viii
ABSTRAK
Yuniari, Theresia Gusti Putu. 2012. Korelasi Antara Sikap Terhadap IPA Fisika dengan Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Semester IV dan VI Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara sikap terhadap IPA Fisika dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma semester IV dan VI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa semester IV dan semester VI sebanyak 110 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2, observasi dan wawancara. Korelasi antara skor kuesioner dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 dianalisis
dengan korelasiproduct momentPearson menggunakan program SPSS 16.0.
Hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika berada pada kriteria sikap positif; (2) Nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 berada pada kriteria nilai baik; (3) Ada korelasi positif antara sikap mahasiswa terhadap IPA Fisika dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 dengan taraf signifikan 0,01 dan koefisien korelasi 0,348.
ix
ABSTRACT
Yuniari, Theresia Gusti Putu. 2012. The Correlation Between Attitude Toward Physics and Students’ Final Mark of Physics and Science Education Course of Fourth and Sixth Semester Students of Elementary School Teacher Education in Sanata Dharma University 2011/2012 Academic Year. Physics Education Study Program, Department of Mathematical and Natural Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research aimed to find out the correlation between attitude toward
Physics and students’ final mark of Physics and Science Education course of
fourth and sixth semester students of elementary school teacher education in Sanata Dharma University. This research was a descriptive quantitative research. The participants of the research were students from fourth and sixth semester in the academic year of 2011/2012 and the number of the participants were 110 students. The instruments which were used in the research were questionnaire, final mark of Physics and final mark of Science Education course, observation and interview. The correlation between questionnaire’s score and final mark of Physics and Science Education course was analyzed using product correlation of moment Pearson and was helped using SPSS 16.0.
The study obtained some important findings. They were (1) Students’
attitude of elementary school teacher education toward Physics was in the level of positive; (2) Students’ final mark of Physics and final mark of Science Education
course was in the level of good; (3) There are positive correlation between attitude
toward Physics and students’ final mark with the significant level 0.01 and correlation coefficient of 0,348.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak hal yang dihadapi selama penulisan ini, tetapi berkat kasihNya yang memberi harapan dan semangat, penulis mampu bersabar dan tidak mudah menyerah.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bimbingan, dukungan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang menyertai dan menuntunku.
2. Kedua orangtuaku tercinta Ajikku dan Ibuku yang selalu memberikan
semangat dalam doa dan materiil.
3. Adikku tercinta Gus Miki.
4. Mas Onto Kisworo yang selalu bersedia membantu dan bertukar pikiran denganku.
5. Para Romo yang mendukung pendidikanku dan Sr. Ben yang menjadi ibu bagiku di asrama Syantikara.
6. Sahabat-sahabatku Marni, Ambar, Rosa, kak Kalista, dan Enggar.
7. Keluargaku di UBB Die, Jeje, Cha-chat, Beta, Nora.
8. Bapak Drs. Domi Severinus M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, sekaligus atas masukan dan sarannya.
10. Bapak Drs. A. Atmadi M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma untuk semua dukungannya.
xi
12. Staf sekretariat mbak Heni dan pak Sugeng dan staf laboratorium
microteachingmas Agus dan mas Made terimakasih banyak atas bantuan dan
dukungannya.
13. Pak Sarkim, pak Rohandi, dan pak Renyaan atas perkenannya dan bantuannya untuk memfasilitasi penelitian ini.
14. Mahasiswa/i PGSD kelas 4C angkatan 2010, kelas 6A dan 6B angkatan 2009 atas bantuan dan dukungannya selama penelitian.
15. Teman-teman seperjuanganku Novi, Ari, kak Ussy, kak Jane.
16. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2008 atas kebersamaannya.
17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu di sini, yang telah banyak membantu selama saya berada di Yogyakarta.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, saya berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan.
Penulis
xii PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii
ABSTRAK ...viii
A. Pengertian Sikap Secara Umum ...6
B. Pembentukan dan Karakteristik Sikap ...9
xiii D. Beberapa Penelitian Mengenai
Korelasi Sikap dengan Prestasi Akademik...14
E. Pengertian IPA Fisika dan Pentingnya Belajar Fisika untuk Calon Guru Sekolah Dasar ...15
F. Pengertian Nilai...18
D. Tempat dan Waktu Penelitian ...20
E. Teknik Pengumpulan Hasil Penelitian ...20
1. Instrumen Penelitian ...20
a. Kuesioner ...21
b. Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2...21
c. Observasi ...22
d. Wawancara...22
2. Prosedur Penelitian ...24
F. Uji Validitas Kuesioner ...25
G. Teknik Analisis Hasil Penelitian ...26
1. Analisis Kuesioner Sikap ...26
2. Analisis Nilai Final ...30
3. Analisis Hasil Observasi...31
4. Analisis Hasil Wawancara...32
xiv
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...35
A. Hasil Penelitian ...35
1. Hasil Kuesioner ...35
2. Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2 ...35
3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran ...36
4. Hasil Wawancara ...36
B. Analisis Hasil Penelitian ...37
1. Analisis Sikap Mahasiswa Melalui Hasil Kuesioner...37
2. Analisis Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 Mahasiswa PGSD ...43
3. Analisis Korelasi Skor Kuesioner Sikap dengan Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 Menggunakan Program SPSS 16.0 ...44
4. Analisis Sikap Mahasiswa Melalui Hasil Observasi ...50
5. Analisis Sikap Mahasiswa Melalui Hasil Wawancara...55
C. Pembahasan ...63
BAB V. PENUTUP...72
A. Kesimpulan ...72
B. Saran...72
DAFTAR PUSTAKA ...74
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tabel Skoring Hasil Kuesioner ...26
Tabel 3.2. Tabel Kisi-kisi Kuesioner...27
Tabel 3.3. Tabel Kriteria Sikap ...28
Tabel 3.4. Tabel Kriteria Sikap Setiap Mahasiswa ...28
Tabel 3.5. Tabel Kriteria Sikap Setelah Skor Sikap Dikonversikan ...29
Tabel 3.6. Tabel Kriteria Nilai Peringkat Kuesioner...30
Tabel 3.7. Tabel Kriteria Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2 ...30
Tabel 3.8. Tabel Kriteria Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2 Setiap Mahasiswa ...31
Tabel 3.9. Tabel Kriteria Nilai Peringkat Aspek Sikap...32
Tabel 3.10. Tabel Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi ...34
Tabel 4.1. Tabel Sikap Mahasiswa PGSD Menurut Semester ...37
Tabel 4.2. Tabel Urutan Nilai Peringkat Item Kuesioner ...39
Tabel 4.3. Tabel Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 Mahasiswa PGSD Beserta Kriterianya ...43
Tabel 4.4. Tabel Deskripsi Statistik Sikap dan Nilai IPA Fisika Kelas 4C ...45
Tabel 4.5. Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai IPA Fisika Kelas 4C...45
Tabel 4.6. Tabel Deskripsi Statistik Sikap dan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6A...46
Tabel 4.7. Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6A ...46
Tabel 4.8. Tabel Deskripsi Statistik Sikap dan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6B ...47
Tabel 4.9. Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6B ...47
Tabel 4.10. Tabel Deskripsi Statistik Sikap serta Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2 ...48
Tabel 4.11. Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2 ...49
xvi
Tabel 4.13. Tabel Sikap Positif dan Negatif Mengenai Ketertarikan Belajar IPA Fisika ...69 Tabel 4.14. Tabel Sikap Positif Mengenai Adanya Kuliah IPA Fisika di PGSD ...69 Tabel 4.15. Tabel Sikap Positif dan Negatif Mengenai Pentingnya IPA Fisika ...69 Tabel 4.16. Tabel Sikap Positif dan Negatif Mengenai Minat untuk Mendalami
IPA Fisika...69 Tabel 4.17. Tabel Sikap Positif dan Negatif Mengenai Usaha untuk Menyukai IPA
Fisika ...70 Tabel 4.18. Tabel Sikap Positif dan Negatif Mengenai Keinginan untuk Mendapat
Nilai Terbaik dalam IPA Fisika ...70 Tabel 4.19. Tabel Sikap Positif dan Negatif Mengenai Penggunaan Sumber
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari Prodi Pendidikan Fisika ...77
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di PGSD ...78
Lampiran 3 Contoh Hasil Kuesioner Kelas 4C ...79
Lampiran 4 Contoh Hasil Kuesioner Kelas 6A ...81
Lampiran 5 Contoh Hasil Kuesioner Kelas 6B ...83
Lampiran 6 Daftar Perolehan Skor Kuesioner...85
Lampiran 7 Analisis Peringkat Item Kuesioner...91
Lampiran 8 Nilai Final IPA Fisika Kelas 4C...94
Lampiran 9 Nilai Final IPA Fisika Kelas 6A ...95
Lampiran 10 Nilai Final IPA Fisika Kelas 6B...96
Lampiran 11 Daftar Skor Kuesioner serta Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 ...98
Lampiran 12 Contoh Hasil Observasi Kelas 4C...102
Lampiran 13 Contoh Hasil Observasi Kelas 6A ...112
Lampiran 14 Contoh Hasil Observasi Kelas 6B...118
Lampiran 15 Transkrip Hasil Observasi...132
Lampiran 16 Daftar Pertanyaan Wawancara ...136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan sosok yang memegang peran penting untuk membantu siswa memahami apa yang dipelajarinya dan membantu siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Dari penelitian yang pernah ada, dikatakan bahwa siswa memperoleh hasil belajar yang baik bila siswa tersebut menyukai apa yang dipelajarinya. Hasil belajar diindikasikan dengan kemampuan kognitif siswa. Seperti dikatakan oleh Sukardjo (2008)
dalam makalah berjudul “Pembelajaran Sains (IPA) Terpadu yang Kreatif dan
Menyenangkan” bahwa kemampuan kognitif siswa menjadi meningkat karena
otak menyukai hal-hal yang luar biasa dari apa yang biasa dipelajarinya. Hal-hal yang luar biasa ini terjadi karena pengaruh kemampuan guru mengolah mata pelajaran yang diajarkannya.
