• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 4 HASIL WAWANCARA TENTANG PELATIHAN PTK YANG SELAMA INI DILAKUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 4 HASIL WAWANCARA TENTANG PELATIHAN PTK YANG SELAMA INI DILAKUKAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

110 Lampiran 1

(2)

111 Lampiran 2

(3)

112 Lampiran 3

(4)

113 Lampiran 4

HASIL WAWANCARA TENTANG PELATIHAN PTK YANG SELAMA INI DILAKUKAN

Pertanyaan Jawaban Pengawas (WS)

Apakah selama ini telah dilakukan pelatihan PTK?

Ya, dilakukan tiap tahun dan sudah menjadi program tetap Dinas Pendidikan Kabupaten SBD. Pelatihan PTK setiap tahun diadakan dengan sasaran guru SD dan SMP, jadi setiap sekolah bergantian setiap tahun menjadi peserta pelatihan. Sekolah yang bergirilan untuk berpartisipasi mengikuti pelatihan mengirim 1 perwakilan untuk mengikuti pelatihan selama 1 minggu.

Berapa jumlah peserta dan pelatih dalam pelatihan yang selama ini dilakukan?

Jumlah peserta pelatihan setiap tahunnya sekitar 60 orang peserta dan untuk pelatihnya ada 2 orang dari Dinas Pendidikan Kabupaten SBD dan 2 orang dari Dinas Pendidikan Provinsi, jadi total 4 orang pelatih.

Bagaimana proses pelatihan PTK yang selama ini

dilakukan?

Pelatihan dilakukan selama 1 minggu, biasanya dilakukan dihotel dan peserta pelatihan menginap dihotel yang sama sampai pelatihan selesai. Setiap tahun hotel tempat pelaksanaan pelatihan beda-beda.

Untuk proses pelatihan PTK sendiri biasanya kami mulai dengan pemberian materi tentang teknik membuat PTK selama 2 hari. Materi tentang teknik ini meliputi penjelasan lengkap tentang apa itu PTK, apa itu proposal PTK,

(5)

114

metode pelaksanaan PTK, bagaimana melaksanakan pengumpulan data PTK, bagaimana melakukan analisis data hasil PTK, apa itu laporan PTK dan bagaimana membuat laporan PTK. Hari ketiga dan keempat dilanjutkan dengan latihan membuat proposal PTK. Jadi setiap peserta pelatihan dibimbing bagaimana cara membuat proposal PTK dengan didampingi oleh 4orang pelatih. Setelah menghasilkan proposal, beberapa peserta pelatihan biasanya diberi kesepatan untuk mempresentasikan proposal yang telah dibuat. Hari kelima biasanya peserta pelatihan diberi kesempatan untuk melakukan simulasi pengumpulan data pelatihan dengan kembali kesekolahnya masing-masing dengan menerapkan pembelajaran sesuai dengan proposal yang telah dibuat. Selanjutnya pada hari terakhir dilakukan analisis data hasil yang telah dikumpulkan dan finalisasi. Analisis hasil ini dilakukan dengan dibantu oleh 4 orang pelatih. Pada tahap finalisasi yaitu membuat laporan PTK yang utuh yaitu bab 1,2,3 dalam proposal tadi disatukan dengan hasil pengumpulan data dan hasil analisis kemudian disimpulkan menjadi 1 laporan PTK. Seperti itulah proses pelatihan PTK yang selama ini kami lakukan.

Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terkait pelatihan PTK yang selama ini

dilakukan?

Menurut saya, pelatihan yang selama ini kami lakukan sudah cukup berhasil, efektif karena beberapa guru peserta pelatihan sudah berhasil membuat laporan PTK, dan pada tahun 2016 ada beberapa guru yang menghasilkan laporan PTK secara mandiri untuk kenaikan pangkat 4B.

(6)

115 Bagaimana tindak lanjut

dari pelatihan PTK yang selama ini dilakukan?

Sejujurnya tidak ada tindak lanjut dari pelatihan PTK yang kami adakan. Karena materi pelatihannya sendiri sudah kami lakukan lengkap dimulai dari pemahaman tentang PTK, latihan membuat proposal dan laporan PTK, sehingga setelah pelatihan dilakukan kami berasumsi bahwa guru sudah dapat melakukan PTK secara mandiri mengingat materi pelatihan sudah lengkap, sehingga untuk tindak lanjutnya diserahkan kepada peserta pelatihan untuk menggunakan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pelatihan untuk menghasilkan PTK dan memenuhi syarat kenaikan pangkat, karena tujuan lain dari pelaksanaan prlatihan ini yaitu membantu guru dalam memenuhi syarat laporan PTK pada saat mengurus kenaikan pangkat.

Apa yang menjadi

kelemahan dari pelatihan yang telah Bapak/Ibu ikuti?

Kendala utamanya adalah IT guru peserta pelatihan masih rendah sehingga target finalisasi kegiatan pelatihan terkendala.

Pelatihan biasanya diikuti oleh guru senior yang sudah lanjut usia, sehingga ketika berhadapan dengan komputer tidak bisa mengoperasikan, akhirnya tidak bisa menghasilkan proposal dan laporan PTK.

(7)

116 Lampiran 5

HASIL WAWANCARA TENTANG PELATIHAN PTK YANG PERNAH DIIKUTI

Pertanyaan Jawaban

Kepala Sekolah (EMA) Guru (ABS)

Apakah selama ini pernah mengikuti pelatihan PTK?

Ya, pernah mengikuti pelatihan PTK yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan SBD pada tahun 2012.

Ya, pernah sekali itu pada tahun 2012 mewakili SMP 4 trus setelah itu tidak pernah lagi.

Berapa jumlah

peserta pelatihan dan jumlah pelatih dalam pelatihan yang pernah dilakukan?

Kira-kira sekitar 60an orang, itu gabung guru SD dan SMP.

Sekitar 60an orang Ibu. Ada dari SD dan SMP terus dari setiap sekolah perwakilan 1 orang untuk ikut pelatihan selama 1 minggu di kabupaten dan menginap dihotel, kami digabung menjadi satu kelas. Pelatihannya juga dilaksanakan dihotel tempat menginap. Bagaimana proses

pelatihan PTK yang telah dilakukan?

