• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur:.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur:."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

YUNI MAYA SARI NIM 1201099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Oleh

YUNI MAYA SARI

S.Pd FKIP Unila, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Yuni Maya Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(3)

(Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur)

Oleh Yuni Maya Sari

NIM. 1201099

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

Penguji 1

Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002

Penguji 2

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Penguji 3

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.

Penguji 4

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(5)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter ... 11

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

2. Indikator Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 20

3. Aspek Penting dalam Pendidikan Karakter di Sekolah ... 24

4. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah... 39

5. Pendidikan Karakter dalam Konteks PKn ... 42

B. Nilai Toleransi dalam Pendidikan Karakter ... 48

(6)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Indikator-indikator Toleransi ... 54

C. Nilai Peduli Sosial dalam Pendidikan Karakter ... 57

1. Pengertian Peduli Sosial ... 57

2. Indikator-indikator Peduli Sosial ... 62

D. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) ... 63

1. Pengertian Watak Kewarganegaraan ... 63

2. Indikator Watak Kewarganegaraan ... 68

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 75

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 81

1. Lokasi Penelitian ... 81

2. Subyek Penelitian ... 81

B. Pendekatan Penelitian ... 82

C. Metode Penelitian ... 85

D. Definisi Operasional ... 87

E. Instrumen Penelitian ... 91

F. Proses pengembangan instrumen ... 94

G. Teknik Pengumpulan Data ... 97

1. Wawancara ... 97

2. Observasi ... 98

3. Studi Dokumentasi ... 100

4. Studi Literatur ... 101

H. Analisis Data ... 101

1. Reduksi Data ... 102

2. Penyajian Data ... 103

(7)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 104

1. LetakSMAN 4 Balikpapan ... 104

2. Sejarah Terbentuknya SMAN 4 Balikpapan ... 106

3. Visi dan Misi Sekolah ... 107

4. Sarana dan Prasarana ... 108

5. Tenaga Pengajar dan Karyawan ... 109

6. Struktur Organisasi Sekolah ... 110

7. Keadaan Siswa SMAN 4 Balikpapan ... 111

8. Kegiatan Rutinitas dan Ekstrakurikuler Siswa ... 112

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 116

1. Realitas Toleransi dan Peduli Sosial Para Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur... 116

2. Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial melalui Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan Pembiasaan di Lingkungan Sekolah dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 127

3. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang yang Dapat Diwujudkan dalam Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 156

(8)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 177 1. Realitas Toleransi dan Peduli Sosial Para Siswa SMAN 4

Balikpapan Kalimantan Timur... 177

2. Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial melalui

Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan

Pembiasaan di Lingkungan Sekolah dalam Upaya

Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 186

3. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang yang Dapat

Diwujudkan dalam Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli

Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan

(Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan

Timur ... 208

4. Peran dan Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah dalam

Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya

Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 214

V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 218

B. Rekomendasi ... 225

DAFTAR PUSTAKA ... 228

LAMPIRAN

A. Teknik Pengumpulan Data ... 236

B. Data Penelitian ... 250

(9)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

(10)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

YUNI MAYA SARI (1201099). PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI

SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK

KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur).

(11)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata Kunci: Toleransi, Peduli Sosial, dan Watak Kewarganegaraan

ABSTRACT

THE CONSTRUCTION OF TOLERANCE AND SOCIAL CARE IN AN EFFORT TO ENHANCE OF STUDENTS CIVIC DISPOSITION

(A Case Study in SMAN 4 Balikpapan East Kalimantan)

The revival of the spirit of tolerance and social care can be done through character education implemented in educational institutions. This study aims to reveal and to find out in depth about the reality of students’ tolerance and social care, the process of the construction of the tolerance and social care, the supporting and inhibiting factors of the development process. This study applies a qualitative approach with case study methods and data obtained through in-depth interview techniques, observation, literature study, and study documentation. This research is done in the public high school state (SMAN) 4 Balikpapan East Kalimantan. The results of the study reveals that; 1) the reality of the students’ tolerance is

characterized by; respecting others’ opinions both in the learning process in the

classroom or when meeting extracurricular activities; making friends regardless of race and religion; having mutual respect and respecting for others; controlling

emotions and forgiving; not mocking friends. While the reality of the students’

social care is shown by designing and conducting social activities, respecting the school staffs, helping each other, visiting friend hospitalized, and making a visit

of condolence. 2) The process of the construction of development of students’

tolerance and social care is conducted through teaching civics in the classroom, extracurricular activities, and habituation in the school environment. 3) The

supporting factors in the process of fostering the students’ tolerance and social

care is the government policy and principals, curriculum guidelines, the school community, school infrastructure, environment, commitment to school, and axtracurricular activities. The inhibiting factors of the development of the tolerance and social care is still a lack of awareness of the importance of the

(12)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

the need of constructing the tolerance and social care through a variety of

activities in schools to build and strengthen the character of the students’ civis

disposition.