Dalam penelitian ini akan dieksplorasi apakah calon guru SD menyukai IPA Fisika, karena yang kita tahu bahwa menjadi seorang guru SD tidak hanya mempersiapkan diri dengan mempelajari mata kuliah IPA saja, tetapi juga mata kuliah ilmu-ilmu sosial, bahasa, dan keterampilan. “Rasa suka” ini nantinya akan digunakan untuk menyatakan “sikap” calon guru SD terhadap IPA Fisika, sehingga dapat diketahui bahwa sikapnya itu menyukai atau tidak menyukai IPA Fisika. Ini tentu saja berpengaruh pada proses belajar-mengajar ketika sudah menjadi guru. Misalkan saja, para calon guru SD kurang menyukai sains, maka ketika mengajar sains mereka hanya akan mengajarkannya sebagai tuntutan kurikulum dan bukan untuk membantu siswa memahami sains dan memperoleh hasil belajar yang baik. Sikap guru yang kurang menyukai atau tidak menyukai sains akan mempengaruhi sikap siswa terhadap sains. Bahkan pembahasan mengenai sikap, terdapat dalam artikel yang berjudulRelationship Between Teachers’ Attitude and Students’ Academic Achievement in
Mathematics in Some Selected Senior Secondary School in Southwestern
Nigeria disebutkan bahwa sikap guru terhadap matematika bisa menjadi
indikator prestasi siswa dalam matematika (Yara, 2009:365). Di samping itu, masa-masa SD adalah saat yang tepat dalam mengembangkan kognitif dan kecintaan siswa pada sains yang akan terbawa sampai pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk itu perlu dilihat apakah mahasiswa calon guru SD ini telah memiliki
sikap “menyukai” sains, khususnya IPA Fisika. Ini penting untuk
karena pola sikap calon guru SD terhadap IPA sangat mempengaruhi pola pengajarannya kepada siswa. Pernyataan Wenner yang diringkaskan oleh Sarikaya (2004:29) menyatakan bahwa pola sikap yang positif akan memberikan dampak proses pembelajaran yang terus meningkat dan
berkualitas (dalam tesis “Preservice Elementary Teachers’ Science Knowledge, Attitude Toward Science Teaching and Their Efficacy Beliefs Regarding
Science Teaching”).
Selain mengeksplorasi sikap calon guru terhadap IPA Fisika, penelitian ini juga melihat bagaimana hasil belajar (nilai) IPA Fisika dan hasil belajar (nilai) Pendidikan IPA 2 yang diperoleh sebagai nilai final perkuliahan semester genap. Nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 dengan sikap mahasiswa akan dikorelasikan untuk mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh sikap terhadap IPA Fisika para calon guru sekolah dasar terhadap prestasi belajar IPA di Universitas Sanata Dharma.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika?
2. Bagaimana prestasi belajar mahasiswa PGSD untuk mata kuliah IPA Fisika dan mata kuliah Pendidikan IPA 2?
C. Tujuan
1. Mengetahui sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika.
2. Mengetahui prestasi belajar mahasiswa PGSD dalam mata kuliah IPA
Fisika dan mata kuliah Pendidikan IPA 2.
3. Mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara sikap mahasiswa PGSD
terhadap IPA Fisika dengan nilai final mata kuliah IPA Fisika dan nilai final mata kuliah Pendidikan IPA 2.
D. Hipotesis
Ho : Ada korelasi antara sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika dengan nilai final mata kuliah IPA Fisika dan nilai final mata kuliah Pendidikan IPA 2.
Ha : Tidak ada korelasi antara sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika dengan nilai final mata kuliah IPA Fisika dan nilai final mata kuliah Pendidikan IPA 2.
E. Pembatasan Masalah
1. Pembatasan masalah dilakukan untuk mengetahui korelasi antara
sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika dengan nilai final mata kuliah IPA Fisika dan nilai final mata kuliah Pendidikan IPA 2.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya bagi program studi dan mahasiswa PGSD :
1. Bagi program studi PGSD
a. Melalui penelitian ini semoga dapat membantu program studi PGSD mengetahui sikap mahasiswa terhadap salah satu mata kuliah, yaitu IPA Fisika dan korelasinya terhadap nilai final mata kuliah IPA Fisika dan nilai final mata kuliah Pendidikan IPA 2. b. Dengan mengetahui korelasi antara sikap terhadap IPA Fisika
dengan nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2, diharapkan program studi berupaya meningkatkan sikap mahasiswa menjadi lebih positif terhadap IPA Fisika untuk menunjang prestasi dan pengetahuan mahasiswa dalam mendalami IPA Fisika melalui kualitas pengajaran dosen-dosen Fisika
2. Bagi mahasiswa
a. Melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa mengarahkan sikap yang positif untuk mengikuti mata kuliah IPA Fisika sebab sikap positif menunjang prestasi belajar dan pengetahuan IPA Fisika.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sikap Secara Umum
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap dikaitkan dengan perilaku atau perbuatan manusia. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap seseorang, orang lain dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh si pemilik sikap terhadap suatu objek atau permasalahan yang dihadapkan kepadanya (Walgito, 1999:107). Myers dalam Walgito (1999:108) menyatakan bahwa perilaku yang ditampilkan seseorang merupakan sikap yang terekspresi (expressed attitudes) dan sikap ini yang dapat diukur secara langsung. Pengukuran dapat melalui pengamatan dan bertanya tentang sikap seseorang
terhadap objek tersebut. Sikap dan perilaku saling berinteraksi, saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pandangan yang dikemukakan oleh Myers menyatakan adanya hubungan antara sikap dan perilaku. Sedangkan pendapat yang dimiliki oleh Thurstone dalam Walgito (1999:109) lebih menekankan sikap sebagai perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang itu sebagai afeksi positif dan perasaan tidak senang sebagai afeksi negatif.
