhmana
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan pembinaan pendidikan
karakter? Bagaimana peran dan upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam proses
pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa di lingkungan sekolah? Bertitik tolak
dari fenomena di atas, peneliti memilih satuan pendidikan SMAN 4 Balikpapan
Kalimantan Timur. SMAN 4 Balikpapan merupakan sekolah yang telah
mengimplikasikan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran, kegiatan
ektrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah. Selain itu sekolah ini
merupakan sekolah inklusi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul : “PEMBINAAN TOLERANSI DAN
PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK
KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA.”
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi fokus masalah
dalam penelitian ini. Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Belum tercapainya orientasi pendidikan yang mampu mendidik.
2. Kurangnya kesadaran siswa tentang perannya sebagai calon generasi penerus
bangsa.
3. Siswa belum bisa mengaplikasikan pendidikan karakter yang ada di sekolah
dalam berinteraksi sosial secara maksimal.
4. Banyak fenomena degradasi moralitas generasi muda saat ini membuktikan
bahwa semangat toleransi dam kepedulian sosial dalam kehidupan berbangsa
di kalangan pelajar semakin menurun.
5. Banyak kerusuhan yang berbau SARA, pertentangan antar kelompok
masyarakat makin meningkat, kebencian yang makin kuat terhadap etnik
tertentu, geng motor yang anarkhis, dan tawuran pelajar.
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka secara
umum yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan watak
kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan
Timur?
Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan, maka penulis
merumuskan beberapa sub-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa di SMAN 4
Balikpapan Kalimantan Timur?
2. Bagaimana proses pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui proses
pembelajaran, kegiatan ektrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan
sekolah dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Faktor-faktor penghambat dan penunjang apa sajakah dalam proses
pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan
Kalimantan Timur?
4. Bagaimanakah peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan
proses pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan
watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan
Kalimantan Timur?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.
Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan dicapai
oleh mahasiswa selaku peneliti yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan
“mengapa penelitian dilakukan”. Secara umun, studi atau penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkapkan secara mendalam pembinaan toleransi dan
peduli sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic
disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.
2. Tujuan Khusus.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan
mengetahui secara mendalam:
1. Realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa di SMAN 4 Balikpapan
Kalimantan Timur.
2. Proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial melalui proses
pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan
sekolah dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic
disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.
3. Faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam proses pembinaan
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses
pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan
watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan
Kalimantan Timur.
E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Akademik Ilmiah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu
pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan. Khususnya di
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana Universitas Pendidikan dan
di Indonesia pada umumnya.
2. Manfaat Sosial Praktis a. Bagi siswa.
Hasil penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan toleransi dan peduli
sosial siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
b. Bagi guru.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk
lebih menekankan pada pengajaran toleransi dan peduli sosial pada siswa
agar melahirkan warga negara yang memiliki rasa toleransi dan peduli
sosial yang tinggi.
c. Bagi penulis.
Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa
pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan
referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan.
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tesis yang akan dikembangkan tersusun menjadi 5 (lima) bab, yang
terdiri dari (1) bab pendahuluan, (2) bab tinjauan pustaka, (3) metode
penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) simpulan dan
rekomendasi. Pada bab pendahuluan secara rinci mendeskripsikan latar
belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat hasilpenelitian, danstruktur organisasi penulisan tesis.
Pada bab selanjutnya tinjauan pustaka yang berisikan tentang
pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter yang
terdiri dari pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, tujuan
pendidikan karakter, indikator aspek-aspek pendidikan karakter,
implementasi pendidikan karakter di sekolah), nilai toleransi dalam pendidikan karakter, nilai peduli sosial dan watak kewarganegaraan (Civic disposition) siswa (pengertian dan indikator watak kewarganegaraan). Di
bagian akhir ditutup dengan hasil penelitian yang relevan.