(13)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan

(CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah

yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian,

kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Di mana pendidikan mengacu pada berbagai macam aktivitas,

mulai dari proses peningkatan kemampuan teknis (skill) sampai pada

pembentukan kepribadian yang kokoh dan integral. Sebuah kegiatan yang mampu

mengembangkan karakter anggotanya. Pendidikan pengembangan karakter dapat

dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, seperti penanaman nilai,

pengembangan budi pekerti, nilai agama, pembelajaran dan pelatihan nilai-nilai

moral dan lain-lain. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas):

(14)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menyiapkan generasi penerus

bangsa yang memiliki kompetensi sehingga mampu bersaing di dunia nyata.

Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi di bidang ilmu pengetahuan,

keterampilan serta kompetensi sosial. Kompetensi sosial merupakan hal yang

penting yang harus dimiliki oleh setiap individu karena pada hakekatnya setiap

manusia tidak bisa lepas dari kegiatan berinteraksi dengan sesamanya di

masyarakat.

Pendidikan sebagai salah satu langkah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan menimbulkan potensi anak didik sesuai dengan apa yang terdapat dalam UU

RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 dan 2

yakni:

Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 2:

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Berdasarkan undang-undang di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

yang diselenggarakan tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi peserta

didik kita sesuai dengan minat dan bakatnya. Kemudian menjadikan peserta didik

lebih terampil dan tentunya berkepribadian dan juga memiliki spiritual yang baik

kepada Sang Pencipta-Nya. Di mana pendidikan yang diselenggarakan berdasar

kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Belum tercapainya orientasi pendidikan yang mampu mendidik ternyata

membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan. Para lulusan pendidikan saat

(15)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan peduli sosial yang tinggi dalam bermasyarakat. Hal ini kemudian diperparah

lagi dengan serangan kebudayaan barat yang cenderung mendorong manusia

untuk hidup individualis. Banyak fenomena degradasi moralitas generasi muda

saat ini yang telah membuktikan bahwa sangat mudah mencari orang-orang yang

pandai dan berilmu namun sangat sedikit dari mereka yang bermoral dan mampu

menggunakan ilmu sebagai mana mestinya. Mereka hanya menggunakan ilmunya

untuk mengejar kepentingan pribadi semata tanpa memperdulikan orang lain.

Sikap toleransi dan peduli sosial yang merupakan jati diri bangsa

Indonesia kini mengalami penurunan. Rendahnya sikap toleransi dan peduli sosial

terhadap sesama ternyata juga berimbas pada berbagai sendi kehidupan.

Carut-marutnya moralitas anak bangsa bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Seperti

pemberitaan media tentang semangat toleransi dalam kehidupan berbangsa di

kalangan pelajar semakin menurun. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kebudayaan Balitbang Kemendikbud Hurip Danu Ismaji memaparkan bahwa

pada konflik sosial yang terjadi ditengah masyarakat, pelajar tidak sekedar

menjadi penonton tetapi sudah ambil bagian secara aktif

(http://www.poskotanews.com, 29 November 2013). Terbukti saat ini makin

banyak pelajar terlibat dalam konflik sosial seperti tawuran, geng motor dan

tindak kekerasan lainnya. Hidup di tengah-tengah perbedaan akan menyulitkan

bagi individu yang tidak mampu menerima dan menghargai perbedaan tersebut.

Setiap individu di masyarakat memiliki ciri khas, latar belakang, agama,

suku dan bahasa yang berbeda. Banyaknya perbedaan tersebut merupakan sebuah

potensi yang dapat memicu konflik dan perpecahan di masyarakat apabila tidak

mampu disikapi secara bijak. Sebagai contoh lain, banyak kerusuhan yang berbau

SARA, Pertentangan antar kelompok masyarakat makin meningkat, kebencian

yang makin kuat terhadap etnik tertentu, geng motor yang anarkhis, dan tawuran

pelajar merupakan bukti nyata bahwa menghargai dan menghormati orang lain

(16)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

media tentang tawuran antarpelajar di Indonesia semakin marak, terutama pada

sepanjang tahun 2012. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak)

mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013.

Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128

kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa

meninggal dunia (http://www.tempo.co/metro, 27 Desember 2013). Selain itu

terjadi kembali tawuran pelajar dan antar mahasiswa. Sejumlah mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Cawang, Jakarta Timur

terlibat tawuran dengan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi akhir tahun 2013

(http://news.detik.com, Selasa, 17/12/2013). Kemudian di awal tahun 2014 terjadi

tawuran antara siswa SMK Wiyata Kharisma dengan SMK Menara Siswa Bogor,

Rabu (12/2/2014) siang seorang pelajar menjadi korban dan meninggal dunia saat

terjadi aksi tawuran di jalan Raya Kemang-Bogor, Kecamatan Kemang,

Kabupaten Bogor (http://www. tribunnews.com, 13 Februari 2014). Dampak dari

tawuran itu, selain merusak fasilitas kampus, seorang peserta didik harus

meregang nyawa sia-sia, sementara belasan lainnya luka parah. Ironis sekali

pendidikan kita.

