• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Sistem Saluran Pada Proses Pengecoran Aluminium Daur Ulang Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Coran Pulli Diameter 76 Mm Dengan Cetakan Pasir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Sistem Saluran Pada Proses Pengecoran Aluminium Daur Ulang Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Coran Pulli Diameter 76 Mm Dengan Cetakan Pasir"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 33- 39 ft-UNWAHAS

33

K. Roziqin

H. Purwanto

I. Syafa’at

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang e-mail: roziqinuwh@Gmail.com helmy_uwh@yahoo.co.id i.syafaat@gmail.com

PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN

PADA PROSES PENGECORAN

ALUMINIUM DAUR ULANG TERHADAP

STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN

CORAN PULLI DIAMETER 76 mm

DENGAN CETAKAN PASIR

Pengecoran daur ulang merupakan salah satu alternatif pengembangan industri pengecoran di Indonesia. Pulli merupakan salah satu produk hasil pengecoran dengan bahan dari aluminium. Kualitas produk pengecoran salah satunya dipengaruhi oleh sistem saluran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengecoran secara bentuk visual, struktur mikro dan kekerasan terhadap variasi sistem saluran. Penelitian dilakukan dengan

membuat tiga macam sistem saluran dengan temperatur tuang 700 oC.Hasil

menunjukkan bahwa dari ketiga model sistem saluran tersebut pola saluran A dan pola saluran C tidak terdapat cacat penyusutan, sedangkan hasil coran pada pola saluran B masih terdapat cacat penyusutan yang terletak dibagian

tengah coran. Pada pengamatan struktur mikro, pola saluran C lebih sedikit

cacat porositasnya dibandingkan dengan pola saluran A dan B. Pada Uji kekerasan menunjukkan bahwa pola saluran A pada spesimen A1 dan A3 mempunyai kekerasan yang paling tinggi diantara spesimen yang lain yaitu sebesar 77,40 BHN. Sedangkan kekerasan terendah terdapat pada pola saluran C yaitu pada spesimen C2 sebesar 74,40 BHN. Hal tersebut karena laju pembekuan terakhir terletak pada bagian tengah coran. Jadi semakin lama laju pembekuannya semakin rendah kekerasannya.

Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

Pendahuluan

Pemanfaatan logam bekas menjadi bahan baku industri semakin meningkat, sehingga menjadi komoditi perdagangan dan mendorong berkembangnya usaha-usaha penampungan logam bekas di sekitar lokasi usaha. Salah satu jenis logam bekas (daur ulang) yang banyak digunakan untuk pengecoran adalah jenis logam aluminium. Untuk menghasilkan produk yang baik pada proses pengecoran salah satunya yaitu merencanakan model sistem saluran. Kualitas coran salah satunya tergantung pada sistem saluran yang diantaranya saluran turun, penambah, keadaan penuangan, dan lain lain. Sehingga sistem saluran perlu diperhatikan secara detail dan teliti, sehingga masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model sistem saluran terhadap kualitas coran yang dihasilkan pada coran pulli dengan diameter 76 mm.

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hasil produk cor daur ulang

paduan aluminium terhadap cacat penyusutan yang dipengaruhi oleh tiga bentuk model

sistem saluran yang digunakan pada temperatur

tuang 700 oC.

2. Mengetahui struktur mikro dan kekerasan yang

dipengaruhi oleh model sistem saluran yang

digunakan pada temperatur tuang 700 oC.

Tinjauan Pustaka

Taufik dan Slamet (2010) melakukan penelitian terhadap pengaruh model saluran tuang pada cetakan pasir terhadap hasil cor logam. Metode penelitian yang digunakan adalah

menerapkan model saluran tuang tipe offset basin

dan offset stepped basin. Hasil penelitian yang menggunakan pemeriksaan mikrografi

menunjukkan menggunakan cawan tuang offset

basin maupun offset stepped basin dapat menghasilkan coran logam dengan cacat porositas lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan cawan tuang. Purnomo (2004), melakukan penelitian tentang pengaruh pengecoran ulang terhadap sifat mekanis pada paduan aluminium. Metode yang digunakan dengan melakukan pengecoran aluminium yang dilebur ulang tiga kali

