• Tidak ada hasil yang ditemukan

kajian kontaminan sedimen di muara sungai jeneberang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "kajian kontaminan sedimen di muara sungai jeneberang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KONTAMINAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI

JENEBERANG

1Andi Sriwahyuni, 2Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT., 2 Dr. Eng. Ir. H. Farouk Maricar, MT. 1Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin

2Dosen Pengajar Prodi Teknik Lingkungan Jurusan, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK: Ketersediaan logam berat di lingkungan akuatik mempunyai kecenderungan untuk berikatan dengan bahan partikulat dan merupakan penyusun terbesar dari proses pembentukan sedimen yang berpotensi sebagai sumber polusi sekunder ke kolom air. Keberadaan logam berat tersebut telah diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan kehidupan biota akuatik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kadar logam berat Hg, Zn, Cu, Cd pada sedimen di muara Sungai Jeneberang dan menganalisis perbandingan hasil kadar logam berat dengan baku mutu sedimen menggunakan metode storet. Metode dalam pengambilan sampel menggunakan metode purpose sampling. Selanjutnya pengambilan lima sampel sedimen sesuai titik yang ditentukan menggunakan GPS, kemudian sampel sedimen tersebut diuji di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Hasil pengujian sampel menunjukkan bahwa logam berat Hg, Zn, Cu, Cd masing-masing memiliki nilai rata-rata sebesar 0,094 ppm, 1,802 ppm, 2,543 ppm, 0,167 ppm. Berdasarkan hasil analisis pengujian sampel pada sedimen di Muara Sungai Jeneberang dengan parameter logam berat: raksa (Hg), seng (Zn), kadmium (Cd), dan tembaga (Cu) pada 5 stasiun tidak ada satupun parameter yang melebihi baku mutu logam berat pada sedimen sesuai perbandingan kadar logam dengan baku mutu sedimen menggunakan metode Storet.

Kata Kunci: Sedimen, logam berat, Muara Sungai Jeneberang

ABSTRACT:The availability of heavy metals in aquatic environments have a tendency to bind to the particulate material and be the largest constituent of the process of the formation of sediment as a potential source of secondary pollution to the water column. The presence of heavy metals have been found to adversely affect human health and aquatic biota. The purpose of this study was to analyze the levels of heavy metals Hg, Zn, Cu, Cd in the sediment at the estuary Jeneberang River and analyze comparative results of levels of heavy metals in sediment quality standards using Storet method. The sampling method using purposive sampling method. Furthermore, samples of sediment corresponding point was determined using GPS, then the sediment samples were tested in the Water Quality Laboratory of the Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Hasanuddin University. The test results of the samples showed that the heavy metals Hg, Zn, Cu, Cd each have an average value of 0.094 ppm, 1.802 ppm, 2.543 ppm, 0.167 ppm. Based on analysis of sample testing on sediment in the estuary Jeneberang with the parameters of heavy metals: mercury (Hg), zinc (Zn), cadmium (Cd) and copper (Cu) at five stations there’s no one parameter that exceeds the quality of heavy metals in sediment according to the comparison assay with sediment quality standards using methods Storet.

Keywords: Sediment, heavy metals, estuary Jeneberang

PENDAHULUAN

Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar di Sulawesi Selatan yang mengalir dari Gunung Bawakaraeng (2760 m) hingga ke Selat Makassar dan bermuara di perairan pantai. Menurut CTI Engineering Co.Ltd,1978, hasil penelitian terhadap jumlah sedimen yang disuplai oleh Sungai Jeneberang dan dimuntahkan ke perairan pantai melalui dua muara sungai, yaitu muara Utara dan muara Selatan. Sekitar 60%, suplai sedimen berjumlah 600.000 m3 dimuntahkan

di muara Utara, sedangkan 40% suplai sedimen yang berjumlah 400.000 m3 dimuntahkan di muara Selatan.