Persoalan tawuran antarpelajar mengindikasikan bahwa kebijakan

pendidikan karakter yang dibuat pemerintah belum terealisasi sebagaimana yang

diharapkan. Sepanjang tahun 2013, banyak konflik sosial yang terjadi di

Indonesia. Berdasarkan catatan Indonesia Police Watch (IPW) ada sekira 153

konflik sosial yang terjadi sepanjang tahun 2013. Ketua Presidium IPW Neta S

Pane mengatakan, angka tersebut meningkat 23,7 persen jika dibandingkan

dengan konflik sosial yang terjadi di tahun 2012. Konflik sosial di Indonesia, baik

berupa tawuran, bentrokan massa maupun kerusuhan sosial

(http://www.sindonews.com/read, kamis 02 Januari 2014). Seperti konflik sumber

daya alam yang tercatat di Kalimatan selama tahun 2012 terjadi pada 135

(17)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didominasi dengan komunitas masyarakat adat dengan jumlah 94 komunitas, dan

42 komunitas non masyarakat adat. Di kalimantan barat dan timur, konflik yang

terjadi kebanyakan dengan masyarakat adat. Sedangkan di kalimantan selatan dan

tengah, konflik yang tercatat adalah konflik dengan komunitas non masyarakat

adat. Di Kalimantan Barat 89 persen konflik yang berada di kawasan adat, di

Kalimantan Timur 96 persen, Kalimantan Tengah 5 persen dan di Kalimantan

Selatan 14 persen (http://geodata-cso.org/index.php/page/index/6, kamis 02

Januari 2014). Selain itu Kompas mencatat beberapa konflik yang terjadi di

kalimantan timur diantaranya yaitu Konflik di Kutai Barat antara Dayak-Bugis

pada akhir tahun 2012, kasus Tidung-Bugis di Tarakan 2011, kasus Dayak-Bugis

di Balikpapan 2011 dan juga kasus Banjar-Dayak-Bugis-Jawa di Samarinda 2011

yang merupakan refleksi dari endapan kecemburuan sosial

(http://sosbud.kompasiana.com, Kamis Januari 2014).

Fenomena-fenomena di atas merupakan bukti nyata dari pernyataan

Thomas Lickona (dalam Akhmad Sudrajat, 2011), yang menyatakan bahwa ada

10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan

tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda-tanda tersebut adalah:

1. Meningkatnya kekerasan pada remaja. 2. Penggunaan kata-kata yang memburuk.

3. Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan.

4. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. 5. Kaburnya batasan moral baik-buruk,

6. Menurunnya etos kerja.

7. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.

8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. 9. Membudayanya ketidakjujuran.

10. Adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Meski dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari

kesepuluh tanda tersebut tampaknya sedang menghinggapi Negeri ini. Pendidikan

(18)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kita mengingat krisisnya degradasi karakter atau moralitas anak bangsa. Di sinilah

letak pentingnya menanamkan nilai toleransi dan peduli sosial pelajar melalui

pendidikan karakter. Sehingga, masyarakat Indonesia akan mampu membuka visi

pada cakrawala yang semakin luas. Maka sudah waktunya pendidikan mengambil

alih kembali fungsinya dalam mendidik dan membentuk karakter manusia

Indonesia yang berpedoman pada nilai-nilai luhur Pancasila. Kita tidak ingin

degradasi moralitas bangsa khususnya kalangan pelajar semakin akut.

Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi

pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini

bisa segera teratasi. Lebih dari itu, diharapkan di masa yang akan datang akan

terlahirnya generasi bangsa yang memiliki karakter toleransi dan peduli sosial

yang tinggi. Pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial menjadi sebuah jalan

keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat. Situasi sosial yang ada menjadi

alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga

pendidikan.

Upaya pendidikan karakter dalam mengembangkan nilai-nilai toleransi

dan peduli sosial harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan. Dalam

lingkungan masyarakat hal ini menjadi sangat penting, karena banyak kepentingan

yang terdapat di dalamnya. Dalam lingkungan sekolah sikap toleransi dan peduli

sosial menjadi nilai yang penting dan mendasar untuk dikembangkan. Sekolah

disepakati sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari

komponen-komponen masyarakat sekolah dengan berbagai latar; ekonomi, lingkungan

keluarga, kebiasaan-kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan minat yang

berbeda. Dengan perbedaan-perbedaan ini tidak mustahil bila terjadi

benturan-benturan kepentingan yang juga mengarah pada konflik-konflik kepentingan. Oleh

karena itu diperlukan upaya-upaya yang secara sengaja dan terus-menerus

diarahkan untuk mengembangkan toleransi dan peduli sosial ini kepada siswa,

(19)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terkait dengan aspek-aspek tersebut, untuk selanjutnya dibawa dan

dikembangkan dalam lingkungan masyarakat yang lebih majemuk. Dengan

memperhatikan visi, misi, dan tujuan sekolah, pembinaan nilai toleransi dan

peduli sosial ditandai dengan penekanan dimensi watak, karakter, sikap dan

hal-hal lain yang bersifat afektif.

Pendidikan karakter bukan sekedar memiliki dimensi integratif, dalam arti

mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh

dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial.

Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam

masyarakat. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan

karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan.

