• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF,

DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN

LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

DERA KARINA CHAERUNISA

0905743

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

(2)

2013

Korelasi Prestasi Belajar, Kemampuan

Berfikir Kreatif, dan Sikap Terhadap Sains

Siswa SMP Setelah Diterapkan Pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran IPA-Fisika

Oleh

Dera Karina Chaerunisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(3)

Juni 2013

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF,

DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM

PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

Oleh:

Dera Karina Chaerunisa

NIM. 0905743

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd

NIP. 195803011980021002

Pembimbing II,

Agus Danawan, M.Si

NIP. 196302221987031001

Mengetahui,

(4)

Dr. Ida Kaniawati

NIP. 196807031992032001

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(5)

ABSTRAK

KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

Dera Karina Chaerunisa 0905743

Pembimbing I : Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd

Pembimbing II : Agus Danawan, M.Si

Penelitian yang berjudul “Korelasi Prestasi Belajar, Kemampuan

(6)

Kata Kunci : Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan, Prestasi Belajar, Sikap Terhadap Sains, Kemampuan Berfikir Kreatif.

ABSTRACT

KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

Dera Karina Chaerunisa 0905743

Perceptor I : Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd

Perceptor II : Agus Danawan, M.Si

The study, entitled “Korelasi Prestasi Belajar, Kemampuan Berfikir Kreatif dan Sikap Terhadap Sains Siswa SMP Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika” is motivated by the results of preliminary studies showing that declarative learning and dominated by teachers can lead to achievement , attitude toward science and creative thinking ability of students is low. In addition, declarative learning and dominated by teachers also have an

(7)
(8)

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Batasan Masalah ...6

D. Hipotesis Penelitian ...6

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat/Signifikansi Penelitian ...8

G. Struktur Organisasi Skripsi ...8

BAB II PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN (STML), SIKAP TERHADAP SAINS, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN PRESTASI BELAJAR ...11

A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan (STML) ...11

B. Sikap Terhadap Sains ...17

(9)

D. Prestasi Belajar ... 26

E. Lima Domain Pembelajaran ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ...33

A. Metode Penelitian ...33

B. Desain Penelitian ...33

C. Populasi dan Sample Penelitian ...34

D. Definisi Operasional...34

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ...47

G. Prosedur Penelitian...49

H. Hipotesis Statistik ...52

I. Teknik Pengumpulan Data ...52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...68

A. Pelaksanaan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) ...68

B. Prestasi Belajar ...69

C. Sikap Terhadap Sains ...71

D. Kemampuan Berfikir Kreatif ... 74

E. Korelasi antara Prestasi Belajar dengan Sikap Terhadap Sains ... 76

F. Korelasi antara Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kreatif ... 80

G. Korelasi antara Sikap Siswa tentang Sains dengan Kemampuan Berfikir Kreatif ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...85

A. Kesimpulan ...85

B. Saran ...86

(10)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...91

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, sehingga tidak heran

untuk kedepannya dibutuhkan orang-orang yang berkompeten dalam menciptakan

teknologi-teknologi baru yang dapat memudahkan manusia dalam mengerjakan

segala sesuatu Zen (1982) menyebutkan bahwa “sains dan teknologi saling

membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak berbuah,

sedangkan teknologi tanpa sains bagaikan pohon tidak berakar”. Lebih lanjut

dalam Peraturan Menteri no. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa

”pada tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu

yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah

secara bijaksana”.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berhubugan erat dengan

fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar

(Depdiknas, 2006). Berdasarkan pernyataan tersebut, seyogyanya dibutuhkan

suatu kompetensi yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar

secara mendalam. Kompetensi tersebut menurut Program for International

Student Assessment (PISA) dalam Hakim (2012) disebut dengan literasi sains.

Menurut Natial Research Council Literasi sains sering didefinisikan

(12)

kehidupan sehari-hari (Yager, 2010).Didalam literasi sains terdapat banyak

keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mampu untuk

memecahkan masalah dengan kreatif, berfikir kritis, bekerja sama dalam tim, dan

menggunakan teknologi secara efektif.

Berdasarkan pernyataan tersebut seyogyanya pembelajaran sains dapat

memberikan wawasan yang lebih luas kepada siswa mengenai teknologi serta

dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan masyarakat

disekitarnya. Namun pada kenyataannya, pembelajaran sains lebih banyak

berlangsung secara deklaratifdan didominasi oleh guru.Hal ini tidak sesuai dengan

hakekat pembelajaran sains yang menyatakan bahwa pembelajaran itu terdiri dari

sikap, proses dan produk. Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah

satu SMP Negeri di kota Bandung didapatkan :

1. Berdasarkan data nilai ulangan fisika terdapat 23 siswa dari 40 siswa yang

masih dibawah nilai kriteria ketuntasan minimal, serta 19 siswa dari 40 siswa

yang memiliki nilai dibawah rata-rata kelas.

2. Dari data hasil wawancara terdapat 19,44% siswa yang mengatakan bahwa

pembelajaran fisika membosankan, 50% siswa mengakatakan pembelajaran

fisika biasa saja, serta 30,55% siswa yang mengatakan bahwa menjadi

seorang ilmuwan itu tidak menyenangkan. Setelah dilaksanakan wawancara

lebih lanjut didapatkan bahwa siswa menganggap ilmuwan itu tidak

menyenangkan dikarenakan pekerjaan seorang ilmuwan selalu berhubungan

dengan teori-teori sains yang cukup memusingkan.

Selain itu, dalam penelitian Hidayat (2012) menyebutkan bahwa proses

pembelajaran fisika di salah satu SMP di kota Bandung masih didominasi oleh

guru dan lebih menekankan proses transfer pengetahuan. Hal ini mengakibatkan

kemampuan berfikir kreatif siswa menjadi rendah.Lebih lanjut, dalam penelitian

Mulyani (2008) menyebutkan bahwa minat belajar siswa rendah dikarenakan

(13)

berpusat pada materi tanpa memperhatikan esensi materi tersebut. Minat belajar

siswa yang rendah ini juga diduga mengakibatkan sikap terhadap sains siswa juga

rendah.

Mengacu pada pernyataan diatas, diduga pembelajaran secara deklaratif

dan didominasi oleh guru mengakibatkan siswa menganggap pembelajaran sains

khususnya pembelajaran fisika hanya berupa kumpulan-kumpulan rumus saja

tanpa ada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika, ternyata penyebab dari

permasalahan tersebut adalah kurang tepatnya metode pembelajaran digunakan.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut adalah metode ceramah.