Berdasarkan data dari BLHD Sulsel per akhir 2013, mutu air Sungai Jeneberang berada pada tingkat cemar berat. Parameternya mengacu pada hasil uji TSS, BOD, NO2, H2S, dan CI yang berada di atas baku. Kondisi ini diperparah dengan lahan hutan di sekitar Sungai Jeneberang yang luasnya sekitar 2.462 hektare, tergolong kritis. Selain itu, masalah lain yang dihadapi

(2)

adalah aktivitas masyarakat di sekitar sungai yang berakibat pada pencemaran sungai sepanjang 73 kilometer itu. Misalnya pertanian, limbah rumah tangga, hotel, dan tempat wisata.

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Logam Berat

Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau, lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi serta bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam. Selain itu, logam berat adalah unsur yang mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian tengah daftar periodik.

Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus pada makhluk hidup. Logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup, tetapi beberapa jenis logam masih dibutuhkan oleh makhluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit (Palar, 2008).

Pencemaran logam berat terhadap lingkungan terjadi karena adanya proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut dalam kegiatan manusia, dan secara sengaja maupun tidak sengaja membuang berbagai limbah yang mengandung logam berat ke lingkungan. Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : biota air, biota darat, dan biota laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi tempat

mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan daerah nonpolusi. Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam, dalam hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup terhadap toksisitas logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang bersangkutan, dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 1994).

1. Logam Berat dalam Perairan

Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga dapat berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam (Darmono, 2001).

Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas, keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi.

2. Logam Berat dalam Sedimen

Sedimen berasal dari kerak bumi yang diangkut melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal ataupun horizontal. Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang berpengaruh negatif terhadap kualitas air. Bahan organik berasal dari biota atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya berasal dari pelapukan batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas : kerikil, pasir, lumpur dan liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai,

(3)

sedangkan butiran halus banyak di perairan dalam atau perairan yang relatif tenang.

Standar baku mutu logam berat pada sedimen di perairan menurut Canada Council of Minister of the Environment (CCME) tahun 2001. Standar baku mutu ini mengatur tentang kualitas tanah (sedimen) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) Logam Berat pada Sedimen

Sumber : Canadian Council of Minister of the Environment CCME, 2001

Standar baku mutu logam berat pada sedimen di perairan menurut Australia Environmental Guidelines Standart tahun 2010. Standar baku mutu ini mengatur tentang kualitas tanah (sedimen) adalah sebagai berikut:

Sumber : Australia Environmental Guidelines Standart, 2010

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air. Keberadaan sedimen pada

badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat menghambat daya lihat (visibilitas) organisme air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kerja organ pernapasan seperti insang pada organisme air dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam.

3. Logam Berat dalam Organisme Air Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan (insang), saluran pencernaan dan difusi permukaan kulit (Darmono, 2001).

Sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil air. Akumulasi dalam tubuh organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme (jenis, umur dan ukuran) dan lamanya pernapasan.

Menurut Widowati (2008), tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air mulai dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni dan Co. Sementara itu, tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn dan Zn. Logam berat dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan. NO PARAMETER NILAI AMBANG BATAS (NAB) (ppm) 1 Raksa (Hg) 0,13 2 Kadmium (Cd) 0,7 3 Tembaga (Cu) 18,7 4 Zeng (Zn) 124 NO PARAMETER

NILAI AMBANG BATAS (NAB) (ppm) 1 Raksa (Hg) 1 2 Kadmium (Cd) 10 3 Tembaga (Cu) 270 4 Zeng (Zn) 410

(4)

METODOLOGI

Diagram alir kerangka penelitian studi kontaminan logam berat sedimen muara Sungai Jeneberang di daerah pesisir bagian selatan adalah sebagai berikut :

Penelitian dilaksanakan di pesisir bagian selatan Kota Makassar, tepatnya di Muara Sungai Jeneberang dan pengambilan sampel berlangsung selama 2 hari yang dimulai setiap jam 9 pagi, berlangsung mulai dari bulan Januari 2015 hingga pada bulan Februari 2015