Pelatihannya dimulai dengan pemberian materi oleh pemateri. Pemberian materi selama 2 hari. Hari ketiga dan keempat kami latihan

membuat proposal dengan

bimbingan pelatih. Tapi sejujurnya

Pelatihan yang pernah saya ikuti waktu itu kalau tidak salah ingat hari pertama keduanya kami materi tentang PTK. Setelah itu hari berikutnya selama 2 hari lagi kami disuru buat proposal pelatihan. Kami semua diharuskan untuk buat proposal PTK dan

(8)

117

pada saat latihan pembuatan proposal ini saya tidak bisa menghasilkan proposal karena tidak dapat bimbingan dari pelatih. Pelatih hanya membimbing peserta yang duduk didepan dan beberapa yang duduk dibelakang. Bimbingan yang diberikan pelatih tidak lengkap mungkin karena terlalu banyak peserta pelatihan jadi pelatih ini cepat-cepat dia kasih bimbingan setelah itu kalau ada yang panggil dia langsung pindah. Pada hari keempat ini kami disuruh untuk presentasi proposal yang telah dibut, tapi mungkin karena bimbingannya pelatih yang pindah-pindah dan

cepat sehingga awalnya

mengharuskan semua peserta untuk presentasi proposal akhirnya kalau tidak salah ingat itu hanya 10 orang

presentasi didepan. Tapi waktu itu tidak banyak yang maju presentasi dan tidak semua dari kami berhasil buat proposal. Saya dan kepala sekolah dan beberapa teman yang saya tahu persis banyak tidak buat proposal. Setelah 2 hari buat proposal, hari berikut kami disuruh pulang sekolah masing-masing untuk melakukan pengumpulan data sesuai dengan proposal, tapi karena saya tidak buat proposal PTK jadi pas disuruh pulang sekolah, saya masuk sekolah ngejar biasa saja. Tidak ada data yang saya dapat. Setelah pulang dari sekolah hari terakhir pelatihan adalah analisis data yang kami dapat pas pulang sekolah masing-masing. Pada saat analisis data ini saya tidak ikut terlibat karena tidak ada data, saya hanya ikut memperhatikan teman lain yang dapat data penelitian. Teman-teman yang dapat data ini setelah analisis selanjutnya membuat laporan PTK.

(9)

118

yang maju presentasi, tapi untuk jumlah peserta yg berhasil buat proposal sendiri saya tidak tahu pasti, kayaknya lebih banyak yang tidak berhasil buat. Karena tidak dapat bimbingan juga banyak diantara peserta akhirnya asik ngobrol sendiri dengan teman lain dan tidak serius sudah ikut pelatihan. Hari selanjutnya kami disuruh pulang kesekolah masing-masing untuk coba melakukan pengumpulan data penelitian dengan menerapkan perbaikan pada pembelajaran sesuai dengan proposal yang dibuat, tapi karena saya tidak menghasilkan proposal juga Ibu ABS yang menjadi perwakilan SMP 4 tidak buat proposal, maka saat disuruh untuk pulang kesekolah tidak melakukan apa-apa. Tidak ada data yang kami

Sebenarnya pada hari pertama pelatihan kami diberitahu kalau harapan akhir dari pelatihan itu kami semua hasilkan laporan PTK. Tapi saya sendiri tidak menghasilkan laporan PTK, sepertinya banyak dari kami yang tidak menghasilkan laporan PTK.

(10)

119

hasilkan. Hari terakhir pelatihan kami dibimbing untuk melakukan analisis data yang kami peroleh kemarin dari sekolah masing-masing. Setelah analisis data selesai, peserta yang dapat data dibimbing untuk buat laporan PTK. Untuk saya sendiri tidak menghasilkan laporan PTK.

Apakah peserta pelatihan diberikan atau disediakan materi pelatihan?

Tidak, kami hanya diberikan buku note kecil dan pena untuk menulis catatan selama mengikuti pelatihan. Materi pelatihannya ditampilkan lewat LCD. Pelatih menjelaskan materi sesuai yang ditampilkan LCD dan menulis hal-hal yang perlu dalam penjelasan di papan tulis yang telah disediakan. Kami peserta mendenganrkan penjelasan dan membuat catatan yang dianggap penting selama mengikuti pelatihan dalam buku note yang disediakan.

Tidak, materi pelatihan hanya ditampilkan lewat LCD didepan. Kami hanya disediakan note dengan pena. Untuk materinya sendiri saya hanya tulis beberapa hal saja di note yang saya dapat, jujur saja itu tidak banyak catatan yang saya buat.

(11)

120 Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terkait pelatihan PTK yang pernah diikuti?

Menurut saya pelatihan yang pernah saya ikuti itu belum efektif, karena jujur saja walaupun saya sudah pernah mengikuti pelatihan, saya hanya paham sedikit saja tentang PTK dan untuk membuat PTK secara mandiri sendiri itu belum bisa.

Menurut saya peserta pelatihannya terlalu banyak, tidak semua peserta terjangkau bimbingan. Terutama pada saat latihan pembuatan proposal PTK, 4 pelatih saja tidak cukup untuk bimbing 60an orang, akhirnya banyak peserta tidak serius, karena pada saat kita anggkat tangan untuk bertanya tidak dijawab dengan rinci terus belum selesai kita tanya dan belum sepenuhnya kita mengerti pelatihnya sudah pindah ke peserta lain yang panggil dia. Menurut saya 60an orang digabung jadi satu kelas

Menurut saya pelatihan yang pernah saya ikut itu masih kurang bagus, mungkin karena terlalu banyak peserta pelatihan ini 60an orang digabung dalam 1 kelas terlalu banyak. Hari pertama dan kedua masih bagus tapi mulai hari buat proposal pelatihan kelihatan gaduh dan tidak bagus, banyak peserta yang tidak serius. Untuk saya sendiri saat buat proposal ini hanya dapat bimbingan pelatih satu kali pas saya bertanya tentang cara menentukan masalah PTK untuk latar belakang kebetulan saya mau mengangkat tentang peningkatan hasil belajarnya siswa. Saya diberi jawaban coba Ibu ingat-ingat kenapa hasil belajar siswa menurun, apakah Ibu punya cara mengajar yang tidak menarik, apakah Ibu punya metode mengajar yang itu-itu saja sehingga siswa malas belajar. Saya sudah mencoba mengkaji cara saya mengajar saya selama ini dan saya temukan bahwa cara mengajar

(12)

121

sangat-sangat tidak efektif mungkin pada saat pemberian latihan tidak apa-apa tapi pada hari berikutnya smpai hari terakhir kelihatan sekali banyak peserta pelatihan yang tidak mendapat bimbing akhirnya membentuk kelompok masing-masing dan bercerita.

saya yang kurang menarik untuk itu saya hendak mengganti metode mengajar saya tetapi saya bingung untuk menentukan metode mengajar yang tepat dan untuk membuat menjadi satu latar belakang yang utuh, sya mencoba angkat tangan untuk bertanya tapi pelatih tidak pernah datang, sudah coba sya dekati tetapi pelatih terlalu sibuk dengan peserta yang lain akhirnya saya menyerah dan tidak melanjutkan. Sehingga menurut saya pelatihan ini belum efektif karena pesertanya banyak tapi pelatihnya terlalu sedikit hanya 4 orang akibatnya semua peserta tidak terjangkau. Selain itu juga peserta pelatihan hanya serius di hari pertama dan kedua saat pemberian materi saja, hari selanjutnya lebih banyak yang tidak serius dan cerita sendiri.

(13)

122 Bagaimana tindak

lanjut dari pelatihan PTK yang pernah diikuti?

Tidak ada tindak lanjut lagi Ibu, setelah pelatihan selesai sudah. Peserta yang sudah pernah ikut pelatihan tidak ikut lagi. Kalaupun sekolah dapat giliran lagi kami mengirim guru yang berbeda. Tapi sampai dengan saat ini SMP 4 baru dapa giliran satu kali pada tahun 2012.

Tidak ada Ibu. Setelah pelatihan selesai sudah.

Apa yang menjadi kelemahan dari pelatihan yang telah Bapak/Ibu ikuti?

Menurut saya peserta pelatihan yang terlalu banyak dalam satu kelas. Mungkin hari pertama dan kedua untuk pemberian materi kami dikumpul dalam satu kelas itu masih efektif, tapi pada saat latihan buat proposal dan selanjutnya menurut saya lebih bagus kalau kami dibagi dalam beberapa kelas kecil dengan 1 pembimbing sehingga kalau mau bertanya lebih mudah, mungkin sesuai mata pelajaran atau tingkat sekolah.

Menurut saya yang menjadi kelemahan pelatihan yang pernah saya ikuti adalah terlalu banyak peserta pelatihan terus pelatihnya hanya 4 orang. Sangat terlihat tidak seimbang itu mulai hari latihan buat proposal dan seterusnya, 4 pelatih kewalahan bimbing satu per satu peserta pelatihan. Menurut saya lebih bagus kalau kami dibagi dalam kelas kecil sesuai mata pelajaran atau sesuai tingkat sekolah sehingga kami dapat diskusi antara peserta juga selain bertanya kepada pelatih. Terus selain itu juga menurut saya kalau dikasih

(14)

123

buku atau materi tentang PTK sebagai pegangan atau juga contoh proposal atau contoh laporan sebagai panduan kami sehingga tidak hanya sepenuhnya bergantung kepada pelatih. Kalau beberapa hal ini juga disediakan menurut saya mungkin pelatihan lebih berhasil. Selain itu juga bahan-bahan ini dapat kami bawa pulang sehingga ketika pelatihan tidak hanya selesai ketika sudah pulang tetapi kami dapat belajar mandiri. Karena jujur saja Ibu kami kekurangan pegangan yang menjai pendukung sehingga malas sudah untuk melakukan PTK padahal kami guru sangat dituntut untuk bisa buat PTK tapi nyatanya tidak bisa buat.

Apa yang menjadi kendala Bapak/Ibu dalam membuat PTK?

Yang menjadi kendala utama itu tidak ada pegangan yang menjadi contoh bagi guru untuk membuat PTK Ibu. Sekarang memang sudah jaman internet dimana semua sudah tersedia,

Kendalanya itu tidak ada buku Ibu, selain itu juga contoh proposal dengan contoh laporan PTK tidak ada. Untuk SMP 4 sendiri belum ada guru yang menghasilkan PTK Ibu, untuk kenaikan pangkat kami biasanya

(15)

124

tapi Ibu sudah tahu sendiri to kami guru kaweda begini tidak bisa belajar mandiri lewat internet. Jadi kalau ada buku dengan contoh-contoh proposal dan laporan PTK itu sangat membantu. Kendala buku dan contoh-contoh proposal dan laporan itu diperparah dengan kesibukan lain guru yaitu siapkan administrasi kelas dan kegiatan lain-lain disekolah sehingga tidak tahu dan tidak ada sumber untuk kita dapat belajar mandiri akibatnya tidak ada yang buat proposal dan akhirnya menghasilkan laporan PTK. Untuk kebutuhan kenaikan pangkat sendiri kami tidak mau ambil pusing lagi Ibu, tidak tahu cara buat kami biasanya bayar orang sudah untuk buat.

pake orang lain sudah Ibu, maksudnya kami bayar orang lain untuk buat laporan dan itu lolos, dan sudah jadi kebiasaan sudah karena kami hemat waktu dan tidak repot lagi dengan tugas admistrasi mengajar yang banyak.

Mungkin kalau ada buku dengan contoh proposal atau laporan PTK mungkin sangat membantu guru SMP 4 Ibu. Karena kami sudah kaweda begini kalau disuruh cari materi tentang PTK sendiri susah Ibu, tapi kalau disediakan sepertinya akan sangat membantu kami untuk menghasilkan PTK secara mandiri.

(16)

125 Lampiran 6

HASIL PENILAIAN MODUL PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI

(17)
(18)

127

(19)

128 Lampiran 7

HASIL PENILAIAN MATERI MODUL PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI OLEH AHLI PTK

(20)
(21)
(22)

131 Lampiran 8

HASIL PENILAIAN MATERI MODUL PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI OLEH CALON

(23)
(24)

133

(25)

134 Lampiran 9

(26)
(27)
(28)

137

(29)

138 Lampiran 10

HASIL PENILAIAN MODUL PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI OLEH PESERTA PELATIHAN

No Aspek yang ditanggapi 1 2 3 4 5 6 7 Tanggapan Peserta Pelatihan 8 9 10 11 Rata-Rata Persentase rata-rata A. Tampilan

1

Ukuran fisik Modul Pelatihan PTK tidak terlalu besar atau

terlalu kecil 4 5 4 5 5 3 3 5 5 4 5 4,4

4,4 2

Desain sampul

menggambarkan isi Modul

Pelatihan PTK 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4,4

3

Desain isi modul rapi terlihat pada penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar tidak mengganggu pembaca serta menarik dan mudah

dipahami.

(30)

139 4

Ukuran huruf yang

digunakan tidak terlalu besar atau terlalu kecil dan

mengunakan jenis teks yang mudah dibaca

4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4,1

5 Sistematika dan keruntutan

penyajian 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4,5

B. Materi Pelatihan 6

Uraian materi menarik, sehingga menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar

5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4,4

4,6 7 Uraian materi sesuai dengan

tujuan pembelajaran 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4,5 8 Materi pada setiap unit kegiatan pembelajaran

diuraikan secara jelas.

4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4,4 9 Materi pelatihan dikaitkan dengan masalah nyata

disekolah

(31)

140 10

Latihan pada setiap unit kegiatan pembelajaran mengarah pada pencapaian tujuan modul pelatihan PTK berbasis andragogi

4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4,5

11

Contoh-contoh yang

disediakan dalam setiap unit

kegiatan pembelajaran jelas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4,9 12

Contoh-contoh yang

disediakan dalam setiap unit kegiatan pembelajaran beragam

5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4,8 C. Penggunaan Bahasa

13 Menggunakan kaidah bahasa yang tepat 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4,3

4,5 14

Menggunakan bahasa yang dapat mendorong untuk

berfikir kritis 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4,8

15

Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan enak

(32)

141 16 Menggunakan bahasa yang menarik dan merangsang

rasa ingin tahu 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4,5

Rata-rata Keseluruhan 4,5

Persentase Rata-rata Keseluruhan 90%

(33)

142 Lampiran 11

Contoh Tanggapan Peserta Pelatihan Terhadap Modul Pelatihan Berbasis Andragogi

(34)
(35)

144 Lampiran 12

PRE-TEST

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

1. Perbedaan mendasar antara Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian bukan PTK jika dilihat dari tujuan penelitian, yakni….

a. Penelitian bukan PTK bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, sedangkan Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk meningkatkan prestasi.

b. Penelitian bukan PTK bertujuan untuk meningkatkan prestasi, sedangkan Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran.

c. Penelitian bukan PTK bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, sedangkan Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk menguji tindakan

d. Penelitian bukan PTK bertujuan untuk menguji tindakan, sedangkan Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran.

(36)

145

2. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) ditemukan bahwa perhatian siswa terhadap pembelajaran sangat kurang. Hal yang harus segera diteliti guru melalui PTK ialah ....

a. Bagaimana meningkatkan perhatian siswa b. Bagaimana meningkatkan motivasi siswa

c. Bagaimana konstribusi perhatian siswa terhadap prestasi belajarnya

d. Kaitan antara perhatian dengan hasil belajar siwa 3. Dua kegiatan utama dalam perencanaan PTK adalah ...

a. Membuat proposal dan merencanakan kegiatan PTK

b. Merumuskan kerangka pikir dan membuat instrumen observasi

c. Membuat proposal dan membuat kajian teori

d. Membuat kajian teori dan merumuskan kerangka berfikir

4. Langkah awal PTK yang dilakukan oleh guru adalah .... a. Identifikasi masalah

b. Pembatasan masalah c. Perumusan masalah d. Menganalisis masalah

5. Berikut merupakan beberapa langkah yang dapat ditempuh saat melakukan analisis masalah, kecuali ....

(37)

146

a. Berdiskusi dengan teman sejawat

b. Melakukan studi banding ke sekolah lain

c. Mengkaji dokumen-dokumen kelas tentang siswa d. Melakukan refleksi

6. Berikut yang bukan merupakan langkah-langkah dalam pelaksanaan PTK adalah ...

a. Melakukan observasi

b. Melakukan tindakan perbaikan c. Menyusun proposal

d. Melakukan analisis hasil perbaikan

7. Yang dimaksudkan dengan tindakan dalam PTK adalah….

a. Model pembelajaran yang dilaksanakan dalam rangka memperbaiki pembelajaran di kelas

b. Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah tertuang dalam proposal PTK

c. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telahtertuang dalam proposal PTK

d. Perlakuan baru dalam pembelajaran yang diterapkan pada penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

8. Refleksi pada dasarnya merupakan kegiatan ..., kecuali a. Mempertanyakan kepada diri sendiri mengapa

(38)

147

b. Merenungkan dampak dari tindakan-tindakan yang sudah dilakukan selama ini

c. Mempertanyakan masalah pembelajaran yang terjadi dikelas lain

d. Merenungkan dampak dari tindakan-tindakan yang sudah dilakukan selama ini

9. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian bersiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada saat refleksi adalah….

a. Membandingkan apa yang sudah dicapai dengan indikator kinerja

b. Mendiskusikan siswa yang paling baik nilainya dalam pelaksanaan tindakan

c. Memberi kesempatan kepada pengamat untuk menilai kinerja guru

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus berikutnya

10.Kesimpulan hasil PTK sebaiknya merupakan penjelasan yang disusun sesuai dengan ...

a. Pertanyaan penelitian b. Temuan penelitian c. Hasil analisis data

(39)

148 Lampiran 13

POST-TEST

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 1. Berikut merupakan karanteristik PTK, kecuali ...

a. PTK merupakan penelitian yang dapat dilakukan dimana saja

b. PTK merupakan penelitian melalui refleksi diri karena masalah penelitian dihadapi oleh guru dikelasnya

c. PTK bertujuan untuk memperbaki pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara terus menerus d. Masalah PTK dialami oleh guru dikelasya sendiri 2. Perbedaan PTK dengan non PTK jika dilihat dari hasil

akhir yang ingin dicapai terletak pada ... a. Perbaikan hasil belajar siswa

b. Hasil penelitian yang dapat ditiru c. Teori belajar yang diuji

d. Peningkatan kemampuan guru dalam melakukan penelitian

3. Masalah PTK yang ditemukan pada saat melakukan identifikasi dan analisis masalah merupakan kegiatan pada tahap panelitian ...

(40)

149 b. Kegiatan pelaksanaan c. Kegiatan perencanaan d. Kegiatan observasi

4. Tujuan kegiatan analisis masalah tahap perencanaan adalah ...

a. Menemukan hal-hal yang menjadi penyebab dari permasalahan

b. Menemukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah

c. Menemukan instrumen yang tepat untuk mengukur keberhasilan PTK

d. Menemukan cara mengajar yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan

5. Berikut ini merupakan bagian tidak termasuk dalam unsur pokok latar belakang adalah ...

a. Penjelasan tentang kesenjangan antara keadaan kelas yang sebenarnya dan apa yang seharusnya terjadi (idealnya)

b. Penjelasan tentang keadaan saat ini disertai dengan data-data pendukung, misalnya nilai siswa

c. Penjelasan tentang tujuan pelaksanaan PTK

d. Penjelasan tentang penyebab-penyebab terjadinya masalah

(41)

150

6. Langkah yang dilakukan guru dalam tahap pelaksanaan PTK adalah ...

a. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan tindakan perbaikan yang dipilih

b. Melakukan kegiatan pembelajaran seperti biasa c. Melakukan kegiatan pengamatan (observasi) d. Melakukan kegiatan refeksi

7. Berikut merupakan pernyataan yang benar tentang pelaksanaan PTK, kecuali ...

a. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu pembelajaran b. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas sebagai

seorang guru

c. Pelaksanaan PTK selalu bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

d. Pelaksanaan PTK bertujuan untuk memperoleh dana atau hibah penelitian

8. Kegiatan refleksi setelah pelaksanaan tindakan PTK bertujuan untuk, kecuali ...

a. Menganalisis keberhasilan dan kegagalan tindakan perbaikan yang telah dilakukan

b. Memperbaiki perencanaan yang telah dilaksanakan c. Menyempurnakan tindakan perbaikan pada siklus

berikutnya

(42)

151

9. Bab II kajian pustaka laporan PTK berisi hal berikut, kecuali ...

a. Metode pengumpulan data

b. Kajian teori berkaitan dengan variabel PTK c. Kerangka berpikir

d. Penelitian yang relevan

10.Tujuan penulisan daftar pustaka adalah untuk ...

a. Memberikan informasi bahwa pernyataan dalam tulisan bukan merupakan hasil pemikiran penulis b. Melengkapi laporan PTK

c. Panduan bagi peneliti lain d. Tambahan laporan PTK

(43)

152 Lampiran 14

DATA MENTAH UJI VALIDASI INSTRUMEN PRE-TEST

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 E 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 Y 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 D 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 M 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 A 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 U 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 J 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 O 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 K 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0

(44)

153 Lampiran 15

HASIL UJI VALIDASI INSTRUMEN PRE-TEST

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,883 10 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00004 5,64 9,055 ,839 ,854 VAR00008 5,36 10,255 ,597 ,874 VAR00013 5,45 10,473 ,421 ,885 VAR00014 5,64 9,055 ,839 ,854 VAR00015 5,64 9,055 ,839 ,854 VAR00018 5,64 9,255 ,767 ,860 VAR00020 5,45 10,073 ,564 ,875 VAR00025 5,45 10,473 ,421 ,885 VAR00026 5,73 10,418 ,378 ,889 VAR00030 5,64 10,055 ,494 ,881

(45)

154 Lampiran 16

DATA MENTAH UJI VALIDASI INSTRUMEN POST-TEST

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 E 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 Y 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 M 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 A 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 B 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 U 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 J 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 R 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 O 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

(46)

155 Lampiran 17

HASIL UJI VALIDASI INSTRUMEN POST-TEST

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,857 10 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00003 7,2727 5,418 ,606 ,842 VAR00004 6,9091 6,091 ,660 ,840 VAR00005 6,9091 6,091 ,660 ,840 VAR00010 7,0909 5,691 ,563 ,845 VAR00011 7,1818 5,364 ,661 ,835 VAR00013 7,0000 6,200 ,397 ,858 VAR00014 6,9091 6,491 ,379 ,857 VAR00021 7,2727 5,418 ,606 ,842 VAR00026 6,9091 6,091 ,660 ,840 VAR00029 6,9091 6,091 ,660 ,840

(47)

156 Lampiran 18

HASIL PRE-TEST DAN POST-TEST

PESERTA PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI No Nama

Guru

Nilai

pre-test Ket post-test Ket

1. EMA 7 T 9 T 2. YBR 7 T 9 T 3. DDG 5 TT 6 TT 4. MELM 4 TT 6 TT 5. A 5 TT 7 T 6. ABS 5 TT 7 T 7. AUP 4 TT 8 T 8. JOL 8 T 9 T 9. MR 10 T 10 T 10. ORT 7 T 9 T 11. MKWS 9 T 10 T Rata-rata 6,5 8,2 Persentase 54,5% 81,8% Keterangan: T = Tuntas; TT = Tidak Tuntas

(48)

157 Lampiran 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 WEWEWA TIMUR

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SEMESTER II TAHUN AJARAN 2018/2019

PROPOSAL PTK

OLEH MANIS RAHAYU

SMP NEGERI 4 WEWEWA TIMUR KECAMATAN WEWEWA TIMUR KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

(49)

158 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pola pikir matematika juga akan membentuk pola pikir manusia misalnya disiplin diri, berpikir secara logis, kritis, cermat, efesien, sistematis dan konsisten. Karena salah satu alat yang dapat melatih ketelitian, kecermatan, dan ketepatan kerja adalah matematika.

Matematika menjadi mata pelajaran yang diberikan kepada semua jenjang pendidikan dimulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir secara logis, kritis, cermat, analitis, efesien, kreatif, sistematis dan konsisten, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini karena matematika sebagai sumber ilmu lain, yang berarti bahwa banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya melibatkan matematika, sehingga mata pelajaran matematika sangat bermanfaat bagi peserta didik sebagai ilmu dasar untuk penerapan di bidang lain.

Mengingat peranan matematika yang sangat besar maka seorang pendidik terutama guru matematika harus

(50)

159

mampu memilih strategi yang tepat dalam mengajar, sehingga siswa mampu menguasai materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seorang guru harus bisa mengidentifikasi atau memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Hal tersebut berpengaruh pada proses pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran yang menyenangkan dan mengajak minat siswa untuk aktif dapat memberikan hasil belajar yang maksimal.

Pentingnya peran matematika ini tidak didukung dengan fakta yang terjadi. Matematika menjadi mata pelajaran yang diajarkan sedini mungkin bahkan sudah diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar. Diajarkan sedini mungkin tidak menjamin hasil belajar mateamtika yang baik, hal ini didukung dengan fakta bahwa secara nasional hasil ujian matematika (UN) mulai tingkat SD sampai SMA masih jauh dari standar yang diharapkan. Selain itu, mata pelajaran matematika sudah menjadi ketakutan tersendiri bagi siswa. Tingkat kesusahan dari pembelajaran matekatika menjadi pemicu tidak tertatik dan takutnya siswa akan mata pelajaran matematika, sehingga sangat-sangat penting bagi guru untuk menciptakan suasana belajar matematika yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.

(51)

160

Fakta rendahnya hasil belajar matematika siswa juga terjadi pada siswa kelas VII B, dimana dari 38 siswa terdapat 18 orang siswa yang memperoleh nilai rendah dan berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil refleksi peneliti diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan tidak menggunakan model atau metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Afandi dkk (2013) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran.

Melihat kenyataan yang terjadi pada kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur dimana dari 38 siswa hanya 20 orang siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 76 dan hanya 2 orang siswa yang memperoleh nilai diatas 80. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan siswa untuk malas bertanya meskipun masih belum memahami materi yang

(52)

161

diajarkan akibatnya guru juga mengalami kesulitan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga guru lebih sering menggunakan model pembelajaran lansung dimana semua pembelajaran dikelas didominasi oleh guru yang berakibat pada rendahnya hasil belajar atau nilai akhir siswa.

Hasil refleksi mendalam yang dialkukan oleh peneliti, ditemukan penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII B yaitu tingginya tingkat kejenuhan dan rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika yang disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang monoton dan tidak menarik bagi siswa sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti berusaha mennguba pembelajaran yang selama ini dilakukan dengan menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan meminimalisisr tingkat kejenuhan siswa selama pembelajaran matematikan dengan mencoba menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Numbered Head Together (NHT) yang melibatkan kerjasama antara siswa.

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama

(53)

162

dengan teman sebaya dan didampingi guru. Proses belajar-mengajar dalam model pembelajaran ini tidak lagi didominasi oleh guru, tetapi siswa dituntut untuk berbagi informasi dan saling belajar mengajar dengan siswa yang lainnya.

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Afandi dkk, 2013: 65). Numbered Head Together (NHT) memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide serta mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2002: 59). Sehingga dapat disimpulkan bahwa NHT merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi antara siswa untuk memperoleh pemahaman yang tepat dengan melibatkan kerjasama antara siswa. Berdasarkan kesimpulan tersebut, NHT dianggap sangat cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil

(54)

163

Belajar Matematika Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur Menggunakan Model Pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) Semester II Tahun Ajaran 2018/2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)?

2. Bagaimana respon siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

(55)

164

2. Untuk mengetahui respon siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat begi beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan peneliti tentang model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. b. Menambah pengalaman yang dapat dikembangkan

dalam pembelajaran untuk materi lain bila memungkinkan.

2. Bagi Siswa

a. Dapat mengembangkan potensinya dengan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

b. Dapat meningkatkan kemampuan dan respon belajar siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal

(56)

165 3. Bagi Guru

Menjadi pedoman guru dalam melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT). 4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan dan respon belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

(57)

166 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku terjadi karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mangajar (Purwanto, 2011: 46). Sejalan dengan pendapat tersebut, Nana sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendapat lain dikemukakan oleh Afandi dkk, (2013: 6) menyatakan bahwa hasil belajar adalah proses perubahan kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan motorik halus dan kasar (psikomotor) pada peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa berupa peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan emosi atau aspek afektif serta psikomotorik sebagai hasil dari belajar yang dilakukan.

(58)

167

2.2 Model Pembelajaran Tipe Number Head Together (NHT)

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Tipe Number Head Together

Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran tipe kooperatif, dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi dalam satu pokok bahasan dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2009: 82). Pendapat lain dikemukakan oleh Lie (2002: 59) menyatakan bahwa NHT merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan akhirnya mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NHT merupaka model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mempengaruhi dan meningkatkan pola interaksi antara siswa untuk memperoleh pemahaman yang tepat dengan melibatkan kerjasama antara siswa.

(59)

168

Trianto (2009: 82) menyatakan bahwa NHT merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan 4 langkah sebagai berikut:

1. Langkah 1 : Penomoran; Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3 sampai 5 orang secara heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

2. Langkah 2 : Pengajuan pertanyaan; Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan spesifik dalam bentuk kalimat tanya

3. Langkah 3 : Berpikir Bersama Siswa menyatakan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

4. Langkah 4 : Pemberian Jawaban; Guru menyebut nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut:

Pendahuluan

1) Menginformasikan materi yang akan dibahas dan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya.

(60)

169

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapaidan menjelaskan skenario pembelajaran yang akan dilakukan.

3) Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Kegiatan Pembelajaran 1) Penomoran

Kegiatan diawali dengan pembagian siswa dalam kelompok dengan anggota 5 orang dan setiap kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

2) Mengajukan Pertanyaan

Pada tahap ini guru menjelaskan materi secara sederhana. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan. 3) Berpikir Bersama

Pada tahap ini siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan guru. Setelah itu siswa bersama-sama menyatuka pendapat dengan mengerjakan pertanyaan yang diajukan dengan bimbngan guru dan memastikan setiap anggota kelompok memahami jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru.

4) Pemberian Jawaban

Tahap ini diawali dengan guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok secara acak. Siswa yang disebut nomornya dalam kelompok yang

(61)

170

bersangkutan mengacungkan tangannya dan Mencoba menjawab untuk seluruh kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul, siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan. Tahap ini diakhiri dengan pemberian pujian oleh guru kepada siswa/kelompok yang menjawab benar.

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Tipe Number Head Together

Afandi, dkk (2013: 70) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai kelebihan dan kelemahan yaitu:

1. Kelebihan

a. Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua. b. Setiap siswa dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sungguh

c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

2. Kekurangan

a. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

b. Tidak semua anggota kelompok akan dipanggil oleh guru.

(62)

171

Dari kelebihan dan kelemahan di atas dapat disimpulkan bahwa NHT tidak cocok untuk kelas besar karena membutuhkan waktu yang lama, namun proses pembelajaran sangat cocok dengan keadaan kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur karena siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Siswa juga belajar untuk mengemukakan pendapat dan menghargai teman dan terlibat aktif dalam kelompok untuk menemukan jawaban yang benar.

2.2.3 Materi Himpunan

Materi Himpunan yang akan dibahas dikhususkan pada Kompetensi Dasar 4.1 Memehami Pengertian dan Notasi Himpunan serta Penyajiannya, yaitu pokok bahasan pengertian himpunan dan anggota himpunan, dan menyatakan himpunan.

Pengertian Himpunan Dan Anggota Himpunan A. Pengertian Himpunan

Himpunan diartikan sebagai suatu koleksi objek-objek yang memberikan suatu sifat bersama. Misalnya dalam matematika, biasanya untuk memperhatikan, suatu himpunan garis, suatu himpunan segitiga, suatu himpunan bilangan real, dsb. Dengan demikian, jika

(63)

172

kita pergi ke lapangan tempat pertandingan sepakbola kita dapat membentuk, antara lain, himpunan pemain sepakbola, himpunan wasit sepakbola, himpunan penonton sepakbola. Jika kata himpunan kita hapuskan dan kata-kata berikutnya disaji-kan di antara dua kurung kurawal, menjadi { pemain sepakbola di lapangan itu }, pernyataan tersebut merupakan salah satu cara untuk menyatakan himpunan.

Untuk memberi nama pada suatu himpunan, pada umumnya digu-nakan lambang huruf kapital (huruf besar), misal-nya: A, B, C, . . .

Contoh:

P = {pemain sepakbola PERSIB}

G = Himpunan guru-guru yang mengajar di kelasku. R = {rumah ibadah di desaku}

I = Himpunan ikan dalam suatu akuarium. B. Anggota Himpunan

Perhatikan kembali himpunan pemain sepakbola. Masingmasing pemain yang tergabung di dalamnya disebut anggota atau elemen dari himpunan tersebut. Masing-masing pelatih bukan anggota atau bukan elemen himpunan pemain sepak bola tersebut.

(64)

173

Jika A = Himpunan murid kelas VII SMP yang sekelas denganmu, maka setiap murid kelas VII SMP yang seke-las denganmu merupakan anggota dari himpunan A tersebut.

Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang ∈ dan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan digunakan lambang ∉.

Karena Senin merupakan anggota himpunan H, maka dapat dituliskan:

Senin ∈ H

Sedangkan Rabu bukan merupakan anggota himpunan H, maka dapat dituliskan:

Rabu ∉ H

Perhatikan himpunan A = Himpunan bilangan asli kurang dari lima. Maka kita dapat menuliskan:

1 ∈ A, 5 ∉ A,

2 ∈ A, dan 7 ∉ A,

3 ∈ A, 9 ∉ A,

4 ∈ A, 11 ∉A.

Latihan

1. Kumpulan-kumpulan berikut ini, nyatakan “dapat” atau membentuk suatu himpunan.

(65)

174

b. kumpulan siswa-kelas I SMP yang berulang tahun pada tanggal 1 Juli.

c. kumpulan guru-guru SMP yang berusia kurang dari 40 tahun.

d. kumpulan guru-guru SMP yang bijaksana. e. kumpulan bilangan genap antara 1 dan 10. f. kumpulan bilangan prima kurang dari 20. g. kumpulan buku paket matematika SMP. h. kumpulan orang-orang yang rajin belajar.

2. Diketahui P = {bilangan pembagi dari 24} Periksalah apakah pernyataan berikut ini benar atau salah

a. 1 ∈ P b. 2 ∈ P c. 3 ∉ P d. 4 ∈ P e. 5 ∉ P f. 6 ∈ P g. 8 ∈ P h. 9 ∈ P i. 10 ∉ P j. 12 ∈ P Menyatakan Himpunan A. Cara Menyatakan Himpunan

Himpunan dapat dinyatakan dengan beberapa cara. Misal kita mempunyai himpunan: Himpunan bilangan prima kurang dari 10. Himpunan ini dapat ditulis sebagai: {bilangan prima kurang dari 10}. Cara menyatakan himpunan seperti di atas disebut cara menyatakan himpunan dengan kata-kata.

(66)

175

Jika kita mempunyai P = {bilangan prima kurang dari 10}, maka kita dapat menyebutkan masing-masing anggota dari P, yaitu 2, 3, 5, 7.

Jika semua anggota himpunan P tersebut disajikan di antara dua kurung kurawal dan dua anggota yang berdekatan dipisahkan oleh tanda “,” maka diperoleh: {2, 3, 5, 7}. Cara tersebut disebut cara menyatakan himpunan dengan cara mendaftar.

Jadi:

P = Himpunan bilangan prima kurang dari 10 dapat ditulis menjadi:

P = {2, 3, 5, 7}

Beberapa contoh himpunan yang dinyatakan dengan cara mendaftar adalah:

1. K = {1, 3, 5, 7, 9}

2. L = {Januari, Juni, Juli} 3. M= {1, 2, 3, 4, . . . , 100} 4. N = {7, 14, 21, 28, . . .}

Perhatikan contoh himpunan P = { 2, 3, 5, 7 }. Untuk menjadi anggota himpunan P sudah tentu ada persyaratannya, yaitu setiap anggota P merupakan bilangan prima kurang dari 10.

(67)

176

Oleh karena itu himpunan P dapat dinyatakan dengan syarat keanggotaan himpunan atau dengan notasi pembentuk himpunan sebagai berikut:

P = {x : x adalah bilangan prima kurang dari 10} atau: P = {x : x < 10, x adalah bilangan prima}

yang dibaca:

Himpunan P adalah himpunan yang anggota-anggotanya x sedemikian hingga x kurang dari 10 dan x adalah bilangan prima.

2.3 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2017) tentang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Nomporejo Tahun Pelajaran 2016/2017 menunjukkan hasil bahwa: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan siswa kelas IV SD N Nomporejo dibuktikan dengan Hasil belajar rata-rata pra siklus sebesar 54,67, siklus I sebesar 79,25 dan pada siklus II

(68)

177

sebesar 91,47. Tingkat ketuntasan pada pra siklus adalah 20% pada siklus I menjadi 53,34% dan pada siklus II menjadi 100%; 2) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yaitu pada siklus I sebesar 67,301% meningkat menjadi 87,932% pada siklus II.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Astrawan (2017) dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 3 Tonggolobibi menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 3 Tonggolobibi dengan persentase kentuntasan klasikal dan persentase daya serap klasikal siklus I sebesar 53,57% dan 55,71% serta mengalami peningkatan pada siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%, dan persentase daya serap klasikal sebesar 76.07%.

Penelitian tentang peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah banyak diakukan seperti yang telah dijelaskan diatas. Namun, perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut terletak pada subjek dan objek penelitian yaitu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 4

(69)

178

Wewewa Timur. Selain itu juga penelitian ini juga terfokus untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatih tipe NHT.

2.4 Kerangka Berpikir

Hasil refleksi terhadap pembelajaran matematika kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kela VII B rendah, hal ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat kejenuhan dan rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika yang disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang monoton dan tidak menarik bagi siswa sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti berusaha mengubah pembelajaran yang selama ini dilakukan dengan menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan meminimalisir tingkat kejenuhan siswa selama pembelajaran matematika dengan mencoba menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Numbered Head Together (NHT) yang melibatkan kerjasama antara siswa. Secara bagan, kerangka berpikir peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini seperti terlihat pada gambar 2.1.

(70)

179

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian tindakan kelas Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII B

SMP NEGERI 4 Wewewa Timur Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Semester II Tahun Ajaran 2018/2019 Masalah:

Rendahnya hasil belajar matematika siswa kela VII B Disebabkan oleh:  tingginya tingkat kejenuhan  rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika Tindakan: Melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajraran kooperatif tipe NHT Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII B Meningkat

(71)

180 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Wewewa Timur, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian dilakukan selama 2 minggu mulai dari 16 – 30 Januari 2018. Penelitian dilakukan pada pokok bahasan Himpunan Kompetensi Dasar 4.1 Memehami Pengertian dan Notasi Himpunan serta Penyajiannya. 3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitan ini adalah 38 orang siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Himpunan Kompetensi Dasar 4.1 Memehami Pengertian dan Notasi Himpunan serta Penyajiannya.

3.3 Sumber Data

Data dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu siswa, dokumen hasi belajar siswa berupa catatan kelas, nilai hasil tes siswa. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar matematika dan respon siswa menggunakan model pembelajaran NHTpada pokok bahasan Himpunan.

(72)

181

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan wawancara, studi dokumen, tes, observasi, dan angket tanggapan. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tindakan kelas adalah instrumen wawancara, instrumen tes, instrumen observasi, dan instrumen tanggapan siswa. Ringkasan teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas seperti terlihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Ringkasan Teknik Dan Alat Pengumpula Data

No Teknik Alat Data Waktu

1.

Wawan-cara Panduan wawan-cara Komentar siswa terhadap pembelajaran menggunakan model NHT Akhir siklus 2. Tes Instrumen Soal Hasil belajar siswa pokok bahasan himpunan Setiap akhir siklus 3.

Obser-vasi Instrumen observasi Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT Selama pelaksanaa n siklus 4. Angket Instrumen

(73)

182

pembelajaran menggunakan

NHT

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini dianaliss menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan persentase. Data hasil wawancara dan studi dokumentasi dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif menurut pendapat Miles dan Huberman yang dimulai dengan tahap reduksi data, selanjutnya penyajian data, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2015). Data hasil tes, observasi, dan angket tanggapan siswa dianalisis menggunakan rumus presentase berikut: Rumus nilai, yaitu:

100 x mal Skor Maksi Skor Perolehan Nilai

Rumus persentase skor akhir hasil observasi, yaitu: % x mal Skor Maksi r Jumlah Sko Skor Akhir 100

Secara klasikal atau keseluruhan, penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila 75% dari jumlah siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Wewewa Timur memperoleh nilai yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 76. Rumus untuk menentukan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah:

(74)

183 % 100 75 x erta Jumlah Pes Nilai Dengan Peserta Klasikal Belajar Ketuntasan

 

Rumus persentase angket respon siswa

% 100 x responden Jumlah Option Menjawab yang reponden Banyaknya Angket Persentase

Persentase hasil tes, hasil observasi, dan angket tanggapan siswa dikelompokan berdasarkan kategori sebagai berikut:

Skor Perolehan Kategori 85 % - 100 % Sangat Baik

75 % - 84 % Baik

65 % - 74 % Cukup Baik 55 % - 64% Kurang Baik < 54 % Sangat Kurang Baik 3.6 Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil jika 75% dari nilai hasil belajar siswa pada materi Himpunan mencapai nilai KKM, dan respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT

berkategori baik.

3.7 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini rencananya dilaksanakan dalam 2 suklus. Seriap siklus terdiri dari 4

(75)

184

tahap yaitu: tahap petencanaan tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refkelsi.

 Siklus I

1. Tahap perencanaan

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini yaitu: a) menyusun RPP pokok bahasan Himpunan pada Kompetensi Dasar 4.1 Memehami Pengertian dan Notasi Himpunan serta Penyajiannya secara rinci pada setiap pertemuan; b) membuat skenario pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Togerher (NHT) siklus I; c) menyiapkan daftar hadir siswa; d) menyusun instrumen tes dan instrumen observasi siklus I; e) menyiapkan pengamat luar.

2. Tahap pelaksanaan

Hal yang dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan kegiatan belajar mengajar berdasarkan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran dengan model NHT yang telah disusun. Pada akhir tahap ini dilakukan tes untuk mengetahu hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT.

(76)

185

Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan observasi dengan dibantu oleh observer luar. Observasi dilakukan pada saat pemebelajaran berdasarkan model pembelajaran NHT dilakukan. Bservasi dilakukan berdasarkan instrumen observ asi yang telah disusun. 4. Tahap refkesi

Tahap ini guru melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes siswa pada tahap pelaksanaan dan menganalisis hasil observasi pada tahap observasi. Hasil refleksi ini menjadi pedoman guru sebagai peneliti untuk menentukan tindakan pada siklus II.

3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan 1 2 Januari 3 4 Persiapan 1. Membuat Proposal 2. Menyiapkan Instrumen Pelaksanaan 3. Perenanaan siklus I 4. Pelaksanaan siklus I 5. Observasi siklus I 6. Refleksi siklus I 7. Perencanaan siklus II 8. Pelaksanaan siklus II 9. Observasi siklus II 10. Refleksi siklus II

(77)

186

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS.

Astrawan, I Gede Budi. 2017. Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 3 Tonggolobibi. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4 Lie, A. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia

Widiasarana.

Pratiwi, Destiani. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Nomporejo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

(78)

187 Lampiran 20

Daftar Produk Pengembangan Modul Pelatihan PTK Berbasis Andragogi Menggunakan Model ADDIE

Produk Pengembangan Modul Pelatihan PTK Berbasis Andragogi Menggunakan Model ADDIE yang dihasilkan dalam penelitian ini sebagai lampiran dijilid secara terpisah dengan tesis. Beberapa produk tersebut adalah:

a. Modul Pelatihan PTK Berbasis Andragogi

b. Panduan Pelatihan PTK Berbasis Andragogi untuk Pelatih/Instruktur

c. Panduan Pelatihan PTK Berbasis Andragogi untuk Peserta Pelatihan

(79)

188 Lampiran 21

MODUL PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI

(80)

189

(81)
(82)
(83)

192 Lampiran 22

PANDUAN PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI UNTUK PELATIH/INSTRUKTUR

(84)
(85)

194 Lampiran 23

PANDUAN PELATIHAN PTK BERBASIS ANDRAGOGI UNTUK PESERTA PELATIHAN

(86)
(87)

196 Lampiran 24

(88)
(89)
(90)
(91)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian tindakan kelas  Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII B
Tabel 3.1 Ringkasan Teknik Dan Alat Pengumpula Data

Referensi

Dokumen terkait

kerja sama yang harus kita lakukan untuk mengawal, menyelamatkan, dan menggunakan APBN dan APBD dengan sebaik-baiknya.

4.2 Setelah dilakukannya perlakuan untuk meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu Wicara adalah perkembangan kemampuan Bahasa Sauqi meningkat dibandingkan

Gambaran keterampilan sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi yang berkaitan dengan interaksi dengan teman-temannya di sekolah yaitu, pada penyandang cerebral

(2014) menyatakan bahwa di suatu lingkungan yang etis, seorang karyawan akan lebih cenderung untuk melakukan atau menjalankan peraturan-peraturan di perusahaan dan

Hasil dari penelitian ini adalah pengendalian internal pada sistem informasi akuntansi penggajian di BPS Provinsi DKI Jakarta sudah efektif sesuai dengan

Empat perspektif pengukuran kinerja perguruan tinggi menggunakan Metode Balanced Scorecard: (a) Konsumen: untuk mengetahui bagaimana pelanggan menilai kita ; (b)

Proses markov adalah suatu proses stokastik dengan sifat jika keadaan untuk saat sekarang diketahui atau diberikan maka peluang keadaan dari proses pada waktu

Semenjak didiagnosis menderita Diabetes Mellitus kurang lebih 3 tahun yang lalu, Bapak I Wayan Sadiya telah teratur minum obat dan mengatur pola makannya