Hal ini dilakukan karena menurut guru tersebut metode ceramah adalah metode

yang tercepat dalam mengajarkan konsep kepada siswa. Selain itu, guru tersebut

juga menyebutkan bahwa mengajar di kelas yang terlalu banyak dan berbeda

tingkat membuat guru tersebut merasa kesulitan dalam mengelaborasi lebih lanjut

mengenai metode pembelajaran yang akan digunakan. Pembelajaran yang

berlangsung secara deklaratifdan didominasi oleh guru ini juga memungkinkan

kemampuan berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan

kurang dikembangkan serta sikap siswa terhadap sains juga selalu dikaitkan

dengan rumus dan hitungan tanpa ada penerapannya.

Untuk mengatasi masalah diatas, maka diperlukan suatu langkah agar

sains tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang rumit dan sulit untuk

dipahami. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara

menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)

dalam pembelajaran sains. Pendekatan STML ini dianggap cocok karena belajar

sains diawali dengan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya,

sehingga diharapkan dengan belajar sains siswa dapat lebih menghargai

lingkungan serta dapat merapkannya dalam kehidupan bermasyarakat seiring

(14)

Pemilihan pendekatan STML didasarkan oleh beberapa alasan yaitu

(1)Pendekatan STML dipandang cocok dengan Peraturan Menteri no. 22 tahun

2006 yang menyatakan bahwa, IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya

melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana;

(2) Yager (2010) mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

pendekatanScience technology and society (STS) dapat meningkatkan lima

domain pembelajaran siswa salah satunya adalah sikap dan kreativitas; (3)Rosario

(2009) pendekatan STM tidak menutup kemungkinan untuk ditambahkan unsur

Lingkungan (L) dalam konteksnya agar perkembangan dari ilmu pengetahuan dan

teknologi dapat memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan.

Selain itu,Yager (2010) mengatakan bahwa terdapat lima domain

pembelajaran pada tahun 1989 yang terdiri dari domain konsep, proses, sikap,

kreativitas dan aplikasi. Kelima domain ini digambarkan oleh Yager saling

berkaitan, namun kaitan tersebut tidak dijelaskan secara lebih rinci lagi. Oleh

karena itu, dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Korelasi Prestasi Belajar,

Kemampuan Berfikir Kreatif, dan Sikap Terhadap Sains Siswa SMP Setelah

Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakatdan Lingkungan dalam

Pembelajaran IPA-Fisika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut: “Bagaimanakah prestasi belajar, sikap terhadap sains dan

(15)

Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA -

fisika?”

Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas

dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah

diterapkanpendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan

(STML) dalam pembelajaran IPA - fisika?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap sains setalah diterapakan pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam

pembelajaran IPA - fisika?

3. Bagaimana kemampuan berfikir kreatif siswa setalah diterapkan

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam

pembelajaran IPA - fisika?

4. Bagaimana korelasi prestasi belajar dengan sikap terhadap sains siswa

setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA – fisika?

5. Bagaimana korelasi prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif

siswa setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA – fisika?

6. Bagaimana korelasi sikap terhadap sains dengan kemampuan berfikir

kreatif siswa setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

dan Lingkungan (STML) dalam pembelajaran IPA – fisika?

Adapun identifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian

ini yaitu :

1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML),yaitu

suatu pola ajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.

2. Sikap terhadap sains, yaitu kondisi mental dan neural yang diperoleh dari

(16)

3. Kemampuan berfikir kreatif, yaitusuatu proses untuk membuat keputusan

atau menyelesaikan masalah dengan sesuatu yang kreatif atau orisinil

sesuai dengan keperluan.

4. Prestasi belajar, yaitu hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu menjadi lebih baik sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah untuk penelitian ini adalah:

1. Sikap terhadap sains (attitude toward science) dalam penelitian ini dibatasi

dalam komponen minat terhadap sains (interest in science), sikap terhadap

ilmuwan (attitude toward scientist), dan sikap terhadap

pertanggungjawaban sosial dalam sains (attitude toward social

resposibility in science).

2. Berfikir kreatif dalam penelitian ini dibatasi dalam aspek fluency,

flexibility, originality dan elaboration.

3. Prestasi belajar merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Pada

penelitian ini ranah kognitif dibatasi dalam2 aspek ranah kognitif yaitu

pada aspek memahami (C2) dan menerapkan (C3).

D. Hipotesis Penelitian

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara prestasi

belajar dengan sikap terhadap sains siswa, salah satunya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ali (2013) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif

yang signifikan antara sikap terhadap sains dengan prestasi belajar. Selain itu,

Yager (2010) juga menggambarkan bahwa antara domain konsep dalam hal ini

prestasi belajar dengan domain sikap itu terdapat hubungan dengan domain

konsep yang menjadi intinya. Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menjawab

(17)

adanya korelasi positif yang signifkan antara prestasi belajar siswa dengan sikap

siswa terhadap sains.

Selain uraian mengenai korelasi antara sikap terhadap sains dengan prestasi

belajar, beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi belajar siswa. Salah satu yang

menemukannya adalah Anwar et al. (2012) yang menemukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan secara statistik antara berfikir kreatif dengan prestasi

belajar siswa, baik untuk setiap aspek kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi

belajar maupun kemampuan berfiir kreatif secara keseluruhan dengan prestasi

belajar. Lebih lanjut, Yager (2010) menggambarkan bahwa adanya hubungan

antara domain konsep (prestasi belajar) dengan domain kreativitas dengan

domain konsep berperan sebagai inti. Kreativitas akan terbentuk dalam suatu

proses pembelajaran jika domain konsep siswa sudah terbentuk dengan baik juga.

Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menjawab pertanyaan penelitian pada

point 5, hipotesis penelitian yang diajukan adalahadanya korelasi positif yang

signifikan antara prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif siswa.

Yager (2010) dalam jurnalnya menggambarkan juga hubungan antara domain

sikap dan juga kreativitas. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa untuk

domain kreativitas dan domain sikap berada pada tinggkatan domain yang sama.

Dari pernyataan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat korelasi

antara sikap terhadap sains dengan kemampuan berfikir kreatif siswa. Oleh

karena itu, hipotesis penelitian yang diajukan untuk menjawab sementara

pertanyaan penelitian pada point 6 adalah adanya korelasi positif yang signifikan

antara sikap terhadap sains dengan kemampuan berfikir kreatif siswa.