Penelitian ini meliputi pengambilan contoh sampel dan pengukuran data. Pengambilan sampel dilakukan pada sedimen yang terdapat di sepanjang Muara Sungai Jeneberang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana teknik

pengambilan sampel mempunyai

pertimbangan tertentu (Furqon, 2002). Metode yang diuraikan tersebut merupakan arahan bagi pelaksanaan penelitian. Metode ini ditujukan untuk menggali informasi dari lapangan tentang sedimen pada muara sungai Jeneberang, Kota Makassar. Dari survey lapangan dilakukan uji kontaminan sedimen dengan parameter logam berat berupa Hg, Zn, Cu, dan Cd. Dari hasil penelitian dilakukan evaluasi kontaminan sedimen di Muara Sungai Jeneberang.

Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian terletak di daerah pesisir bagian selatan Kota Makassar. Batas administrasi daerah pesisir bagian selatan Kota Makassar, yaitu sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Kec. Tamalate, Kota Makassar (Tanjung Bunga Makassar) 2. Sebelah timur : Sungai Jeneberang 3. Sebelah selatan : Kec. Barombong,

Kota Makassar

4. Sebelah barat : Selat Makassar

Sumber : Google street map

Gambar : Peta Lokasi Penelitian

Mulai

Studi literatur kontaminan sedimen di sungai

Rumusan Masalah, Tujuan, dan Maksud Penelitian

Pengambilan Data

 Pengambilan data kordinat air sungai

 Pengambilan sampel sedimen (purpose sampling)

Analisa logam berat dan proses ekstraksi logam berat berupa Hg, Zn,

Cu, Cd ( SNI 062-2464-1991)

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran Analisa Logam Berat dan Sedimen

Selesai Analisis data menggunakan metode

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu

Hasil pengukuran pemeriksaan suhu air Muara Sungai Jeneberang pada lokasi penelitian secara keseluruhan tidak memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara 26°C dan 27°C suatu kisaran suhu yang umum dijumpai didaerah tropis. Pada stasiun 1, 2 dan 3 suhu berkisar 26°C pada stasiun 4, dan 5 berkisar 27°C. Sedangkan suhu rata-rata dari ke 5 stasiun pengambilan sampel diperoleh 260C. Suhu yang diperoleh sesuai dengan temperatur normal untuk klasifikasi air alam. Dengan suhu ini maka aktifitas-aktifitas kimiawi dan biologis dapat berlangsung dengan baik. Peta penyebaran nilai suhu pada Muara Sungai Jeneberang dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 1: Hasil Uji Suhu Air Muara Sungai Jeneberang

PH

Nilai hasil uji pH pada Muara Sungai Jeneberang disajikan pada gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 2: Hasil Uji Suhu Air Muara Sungai Jeneberang

Cd

Nilai hasil uji sedimen dengan parameter Kadmium (Cd) pada Muara Sungai

Jeneberang disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3: Hasil Uji Kadmium (Cd) di Muara Sungai Jeneberang

Hasil uji pengukuran kadar logam berat pada sedimen dengan parameter kadmium (Cd) di lima titik stasiun berkisar 0,010 – 0,275 ppm. Kadar kadmium (Cd) terendah pada stasiun 1 yaitu 0,010 ppm dan kadar kadmium (Cd) tertinggi pada stasiun 3 yaitu 0,275 ppm. Sedangkan kadar Cd rata-rata dari ke 5 stasiun pengambilan sampel diperoleh 0,167 ppm. Berdasarkan kadar logam berat kadmium pada sedimen dari kelima titik pengukuran tidak ada yang melebihi baku mutu kadmium di sedimen sesuai standar baku mutu

Canadian Council of Minister of the Environment (CCME, 2001)

Tembaga (Cu)

Nilai hasil uji sedimen dengan parameter tembaga (Cu) pada Muara Sungai Jeneberang disajikan pada gambar 4.7 di bawah ini.