(2)

Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 33- 39 ft-UNWAHAS

dengan cetakan pasir. Hasil pengecoran menunjukkan bahwa pengecoran ulang akan berakibat penurunan sifat mekanis dari logam, yang terjadi akibat peningkatan porositas. Tjitro dan Hartanto (2002), melakukan penelitian tentang pengaruh modulus cor terhadap cacat penyusutan pada produk paduan Al-Si. Metode yang digunakan dengan menggunakan dua jenis riser yang memiliki modulus cor yang berbeda dengan proses pengecoran dengan cetakan pasir. Hasil menunjukkan bahwa modulus cor riser dan komposisi paduan berpengaruh terhadap terjadinya cacat penyusutan.

Pengecoran

Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang kedalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui bagaimana mencairkan logamdan bagaimana membuat cetakan. Hal itu terjadi kira-kira tahun 4.000 sebelum Masehi, sedangkan tahun yang lebih tepat tidak diketahui orang (Surdia dan Chijiiwa, 1986).

Penentuan tambahan penyusutan

Volume logam pada kondisi cair dan membeku terjadi perubahan penyusutan. Karena hal tesebut maka dalam perencanaan pola dimensi atau ukurannya harus ditambah dengan faktor penyusutan sesuai dengan logam yang akan di cor. (Surdia dan Chijiiwa, 1986). Tabel 1 menunjukkan untuk tambahan penyusutan.

Dalam penelitian ini menggunakan bahan paduan aluminium sehingga yang digunakan untuk tambahan penyusutan sebesar 12/1.000

Tabel 1. Tambahan penyusutan yang disarankan (Surdia dan Chijiiwa, 1986).

Tambahan Penyusutan

Bahan 8/1.000 Besi cor, baja cor tipis

9/1.000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut

10/1.000 sama dengan atas & aluminium.

12/1.000 Paduan aluminium, Brons, baja cor

(tebal 5‐7 mm)

14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor. 16/1.000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)

20/1.000 Coran baja yang besar

25/1.000 Coran baja besar dan tebal

Sistem Saluran

Sistem saluran adalah sistem yang dibuat dimana logam cair mengalir hingga ke rongga cetakan. Secara umum sistem saluran terdiri dari: cawan tuang, saluran turun, saluran pengalir, saluran masuk dan.

Cawan tuang adalah sebuah cekungan atau corong di cetakan yang menerima langsung logam cair dari ladel. Saluran turun adalah saluran dimana logam cair mengalir dari cawan tuang menuju saluran pengalir dan saluran masuk.

Pengalir adalah pembawa logam cair dari saluran turun dan mendistribusikan logam cair ke coran melalui saluran masuk. Saluran masuk adalah saluran yang menghubungkan saluran pengalir ke coran sehingga logam cair dapat masuk ke coran. Penambah adalah bagian lebihan yang diberikan pada cetakan yang berfungsi untuk menambah cairan logam ketika terjadi penyusutan dan untuk menghindari penyusutan pada coran (Surdia dan Chijiiwa, 1986).

Uji Kekerasan Brinell

Uji kekersan brinell digunakan untuk mengetahui kekerasan pada hasil pengecoran paduan aluminium. Sifat logam pada pengecoran seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat logam pada pengecoran (Amstead dan Ostwalt, 1995)

Jenis logam Kekuatan

Tarik (Mpa) Keuletan (%) Kekerasan (BHN) Besi dan baja

Besi cor kelabu Besi cor putih Baja 110 – 207 310 276 – 2070 0 – 1 0 – 1 12 – 15 100 – 150 450 110 – 500 Bukan Besi Aluminium Tembaga Magnesium Seng Titan Nikel 83 – 310 345 – 689 83 – 345 48 – 90 552 – 1034 414 – 1103 10 – 35 5 – 10 9 – 15 2 – 10 – 15 – 40 30 – 100 50 – 100 30 – 60 80 – 100 158 – 266 90 – 250

Tabel 2. merupakan sifat dari logam yang sering dipergunakan dalam pengecoran, dimana dalam tabel tersebut terdapat sifat aluminium seperti kekerasan yaitu 30-100 BHN.

Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam penelitian sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

(3)

Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 33- 39 ft-UNWAHAS

35 Bahan Dasar

Bahan dan alat yang digunakan adalah daur ulang Aluminium, pasir cetak, tungku pengecoran, kowi, thermometer digital, blower, penjepit, sarung tangan, alat uji kekerasan, alat uji struktur mikro.

Pembuatan Pola

Pola yang dipilih pada pembuatan pulli dari bahan kayu jati dengan jenis pola pejal. Pola kayu dipilih karena cepat pembuatannya, pengolahannya mudah dan biayanya murah.

Sedangkan ukuran pulli yang akan dibuat, yaitu pada Gambar 1 :

Gambar 1. Desain pulli

Desain Sistem Saluran

Ukuran sistem saluran turun adalah 20 mm . Sedangkan tinggi saluran turun 100 mm.

Rencana desain sistem saluran akan dibuat dalam tiga bentuk, yaitu :

a. Pola Saluran A

Pola saluran A disebut juga sistem saluran langsung dimana coran dihubungkan langsung melalui saluran turun. Pola saluran A seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Pola Saluran A b. Pola Saluran B

Pola saluran B disebut juga dengan sistem saluran pisah. Pola saluran B, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pola Saluran B

c. Pola Saluran C

Pola saluran C disebut juga dengan sistem saluran pisah dengan penambah dimana saluran masuk terpisah dari coran dan penambah yang berfungi untuk menambah jika terjadi penyusutan pembekuan dan sebagai kontrol bahwa cairan logam telah penuh masuk ke dalam rongga cetakan. Pola saluran C, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Pola saluran C

Diagram Alir Penelitian

Alur kegiatan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada digram alir Gambar 5 :

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

Pembuatan cetakan dan pola

Material Aluminium daur ulang

Pembuatan ingot

Penuangan Peleburan

Pola saluran A Pola saluran B Pola saluran C

Pembongkaran Mulai

Uji kekerasan Uji struktur mikro

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan Selesai Pembuatan spesimen Berhasil ? Tidak Pengamatan Visual ya

(4)

M H d d k d t c a d P m G Momentum, Hasil dan Pe Hasil Pengec Dari ha sistem salura dengan tem ditunjukkan p G G G Gambar ketiga model dapat dikatak saluran C sedangkan ha terdapat caca coran. Cacat air terjebak dapat keluar. Pengamatan Hasil pe model sistem Gambar 9 sa , Vol. 8, No. 1, embahasan coran asil pengecor an, maka dip mperatur tua pada Gambar Gambar 6. Po Gambar 7. P Gambar 8. Po 6, 7, 8, me l sistem salu kan bahwa p tidak terda asil coran pa at penyusutan penyusutan t didalam ron n Struktur M engamatan str m saluran se ampai 17. April 2012 : ran dengan peroleh hasil ang 700 o 6, 7, 8. ola saluran A Pola saluran B ola saluran C emperlihatkan uran tersebut pola saluran apat cacat da pola salur n yang terlet terjadi akibat ngga cetakan Mikro ruktur mikro eperti ditunju 33- 39 tiga model pengecoran o C, seperti A B n hasil Dari hasil coran A dan pola penyusutan, ran B masih tak ditengah gas dan uap

yang tidak dengan tiga ukkan pada Gamb Gamba Gamba Gamba Gamba Gamba Gamba Gamba ar 9. Struktur ar 10. Struktur ar 11. Struktur ar 12. Struktur ar 13. Struktur ar 14. Struktur ar 15. Struktur ar 16. Struktur r Mikro pada Sp r Mikro pada S r Mikro pada S r Mikro pada S r Mikro pada S r Mikro pada S r Mikro pada S r Mikro pada S ft-UNWAHA pesimen A1 Spesimen A2 Spesimen A3 Spesimen B1 Spesimen B2 Spesimen B3 Spesimen C1 Spesimen C2 AS