Adapun penjelasan mengenai gambar korelasi antara domain konsep, proses,

sikap, kreativitas dan aplikasi dijelaskan lebih lanjut dalam bab II.

(18)

Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah digunakan

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam

pembelajaran fisika.

2. Mengetahuisikap siswa terhadap sains siswa setelah digunkan pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam

pembelajaran fisika.

3. Mengetahui kemampuan berfikir kreatif siswa setelah digunakan

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dalam

pembelajaran fisika.

4. Mengetahui korelasi antara sikap terhadap sains dengan prestasi belajar

yang diraih siswa.

5. Mengetahui korelasi antara kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi

belajar yang diraih oleh siswa.

6. Mengetahui korelasi antara sikap terhadap sains dengan kemampuan

berfikir kreatif siswa.

F. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam meningkatkan sikap

terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif siswa.

2. Diharapkan penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam

pengembangan metode pembelajaran sains.

3. Diharapkan penelitian ini akan menimbulkan rasa kepedulian siswa

terhadap lingkungan dan masyarakat seiring dengan berkembangnya

teknologi.

4. Diharapkan dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar fisika

(19)

Struktur organisasi skripsi merupakan rincian tentang urutan penulisan dari

setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Adapun struktur organisasi skripsi pada

penelitian ini yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah

D. Hipotesis Penelitian

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat/Signifikansi Penelitian

G. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYRAKAT DAN

LINGKUNGAN, SIKAP TERHADAP SAINS, KEMAMPUAN BERFIKIR

KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR.

A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)

B. Sikap Terhadap Sains

C. Kemampuan Berfikir Kreatif

D. Prestasi Belajar

E. Lima Domain Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

B. Desain Penelitian

C. Populasi dan Sample Penelitian

D. Definisi Operasional

E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

(20)

H. Hipotesis Statistik

I. Teknik Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Prestasi Belajar

B. Sikap Terhadap Sains

C. Kemampuan Berfikir Kreatif

D. Korelasi Antara Prestasi Belajar dengan Sikap Terhadap Sains

E. Korelasi Antara Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kreatif

F. Korelasi Antara Sikap Terhadap Sains dengan Kemampuan Berfikir Kreatif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(21)

BAB II

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT LINGKUNGAN

(STML), SIKAP TERHADAP SAINS , KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF

DAN PRESTASI BELAJAR

A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)

1. Pengertian Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan

(STML)

Dalam menyampaikan suatu materi secara baik maka dibutuhkan suatu

pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan oleh Sanjaya (2009 : 295) diartikan

sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan

yang diharapkan adalah pendekatan yang mampu membuat siswa aktif selama proses

belajar dan mengajar berlangsung. Salah satunya adalah pendekatan Sains Teknologi

Masyarakat dan Lingkungan (STML).

Sains Teknologi Masyarakat merupakan kecenderungan baru di dalam pendidikan

Sains. Sains Teknologi Masyarakat mula-mula timbul di Inggris dan Amerika Serikat

yang kini meluas keberbagai negara termasuk Indonesia. Definisi Sains Teknologi

Masyarakat atau “Science-Teknology-Society” menurut Nasional Science Teachers Associations (NSTA) adalah pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks

pengalaman manusia (Yager, 2010). Sains Teknologi Masyarakat juga dapat diartikan

pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan isu- isu sosial dan teknologi yang

ada di lingkungan siswa sebagai pemicu dalam pembelajaran suatu konsep.

Penambahan unsur lingkungan dalam pendekatan ini didasarkan karena tidak

menuntup kemungkinan bahwa sains dan teknologi juga akan mempengaruhi

(22)

menutup kemungkinan untuk ditambahkan unsur Lingkungan (L) dalam konteksnya

agar perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan dampak

yang positif terhadap lingkungan. Hal ini didukung oleh peneltian-penelitian yang

dilakukan dengan menambahkan unsur lingkungan dalam pendekatan Sains teknologi

Masyarakat. Rosario (2009) mengatakan bahwa pendekatan STM dengan sebuah

unsur L memiliki unsur-unsur penting yang diidentifikasi sebagai berikut, (a)

rekonstruksi sosial kritis (critical social reconstruction); (b) pengambilan keputusan

(decision making); dan (c) tindakan dan keberlanjutan (action and sustainability).

Rekonstruksi kritis menuntut siswa untuk memahami dampak ilmu pengetahuan

dan teknologi yang merupakan produk dari kecerdikan manusia yang memberikan

efek positif dan negatif. Dengan kata lain, pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

dan Lingkungan adalah suatu pola pembelajaran yang menyangkut pengalaman

manusia,isu-isu sosial, teknologi dan masyarakat serta dampaknya terhadap

lingkungan, sehingga pembelajaran menjadi lebih nyata. Melalui pendekatan STML

ini, siswa dibawa secara langsung untuk mempelajari objek yang akan dipelajari.

Selain itu, dengan menggunakan pendekatan STML ini siswa dapat merasakan secara

nyata masalah-masalah yang terjadi di lingkungan dan masyarakat sekitar, serta dapat

memecahkan masalah-masalah tersebut melalui suatu proses pembelajaran sehingga

membuat pembelajaran lebih bermakna. Lebih lanjut Rosario (2009) mengatakan

bahwa aspek penting dari pendekatan STML adalah kegiatan yang dapat berasal dari

masyarakat setempat untuk membuat pembelajaran lebih relevan.

Yager (2010)mengatakan bahwa tujuan pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat adalah sebagai berikut: (a) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membandingkan dan mengkontraskan sains dan teknologi serta menghargai

bagaimana sains dan teknologi memberikan kontribusi pada pengetahuan dan

pengaruh baru; (b) memberikan contoh-contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai

(23)

dibawa masyarakat, pertambahan ekonomi, dan proses-proses politik; (c)

memberikan/menawarkan pandangan global pada hubungan sains dan teknologi pada

masyarakat, menunjukkan dampaknya pada pengembangan bangsa dan ekologi bumi.