(6)

Gambar 4: Hasil Uji Tembaga (Cu) di Muara Sungai Jeneberang

Hasil uji pengukuran kadar logam berat pada sedimen dengan parameter tembaga (Cu) di lima titik stasiun berkisar 2,114 – 2,849 ppm. Kadar tembaga (Cu) terendah pada stasiun 4 yaitu 2,114 ppm dan kadar tembaga (Cu) tertinggi pada stasiun 3 yaitu 2,849 ppm. Sedangkan kadar Cu rata-rata dari ke 5 stasiun pengambilan sampel diperoleh 2,543 ppm. Dari hasil yang didapatkan dari kelima stasiun tersebut terlihat bahwa logam berat tembaga masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan sesuai standar baku mutu

Canadian Council of Minister of the Environment (CCME, 2001).

Zink (Zn)

Nilai hasil uji sedimen dengan parameter seng (Zn) pada Muara Sungai Jeneberang disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 5: Hasil Uji Seng (Zn) di Muara Sungai Jeneberang

Hasil uji pengukuran kadar logam berat pada sedimen dengan parameter seng (Zn) di lima titik stasiun berkisar 0,496 – 3,125 ppm. Kadar seng (Zn) terendah pada stasiun 1 yaitu 0,496 ppm dan kadar seng (Zn) tertinggi pada stasiun 2 yaitu 3,125 ppm. Sedangkan kadar Zn rata-rata dari ke 5 stasiun pengambilan sampel diperoleh 1,802 ppm. Dari kelima stasiun pengukuran masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai standar baku mutu Canadian Council of Minister of the Environment (CCME, 2001)

Raksa (Hg)

Nilai hasil uji parameter logam berat raksa (Hg) pada sedimen di Muara Sungai Jeneberang, disajikan pada Gambar di bawah ini :

Gambar 6: Hasil Uji logam berat Hg pada sedimen di Muara Sungai Jeneberang

Hasil uji pengukuran kadar logam berat pada sedimen dengan parameter raksa (Hg) di lima titik stasiun berkisar 0,070 – 0,091 ppm. Kadar raksa (Hg) terendah pada stasiun 3 yaitu 0,070 ppm dan kadar raksa (Hg) tertinggi pada stasiun 5 yaitu 0,091 ppm. Sedangkan kadar Hg rata-rata dari ke 5 stasiun pengambilan sampel diperoleh 0,094 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar logam berat merkuri pada sedimen di kelima titik sampel masih di bawah baku mutu sesuai standar baku mutu Canadian Council of Minister of the Environment (CCME, 2001) Metode storet

Setelah semua hasil pengukuran parameter yang diperlukan sudah didapatkan, hasil pengukuran parameter digunakan untuk kalkulasi metode Storet. Cara perhitungan

(7)

pada metode Storet menggunakan tabel 2.1.Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dapat

dilihat pada tabel 2.1. Secara prinsip metode Storet membandingkan antara data pengukuran logam berat pada sedimen dengan baku mutu logam berat pada sedimen yang disesuaikan dengan peruntukan penggunaan menentukan status mutu sedimen. Dengan metode Storet dapat mengetahui

parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu sedimen.

Hasil analisa data dengan menggunakan metode STORET seperti pada Tabel 4.3 dengan melihat standart baku mutu Canadian Council of Minister of the Environment

(CCME) Tahun 2001 tentang kandungan logam berat pada sedimen nilai skor storet yang diperoleh yaitu 0, dimana tidak ada yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan logam berat pada sedimen di Muara Sungai Jeneberang tidak tercemar yang ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental Protection Agency) yaitu dengan batas skor adalah 0 termasuk tidak tercemar. Dari hasil yang menunjukkan bahwa kandungan logam

berat pada sedimen belum tercemar, masyarakat harus tetap menjaga agar kandungan logam berat pada air dan sedimen tidak meningkat.