Karena itulah menarik untuk mempertanyakan dan menelusuri sejauhmana

sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan pembinaan pendidikan

karakter? Bagaimana peran dan upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam proses

pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa di lingkungan sekolah? Bertitik tolak

dari fenomena di atas, peneliti memilih satuan pendidikan SMAN 4 Balikpapan

Kalimantan Timur. SMAN 4 Balikpapan merupakan sekolah yang telah

mengimplikasikan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran, kegiatan

ektrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah. Selain itu sekolah ini

merupakan sekolah inklusi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul : “PEMBINAAN TOLERANSI DAN

PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK

KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA.”

B. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi fokus masalah

dalam penelitian ini. Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana

(20)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Belum tercapainya orientasi pendidikan yang mampu mendidik.

2. Kurangnya kesadaran siswa tentang perannya sebagai calon generasi penerus

bangsa.

3. Siswa belum bisa mengaplikasikan pendidikan karakter yang ada di sekolah

dalam berinteraksi sosial secara maksimal.

4. Banyak fenomena degradasi moralitas generasi muda saat ini membuktikan

bahwa semangat toleransi dam kepedulian sosial dalam kehidupan berbangsa

di kalangan pelajar semakin menurun.

5. Banyak kerusuhan yang berbau SARA, pertentangan antar kelompok

masyarakat makin meningkat, kebencian yang makin kuat terhadap etnik

tertentu, geng motor yang anarkhis, dan tawuran pelajar.

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka secara

umum yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan watak

kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan

Timur?

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan, maka penulis

merumuskan beberapa sub-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa di SMAN 4

Balikpapan Kalimantan Timur?

2. Bagaimana proses pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui proses

pembelajaran, kegiatan ektrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan

sekolah dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic

(21)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Faktor-faktor penghambat dan penunjang apa sajakah dalam proses

pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan

Kalimantan Timur?

4. Bagaimanakah peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan

proses pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan

watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan

Kalimantan Timur?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan dicapai

oleh mahasiswa selaku peneliti yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan

“mengapa penelitian dilakukan”. Secara umun, studi atau penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkapkan secara mendalam pembinaan toleransi dan

peduli sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic

disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.

2. Tujuan Khusus.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan

mengetahui secara mendalam:

1. Realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa di SMAN 4 Balikpapan

Kalimantan Timur.

2. Proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial melalui proses

pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan

sekolah dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic

disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.

3. Faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam proses pembinaan

(22)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses

pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan

watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan

Kalimantan Timur.

E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Akademik Ilmiah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu

pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan. Khususnya di

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana Universitas Pendidikan dan

di Indonesia pada umumnya.

2. Manfaat Sosial Praktis a. Bagi siswa.

Hasil penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan toleransi dan peduli

sosial siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

b. Bagi guru.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk

lebih menekankan pada pengajaran toleransi dan peduli sosial pada siswa

agar melahirkan warga negara yang memiliki rasa toleransi dan peduli

sosial yang tinggi.

c. Bagi penulis.

Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa

pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan

referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan.

(23)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis yang akan dikembangkan tersusun menjadi 5 (lima) bab, yang

terdiri dari (1) bab pendahuluan, (2) bab tinjauan pustaka, (3) metode

penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) simpulan dan

rekomendasi. Pada bab pendahuluan secara rinci mendeskripsikan latar

belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat hasilpenelitian, danstruktur organisasi penulisan tesis.

Pada bab selanjutnya tinjauan pustaka yang berisikan tentang

pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter yang

terdiri dari pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, tujuan

pendidikan karakter, indikator aspek-aspek pendidikan karakter,

implementasi pendidikan karakter di sekolah), nilai toleransi dalam pendidikan karakter, nilai peduli sosial dan watak kewarganegaraan (Civic disposition) siswa (pengertian dan indikator watak kewarganegaraan). Di

bagian akhir ditutup dengan hasil penelitian yang relevan.

Bab berikutnya merupakan metode penelitian yang meliputi lokasi dan

subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data. Pada bab selanjutnya yaitu bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum objek

penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Dan bab terakhir merupakan bab penutup yang berisi simpulan dari seluruh

(24)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang mencakup

lokasi dan subyek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitain, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data, analisis data, keabsahan temuan penelitian, serta tahap-tahap

pelaksanaan penelitian di lapangan.

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah SMAN 4

Balikpapan Kalimantan Timur yang berada di jalan Sepinggan Baru RT.48 No. 36

Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Propinsi

Kalimantan Timur, dekat dengan Bandar Udara Sepinggan. SMAN 4 Balikpapan

Kalimantan Timur dijadikan tempat penelitian karena sekolah ini merupakan

sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter dan juga merupakan sekolah

Inklusi (menerima anak berkebutuhan khusus) sehingga data yang didapat sesuai

dengan realitas yang ada.