2. Karakterisktik Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan

(STML)

Hakan Akcay dan Robert E. Yager (2010) mengatakan bahwa pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat ini mencakup sebelas fitur dasar yang penting, yaitu (a) siswa

mengidentifikasi masalah dari lingkungan sekitar dan dampak bagi lingkungannya;

(b) penggunaan sumber daya lokal (manusia dan materi) untuk menemukan informasi

yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah; (c) keterlibatan aktif siswa dalam

mencari informasi yang dapat diterapkan untuk menyelasaikan masalah dalam

kehidupan nyata; (d) tambahan waktu belajar di luar kelas, di kelas atau disekolah; (e)

fokus atas dampak dari sains dan teknologi pada setiap siswa; (f) pandangan bahwa

konten sains bukanlah sesuatu yang ada begitu saja untuk siswa; (g) tekanan pada

keterampilan proses setiap waktu hanya karena mereka menunjukkan kemampuan

istimewa melalui praktikum ilmiah; (h) suatu tekanan pada kesadaran berkarir

terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi; (i) peluang bagi siswa

untuk menunjukkan peran dalam bermasyarakat sehingga mereka berusaha untuk

memecahkan masalah; (j) identifikasi adalah jalan dimana sains dan teknologi

berpotensi memberikan pengaruh yang besar bagi masa depan; (k) beberapa otonomi

dalam proses pembelajaran sebagai permasalahan individual telah teridentifikasi dan

digunakan untuk penyusun pengajaran.

3. Implementasi Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan

(STML)

Implementasi pembelajaran dengan menggunakkan pendekatan Sains Teknologi

(24)

Gambar 2.1 Implementasi Pembelajaran Menggunakan Pendekatan STML

(Rosario, 2009)

Gambar 2.1 menjelaskan urutan implementasi pendekatan STML dalam

pembelajaran sains. Pembeajaran dimulai dengan masalah-masalah di lingkungan

sekitar yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, siswa diberikan

masalah dalam bentuk gambar, film, berita dan sebagainya. Pemberian masalah pada

diawal pembelajaran bertujuan adar siswa dapat berpikir serta dapat menganalisis isu-Class started Using Situations-S TSE problems or issues based on the syllabus

and the EE unifiying themes of land air water energy and life forms

STSE situationer was introduced in the form of pictures, film, news items, local incident reports, urgen problem.

Students were encouraged and motivated to ask questions about the situation presented.

Some questions were presented on the board for more nteractions Questions were solicited froms students

Teacher facilitated class discussions of questions.

Options for action Analysis an Evaluation Student present research output

(25)

isu tersebut. Selanjutnya, siswa diberi motivasu untuk dapat mengajukan pertanyaan

berdasarkan situasi yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan dalam

papan tulis agar terjadi interaksi. Setelah itu, dilakukan diskusi kelas berdasarkan

pertanyaan yang diajukan dan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusinya.

Di akhir pembelajaran dilakukan analisis dan evaluasi serta pemberian tindakan.

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat. Adapun implementasi pengajaran sains dalam model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat menurut Anna Poedjiadi (2010) terbagi

menjadi ke dalam empat tahap, yaitu tahap invitasi, tahap pembentukkan konsep,

tahap aplikasi konsep dalam kehidupan, dan tahap pemantapan konsep.

Pada tahap pertama (invitasi), siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan

awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan

memberikan pertanyaan-pertanyana problematis tentang fenomena yang sering

ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep-konsep yang akan dibahas. Siswa

diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasi pemahamannya tentang

konsep itu.

Pada tahap kedua (pembentukkan konsep), siswa diberi kesempatan untuk

penyelidikan dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,

penginteprestasian data, dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara

berkelompok/individu siswa melakukan kegiatan dan diskusi. Secara keseluruhan,

(26)

Gambar 2.2Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

(Anna Poedjiadi, 2010)

Tahap ketiga (aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari), saat siswa

memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya serta

siswa dapat mengaplikasikan konsep yang didapatkannya pada tahap 2 dalam

kehidupan.

Pada tahap keempat (pemantapan konsep), guru memberikan penguatan konsep

kepada siswa, kalau-kalau ada miskonsepsi selama kegiatan belajar mengajar

(27)

B. Sikap terhadap Sains

1. PengertianSikap terhadap Sains

Terdapat banyak pengertian sikap yang didefinisikan oleh para ahli dalam

berbagai versi. Menurut Edwards (Azwar, 1995 : 5) sikap didefinisikan sebagai

derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan

menurut LaPiere(Azwar, 1995 : 5) sikap didefinisikan sebagai suatu pola perilaku,

tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi

sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Sikap dalam displin ilmu oleh Allport (Asep, 2012) didefinisikan

sebagai kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang

mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap

semua objek dan situasi yang terkait. Selain itu Campbel (Asep, 2012) menyatakan

bahwa sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kondisi mental dan

neural yang diperoleh dari pengalaman serta memberikan respon evaluatif yang dapat

berbentuk positif atau negatif.

Dalam pembelajaran, sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan siswa

untuk suka atau tidak suka terhadap komponen-komponen belajar sepeti guru, materi,

tugas dan lain sebagainya. Felker (Yager, 1998) menyatakan bahwa yang

menyebabkan siswa membuat pernyataan positif mengenai diri mereka sendiri

didapat dari sikap positif diri mereka sendiri. Sikap yang dimiliki oleh seseorang akan

mempengaruhi diri mereka sendiri. Dalam pembelajaran, sikap yang dimiliki siswa

diperoleh tidak lepas dari peran serta seorang guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Page (Yager,2010) yang menjelaskan bahwa guru yang mencerminkan keaktifan dan

kepentingan pribadi terhadap kemajuan siswanya dan memperlihatkannya, mungkin

(28)

Adapun yang termasuk kedalam sikap menurut Yager (1998) yaitu (a)

mengembangkan sikap positif siswa terhadap sains secara umum; (b)

mengembangkan sikap positif siswa terhadap dirinya sendiri ( misalnya perkataan

“Saya dapat melakukannya”); (c) eksplorasi terhadap emosi manusia; (d) mengembangkan sensitifitas, respon, dan perasaan terhadap orang lain; (e)

mengekspresikan perasaan pribadi dalam membangun dirinya sendiri; (f) membuat

keputusan tentang penilaian pribadi; dan (g) membuat keputusan tentang

masalah-masalah sosial dan masalah-masalah-masalah-masalah dalam masyarakat.

Sikap sering digunakan dalam mendiskusikan masalah-masalah dalam pendidikan

sains dan sering juga digunakan dalam macam-macam konteks. Dua kategori yang

dapat dibedakan adalah “sikap terhadap sains”dan “sikap sains”. Dalam penelitian sikap yang akan diteliti adalah sikap terhadap sains. Sikap terhadap sains lebih

menekankan kepada (a) minat terhadap sains(interest in science); (b) sikap terhadap

ilmuwan(attitude toward scientist); dan (c) sikap terhadap pertanggungjawaban sosial

dalam sains(attitude toward social responsibility in science).