PENUTUP

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan analisis kadar logam berat di Muara Sungai Jeneberang adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis pengujian sampel pada sedimen di Muara Sungai Jeneberang dengan parameter logam berat: raksa (Hg), seng (Zn), kadmium (Cd), dan tembaga (Cu) pada 5 stasiun tidak ada satupun parameter yang melebihi baku mutu logam berat pada sedimen sesuai standar baku mutu yang ditetapkan Canadian Council of Minister of the Environment.

2. Dari hasil kadar keempat logam berat Hg, Zn, Cu, dan Cd pada sedimen di Muara Sungai Jeneberang tingkat pencemaran sedimen dengan analisis metode storet menghasilkan nilai 0 yang berarti tidak tercemar. Namun perlu perhatian masyarakat menjaga agar tidak terjadi peningkatan kadar logam di sekitar

No Parameter Satuan

Batas Hasil Pengukuran Skor

Maks /Min St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 KIMIA 1 PH - 6.0 - 9.0 7,25 7,28 7,29 7,34 7,36 0 0 0 0 0 2 Raksa (Hg) Ppm 0,13 0,085 0,089 0,070 0,073 0,091 0 0 0 0 0 3 Kadmium (Cd) Ppm 0,7 0,01 0,254 0,275 0,235 0,059 0 0 0 0 0 4 Tembaga (Cu) Ppm 18,7 2,827 2,578 2,849 2,114 2,348 0 0 0 0 0 5 Zeng (Zn) Ppm 124 0,496 3,125 2,456 1,761 1,174 0 0 0 0 0 JUMLAH SKOR 0 0 0 0 0 RATA-RATA SKOR 0

(8)

muara sungai dengan tidak membuang limbah ke badan air.

Saran

1.

Bagi masyarakat agar meningkatkan kesadarannya untuk menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah atau limbah sembarangan yang dapat mencemari badan air.

2.

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membandingkan musim penghujan dan musim kemarau.

3.

Penelitian ini dapat dibandingkan dengan kandungan logam berat sedimen bagian hulu.

4.

Untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan parameter yang lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Bengen, D. G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Brooks,K.N., H.M. Gregersen, A.L. Lundgren, R.M. Quinn, dan D.W. Rose, 1989. Watershed Management Project Planning, Monitoring, and Evaluation: A manual for the ASEAN region. University of Minnesota, St. Paul, Minnesota.

Bryan, G.W. 1976. Heavy Metal Contamination in the Sea dalam R. Johson (Ed). Marine Pollution. London Academic Press.

Connel, D.W and. G. J. Miller. 1995.

Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. 520 p.

Darmono. 1999. Kadmium (cd) dalam lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan produktivitas ternak. Wartazoa vol 8 no.1 th. 1999.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta. 145 hal.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Dunne, T. dan L.B. Leopold, 1978. Water in Environmental Planning. W.H. Freeman and Company, New York. Fardiaz, S. 1992. Polutan Air dan Polusi Udara. Fakultas Pangan dan Gizi IPB : Bogor.

Grigg, N., 1988. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley & Sons.

Grigg, Neil. 1996. Water Resourcess Management : Principles, Regulations and cases. Mc.Graw . Hill.

Hutagalung, H.P. 1984. Logam Berat Dalam Lingkungan Laut. Pewarta Oceana IX No. 1. Hal 12-19

Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat. Dalam Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. P30-LIPI. Jakarta. Hal 45-59.

Hutagalung, H.P., D. Setiapermana., SH. Riyono. 1997. Metode Analisa Air Laut, Sediment Dan Biota. Buku kedua. Jakarta P30-LIPI. 182: 59-77. 84

(9)

Manahan, S.E. 1977. Environmental Chemistry. Second Ed. Williard Press. Boston.

