• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYAKIT AKIBAT KERJA PETUGAS T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENYAKIT AKIBAT KERJA PETUGAS T"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Penyakit Akibat Kerja Pada Petugas Pintu Tol Jasamarga Disusun Oleh : Tria Nur Diyana dan Ayu Purnama Sari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta 2014 PENDAHULUAN

Setiap hari pengguna kendaraan roda empat menggunakan jalan tol sebagai jalan utama dalam menuju tempat tujuan seperti ke kantor, sekolah, pusat perbelanjaan, tempat wisata, dll. Perkembangan teknologi ini membuat kemudahan untuk masyarakat mencapai tempat yang mereka tuju dengan cepat. Akan tetapi, kadang di beberapa ruas jalan tol banyak pembangunan pintu tol kurang memperhatikan kenyamanan transaksi antara penjaga pintu tol dengan pengendara. Hal ini dapat menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu: stres para pengendara dan pekerja di pintu tol tersebut. Selain itu, dalam pembangunan pintu tol ini pihak pengelola kurang menerapakan prinsip ergonomi atau keserasian antara manusia, alat kerja dan lingkungan sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan yang dialami para pekerja penjaga pintu tol.

ERGONOMI

Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditunjau secara anatomi, fisiologi, psikologis, engirneering, manajemen dan desai atau perancangan. beberapa faktor resiko kepada pekerja lewat dari kondisi lingkungan tempat kerja atau alat bantu kerja yang kurang didesain secara ergonomis. Keadaan seperti itu dapat menimbulkan beberapa keluhan kesehatan bagi perkerja dan dapat mengurangi tingkat efensiensi kerja dan dapat menurunkan produktifitas kerja.

Setiap pekerjaan pasti memiliki faktor resiko yang akan ditimbulkan. Terutama pekerjaan yang berada di lingkungan yang berisiko tinggi terhadap polutan seperti para pekerja di jalan raya atau dikisaran jalan tol yaitu salah satunya seperti penjaga pintu tol. Mereka dapat merasakan beberapa keluhan dari segi kondisi lingkungan tempat mereka kerja yang termasuk pencemaran udara indoor. Selain itu alat bantu kerja mereka seperti tempat duduk dan meja yang didesain tidak ergonomis dapat memperberat keluhan kesehatan yang terjadi.

FAKTOR RESIKO PENJAGA PINTU TOL

Penjaga pintu tol merupakan pekerjaan yang memiliki intensitas waktu kerja yang cukup padat, dengan gerakkan yang tentatif dan merupakan pekerjaan yang secara kasat mata dapat kita identifikasi berbagai faktor resikonya. Diantaranya yaitu :

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.

(2)

3. Hipertensi.

Penjaga pintu tol, dimana ia bekerja di suatu ruangan yang memiliki ukuran yang minimalis memiliki faktor resiko pajanan berupa asap kendaraan yang cukup tinggi. Dikarenakan sirkulasi udara yang kurang baik. Aktivitas kendaraan yang melaju ke ruas jalan tol dan melewati pintu tol dengan intensitas yang ramai dapat memperparah kondisi udara di luar atau di dalam ruangan kerja si penjaga pintu tol, belum lagi jika si pekerja merokok di ruangan tersebut. Hal ini yang mejadi faktor utama timbulnya penyakit obstruktif kronik. PPOK dianggap memperlambat pertumbuhan normal paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh partikel berbahaya atau gas yang memicu respon inflamasi abnormal pada paru-paru. Respon inflamasi di udara yang lebih besar dikenal sebagai bronkhitis kronis.

2. Nyeri Pinggang

Kondisi ini merupakan yang paling teridentifikasi pada penjaga pintu tol. Hal ini karena posisi ia bekerja tentatif yaitu duduk dengan posisi yang sama terlalu lama dan dapat juga karna kursi tidak di disain secara ergonomis. Nyeri pinggang bawah dikarena masalah duduk yang tidak benar. Suatu penelitian di sebuah rumah sakit menunjukkan bahwa pekerjaan dengan duduk lama (separuh hari kerja) dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang “terjepit” di antara kedua ruas tulang belakang sehingga menyebabkan selain nyeri pinggang juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan, bila parah, dapat menyebabkan kelumpuhan.

