PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI,
AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IX MTs NEGERI BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA
THE APLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE TO INCREASE MOTIVATION, AKTIVITY AND
LEARNING OUTCOMES IN BIOLOGY OF CLASS IX STUDENTS AT MTs NEGERI BONTOTIRO BULUKUMBA
ARTIKEL
NIRWATI MASRI NIM 12B13091
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IX MTs NEGERI
BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA Nirwati Masri
Pendidikan Biologi – UNM Makassar Email : [email protected]
Penelitian ini bertujuan (i) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar biologi peserta didik dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX MTs Negeri Bontotiro (ii) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar biologi peserta didik dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX MTs Negeri Bontotiro (iii) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi peserta didik dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX MTs Negeri Bontotiro. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pengumpulan data dilakukan melalui angket motivasi, lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar yang dianalisis secara kuantitatif dengan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan (i) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa, yaitu siklus I 79,3% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 90,15%. (ii) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi siswa, yaitu siklus I 75% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86%. (iii) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa yang diukur dengan persentase ketuntasan belajar siswa, yang berdasarkan nilai KKM, yaitu 70. Pada siklus I 75% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 95% siswa tuntas belajar.
PENDAHULUAN
Materi perkembangbiakan bukan sesuatu hal yang baru bagi siswa MTs, karena materi perkembangbiakan sudah pernah dipelajari sewaktu di Sekolah dasar. Namun demikian, kenyataan di lapangan masih banyak siswa MTs yang tidak menguasai materi tersebut.
Pengalaman mengajar biologi di MTs Negeri Bontotiro selama 1 tahun terakhir di kelas IX diketahui bahwa motivasi, aktivitas dan hasil belajar biologi siswa rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan untuk materi perkembangbiakan di kelas IX pada tahun 2012/2013 dari 20 siswa hanya 8 orang siswa yang memperoleh nilai di atas KKM atau rata-rata 60% di bawah KKM.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siswa cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peserta didik kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi), sebagian besar peserta didik kurang termotivasi untuk belajar, aktivitas peserta didik
saat pembelajaran masih rendah. Hasil belajar peserta didik rendah.
pembelajaran kooperatif tipe TGT didukung oleh Ibrahim, dkk peserta didik harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat dari model TGT diantaranya penelitian Muldayanti (2012), yang mengatakan bahwa penerapan model pempelajaran tipe TGT dapat memberikan peluang dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian Handayani (2010) aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa belajar rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini secara umum adalah memperbaiki pembelajaran biologi di MTs, sedangkan secara khususs tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar Biologi peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada kelas IX MTs Negeri Bontotiro, (2)Untuk
mengetahui peningkatan aktivitas belajar Biologi peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada kelas IX MTs Negeri Bontotiro, (3) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada kelas IX MTs Negeri Bontotiro.
(kelompok), game (permainan), turnamen (pertandingan), dan rekognisi tim (perhargaan kelompok). Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian peserta didik bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana peserta didik memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi peserta didik. Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik yang dilaksanakan pada akhir pokok bahasan, memberikan peluang bagi setiap peserta didik untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik pada proses pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal akademik, setiap peserta didik berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang
optimal. Astuti (2012), menyatakan bahwa metode TGT dapat meningkatkan prestasi belajar
dengan baik. Penerapan
pembelajaran TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran,
membantu mengaktifkan
kemampuan peserta didik untuk bersosialisasi dengan peserta didik lain. Peserta didik terbiasa bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar, sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Menurut (Uno, 2008) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
sehingga mereka mengetahuinya dengan jelas, peserta didik juga dapat dilibatkan dalam penyusunan indikator kompetensi; 3) peserta didik harus selalu diberi tahu tentang hasil belajar dan pembentukan kompetensi pada dirinya; 4) pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan; 5) manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik; 6) usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik, misal perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu; 7) usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,
menunjukkan bahwa guru
memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam belajar maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik.
Sardiman (2011) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar itu meliputi aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktivitas ini saling berkaitan.
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana, 2006 bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan psikomotorik ( bertindak
mempelajari suatu pelajaran tercermin dari hasil belajaranya.
METODE
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (
Classroom Action Research)
Penelitian Tindakan kelas lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan. Dalam penelitian ini dilakukan: 1) perencanaan 2) pelaksanaan 3) pemantauan (observasi); 4) perenungan (refleksi) kemudian perencanaan ulang dan seterusnya. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX MTs Negeri Bontotiro yang berjumlah 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran biologi khususnya untuk kompetensi dasar mengidentifikasi kelangsungan hidup
makhluk hidup melalui
perkembangbiakan.
Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang ingin diselidiki
yaitu motivasi siswa, aktivitas siswa dan hasil belajar.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Setiap siklus penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan prosedur: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket motivasi siswa, lembar observasi dan tes hasil belajar.