Bab berikutnya merupakan metode penelitian yang meliputi lokasi dan
subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data. Pada bab selanjutnya yaitu bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum objek
penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Dan bab terakhir merupakan bab penutup yang berisi simpulan dari seluruh
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang mencakup
lokasi dan subyek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitain, proses pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data, analisis data, keabsahan temuan penelitian, serta tahap-tahap
pelaksanaan penelitian di lapangan.
A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah SMAN 4
Balikpapan Kalimantan Timur yang berada di jalan Sepinggan Baru RT.48 No. 36
Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Propinsi
Kalimantan Timur, dekat dengan Bandar Udara Sepinggan. SMAN 4 Balikpapan
Kalimantan Timur dijadikan tempat penelitian karena sekolah ini merupakan
sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter dan juga merupakan sekolah
Inklusi (menerima anak berkebutuhan khusus) sehingga data yang didapat sesuai
dengan realitas yang ada.
2. Subyek Penelitian
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subyek
penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events),
dan proses (process) (Miler dan Huberman, 1992: 56). Kriteria pertama: adalah
latar, yang maksudnya ialah situasi dan tempat berlangsungnya proses
pengumpulan data, yaitu SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Kriteria
kedua: adalah para pelaku, dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai sepuluh
responden yang terdiri dari guru PKn Marta Patibong, S.Pd (54 tahun) dan Jajuk
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Meilitta Naurah Nazhifah (17 tahun), dan Suriansyah (20 tahun). Selain itu,
peneliti mengadakan cross check dengan beberapa narasumber terkait dengan
lainnya, seperti Kepala Sekolah (Drs. Heru Marsono, M.M., 51 tahun), Wakil
Kepala Sekolah bidang Kurikulum (Dra. Agnes Bussan, 56 tahun), Wakil Kepala
Sekolah bidang Kesiswaan merangkap sebagai pembina OSIS (Topo
Suprianto,S.Pd, 49 tahun), Pembina Kerohanian (Suryadi,S.Ag., 57 tahun),
pembina UKS (Ramlawati, S.Pd., 43 tahun), Pendiri Sekolah Rakyat (Oci
Robiyanto, 27 tahun), dan Pengurus Panti Asuhan (Bapak Ali, 61 tahun)
Pelaku atau yang sering disebut dengan sumber responden dipilih secara
puspose sampling dan bersifat snow ball sampling, maka informasi yang sengaja
ditetapkan oleh peneliti mungkin saja dapat dikembangkan di lapangan apabila
peneliti menemukan orang yang lebih mengetahui tentang permasalahan yang
diteliti, atau tidak menutup kemungkinan didapatnya data-data selain dari sumber
data yang telah ditetapkan di atas, selama data tersebut dapat menunjang
keberhasilan penyelidikan dalam penelitian ini. Sesuai namanya snowball
sampling, teknik ini bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak
gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya. Jadi, teknik ini
merupakan teknik penentuan subjek penelitian yang awalnya berjumlah kecil,
kemudian berkembang semakin banyak. Proses ini baru berakhir bila peneliti
merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu
yang baru dari wawancara (Kriyantono, 2009:158-159).
Kriteria ketiga: adalah peristiwa-peristiwa, yang dimaksud ialah hal-hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial
dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan
seperti kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan
di sekolah. Dan kriteria yang keempat: adalah proses, yaitu wawancara peneliti
dengan subyek penelitian yang berkenaan dengan pendapat dan pandangannya
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang pembinaan nilai
toleransi dan peduli sosial siswa dalam pendidikan karakter sebagai upaya
memantapkan watak kewarganegaraan adalah pendekatan kualitatif. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 15), bahwa penelitian kualitatif adalah :
Qualitatif research is a inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian
tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat
gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan
pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian
dalam situasi alamiah.
Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi
pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam
pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan, memverifikasi dan menyimpulkan
data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statis,
melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Lebih lanjut menurut
Nasution (1996:18) penelitian kualitatif disebut juga dengan penelitian
naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak
kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukuran.
Disebut naturalik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar,
sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.
Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif
adalah kepedulian terhadap makna. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengungkap pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda.