Minat didefinisikan oleh Tidjan (Hariyanto, 2010) sebagai gejala psikologis yang

menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.

Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (Hariyanto, 2010) minat dibagi menjadi

dua definisi yaitu minat sebagai sebab dan minat sebagai akibat. Minat sebagai sebab

adalah kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang,

situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain. Minat sebagai akibat adalah

pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu objek atau

karena berpastisipasi dalam suatu aktifitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat

adalah suatu gejala psikologis yang menujukkan pemusatan perhatian terhadap suatu

objek, situasi atau aktifitas tertentu dikarenakan ada perasaan senang padanya.

Berdasarkan pengertian minat tersebut, minat terhadap sains dapat didefinisikan

(29)

sains, baik dalam segi materi sains yang diberikan, guru sains serta pembelajaran

sains dikarenakan perasaan senang terhadap sains.

Ilmuwan didefinisikan oleh Sutrio Hadi (2010) sebagai orang yang bekerja dan

mendalami dengan tekun dan sungguh-sungguh suatu bidang ilmu pengetahuan.

Ilmuwan mencakup berbagai bidang keilmuwan, misalnya sosiologi, antropologi,

biogi, fisikawan, ahli matematika, ahli filsafat, pustakawan dan lain-lain. Adapun

karakter dan sifat yang harus dimiliki seorang ilmuwan adalah rasa keingintahuannya

yang tinggi, pantang menyerah, jujur, berani, tekun terbuka, optimisdan analitis.

Sikap terhadap ilmuwan merupakan pandangan seseorang mengenai profesi dari

ilmuwan itu sendiri.

Tanggungjawab oleh Ridwan Halim (Rudi, 2012) didefinisikan sebagai suatu

akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun

kewajiban ataupun kekuasaan. Lebih lanjut Purbacaraka (Rudi, 2012) berpendapat

bahwa tanggungjawab bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam

penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan atau melaksanakan

kewajibannya. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa

tanggungjawab merupakan suatu sikap yang harus dilaksanakan karena merupakan

suatu kewajiban. Pada zaman sekarang, kondisi alam di dunia ini sudah banyak

terdapat kerusakan. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya bencana alam yang terjadi.

Salah satu penyebabnya adalah kerusakan alam dikarenakan ulah manusia.

Kurangnya sikap pertanggungjawaban sosial manusia terhadap lingkungan membuat

manusia memperlakukan alam dengan seenaknya. Hal ini diperkuat dengan adanya

undang-undang yang mengaturnya, yaitu UU No. 40/2007. Dalam penelitian ini sikap

pertanggungjawaban sosial yang dimaksud adalah sikap pertanggungjawaban sosial

siswa terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dalam pembelajaran sains.

Bagaimana siswa menyadari bahwa sains mempengaruhi perkembangan teknologi

(30)

2. Pengukuran Sikap

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sikap didefinisikan sabagai kondisi mental

dan neural yang diperoleh dari pengalaman serta memberikan respo evaluatif yang

dapat berbentuk positif atau negatif. Hal ini berarti dalam sikap terkandung adanya

prefensi atau rasa suka-tidak suka terhadap suatu objek. Untuk mengukur sikap ini

terdapat berbagai teknik dan metode yang dikembangkan oleh para ahli. Usaha

pengukuran sikap sendiri dipacu oleh sebuah artikel yang ditulis oleh Louis Thurtone

pada tahun 1928 yang berjudul Attitudes Can Be Measured. Hingga saat ini sudah

terdapat sekitar limaratus macam metode untuk mengukur sikap menurut Fishbein

&Ajzen (Azwar, 1988).

Berikut merupakan uraian mengenai beberapa metode yang digunakan untuk

mengukur sikap, diantaranya :

a) Observasi Perilaku

Sikap dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku yang tampak, misalnya

seseorang tidak pernah mau diajak nonton film Indonesia, berdasarkan

sikap orang tersebut dapat kita simpulkan bahwa orang tersebut tidak

menyukai film Indonesia. Hasil kesimpulan kita inilah yang merupakan

metode mengukur sikap seseorang dengan observasi perilaku. Menurut

Azwar (1988), untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita

dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu

indikator sikap individu. Tetapi menurut Azwar juga, tenyata perilaku

merupakan indikator yang baik bagi sikap hanya apabila sikap berada

dalam situasi dankondisi yang memungkinkan. Sebagai contoh, seorang

pria sering terlihat di bioskop untuk menonton film India. Kita dapat

(31)

pria tersebut tidak menyukai film India, ia sering terlihat di bioskop hanya

karena menemani pacarnya yang senang menonton film India.

b) Penanyaan Langsung

Metode selanjutnya untuk mengukur sikap seseorang adalah metode

penanyaan langsung. Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung

menurut Azwar (1988) adalah bahwa individu merupakan orang yang

paling tahu mengenai dirinya sendiri, serta asumsi kedua adalah manusia

akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Lebih lanjut,

berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap asumsi-asumsi tersebut

didapatkan hasil orang akan mengemukakan pendapatdan jawaban yang

sebenarnya secara terbuka hanya apabila dalam situasi dan kondisi yang

memungkinkan tanpa rasa takut terhadap konsekuensi langsung atau tidak

langsung yang dapat terjadi (Edwards, 1957).

c) Pengungkapan Langsung

Metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct

assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan

item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda (Ajzen, 1988)

dalam Azwar (1995). Sebagai contoh metode pengungkapan langsung

menggunakan item tunggal adalah sebagai berikut :

BELAJAR FISIKA SEMINGGU TIGA KALI

Suka : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : Benci

Dari jawaban individu yang berupa tanda silang pada garis kontinum kita

dapat mengetahui berdasarkan posisinya mengenai tingkat kesukaan orang

tersebut terhadap pernyataan yang diberikan. Namun, kekurangan dengan

menggunakan item tunggal adalah reliabilitas pernyataan tersebut.