2. Subyek Penelitian

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subyek

penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events),

dan proses (process) (Miler dan Huberman, 1992: 56). Kriteria pertama: adalah

latar, yang maksudnya ialah situasi dan tempat berlangsungnya proses

pengumpulan data, yaitu SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Kriteria

kedua: adalah para pelaku, dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai sepuluh

responden yang terdiri dari guru PKn Marta Patibong, S.Pd (54 tahun) dan Jajuk

(25)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meilitta Naurah Nazhifah (17 tahun), dan Suriansyah (20 tahun). Selain itu,

peneliti mengadakan cross check dengan beberapa narasumber terkait dengan

lainnya, seperti Kepala Sekolah (Drs. Heru Marsono, M.M., 51 tahun), Wakil

Kepala Sekolah bidang Kurikulum (Dra. Agnes Bussan, 56 tahun), Wakil Kepala

Sekolah bidang Kesiswaan merangkap sebagai pembina OSIS (Topo

Suprianto,S.Pd, 49 tahun), Pembina Kerohanian (Suryadi,S.Ag., 57 tahun),

pembina UKS (Ramlawati, S.Pd., 43 tahun), Pendiri Sekolah Rakyat (Oci

Robiyanto, 27 tahun), dan Pengurus Panti Asuhan (Bapak Ali, 61 tahun)

Pelaku atau yang sering disebut dengan sumber responden dipilih secara

puspose sampling dan bersifat snow ball sampling, maka informasi yang sengaja

ditetapkan oleh peneliti mungkin saja dapat dikembangkan di lapangan apabila

peneliti menemukan orang yang lebih mengetahui tentang permasalahan yang

diteliti, atau tidak menutup kemungkinan didapatnya data-data selain dari sumber

data yang telah ditetapkan di atas, selama data tersebut dapat menunjang

keberhasilan penyelidikan dalam penelitian ini. Sesuai namanya snowball

sampling, teknik ini bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak

gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya. Jadi, teknik ini

merupakan teknik penentuan subjek penelitian yang awalnya berjumlah kecil,

kemudian berkembang semakin banyak. Proses ini baru berakhir bila peneliti

merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu

yang baru dari wawancara (Kriyantono, 2009:158-159).

Kriteria ketiga: adalah peristiwa-peristiwa, yang dimaksud ialah hal-hal

yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial

dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan

seperti kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan

di sekolah. Dan kriteria yang keempat: adalah proses, yaitu wawancara peneliti

dengan subyek penelitian yang berkenaan dengan pendapat dan pandangannya

(26)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang pembinaan nilai

toleransi dan peduli sosial siswa dalam pendidikan karakter sebagai upaya

memantapkan watak kewarganegaraan adalah pendekatan kualitatif. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 15), bahwa penelitian kualitatif adalah :

Qualitatif research is a inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah

proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian

tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat

gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan

pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian

dalam situasi alamiah.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi

pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam

pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan, memverifikasi dan menyimpulkan

data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statis,

melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Lebih lanjut menurut

Nasution (1996:18) penelitian kualitatif disebut juga dengan penelitian

naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak

kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukuran.

Disebut naturalik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar,

sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif

adalah kepedulian terhadap makna. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak

(27)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengungkap pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda.

Pemikiran ini didasarkan pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam

setiap manusia berbeda-beda. Oleh karena itu tidak mungkin untuk mengungkap

kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali

manusia sebagai instrumen.

Pendekatan kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini

dengan alasan sebagai berikut:

a) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang pembinaan nilai toleransi

dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan

watak kewarganegaraan siswa ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang

sifatnya aktual dan kontekstual.

b) Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji

dengan sejumlah data primer dari subyek penelitian yang tidak dapat

dipisahkan dari latar alamiahnya.

c) Penelitian ini berfokus pada bagaimana realitas toleransi dan peduli sosial

siswa, proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan

karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic

disposition) siswa, faktor-faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan

upaya pihak sekolah dalam pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial siswa.

Hal ini dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan

karakteristik kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan & Mien (1982: 28) :

qualitative researchers are concerned with process rather than simply with

outcomes or products. Penekanan kualitatif pada proses memberikan

keuntungan dalam penelitian ini antara lain memperoleh gambaran dan

informasi berupa bagaimana realitas, proses, faktor penunjang dan

penghambat, serta peran dan upaya pihak sekolah secara nyata dalam

memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4

(28)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan melakukan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih

leluasa mengetahui sejauh mana pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam

pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan siswa

SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Selain itu peneliti ingin dapat

mengungkapkan perilaku seseorang, pengetahuan, gagasan dan pikirannya, sebab

pada hakekatnya penelitian kualitatif merupakan pengamatan terhadap

orang-orang tertentu dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha

memahami bahasa mereka serta menafsirkannya sesuai dengan dunianya.

C. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara, prosedur, prinsip-prinsip dan proses yang

digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Berdasarkan pengertian

tersebut, metode yang digunakan pada rencana penelitian tesis yang hendak

peneliti lakukan ini adalah metode studi kasus yang merupakan bagian dari

penelitian kualitatif. Creswell (2010:20) mengatakan bahwa penelitian kualitatif

sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian diantaranya Etnografi, Grounded

Theory, Studi Kasus, Fenomenologi, dan Naratif. Penelitian studi kasus

merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara

cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok

individu-individu. Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu

yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga

mampu membongkar realitas di balik fenomena.

