• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kurikulum Homeschooling Kak Seto Pada Tingkat SMA di Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Kurikulum Homeschooling Kak Seto Pada Tingkat SMA di Surabaya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

83 Implementasi Kurikulum Homeschooling Kak Seto pada Tingkat SMA di Surabaya

Ady Dwi Achmad Prasetya

Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Surabaya

e-mail: adydapcivil@gmail.com

ABSTRAK: Setiap anak di Indonesia memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan sesuai minat dan bakat. Kelompok anak dengan karakteristik yang beragam membutuhkan alternatif pendidikan yang mampu mengembangkan minat dan bakat. Salah satu alternatif pendidikan yang menjadi pilihan untuk mengembangkan minat dan bakat ialah homeschooling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perencanaan pembelajaran; (2) Pelaksanaan pembelajaran; (3) Pelaksanaan penilaian; dan (4) Hasil kualitas lulusan Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data melalui perpanjangan keikutsertaan peneliti dan ketekunan dalam pengamatan. Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan atau verifikasi kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan program pengembangan homeschooling berupa program outing, friday class, parents meeting, dan project class; (2) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model komunitas dan distance learning; (3) Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan dengan tes tulis, penilaian proses, dan penilaian dari orang tua; (4) Lulusan Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya memiliki rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) di atas SMA formal sekota Surabaya pada mata pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, biologi, dan ekonomi sedangkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) di bawah SMA formal sekota Surabaya pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, geografi, dan sosiologi.

Kata kunci : implementasi, kurikulum homeschooling, pembelajaran

ABSTRACT: Every child in Indonesia has the same right to an education based on his/her interest and talent. A group of children with various characteristics needs different educational change which could develop their talent and interest. One of the alternatives is by having homeschooling. This research aims to explore: (1) the lesson planning; (2) the learning process; (3) assessing process; and (4) the quality of graduates at Senior High School level of Kak Seto Homeschooling in Surabaya. This research applies qualitative descriptive approach. The data collection techniques used are interview, observation, and documentation. The validity of the research was done by lengthening the participation of the researcher and the perseverance in observation. The data analysis of this research was interactive analysis technique, those was data collection, data reduction, data display, and conclusion or verification. The result shows that: (1) The lesson planning done by applying Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) with development program of homeschooling, such as outing, friday class, parents meeting, and project class program; (2) The learning process using community model and distance learning; (3) The assessing process done by the teacher which comes from written test, process assessment, and assessment from parents; (4)

(2)

84 Senior High School of Kak Seto Homeschooling graduate in Surabaya has the mean UN score above the average score of formal school in Surabaya, specifically at English,

Bahasa Indonesia, biology, and economic subject. However, the UN mean score below the average of formal school in Surabaya is on mathematics, physics, chemistry, geography, and sociology lesson.

Keywords: implementation, curriculum homeschooling, learning

Pendahuluan

Setiap anak memiliki hak yang sama dalam memeroleh pendidikan di Indonesia sesuai minat dan bakat. Kelompok anak dengan karakteristik yang beragam membutuhkan alternatif pendidikan yang mampu mengembangkan minat dan bakat. Dalam proses belajar mengajar kita sering menemukan anak dengan gaya belajar, bakat, karakteristik unik yang memerlukan pembelajaran dengan pendekatan individual (Suryadi 2006: 17). Masyarakat masih memiliki pandangan bahwa pendidikan harus dilakukan dengan belajar di sekolah. Sesuai dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.” Sehingga pemerintah menjamin kebebasan memilih pendidikan sesuai minat dan bakat anak.

Salah satu pendidikan alternatif yang diterapkan di Indonesia adalah program

homeschooling. Menurut Kembara (2007: 28) homeschooling menjadi konsep alternatif yang layak diterapkan untuk memberi pilihan setiap orang yang menguasai pengetahuan sesuatu dengan gaya meraka masing-masing. Program homeschooling merupakan pendidikan informal yang mulai menjadi alternatif pilihan orang tua dalam memberikan bekal pendidikan kepada anaknya. Linsenbach (2010: 1) menjelaskan bahwa orang tua tidak harus menjadi guru profesional ketika ingin menyekolahkan anak-anak di rumah. Anak-anak adalah pembelajaran alamiah, sementara orang tua adalah guru-guru alamiah.