Pemikiran ini didasarkan pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam
setiap manusia berbeda-beda. Oleh karena itu tidak mungkin untuk mengungkap
kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali
manusia sebagai instrumen.
Pendekatan kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini
dengan alasan sebagai berikut:
a) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang pembinaan nilai toleransi
dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan
watak kewarganegaraan siswa ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang
sifatnya aktual dan kontekstual.
b) Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji
dengan sejumlah data primer dari subyek penelitian yang tidak dapat
dipisahkan dari latar alamiahnya.
c) Penelitian ini berfokus pada bagaimana realitas toleransi dan peduli sosial
siswa, proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan
karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic
disposition) siswa, faktor-faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan
upaya pihak sekolah dalam pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial siswa.
Hal ini dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan
karakteristik kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan & Mien (1982: 28) :
qualitative researchers are concerned with process rather than simply with
outcomes or products. Penekanan kualitatif pada proses memberikan
keuntungan dalam penelitian ini antara lain memperoleh gambaran dan
informasi berupa bagaimana realitas, proses, faktor penunjang dan
penghambat, serta peran dan upaya pihak sekolah secara nyata dalam
memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan melakukan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih
leluasa mengetahui sejauh mana pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam
pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan siswa
SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Selain itu peneliti ingin dapat
mengungkapkan perilaku seseorang, pengetahuan, gagasan dan pikirannya, sebab
pada hakekatnya penelitian kualitatif merupakan pengamatan terhadap
orang-orang tertentu dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha
memahami bahasa mereka serta menafsirkannya sesuai dengan dunianya.
C. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara, prosedur, prinsip-prinsip dan proses yang
digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Berdasarkan pengertian
tersebut, metode yang digunakan pada rencana penelitian tesis yang hendak
peneliti lakukan ini adalah metode studi kasus yang merupakan bagian dari
penelitian kualitatif. Creswell (2010:20) mengatakan bahwa penelitian kualitatif
sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian diantaranya Etnografi, Grounded
Theory, Studi Kasus, Fenomenologi, dan Naratif. Penelitian studi kasus
merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok
individu-individu. Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu
yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga
mampu membongkar realitas di balik fenomena.
Metode studi kasus dipilih sebagai metode dalam penelitian ini karena
permasalahan yang dikaji terjadi pada tempat dan situasi tertentu. Penelitian
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya.
Menurut Nasution (1996:55) Studi Kasus atau case study adalah untuk penelitian
yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di
dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau
suatu golongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.
Hal di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:120)
yang mengatakan bahwa: Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang
dilakukan secara intensif terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga, atau gejala tertentu. Bila ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka
penelitian kasus hanya meliputi daerah yang sangat sempit. Tetapi bila ditinjau
dari lingkup sifatnya, maka penelitian kasus merupakan penelitian yang lebih
mendalam membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual
dengan mengumpulkan data, menyusun data, mengklarifikasikannya dan
menginterpretasikannya.
Studi kasus merupakan metode penelitian kualitatif yang memiliki beberapa
keunggulan. Lincon & Guba (1985:137) mengungkapkan bahwa keistimewaan
studi kasus meliputi hal-hal berikut:
a) Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik yaitu penyajian
pandangan subyek yang diteliti.
b) Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
c) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dengan informan.
d) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi
juga keterpercayaan (trustworthiness).
e) Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Pendapat di atas menggambarkan bahwa metode studi kasus lebih
menitikberatkan pada sebuah kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah bagaimana pembinaan niali toleransi dan peduli sosial dalam
pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic
disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Penggunaan
pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu
mengungkap aspek-aspek yang diteliti, terutama mengetahui bagaimana realitas
toleransi dan peduli sosial siswa, bagaimana proses pembinaan nilai toleransi dan
peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak
kewarganegaraan siswa, faktot-faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan
usaha pihak sekolah dalam mengatasi hambatan dalam membina nilai toleransi
dan peduli sosial siswa.
