• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2 Hakikat IPA

IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2015: 136) memparkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Samatowa (2011) menerangkan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat perlu dan penting untuk dipelajari. Pembelajaran IPA disekolah dasar seharusnya difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa secar aktif dalam pembelajaran. Tetapi hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

(2)

Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai hakikat IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terstruktur tentang alam sekitar yang dialami dan diperoleh dari pengelaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Pembelajaran IPA di sekolah hendaknya memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk menemukan sendiri sebagai proses lebih lanjut mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.1 Ruang lingkup Pembelajaran IPA

Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, (2) Benda / materi sifat-sifat den kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan bulan dan

penampakan bumi dari hari ke hari.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pendidikan IPA di Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata pelajaran IPA Sekolah Dasar yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi “ kelompok mata pelajaran ilmu

(3)

pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tetang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi,dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan prosesuntuk menyelidiki alam sekitar, memechakan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan meestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuaan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan pada tujuan IPA di atas, belajar IPA lebih menekankan pada menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar.

2.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture 2.3.1 Pengertian Pembelajaran kooperatif

(4)

Menurut Johnson (dalam Miftahul Huda 2015: 2015) pembelajaran kooperatif adalah working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama). Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman sekelompoknya.

Slavin (2014: 4), mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran tidak didominasi oleh satu orang, melainkan setiap anggota kelompok memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan masalah kelompoknya. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi dapat berperan dalam mengaktifkan semua sisswa dan lebih berpusat kepada siswa.

Koes (dalam Isjoni, 2013: 20), menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Setiap siswa dalam kelompok ini dikehendaki bekerjasama untuk memperlengkapkan dan memperluaskan pembelajaran diri sendiri dan juga ahli yang lain.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang harus didasari pada perubahan secara sosial diantara

(5)

kelompok-kelompok bertujuan agar proses pembelajaran tidak didominasi oleh satu orang melainkan setiap anggota bertanggung yang sama dalam menyelesaikan masalah . 2.3.2 Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Suprijono (dalam Miftahul Huda, 2009: 236) picture and picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example and Example, di mana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran berlangsung, guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga bisa ditampilkan melalui bantuan powerpoint atau software-software lain.

Sintak langkah-langkah penerapan strategi picture and picture ini dapat dilihat sebagai berikut.

Tahap 1: Penyampaian Kompetensi

Pada tahap ini, guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat menukur sampai sejauh mana kompetensi yang harus mereka kuasai. Di samping itu, guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

Tahap 2: Persentasi Materi

Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momentum awal pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sisni. Pada tahap inilah, guru harus berhasil member motivasi pada beberapa siswa yang kemungkinan masih belum siap.

Tahap 3: Penyajian Gambar

Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan hemat energi, dan siswa juga

(6)

akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau menggantinya dengan video atau demontrasi kegiatan tertentu.

Tahap 4: Pemasangan Gambar

Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan.

Tahap 5: Penjajakan

Pada tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa tentang alasan/dasar pemikiran di balik urutan gambar yang disusunnya. Setelah itu, siswa bisa diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntunan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.

Tahap 6: Penyajian Kompetensi

Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru bisa mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Selama proses ini, guru harus member penekanan pada ketercapaian kompetensi tersebut. Di sini, guru bisa mengulangi, menuliskan, atau menjelaskan gambar-gambar tersebut penting dalam agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetesni dasar dan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

Tahap 7: Penutup

Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.

(7)

Kelebihan strategi pembelajaran picture and picture antara lain:

1. Guru lebih mengetahui kemampuan-kemampuan masing-masing siswa. 2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis.

3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan membarikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir. 4. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan.

5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. Sementara itu, kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal berikut: 1. Memakan banyak waktu.

2. Membuat sebagian siswa pasif

3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas.

4. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain.

5. Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. Saur Tampubolon (2013: 93) mendefinisikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:

a. Pendidik menyampaikan standar kompetensi (SK) dan kompentensi dasar (KD) yang akan dicapai.

b. Pendidik menyajikan materi sebagai pengantar.

c. Pendidik memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan materi.

d. Pendidik memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

e. Pendidik menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut.

f. Berdasarkan urutan gambar, pendidik menanamkan konsep/materi sesuai dengan SK/KD yang ingin dicappai.

(8)

2.4 Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan orang lain. ( Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2015: 13).

Slameto (2003: 2). Mendefinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Gagne ( dalam Suprijono, 2015: 2), “Belajar adalah perubahan disposis atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas”. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang dianut.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku manusia yang didahului oleh proses interaksi, latihan dan pengalaman secara berulang-ulang.

2.5 Hasil Belajar

2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 251) hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. “tingkat perkembangan mental” tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Tingkat

(9)

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Purwanto (2014: 38) hasil belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya perubahanya yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. tes yang diberikan guru.

Gagne (dalam Aunurrahman, 2014: 47), menyimpulkan ada lima macam hasil belajar:

1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan procedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah.