Semakin sedikit suatu pernyataan maka tingkat keeroranya semakin

tinggi. Oleh karena itu, untuk mempertinggi reliabilitasnya untuk metode

(32)

BELAJAR FISIKA SEMINGGU TIGA KALI

Suka : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : Benci

menyenangkan : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : menyusahkan

merugikan : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : menguntungkan

buruk : ...;...;...;...;...;...;...;...;...;... : baik

d) Skala sikap

Metode pengungkapkan sikap dalam bentuk Self-Report hingga kini yang

sering digunakan dalam mengukur sikap karena menggunakan daftar

pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut

skala sikap. Menurut (Pangabean,1996 : 58) skala sikap adalah suatu

teknik mengenali informasi yang berusaha mengukur sikap atau keyakinan

individu. Adapun menurut Munaf (2001 : 77) skala sikap yang umum

dalam mengukur sikap adalah skala Trustone (berbentuk cek list), sematik

differensial,daftar cek kata sifat, dan skala Likert (berbentuk rating scale).

e) Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselubung (convert measures) ini pada dasarnya

berorientasi kembali pada metode observasi perilaku. Menurut

Rahayuningsih (2008) dalam Asep (2012) menjelaskan bahwa pengukuran

tersebulung merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi

fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang

bersangkutan/responden. Berdasarkan penyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengukuran terselubung adalah pengukuran sikap

dengan cara observasi tanpa disadari dengan melihat respon yang

diberikan responden dari gerakkan tubuh, kontraksi otot-otot diwajah atau

reaksi-reaksi fisiologis lainnya yang dilakukan oleh responden untuk

menggambarkan perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu.

(33)

Kreativitas menurut Hodson dan Ried (Yager, 1998) didefinisikan sebagai bagian

dari sains dan proses sains yang digunakan dalam membangkitkan masalah,

berhipotesis dan pengambilan tindakan dari pengembangan rencana. Kemudian

menurut Torrance (Yager, 1998) ,kreativitas didefinisikan sebagai proses menjadi

lebih sensitif terhadap masalah, kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan,

elemen yang hilang, ketidakharmonisan, dan sebagainya. Jadi kreativitas merupakan

salah satu bagian dari sains yang digunakan sebagai suatu proses agar seseorang

menjadi lebih sensitif terhadap masalah serta berhipotesis yang kemudian dilanjutkan

dengan pengambilan tindakan. Orang yang kreatif akan memberikan cara-cara baru

dan unik untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sebelum tindakan kreativitas ini

dilaksanakan, maka terdapat proses berfikir.

Berfikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses

atau jalannya (Sumirah, 2012). Pada dasarnya berfikir merupakan suatu proses untuk

membuat keputusan atau menyelesaikan masalah. Berfikir kreatif merupakan

berfikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif atau

orisinil sesuai dengan keperluan. Menurut Brookfield (1987) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa orang yang kreatif biasanya sering menolak teknik standar

dalam menyelesaikan masalah, mempunyai ketertatikan yang luas dalam masalah

yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, mampu memandang suatu

masaslah dari berbagai perspektif, cenderung menatap dunia secara relatif dan

konstekstual tidak secara universal atau absolut dan biasanya melakukan pendekatan

trial and erordalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif,

berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu

kemajuan.

Pada dasarnya banyak aspek yang mempengaruhi perkembangan berfikir kreatif

siswa yang juga dapat membedakan antara individu satu dengan yang lainnya.

(34)

berfikir kreatif meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude.Ciri-ciri aptitude

merupakan ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berfikir siswa. Adapun

yang termasuk kedalam ciri-ciri aptitude, yaitu (a) fluency, adalah kesigapan,

kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan secara cepat. Dalam

kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas; (b)

flexibility, adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara dalam

mengatasi masalah, kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban

atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta

mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang

yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat

meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang

baru; (c) originality, adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli;

dan (d) elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk

melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek (respon) disamping gagasan

pokok yang muncul, kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan

menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi

sehingga menjadi lebih menarik.Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih

berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam berbuat

sesuatu. Yang termasuk kedalam ciri non-aptitude diantaranya (a) rasa ingin tahu; (b)

bersifat imajinatif; (c) merasa tertantang oleh kemajemukan; (d) berani mengambil

risiko, dan (e) sifat menghargai.

Lebih lanjut Munandar (Sumirah, 2012) menerangkan indikator kemampuan

berfikir kreatif dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel 2.1Aspek-aspek Kemampuan Berfikir Kreatif Beserta Perilaku yang

(35)

Pengertian Perilaku

b. Menjawab dengan sejumlah jawaban

jika ada pertanyaan.

jawaban, atau pertanyaan yag

bervariasi

2. Dapat melihat suatu masalah

dari sudut pandang yang

berbeda.

3. Mencari banyak alternatif atau

arah yang berbeda-beda.

a. Memberikan bermacam-macam

penafsiran terhadap suatu gambar,

cerita atau masalah.

atau memberikan jawaban yang

lain dari yang sudah biasa dalam

menjawab suatu pernyataan.

2. Mampu membuat kombinasi

yang tidak lazim dari

bagian-a. Memikirkan masalah-masalah atau

hal-hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama

dan berusaha memikirkan cara-cara

yang baru.

c. Memilih cara berfikir yang lain

(36)

bagian atau unsur-unsur.

terhadap jawaban atau pemecahan

masalah dengan melakukan

langkah-langkah yang terperinci.

b. Mengembangkan atau memperkarya

gagasan orang lain.

c. Menambah garis-garis, warna-warna,

dan detail-detail (bagian-bagian)

terhadap gambarnya sendiri atau

gambar orang lain.

D. Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi sering

diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik

secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut

Mas’ud Hasan Abdul Dahar (Djamarah, 1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja. Jadi dapat dkatakan bahwa prestasi merupakan suatu

hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu

maupun kelompok.

Belajar diartikan oleh Slameto (1995 : 2) adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sedangkan menurut Ratna Wilis Dahar (1989 : 21) belajar merupakan

perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Secara sederhana dari

(37)

dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh

perubahan perilaku yang diakibatkan dari pengalaman.

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar yang dikemukakan di atas maka,

dapat dikatan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu proses

usaha seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku melalui suatu pengalaman.

Adapun pengertian prestasi belajar diperjelas oleh Nurkencana (1986 : 62) yang

mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh

anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan

hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu menjadi lebih baik sebagai

hasil dari aktivitas dalam belajar.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1989 :21) terdapat lima macam perilaku perubahan

pengalaman, dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar, yaitu

(a) belajar responden, yaitu bentuk belajar yang membuat perubahan perilaku akibat

dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi.