(Gerungan, 2009:160) membahasakan sikap dengan kata attitude. Attitude
objeknya. Objek itu bisa bermacam-macam, misalnya seperti yang terdapat dalam artikel Attitude of Secondary School Teachers Towards Teaching Profession, di mana objeknya adalah pekerjaan. Dalam artikel ini, Hussain meringkaskan
pernyataan Gupta bahwa sikap terhadap pekerjaan bisa mempengaruhi
penampilan seseorang. Sikap terhadap pekerjaan merupakan perasaan, perilaku dan komitmennya terhadap pekerjaannya. Jika komitmen dan sikapnya positif, tentu saja penampilannya lebih baik (Hussain, 2011:985). Contoh lain, dalam artikel Attitudes Toward Science of Students Enrolled in Introductory Level Science Courses at UW- La Crosse yang ditulis oleh Craker (2006:1) dikatakan bahwa sikap terhadap sains dipengaruhi oleh salah satunya yaitu pengalaman sains di masa sebelumnya. Karena pengalaman sains tersebut, timbul perasaan suka maupun tidak suka terhadap sains. Dengan begitu sikap bisa nampak sebagai sikap yang positif dan bisa nampak sebagai sikap yang negatif tergantung dari bagaimana perlakuannya terhadap suatu objek, sedangkan perlakuan tersebut juga tergantung pada cara berpikir, bertindak, dan berperilaku dalam diri seseorang.
bertindak terhadap objek (Walgito, 1999:111). Pandangan yang sama juga ditulis
oleh Myers dalam bukunya yang berjudul Social Psychology. Di sini, komponen
sikap dibahasakan oleh Myers sebagai dimensi sikap. (Myers, 1983:35) berpendapat bahwa sikap terdiri atas tiga dimensi yaituaffect(perasaan),behavior tendency(perilaku), dancognition(pikiran).
Interaksi ketiga komponen tersebut adalah selaras dan konsisten sehingga apabila seseorang dihadapkan pada satu objek sikap yang sama, maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu dari komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menimbulkan perubahan sikap sampai kekonsistenan itu tercapai kembali. Tetapi mengenai proporsinya, sikap yang didominasi oleh komponen afektif akan lebih sukar untuk berubah walaupun dimasukkan informasi baru yang berlawanan dengan informasi semula tentang objek sikap (Azwar, 1988:23).
B. Pembentukan dan Karakteristik Sikap
Sikap yang dimiliki seseorang tidak terbentuk dengan sendirinya.
Pembentukan sikap selalu berlangsung dalam interaksinya dengan manusia dan terkait dengan objek sikap. Faktor dari dalam diri maupun di luar diri seseorang juga menentukan pembentukan dan perubahan sikap. Faktor dari dalam diri misalnya, selektivitas individu yang berarti bahwa apa yang datang dari luar tidak diterima begitu saja, tetapi diseleksi mana yang akan diterima dan mana yang akan ditolaknya. Sedangkan faktor dari luar dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung dalam arti terdapat hubungan langsung antara individu dengan individu yang lain. Dalam artikel Relationship Between Teachers’ Attitude and Students’ Academic Achievement in Mathematics in Some Selected Senior
Secondary School in Southwestern Nigeria, Yara mengemukakan bahwa sikap dibentuk dari pengalaman-pengalaman belajar dan dapat juga dipelajari dari contoh maupun pendapat orang tua, guru, atau teman (Yara, 2009:364). Pembentukan sikap secara tidak langsung, yaitu melalui perantaraan alat-alat komunikasi, misalnya media massa elektronik maupun non-elektronik (Walgito, 1999:118).
Selain mengetahui bagaimana sikap terbentuk, penting juga untuk memahami karakteristik sikap agar memudahkan untuk mengamati ataupun melakukan pengukuran terhadap sikap seseorang yang dalam hal ini berupa sikap terhadap IPA Fisika. Dari beberapa penelitian (Eagly & Chaiken, 1993; Koballa & Crawley, 1985) yang diringkaskan oleh Zhang dan Campbell (2010) dalam artikel
Survey menunjukkan bahwa sikap merupakan konsep yang unik dan kompleks yang menyatukan banyak sifat dan memiliki wilayah yang berbeda-beda. Sikap dapat dipandang sebagai kecenderungan psikologis seseorang terhadap suatu fakta dengan disertai derajat kesukaan atau ketidaksukaan.
Penelitian Sax dalam Azwar (1988) juga menyatakan bahwa ada karakteristik tertentu dari sikap yang dapat dijadikan pedoman untuk mengukur sikap seseorang. Ada lima karakteristik sikap yang meliputi arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Azwar (1988:9—11), memaparkan kembali kelima karakteristik sikap tersebut, yakni:
1. Suatu sikap mempunyai arah, artinya sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Seseorang yang mempunyai sikap mendukung terhadap suatu objek sikap berarti mempunyai sikap yang berarah positif terhadap objek tersebut, sebaliknya seseorang yang tidak memihak atau tidak mendukung sesuatu objek sikap berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan.
3. Karakteristik berikutnya adalah keluasan sikap. Keluasan sikap ini menunjuk pada luas-tidaknya cakupan aspek objek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Seseorang dapat mempunyai sikap menyukai atau tidak menyukai objek secara menyeluruh atau hanya sebagian.
4. Karakteristik berikutnya adalah konsistensi sikap. Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan oleh subjek dengan responnya terhadap objek. Konsistensi sikap juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.
5. Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitasnya, yaitu sejauh mana kesiapan subjek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi apabila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subjek menyatakan sikapnya.
digunakan kuesioner dengan skala sikap model Likert. Observasi dan wawancara kiranya dapat mengukur intensitas, keluasan, konsistensi serta spontanitas sikap dari subjek penelitian ini.
C. Pengaruh Sikap Guru pada Prestasi dan Sikap Siswa Terhadap Sains
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, banyak ditemukan tentang adanya pengaruh sikap guru pada prestasi siswa, khususnya sains mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Namun, tidak banyak yang mengetahui sikap mahasiswa calon guru terhadap sains. Di sini dijabarkan penelitian-penelitian tersebut, misalnya sikap guru terhadap sains, terutama untuk mengajar sains yang sangat mempengaruhi pola perkembangan pengetahuan dan minat siswa mengenal sains. (Yara, 2009:368) dalam artikel Relationship between Teachers’ Attitude and Students’ Academic Achievement in Mathematics in Some Selected Senior
Secondary School in Southwestern Nigeria mendapatkan bahwa sikap guru
terhadap matematika juga mempengaruhi prestasi dan sikap siswa terhadap matematika. Sikap positif guru terhadap matematika membentuk sikap positif siswa terhadap matematika. Untuk membuat sikap siswa semakin positif, diperlukan antusiasme guru, daya pikir yang kuat, sikap guru yang suka membantu, pengetahuan guru yang mendalam terhadap materi pelajaran, serta kemampuannya membuat sains menjadi lebih menarik.
mula-mula positif terhadap sains sehingga bisa menjadi fasilitator pembelajaran yang efektif. Dalam suatu penelitian tentang pembelajaran yang efektif (Garcia, 2003) ditemukan bahwa metode pembelajaran inquiry dapat membangun sikap positif terhadap sains. Sebaliknya, guru yang memiliki sikap negatif terhadap sains menjadi penghambat untuk menciptakan pengajaran sains yang efektif, meskipun yang mempengaruhi bukan hanya semata-mata sikap guru terhadap sains tetapi juga dalam hal latar belakang guru yang minim tentang sains, serta minimnya fasilitas dan peralatan sains di sekolah.
D. Beberapa Penelitian Mengenai Korelasi Sikap Dengan Prestasi
Akademik
Sebagian besar penelitian memaparkan pengaruh sikap terhadap prestasi akademik. Penelitian-penelitian tersebut tidak hanya melihat sikap guru terhadap sains, tetapi juga sikap siswa terhadap sains yang terbentuk dari sikap guru. Penelitian-penelitian berikutnya cenderung melihat hubungan/keterkaitan antara sikap dengan prestasi yang dimiliki seseorang. Penelitian berikut ini bisa dijadikan acuan untuk mengetahui sikap calon guru sekolah dasar terhadap IPA Fisika dan korelasinya dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2. Dimungkinkan dengan adanya sikap yang positif dari calon guru terhadap IPA Fisika, prestasi akademiknya dalam IPA Fisika juga baik.
(Sarikaya, 2004:1—2) dalam artikel yang berjudul Preservice Elementary Teachers’ Science Knowledge, Attitude Toward Science Teaching and Their
yang positif terutama untuk mengajarkan sains di sekolah dasar. Para calon guru tersebut meyakini juga bahwa sains penting untuk diajarkan di sekolah dasar (Sarikaya, 2004:66).
Jika dalam penelitian Sarikaya dikemukakan mengenai sikap dan keyakinan diri untuk mengajar sains, maka Tan Yao Sua (2007) menyebutkan bahwa secara umum sikap siswa terhadap pembelajaran suatu subjek memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil dari proses pembelajaran. Dari sinilah Tan Yao Sua melihat adanya banyak penelitian yang menunjukkan sikap terhadap mata pelajaran di sekolah mempengaruhi prestasi akademik. Marjoribanks dalam Tan Yao Sua (2007) berpendapat bahwa pada tingkat kemampuan yang berbeda, peningkatan prestasi diikuti oleh peningkatan skor sikap (Tan Yao Sua, 2007:19).
E. Pengertian IPA Fisika dan Pentingnya Belajar Fisika untuk Calon Guru
Sekolah Dasar
Untuk dapat mengajarkan IPA Fisika di sekolah dasar, para calon guru harus memahami pentingnya belajar IPA Fisika. Para calon guru juga setidaknya memahami apa yang dimaksud dengan IPA khususnya Fisika. Dalam penelitian ini dikemukakan definisi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Istilah Ilmu Pengetahuan Alam diterjemahkan dari kata natural science yang merupakan bagian dari
science. Kata natural mengandung pengertian alamiah atau berhubungan dengan
sering disebut sebagai science yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sains atau IPA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains diartikan sebagai pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dsb (KBBI, 2008:1202). Secara ringkas, IPA dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang fenomena-fenomena alam yang bersifat sistematis karena diperoleh dari hasil observasi, penelitian maupun uji coba untuk menghasilkan prinsip dasar dari fenomena yang diteliti.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka Fisika juga termasuk dalam IPA karena terkait dengan kejadian-kejadian di alam. Menurut Alonso & Finn, kata Fisika berasal dari istilah Yunani yang berarti alam. Karena itu, sudah selayaknya Fisika merupakan suatu ilmu yang ditujukan untuk mempelajari semua gejala alam. Sesuai dengan tujuannya itu dapat dikatakan bahwa Fisika adalah suatu ilmu yang mempelajari komponen materi dan interaksinya. Dengan menggunakan interaksi ini, ilmuwan menerangkan sifat materi dalam benda sebagaimana gejala lain yang dapat diamati (Alonso & Finn, 1979:1).
Calon guru sekolah dasar juga penting untuk mempelajari Fisika, selain untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang Fisika, hal yang terpenting adalah agar nantinya ketika sudah menjadi guru, dapat membantu siswa sekolah dasar memahami Fisika sejak masih di tingkat paling dasar dalam jenjang pendidikan. Menurut Agata (wawancara, Juli 2012) belajar Fisika selama kuliah di PGSD sangat asyik dan menarik karena mahasiswa tidak hanya diberikan teori Fisika, melainkan diselingi juga dengan praktek membuat alat peraga. Selain itu, jam mata kuliah Fisika juga sangat cukup untuk memberikan bekal pengetahuan bagi mahasiswa calon guru untuk menerapkan ilmu Fisika di sekolah dasar, apalagi mata kuliah Fisika yang telah diprogramkan sejak semester II.
F. Pengertian Nilai
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini memaparkan hasil penelitian berupa hasil kuesioner, nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2, hasil observasi dan wawancara sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hasil penelitian diuraikan lebih banyak dengan kata-kata atau kalimat maupun gambar daripada bilangan. Karena penelitian ini ingin mengetahui korelasi antara sikap terhadap IPA Fisika dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2, maka analisis kuantitatif dilakukan melalui uji korelasi antara skor sikap dengan skor final IPA Fisika dan skor final Pendidikan IPA 2. Uji statistik korelasi menggunakan product
momentPearson dan dibantu oleh program SPSS 16.0.
B. Subjek Penelitian
C. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian adalah sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian adalah nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 mahasiswa PGSD.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian : PGSD Universitas Sanata Dharma.
2. Waktu penelitian : Tanggal 11 Mei sampai dengan 29 Mei 2012.
E. Teknik Pengumpulan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini teknik pengumpulan hasil penelitian menggunakan instrumen-instrumen yang bertujuan untuk mengukur sikap mahasiswa dan mengetahui prestasi IPA Fisika dan Pendidikan IPA 2. Instrumen-instrumen tersebut antara lain kuesioner, nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2, observasi, dan wawancara.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
digunakan instrumen bentuk nontes yaitu kuesioner, nilai final, observasi, dan wawancara.
a. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk
memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010:61). Kuesioner sikap dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pengukuran sikap model Likert, dimana terdapat alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Alternatif jawaban tersebut adalah sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan tentang sikap terhadap IPA Fisika. Kuesioner berisi 30 pernyataan yang terdiri dari 26 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Pernyataan-pernyataan sikap tersebut secara garis besar terdapat dalam kisi-kisi kuesioner. Kuesioner dikembangkan oleh peneliti dari kuesioner sikap pada artikel The Psychometric Evaluation of a Three-Dimension Elementary Science Attitude Survey (Danhui & Campbell, 2010) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
b. Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2
IPA Fisika dan dosen pengampu mata kuliah Pendidikan IPA 2). Nilai final yang diperoleh berupa skor angka bukan huruf.
c. Observasi
Kegiatan observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera maupun alat-alat elektronik (Suparno, 2010:63). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi tipenaturalistic observation. Aspek-aspek yang diamati dalam observasi antara lain memperhatikan penjelasan dosen, mencatat hal-hal penting dari penjelasan dosen, bertanya seputar penjelasan dosen, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas (latihan di dalam kelas), berdiskusi dengan teman, dan kemauan untuk berkonsentrasi selama kuliah IPA Fisika dan kuliah Pendidikan IPA 2. Aspek-aspek sikap tersebut tertuang dalam lembar observasi yang diisi ketika melakukan observasi proses pembelajaran. Observasi dilakukan sebanyak satu kali di masing-masing kelas saat kuliah IPA Fisika dan kuliah Pendidikan IPA 2. Observasi dilakukan dengan merekam kegiatan belajar dalam kelas, mengisi lembar pengamatan dan dokumentasi foto.
d. Wawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan merupakan bentuk wawancara terstruktur dimana pewawancara menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2006:190).
Permasalahan yang tertuang dalam pertanyaan-pertanyaan wawancara berhubungan dengan sikap terhadap IPA Fisika. Wawancara ini terdiri dari delapan pertanyaan.
Terwawancara yang dimintai jawabannya adalah mereka yang hasil kuesionernya dan data nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Sikap positif terhadap IPA Fisika dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 tinggi.
2) Sikap positif terhadap IPA Fisika dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 rendah.
3) Sikap negatif terhadap IPA Fisika dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 tinggi.
4) Sikap negatif terhadap IPA Fisika dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 rendah.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada subjek penelitian sekaligus melakukan observasi selama proses pembelajaran IPA Fisika dan Pendidikan IPA 2. Kemudian dilakukan pengumpulan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2. Setelah dilakukan analisis hasil pengisian kuesioner dan analisis nilai, dilanjutkan dengan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian. Di akhir keseluruhan rangkaian penelitian, dilakukan transkrip data dan pengkodingan untuk memproses hasil-hasil penelitian. Secara sederhana prosedur untuk mendapatkan hasil penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Kuesioner + Observasi + Dokumentasi nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2
Wawancara
Transkrip hasil penelitian dancoding
Gambar 3.1.
F. Uji Validitas Kuesioner
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan (Suparno, 2010:68). Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity
(validitas isi) dan validitas konstruksi. Validitas isi yaitu isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur. Apakah item tes sungguh mempresentasikan isi yang mau dites (Suparno, 2010:68).
Sedangkan validitas konstruksi, melihat kesesuaian antara konstruksi teoritik (definisi-definisi) yang digunakan oleh pembuat alat pengukur dengan item yang terdapat dalam instrumen. Jika ada kesesuaian yang logik antara definisi dengan item, maka item itu dipandang valid. Jika sebaliknya, maka akan dipandang invalid (Hadi, 2004:125). Di samping itu, kuesioner dalam penelitian ini juga menggunakan validitas dan reliabilitas dari kuesioner sikap
dalam artikel The Psychometric Evaluation of a Three-Dimension Elementary
G. Teknik Analisis Hasil Penelitian
Teknik analisis hasil penelitian yang dijabarkan di sini merupakan teknik mengolah hasil penelitian. Analisis hasil-hasil penelitian tersebut terdiri dari analisis kuesioner sikap, analisis nilai final, analisis hasil observasi dan analisis hasil wawancara.
1. Analisis Kuesioner Sikap
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kuesioner sikap dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pengukuran sikap model Likert. Untuk melakukan analisis, maka alternatif jawaban yang sudah dibuat, diberi angka-angka sebagai simbol agar dapat dilakukan perhitungan atau penyekoran untuk tiap pernyataan dan untuk memperoleh skor total kuesioner. Skoring hasil kuesioner ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1.
Pernyataan-pernyataan negatif terdapat pada nomor 12, 16, 21 dan 26. Adapun kisi-kisi kuesioner disusun seperti dalam tabel berikut:
Tabel 3.2.
Tabel Kisi-Kisi Kuesioner
No Kisi-kisi pernyataan kuesioner Pernyataan nomor
1 Pentingnya IPA Fisika dalam hidup 1, 2, 3
2 Kesenangan untuk mendiskusikan
IPA Fisika
4, 7, 10, 12, 17
3 Kesenangan untuk memecahkan
permasalahan IPA Fisika
5, 6, 13, 18
4 Kesenangan untuk mempelajari IPA
Fisika dengan beberapa cara
9, 11, 14
5 Kemauan untuk mendalami IPA
Fisika
8, 15, 16, 21, 22, 29
6 Keinginan untuk bertahan lama
dalam belajar IPA Fisika
19, 20, 25, 26, 27
7 Keinginan mendapatkan prestasi
yang baik dalam IPA Fisika
23, 24, 28, 30
mahasiswa, skor-skor tersebut diubah ke dalam data ordinal untuk pendeskripsian sikap mahasiswa. Dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah yang mungkin dicapai mahasiswa, dapat dibuat kriteria sikap mahasiswa seperti yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 3.3.
Tabel Kriteria Sikap
Skor total Kriteria Sikap
97–120 Sangat Positif
73–96 Positif
49–72 Netral
25–48 Negatif
0- 24 Sangat Negatif
Untuk menentukan kriteria sikap setiap mahasiswa, digunakan tabel di bawah ini:
Tabel 3.4.
Tabel Kriteria Sikap Setiap Mahasiswa
Mahasiswa Skor total Kriteria sikap
1 2
Skor konversi = x100
Kriteria sikap setelah skor sikap dikonversikan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.5.
Tabel Kriteria Sikap Setelah Skor Sikap Dikonversikan
Skor Kriteria Sikap
81–100 Sangat Positif
61–80 Positif
41–60 Netral
21–40 Negatif
0 - 20 Sangat Negatif
kuesioner, selanjutnya ditentukan kriteria nilai-nilai tersebut sebagai
Nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 berupa skor final dari keseluruhan proses pembelajaran. Skor tersebut merupakan jenis data interval (data kontinum). Tetapi untuk mengetahui kriteria nilai IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2, nilai-nilai tersebut diubah ke dalam data ordinal untuk pendeskripsian nilai mahasiswa. Karena rentang nilai final adalah antara 0-100, dapat dibuat kriteria nilai sebagai berikut:
Tabel 3.7.
Tabel Kriteria Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2
Untuk menentukan kriteria nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 setiap mahasiswa, dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3.8.
Tabel Kriteria Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2
Setiap Mahasiswa
Mahasiswa Nilai IPA Fisika dan Nilai
Pendidikan IPA 2
Setelah dilakukan observasi selama proses pembelajaran, dilakukan analisis berupa membuat transkrip dari hasil rekaman video, dan
bersangkutan, kemudian dibagi dengan jumlah mahasiswa dari ketiga kolom. Setelah didapatkan nilai peringkat dari semua aspek sikap, selanjutnya ditentukan kriteria nilai-nilai tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.9.
Tabel Kriteria Nilai Peringkat Aspek Sikap
Nilai Peringkat Kriteria
2 - 3 Tinggi
1 - 2 Sedang
0 - 1 Rendah
Kriteria aspek sikap yang ditentukan seperti pada tabel di atas
disesuaikan dengan jumlah pengelompokkan intensitas sikap
sebanyak tiga kelompok, yaitu intensitas tinggi, sedang, dan rendah. Semakin tinggi intensitas sikap, semakin positif sikap mahasiswa terhadap IPA Fisika.
4. Analisis Hasil Wawancara
Membuat transkrip dari keseluruhan wawancara kemudian
5. Analisis Korelasi antara Sikap dengan Nilai Final IPA Fisika
dan Nilai Final Pendidikan IPA 2
Kemudian, untuk mendapatkan korelasi antara sikap terhadap IPA Fisika dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2,
digunakan statistik korelasi product moment Pearson, dengan
memasukkan skor hasil kuesioner ke dalam variabel X serta skor final IPA Fisika dan skor final Pendidikan IPA 2 ke dalam variabel Y. Nilai korelasi adalah antara 0 dan ±1. Koefisien mendekati -1 atau +1 berarti mempunyai relasi yang tinggi. Rumus korelasi product momentPearson yaitu:
r = N ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
{N ∑ X − (∑ X) }{N ∑ Y − (∑ Y) }
Keterangan:
rXY : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, yaitu dua variabel
yang dikorelasikan.
N : Jumlah subjek penelitian
X : Skor sikap (yang telah dikonversikan) mahasiswa terhadap IPA
Fisika.
Y : Nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 mahasiswa.
Tabel 3.10.
Tabel Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan instrumen-instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka pembahasannya nanti akan mencakup hasil penelitian utama yaitu skor kuesioner, nilai final IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 serta hasil penelitian pendukung yaitu hasil observasi dan hasil wawancara mahasiswa.
1. Hasil Kuesioner
Hasil kuesioner berupa skor total dari 30 item pernyataan yang memiliki lima opsi yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner terdiri dari 26 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.
Kuesioner diisi oleh mahasiswa PGSD sebanyak 110 orang. Mahasiswa sebagai responden berasal dari kelas 4C sebanyak 44 orang, dari kelas 6A sebanyak 40 orang dan dari kelas 6B sebanyak 26 orang. Skor total kuesioner mewakili sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika.
Data mentah hasil kuesioner dibuat pada tabel (terlampir pada lampiran 6).
2. Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2
nilai Pendidikan IPA 2 diperoleh dari nilai UTS 1, UTS 2, dan UAS serta presensi. Data nilai final dibuat pada tabel (terlampir pada lampiran 8, 9, dan 10).
3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi diperoleh dari lembar pengamatan yang berisi tujuh item pernyataan dan koding video pembelajaran di kelas.
Hasil observasi dibuat dalam transkrip (terlampir pada lampiran 12, 13, dan 14).
4. Hasil Wawancara
Hasil wawancara diperoleh dari koding tanya jawab yang terdiri dari delapan pertanyaan. Mahasiswa yang diwawancarai sebanyak 12 orang dari tiga kelas yang dijadikan subjek penelitian dan dari masing-masing kelas terdiri atas empat orang. Keempat orang yang diwawancarai memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Skor kuesioner tinggi dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 tinggi.
b. Skor kuesioner tinggi dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 rendah.
c. Skor kuesioner rendah dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 tinggi.
d. Skor kuesioner rendah dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 rendah.
B. Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian meliputi analisis sikap mahasiswa terhadap IPA Fisika melalui kuesioner, observasi dan wawancara, analisis nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2, serta analisis korelasi antara sikap dengan nilai final IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2. Penjabaran analisis-analisis tersebut sebagai berikut:
1. Analisis Sikap Mahasiswa Melalui Hasil Kuesioner
Untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswa terhadap IPA Fisika, kuesioner dianalisis dengan menjumlahkan skor setiap item pernyataan. Kemudian skor tersebut digolongkan ke dalam kriteria sikap yang telah dirancang pada bab III.
Kriteria sikap mahasiswa semester IV menunjukkan adanya sikap sangat positif, sikap positif, dan sikap netral terhadap IPA Fisika. Sedangkan untuk mahasiswa semester VI tidak menunjukkan adanya sikap netral. Gambaran sikap mahasiswa PGSD menurut semester terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1.
Tabel Sikap Mahasiswa PGSD Menurut Semester
Ketika yang memiliki sikap netral lebih sedikit jika lah mahasiswa yang memiliki sikap sangat posi ara keseluruhan, lebih dari 50% mahasiswa bersi
3,64% mahasiswa yang bersikap netral sehin
menunjukkan sikap mahasiswa PGSD terdiri d sikap sangat positif, sikap positif, dan sikap netr ndominasi sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA
entase sikap digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1.
k Persentase Sikap Mahasiswa PGSD Terhad
lisis item kuesioner sebanyak 30 pernyataan di n item mana yang memiliki peringkat nilai
n peringkat item dengan mengamati banyakn
dalam setiap kolom jawaban yang menunjukkan nilai tertentu. Banyaknya centangan dalam kolom dikalikan dengan nilai kolom yang bersangkutan, kemudian dibagi dengan jumlah subjek penelitian (Arikunto, 2006:242).
Urutan peringkat nilai item kuesioner pada tabel di bawah ini untuk menentukan pada item kuesioner mana sikap mahasiswa yang paling positif sampai dengan yang paling negatif.
Tabel 4.2.
Tabel Urutan Nilai Peringkat Item Kuesioner
Pernyataan
nomer Pernyataan
Nilai
peringkat Kriteria
24 Saya akan kecewa jika nilai ujian IPA Fisika
saya jelek 4,33 Sangat Positif
3 IPA Fisika sangat penting dalam kehidupan kita 4,32 Sangat Positif
15 Saya ingin tahu banyak tentang alam di sekitar
saya 4,28 Sangat Positif
10 Kerja kelompok sering dibutuhkan untuk
memecahkan persoalan IPA Fisika yang sulit 4,27 Sangat Positif
25 Saya mempelajari IPA Fisika agar kelak bisa
mengajar IPA 4,20 Sangat Positif
6
Saya senang menemukan jawaban-jawaban dari
pertanyaan “mengapa” dalam IPA Fisika
melalui percobaan/ eksperimen daripada melalui penjelasan kata-kata
4,03 Sangat Positif
13
Saya merasa senang bila saya bisa memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan IPA Fisika yang sudah saya pelajari
4,01 Sangat Positif
23 Saya berusaha belajar dengan tekun supaya nilai
IPA Fisika saya baik 3,99 Positif
29 Saya selalu ingin mendapat jawaban untuk
setiap fenomena alam 3,92 Positif
27 Saya senang melakukan kegiatan penelitian IPA
Fisika 3,89 Positif
7
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam IPA Fisika, saya akan memikirkannya dahulu sebelum bertanya untuk minta bantuan
3,85 Positif
11
Saya ingin mencoba bermacam-macam cara untuk mengetahui lebih banyak tentang IPA Fisika
Pernyataan
nomer Pernyataan
Nilai
peringkat Kriteria
18 Saya mengerjakan tugas IPA Fisika dengan
sungguh-sungguh dan teliti 3,74 Positif
1 Saya merasa sangat suka belajar IPA Fisika 3,71 Positif
22 Saya selalu memperhatikan penjelasan dosen
sewaktu kuliah IPA Fisika 3,64 Positif
14 Saya senang menonton acara TV yang
berhubungan dengan IPA Fisika 3,56 Positif
8 Hal terpenting dalam mempelajari IPA Fisika
adalah mengingat teori dan konsep ilmiahnya
3,51
Positif
26
Saya merasa bosan belajar IPA Fisika karena sudah belajar IPA Fisika sejak masih di bangku sekolah
3,47 Positif
2 Saya merasa belajar IPA Fisika mempermudah
saya belajar mata kuliah yang lain 3,46 Positif
5 Saya senang membantu teman mengerjakan
soal-soal IPA Fisika 3,34 Positif
4 Saya sering membicarakan IPA Fisika bersama
teman-teman 3,24 Positif
17 Saya senang mengemukakan ide/gagasan saat
berdiskusi tentang IPA Fisika 3,19 Positif
9 Saya suka membaca buku tentang IPA Fisika 3,12 Positif
28 Saya merasa bersaing dengan teman-teman
untuk mendapatkan nilai IPA Fisika yang baik 3,05 Positif
30 Saya meluangkan sebagian besar waktu saya di
rumah/kos untuk belajar IPA Fisika 2,87 Netral
16 Saya merasa IPA Fisika sangat sulit untuk
dipahami 2,78 Netral
21 Saya merasa jenuh ketika mempelajari rumus
dalam IPA Fisika 2,72 Netral
12
Ketika berdiskusi tentang IPA Fisika, saya selalu memiliki pendapat yang berbeda dengan teman
2,71 Netral
20 Saya senang bila jam mata kuliah IPA Fisika
ditambah 2,66 Netral
19 Saya ingin menjadi ilmuwan 2,58 Netral
sikap mahasiswa terhadap IPA Fisika dalam kecenderungan tingkat sangat
positif. Kata “kecewa” menunjukkan bahwa sebelumnya ada harapan
untuk memperoleh nilai yang baik dan harapan itu memberikan suatu ekspresi sikap positif untuk mendapatkan nilai (prestasi) yang baik sebagai tolak ukur kemampuan belajar IPA Fisika. Hal ini memperkuat pernyataan Weinburgh dalam Cracker (2006:1)as would be expected, positive attitude toward science lead to better results on achievement measures of science
capability. Pernyataan Weinburgh itu menyampaikan bahwa sikap yang positif terhadap sains mampu mengarahkan seseorang menuju prestasi yang lebih baik dalam kemampuan sains.
Kemudian, peringkat kedua nilai tertinggi untuk item soal nomer 3 (IPA Fisika sangat penting dalam kehidupan kita). Nilai peringkatnya sebesar 4,32. Nilai ini menunjukkan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek yang dalam hal ini adalah IPA Fisika dilihat dari segi pentingnya ilmu pengetahuan tersebut bagi kehidupan. Anggapan tersebut melibatkan pengalaman dan pengetahuan seseorang tentang IPA Fisika, dimana pengetahuan merupakan unsur kognitif yang menjadi salah satu dimensi dari sikap.
motivasi untuk bertindak mencari informasi lebih banyak tentang apa yang ingin diketahui.
Sebaliknya, item soal kuesioner nomer 19 (saya ingin menjadi ilmuwan) mendapat peringkat terendah dengan nilai peringkat sebesar 2,58. Sebanyak 54 mahasiswa memilih untuk bersikap netral terhadap pernyataan ini. Sikap netral terhadap item ini menunjukkan sikap yang berada di tengah-tengah antara mendukung dan tidak mendukung. Terdapat 5 orang mahasiswa yang setuju dengan pernyataan ini dan 4 orang yang sangat setuju. Jumlah ini terhitung sedikit dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang bersikap netral bahkan tidak setuju. Sebanyak 32 mahasiswa memilih tidak setuju dan 13 orang sangat tidak setuju. Sikap tersebut menyatakan tidak ada keinginan untuk menjadi seorang ilmuwan. Tetapi sikap mereka terhadap sosok seorang ilmuwan adalah netral. Sikap tersebut muncul karena pendidikan yang sedang digeluti saat ini adalah keguruan, dimana mahasiswa adalah calon guru bukan calon ilmuwan.
Gambaran yang jelas tentang seorang ilmuwan mempengaruhi mahasiswa dalam menentukan sikap. Gambaran seorang ilmuwan itu meliputi gambaran fisik, kegiatan yang dilakukan, penampilan, karakter, usia, gender, dan tempat bekerja seorang ilmuwan. Penelitian yang
dilakukan oleh Demirbas (2009:3) dalam artikel “The Relationship
Between The Scientist Perception and Scientific Attitudes of Science
pandangan atau sikap yang positif tentang ilmuwan mempengaruhi sikap terhadap sains dan menjadikan siswa tertarik untuk memilih pekerjaan yang berkaitan dengan sains. (Analisis peringkat item soal kuesioner terdapat pada lampiran 7).
2. Analisis Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2
Mahasiswa PGSD
Nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 mewakili prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah IPA Fisika dan mata kuliah Pendidikan IPA 2. Nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 diperoleh dari nilai UTS 1, UTS 2, dan UAS serta presensi (data nilai final terdapat pada lampiran 8,9 dan 10). Nilai final mahasiswa dikriteriakan seperti pada bab III. Nilai final mahasiswa di ketiga kelas yaitu kelas 4C, kelas 6A dan kelas 6B berada di rentang nilai 81–100 dan rentang 61–80. Rentang ini menunjukkan kriteria nilai yang sangat baik dan nilai yang baik. Nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 tersebut nampak dalam tabel berikut:
Tabel 4.3.
Tabel Nilai Final IPA Fisika dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 Mahasiswa PGSD beserta Kriterianya
Nilai Kriteria Nilai Jumlah Mahasiswa
81–100 Sangat Baik 31 orang
61–80 Baik 79 orang
41–60 Cukup 0
21–40 Kurang 0
0–20 Sangat Kurang 0
Dari tabel di atas, terlihat bahwa mahasiswa sebagian besar memiliki nilai yang baik dalam mata kuliah IPA Fisika dan sisanya adalah mahasiswa yang nilainya sangat baik. Dalam penelitian ini, tidak ada mahasiswa di semester IV dan semester VI yang memiliki nilai cukup bahkan kurang. Sehingga, ketika nilai di atas dikaitkan dengan sikap mahasiswa terhadap IPA Fisika yang didominasi oleh sikap positif, ternyata nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 juga berada di rentang nilai baik sampai dengan rentang nilai sangat baik.
3. Analisis Korelasi Skor Kuesioner Sikap dengan Nilai Final IPA Fisika
dan Nilai Final Pendidikan IPA 2 Menggunakan Program SPSS 16.0
Skor kuesioner dan skor final yang dikorelasikan merupakan jenis data interval (kontinum) sehingga korelasi yang digunakan adalah uji korelasi
product moment Pearson. Uji korelasi ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Pada tabel-tabel berikut ini disajikan hasil uji korelasi antara sikap dengan nilai IPA Fisika pada mahasiswa semester IV dan korelasi antara sikap dengan nilai Pendidikan IPA 2 pada mahasiswa semester VI. Tabel hasil uji korelasi diawali dengan tabel deskripsi statistik yang menyatakan rata-rata serta standar deviasi skor sikap dan skor final.
a. Kelas 4C
Tabel 4.4.
Tabel Deskripsi Statistik Sikap dan Nilai IPA Fisika Kelas 4C
Mean Std. Deviation N
Sikap 76.27 6.075 44
Nilai IPA Fisika 81.09 4.011 44
Tabel 4.5.
Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai IPA Fisika Kelas 4C
Sikap Nilai IPA Fisika
Sikap Pearson Correlation 1 .318*
Sig. (2-tailed) .036
N 44 44
Nilai IPA Fisika Pearson Correlation .318* 1
Sig. (2-tailed) .036
N 44 44
Hasil analisis (dapat dilihat pada tabel 4.5.) menunjukkan bahwa sikap terhadap IPA Fisika berkorelasi positif dengan nilai IPA Fisika. Koefisien korelasinya sebesar 0,318 dan probabilitasnya 0,036. Taraf signifikansi 5%. Deskripsi statistiknya menunjukkan bahwa nilai rata sikap berada di daerah sikap positif dan rata-rata nilai IPA Fisika berada di daerah sangat baik. Dapat dilihat secara garis besar bahwa sikap yang positif berdampak pada prestasi yang bagus.
b. Kelas 6A
Tabel 4.6.
Tabel Deskripsi Statistik Sikap dan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6A
Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6A
Sikap
Nilai Pendidikan IPA 2
Sikap Pearson Correlation 1 .380*
Sig. (2-tailed) .016
Hasil analisis (dapat dilihat pada tabel 4.7.) menunjukkan bahwa sikap terhadap IPA Fisika berkorelasi positif dengan nilai Pendidikan IPA 2. Koefisien korelasinya sebesar 0,380 dan probabilitasnya 0,016. Taraf signifikansi 5%. Deskripsi statistiknya menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap berada di daerah sikap positif dan rata-rata nilai Pendidikan IPA 2 berada di daerah nilai baik. Dapat dilihat secara garis besar bahwa sikap yang positif berdampak pada prestasi yang bagus.
c. Kelas 6B
Tabel 4.8.
Tabel Deskripsi Statistik Sikap dan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6B
Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai Pendidikan IPA 2 Kelas 6B
Sikap
Nilai Pendidikan IPA 2
Sikap Pearson Correlation 1 .463*
Sig. (2-tailed) .017
Hasil analisis (dapat dilihat pada tabel 4.9.) menunjukkan bahwa sikap terhadap IPA Fisika berkorelasi positif dengan nilai Pendidikan IPA 2. Koefisien korelasinya sebesar 0,463 dan probabilitasnya 0,017. Taraf signifikansi 5%. Deskripsi statistiknya menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap berada di daerah sikap positif dan rata-rata nilai Pendidikan IPA 2 berada di daerah nilai baik. Dapat dilihat secara garis besar bahwa sikap yang positif berdampak pada prestasi yang bagus.
Uji korelasi di setiap kelas menunjukkan bahwa korelasi antara sikap terhadap IPA Fisika dengan nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 adalah signifikan pada level 0,05. Hasil uji tersebut masih terlihat secara terpisah, belum bisa menggambarkan keseluruhan sikap mahasiswa. Maka, uji korelasi sikap terhadap IPA Fisika dengan nilai final IPA Fisika dan nilai final Pendidikan IPA 2 juga dilakukan secara tergabung untuk menggambarkan secara lebih utuh tentang korelasi antara sikap dengan nilai final. Uji korelasi dilakukan secara sama dan menggunakan program statistik yang sama. Hasil uji korelasinya sebagai berikut:
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel Korelasi Sikap dengan Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2
Sikap
Nilai IPA Fisika dan Nilai Pendidikan IPA 2
Sikap Pearson Correlation 1 .348**
Sig. (2-tailed) .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil korelasinya justru sangat signifikan pada level 0,01. Koefisien korelasinya sebesar 0,348. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Deskripsi statistiknya menunjukkan bahwa rata-rata sikap berada di daerah sikap positif dan rata-rata nilai IPA Fisika dan nilai Pendidikan IPA 2 berada di daerah nilai baik. Dapat dilihat secara garis besar bahwa sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika adalah positif, dan nilai IPA Fisika serta nilai Pendidikan IPA 2 mahasiswa PGSD termasuk kriteria nilai yang baik. Jelas di sini terlihat ada korelasi antara sikap yang positif dengan prestasi belajar. Sikap yang positif terhadap IPA Fisika berpengaruh pada keberhasilan prestasi mata kuliah IPA Fisika dan mata kuliah Pendidikan IPA 2.
sikap dipaparkan melalui hasil observasi dan wawancara. Meskipun dari skor kuesioner dan nilai final IPA Fisika serta nilai final Pendidikan IPA 2 telah dapat dilakukan uji korelasi antara sikap dengan nilai, tetapi deskripsi dan analisis tersebut belum secara tegas memberikan informasi sikap mahasiswa PGSD terhadap IPA Fisika. Maka untuk memperkuat hasil kuesioner dan uji korelasi, serta untuk mendapatkan ekspresi sikap yang sebenarnya dari mahasiswa, penelusuran sikap dilakukan melalui observasi dan wawancara.
4. Analisis Sikap Mahasiswa Melalui Hasil Observasi
51
No Aspek Sikap Intensitas Sikap Jumlah
(orang)
Jumlah
Nilai
Rata-rata
Nilai Kriteria
3 2 1
1 Memperhatikan penjelasan dosen 60 49 1 110 279 2,54 Tinggi
2 Mencatat hal-hal penting dari penjelasan
dosen 12 20 11 43 87 2,02 Tinggi
3 Bertanya seputar penjelasan dosen 7 5 37 49 68 1,39 Sedang
4 Mengemukakan pendapat 11 15 5 31 68 2,19 Tinggi
5 Mengerjakan tugas 24 20 18 62 130 2,10 Tinggi
6 Berdiskusi dengan teman 20 17 1 53 95 1,79 Sedang
7 Kemauan untuk berkonsentrasi selama
kuliah IPA Fisika 37 46 7 90 210 2,33 Tinggi
52
Secara umum sikap mahasiswa dari ketiga kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian, cenderung sesuai dengan aspek sikap pada
lembar pengamatan, yaitu aspek sikap “mahasiswa memperhatikan
penjelasan dosen”danaspek sikap “adanya kemauan untuk berkonsentrasi selama kuliah IPA Fisika”. Mahasiswa juga mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan dosen. Secara umum sikap ini menunjukkan sikap positif (intensitas sikap tinggi) terhadap IPA Fisika karena mahasiswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran IPA Fisika kelas 4C berlangsung di ruang 1 PGSD 3 pada tanggal 15 Mei 2012 mulai pukul 07.00-08.50. Observasi dilakukan bersama 4t orang observer. Mahasiswa yang diobservasi sebanyak 44 orang sehingga setiap observer mengamati 11 mahasiswa. Ketika observasi ini diadakan, mahasiswa terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk mempresentasikan alat peraga Fisika yang dibuat berkelompok. Setelah dosen masuk dan mengawali kuliah IPA Fisika dengan berdoa, mahasiswa memulai presentasi. Presentasi kelompok dilaksanakan selama proses pembelajaran dan di akhir rangkaian presentasi beberapa kelompok, dosen hanya memberikan tambahan penjelasan materi sampai proses pembelajaran berakhir pukul 08.50.
penjelasan materi. Dari hasil observasi terlihat bahwa sepanjang proses
pembelajaran, mahasiswa cenderung bermain handphone atau mengobrol
dengan teman. Mereka tidak memperhatikan sepenuhnya presentasi maupun penjelasan dosen, bahkan mereka melakukan kegiatan lain, yaitu mempersiapkan materi presentasi berikutnya.
Proses pembelajaran Pendidikan IPA 2 kelas 6A berlangsung di ruang laboratorium IPA pada tanggal 11 Mei 2012 mulai pukul 13.00-14.50. Observasi dilakukan bersama 4 orang observer. Mahasiswa yang diobservasi sebanyak 40 orang, sehingga setiap observer mengamati 10 mahasiswa. Proses pembelajaran di kelas ini terdiri atas dua sesi, yaitu sesi I dan sesi II. Sesi I (satu jam pelajaran) diisi oleh sekelompok mahasiswa
yang akan melakukan praktek microteaching tentang konduktor dan
isolator. Sekelompok mahasiswa tersebut membagi mahasiswa yang lain
ke dalam kelompok-kelompok. Praktek microteaching diisi dengan
kegiatan simulasi tentang konduktor dan isolator, diskusi kelompok, serta tanya jawab. Kemudian, sesi II (satu jam pelajaran berikutnya) diisi dengan penjelasan tambahan oleh dosen. Suasana pembelajaran di kelas 6A lebih berdinamika karena mahasiswa mengarah ke sikap yang positif untuk mempersiapkan diri menjadi guru SD. Selama proses pembelajaran juga terjadi tanya jawab antara dosen dengan mahasiswa, pemberian
komentar dari mahasiswa terhadap praktek microteaching, sharing
mengenai teori-teori Fisika yang masih keliru, serta pemberian saran-saran yang berkaitan dengan teknik mengajar IPA untuk siswa SD.
Proses pembelajaran Pendidikan IPA 2 kelas 6B berlangsung di ruang 1 PGSD 3 pada tanggal 26 Mei 2012 mulai pukul 10.00-11.50. Observasi dilakukan bersama 8 orang observer. Mahasiswa yang diobservasi sebanyak 26 orang, sehingga setiap observer mengamati antara 3 sampai 4 orang mahasiswa. Di kelas ini, mahasiswa terbagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok mendapat modul tentang CTL (Cooperative Teaching and Learning) untuk dibahas dalam kelompok. Setelah 15 menit, 2 orang anggota dari kelompok yang berbeda bertukar kelompok lalu mensharingkan pengetahuan yang didapat dari kelompok asal. Demikian juga anggota kelompok yang didatangi mengungkapkan pengetahuannya kepada anggota yang baru. Setelah sharing selesai, dilanjutkan dengan tanya jawab. Kelompok penanya mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang ditunjuk untuk menjawab. Kelompok lain boleh menambahkan penjelasan kelompok penjawab. Selanjutnya, kelompok yang sebelumnya berperan sebagai kelompok penjawab, sekarang mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Di akhir setiap jawaban kelompok, dosen memberikan tambahan penjelasan dan penegasan konsep. Proses tanya jawab berlangsung sampai pembelajaran berakhir pukul 11.50.
membosankan. Seperti pada kelas sebelumnya, mahasiswa di kelas ini
juga memperhatikan penjelasan kelompok yang membagikan
pengetahuannya tentang CTL (Cooperative Teaching and Learning). Hal yang menarik selama proses pembelajaran di kelas 6B adalah seluruh mahasiswa ikut terlibat dalam tanya jawab dan tidak ada mahasiswa yang sibuk dengan urusan sendiri atau tidak memperhatikan penjelasan kelompok lain maupun dosen.
5. Analisis Sikap Mahasiswa Melalui Hasil Wawancara
Data wawancara diperoleh dari koding tanya jawab dengan delapan pertanyaan untuk mahasiswa. Jawaban-jawaban yang tertulis dalam analisis ini merupakan jawaban yang lebih lengkap dibandingkan dengan jawaban dari responden lain. Jawaban mahasiswa ditandai dengan inisial
“mahasiswa 1, mahasiswa 2, dst....”. Namun, inisial yang sama pada
pertanyaan yang berbeda, bukan berasal dari responden yang sama.
a. Apakah anda tertarik belajar IPA Fisika?
Jawaban-jawaban yang muncul dari pertanyaan ini sebagian besar mengacu ke proses penyampaian materi IPA Fisika.
Mahasiswa 1: “Saya tertarik belajar Fisika karena Fisika sangat menyenangkan ketika kita bisa
mampumenyelesaikan soal-soal Fisika”.
Mahasiswa 2:“...basic saya sejak SMA itu IPA. Saya
merasa tertarik”.
Mahasiswa 3:“....tentu, apalagi guru atau dosennya
nyenengin”.
Mahasiswa 4: “....tertarik, tetapi tergantung dosennya