2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengigat, dan berpikir.

3) Informasi vebal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar adalah suatu atau hasil yang dicapai atau dimiliki siswa dari suatu kegaitan atau usaha yang dilakukan selama mengalami aktivitas belajar yang merupakan bukti keberhasilaan seseorang setelah mengalami proses/pengalaman dalam belajar. Untuk mengukur bukti keberhasilan seseorang setelah mengalami proses belajar digunakan alat

(10)

penilaian yaitu tes evaluasi dangan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Jadi, berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.5.2 Jenis-jenis Hasil Belajar

Bloom (dalam Saur Tampubolon, 2014: 140) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah Psikomotorik.

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalahpemahaman, yang dapat dibedakan kedalam tiga kategori, yakni a) pemahaman terjemahan, b) pemahaman penafsiran, dan c) pemahaman ekstrapolasi. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus.Analisis adalah usaha memilih integrasi menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya. Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian itu ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material, dan nilai-nilai.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru.Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata.Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

(11)

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Bloom membagi ranah kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menentukan jenis hasil belajar atau tingkat kemempuan berpikir yang akan dinilai, penyusun tes dapat berpedoman pada tujuan instruksional yang akan dinilai atau pada tujuan evaluasi itu sendiri.

Berkaitan dengan jenis-jenis hasil belajar tersebut, dapat dikemukakan bahwa hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah laku siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.5.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kedua faktor yang ada sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Slameto ( Saur Tampubolon (2014: 142), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang meliputi:

1) Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terganggu, hal itu akan mempengaruhi hasil belajar.

2) Faktor psikologis, yang meliputi inteligensi, minat dan motivasi, serta perhatian ingatan berpikir.

(12)

3) Faktor kelelahan yang meliputi jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani ditandai dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis yang terdiri dari motivasi, minat, kebiasaan dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal adalahlingkungan dan instrumental yang terdiri dari lingkungan keluarga ( suasana rumah dan keadaan ekonomi), sekolah ( model mengajar dan alat peraga yang digunakan) dan masyarakat ( teman bergaul). Keduanya dapat diminimalisir apabila guru dalam hal ini selaku pendidik mampu dan mau berusaha mengorganisir atau mengelola proses belajar mengajr yang tidak hanya dilakukan didalam kelas saja.

2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap metode pembelajaran picture and picture. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain :

Feny Novyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Di Kelas IV SDN 17 Kota Bengkulu”. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 31 dengan kriteria baik dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru meningkat menjadi 32 dengan kriteria baik. Untuk aktivitas siswa meningkat menjadi 29,5. Kemudian untuk data hasil tes siklus I mendapat nilai rata-rata 6,33 dengan ketuntasan klasikal 54,77 % dan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata 7,66 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,84 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas guru guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn

(13)

khususnya di kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Dari analisis data disimpulkan bahwa metode pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu.

Deden M. La Ode (2011), dalam penelitiannya yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur melalui Metode Pembelajaran picture and picture” menunjukkan bahwa adanya Metode Pembelajaran IPA setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 25 % ( 13 dari 15 siswa dapat mencapai KKM (≥63) dan pada siklus II 84 % (21 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63). Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklua II setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture sebesar 32 %. Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpilkan bahwa metode pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Aue Kabupaten Luwu Timur.

2.7 Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses pembelajaran itu harus di dukung dengan metode yang tepat sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain didukung oleh kemampuan siswa itu sendiri. Metode picture and picture adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, mnjelaskan, mengukur,membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Penerapan metode picture and picture mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif bersama kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat mempertahankan pendapatnya. Sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Pembelajaran dengan metode picture and picture yang dilakukan ini lebih

(14)

menekankan pada pengalaman langsung diduga hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 08 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meningkat.

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis diatas maka dapat siuraikan hipotesis tindakan antara lain sebagai berikut:

Penerapan pembelajaran dengan metode picture and picture diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 08 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

(1)Kepala Unit Pelaksana Tehnis Dinas mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di dalam memimpin dan menyelenggarakan kegiatan operasionil khusus sesuai dengan

Alat Demagnetisasi Arus Inrush dengan Sumber Tenaga Berfrekuensi Sangat Rendah berbasis metode Variable Frequency – Constant Voltage terbukti berhasil melakukan proses

Salah satu organisasi internasional yang muncul berdasarkan pada sebuah konteks keamanan yang baru yaitu dengan dibentuknya sebuah organisasi Shanghai

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Kejuaraan pencak silat ini menjadi event tahunan / untuk membina sejumlah atlit yang berada dibawah bimbingan mahasiswa UIN // Hal ini disampaikan oleh pendiri pencak silat

Daripada dapatan dan analisis yang telah dijalankan menunjukkan amalan kemahiran generik melalui kelima-lima elemen iaitu kemahiran komunikasi, kepimpinan, kerja