Homeschooling sering disebut sekolah rumah atau sekolah madiri, namun tidak ada definisi khusus mengenai homeschooling karena model yang dikembangkan sangat beragam dan bervariasi. Menurut Sumardiono dalam Jamal (2012: 46) menjelaskan bahwa “Salah satu pengertian homeschooling adalah sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak dengan berbasis rumah”. Saputro (2007: 64—65) menjelaskan banyak alasan orang tua memilih homeschooling, diantaranya tidak puas dengan pendidikan formal, agar anak memiliki banyak waktu bersosialisasi, agar anak mendapatkan materi yang lebih baik, agar anak mampu menjalankan nila-nilai keagamaan, anak memiliki bakat yang bagus, anak membutuhkan perhatian khusus, anak memiliki karir, dan anak menderita sakit parah.

(3)

85 Status homeschooling di Indonesia adalah legal dan diakui yang diatur melalui Sistem Pendidikan Nasional 2003 di bawah Divisi Pendidikan Informal. Legalitas homeschooling

diakui setara dengan pendidikan formal karena dapat mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Sejalan dengan hal tersebut Homeschooling Kak Seto sudah termasuk ke dalam pendidikan informal yang diakui oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Homeschooling Kak Seto memiliki landasan hukum yang diatur oleh peraturan perundang-undangan sebagai berikut: (a) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan perubahannya; (b) UU tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003; (c) UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Desentralisasi dan Otonomi Daerah; (d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (e) Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 mengenai Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; (f) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah; (g) Kep. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0131/U/1991 tentang Paket A dan Paket B; (h) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 132/U/2004 tentang Paket C.

Implementasi kurikulum merupakan penerapan konsep, ide program atau tatanan kurikulum ke praktik pembelajaran sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Menurut Hamalik (2008: 237—238) Implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicoba dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisik. Implementasi kurikulum merupakan penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang direncanakan dan dikembangkan kemudian diujucobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan. Implementasi kurikulum terdiri atas tiga kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

Menurut Hamalik (2008: 213) perencanaan kurikulum adalah proses peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan melalui situasi belajar mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode. Tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan. Jadi perencanaan kurikulum merupakan kegiatan yang meliputi penetapan dan penyususnan keputusan konsep, program dan strategi pelaksanaan kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan sesuai situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan

(4)

86 intelektual, emosional, serta fisiknya (Hamalik, 2008: 237). Pelaksanaan kurikulum mencakup pelaksanaan pembelajaran. Implementasi pelaksanaan kurikulum yang disusun kemudian diaplikasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran.

Hasil penilaian dapat memberikan petunjuk ketercapaian sasaran yang dituju. Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan (Hamalik, 2008: 253). Penilaian merupakan proses sekaligus alat untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu berfungsi sebagai bahan masukan untuk menentukan keputusan.

Menurut Alwi Hasan (2007:103) kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Kualitas dalam penelitian ini adalah melihat baik dan buruknya hasil dari pembelajaran siswa di lembaga pendidikan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Perencanaan pembelajaran; (2) Pelaksanaan pembelajaran; (3) Pelaksanaan penilaian; dan (4) Hasil kualitas lulusan Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh subjek penelitian berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini dilakukan di Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA Jalan Sidosermo Airdas Kav. A-7, Surabaya. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan guru mata pelajaran. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada bagian ini jenis datanya dapat dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan angka.

Tahapan analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display data), pengambilan keputusan atau verifikasi. Sugiyono (2009:334) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasi data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Keabsahan data menggunakan teknik perpanjangan pengamatan, trianggulasi, dan member check.

(5)

87

Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya berdasarkan filosofi sederhana, yakni “Belajar dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja”, dengan motto “Belajar Lebih Cerdas, Kreatif, dan Ceria”. Visi yang ingin dicapai adalah menjadikan Homeshcooling Kak Seto Surabaya sebagai salah satu institusi pendidikan anak yang unggul dalam menyediakan program pendidikan anak agar mempunyai keterampilan,

life skill, dan karakter yang kukuh sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan. Misi untuk mewujudkan visi diantaranya; (a) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan gaya belajar yang dimilikinya; (b) Membantu peserta didik untuk menemukan minat bakatnya serta mengembangkan bakat dan minat peserta didik secara optimal; (c) Membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkarakter pembelajar seumur hidup serta mempunyai kepedulian sosial yang tinggi; (d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan dari pelajaran yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata; (f) Mengatasi segala keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan secara personal.

Perencanaan Pembelajaran

Data yang diperoleh dalam perencanaan pembelejaran adalah sebagai berikut:

Pertama, perencanaan pembelajaran Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya dilakukan sebagai pedoman untuk melakukan pembelajaran. Kurikulum yang digunakan

Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya adalah KTSP dengan program pengembangan. Setiap awal semester, Homeschooling melakukan rapat kerja untuk membahas pengembangan kurikulum yang akan diterapkan. Raker kerja melibatkan managemen, kepala sekolah, wakasek, dan semua guru untu membahas metode-metode dalam pembelajaran dan kegiatan pengembangan. Dalam Rapat Kerja, standar pembelajaran

homeschooling di buat sendiri, termasuk segi pengembangan, konsep, plotting guru dan kegiatan-kegiatan siswa dalam satu semester. Dari hasil perencanaan inilah yang membuat kurikulum homeschooling berbeda dengan kurikulum formal.

Kedua, program pengembangan di homeschooling meliputi outing, friday class, project class, dan parents meeting. Outing merupakan proses pembelajaran peserta belajar di dalam sebuah kelas atau ruangan dan juga dilakukan di luar kelas, baik berupa kunjungan ke tempat terbuka maupun tertutup, seperti kebun raya, kebun satwa, ekowisata, agrowisata, industri manufacturing, museum, puspitek, pusat seni, peninggalan sejarah, dll. Jadwal pelaksanaan outing disusun pada rapat kerja di awal semester.

Ketiga, friday class merupakan salah satu bentuk kegiatan pengembangan dari kurikulum KTSP yang ada di Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya yang

(6)

88 diselenggarakan setiap hari jumat. Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa dari beberapa mata pelajaran yang ada pada sekolah formal tapi tidak masuk dalam 7 mata pelajaran yang diajarkan homeschooling. Seperti pelajaran agama, olahraga dan seni, homeschooling memasukan mata pelajaran tersebut pada kegiatan friday class. Untuk pelajaran agama disesuaikan dengan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing. Siswa dapat memperoleh banyak ilmu dari kegiatan akademik dan kecakapan hidup. Siswa akan dilatih untuk bisa disiplin, tanggung jawab, peningkatan emotional question dan mengembangkan spiritual question.

Keempat, project class merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar melakukan percobaan-percobaan ilmiah dan keterampilan lainnya yang dilaksanakan di setiap mata pelajaran, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan teori saja, tetapi juga mendapatkan kegiatan praktik yang aktif. Hal ini bertujuan agar pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa mendapatkan ilmu yang lebih dan dapat mengembangkan kreatifitasnya. Dengan adanya kegiatan ini, siswa memiliki pemahaman yang lebih terhadap suatu materi, karena siswa langsung terjun untuk mengaplikasikan hasil dari teori yang mereka dapat.

Kelima, parents meeting merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak

homeschooling dengan melakukan pertemuan bersama orang tua siswa selama 3 bulan sekali. Pada 3 bulan pertama pertemuan antara semua guru dan orang tua siswa melakukan konsultasi mengenai perkembangan anak. Kemudian 3 bulan kedua dilakukan pertemuan kembali dengan beberapa kegiatan yaitu pemberian rapot, laporan kegiatan belajar mengajar, dan beberapa penampilan dari siswa seperti drama musik dan puisi. Parents meeting

merupakan kegiatan yang menunjang perkembangan siswa dalam pembelajaran di homeschooling karena dengan adanya kegiatan ini perkembangan anak di rumah dan di

Homeschooling dapat terpantau. Orang tua akan diperlihatkan hasil belajar siswa selama satu semester, jika ada permasalahan dengan nilai akan dilihat penyebab nilai yang kurang dari siswa tersebut dengan melakukan konsultasi dengan guru/tutor. Selain itu juga ada laporan dari pihak homeschooling tentang kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dalam satu semester.

Pelaksanaan Pembelajaran

Data pelaksananaan pembelalajaran yang diperoleh adalah sebagai berikut: Pertama,

Program pembelajaran homeschooling terdiri atas program komunitas dan distance learning.

Program komunitas merupakan proses pembelajaran yang mengumpulkan siswa di kelas untuk belajar dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Setiap kelas terdiri atas 3 sampai 9

(7)

89 siswa. Kelas yang digunakan berada di gedung Homeschooling Kak Seto pad tingkat SMA di Surabaya, Jl. Sidosermo Airdas Kav. A-7. Jumlah siswa kelas komunitas tingkat SMA tahun 2014/2015 sebanyak 10 siswa. Siswa dibekali dengan modul homeschooling yang menjadi bahan belajar untuk proses pembelajaran.

Pembatasan jumlah siswa pada kelas komunitas membuat suasana kelas lebih kondusif dibandingkan kelas yang berjumlah lebih dari 20 siswa. Guru/tutor menjadi lebih fokus untuk memberikan pelajaran kepada siswa. Guru/tutor bisa mengerti dan mencukupi kebutuhan setiap siswa sehingga dapat memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh siswa. Dalam pembelajaran guru/tutor juga memberikan Pekerjaan Rumah (PR) pada setiap akhir pembahasan bab materi dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan.

Pembelajaran di homeschooling dilakukan senyaman mungkin agar siswa tertarik dan senang untuk belajar. Segala masalah dalam pembelajaran di komunitas harus segera diselesaikan oleh guru/tutor. Jika guru/tutor tidak berhasil menyelesaikan pembelajaran maka guru/tutor memberikan tugas di akhir pembelajaran. Siswa mempelajari tugas guru/tutor dengan bimbingan orang tua mereka di rumah. Siswa diharapkan tidak ketinggalan dalam pembelajaran dan mampu mengikuti pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran tingkat SMA hanya terdiri atas 7 mata pelajaran yang akan diujikan secara nasional. Pembelajaran di komunitas dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Dalam 2 hari pembelajaran untuk penyampaian materi oleh guru, sedangkan hari terakhir adalah kegiatan pengembangan seperti friday class/talent class.

Kedua, Distance learning adalah program pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh, yaitu di rumah siswa itu sendiri. Program pembelajaran ini menuntut peran orang tua karena tanpa peran orang tua, siswa tersebut tidak dapat terpantau perkembangannya. Program distance learning juga memiliki persyaratan tertentu. Tidak semua calon siswa boleh mengikuti program distance learning. Persyaratannya adalah siswa harus memiliki kegiatan positif diluar sehingga siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran yang terjadwal seperti di komunitas. Contohnya untuk anak yang sering mengikuti lomba-lomba, konser atau pelatihan. Siswa yang memiliki kesibukan tersebut sangat cocok memilih program distance learning.

Program distance learning ini dilaksanakan dengan memaksimalkan peran orang tua. Pemilihan program, jadwal, dan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan peran orang tua. Sebelum pelaksanaan program, orang tua akan diberikan jadwal dan modul yang akan menjadi pedoman dalam pembelajaran. Lembaga memperbolehkan orang tua untuk mencari guru/tutor dari luar homeshooling. Program distance learning menekankan pada niat kuat

(8)

90 siswa untuk belajar sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Siswa juga merasa lebih nyaman karena belajar di rumah mereka sendiri.

Ketercapainya pembelajaran secara maksimal memerlukan adanya metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan. Guru/tutor memberikan pembelajaran dengan tetap memaksimalkan potensi atau bakat yang dimiliki siswa. Pembelajaran di komunitas memiliki perbedaan dengan distance learning. Program komunitas berada dalam suasana kelas dan berhadapan dengan 4—9 siswa. Di dalam program ini, siswa dilatih untuk bisa mandiri dan berani untuk mengeluarkan pendapat. Metode yang diterapkan pada program distance learning ialah guru/tutor harus membuat siswa nyaman dalam pembelajaran karena hanya bertatap muka dengan satu siswa. Siswa akan merasa lebih nyaman serta lebih cepat merasa malas dan jenuh dalam belajar. Guru/tutor harus mampu mengatasi siswa yang sudah mulai malas dan jenuh, sehingga tetap fokus untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa.

Pada dasarnya kedua program tersebut sangat membutuhkan peran yang lebih dari orang tua selaku orang yang lebih dekat dengan siswa. Orang tua siswa merupakan orang yang memiliki kriteria tertentu karena mereka akan bertanggung jawab penuh dalam pembelajaran anaknya. Dari data Homeschooling Kak Seto pada timhkay SMA di Surabaya rata-rata orang tua siswa memiliki pendidikan minimal S-1 dengan pekerjaan seperti pendidik, bisnisman, dan wirausahawan. Ini menggambarkan bahwa orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di homeschooling merupakan kalangan terdidik. Peran orang tua yang aktif dalam melaporkan perkembangan anaknya membuat hambatan-hambatan pembelajaran dapat lebih cepat teratasi.

Penilaian Hasil Pembelajaran

Data penilaian hasil pembelalajaran yang diperoleh menunjukkan bahwa

Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya menggunakan teknik tes tulis berupa UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Sekolah); penilaian proses yang berupa nilai pembelajaran sehari-hari seperti tugas, keaktifan siswa dalam kelas, partisipasi; dan penilaian peran orang tua. Penilaian hasil dari pembelajaran siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

90 % 10% Keterangan :

(9)

91 UAS : Nilai Ujian Akhir Semester

Proses : Nilai pembelajaran sehari-hari (tugas, keaktifan siswa dalam kelas, partisipasi) Peran Orang Tua : Peran orang tua dalam mendidik anak, komunikasi dengan sekolah

Dalam melakukan penilaian hasil pembelajaran Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya melakukan penilaian yang sama dengan sekolah formal yaitu UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Sekolah), dan untuk kelas 3 mengikuti UN (Ujian Nasional). Dalam total penilaian Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya yang terlihat berbeda dengan sekolah formal adalah penilaian peran orang tua yang di dalamnya berisi tentang peran orang tua dalam mendidik anak dan komunikasi dengan sekolah. Orang tua harus selalu melaporkan perkembangan anak setiap satu bulan sekali. Jika anak mengalami kesulitan dalam belajar, orang tua juga harus selalu berkomunikasi dengan lembaga homeschooling. Setiap peran orang tua yang dilakukan akan di akumulasi untuk dimasukan dalam nilai rapot dan memiliki nilai maksimal 10% dari total nilai.

Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya juga melakukan penilaian pembelajaran yang mengacu pada ketentuan pemerintah. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hasil belajar sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 bahwa “Salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah beracuan kriteria”. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditentukan dengan mempertimbangkan rata-rata kemampuan siswa, kemampuan sumber daya pendukung dalam pembelajaran yang sesuai dengan Panduan Penyusunan KTSP, dan Keputuran Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 12/C/KEP/TU/2008.

Kualiatas Lulusan

Dari hasil wawancara, peneliti bisa menjelaskan bahwa kualitas lulusan

Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya memiliki prestasi akademik dan non akademik. Dalam bidang akademik mampu bersaing dengan lulusan sekolah formal dengan nilai yang memuaskan. Berikut ini adalah data rata-rata hasil nilai Ujian Nasional (UN) program IPA Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA dengan SMA formal sekota Surabaya pada tahun ajaran 2014/2015.

(10)

92 Gambar 1. Grafik perbandingan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) program IPA

Homeschooling tingkat SMAdengan SMA formal sekota Surabaya.

Perbandingan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) program IPS Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA dengan SMA formal sekota Surabaya.

Gambar 2. Grafik perbandingan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) program IPS

Homeschooling pada tingkat SMA dengan SMA formal sekota Surabaya.

Dari perbandingan grafik nilai Ujian Nasional (UN) Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA dengan SMA formal se-kota Surabaya pada jurusan IPA dan IPS dapat terlihat kualitas dari masing-masing lulusannya. Lulusan Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya memiliki rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) di atas SMA formal sekota Surabaya pada mata pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, biologi, dan ekonomi sedangkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) di bawah SMA formal sekota Surabaya pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, geografi, dan sosiologi.

Lulusan homeschooling juga memiliki berbagai prestasi non akademik seperti seni musik, gambar, dan olah raga. Contohnya Hartono lulusan SMA tahun 2012/2013 yang memiliki bakat bermain piano melakukan konser piano dan mengikuti lomba-lomba, dan sekarang melanjutkan studi ke Jurusan Piano Performance National University of Singapore. Stefanus Daniel Wirawan lulusan SMA tahun 2014/2015 yang diterima di Jurusan Art Fundamental, Sherdian College, Kanada, karena bakatnya dalam menggambar.

0 20 40 60 80 100

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi

Homeschooling Sekolah Formal

0 20 40 60 80 100

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi

(11)

93 Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:

1. Kurikulum Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya menggunakan dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan ketentuan Menteri Pendidikan Nasional dan dilakukan perubahan setiap semester. Kurikulum Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya memiliki perbedaan dengan sekolah formal, yaitu program kegiatan pengembangan berupa, outing, friday class, project class, dan talent class yang memiliki tujuan untuk mengembangkan minat, potensi yang dimiliki siswa, dan mencukupi kebutuhan pendidikan siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model komunitas dan distance learning. Pembelajaran model komunitas terjadwal sedangkan distance learning memiliki waktu yang fleksibel.

3. Penilaian pembelajaran Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya menggunakan 4 nilai yang berbeda yaitu UTS, UAS, Proses, dan Peran Orang tua. Dengan penghitungan UTS, UAS, dan Proses (90%) dan Peran Orang Tua (10%).

4. Kualias lulusan Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya memiliki memiliki prestasi akademik dan non akademik. Dalam bidang akademik dapat bersaing dengan sekolah formal di Surabaya. Rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) di atas SMA formal sekota Surabaya pada mata pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, biologi, dan ekonomi sedangkan rat-rata nilai Ujian Nasional (UN) di bawah SMA formal sekota Surabaya pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, geografi, dan sosiologi. Sedangkan prestasi non akademik pada bidang seni musik, gambar, dan olah raga.

Saran

Dari simpulan penelitian di atas dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Lembaga Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya hendaknya memiliki bentuk tertulis dari kurikulum yang akan digunakan atau diterapkan dalam satu semester kedepan. Kurikulum tertulis bisa menjadi pedoman dan dasar untuk evaluasi di akhir semester.

2. Orang tua harus memahami kelemahan dan kelebihan program pembelajaran Lembaga

Homeschooling Kak Seto pada tingkat SMA di Surabaya. Kunci keberhasilan pembelajaran siswa terletak pada kedisiplinan dan komitmen dari setiap orang tua siswa.

(12)

94 Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Asmani, Jamal Ma‟mur. 2012. Buku Pintar Homeschooling. Jogjakarta: Flashbooks.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.

Kembara, Maulia D. 2007. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progression.

Linsenbach, Sherri. 2010. The Everything Homeschooloing Book: all yoy Need Create the Best Curriculum ang learning environment for your child (2rd ed). Adams Media: Avon. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Saputro, Abe. 2007. Rumahku sekolahku: Panduan bagi orang tua untuk menciptakan

homeschooling. Yogyakarta: Graha Pustaka.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryadi, Ace. 2006. Pembinaan dan Penyelenggaraan Komunitas Sekolah Rumah sebagai Satuan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: Depdiknas.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

Gambar

Gambar 2. Grafik perbandingan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) program IPS  Homeschooling  pada tingkat SMA dengan SMA formal sekota Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu lansia Alamanda 69 Kelurahan Baratan Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember dengan lansia yang berusia lebih dari

Diharapkan kepada Penyedia untuk membawa Dokumen Prakualifikasi, Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis dan Dokumen Penawaran Biaya Asli dan Copy 2 ( Dua ) rangkap

Berdasarkan tabel simulasi rangkaian bunga tipe III (lampiran 6), rata-rata permintaan 1000 kali simulasi rangkaian tipe III adalah 6,86 permintaan rata-rata

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan keterampilan generik sains dan hasil belajar ranah kognitif siswa SMP pada. materi kalor

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 4 Bandung Tahun Ajar

Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Dokumen Kualifikasi Layanan Pengadaan Kabupaten Bangka Tengah mengundang Saudara agar dapat hadir pada. ’at 17

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penetitian dan hasit evatuasi Pascakuatifikasi, menurut ketentuan yang bertaku dan berdasarkan Surat Penetapan Panitia

Sistem Informasi Kepegawaian di Kantor Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Bungo pada hakikatnya adalah sistem informasi yang berfungsi menyediakan informasi