Persentase motivasi Siswa = x100
Lembar observasi aktivitas siswa dilakukan dengan menghitung frekuensi rata-rata dan persentase tiap aspek pada setiap pertemuan. Selanjutnya aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan rata-rata aktivitas siswa dalam satu siklus.
Hasil belajar Biologi dalam penelitian ini adalah merupakan pemberian skor pada tes terhadap siswa setiap akhir siklus. Sedangkan nilai hasil belajar diperoleh dengan rumus menurut (Uno, 2010:133) sebagai berikut:
Nilai =
B
N x 100
Keterangan
B = banyaknya butir yang dijawab benar
Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan persamaan menurut Mulyasa (2008), sebagai berikut:
Ketuntasan klasikal =
jumlah siswa yang memperoleh skor ≥70
jumlah seluruh siswa dalam kelas
x 100
HASIL PENELITIAN
1. Data Motivasi Belajar
Distiribusi frekuensi motivasi belajar siswa setelah dikelompokkan dalam kategori sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah.
.Tabel 1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Sedangkan pada siklus II, persentase siswa yang berada pada kategori tinggi adalah 0%, kategori sangat tinggi dari 35% meningkat menjadi 100% atau terjadi peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sebesar 65% berada pada kategori tinggi.
SIKLUS I SIKLUS II 72
Gambar 1 Diagram rata-rata Persentase Motivasi siswa siklus I
dan siklus II
Data dari hasil observasi aktivitas siswa kelas IX MTs Negeri Bontotiro pada siklus I dan siklus II yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase aktivitas belajar biologi siswa kelas IX MTs Negeri Bontotiro pada siklus I dan siklus II melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Interval Nilai Kategori Aktivitas Siklus I
Siklus II
∑ % ∑
%
85% - 100% Sangat Aktif
8 40 17
85
65% - 84% Aktif
9 45 3 15
55% - 64% Cukup Aktif
3 15 0
0
35% - 54% Kurang Aktif
0 0 0
0
0% - 34% Tidak Aktif
0 0 0
0
3. Data Hasil belajar Biologi Siswa
Kategori Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II
Tes hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam pengkategorian ketuntasan belajar siswa
Tabel 3 Kriteria Ketuntasan Belajar Biologi Siswa Siklus I dan siklus II persentase ketuntasan secara klasikal siklus I sebesar 75% (15) orang
siswa yang tuntas belajar dari 20 orang siswa dan 25% (5) orang yang tidak tuntas karena tidak mencapai batas KKM. Pada siklus II menunjukkan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 95% (19) orang siswa dari 20 orang siswa telah mencapai batas KKM, dan 5% (1) orang siswa yang belum tuntas belajar. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 20% dan ini berarti persentase tingkat keberhasilan penelitian ini telah tercapai yaitu ≥ 85% secara klasikal siswa tuntas belajar atau mencapai nilai KKM yaitu 70 .
SIKLUS I SIKLUS II 0%
Gambar 2.10 Persentase Hasil Belajar Biologi Siswa Siklus I dan
Siklus II
sebagai berikut: (1) Masih ada anggota kelompok yang bersikap pasif untuk menjawab pertanyaan di LKS, dikarenakan siswa berharap kepada temannya yang pintar mewakili kelompoknya,(2) Masih kurangnya siswa yang menanggapi atau memberikan pertanyaan terhadap presentasi kelompok lain. Selain itu masih ada siswa yang kurang membaca dan memahami materi pada buku siswa, (3) Hampir setiap peserta didik belum begitu memahami pelaksanaan model pembelajaran koooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT), sehingga siswa masih terlihat bingung, (4) Pada umumnya motivasi belajar siswa sudah sangat tinggi namun masih ada siswa masih perlu ditingkatkan agar motivasi belajar biologinya maksimal, (5) Aktivitas belajar belum mencapai rata-rata 85% dari kegiatan, (6) Hasil belajar yang didapatkan masih belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu 85% tuntas secara klasikal.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I tersebut untuk memperbaiki
kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka perlu dilakukan siklus II yaitu: (1) Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan dan menekankan pentingnya kerjasama yang baik dari masing-masing
anggota kelompok dengan
pertanyaan atau bertanya, meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam hal mengeluarkan pendapat, (5) Peneliti membantu siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, dengan memberikan bacaan kepada siswa untuk di bawa pulang guna menambah pemahaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari, (6) Menyampaikan nilai tes hasil belajar siklus I pada kegiatan awal pertemuan pertama siklus II dengan harapan, hasil tersebut menjadi motivasi bagi siswa untuk lebih giat belajar dan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal, (7) Membuat
pembelajaran lebih baik dan menarik
dari sebelumnya dengan
menambahkan perbaikan-perbaikan pada siklus berikut.