Metode studi kasus dipilih sebagai metode dalam penelitian ini karena

permasalahan yang dikaji terjadi pada tempat dan situasi tertentu. Penelitian

(29)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya.

Menurut Nasution (1996:55) Studi Kasus atau case study adalah untuk penelitian

yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di

dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau

suatu golongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Hal di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:120)

yang mengatakan bahwa: Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang

dilakukan secara intensif terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,

lembaga, atau gejala tertentu. Bila ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka

penelitian kasus hanya meliputi daerah yang sangat sempit. Tetapi bila ditinjau

dari lingkup sifatnya, maka penelitian kasus merupakan penelitian yang lebih

mendalam membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual

dengan mengumpulkan data, menyusun data, mengklarifikasikannya dan

menginterpretasikannya.

Studi kasus merupakan metode penelitian kualitatif yang memiliki beberapa

keunggulan. Lincon & Guba (1985:137) mengungkapkan bahwa keistimewaan

studi kasus meliputi hal-hal berikut:

a) Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik yaitu penyajian

pandangan subyek yang diteliti.

b) Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang

dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

c) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara

peneliti dengan informan.

d) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal

yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi

juga keterpercayaan (trustworthiness).

e) Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau

(30)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi

pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Pendapat di atas menggambarkan bahwa metode studi kasus lebih

menitikberatkan pada sebuah kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah bagaimana pembinaan niali toleransi dan peduli sosial dalam

pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic

disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Penggunaan

pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu

mengungkap aspek-aspek yang diteliti, terutama mengetahui bagaimana realitas

toleransi dan peduli sosial siswa, bagaimana proses pembinaan nilai toleransi dan

peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak

kewarganegaraan siswa, faktot-faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan

usaha pihak sekolah dalam mengatasi hambatan dalam membina nilai toleransi

dan peduli sosial siswa.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan

mendalam tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena

permasalahan yang dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi ditempat tertentu

yaitu di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Dalam pelaksanaanya, peneliti

lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal di dalam penelitian ini,

yang artinya selama proses penelitian peneliti lebih banyak mengadakan kontak

dengan orang-orang di lingkungan SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur

terutama dengan kepala sekolah, guru pembina ekstrakurikuler, guru PKn, dan

siswa.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional di dalam sebuah penelitian bertujuan untuk

menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan

(31)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini

dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat yaitu toleransi, peduli

sosial, pendidikan karakter, dan watak kewarganegaraan.

1. Toleransi

Dalam penelitian ini, definisi toleransi merujuk pada pendapat-pendapat

dari:

a) Daryanto (2013:135) mengatakan bahwa toleransi adalah sikap dan

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnik, pendapat, sikap,

dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

b) Naim (2012:138) yang mengatakan bahwa toleransi merupakan sikap

membiarkan ketidaksepakatan serta tidak menolak pendapat, sikap,

ataupun gaya hidup orang yang berbeda dengan pendapat, sikap, serta gaya

hidupnya sendiri.

c) Wiyani (2013:184) mengatakan bahwa secara sederhana toleransi adalah

sikap saling menghargai baik antar individu maupun antar kelompok yang

berbeda suku, agama, ras maupun adat.

Dari rujukan-rujukan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

yang dimaksud toleransi dalam penelitian ini ialah suatu sikap pengakuan yang

saling menghormati, menghargai, memahami, dan tidak memaksakan kehendak

dalam bentuk-bentuk dan cara-cara yang merugikan satu sama lain tanpa

membedakan suku, agama, ras, ataupun golongan sehingga dapat terciptanya

kedamaian, kerukunan, serta mampu hidup berdampingan karena setiap orang

memiliki hak untuk memilih jalan hidup dan tindakannya sendiri. Dengan

toleransi ia akan memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian,

menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang

berdasarkan karakter mereka.

Indikator nilai toleransi untuk jenjang SMA menurut Kementerian

(32)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

[image:32.595.140.515.147.281.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Indikator Nilai Toleransi Untuk Jenjang SMA

No Nilai Indikator Toleransi jenjang SMA 1 Toleransi.

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

 Memberi kesempatan kepada teman untuk berbeda pendapat.

 Bersahabat dengan teman lain tanpa membedakan agama, suku, dan etnis.  Mau mendengarkan pendapat yang

dikemukakan teman tentang budayanya.  Mau menerima pendapat yang berbeda

dari teman sekelas.

(Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemendiknas, 2010)

2. Peduli sosial.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peduli sosial di sini merujuk

pada beberapa pendapat yaitu:

a) Daryanto (2013: 142) mengatakan bahwa peduli sosial adalah suatu sikap

dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan

masyarakat yang mebutuhkan.

b) Mu’in (2011:231) mengatakan bahwa kepedulian merupakan sifat yang

membuat pelakunya merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,

mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang lain dengan menunjukkan

tindakan memberi atau terlibat langsung dengan orang tersebut karena

adanya perasaan bahwa orang lain atau kelompok lain adalah bagian dari

kita dan ketika mereka susah maka kita merasa harus berbagi dengan

mereka.