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan
mendalam tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena
permasalahan yang dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi ditempat tertentu
yaitu di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Dalam pelaksanaanya, peneliti
lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal di dalam penelitian ini,
yang artinya selama proses penelitian peneliti lebih banyak mengadakan kontak
dengan orang-orang di lingkungan SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur
terutama dengan kepala sekolah, guru pembina ekstrakurikuler, guru PKn, dan
siswa.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional di dalam sebuah penelitian bertujuan untuk
menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini
dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat yaitu toleransi, peduli
sosial, pendidikan karakter, dan watak kewarganegaraan.
1. Toleransi
Dalam penelitian ini, definisi toleransi merujuk pada pendapat-pendapat
dari:
a) Daryanto (2013:135) mengatakan bahwa toleransi adalah sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnik, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
b) Naim (2012:138) yang mengatakan bahwa toleransi merupakan sikap
membiarkan ketidaksepakatan serta tidak menolak pendapat, sikap,
ataupun gaya hidup orang yang berbeda dengan pendapat, sikap, serta gaya
hidupnya sendiri.
c) Wiyani (2013:184) mengatakan bahwa secara sederhana toleransi adalah
sikap saling menghargai baik antar individu maupun antar kelompok yang
berbeda suku, agama, ras maupun adat.
Dari rujukan-rujukan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
yang dimaksud toleransi dalam penelitian ini ialah suatu sikap pengakuan yang
saling menghormati, menghargai, memahami, dan tidak memaksakan kehendak
dalam bentuk-bentuk dan cara-cara yang merugikan satu sama lain tanpa
membedakan suku, agama, ras, ataupun golongan sehingga dapat terciptanya
kedamaian, kerukunan, serta mampu hidup berdampingan karena setiap orang
memiliki hak untuk memilih jalan hidup dan tindakannya sendiri. Dengan
toleransi ia akan memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian,
menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang
berdasarkan karakter mereka.
Indikator nilai toleransi untuk jenjang SMA menurut Kementerian
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
[image:32.595.140.515.147.281.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Indikator Nilai Toleransi Untuk Jenjang SMA
No Nilai Indikator Toleransi jenjang SMA 1 Toleransi.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Memberi kesempatan kepada teman untuk berbeda pendapat.
Bersahabat dengan teman lain tanpa membedakan agama, suku, dan etnis. Mau mendengarkan pendapat yang
dikemukakan teman tentang budayanya. Mau menerima pendapat yang berbeda
dari teman sekelas.
(Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemendiknas, 2010)
2. Peduli sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peduli sosial di sini merujuk
pada beberapa pendapat yaitu:
a) Daryanto (2013: 142) mengatakan bahwa peduli sosial adalah suatu sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang mebutuhkan.
b) Mu’in (2011:231) mengatakan bahwa kepedulian merupakan sifat yang
membuat pelakunya merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,
mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang lain dengan menunjukkan
tindakan memberi atau terlibat langsung dengan orang tersebut karena
adanya perasaan bahwa orang lain atau kelompok lain adalah bagian dari
kita dan ketika mereka susah maka kita merasa harus berbagi dengan
mereka.
c) Atoshoki (2005:269) menyatakan bahwa kepedulian sosial ialah suatu
bentuk kepedulian terhadap sesama yang sedang membutuhkan bantuan, di
mana bentuk kepedulian itu tidak hanya berbentuk materi, tapi juga
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan rujukan-rujukan di atas maka penulis simpulkan bahwa
pengertian peduli sosial dalam penelitian ini yaitu suatu perilaku baik seseorang
terhadap orang lain disekitarnya, kepedulian antar sesama yang timbul dari hati
yang terbuka bersedia untuk berbagi kepada sesama, tanpa didorong atau disertai
oleh alasan-alasan apapun di mana segala perbedaan menjadi hilang, semua
bersatu dalam rasa peduli pribadi dan peduli sesama. Adapun indikator nilai
[image:33.595.141.510.277.392.2]peduli sosial yang dapat diamati bagi anak SMA yaitu:
Tabel 3.2 Indikator Nilai Peduli Sosial untuk Jenjang SMA
No Nilai Indikator peduli sosial jenjang SMA 1 Peduli sosial:
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
Merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial.