Bentuk belajar ini menolong guru untuk memahami bagaimana para siswa untuk

menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau suatu bidang studi; (b) belajar

kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dan yang lainnya pada

satu waktu, danhal ini sering kita alamai. Belajar seperti ini dapat diterapkan guru

melalui cara “drill” dan belajar stereotip-stereotip; (c) belajar operant. Yaitu belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan

diulangi atau tidak dan berapa besar pengulangan itu; (d) belajar observasional, yaitu

pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian; (e) belajar

kognitif, yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam kepala kita,

bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait,

(38)

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar

adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses

belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,

keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian

diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Ranah

kognitif menurut Anderson, L.W dan Karthwohl, D.R. (2001) mencapkup mengingat

(remenber), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyse),

mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).

a) Mengetahui.

Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk

mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna,

tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang

lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini

mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan

mengingat (Widodo, 2006). Kata operasional mengetahui yaitu mengutip,

menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi,

memasangkan, menandai, menamai.

b) Memahami (understand).

Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah

mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun

materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang

cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat

kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi

yang diketahuinya (Widodo, 2006). Kata operasional memahami yaitu

menafsirkan, meringkas,mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,

(39)

c) Mengaplikasikan (apply).

Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna

menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu,

mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak

berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.

Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan

mengimplementasikan (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya melaksanakan,

menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun,

memulai, menyelesaikan, mendeteksi.

d) Menganalisis (analyze).

Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke

unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar

unsur-unsur tersebut (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya yaitu menguraikan,

membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur,

mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan,

menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor

dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Menurut Slameto

(1995 : 54) faktor intern terdiri dari faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor

kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).

E. Korelasi Prestasi Belajar, Sikap Terhadap Sains dan Kemampuan Berfikir

Kreatif Siswa

Korelasi berasal dari kata “correlation” yang berarti pertalian atau hubungan.

Korelasi dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai hubungan timbal balik

(40)

adalah variabel prestasi belajar, sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif

siswa. Korelasi antara pretasi belajar dengan sikap terhadap sains siswa merupakan

hubungan timbal balik atau sebab akibat antara prestasi belajar dengan sikap

terhadap sains. Sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan merupakan faktor penting

yang berhubungan dengan prestasi di bidang sains. Menurut Papanastasiou dan

Zembylas dalam Ali (2003) mengatakan bahwa “A substantial body of research has

accumulated over the last three decades, concerning the importance of various

attitudes toward science and the relationships between these attitudes and

achievements in science”.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjelaskan hubungan antara pretasi

belajar dengan sikap terhadap sains, prestasi belajar dengan kemampua berfikir

kreatif serta sikap terhadap sains dengan kemampuan berfiir kreatif. Ali (2013)

menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap

sains dengan prestasi belajar. Selain itu,Wilson dalam Ali (2013) menjelaskan bahwa

secara keseluruhan terdapat hubungan yang sangat positif antara sikap terhadap sains

dengan prestasi belajar siswa dan hubungan ini semakin kuat pada tingkat sekolah

menengah dari kelas 7 sampai kelas 11. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan

Parker dan Gerber dalam Ali (2013) yang menjelaskan bahwa sikap terhadap sains

sangat penting bagi prestasi siswa karena sikap dan prestasi mengarahkan siswa pada

pemilihan karir oleh siswa itu sendiri. Berbeda dengan penjelasan tersebut, Nasr

(2011) dalam jurnalnya menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif yang

tidak siginifikan antara sikap terhadap biologi dengan prestasi belajar siswa. Lebih

lanjut Nasr (2011) menjelaskan bahwa hanya dimensi “biology is fun for me”saja

yang memiliki hubungan yang positif dan siginifikan terhadap pretasi belajar siswa.

Hal ini dijelaskan oleh Nasr bahwa seseorang yang membuat kelas biologi nya

(41)

Korelasi antara prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif merupakan

hubungan timbal balik atau sebab akibat antara prestasi belajar dengan kemampuan

berfikir kreatif siswa.Anwar et al. (2012) dalam jurnalnya menemukan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara berfikir kreatif dengan

prestasi belajar siswa, baik untuk setiap aspek kemampuan berfikir kreatif dengan

prestasi belajar maupun kemampuan berfiir kreatif secara keseluruhan dengan

prestasi belajar. Namun, berbeda dengan Olatoye et al (2010) yang menemukan

bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara kreativitas dengan

prestasi belajar. Lebih lanjut Olatoye et al. (2010) menjelaskan bahwa seseorang

yang kreatif belum tentu orang berprestasi di sekolah.

Dalam suatu proses belajar mengajar, ketercapaian tujuan dari suatu proses

belajar mengajar dapat diukur dari domain-domain pembelajaran itu sendiri. Pada

umumnya domain dalam pembelajaran terbagi menjadi tiga bagian yaitu: (1) domain

kognitif; (2) domain afektif; dan (3) domain psikomotor. Namun menurut Yager

(2010) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa domain pembelajaran sejak tahun 1989

terdiri dari lima bagian yaitu (1) domain konsep (penguasaan konsep dasar); (2)

domain proses(keterampilan belajar sains yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan siswa tentang alam); (3) domain sikap (mengembangkan sikap positif

terhadap pembelajarn sains, guru sains dan karir dalam sains atau menjadi ilmuwan);

(4) domain kreativitas (peningkatan kuantitas dan kualitas dari pertanyaan,

pernyataan dan tes siswa agar dapat lebih dipercaya) ; dan (5) domain aplikasi

(penggunaan konsep-konsep sains dan keterampilan proses sains dalam situasi baru).

Lebih lanjut, Yager (2010) dalam jurnalnya menjelaskan hubungan antara ke lima

(42)

Gambar 2.3 Ilustrasi Lima Domain Pembelajaran (Yager, 2010)

Berdasarkan Gambar 2.3 dapat kita lihat bahwa inti utama dalam suatu

pembelajaran adalah domain konsep dan proses. Menurut Yager (2010), dalam suatu

pembelajaran secara umum, terfokus kepada konsep dan proses. Konsep digunakan

untuk penekanan sedangkan proses digunakan sebagai keterampilan seorang

ilmuwan dalam mempelajari alam. Setelah domain konsep dan proses ini dapat

terlaksana dengan baik, maka selanjutnya domain kreativitas dan sikap pun dapat

terbentuk dan tahap selanjutnya adalah domain aplikasi. Gambar panah disekitaran

lingkaran tersebut hanya menunjukkan faktor-faktor luar lainnya yang dapat

mempengaruhi ke lima domain pembelajaran ini. Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara prestasi belajar dan sikap terhadap sains

serta prestasi belajar dengan kemampuan berfikir kreatif. Hal ini tidak menutup

kemungkinan juga bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berfikir kreatif

dengan sikap terhadap sains. Jika kita melihat lagi berdasarkan gambar 2.4. domain

kreativitas dan sikap berada pada satu tahap yang sama, ini juga memungkinkan

bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berfikir kreatif dengan sikap terhadap

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan

untuk menjawab permasalahan yang muncul. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment).