Mangundikoro, A. 1985. Dasar . Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Miettinen, J.K. 1977. Inorganic Trace Element as Water Pollutan to Healt and Aquatic Biota dalam F. Coulation an E. Mrak, Ed. Water Quality Procced of an Int. Forum. Academic Press. New York. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksiklogi Logam Berat. Rineke Cipta, Jakarta. Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka

Palar, H. 2004. Pencemaran & toksikologi logam berat. Rineka Cipta: Jakarta. Pawitan, H. dan Murdiyarso, D. 1996.

Monitoring Dan Evaluasi Komponen Biofisik DAS. Presiding Lokakarya Pembahasan Hasil Penelitian Dan Analisis Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pawitan, H. 1995. Metode analisis sistem hidrologi dalam pendugaan erosi dan sedimentasi DAS. Makalah Forum diskusi penelitian erosi dan sedimentasi. Puslitbang Pengairan PU Cipta, Jakarta.

Pickard, G. L. 1967. Descriptive Physican Oceanography Second Edition.

Massachussets : Jones and Bartelett Publisher.

Seyhan, E. 1977. Dasar-Dasar Hidrologi. Gajah Mada University. Yogyakarta. Simons, D. B., and Senturk, F., 1992.

Sediment Transport Technology-Water and Sediment Dynamics. Water Resources Publications, Litleton, CO. Sinukaban, N., O.Satjapradja, dan S.S. Wastra. 1991. Pengaruh Perubahan Penutupan Vegetasi terhadap Respon Hidrologis di Sub DAS Manting, DAS Konto Jawa Timur. For.Res.Bull. 544 : 27-37.

Soemarto, C. D., 1995. Hidrologi Teknik Edisi ke-2. Erlangga, Jakarta.

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Penerbit Andi. Yogyakarta

Widowati, W., dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi. Hal. 109-110, 119-120, 125-126 : Yogyakarta.

Wiyanto, K. 1992. Krom dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Gambar

Tabel  2.1  Nilai  Ambang  Batas  (NAB)  Logam Berat pada Sedimen
Diagram  alir  kerangka  penelitian  studi  kontaminan  logam  berat  sedimen  muara  Sungai  Jeneberang  di  daerah  pesisir  bagian  selatan adalah sebagai berikut :
Gambar 2: Hasil Uji Suhu Air Muara Sungai  Jeneberang
Gambar  6:  Hasil  Uji  logam  berat  Hg  pada  sedimen di Muara Sungai Jeneberang

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan yang sangat nyata pada penelitian ini diduga karena adanya perbedaan konsentrasi ekstrak cincau hitam yang digunakan, sehingga menghasilkan nilai daya ikat

FORMULA Jumlah pasien yang dilakukan prosedur site marking dengan tepat dan benar dalam satu bulan (orang) : Jumlah seluruh pasien yang akan dilakukan tindakan

Pencantuman Komisi Yudisial ini dalam ketentuan konstitusi menyebabkan lembaga ini menjadi sangat ‘ lux ’, dan bahkan untuk sebagian orang dianggap berlebihan, karena dipengaruhi

Jenis pekerjaan responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan keseimbangan tubuh. Akan tetapi, hal tersebut harus tetap mendapat perhatian karena dari kedua

Pada penelitian ini dapat ditemukan protein dengan berat molekul 20 kDa, namun protein tersebut hanya dapat terekspresi pada kelompok kontrol CMC 0,05% dan

hotel Kristal ke Swiss-Belhotel International juga terjadi pada T- More Hotel yang juga sudah beralih manajemen dengan Sahid International Hotel pada 1 April

Hasil penelitian ini adalah (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran generatif lebih tinggi daripada siswa

Survey dilakukan terhadap Posyandu di wilayah Kota Surabaya yang mempunyai katagori Posyandu Merah di wilayah atau kantong kemiskinan di Kota Surabaya yang