KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF,
DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN
LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
DERA KARINA CHAERUNISA
0905743
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
2013
Korelasi Prestasi Belajar, Kemampuan
Berfikir Kreatif, dan Sikap Terhadap Sains
Siswa SMP Setelah Diterapkan Pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran IPA-Fisika
Oleh
Dera Karina Chaerunisa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Juni 2013
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF,
DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM
PEMBELAJARAN IPA-FISIKA
Oleh:
Dera Karina Chaerunisa
NIM. 0905743
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd
NIP. 195803011980021002
Pembimbing II,
Agus Danawan, M.Si
NIP. 196302221987031001
Mengetahui,
Dr. Ida Kaniawati
NIP. 196807031992032001
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA
Dera Karina Chaerunisa 0905743
Pembimbing I : Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd
Pembimbing II : Agus Danawan, M.Si
Penelitian yang berjudul “Korelasi Prestasi Belajar, Kemampuan
Kata Kunci : Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan, Prestasi Belajar, Sikap Terhadap Sains, Kemampuan Berfikir Kreatif.
ABSTRACT
KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA
Dera Karina Chaerunisa 0905743
Perceptor I : Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd
Perceptor II : Agus Danawan, M.Si
The study, entitled “Korelasi Prestasi Belajar, Kemampuan Berfikir Kreatif dan Sikap Terhadap Sains Siswa SMP Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika” is motivated by the results of preliminary studies showing that declarative learning and dominated by teachers can lead to achievement , attitude toward science and creative thinking ability of students is low. In addition, declarative learning and dominated by teachers also have an
DAFTAR ISI
halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH...v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Batasan Masalah ...6
D. Hipotesis Penelitian ...6
E. Tujuan Penelitian ...7
F. Manfaat/Signifikansi Penelitian ...8
G. Struktur Organisasi Skripsi ...8
BAB II PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN (STML), SIKAP TERHADAP SAINS, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN PRESTASI BELAJAR ...11
A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan (STML) ...11
B. Sikap Terhadap Sains ...17
D. Prestasi Belajar ... 26
E. Lima Domain Pembelajaran ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ...33
A. Metode Penelitian ...33
B. Desain Penelitian ...33
C. Populasi dan Sample Penelitian ...34
D. Definisi Operasional...34
E. Instrumen Penelitian... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ...47
G. Prosedur Penelitian...49
H. Hipotesis Statistik ...52
I. Teknik Pengumpulan Data ...52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...68
A. Pelaksanaan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) ...68
B. Prestasi Belajar ...69
C. Sikap Terhadap Sains ...71
D. Kemampuan Berfikir Kreatif ... 74
E. Korelasi antara Prestasi Belajar dengan Sikap Terhadap Sains ... 76
F. Korelasi antara Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kreatif ... 80
G. Korelasi antara Sikap Siswa tentang Sains dengan Kemampuan Berfikir Kreatif ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...85
A. Kesimpulan ...85
B. Saran ...86
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...91
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, sehingga tidak heran
untuk kedepannya dibutuhkan orang-orang yang berkompeten dalam menciptakan
teknologi-teknologi baru yang dapat memudahkan manusia dalam mengerjakan
segala sesuatu Zen (1982) menyebutkan bahwa “sains dan teknologi saling
membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak berbuah,
sedangkan teknologi tanpa sains bagaikan pohon tidak berakar”. Lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri no. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa
”pada tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah
secara bijaksana”.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berhubugan erat dengan
fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Depdiknas, 2006). Berdasarkan pernyataan tersebut, seyogyanya dibutuhkan
suatu kompetensi yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar
secara mendalam. Kompetensi tersebut menurut Program for International
Student Assessment (PISA) dalam Hakim (2012) disebut dengan literasi sains.
Menurut Natial Research Council Literasi sains sering didefinisikan
kehidupan sehari-hari (Yager, 2010).Didalam literasi sains terdapat banyak
keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mampu untuk
memecahkan masalah dengan kreatif, berfikir kritis, bekerja sama dalam tim, dan
menggunakan teknologi secara efektif.
Berdasarkan pernyataan tersebut seyogyanya pembelajaran sains dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada siswa mengenai teknologi serta
dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan masyarakat
disekitarnya. Namun pada kenyataannya, pembelajaran sains lebih banyak
berlangsung secara deklaratifdan didominasi oleh guru.Hal ini tidak sesuai dengan
hakekat pembelajaran sains yang menyatakan bahwa pembelajaran itu terdiri dari
sikap, proses dan produk. Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah
satu SMP Negeri di kota Bandung didapatkan :
1. Berdasarkan data nilai ulangan fisika terdapat 23 siswa dari 40 siswa yang
masih dibawah nilai kriteria ketuntasan minimal, serta 19 siswa dari 40 siswa
yang memiliki nilai dibawah rata-rata kelas.
2. Dari data hasil wawancara terdapat 19,44% siswa yang mengatakan bahwa
pembelajaran fisika membosankan, 50% siswa mengakatakan pembelajaran
fisika biasa saja, serta 30,55% siswa yang mengatakan bahwa menjadi
seorang ilmuwan itu tidak menyenangkan. Setelah dilaksanakan wawancara
lebih lanjut didapatkan bahwa siswa menganggap ilmuwan itu tidak
menyenangkan dikarenakan pekerjaan seorang ilmuwan selalu berhubungan
dengan teori-teori sains yang cukup memusingkan.
Selain itu, dalam penelitian Hidayat (2012) menyebutkan bahwa proses
pembelajaran fisika di salah satu SMP di kota Bandung masih didominasi oleh
guru dan lebih menekankan proses transfer pengetahuan. Hal ini mengakibatkan
kemampuan berfikir kreatif siswa menjadi rendah.Lebih lanjut, dalam penelitian
Mulyani (2008) menyebutkan bahwa minat belajar siswa rendah dikarenakan
berpusat pada materi tanpa memperhatikan esensi materi tersebut. Minat belajar
siswa yang rendah ini juga diduga mengakibatkan sikap terhadap sains siswa juga
rendah.