Menurut Sugiono (2012 : 109) metode penelitian ini belum merupakan

eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut

berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan, karena dalam melihat penggunaan pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) terhadap sikap terhadap

sains, kemampuan berfikir kreatif dan prestasi belajar terdapat juga pengaruh dari

faktor-faktor luar lainnya.

B. Desain Penelitian

Ketercapaian prestasi belajar siswa dapat diukur dengan membandingkan hasil

nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan setelah

diberi perlakuan (post-test). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam

dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Pola one group

pretest-posttest design ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian one group pretest-posttest

Pretest Treatment Postest

O1 X O2

Sugiono (2013 : 111)

Keterangan :

(44)

X = Perlakuan (treatment), yaitu penerapan pendekatanSains

Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)

O2 = diukur dengan post test setelah diberi treatment

Pengaruh treatment adalah O2 – O1

Sedangkan untuk mengukur sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir

kreatif siswa, data diambil hanya setelah siswa diberi perlakuan. Hal ini

dikarenakan peneliti hanya ingin melihat sikap terhadap sains dan kemampuan

berfikir kreatif siswa setelah diberikan perlakuan serta data yang dikorelasikan

antara prestasi belajar, sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif adalah

data setelah diberika perlakuan.

C. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah salah satu kelas

VIII di SMP Negeri di kota Bandung. Berdasarkan Hasil seleksi ujian masuk

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Bandung tahun 2012, sekolah tersebut

berada pada cluster pertama di kota Bandung. Selain itu, sekolah ini dijadikan

penelitian karena lokasi sekolah yang berada di jalur yang selalu dilalui baik oleh

kendaraan darat dan udara sehingga dipandang cocok dengan materi yang akan

diberikan, yaitu mengenai kebisingan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan lingkungan (STML) adalah

suatu pola ajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.

Dalam penelitian ini, pembelajaran dimulai dengan mengajak siswa

melihat secara langsung kondisi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan

(45)

siswa sehingga masalah akan muncul sendiri dari siswa. Kemudian siswa

melakukan eksperimen untuk membangun konsep, peran guru hanya

sebagai fasilitator. Setelah itu, siswa menyelesaikan masalah dan

menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal

pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.Dan

pada akhirnya guru meluruskan konsep yang sebelumnya telah dipahami

oleh siswa supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam penelitian ini

keterlaksanaan pendekatan STML diukur menggunakan lembar observasi.

2. Sikap merupakan kondisi mental dan neural yang diperoleh dari

pengalaman serta memberikan respon yang konsisten terhadap objek

sosial. Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan siswa untuk suka

atau tidak suka terhadap komponen-komponen belajar sepeti guru, materi,

tugas dan lain sebagainya. Sikap terdiri dari dua kategori, yaitu “sikap

terhadap sains”dan “sikap sains”. Sikap terhadap sains lebih menekankan kepada “minat terhadap sains”, “sikap terhadap ilmuwan”, atau “sikap

terhadap pertanggungjawaban sosial dalam sains”, sedangkan sikap sains

lebih menekankan kepada “open-minded”, “kejujuran”, atau “tidak mudah percaya”. Dalam penelitian ini ketercapaian domain sikap diukur dengan

menggunakan angket yang diadopsi langsung dari buku The Iowa

Assessment Handbookyang ditulis oleh Enger dan Yager (1998).

3. Kemampuan berfikir kreatif adalah sesuatu yang digunakan agar siswa

dapat dengan mudah merubah cara berfikirnya untuk memecahkan

masalah yang akan terjadi kedepannya. Aspek-aspek kemampuan berfikir

kreatif ini terdiri dari fluency, flexibility, originality dan elaborasi.

Fluency adalah kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan

banyak gagasan secara cepat. Flexibility, yaitu kemampuan untuk

menggunakan bermacam-macam cara dalam mengatasi masalah,

kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau

pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari

(46)

berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan

atau cara pemikiran. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan

gagasan unik atau asli.Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal

yang detail. Untuk melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek

(respon) disamping gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam

mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail

dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa,

menggunakan tes tertulis yang diadopsi dari Wallach dan Kogan Test

(1965).

4. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi

merupakan suatu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sedangkan belajar

merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan

perilaku yang diakibatkan dari pengalaman. Jadi prestasi belajar

merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

menjadi lebih baik sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dalam

penelitian ini prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar kognitif.

Belajar kognitif yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi

dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa

disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian. Prestasi

belajar kognitif ini akan diukur dengan menggunakan tes tertulis yang

berbentuk pilihan berganda.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur ketercapaiandari tujuan penelitian ini, maka diperlukan

suatu alat evaluasi atau sering disebut dengan instrumen penelitian. Menurut

Arikunto (2010) terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu teknik nontes dan teknik

tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang lebih resmi dibandingkat

Gambar

gambarnya sendiri
Tabel 3.1  Desain Penelitian one group pretest-posttest
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Produk Moment
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif IPA fisika siswa SMP yang diajar menggunakan pembelajaran inkuiri dengan pendekatan demonstrasi pada

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus I, II dan III, maka dapat disimpulkan bahwa penggu- naan pendekatan Sains Teknologi

Adanya keterkaitan antara sains teknologi dan masyarakat yang menekankan bahwa peserta didik membentuk dan membangun pengetahuan melalui interaksi dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan sikap kepedulian lingkungan dalam model STM (Sains Teknologi Masyarakat) pada peserta

Abstrak : Perbedaan Prestasi Belajar Dan Keterampilan Proses Sains IPA Materi Fisika Menggunakan Praktikum Konvensional Dan Simulasi .RPSXWHU %HUGDVDUNDQ .HPDPSXDQ

Uraian di atas terbukti bahwa Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) lebih unggul dibandingkan model pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar

Dapat disimpulkan bahwa modul fisika berbasis sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Adanya peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbantuan model pembelajaran sains teknologi