(5)

Momentu Gamb Dari ketiga si porositas logam ca rongga ce saluran A atau ujun sedangkan paling ba ujung tepi pada pola terdapat d tepi lebih struktur m cacat por saluran A terdapat p Uji Keker Pengu alat Rockw Dari hasi tabel se ditunjukka Tabel 3. Spesi men A1 A2 A3 Gambar um, Vol. 8, No ar 17. Struktu hasil pengam istem salura terjadi akiba air selama p etakan. Hasil cacat porosit ng yang ja n cacat poro anyak terdapa i yang jauh da saluran C ca dibagian teng h sedikit cac mikro pada p rositasnya d A dan paling

ada pola salu

rasan Brinell ujian kekeras kwell Hardnes il pengujian ehingga di an pada Tabe Uji Kekeras Letak 1 2 Atas 78 78 Tengah 78 78 Bawah 79 78 Atas 78 79 Tengah 78 76 Bawah 76 75 Atas 75 76 Tengah 76 77 Bawah 75 78 77,4 76,5 76,6 76,7 76,8 76,9 77 77,1 77,2 77,3 77,4 77,5 A1 K E KE R A S A N ( B HN ) 18. Diagram Spe o. 1, April 201 ur Mikro pada S matan strukt an tersebut at gas yang pencairan ter l struktur mi tasnya terdap auh dari s ositas pada p at pada bagi ari sistem salu acat porositas ah coran, sed cat porositasn pola saluran dibandingkan banyak cac uran B. l san dilakukan ss Tester Mo data dimasu dapatkan l 3. san Brinell pa Titik 3 4 5 8 77 77 77 8 77 77 78 8 76 76 77 9 77 78 78 6 76 77 77 5 75 76 77 6 77 77 78 7 77 78 79 8 79 80 79 76,86 A2 SPESIMEN A Uji Kekerasa esimen A 2 : 33- 39 Spesimen C3 tur mikro pa adalah cac terbawa dala rjebak didala ikro pada po at dibagian te istem salura pola saluran ian tengah d uran. Kemudi s paling bany dangkan bagi nya. Jadi ha C lebih sedi dengan po at porositasn n menggunak odel HR-150 ukkan kedala hasil sepe ada Spesimen Rata-rata Rata-rata (BHN) 77,4 77,40 77,6 77,2 78 76,86 76,8 75,8 76,6 77,40 77,4 78,2 77,4 A3 an Brinell pad ada cat am am ola epi an, B dan ian yak ian asil kit ola nya kan 0A. am erti n A da Ga rata-rat kekeras dibandi BHN. Tabel 4 Spesi B B B Gamb G paling t BHN, kekeras spesime 76,4 BH Tabel 4 Spesi C C C Gamb ambar 18. m ta pada spesi san sebesar ingkan denga 4. Uji Kekera imen Letak 1 B1 Atas 77 Tengah 77 Bawah 78 B2 Atas 77 Tengah 72 Bawah 77 B3 Atas 75 Tengah 76 Bawah 75 76,73 73,5 74 74,5 75 75,5 76 76,5 77 B1 K E K E RAS AN ( B H N ) bar 19. Diagra S Gambar 19. m tinggi pada sp sedangkan p san terendah en B3 mempu HN. 4. Uji Kekera imen Letak 1 C1 Atas 77 Tengah 77 Bawah 78 C2 Atas 74 Tengah 74 Bawah 74 C3 Atas 74 Tengah 76 Bawah 75 76,13 73,5 74 74,5 75 75,5 76 76,5 C1 K E KE R A S A N ( B HN ) bar 20. Digra S menunjukkan imen A1 dan 77,4 BH an spesimen asan Brinell p Titik 2 3 4 77 77 76 77 77 76 77 77 76 76 75 76 72 70 72 76 75 76 76 77 77 76 76 77 75 77 77 74,66 B2 SPESIMEN B am Uji Keker Spesimen B menunjukkan pesimen B1 y pada spesimen yaitu 74,66 unyai kekeras asan Brinell p Titik 2 3 4 77 75 76 75 75 76 77 77 76 74 74 75 73 74 74 75 74 74 77 76 76 75 77 77 76 76 77 74,4 C2 SPESIMEN C am Uji Keker Spesimen B ft-UNWA bahwa keke n A3 mempu HN lebih t A2 sebesar 7 pada Spesime Rata-rata Rata rata (BHN 5 76 76,6 76,73 77 76,8 76 76,8 76 76 74,6 73 71,8 77 76,2 77 76,4 76,40 78 76,6 77 76,2 76,4 B3 rasan Brinell p n bahwa keke yaitu sebesar 7 n B2 mempu 6 BHN kemu san sedang se ada Spesimen Rata-rata Rata rata (BHN 5 76 76,2 76,13 74 75,4 76 76,8 76 74,6 74,40 75 74 76 74,6 75 75,6 75,93 76 76,2 77 76 75,93 C3 rasan Brinell p AHAS 37 erasan unyai tinggi 76,86 en B a-a N) 3 6 0 pada erasan 76,73 unyai udian ebesar n C a-a N) 3 0 3 pada