Menghormati petugas-petugas sekolah.
Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan.
Menyumbang darah.
(Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemendiknas, 2010)
3. Pendidikan karakter
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peduli sosial di sini merujuk
pada beberapa pendapat yaitu:
a) Megawati (2004:95) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya untuk
membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat
kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
b) Kemdiknas (2010:8) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur
kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu,
menerapkan dan mempraktikan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Zubaedi (2011:25) mengatakan bahwa pendidikan karakter sebagai
pendidikan budi pekerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran
yang bertujuan untuk mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan
cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama
yang menekankan ranah afektif (sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif
(berfikir rasional), dan ranah skill (keterampilan).
Berdasarkan rujukan-rujukan dari beberapa pendapat di atas maka penulis
menarik kesimpulan bahwa pengertian pendidikan karakter di penelitian ini yaitu
usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman
dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang
mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.
4. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan watak kewarganegaraan
adalah sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang
berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari
sistem demokrasi. Watak kewarganegaraan mencakup sejumlah karakteristik
kepribadian yakni penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab
individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran
yang mencakup keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduaan,
sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas
kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan, keharuan,
kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.
Dari berbagai definisi di atas yang dimaksud dalam judul tesis ini adalah
bagaimanakah pembinaan toleransi dan perilaku sosial dalam upaya memantapkan
watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa di Sekolah Menengah Atas
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kalimantan Timur, karena melihat kondisi generasi kita sekarang mengalami
dekadensi moral dan diharapkan pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai
solusi yang cepat dan tepat.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006:149) merupakan alat bantu
bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto dalam
edisi sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah.
Dalam hal ini Sugiyono (2011: 305) mengemukakan, terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas dari hasil penelitian, yakni kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpul data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpul data berkaitan
dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Dalam hal ini peneliti adalah instrumen utama (key instrument) dalam
pengumpulan data. Jadi peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian
kualitatif. Dalam kaitan tersebut Moleong (2005:9) berpendapat bahwa:
Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama, karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitiannya.
Dari kutipan di atas, alat penelitian utama itu sendiri adalah peneliti
sebagai orang yang bertindak di lapangan dalam pelaksanaan penelitian.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan
instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai
instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu
memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut
Moleong (2007: 168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,
penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
2) Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dilakukan
dengan tahap-tahap berikut ini :
a) Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.
b) Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel. c) Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel. d) Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
e) Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar (Arikunto, 2005:135)
Lebih lanjut, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu
[image:36.595.104.514.462.694.2]membuat kisi-kisi pedoman wawancara sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
NO Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen 1. Bagaimana realitas
toleransi dan peduli sosial para siswa SMAN4 Balikpapan Kaltim?
a)Realitas toleransi siswa.
b)Realitas peduli sosial
Memberi kesempatan teman mengutarakan pendapat, saran, dan kritik. Bersahabat tanpa
membedakan suku, ras, agama, dan golongan. Menghargai dan menghormati
orang lain yang berbeda agama, suku, ras, dan golongan.
Mengendalikan emosi, menghindari kekerasan, mudah memaafkan.
Tidak mengejek dan menjauhi teman yang memiliki
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa.
c)Pandangan terhadap pembinaan nilai toleransi dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial. Menghormati petugas-petugas
sekolah.
Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan. Menjenguk teman yang
sedang sakit. Melayat apabila ada
orang/wali murid yang meninggal dunia.
Pandangan terhadap pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam menghadapi tantangan globalisasi.
2. Bagaimana proses pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah dalam memantapkan watak kewarganegaraan siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?