c) Atoshoki (2005:269) menyatakan bahwa kepedulian sosial ialah suatu

bentuk kepedulian terhadap sesama yang sedang membutuhkan bantuan, di

mana bentuk kepedulian itu tidak hanya berbentuk materi, tapi juga

(33)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rujukan-rujukan di atas maka penulis simpulkan bahwa

pengertian peduli sosial dalam penelitian ini yaitu suatu perilaku baik seseorang

terhadap orang lain disekitarnya, kepedulian antar sesama yang timbul dari hati

yang terbuka bersedia untuk berbagi kepada sesama, tanpa didorong atau disertai

oleh alasan-alasan apapun di mana segala perbedaan menjadi hilang, semua

bersatu dalam rasa peduli pribadi dan peduli sesama. Adapun indikator nilai

[image:33.595.141.510.277.392.2]

peduli sosial yang dapat diamati bagi anak SMA yaitu:

Tabel 3.2 Indikator Nilai Peduli Sosial untuk Jenjang SMA

No Nilai Indikator peduli sosial jenjang SMA 1 Peduli sosial:

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan.

 Merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial.

 Menghormati petugas-petugas sekolah.

 Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan.

 Menyumbang darah.

(Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemendiknas, 2010)

3. Pendidikan karakter

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peduli sosial di sini merujuk

pada beberapa pendapat yaitu:

a) Megawati (2004:95) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya untuk

membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat

kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.

b) Kemdiknas (2010:8) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah

pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur

kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu,

menerapkan dan mempraktikan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga

(34)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Zubaedi (2011:25) mengatakan bahwa pendidikan karakter sebagai

pendidikan budi pekerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran

yang bertujuan untuk mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan

cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral

dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama

yang menekankan ranah afektif (sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif

(berfikir rasional), dan ranah skill (keterampilan).

Berdasarkan rujukan-rujukan dari beberapa pendapat di atas maka penulis

menarik kesimpulan bahwa pengertian pendidikan karakter di penelitian ini yaitu

usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman

dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang

mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.

4. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan watak kewarganegaraan

adalah sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang

berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari

sistem demokrasi. Watak kewarganegaraan mencakup sejumlah karakteristik

kepribadian yakni penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab

individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran

yang mencakup keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduaan,

sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas

kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan, keharuan,

kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.

Dari berbagai definisi di atas yang dimaksud dalam judul tesis ini adalah

bagaimanakah pembinaan toleransi dan perilaku sosial dalam upaya memantapkan

watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa di Sekolah Menengah Atas

(35)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kalimantan Timur, karena melihat kondisi generasi kita sekarang mengalami

dekadensi moral dan diharapkan pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai

solusi yang cepat dan tepat.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006:149) merupakan alat bantu

bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto dalam

edisi sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah.

Dalam hal ini Sugiyono (2011: 305) mengemukakan, terdapat dua hal

utama yang mempengaruhi kualitas dari hasil penelitian, yakni kualitas instrumen

penelitian dan kualitas pengumpul data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan

dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpul data berkaitan

dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam

penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Dalam hal ini peneliti adalah instrumen utama (key instrument) dalam

pengumpulan data. Jadi peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian

kualitatif. Dalam kaitan tersebut Moleong (2005:9) berpendapat bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama, karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitiannya.

Dari kutipan di atas, alat penelitian utama itu sendiri adalah peneliti

sebagai orang yang bertindak di lapangan dalam pelaksanaan penelitian.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan

instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan

(36)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai

instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu

memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut

Moleong (2007: 168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia

sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,

penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

2) Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dilakukan

dengan tahap-tahap berikut ini :

a) Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.

b) Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel. c) Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel. d) Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

e) Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar (Arikunto, 2005:135)

Lebih lanjut, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu

[image:36.595.104.514.462.694.2]

membuat kisi-kisi pedoman wawancara sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

NO Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen 1. Bagaimana realitas

toleransi dan peduli sosial para siswa SMAN4 Balikpapan Kaltim?

a)Realitas toleransi siswa.

b)Realitas peduli sosial

 Memberi kesempatan teman mengutarakan pendapat, saran, dan kritik.  Bersahabat tanpa

membedakan suku, ras, agama, dan golongan.  Menghargai dan menghormati

orang lain yang berbeda agama, suku, ras, dan golongan.

 Mengendalikan emosi, menghindari kekerasan, mudah memaafkan.

 Tidak mengejek dan menjauhi teman yang memiliki

(37)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa.

c)Pandangan terhadap pembinaan nilai toleransi dalam menghadapi tantangan globalisasi.

 Merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial.  Menghormati petugas-petugas

sekolah.

 Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan.  Menjenguk teman yang

sedang sakit.  Melayat apabila ada

orang/wali murid yang meninggal dunia.

 Pandangan terhadap pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam menghadapi tantangan globalisasi.

2. Bagaimana proses pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah dalam memantapkan watak kewarganegaraan siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?

Urgensi Pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa.

a) Kegiatan Pembelajaran PKn.

b) Kegiatan Ektrakurikuler.

c) Pembiasaan di lingkungan sekolah

Urgensi pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam segmen pendidikan, serta pengaruhnya terhadap civic disposition siswa.