Mengapa duduk lama dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah? Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan, bila ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang yang berdiri dianggap 100 persen, maka orang yang duduk tegak dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140 persen. Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190 persen bila ia duduk dengan badan membungkuk ke depan. Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih. Maka, mulai dirasakan nyeri pinggang bawah.

(3)

Petugas penjaga pintu tol merupakan salah satu pekerja yang mempunyai resiko untuk terpapar logam berat Pb / Timbal Hitam. Di depan gerbang jalan tol sering dijumpai kemacetan kendaraan motor menunggu antrian. Hal ini membuat penjaga pintu tol mempunyai resiko terkena masalah kesehatan akibat adanya pencemaran udara. Rata-rata kadar Pb darah penjaga pintu tol 20,99 mikro gram/ml. Tidak hanya dapat menimbulkan hipertensi, Pb juga dapat menimbulkan Impotensi, Kanker, dll.

4. Stress

Dalam bekerja terdapat dua macam aktivitas ,yaitu aktivitas fisik dan psikis. Aktivitas fisik meliputi pekerjaan yang melibatkan kerja otot, membutuhkan pergerakan dari anggota tubuh manusi dan memerlukan energi. Sedangkan aktivitas psikis meliputi aktivitas yang melibatkan kerja otak, beradaptasi dengan lingkungan kerja, bersosialisasi dengan rekan kerja, bahkan ketika pekerja tersebut mengalami stress. Stres ini bisa disebabkan oleh waktu kerja yang selalu lama atau bebabn kerja yang terlalu berat. Stress juga dapat disebabkan karena terlalu lama terpapar oleh bunyi bising dari kendaraan yang berlalu lintas, sehingga tidak dapat berkonsentrasi secara optimal dan menimbulkan ketidaknyamanan yang dapat memicu stress pikiran bagi penjaga pintu tol. Stres bisa jadi penyumbang utama penyakit jantung, gangguan panik, gangguan muskuloskeletal atau tulang dan otot, serta melemahkan sistem kekebalan tubuh.

5. Asfiksia

Disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi kurang, sehingga mengakibatkan keracunan gas karbon monoksida yang akan mengikat hemoglobin sehingga kemampuan hemoglobin mengikat O2 berkurang. Hal ini terjadi karena paparan dari polutan yang tinggi dari asap kendaraan bermotor dan kurangnya sirkulasi dalam ruangan.

6. Penyakit Ginjal

Ganguan ginjal ini dapat terjadi dikarenakan pekerjaan penjaga pintu tol yang statis. Mereka duduk dengan intensitas waktu yang cukup lama dan belum lagi dikarenakan terpapar polutan bahan kimia dari asap kendaraan yang masuk ke ruangan dengan sirkulasi yang kurang.

7. Nyeri Otot

Hal ini sering terjadi pada pekerja penjaga pintu tol, dikarenakan pengelola kurang memperhatikan sisi ergonomis dalam membangun pintu tol. Sepertinya dalam membangun gardu ini mereka tidak menerapkan sisi antropometri atau pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat / benda-benda yang digunakan manusia. Gangguan ini terjadi karena besarnya usaha menjulurkan tangan untuk bertransaksi baik dari pihak penjaga gardu maupun pengendara.

8. Nyeri Leher

(4)

Selain itu nyeri leher bisa di akibatkan karna gerakan berulang yang dilakukan dengan tangan yang akan meningkatkan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu.

PENANGGULANGAN RESIKO

1. Di Lingkungan

Pencegahan pencemaran udara yang berasal dari ruangan bisa dilakukan dengan cara :

ventilasi yang sesuai yaitu usahakan polutan yang masuk ruangan seminim mungkin. Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber pencemaran. Usahakan menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga udara yang masuk ke ruangan sesuai dengan kebutuhan.

2. Filtrasi

Memasang filtrat dipergunakan dalam ruangan dimaksudkan untuk menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan. Pembersihan udara secara elektronik. Jadi udara yang mengandung polutan dilewatkan melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang polutannya atau bisa disebut bebas dari polutan.

3. Mesin atau alat kerja

Alat kerja yang dipergunakan seperti kursi dan meja harus di desain sesuai dengan postur tubuh si pekerja. Dimana alat pekerjaan dapat di jangkau dengan mudah. Selain itu tempat duduk yang digunakan oleh para pekerja sebaiknya di desain secara adjustable (mudah dinaikturunkan) sehingga posisi ketinggian kursi dapat diatur sesuai kenyamanan dan ergonomi si pekerja. Selanjutnya sandaran punggung pada kursi juga diperlukan untuk menahan beban punggung ke arah belakang dan dapat diatur fleksibilatasnya sesuai bentuk tubuh pekerja.

Untuk loket yang dipergunakan harus memperhatikan panjang rata-rata tangan orang Indonesia. Untuk meminimalisir usaha pengendara dan penjaga pintu tol untuk bertransaksi.

3. Manusia

Pembagian waktu kerja diatur per shift sehingga beban yang diberikan tidak menimbulkan faktor risiko, seperti meringankan beban stastis seminimal mungkin. Pekerja juga disarankan untuk menggunakan masker karena penggunaan masker berfungsi untuk meminimalisir polutan yang dihirup oleh pekerja. Selanjutnya melakukan kegiatan relaksasi sebisa mungkin pada waktu kerja untuk meminimalisir tegegangan otot yang terjadi pada saat bekerja pada gerakkan statis.

Secara teratur pada awal bekerja, lakukan gerakan seperti berikut :

1. Gerakan 1 Peregangan pada otot-otot

bahu dan

(5)

• Naikkan bahu ke arah telinga sampai terasa tekanan pada bahu dan daerah leher.

• Tahan selama 3-5 detik, kemudian rilekskan bahu ke bawah sampai posisi normal.

• Rasakan seolah-olah bahu menggantung ke bawah.

2. Gerakan 2

Peregangan pada otot bahu samping, lengan atas, bagian belakang, leher.

• Dengan jari-jari teranyam di belakang kepala, usahakan kedua siku lurus ke samping dengan badan bagian atas tegak.

• Tariklah kedua tulang belikat saling mengarah sampai terasa adanya penarikan pada punggung bagian atas dan tulang belikat.

• Tahan selama 5 detik kemudian rileks.

3. Gerakan 3

Peregangan kedua bahu dan leher.

• Berdirilah atau duduk, kedua lengan menggantung di sisi badan.

• Gerakkan kepala ke samping ke salah satu sisi dulu, kemudian ke sisi lain.

• Kedua bahu tetap rileks ke bawah selama melakukan peregangan.

• Tahan 5 detik pada tiap sisi.

4. Gerakan 4 Peregangan pada bahu dan leher.

• Dengan

menggunakan tangan kanan, secara

perlahan

tariklah lengan kiri ke bawah dan melintang di belakang punggung.

• Gerakkan kepala ke samping ke arah bahu kanan.

• Tahan selama 10 detik.

• Ulangi untuk sisi yang lain, rileks.

5. Gerakan 5

Peregangan pada otot trisep (lengan atas belakang), bahu atas, dan samping.

(6)

• Secara perlahan tariklah siku di belakang kepala sampai ada tekanan ringan peregangan terjadi pada bahu atau lengan atas (trisep).

• Tahan peregangan ringan selama 10 detik.

• Jangan terlalu kencang atau menahan napas.

• Lakukan pada kedua sisi tubuh.

6. Gerakan 6

Peregangan pada pinggang, pinggul samping, dan leher.

• Duduklah dengan kaki kiri dibengkokkan di atas kaki kanan.

• Letakkan tangan kanan di bagian luar dari paha kiri.

• Lakukan penekanan ke arah kanan dengan tangan.

• Waktu melakukan itu, pandanglah ke bahu kiri dan rasakan peregangannya.

• Tahan selama 5-10 detik, kemudian ganti ke arah lain.

• Bernapaslah perlahan-lahan.

7. Gerakan 7 Peregangan dada dan pinggang.

• Tempatkan kedua tangan tepet di bagian belakang dari pinggul, kedua siku ke belakang.

• Secara perlahan-lahan tekanlah ke depan.

• Secara perlahan-lahan angkatlah tulang dada ke atas sambil menahan peregangan.

• Tahan selama 10-15 detik.

• Bernapaslah dengan mudah.

• Dapat pula dilakukan sambil berdiri.

8. Gerakan 8

Peregangan paha bagian belakang dan punggung.

• Duduklah, berpeganglah pada bagian atas kaki kiri, tepat di atas dan belakang lutut.

(7)

• Tahan selama 10-15 detik.

• Ulangi untuk kaki yang satu lagi.

KEBIJAKAN

1. Menyediakan fasilitas khusus bagi pekerja shift malam.

Perusahaan dapat menyediakan fasilitas khusus bagi pekerja shift malam. Fasilitas tersebut contohnya radio, dan kopi. Radio dapat membantu pekerja untuk lebih berkonsentrasi dalam bekerja agar tidak mengantuk, terutama untuk pekerjaan yang melayani pelanggan selama 24 jam, seperti yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga yang menyediakan radio di setiap loket gerbang tol.

2. Menyediakan fasilitas alat pelindung diri

Alat pelidung diri yang dimaksudkan adalah masker, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa banyak faktor pajanan berupa asap kendaraan yang terjadi setiap hari dan ditambah lagi sirkulasi ruangan yang ditempati kurang baik. Oleh karena itu masker sebagai pembantu untuk meminimalisir faktor resiko tersebut.

3. Mengatur jadwal shift berdasarkan aspek demografis

Aspek demografis seperti jenis kelamin dan umur perlu diperhatikan dalam penyusunan shift kerja. Dan juga penggantian shift kerja sebaiknya dengan pola rotasi maju dengan waktu rotasi kurang dari dua minggu, dan dengan waktu libur rata-rata 2 hari perminggu agar tidak terjadi kejenuhan yang dapat timbul pada para pekerja.

4. Melakukan Medical Check Up

Lakukan Medical Check Up secara berkala pada para pekerja dan yang sangat diperhatikan adalah cek kandungan dan bahan kimia yang ada di dalam darah.

PENUTUP

Petugas pintu tol masih mempunyai risiko tinggi terkena penyakit. Terutama penyakit paru obstruktif kronik, nyeri pinggang, hipertensi, stress, asfiksia, penyakit Ginjal, dan nyeri Otot yang diakibatkan karena duduk terlalu lama, alat yang tidak ergonomis, polusi dari asap kendaraan, dan intensitas kerja yang tentatif.

PUSTAKA ACUAN

http://www.hukor.depkes.go.id

http://dwidyaningrum.wordpress.com/category/healty-life

www.kabarkesehatan.com

http://doktersehat.com/faktor-penyebab-penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok

(8)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(1) Selain perjanjian internasional yang perlu disahkan dengan undang-undang atau keputusan presiden, Pemerintah Republik Indonesia dapat membuat perjanjian internasional yang

Lammers, Willebrands, & Hartog Nurul Badriyah Meirdina Kurniati Peneliti Sekarang Variabel Dependen Perilaku Pengambilan Keputusan Kecenderungan terhadap risiko

Judul Skripsi : FRAMING OPINI MASYARAKAT TENTANG POLEMIK JABATAN GUBERNUR DIY DALAM KORAN LOKAL DIY Analisis Framing Media atas Opini Narasumber sebagai Representasi

Penelitian kedua, yang dilakukan oleh Casey, Sumner and Packer (2006), yang meneliti identification of determinants of real estate limited partnership (REIT) capital structure from

Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan terhadap skor rendah diri siswa kelas XI Agama-1 Man Kembangsawit Madiun

Di dalam proses kampanye mereka diharuskan untuk menggunakan strategi yang tepat, memaksimalkan sumber daya politik yang ada, dan menyiasati menguatnya praktik patronase

Agar penerapan model PBL lebih efektif untuk meningkatkan komunikasi matematika, perlu dikembangkan perangkat pembelajaran aljabar berbasis PBL yaitu silabus dan RPP yang