Mengacu pada pernyataan diatas, diduga pembelajaran secara deklaratif
dan didominasi oleh guru mengakibatkan siswa menganggap pembelajaran sains
khususnya pembelajaran fisika hanya berupa kumpulan-kumpulan rumus saja
tanpa ada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika, ternyata penyebab dari
permasalahan tersebut adalah kurang tepatnya metode pembelajaran digunakan.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut adalah metode ceramah.
Hal ini dilakukan karena menurut guru tersebut metode ceramah adalah metode
yang tercepat dalam mengajarkan konsep kepada siswa. Selain itu, guru tersebut
juga menyebutkan bahwa mengajar di kelas yang terlalu banyak dan berbeda
tingkat membuat guru tersebut merasa kesulitan dalam mengelaborasi lebih lanjut
mengenai metode pembelajaran yang akan digunakan. Pembelajaran yang
berlangsung secara deklaratifdan didominasi oleh guru ini juga memungkinkan
kemampuan berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan
kurang dikembangkan serta sikap siswa terhadap sains juga selalu dikaitkan
dengan rumus dan hitungan tanpa ada penerapannya.
Untuk mengatasi masalah diatas, maka diperlukan suatu langkah agar
sains tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang rumit dan sulit untuk
dipahami. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara
menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)
dalam pembelajaran sains. Pendekatan STML ini dianggap cocok karena belajar
sains diawali dengan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya,
sehingga diharapkan dengan belajar sains siswa dapat lebih menghargai
lingkungan serta dapat merapkannya dalam kehidupan bermasyarakat seiring
Pemilihan pendekatan STML didasarkan oleh beberapa alasan yaitu
(1)Pendekatan STML dipandang cocok dengan Peraturan Menteri no. 22 tahun
2006 yang menyatakan bahwa, IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana;
(2) Yager (2010) mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatanScience technology and society (STS) dapat meningkatkan lima
domain pembelajaran siswa salah satunya adalah sikap dan kreativitas; (3)Rosario
(2009) pendekatan STM tidak menutup kemungkinan untuk ditambahkan unsur
Lingkungan (L) dalam konteksnya agar perkembangan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan.
Selain itu,Yager (2010) mengatakan bahwa terdapat lima domain
pembelajaran pada tahun 1989 yang terdiri dari domain konsep, proses, sikap,
kreativitas dan aplikasi. Kelima domain ini digambarkan oleh Yager saling
berkaitan, namun kaitan tersebut tidak dijelaskan secara lebih rinci lagi. Oleh
karena itu, dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Korelasi Prestasi Belajar,
Kemampuan Berfikir Kreatif, dan Sikap Terhadap Sains Siswa SMP Setelah
Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakatdan Lingkungan dalam
Pembelajaran IPA-Fisika”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: “Bagaimanakah prestasi belajar, sikap terhadap sains dan
Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA -
fisika?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah
diterapkanpendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan
(STML) dalam pembelajaran IPA - fisika?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap sains setalah diterapakan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam
pembelajaran IPA - fisika?
3. Bagaimana kemampuan berfikir kreatif siswa setalah diterapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam
pembelajaran IPA - fisika?
4. Bagaimana korelasi prestasi belajar dengan sikap terhadap sains siswa
setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan
Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA – fisika?
5. Bagaimana korelasi prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif
siswa setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan
Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA – fisika?
6. Bagaimana korelasi sikap terhadap sains dengan kemampuan berfikir
kreatif siswa setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
dan Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA – fisika?
Adapun identifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian
ini yaitu :
1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML),yaitu
suatu pola ajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.
2. Sikap terhadap sains, yaitu kondisi mental dan neural yang diperoleh dari
3. Kemampuan berfikir kreatif, yaitusuatu proses untuk membuat keputusan
atau menyelesaikan masalah dengan sesuatu yang kreatif atau orisinil
sesuai dengan keperluan.
4. Prestasi belajar, yaitu hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu menjadi lebih baik sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah untuk penelitian ini adalah:
1. Sikap terhadap sains (attitude toward science) dalam penelitian ini dibatasi
dalam komponen minat terhadap sains (interest in science), sikap terhadap
ilmuwan (attitude toward scientist), dan sikap terhadap
pertanggungjawaban sosial dalam sains (attitude toward social
resposibility in science).
2. Berfikir kreatif dalam penelitian ini dibatasi dalam aspek fluency,
flexibility, originality dan elaboration.
3. Prestasi belajar merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Pada
penelitian ini ranah kognitif dibatasi dalam2 aspek ranah kognitif yaitu
pada aspek memahami (C2) dan menerapkan (C3).
D. Hipotesis Penelitian
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara prestasi
belajar dengan sikap terhadap sains siswa, salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Ali (2013) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara sikap terhadap sains dengan prestasi belajar. Selain itu,
Yager (2010) juga menggambarkan bahwa antara domain konsep dalam hal ini
prestasi belajar dengan domain sikap itu terdapat hubungan dengan domain
konsep yang menjadi intinya. Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menjawab
adanya korelasi positif yang signifkan antara prestasi belajar siswa dengan sikap
siswa terhadap sains.
Selain uraian mengenai korelasi antara sikap terhadap sains dengan prestasi
belajar, beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi belajar siswa. Salah satu yang
menemukannya adalah Anwar et al. (2012) yang menemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan secara statistik antara berfikir kreatif dengan prestasi
belajar siswa, baik untuk setiap aspek kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi
belajar maupun kemampuan berfiir kreatif secara keseluruhan dengan prestasi
belajar. Lebih lanjut, Yager (2010) menggambarkan bahwa adanya hubungan
antara domain konsep (prestasi belajar) dengan domain kreativitas dengan
domain konsep berperan sebagai inti. Kreativitas akan terbentuk dalam suatu
proses pembelajaran jika domain konsep siswa sudah terbentuk dengan baik juga.
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menjawab pertanyaan penelitian pada
point 5, hipotesis penelitian yang diajukan adalahadanya korelasi positif yang
signifikan antara prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif siswa.
Yager (2010) dalam jurnalnya menggambarkan juga hubungan antara domain
sikap dan juga kreativitas. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa untuk
domain kreativitas dan domain sikap berada pada tinggkatan domain yang sama.
Dari pernyataan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat korelasi
antara sikap terhadap sains dengan kemampuan berfikir kreatif siswa. Oleh
karena itu, hipotesis penelitian yang diajukan untuk menjawab sementara
pertanyaan penelitian pada point 6 adalah adanya korelasi positif yang signifikan
antara sikap terhadap sains dengan kemampuan berfikir kreatif siswa.
Adapun penjelasan mengenai gambar korelasi antara domain konsep, proses,
sikap, kreativitas dan aplikasi dijelaskan lebih lanjut dalam bab II.
Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah digunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam
pembelajaran fisika.
2. Mengetahuisikap siswa terhadap sains siswa setelah digunkan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam
pembelajaran fisika.
3. Mengetahui kemampuan berfikir kreatif siswa setelah digunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam
pembelajaran fisika.
4. Mengetahui korelasi antara sikap terhadap sains dengan prestasi belajar
yang diraih siswa.
5. Mengetahui korelasi antara kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi
belajar yang diraih oleh siswa.
6. Mengetahui korelasi antara sikap terhadap sains dengan kemampuan
berfikir kreatif siswa.
F. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diantaranya:
1. Dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam meningkatkan sikap
terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif siswa.
2. Diharapkan penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam
pengembangan metode pembelajaran sains.
3. Diharapkan penelitian ini akan menimbulkan rasa kepedulian siswa
terhadap lingkungan dan masyarakat seiring dengan berkembangnya
teknologi.
4. Diharapkan dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar fisika
Struktur organisasi skripsi merupakan rincian tentang urutan penulisan dari
setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Adapun struktur organisasi skripsi pada
penelitian ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Hipotesis Penelitian
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat/Signifikansi Penelitian
G. Struktur Organisasi Skripsi
BAB II PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYRAKAT DAN
LINGKUNGAN, SIKAP TERHADAP SAINS, KEMAMPUAN BERFIKIR
KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR.
A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)
B. Sikap Terhadap Sains
C. Kemampuan Berfikir Kreatif
D. Prestasi Belajar
E. Lima Domain Pembelajaran
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Desain Penelitian
C. Populasi dan Sample Penelitian
D. Definisi Operasional
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
H. Hipotesis Statistik
I. Teknik Pengumpulan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Prestasi Belajar
B. Sikap Terhadap Sains
C. Kemampuan Berfikir Kreatif
D. Korelasi Antara Prestasi Belajar dengan Sikap Terhadap Sains
E. Korelasi Antara Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kreatif
F. Korelasi Antara Sikap Terhadap Sains dengan Kemampuan Berfikir Kreatif
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
BAB II
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT LINGKUNGAN
(STML), SIKAP TERHADAP SAINS , KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF
DAN PRESTASI BELAJAR
A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)
1. Pengertian Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan
(STML)
Dalam menyampaikan suatu materi secara baik maka dibutuhkan suatu
pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan oleh Sanjaya (2009 : 295) diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan
yang diharapkan adalah pendekatan yang mampu membuat siswa aktif selama proses
belajar dan mengajar berlangsung. Salah satunya adalah pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dan Lingkungan (STML).
Sains Teknologi Masyarakat merupakan kecenderungan baru di dalam pendidikan
Sains. Sains Teknologi Masyarakat mula-mula timbul di Inggris dan Amerika Serikat
yang kini meluas keberbagai negara termasuk Indonesia. Definisi Sains Teknologi
Masyarakat atau “Science-Teknology-Society” menurut Nasional Science Teachers Associations (NSTA) adalah pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks
pengalaman manusia (Yager, 2010). Sains Teknologi Masyarakat juga dapat diartikan
pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan isu- isu sosial dan teknologi yang
ada di lingkungan siswa sebagai pemicu dalam pembelajaran suatu konsep.
Penambahan unsur lingkungan dalam pendekatan ini didasarkan karena tidak
menuntup kemungkinan bahwa sains dan teknologi juga akan mempengaruhi
menutup kemungkinan untuk ditambahkan unsur Lingkungan (L) dalam konteksnya
agar perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan dampak
yang positif terhadap lingkungan. Hal ini didukung oleh peneltian-penelitian yang
dilakukan dengan menambahkan unsur lingkungan dalam pendekatan Sains teknologi
Masyarakat. Rosario (2009) mengatakan bahwa pendekatan STM dengan sebuah
unsur L memiliki unsur-unsur penting yang diidentifikasi sebagai berikut, (a)
rekonstruksi sosial kritis (critical social reconstruction); (b) pengambilan keputusan
(decision making); dan (c) tindakan dan keberlanjutan (action and sustainability).
Rekonstruksi kritis menuntut siswa untuk memahami dampak ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan produk dari kecerdikan manusia yang memberikan
efek positif dan negatif. Dengan kata lain, pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
dan Lingkungan adalah suatu pola pembelajaran yang menyangkut pengalaman
manusia,isu-isu sosial, teknologi dan masyarakat serta dampaknya terhadap
lingkungan, sehingga pembelajaran menjadi lebih nyata. Melalui pendekatan STML
ini, siswa dibawa secara langsung untuk mempelajari objek yang akan dipelajari.
Selain itu, dengan menggunakan pendekatan STML ini siswa dapat merasakan secara
nyata masalah-masalah yang terjadi di lingkungan dan masyarakat sekitar, serta dapat
memecahkan masalah-masalah tersebut melalui suatu proses pembelajaran sehingga
membuat pembelajaran lebih bermakna. Lebih lanjut Rosario (2009) mengatakan
bahwa aspek penting dari pendekatan STML adalah kegiatan yang dapat berasal dari
masyarakat setempat untuk membuat pembelajaran lebih relevan.
Yager (2010)mengatakan bahwa tujuan pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat adalah sebagai berikut: (a) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan dan mengkontraskan sains dan teknologi serta menghargai
bagaimana sains dan teknologi memberikan kontribusi pada pengetahuan dan
pengaruh baru; (b) memberikan contoh-contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai
dibawa masyarakat, pertambahan ekonomi, dan proses-proses politik; (c)
memberikan/menawarkan pandangan global pada hubungan sains dan teknologi pada
masyarakat, menunjukkan dampaknya pada pengembangan bangsa dan ekologi bumi.
2. Karakterisktik Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan
(STML)
Hakan Akcay dan Robert E. Yager (2010) mengatakan bahwa pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat ini mencakup sebelas fitur dasar yang penting, yaitu (a) siswa
mengidentifikasi masalah dari lingkungan sekitar dan dampak bagi lingkungannya;
(b) penggunaan sumber daya lokal (manusia dan materi) untuk menemukan informasi
yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah; (c) keterlibatan aktif siswa dalam
mencari informasi yang dapat diterapkan untuk menyelasaikan masalah dalam
kehidupan nyata; (d) tambahan waktu belajar di luar kelas, di kelas atau disekolah; (e)
fokus atas dampak dari sains dan teknologi pada setiap siswa; (f) pandangan bahwa
konten sains bukanlah sesuatu yang ada begitu saja untuk siswa; (g) tekanan pada
keterampilan proses setiap waktu hanya karena mereka menunjukkan kemampuan
istimewa melalui praktikum ilmiah; (h) suatu tekanan pada kesadaran berkarir
terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi; (i) peluang bagi siswa
untuk menunjukkan peran dalam bermasyarakat sehingga mereka berusaha untuk
memecahkan masalah; (j) identifikasi adalah jalan dimana sains dan teknologi
berpotensi memberikan pengaruh yang besar bagi masa depan; (k) beberapa otonomi
dalam proses pembelajaran sebagai permasalahan individual telah teridentifikasi dan
digunakan untuk penyusun pengajaran.
3. Implementasi Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan
(STML)
Implementasi pembelajaran dengan menggunakkan pendekatan Sains Teknologi
Gambar 2.1 Implementasi Pembelajaran Menggunakan Pendekatan STML
(Rosario, 2009)
Gambar 2.1 menjelaskan urutan implementasi pendekatan STML dalam
pembelajaran sains. Pembeajaran dimulai dengan masalah-masalah di lingkungan
sekitar yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, siswa diberikan
masalah dalam bentuk gambar, film, berita dan sebagainya. Pemberian masalah pada
diawal pembelajaran bertujuan adar siswa dapat berpikir serta dapat menganalisis isu-Class started Using Situations-S TSE problems or issues based on the syllabus
and the EE unifiying themes of land air water energy and life forms
STSE situationer was introduced in the form of pictures, film, news items, local incident reports, urgen problem.
Students were encouraged and motivated to ask questions about the situation presented.
Some questions were presented on the board for more nteractions Questions were solicited froms students
Teacher facilitated class discussions of questions.
Options for action Analysis an Evaluation Student present research output
isu tersebut. Selanjutnya, siswa diberi motivasu untuk dapat mengajukan pertanyaan
berdasarkan situasi yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan dalam
papan tulis agar terjadi interaksi. Setelah itu, dilakukan diskusi kelas berdasarkan
pertanyaan yang diajukan dan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusinya.
Di akhir pembelajaran dilakukan analisis dan evaluasi serta pemberian tindakan.
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat. Adapun implementasi pengajaran sains dalam model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat menurut Anna Poedjiadi (2010) terbagi
menjadi ke dalam empat tahap, yaitu tahap invitasi, tahap pembentukkan konsep,
tahap aplikasi konsep dalam kehidupan, dan tahap pemantapan konsep.
Pada tahap pertama (invitasi), siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan
memberikan pertanyaan-pertanyana problematis tentang fenomena yang sering
ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep-konsep yang akan dibahas. Siswa
diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasi pemahamannya tentang
konsep itu.
Pada tahap kedua (pembentukkan konsep), siswa diberi kesempatan untuk
penyelidikan dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,
penginteprestasian data, dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara
berkelompok/individu siswa melakukan kegiatan dan diskusi. Secara keseluruhan,
Gambar 2.2Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(Anna Poedjiadi, 2010)
Tahap ketiga (aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari), saat siswa
memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya serta
siswa dapat mengaplikasikan konsep yang didapatkannya pada tahap 2 dalam
kehidupan.
Pada tahap keempat (pemantapan konsep), guru memberikan penguatan konsep
kepada siswa, kalau-kalau ada miskonsepsi selama kegiatan belajar mengajar
B. Sikap terhadap Sains
1. PengertianSikap terhadap Sains
Terdapat banyak pengertian sikap yang didefinisikan oleh para ahli dalam
berbagai versi. Menurut Edwards (Azwar, 1995 : 5) sikap didefinisikan sebagai
derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan
menurut LaPiere(Azwar, 1995 : 5) sikap didefinisikan sebagai suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sikap dalam displin ilmu oleh Allport (Asep, 2012) didefinisikan
sebagai kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang
mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap
semua objek dan situasi yang terkait. Selain itu Campbel (Asep, 2012) menyatakan
bahwa sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kondisi mental dan
neural yang diperoleh dari pengalaman serta memberikan respon evaluatif yang dapat
berbentuk positif atau negatif.
Dalam pembelajaran, sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan siswa
untuk suka atau tidak suka terhadap komponen-komponen belajar sepeti guru, materi,
tugas dan lain sebagainya. Felker (Yager, 1998) menyatakan bahwa yang
menyebabkan siswa membuat pernyataan positif mengenai diri mereka sendiri
didapat dari sikap positif diri mereka sendiri. Sikap yang dimiliki oleh seseorang akan
mempengaruhi diri mereka sendiri. Dalam pembelajaran, sikap yang dimiliki siswa
diperoleh tidak lepas dari peran serta seorang guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Page (Yager,2010) yang menjelaskan bahwa guru yang mencerminkan keaktifan dan
kepentingan pribadi terhadap kemajuan siswanya dan memperlihatkannya, mungkin
Adapun yang termasuk kedalam sikap menurut Yager (1998) yaitu (a)
mengembangkan sikap positif siswa terhadap sains secara umum; (b)
mengembangkan sikap positif siswa terhadap dirinya sendiri ( misalnya perkataan
“Saya dapat melakukannya”); (c) eksplorasi terhadap emosi manusia; (d) mengembangkan sensitifitas, respon, dan perasaan terhadap orang lain; (e)
mengekspresikan perasaan pribadi dalam membangun dirinya sendiri; (f) membuat
keputusan tentang penilaian pribadi; dan (g) membuat keputusan tentang
masalah-masalah sosial dan masalah-masalah-masalah-masalah dalam masyarakat.
Sikap sering digunakan dalam mendiskusikan masalah-masalah dalam pendidikan
sains dan sering juga digunakan dalam macam-macam konteks. Dua kategori yang
dapat dibedakan adalah “sikap terhadap sains”dan “sikap sains”. Dalam penelitian sikap yang akan diteliti adalah sikap terhadap sains. Sikap terhadap sains lebih
menekankan kepada (a) minat terhadap sains(interest in science); (b) sikap terhadap
ilmuwan(attitude toward scientist); dan (c) sikap terhadap pertanggungjawaban sosial
dalam sains(attitude toward social responsibility in science).
Minat didefinisikan oleh Tidjan (Hariyanto, 2010) sebagai gejala psikologis yang
menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.
Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (Hariyanto, 2010) minat dibagi menjadi
dua definisi yaitu minat sebagai sebab dan minat sebagai akibat. Minat sebagai sebab
adalah kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang,
situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain. Minat sebagai akibat adalah
pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu objek atau
karena berpastisipasi dalam suatu aktifitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat
adalah suatu gejala psikologis yang menujukkan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek, situasi atau aktifitas tertentu dikarenakan ada perasaan senang padanya.
Berdasarkan pengertian minat tersebut, minat terhadap sains dapat didefinisikan
sains, baik dalam segi materi sains yang diberikan, guru sains serta pembelajaran
sains dikarenakan perasaan senang terhadap sains.
Ilmuwan didefinisikan oleh Sutrio Hadi (2010) sebagai orang yang bekerja dan
mendalami dengan tekun dan sungguh-sungguh suatu bidang ilmu pengetahuan.
Ilmuwan mencakup berbagai bidang keilmuwan, misalnya sosiologi, antropologi,
biogi, fisikawan, ahli matematika, ahli filsafat, pustakawan dan lain-lain. Adapun
karakter dan sifat yang harus dimiliki seorang ilmuwan adalah rasa keingintahuannya
yang tinggi, pantang menyerah, jujur, berani, tekun terbuka, optimisdan analitis.
Sikap terhadap ilmuwan merupakan pandangan seseorang mengenai profesi dari
ilmuwan itu sendiri.
Tanggungjawab oleh Ridwan Halim (Rudi, 2012) didefinisikan sebagai suatu
akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun
kewajiban ataupun kekuasaan. Lebih lanjut Purbacaraka (Rudi, 2012) berpendapat
bahwa tanggungjawab bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam
penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan atau melaksanakan
kewajibannya. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
tanggungjawab merupakan suatu sikap yang harus dilaksanakan karena merupakan
suatu kewajiban. Pada zaman sekarang, kondisi alam di dunia ini sudah banyak
terdapat kerusakan. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya bencana alam yang terjadi.
Salah satu penyebabnya adalah kerusakan alam dikarenakan ulah manusia.
Kurangnya sikap pertanggungjawaban sosial manusia terhadap lingkungan membuat
manusia memperlakukan alam dengan seenaknya. Hal ini diperkuat dengan adanya
undang-undang yang mengaturnya, yaitu UU No. 40/2007. Dalam penelitian ini sikap
pertanggungjawaban sosial yang dimaksud adalah sikap pertanggungjawaban sosial
siswa terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dalam pembelajaran sains.
Bagaimana siswa menyadari bahwa sains mempengaruhi perkembangan teknologi
2. Pengukuran Sikap
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sikap didefinisikan sabagai kondisi mental
dan neural yang diperoleh dari pengalaman serta memberikan respo evaluatif yang
dapat berbentuk positif atau negatif. Hal ini berarti dalam sikap terkandung adanya
prefensi atau rasa suka-tidak suka terhadap suatu objek. Untuk mengukur sikap ini
terdapat berbagai teknik dan metode yang dikembangkan oleh para ahli. Usaha
pengukuran sikap sendiri dipacu oleh sebuah artikel yang ditulis oleh Louis Thurtone
pada tahun 1928 yang berjudul Attitudes Can Be Measured. Hingga saat ini sudah
terdapat sekitar limaratus macam metode untuk mengukur sikap menurut Fishbein
&Ajzen (Azwar, 1988).
Berikut merupakan uraian mengenai beberapa metode yang digunakan untuk
mengukur sikap, diantaranya :
a) Observasi Perilaku
Sikap dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku yang tampak, misalnya
seseorang tidak pernah mau diajak nonton film Indonesia, berdasarkan
sikap orang tersebut dapat kita simpulkan bahwa orang tersebut tidak
menyukai film Indonesia. Hasil kesimpulan kita inilah yang merupakan
metode mengukur sikap seseorang dengan observasi perilaku. Menurut
Azwar (1988), untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita
dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu
indikator sikap individu. Tetapi menurut Azwar juga, tenyata perilaku
merupakan indikator yang baik bagi sikap hanya apabila sikap berada
dalam situasi dankondisi yang memungkinkan. Sebagai contoh, seorang
pria sering terlihat di bioskop untuk menonton film India. Kita dapat
pria tersebut tidak menyukai film India, ia sering terlihat di bioskop hanya
karena menemani pacarnya yang senang menonton film India.
b) Penanyaan Langsung
Metode selanjutnya untuk mengukur sikap seseorang adalah metode
penanyaan langsung. Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung
menurut Azwar (1988) adalah bahwa individu merupakan orang yang
paling tahu mengenai dirinya sendiri, serta asumsi kedua adalah manusia
akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Lebih lanjut,
berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap asumsi-asumsi tersebut
didapatkan hasil orang akan mengemukakan pendapatdan jawaban yang
sebenarnya secara terbuka hanya apabila dalam situasi dan kondisi yang
memungkinkan tanpa rasa takut terhadap konsekuensi langsung atau tidak
langsung yang dapat terjadi (Edwards, 1957).
c) Pengungkapan Langsung
Metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct
assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan
item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda (Ajzen, 1988)
dalam Azwar (1995). Sebagai contoh metode pengungkapan langsung
menggunakan item tunggal adalah sebagai berikut :
BELAJAR FISIKA SEMINGGU TIGA KALI
Suka : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : Benci
Dari jawaban individu yang berupa tanda silang pada garis kontinum kita
dapat mengetahui berdasarkan posisinya mengenai tingkat kesukaan orang
tersebut terhadap pernyataan yang diberikan. Namun, kekurangan dengan
menggunakan item tunggal adalah reliabilitas pernyataan tersebut.
Semakin sedikit suatu pernyataan maka tingkat keeroranya semakin
tinggi. Oleh karena itu, untuk mempertinggi reliabilitasnya untuk metode
BELAJAR FISIKA SEMINGGU TIGA KALI
Suka : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : Benci
menyenangkan : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : menyusahkan
merugikan : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : menguntungkan
buruk : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : baik
d) Skala sikap
Metode pengungkapkan sikap dalam bentuk Self-Report hingga kini yang
sering digunakan dalam mengukur sikap karena menggunakan daftar
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut
skala sikap. Menurut (Pangabean,1996 : 58) skala sikap adalah suatu
teknik mengenali informasi yang berusaha mengukur sikap atau keyakinan
individu. Adapun menurut Munaf (2001 : 77) skala sikap yang umum
dalam mengukur sikap adalah skala Trustone (berbentuk cek list), sematik
differensial,daftar cek kata sifat, dan skala Likert (berbentuk rating scale).
e) Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung (convert measures) ini pada dasarnya
berorientasi kembali pada metode observasi perilaku. Menurut
Rahayuningsih (2008) dalam Asep (2012) menjelaskan bahwa pengukuran
tersebulung merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi
fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang
bersangkutan/responden. Berdasarkan penyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengukuran terselubung adalah pengukuran sikap
dengan cara observasi tanpa disadari dengan melihat respon yang
diberikan responden dari gerakkan tubuh, kontraksi otot-otot diwajah atau
reaksi-reaksi fisiologis lainnya yang dilakukan oleh responden untuk
menggambarkan perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu.
Kreativitas menurut Hodson dan Ried (Yager, 1998) didefinisikan sebagai bagian
dari sains dan proses sains yang digunakan dalam membangkitkan masalah,
berhipotesis dan pengambilan tindakan dari pengembangan rencana. Kemudian
menurut Torrance (Yager, 1998) ,kreativitas didefinisikan sebagai proses menjadi
lebih sensitif terhadap masalah, kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan,
elemen yang hilang, ketidakharmonisan, dan sebagainya. Jadi kreativitas merupakan
salah satu bagian dari sains yang digunakan sebagai suatu proses agar seseorang
menjadi lebih sensitif terhadap masalah serta berhipotesis yang kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan tindakan. Orang yang kreatif akan memberikan cara-cara baru
dan unik untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sebelum tindakan kreativitas ini
dilaksanakan, maka terdapat proses berfikir.
Berfikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses
atau jalannya (Sumirah, 2012). Pada dasarnya berfikir merupakan suatu proses untuk
membuat keputusan atau menyelesaikan masalah. Berfikir kreatif merupakan
berfikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif atau
orisinil sesuai dengan keperluan. Menurut Brookfield (1987) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa orang yang kreatif biasanya sering menolak teknik standar
dalam menyelesaikan masalah, mempunyai ketertatikan yang luas dalam masalah
yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, mampu memandang suatu
masaslah dari berbagai perspektif, cenderung menatap dunia secara relatif dan
konstekstual tidak secara universal atau absolut dan biasanya melakukan pendekatan
trial and erordalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif,
berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu
kemajuan.
Pada dasarnya banyak aspek yang mempengaruhi perkembangan berfikir kreatif
siswa yang juga dapat membedakan antara individu satu dengan yang lainnya.
berfikir kreatif meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude.Ciri-ciri aptitude
merupakan ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berfikir siswa. Adapun
yang termasuk kedalam ciri-ciri aptitude, yaitu (a) fluency, adalah kesigapan,
kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan secara cepat. Dalam
kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas; (b)
flexibility, adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara dalam
mengatasi masalah, kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban
atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta
mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang
yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang
baru; (c) originality, adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli;
dan (d) elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk
melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek (respon) disamping gagasan
pokok yang muncul, kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih
berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam berbuat
sesuatu. Yang termasuk kedalam ciri non-aptitude diantaranya (a) rasa ingin tahu; (b)
bersifat imajinatif; (c) merasa tertantang oleh kemajemukan; (d) berani mengambil
risiko, dan (e) sifat menghargai.
Lebih lanjut Munandar (Sumirah, 2012) menerangkan indikator kemampuan
berfikir kreatif dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 2.1Aspek-aspek Kemampuan Berfikir Kreatif Beserta Perilaku yang
Pengertian Perilaku
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada pertanyaan.
jawaban, atau pertanyaan yag
bervariasi
2. Dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang yang
berbeda.
3. Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda-beda.
a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
atau memberikan jawaban yang
lain dari yang sudah biasa dalam
menjawab suatu pernyataan.
2. Mampu membuat kombinasi
yang tidak lazim dari
bagian-a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal-hal yang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
yang baru.
c. Memilih cara berfikir yang lain
bagian atau unsur-unsur.
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkarya
gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna,
dan detail-detail (bagian-bagian)
terhadap gambarnya sendiri atau
gambar orang lain.
D. Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi sering
diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut
Mas’ud Hasan Abdul Dahar (Djamarah, 1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja. Jadi dapat dkatakan bahwa prestasi merupakan suatu
hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu
maupun kelompok.
Belajar diartikan oleh Slameto (1995 : 2) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Ratna Wilis Dahar (1989 : 21) belajar merupakan
perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Secara sederhana dari
dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh
perubahan perilaku yang diakibatkan dari pengalaman.
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar yang dikemukakan di atas maka,
dapat dikatan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu proses
usaha seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku melalui suatu pengalaman.
Adapun pengertian prestasi belajar diperjelas oleh Nurkencana (1986 : 62) yang
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh
anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan
hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu menjadi lebih baik sebagai
hasil dari aktivitas dalam belajar.
Menurut Ratna Wilis Dahar (1989 :21) terdapat lima macam perilaku perubahan
pengalaman, dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar, yaitu
(a) belajar responden, yaitu bentuk belajar yang membuat perubahan perilaku akibat
dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi.
Bentuk belajar ini menolong guru untuk memahami bagaimana para siswa untuk
menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau suatu bidang studi; (b) belajar
kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dan yang lainnya pada
satu waktu, danhal ini sering kita alamai. Belajar seperti ini dapat diterapkan guru
melalui cara “drill” dan belajar stereotip-stereotip; (c) belajar operant. Yaitu belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan
diulangi atau tidak dan berapa besar pengulangan itu; (d) belajar observasional, yaitu
pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian; (e) belajar
kognitif, yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam kepala kita,
bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait,
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar
adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian
diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif menurut Anderson, L.W dan Karthwohl, D.R. (2001) mencapkup mengingat
(remenber), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyse),
mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).
a) Mengetahui.
Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna,
tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang
lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan
mengingat (Widodo, 2006). Kata operasional mengetahui yaitu mengutip,
menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi,
memasangkan, menandai, menamai.
b) Memahami (understand).
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah
mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun
materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang
cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat
kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi
yang diketahuinya (Widodo, 2006). Kata operasional memahami yaitu
menafsirkan, meringkas,mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,
c) Mengaplikasikan (apply).
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu,
mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak
berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan
mengimplementasikan (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya melaksanakan,
menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun,
memulai, menyelesaikan, mendeteksi.
d) Menganalisis (analyze).
Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar
unsur-unsur tersebut (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya yaitu menguraikan,
membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur,
mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan,
menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor
dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Menurut Slameto
(1995 : 54) faktor intern terdiri dari faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor
kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).
E. Korelasi Prestasi Belajar, Sikap Terhadap Sains dan Kemampuan Berfikir
Kreatif Siswa
Korelasi berasal dari kata “correlation” yang berarti pertalian atau hubungan.
Korelasi dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai hubungan timbal balik
adalah variabel prestasi belajar, sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif
siswa. Korelasi antara pretasi belajar dengan sikap terhadap sains siswa merupakan
hubungan timbal balik atau sebab akibat antara prestasi belajar dengan sikap
terhadap sains. Sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan prestasi di bidang sains. Menurut Papanastasiou dan
Zembylas dalam Ali (2003) mengatakan bahwa “A substantial body of research has
accumulated over the last three decades, concerning the importance of various
attitudes toward science and the relationships between these attitudes and
achievements in science”.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjelaskan hubungan antara pretasi
belajar dengan sikap terhadap sains, prestasi belajar dengan kemampua berfikir
kreatif serta sikap terhadap sains dengan kemampuan berfiir kreatif. Ali (2013)
menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap
sains dengan prestasi belajar. Selain itu,Wilson dalam Ali (2013) menjelaskan bahwa
secara keseluruhan terdapat hubungan yang sangat positif antara sikap terhadap sains
dengan prestasi belajar siswa dan hubungan ini semakin kuat pada tingkat sekolah
menengah dari kelas 7 sampai kelas 11. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan
Parker dan Gerber dalam Ali (2013) yang menjelaskan bahwa sikap terhadap sains
sangat penting bagi prestasi siswa karena sikap dan prestasi mengarahkan siswa pada
pemilihan karir oleh siswa itu sendiri. Berbeda dengan penjelasan tersebut, Nasr
(2011) dalam jurnalnya menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif yang
tidak siginifikan antara sikap terhadap biologi dengan prestasi belajar siswa. Lebih
lanjut Nasr (2011) menjelaskan bahwa hanya dimensi “biology is fun for me”saja
yang memiliki hubungan yang positif dan siginifikan terhadap pretasi belajar siswa.
Hal ini dijelaskan oleh Nasr bahwa seseorang yang membuat kelas biologi nya
Korelasi antara prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif merupakan
hubungan timbal balik atau sebab akibat antara prestasi belajar dengan kemampuan
berfikir kreatif siswa.Anwar et al. (2012) dalam jurnalnya menemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara berfikir kreatif dengan
prestasi belajar siswa, baik untuk setiap aspek kemampuan berfikir kreatif dengan
prestasi belajar maupun kemampuan berfiir kreatif secara keseluruhan dengan
prestasi belajar. Namun, berbeda dengan Olatoye et al (2010) yang menemukan
bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara kreativitas dengan
prestasi belajar. Lebih lanjut Olatoye et al. (2010) menjelaskan bahwa seseorang
yang kreatif belum tentu orang berprestasi di sekolah.
Dalam suatu proses belajar mengajar, ketercapaian tujuan dari suatu proses
belajar mengajar dapat diukur dari domain-domain pembelajaran itu sendiri. Pada
umumnya domain dalam pembelajaran terbagi menjadi tiga bagian yaitu: (1) domain
kognitif; (2) domain afektif; dan (3) domain psikomotor. Namun menurut Yager
(2010) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa domain pembelajaran sejak tahun 1989
terdiri dari lima bagian yaitu (1) domain konsep (penguasaan konsep dasar); (2)
domain proses(keterampilan belajar sains yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan siswa tentang alam); (3) domain sikap (mengembangkan sikap positif
terhadap pembelajarn sains, guru sains dan karir dalam sains atau menjadi ilmuwan);
(4) domain kreativitas (peningkatan kuantitas dan kualitas dari pertanyaan,
pernyataan dan tes siswa agar dapat lebih dipercaya) ; dan (5) domain aplikasi
(penggunaan konsep-konsep sains dan keterampilan proses sains dalam situasi baru).
Lebih lanjut, Yager (2010) dalam jurnalnya menjelaskan hubungan antara ke lima
Gambar 2.3 Ilustrasi Lima Domain Pembelajaran (Yager, 2010)
Berdasarkan Gambar 2.3 dapat kita lihat bahwa inti utama dalam suatu
pembelajaran adalah domain konsep dan proses. Menurut Yager (2010), dalam suatu
pembelajaran secara umum, terfokus kepada konsep dan proses. Konsep digunakan
untuk penekanan sedangkan proses digunakan sebagai keterampilan seorang
ilmuwan dalam mempelajari alam. Setelah domain konsep dan proses ini dapat
terlaksana dengan baik, maka selanjutnya domain kreativitas dan sikap pun dapat
terbentuk dan tahap selanjutnya adalah domain aplikasi. Gambar panah disekitaran
lingkaran tersebut hanya menunjukkan faktor-faktor luar lainnya yang dapat
mempengaruhi ke lima domain pembelajaran ini. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara prestasi belajar dan sikap terhadap sains
serta prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif. Hal ini tidak menutup
kemungkinan juga bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berfikir kreatif
dengan sikap terhadap sains. Jika kita melihat lagi berdasarkan gambar 2.4. domain
kreativitas dan sikap berada pada satu tahap yang sama, ini juga memungkinkan
bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berfikir kreatif dengan sikap terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan
untuk menjawab permasalahan yang muncul. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment).
Menurut Sugiono (2012 : 109) metode penelitian ini belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan, karena dalam melihat penggunaan pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) terhadap sikap terhadap
sains, kemampuan berfikir kreatif dan prestasi belajar terdapat juga pengaruh dari
faktor-faktor luar lainnya.
B. Desain Penelitian
Ketercapaian prestasi belajar siswa dapat diukur dengan membandingkan hasil
nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan setelah
diberi perlakuan (post-test). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam
dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Pola one group
pretest-posttest design ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Desain Penelitian one group pretest-posttest
Pretest Treatment Postest
O1 X O2
Sugiono (2013 : 111)
Keterangan :
X = Perlakuan (treatment), yaitu penerapan pendekatanSains
Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)
O2 = diukur dengan post test setelah diberi treatment
Pengaruh treatment adalah O2 – O1
Sedangkan untuk mengukur sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir
kreatif siswa, data diambil hanya setelah siswa diberi perlakuan. Hal ini
dikarenakan peneliti hanya ingin melihat sikap terhadap sains dan kemampuan
berfikir kreatif siswa setelah diberikan perlakuan serta data yang dikorelasikan
antara prestasi belajar, sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif adalah
data setelah diberika perlakuan.
C. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah salah satu kelas
VIII di SMP Negeri di kota Bandung. Berdasarkan Hasil seleksi ujian masuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Bandung tahun 2012, sekolah tersebut
berada pada cluster pertama di kota Bandung. Selain itu, sekolah ini dijadikan
penelitian karena lokasi sekolah yang berada di jalur yang selalu dilalui baik oleh
kendaraan darat dan udara sehingga dipandang cocok dengan materi yang akan
diberikan, yaitu mengenai kebisingan.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan lingkungan (STML) adalah
suatu pola ajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.
Dalam penelitian ini, pembelajaran dimulai dengan mengajak siswa
melihat secara langsung kondisi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan
siswa sehingga masalah akan muncul sendiri dari siswa. Kemudian siswa
melakukan eksperimen untuk membangun konsep, peran guru hanya
sebagai fasilitator. Setelah itu, siswa menyelesaikan masalah dan
menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal
pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.Dan
pada akhirnya guru meluruskan konsep yang sebelumnya telah dipahami
oleh siswa supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam penelitian ini
keterlaksanaan pendekatan STML diukur menggunakan lembar observasi.
2. Sikap merupakan kondisi mental dan neural yang diperoleh dari
pengalaman serta memberikan respon yang konsisten terhadap objek
sosial. Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan siswa untuk suka
atau tidak suka terhadap komponen-komponen belajar sepeti guru, materi,
tugas dan lain sebagainya. Sikap terdiri dari dua kategori, yaitu “sikap
terhadap sains”dan “sikap sains”. Sikap terhadap sains lebih menekankan kepada “minat terhadap sains”, “sikap terhadap ilmuwan”, atau “sikap
terhadap pertanggungjawaban sosial dalam sains”, sedangkan sikap sains
lebih menekankan kepada “open-minded”, “kejujuran”, atau “tidak mudah percaya”. Dalam penelitian ini ketercapaian domain sikap diukur dengan
menggunakan angket yang diadopsi langsung dari buku The Iowa
Assessment Handbookyang ditulis oleh Enger dan Yager (1998).
3. Kemampuan berfikir kreatif adalah sesuatu yang digunakan agar siswa
dapat dengan mudah merubah cara berfikirnya untuk memecahkan
masalah yang akan terjadi kedepannya. Aspek-aspek kemampuan berfikir
kreatif ini terdiri dari fluency, flexibility, originality dan elaborasi.
Fluency adalah kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan secara cepat. Flexibility, yaitu kemampuan untuk
menggunakan bermacam-macam cara dalam mengatasi masalah,
kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari
berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan
atau cara pemikiran. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan
gagasan unik atau asli.Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal
yang detail. Untuk melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek
(respon) disamping gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam
mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail
dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa,
menggunakan tes tertulis yang diadopsi dari Wallach dan Kogan Test
(1965).
4. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi
merupakan suatu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sedangkan belajar
merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan
perilaku yang diakibatkan dari pengalaman. Jadi prestasi belajar
merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
menjadi lebih baik sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dalam
penelitian ini prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar kognitif.
Belajar kognitif yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi
dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa
disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian. Prestasi
belajar kognitif ini akan diukur dengan menggunakan tes tertulis yang
berbentuk pilihan berganda.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengukur ketercapaiandari tujuan penelitian ini, maka diperlukan
suatu alat evaluasi atau sering disebut dengan instrumen penelitian. Menurut
Arikunto (2010) terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu teknik nontes dan teknik
tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang lebih resmi dibandingkat