 Materi pembelajaran.  Metode pembelajaran.  Faktor-faktor pertimbangan

dalam memilih metode pembelajaran.

 Implementasi sikap toleransi dan peduli sosial saat proses pembelajaran.

 Bentuk kegiatan

ekstrakurikuler yang potensial bagi pembinaan toleransi dan peduli sosial di lingkungan sekolah.

 Tujuan kegiatan ekstrakurikuler.

 Dampak positif kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa.

(38)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Faktor-faktor

penghambat dan penunjang apa sajakah dalam proses

pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan Kaltim?

a) Faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa.

 Faktor penghambat.  Faktor penunjang.

 Hal-hal positif atau negatif dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.

4. Bagaimana peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam memantapkan civic disposition siswa SMAN 4 Balikpapan Kaltim?

a) Peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial.

 Faktor pendorong sekolah membina toleransi dan peduli sosial.

 Penyusunan program kegiatan, fasilitas, alokasi dana dan alokasi waktu yang bermuara pada proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.

 Melatih siswa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berorientasi pada pembinaan toleransi dan peduli sosial.  Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pihak-pihak sekolah dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.

 Hasil atau manfaat dari perwujudan pembinaan nilai toleransi.

(Sumber: Dara Primer diolah Tahun 2014)

3) Instrumen ketiga dalam penelitian ini adalah dengan observasi.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pengujian validitas data. Menurut Alwasilah (2006:169) “validitas

adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan,

tafsiran, dan segala jenis laporan.” Dengan pengertian tersebut jelas bahwa

validitas memiliki kegunaan yaitu agar suatu deskripsi atau kesimpulan itu benar

(39)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keabsahan datanya (validitas data), oleh sebab itu diperlukan cara untuk dapat

memenuhi kriteria kredibilitas data.

Dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu:

1) Memperpanjang masa observasi.

Untuk memeriksa keabsahan suatu data penelitian, perpanjangan masa

observasi dapat mengurangi kebiasan suatu data karena dengan waktu penelitian

di lapangan yang lebih lama akan menjadikan peneliti mengetahui keadaan secara

mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh

peneliti sendiri maupun oleh subjek penelitian.usaha peneliti untuk dapat

memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data yaitu dengan

meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu seefesien mungkin.

2) Meningkatkan ketekunan.

Yang dimaksudkan dengan meningkatkan ketekunan di sini adalah

melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara

demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti akan

melakukan pengecekan kembali tentang kebenaran data yang telah didapatkan,

apakah benar atau tidak, serta peneliti dapat medeskripsikan data yang akurat dan

sistematis tentang data yang diamati.

3) Triangulasi.

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan

membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada

saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber satu ke

sumber lain dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan

untuk mengecek data penelitian yang dikumpulkan. Dalam hal ini Sugiyono

(2009:273) menyatakan bahwa “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini

(40)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.”

Penelitian ini mengacu pada triangulasi sumber dan triangulasi teknik

pengumpulan data. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi

yang diberikan oleh para siswa sebagai peserta didik, guru dan kepala sekolah

sebagai pihak sekolah, serta pendiri sekolah rakyat dan pengurus panti asuhan

sebagai masyarakat. Triangulasi tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini sebagai berikut:

Pihak Sekolah Masyarakat

[image:40.595.147.442.381.437.2]

Siswa sebagai Peserta didik

Gambar 3.1 a. Triangulasi Sumber Data

Sumber : Diolah oleh peneliti (Sugiyono,2009:273)

b. Triangulasi teknik pengumpulan data

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun

triangulasi teknik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Wawancara Observasi

Studi Dokumentasi

Gambar 3.2 b. Triangulasi teknik pengumpulan data

[image:40.595.185.416.582.638.2]
(41)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Menggunakan referensi yang cukup

Referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang

ditemukan oleh peneliti. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan

kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentas

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Indikator Nilai Peduli Sosial untuk Jenjang SMA
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Gambar 3.2 b. Triangulasi teknik pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

terkandung pada pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, 3) mendeskripsikan perbandingan nilai pendidikan yang terdapat pada struktur pembangun cerita

NAMUN CUKUP MENARIK CARA MERAMAL WARGA TIONG HOA YANG DILAKUKAN DI RUMAH IBADATNYA //. TEKNIK MERAMAL YANG DISEBUT CHIAMSI INI / DILAKUKAN

Saat ini kebutuhan akan daya listrik yang semakin meningkat, dimana dalam pengembangnya dibutuhkan pusat pengatur beban sistem tenaga listrik yang fungsinya sebagai pengamat

Implementasi Model Pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue And Action (ieeia) Untuk Membangun Literasi Lingkungan Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Kelebihan dan kekurangan Baterai Alkali dengan Timah Hitam antara lain adalah baterai alkali lebih tahan terhadap goncangan bila dibandingkan dengan baterai timah hitam, baterai

DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN

Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan, sehingga tidak akan mengganggu proses pembelajaran (Sudikin,.. Masalah-masalah yang

Next studies are encouraged to be done on the impact of the translator’s competence toward the quality of the translation of the Nias cultural terms in Famatö Harimao