• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR KERJA PRAKTEK PROSES MANUFAKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEMBAR KERJA PRAKTEK PROSES MANUFAKTUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sesi : 1 Kelompok : R-1 Stasiun Kerja : 1) Proses Pengerjaan

N

O Mesin Deskripsi (detik)Waktu Gambar Dimensi

1. Mesin Frais

 Waktu Set Up

 Waktu Setting  Waktu Proses  Waktu

Release  Waktu

Pengukura n

75.23 82.27 450.38

20.59 148.47

Awal: P = 85 T = 32

Diproses: P = 83 T = 32

2. Mesin Frais

 Waktu Set Up

 Waktu Proses

61.46 332.65

Awal : L = 85 T = 32

Diproses L = 83 T = 32 3. Mesin

Frais

 Waktu Set Up

 Waktu Proses  Waktu

Release

119.98 451.65 4.32

Awal : P = 83 T = 32

Diproses: P = 81 T = 32

4. Mesin Frais

 Waktu Set Up

 Waktu Proses

121.59 248.62

Awal: L =83 T =32

(2)

5. Mesin 6. Mesin

Frais 7. Mesin

Frais

8. Mesin Frais

(3)

Up

07.92 Diproses

P= 80 T=30

10. Mesin Frais

11. Mesin Frais

12. Mesin Frais

 Waktu Pengukura n

 Waktu Set Up Mesin  Waktu Set

Up Material  Waktu

Proses 1 (Memakan 1,5 mm)  Waktu

Proses 2 (Memakan

Diproses 1 P = 50 T = 23.5

Diproses 2 P = 50 T = 22

Diproses 3 P = 50 T = 21.5

(4)

 Waktu

Diproses 5 P = 50 T = 17

Diproses 6 P = 50 T = 15

13. Mesin Bor

 Waktu Proses

125.43 Diamter:

4mm kedalaman : 20mm 14. Mesin

Bor

 Waktu Set Up Mesin  Waktu Set

15. Mesin Bor

 Waktu Set Up Mesin  Waktu 16. Mesin

Bor

 Waktu Set Up Mesin  Waktu 17. Mesin

Bor

 Waktu Set Up Mesin

105.50

84.52

(5)

 Waktu Set Up

Material  Waktu

Proses

146.83 : 20mm

18. Mesin Bor

 Waktu Set Up Mesin  Waktu Set

Up Material  Waktu

Proses

654.76

153.05

292.57

Diameter: 12 mm Kedalaman : 20mm

19. Kerja Bangk

u

 Waktu Set Up Ragum  Waktu

Proses

56.57

702

2) Perhitungan Permesinan a. Kecepatan Potong

 Dik :

o D = 60 mm o CS = 30 mm  Jawab

CS= π D n 30 = 3,14 . 85 . n n = 266.9

30 = 8.8967 rpm

b. RPM (N)  Dik:

o Cs = 30 mm o D = 60 mm  Jawab :

N = 1000 . Cs π D N = 1000 . 303.14 60

N = 30000 188.4

(6)

 Dik:

o Kecepatan Pemakanan ( Vf) Vf = f . n

Vf = 0.05 . 159,2356 Vf = 7.96178

o Kedalaman Potong (a) :

a=d0−df

2 a=

85−80

2 a=2,5 mm

o Lebar Pemotongan ( w) : 5mm

 Jawab :

Z = vf a w

1000

Z = 7.96178 2.5 5 1000

Z = 0.09952225 cm3 min

3) Analisa :

Pada Praktikum kali ini, Mahasiswa akan menganalisis beberapa hal. Yang pertama itu tentang Coolant. Coolant terdapat 5 jenis , yakni : Water Coolant, Oil Coolant, Air Spray Coolant, Liquid Ice Coolant, dan Ethanol Coolant. Dimana setiap Coolant tersebut berbeda fungsi dan penggunaannya.

(7)

Kemudian Mahasiswa menganalisis mengenai pengaruh dari kekonsistensian

pengfraisan, ternyata kekonsistensian penggerekan ketika proses Frais berpengaruh kepada kedalaman pemotongan. Jika Mahasiswa melakukan penggerekan terlalu cepat maka permukaan benda kerja akan menjadi kasar atau tidak halus, tetapi jika Mahasiswa

menggereknya dengan pelan-pelan dan konsisten maka benda kerja pun akan menjadi halus. Kemudian selain berpengaruh terhadap permukaan benda, kecepatan penggerekan juga berpenggaruh terhadap daya pakai mata pahat. Jika terlalu banyak hentakan atau pengerekan secara tiba-tiba makan mata pahat pun akan lebih cepat aus, dan cara ini pun berlaku pada tahap finishing. Dimana pada tahap finishing harus lebih konsisten, supaya hasil akhirnya sesuai dengan yang di inginkan.

Mahasiswa kemudian menganalisis mengenai Geram. Ternyata Mahasiswa mengetahui bahwa geram yang baik ialah geram yang tidak putus. Karena geram yang tidak putus-putus itu telah dihasilkan oleh mesin frais. Geram yang tidak putus-putus-putus-putus itu merupakan hasil yang baik dari hasil pemrosesan, maksudnya sisi permukaan benda kerja yang di potong oleh mesin frais itu telah sesuai dengan skala yang kita inginkan. Maka sebaliknya, jika geram putus-putus maka akan terjadi banyak goresan di benda kerja yang telah terbentuk.

Kemudian Mahasiswa menganalisa perbedaan mengenai bahan pahat mesin frais. Bahan-bahan pahat mesin frais yakni : Unalloyed Tool Steel, Alloy Tool Steel, daCemented Carbride.

Dimulai dari Unalloyed Tool Steel. Unalloyed Tool Steel merupakan Baja perkakas bukan paduan dengan kadar karbon 0.5% - 1,5%. Kekerasan dari Unalloyed Tool Steel akan

menghilang jika suhu kerja mencapai 250 °C . Maka dari itu, Unalloyed Tool Steel itu tidak cocok untuk pemotongan dengan kecepatan potong yang tinggi.

Kemudian ada Alloy Tool Steel. Alloy Tool Steel merupakan Baja perkakas perpaduan yang mengandung karbon Cromium, Vanadium, dan Molybdenum. Baja ini terdiri dari baja paduan tinggi dan paduan rendah. HSS (High Speed Steel) adalah baja perpaduan tinggi yang tahan terhadap keausan sampai suhu 600 °C .

Dan yang terakhir ialah Cemented Carbride. Cemented Carbride ini terdiri atas Tungsten atau Molybdneum, Cobalt, serta Carbon. Cemented Carbride biasanya dibuat dalam bentuk tip yang dibaut pada holdernya (pemegang Cutter). Pada suhu 9000 °C bahan ini masih mampu memotong dengan baik, Cemented Carbride sangat cocok untuk proses pengfreisan dengan kecepatan tinggi. Dengan demikian waktu pemotongan dapat lebih cepat dan putaran yang tinggi pada umumnya dapat menghasilkan kualitas permukaan yang halus.

Kemudian mahasiswa menganalisa mengenai mata pahat apa yang bisa digunakan untuk proses pembuatan dudukan jok. Ternyata mahasiswa menemukan ada 2 jenis pisau yang bisa digunakan , yakni Pisau Frais Sisi. Mengenai Pisau Frais Sisi ini memang sepintas memiliki bentuk yang sama dengan plain milling cutter, akan tetapi salah satu atau kedua sisi

sampingnya memiliki mata potong. Pisau Frais ini biasana langsung dipasangkan pada spindle mesin frais dan digunakan untuk menghasilkan permukaan datar.

Lalu mahasiswa menganalisa mengenai bahannya, yakni Alumunium. Mahasiswa memikirkan mengapa memilih Alumunium dibandingkan Logam. Lalu mahasiswa menemukan bahwa ternyata Alumunium memiliki beberapa keungullan dibandingkan Logam. Keunggulan yang pertama ialah Alumunium lebih ringan dibandingkan Logam, karena alumunium memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja. Yang kedua,

(8)

tahan terhadap korosi. Hal ini terjadi akibat dari proses peviasi, dimana proses peviasi merupakan proses pembentukan lapisan pelindung alumunium oksida akibat dari reaksi logam terhadap komponen udara sehingga peviasi dapat melindungi logam dari terjadinya korosi.

Kemudian mahasiswa menganalisa mengenai mengapa material uji harus dipukul oleh palu lunak dan bukan palu keras. Ternyata diketahui bahwa pemukulan material uji pada saat sudah di cekam oleh ragum bertujuan untuk memastikan bahwa material uji sudah terpasang dengan rapih dan benar. Bisa berbahaya jika pemasangan material uji tidak benar, akan banyak kecelakaan yang terjadi. Misalnya, proses pemakanan benda kerja menjadi tidak simetris. Dan penyebab harus dipukul oleh palu lunak, karena jika dipukul oleh palu keras akan merusak bentuk dari benda uji tersebut.

Mahasiswa menganalisa mengenai standar pemotongan mesin, kemudian diketahui ternyata bahwa standar pemotongan untuk bahan Alumunium ialah kisaran antara 300 hinggi 500 m/menit. Dan Mahasiswa menemukan bahwa ternyata terdapat perbedaan lain untuk beberapa jenis bahan. Jika menggunakan Cutter HSS untuk membuat permukaan Alumunium yang halus, maka kecepatannya 70 hingga 110 m/menit, tetapi untuk membuat permukaan Alumunium yang kasar, kecepatannya ialah 30 hingga 45m/menit. Kemudian kecepatannya pun akan berbeda bila menggunakan Cutter Carbide. Untuk membuat permukaan

Alumunium yang halus maka kecepatan potongnya ialah 140 hingga 215 m/menit, untuk membuat permukaan Alumunium yang kasar, kecepatan potongnya ialah 60 hingga 90 m/menit.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran temperatur setelah dua jam proses pengeringan pada permukaan objek yang dikeringkan dimana merupakan sisi yang bersentuhan dengan aliran udara secara

• Pada mesin Automatic Mold Conveyor (AMC) terdapat dua buah papan jepit yang tebuat dari besi yang berfungsi untuk menjepit cetakan pada bagian sisi-sisinya

Laporan skripsi berjudul “ Analisis Pengaruh Kecepatan Potong, Gerak Makan dan Kedalaman Pemotongan Terhadap Getaran dan Kebulatan Benda Kerja Pada Hasil Proses Drilling ” telah

Laporan skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Kecepatan Potong,Gerak Makan Dan Sudut Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja St 37 Hasil Proses Sekrap” telah diuji

Jika pada waktu itu menentukan luas , bagian kecil yang dibuat berupa persegi panjang kecil, pada volume benda putar ini bagian kecil yang dibuat berupa silinder-silinder

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh kondisi pemotongan seperti panjang penjuluran, besar feeding dan kedalaman potong yang

Untuk mendapatkan nilai kekasaran permukaan dari poros yang halus dari proses bubut dapat dilakukan dengan pemilihan mata pahat, penentuan feeding dan kedalaman potong

Plat yang sudah terpotong memiliki permukaan hasil pemotongan yang belum rata, oleh karena itu diperlukan proses perataan permukaan potong, proses perataan menggunakan mesin gerinda