(6)

Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 33- 39 ft-UNWAHAS

Gambar 20. menunjukkan bahwa kekerasan paling tinggi pada spesimen C1 yaitu sebesar 76,13 BHN, sedangkan pada spesimen B2 mempunyai kekerasan terendah yaitu 74,4 BHN kemudian spesimen B3 mempunyai kekerasan sedang sebesar 75,93 BHN. 77,4 76,86 77,4 76,73 74,66 76,4 76,13 74,4 75,93 72,5 73 73,5 74 74,5 75 75,5 76 76,5 77 77,5 78 A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 KE KE R A S A N ( B HN ) SPESIMEN

Gambar 21. Diagram Uji Kekerasan pada Tiga Sistem Saluran

Gambar 21 menunjukkan pengaruh model sistem saluran pada pengecoran aluminium daur ulang terhadap kekerasan terlihat bahwa spesimen A1 dan A3 mempunyai kekerasan yang paling tinggi diantara spesimen yang lain yaitu sebesar 77,40 BHN.

Sedangkan kekerasan terendah terdapat pada spesimen C2 yaitu sebesar 74,40 BHN. Hal ini dikarenakan laju pembekuan terakhir terletak pada sumbu tengah sebuah coran. Jadi semakin lama laju pembekuannya semakin rendah kekerasanya. Nilai kekerasannya masih sesuai dengan batas kekerasan pada aluminium yaitu sebesar 30 – 100 BHN (Amstead dan Ostwalt, 1995) pada Tabel 2.4. Jadi pola saluran A lebih tinggi nilai kekerasannya dibanding dengan Pola saluran B dan pola saluran C. Hal tersebut dikarenakan pada pola saluran A laju pembekuannya lebih cepat dibanding dengan pola saluran B dan pola saluran C. Karena bentuk ukuran dari pola saluran A volume coran nya lebih kecil tanpa adanya saluran masuk dan penambah, selisih sedikit dengan pola saluran B adanya saluran masuk dan Pola saluran C volume corannya lebih besar karena adanya saluran penambah sehingga laju pembekuannya paling lambat. Jadi laju pembekuan dapat berpengaruh terhadap nilai kekerasan pada pengecoran aluminium daur ulang.

Penutup Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengujian dan analisa dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Dari ketiga model sistem saluran tersebut hasil

coran dapat dikatakan bahwa pola saluran A dan pola saluran C tidak terdapat cacat penyusutan, sedangkan hasil coran pada pola saluran B masih terdapat cacat penyusutan yang terletak ditengah coran. Cacat penyusutan terjadi akibat gas dan uap air terjebak didalam rongga cetakan yang tidak dapat keluar.

2. Dari hasil pengamatan struktur mikro pada

ketiga sistem saluran tersebut adalah cacat porositas terjadi akibat gas yang terbawa dalam logam cair selama pencairan terjebak didalam rongga cetakan. Hasil struktur mikro pada pola saluran C lebih sedikit cacat porositasnya dibandingkan dengan pola saluran A dan paling banyak cacat porositasnya terdapat pada pola saluran B.

3. Hasil pengujian kekerasan terlihat bahwa

spesimen A1 dan A3 mempunyai kekerasan yang paling tinggi diantara spesimen yang lain yaitu sebesar 77,4 BHN. Sedangkan kekerasan terendah terdapat pada spesimen C2 yaitu sebesar 74,4 BHN. Hal ini dikarenakan laju pembekuan terakhir terletak pada sumbu tengah coran. Jadi semakin lama laju pembekuannya semakin rendah kekerasannya.

Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, maka:

1. Peneliti merekomendasikan untuk pola saluran

C lebih baik digunakan pada pengecoran dengan cetakan pasir.

2. Saran yang dibutuhkan untuk penelitian

selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang sama dengan menambah saluran penambah pada bagian tengah yang terdapat cacat penyusutan dengan pembuatan coran minimal tiga kali percobaan untuk masing-masing model sistem saluran.

Daftar Pustaka

Amstead B.H. dan Ostwalt P.F., 1995, Teknologi

Mekanik, Erlangga, Jakarta.

Basuki B. dan Djuhana, 2005, Pengaruh Analisa

Penampang Riser Terhadap Cacat Pengecoran Logam Aluminium, Jurnal material Metalurgi PUSPIPTEK Serpong Tangerang.

Fleemings, M.C., 1974, Solidification Processing,

(7)

Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 33- 39 ft-UNWAHAS

39

Hardi S., 2008, Teknik Pengecoran Logam, BSE

SMK, Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto H., 2009, Teknik Pengecoran, Diktat

Kuliah Teknik Mesin Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Purnomo, 2004, Pengaruh Pengecoran Ulang

terhadap Sifat Mekanis pada Paduan Aluminium, Jurnal Teknik Mesin Universitas Gunadarma, Jakarta.

Surdia T. dan Chijiwa K., 1986, Teknik

Pengecoran Logam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Taufik H. dan Slamet S., 2010, Pengaruh model

saluran tuang pada cetakan pasir terhadap hasil cor logam, Jurnal Teknik mesin Universitas Muria Kudus.

Tjitro S. dan Hartanto L. S., 2002, Pengaruh

Modulus Cor Terhadap Cacat Penyusutan pada Produk Paduan Al-Si, Jurnal Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra.

Gambar

Tabel 1. Tambahan penyusutan yang disarankan
Gambar 20.  menunjukkan bahwa kekerasan  paling tinggi pada spesimen C1 yaitu sebesar 76,13  BHN, sedangkan pada spesimen B2 mempunyai  kekerasan terendah yaitu 74,4 BHN kemudian  spesimen B3 mempunyai kekerasan sedang sebesar  75,93 BHN

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru dalam pembelajaran, seperti pengetahuan tentang kependidikan, motivasi kerja guru serta sarana prasarana merupakan,

Berdasarkan data observasi dari kegiatan yang dilakukan anak bahwa perbedaan menghubungkan benda dengan simbol angka berdasarkan gender pada anak usia 5-6 tahun di

Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam menyimak sebuah cerita, kemampuan pendidik merancang RPP serta kemampuan pendidik melaksanakan

Data penjualan yang masih berupa lembaran kertas dan sistem yang berjalan manual akan sangat sulit untuk memberikan pelayanan yang optimal, menyebabkan sulitnya dalam

Setiap bangsa di dunia senantiasa memiliki suatu cita- cita serta pandangan hidup yang merupakan suatu basis nilai dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi oleh bangsa

Oleh Karena itu, dalam melakukan penarikan dana pinjaman pada nasabah harus dilakukan dengan teliti dan sesuai dengan sistem pemberian kredit yang telah ditetapkan

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa aplikasi sudah mampu mencapai tujuan yaitu sebagai aplikasi Sistem Pendukung Keputusan yang dapat mendukung kinerja Dinas

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi antiscalant, tekanan operasi, dan penambahan zat organik terhadap kinerja membran dengan