Urgensi Pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa.
a) Kegiatan Pembelajaran PKn.
b) Kegiatan Ektrakurikuler.
c) Pembiasaan di lingkungan sekolah
Urgensi pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam segmen pendidikan, serta pengaruhnya terhadap civic disposition siswa.
Materi pembelajaran. Metode pembelajaran. Faktor-faktor pertimbangan
dalam memilih metode pembelajaran.
Implementasi sikap toleransi dan peduli sosial saat proses pembelajaran.
Bentuk kegiatan
ekstrakurikuler yang potensial bagi pembinaan toleransi dan peduli sosial di lingkungan sekolah.
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler.
Dampak positif kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa.
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Faktor-faktor
penghambat dan penunjang apa sajakah dalam proses
pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan Kaltim?
a) Faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa.
Faktor penghambat. Faktor penunjang.
Hal-hal positif atau negatif dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.
4. Bagaimana peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam memantapkan civic disposition siswa SMAN 4 Balikpapan Kaltim?
a) Peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial.
Faktor pendorong sekolah membina toleransi dan peduli sosial.
Penyusunan program kegiatan, fasilitas, alokasi dana dan alokasi waktu yang bermuara pada proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.
Melatih siswa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berorientasi pada pembinaan toleransi dan peduli sosial. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pihak-pihak sekolah dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.
Hasil atau manfaat dari perwujudan pembinaan nilai toleransi.
(Sumber: Dara Primer diolah Tahun 2014)
3) Instrumen ketiga dalam penelitian ini adalah dengan observasi.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Proses pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pengujian validitas data. Menurut Alwasilah (2006:169) “validitas
adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan,
tafsiran, dan segala jenis laporan.” Dengan pengertian tersebut jelas bahwa
validitas memiliki kegunaan yaitu agar suatu deskripsi atau kesimpulan itu benar
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keabsahan datanya (validitas data), oleh sebab itu diperlukan cara untuk dapat
memenuhi kriteria kredibilitas data.
Dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu:
1) Memperpanjang masa observasi.
Untuk memeriksa keabsahan suatu data penelitian, perpanjangan masa
observasi dapat mengurangi kebiasan suatu data karena dengan waktu penelitian
di lapangan yang lebih lama akan menjadikan peneliti mengetahui keadaan secara
mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh
peneliti sendiri maupun oleh subjek penelitian.usaha peneliti untuk dapat
memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data yaitu dengan
meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu seefesien mungkin.
2) Meningkatkan ketekunan.
Yang dimaksudkan dengan meningkatkan ketekunan di sini adalah
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti akan
melakukan pengecekan kembali tentang kebenaran data yang telah didapatkan,
apakah benar atau tidak, serta peneliti dapat medeskripsikan data yang akurat dan
sistematis tentang data yang diamati.
3) Triangulasi.
Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada
saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber satu ke
sumber lain dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan
untuk mengecek data penelitian yang dikumpulkan. Dalam hal ini Sugiyono
(2009:273) menyatakan bahwa “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.”
Penelitian ini mengacu pada triangulasi sumber dan triangulasi teknik
pengumpulan data. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi
yang diberikan oleh para siswa sebagai peserta didik, guru dan kepala sekolah
sebagai pihak sekolah, serta pendiri sekolah rakyat dan pengurus panti asuhan
sebagai masyarakat. Triangulasi tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi sumber dalam penelitian ini sebagai berikut:
Pihak Sekolah Masyarakat
[image:40.595.147.442.381.437.2]Siswa sebagai Peserta didik
Gambar 3.1 a. Triangulasi Sumber Data
Sumber : Diolah oleh peneliti (Sugiyono,2009:273)
b. Triangulasi teknik pengumpulan data
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun
triangulasi teknik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Wawancara Observasi
Studi Dokumentasi
Gambar 3.2 b. Triangulasi teknik pengumpulan data
[image:40.595.185.416.582.638.2]Yuni Maya Sari, 2014
Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Menggunakan referensi yang cukup
Referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang
ditemukan oleh peneliti. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan
kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentas