• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pemberian Pupuk Kompos dan Pupuk Kandang Terhadap Kualitas Simplisia Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Pemberian Pupuk Kompos dan Pupuk Kandang Terhadap Kualitas Simplisia Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A.182 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 42 Tahun 2018

“Peran Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia”

Perbandingan Pemberian Pupuk Kompos dan Pupuk Kandang terhadap Kualitas

Simplisia Purwoceng (

Pimpinella alpina

Molk.)

Nurul Husniyati Listyana1 dan Rachma Jati Ludihargi2

1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,

Jalan Raya Lawu No 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah

2Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang, Jawa Timur

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pemberian pupuk kompos dan pupuk kandang terhadap kualitas simplisia purwoceng. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu. Pada penelitian ini tanaman purwoceng dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama diberikan pupuk kandang dan kelompok kedua diberikan pupuk kompos. Tanaman yang dianalisis dipanen pada umur 16 MST. Analisis yang dilakukan meliputi kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan stigmasterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos mampu meningkatkan kadar sari dan kadar stigmasterol pada purwoceng yang dipanen pada umur 16 MST dibandingkan purwoceng yang dipupuk menggunakan pupuk kandang. Pemberian pupuk kompos memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan perlakuan menggunakan pupuk kandang.

Kata kunci : purwoceng, pupuk kompos, pupuk kandang, kadar sari, kadar stigmasterol

Pendahuluan

Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia yang cocok tumbuh di dataran tinggi dengan curah hujan yang relatif tinggi (> 4000 mm/tahun) dan kurang tahan terhadap kekeringan (Rahardjo et al, 2006). Berdasarkan penelitian Widodo (2012) purwoceng dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Tawangmangu.

Purwoceng lazim digunakan dalam pembuatan jamu dan telah banyak beredar di pasaran. Bagian yang digunakan adalah akar atau herba. Akar purwoceng mengandung senyawa kumarin (bergapten dan isobergapten serta xantotoksin, umbeliferon, dan marmesin), saponin, dan sterol (stigmasterol dan γ-sitosterol) furanokumarin (bergapten, isobergapten, psoralen, dan sphondin), saponin, sterol, dan alkaloid (Widiyastuti et al, 2012). Khasiat purwoceng yang

(2)

A.183 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

paling populer adalah untuk membangkitkan dan menjaga vitalitas pria yang ditunjukkan oleh sebuah penelitian bahwa purwoceng dapat meningkatkan libido, meningkatkan hormon testosteron dan meningkatkan jumlah spermatozoid dengan efek androgenik yang lebih rendah dibandingkan dengan testosteron standar (Nasihun, 2012; Usmiati dan Yuliani, 2010). Selain itu purwoceng juga mempunyai khasiat antibakteri, menangkal radikal bebas dan meningkatkan keberhasilan implantasi pada tikus bunting (Wahyuningrum et al, 2016; Satyaningtijas et al, 2014).

Menurut Yuhono (2004) permintaan purwoceng oleh industri jamu mencapai 200-800 kg/bulan, namun sayangnya petani hanya mampu memasok 40-50 kg/bulan. Memperhatikan besarnya angka kebutuhan bahan baku tersebut maka potensi pengembangan tanaman purwoceng sangat besar, akan tetapi terkendala dengan terbatasnya pengembangan dan pembudidayaan tanaman purwoceng. Kendala utama yang dihadapi yaitu belum tersedianya panduan teknik budidaya untuk meningkatkan kandungan senyawa aktif tanaman purwoceng yang dapat menentukan kualitas sebagai tanaman obat.

Dalam budidaya tanaman purwoceng, jenis media dan unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sofyan et al. 2014). Dewasa ini, penggunaan pupuk kimia yang berlebih menyebabkan menurunnya kesuburan biologis tanah, rusaknya struktur tanah dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara pemupukan yang ramah lingkungan yaitu melalui pengunaan pupuk organik. Tujuan akhir dari budidaya tanaman adalah didapatkan hasil yang optimal dan dapat meningkatkan kandungan metabolit sekunder tanaman purwoceng.

Pupuk organik merupakan hasil dari penguraian bagian-bagian atau sisa (serasah) tanaman dan binatang. Pupuk organik mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, sehingga kesuburan tanah meningkat (Yuliarti, 2009). Sedangkan berdasarkan Permentan nomor 2 tahun 2006, pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Termasuk jenis pupuk organik yaitu pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk organik cair dan pupuk organik padat.

Berdasarkan penelitian Fitrah dan Amir (2015) pemberian pupuk organik mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sedangkan menurut penelitian Sutoyo dan Hulopi (2009) pupuk organik padat mampu memperbaiki struktur tanah dan menambah mikroorganisme tanah namun tidak menimbulkan interaksi yang nyata antara frekuensi

(3)

A.184 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

pemberian dan dosis pupuk. Pemberian pupuk kompos mampu meningkatkan jumlah daun, menambah diameter tajuk dan meningkatkan biomassa purwoceng (Dewi et al, 2013). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui perbandingan pemberian pupuk kompos dan pupuk kandang terhadap kualitas simplisia purwoceng

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di lapangan dan di laboratorium. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional pada bulan Juni-Oktober 2016. Pada penelitian ini menggunakan dua kelompok perlakuan yaitu, kelompok pertama diberikan pupuk kandang dan kelompok kedua diberikan pupuk kompos. Masing-masing perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Dosis pupuk yang diberikan yaitu 130 gram setiap lubang tanam. Tanaman dipanen pada umur 16 minggu setelah tanam. Variabel yang diamati yaitu jumlah tangkai daun, panjang tangkai daun, berat basah, berat kering, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kadar stigmasterol. Untuk mengetahui perbandingan pemberian pupuk kompos dan pupuk kandang, dilakukan pengujian menggunakan uji t.

Hasil dan Pembahasan

Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) yang digunakan dalam penelitian dibudidayakan di lahan percobaan milik Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang terletak di Dusun Tlogodlingo, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Kebun Tlogodlingo terletak di ketinggian 1.694-1.800 mdpl dengan luas lahan keseluruhan 135.995 m2 dipergunakan untuk lahan penelitian, lahan produksi

tanaman sub tropis dan aromatik, lahan etalase untuk wisata ilmiah tanaman obat dan ruang destilasi minyak atsiri. Beberapa tanaman obat yang dibudidayakan di lahan Tlogodlingo yaitu adas (Foeniculum vulgare Mill), timi (Thymus vulgaris), stevia (Stevia rebaudiana Bertoni), Krangean (Litsea cubeba), kelembak (Rheum officinale L.), purwoceng (Pimpinella alpina

Molk).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan memberikan pengaruh pada bobot basah dan bobot kering herba tanaman purwoceng. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (P1) dan pupuk kompos (P2). Hasil rata-rata jumlah tangkai, panjang tangkai, bobot basah dan bobot kering herba tanaman purwoceng disajikan pada tabel 1.

(4)

A.185 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Tabel 1. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Hasil Panen Purwoceng

Perlakuan Panjang

Tangkai Daun (cm)

Jumlah Tangkai Daun

Berat Basah (gr) Berat Kering (gr) Pupuk Kandang (P1) 16,21±2,18% 13,83±1,97% 2566,67±0,54% 231,3±6,14% Pupuk Kompos (P2) 16,15±2,15% 12,88±2,49% 3433,33±0,54% 376±13,38%

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat kita lihat bahwa pemberian pupuk kompos menghasilkan bobot panen yang lebih tinggi dibandingkan bobot panen purwoceng yang diberikan pupuk kandang Pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah tangkai dan panjang daun. Pemberian pupuk kompos memberikan hasil yang lebih baik karena mengandung unsur hara yang lengkap baik unssur hara makro maupun mikro serta mengandung asam organic yang sangat berguna untuk pertumbuhan tanaman dan mikroorganise dalam tanah (Ardiansyah, 2017). Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kompos bersifat menetap dan tidak larut air sehingga lebih mudah terserap olah akar tanaman. Selain itu proses pembuatan kompos membutuhkan suhu antara 55-65°C sehingga mampu membunuh gulma dan patogen sehingga aman untuk tanaman. Lahan yang menggunakan pupuk kompos semakin lama akan semakin gembur, subur dan kaya akan kandungan mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Windiartaji, 2011). Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t pemberian perlakuan menggunakan pupuk kompos memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap panjang tangkai daun, jumlah tangkai daun dan berat basah dengan nilai uji masing-masing sebesar 0,001; 0,000 dan 0,000.

Berdasarkan hasil analisis kadar sari pada berbagai perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan pupuk kompos (P2) memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan menggunakan pupuk kandang (P1). Kadar sari larut air menunjukkan nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai kadar sari larut etanol. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t diperoleh hasil yang berbeda nyata dengan nilai uji sebesar 0,000. Hasil analisis kadar bahan aktif senyawa stigmasterol tanaman purwoceng menunjukkan bahwa kadar stigmasterol perlakuan pemupukan pupuk kompos (P2) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemupukan pupuk kandang (P1). Berdasarkan hasil analisis menggunakan

(5)

A.186 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

uji t, diperoleh hasil yang berbeda nyata dengan nilai hasil uji sebesar 0,001. Hasil analisis kadar sari dan kadar stigmasterol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Sari dan Stigmasterol Purwoceng umur 16 MST

Perlakuan Pelarut Kadar Sari (%) Kadar Stigmasterol (%)

Pupuk Kandang (P1) Pupuk Kompos (P2) Etanol 5,84±9,39% 0,11±0,03% Aquades+CHCl3 20,56±13,59% Etanol 6,80±2,32% 0,115±0,04% Aquades+CHCl3 22,83±27,57%

Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa perlakuan P2 baik beratbasah maupun berat kering lebih tinggi daripada perlakuan P1. Hal ini selaras dengan hasil analisis kadar sari dan analisis kadar bahan aktif senyawa stigmasterol menunjukkan kadar tertinggi pada perlakuan P2. Tabel 2. menunjukkan analisis tertinggi kadar sari pada perlakuan P2 dan perlakuan P1 memiliki kadar yang lebih rendah. Sedangkan kadar senyawa stigmasterol tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rata-rata 0,115%. Perlakuan P1 memiliki kadar senyawa stigmasterol 0,11%. Selisih perlakuan P1 dan P2 hanya 0,005%. Hal ini disebabkan karena sintesis metabolit sekunder termasuk steroid dipengauhi oleh proses metabolisme primer tanaman. Tanaman yang lebih subur akan menghasilkan metabolit sekunder lebih banyak, karena produk metabolit primernya tinggi (Rahardjo, 2006).

Kesimpulan

Perlakuan pemupukan menggunakan pupuk kompos memberikan kadar sari dan kadar senyawa aktif stigmasterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan menggunakan pupuk kandang. Pemberian perlakuan menggunakan pupuk kompos memberikan pengaruh berbeda nyata dibandingkan perlakuan menggunakan pupuk kandang.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang telah memfasilitasi penelitian ini.

Daftar Pustaka

Ardiansyah, T. 2017. Pupuk Kompos : Nutrisi Kaya Manfaat Untuk Tanah dan Tumbuhan. https://foresteract.com/pupuk-kompos-nutrisi-kaya-manfaat/ diakses tanggal 2 April 2018.

(6)

A.187 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Dewi RM, Samanhudi, Rahayu M. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) di Boyolali terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Cendawan Mikoriza arbuskula. J Agron 2(4):52-59.

Fitrah, A dan Amir, N. 2015. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Padat dan Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) di Polybag.

Jurnal KLOROFIL X - 1 : 43 – 48, Juni 2015.

Nasihun, Taufiqurrachman. Pengaruh Pemberian Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) terhadap Peningkatan Indikator Vitalitas Pria Studi Eksperimental pada Tikus Jantan Sprague Dawley. Sains Medika, [S.l.], v. 1, n. 1, p. 53-62, Mar. 2012. ISSN

2339-093X. Available at:

<http://sainsmedika.fkunissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/view/43>. Date accessed: 20 Feb. 2018. doi:http://dx.doi.org/10.30659/sainsmed.v1i1.43.

Rahardjo, Mono., Darwati I dan Shusena A. 2006. Produksi dan Mutu Simplisa Purwoceng berdasarkan Lingkungan Tumbuh dan Umur Tanaman. Jurnal Littri Vol. 12 no. 2, Juni 2006 : 73-79

Satyaningtijas, AS, Maheshwari H, Achmadi P, Pribadi WA, Hapsari S, Jondriatno D, Bustaman I, Kiranadi B. 2014. Kinerja Reproduksi Tikus Bunting Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Purwoceng. Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8 No 1 (2014). ISSN : 1978-225X DOI: https://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1253

Sofyan, Sudarsono Efendi., Riniarti, Melya dan Duryat. 2014. Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, dan Arang Sekam sebagai Media Tumbuh Bibit Trembesi (Samanea saman). Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung

Sutoyo dan Hulopi, F. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Supernasa Pada Berbagai Dosis dan Frekwensi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Jurnal Buana Sains

Vol 9 No 2: 153-158, 2009.

https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/viewFile/236/237

Usmiati, S dan Yuliani, S. 2010. Efek Androgenik dan Anabolik Ekstrak Akar Pimpinella alpina Molk (Purwoceng) pada Anak Ayam Jantan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010.

Wahyuningrum, R., Utami, P. I., Dhiani, B. A., Kumalasari, M., & Kusumawardani, R. S. 2016. Screening of Potential Free Radicals Scavenger and Antibacterial Activities of Purwoceng (Pimpinella alpina Molk). Tropical Life Sciences Research,

27(supp1), 161–166. http://doi.org/10.21315/tlsr2016.27.3.22

Widiyastuti, Y, Widodo, H, Wahyono, S, Haryanti, S, Supriyati, N, Katno, Sugiarso, S, Damayanti, A, Subositi, D, Widayanti, E, Ardiyanto, D, Ismoyo, S.P.T, Saryanto, Adi, M.B.S, Fauzi, Widyastuti, R, Kusumadewi, A.P & Listyana, N.H. 2012.

Vademekum tanaman obat untuk saintifikasi jamu jilid 1 (edisi revisi). Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Widodo. H. 2012. Standarisasi Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) Sebagai Bahan Baku Obat Afrodisiak : Karakterisasi Morfologi, Genetika, Dan Sidik Jari Kandungan Kimia Berdasarkan Sebaran Geografis. Laporan penelitian Balai Besar Penelitian tanaman obat dan Obat Tradisional, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(7)

A.188 E-ISSN: 2615-7721

P-ISSN: 2620-8512

Vol 2, No. 1 (2018)

Windiartaji, 2011. Kompos sebagai Pupuk Organik yang Efektif.

https://www.facebook.com/notes/ajie-win/kompos-sebagai-pupuk-organik-yang-efektif/10150096033113350/ diakses tanggal 2 April 2018.

Yuhono, J.T. 2004. Usaha Tani Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molkenb.) Potensi. Peluang dan Masalah Pengembangannya, Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

15(1):25-32.

Gambar

Tabel 1. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Hasil Panen Purwoceng   Perlakuan  Panjang
Tabel 2. Kadar Sari dan Stigmasterol Purwoceng umur 16 MST

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pemberian sumber auksin seperti natrium-nitrofenol pada konsentrasi yang tepat akan lebih memacu proses biokimia dan fisiologis cadangan makanan yang memi- liki

Bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014, berdasarkan surat

In this paper, a Proportional-Integral- Derivative (PID) controller is applied to a laboratory helicopter model used in the experiment is a laboratory-scale

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan e-Filing terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama

Peradilan dilakukan &#34;Demi Keadilan berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa&#34; yang bukan berarti keadilan yang subyektif, melainkan keadilan yang

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul : “ANALISIS

14.Mayoritas penduduk Australia adalah bangsa kulit putih yang bermigrasi dari Inggris dan.. 15.Julukan Benua Australia

Area fokus otomatis dari sensor AF deteksi fase khusus Sensor AF Deteksi fase khusus dengan 79 titik fokus digunakan untuk fokus otomatis bila lensa yang tidak mendukung sistem