Hasil Refleksi Siklus II, secara umum seluruh kegiatan pada siklus II dapat dikatakan meningkat dibanding siklus I, hal ini terlihat pada frekuensi motivasi belajar siswa yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Aktivitas siswa pad siklus II semua kategori pengamatan aktivitas siswa mengalami
peningkatan. Persentase nilai ketuntasan hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dilihat nilai rata-rata motivasi dari siklus I ke siklus II. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) guru memperlihatkan gambar untuk memotivasi siswa dan memberi pertanyaan-pertanyaan yang memancing rasa keingintahuan mereka pada awal pembelajaran, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran (3) guru lebih sering berjalan kepada masing-masing kelompok sebagai bentuk perhatian kepada siswa agar tidak ada lagi yang tidak fokus terhadap pelajaran dalam kelas, (4)
guru terlebih dahulu
tertinggi maupun yang mendapat nilai terendah.
Peningkatan motivasi belajar biologi siswa tidak lepas dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti, yaitu model kooperatif tipe TGT. Dimana dalam model TGT siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen sehingga siswa dalam kelompok memiliki tanggung jawab yang membuat mereka termotivasi
untuk menguasai suatu
permasalahan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memberikan peluang dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Winasis (2010), bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TGT dapat meningkatkan dan menumbuhkan minat belajar (biologi) siswa karena di dalam TGT terkandung proses permainan yang menjadikan proses pembelajaran akan lebih menyenangkan. Sejalan pula dengan hasil penelitian Muldayanti (2012), yang mengatakan bahwa penerapan model pempelajaran tipe TGT dapat
memberikan peluang dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data aktivitas siswa yang paling meningkat adalah membaca buku siswa yaitu 18,45% dan menyelenggarakan permainan (tournament) sebesar 16,25%. Aktivitas yang memiliki persentase paling rendah peningkatannya adalah perhatian siswa terhadap penjelasan guru sebesar 8,73% karena pada siklus I perhatian siswa terhadap penjelasan guru sudah sangat tinggi yaitu 89,4% menjadi 98,13% pada siklus II. Ini berarti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran biologi.. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Handayani, (2010) bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa belajar lebih rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
meningkatkan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.
Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa yang diperoleh adalah 71,16. Jika mengacu kepada nilai ketuntasan belajar maka banyaknya siswa yang masuk dalam kategori tuntas adalah 15 orang yang jika dipersentasekan sebesar 75 %, sedangkan sisanya yang berjumlah 5 orang berada dalam kategori tidak tuntas yang jika dipersentasekan sebesar 25%. Meninjau kembali indikator keberhasilan dalam penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa penelitian untuk siklus I ini belum berhasil, karena penelitian ini selanjutnya diteruskan ke siklus II
dengan meninjau kembali
(merefleksi) apa-apa yang harus dibenahi, diperbaiki dan ditingkatkan untuk masuk ke siklus II agar nantinya hasil belajar siswa bisa lebih meningkat.
Hasil dari analisis pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar Biologi. Nilai rata-rata kelas yaitu 84,68. Mengacu pada nilai ketuntasan belajar siswa maka dapat dilihat bahwa banyaknya siswa yang
mengalami ketuntasan belajar pada siklus II ini adalah 19 orang yang jika dipersentasekan sebesar 95%. Sedangkan jumlah siswa yang masih berada dalam kategori tidak tuntas adalah 1 orang yang jika dipersentasekan sebesar 5%. Kembali melihat indikator keberhasilan maka dapat dikatakan penelitian ini berhasil terbukti dimana dari jumlah keseluruhan siswa yang ada di kelas IXA terdapat lebih dari 85% siswa berada dalam kategori hasil belajarnya tuntas (dikatakan tuntas apabila 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 70).
Data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran biologi di sekolah dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar biologi, yaitu 79,3% pada siklus I menjadi 90,15% pada siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi, yaitu 76 % pada siklus I menjadi 86% pada siklus II 3. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa yang diukur dengan persentase ketuntasan belajar siswa, yang berdasarkan nilai KKM, yaitu 70. Pada siklus I 75% siswa tuntas belajar dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 95% siswa tuntas belajar.
SARAN
Berdasarkan
pembahasan kesimpulan penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka
disarankan.
1. Kepada guru mata
pelajaran biologi,
diharapkan dapat
menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe
TGT untuk
meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar biologi.
2. Kepada peneliti
selanjutnya diharapkan
dapat menerapkan
model pembelajaran ini
pada materi
perkembangbiakan lebih mengawasi siswa pada
saat melakukan
tournament, guru harus jeli supaya tidak terjadi kesalahpahaman konsep pada materi pelajaran. 3. Guru juga mempunyai
kemampuan mengatur waktu yang baik supaya
alokasi waktu
pembelajaran sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2012, Jurnal Model Pembelajaran Tipe TGT
(Teams Games Tournament)untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2012-2013, Juornal Pendidikan Diunduh hari selasa 27 Agustus 2013
ejournal.unesa.ac.id/data/jour nals
Handayani, F. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN I Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada Materi Keragaman Bentuk Muka Bumi. Jurnal penelitian kependidikan, Vol.20 (2): 167-176.
Ibrahim, dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA.
Muldayanti, 2013. Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT ditinjau dari
K eingintahuan dan minat belajar Siswa, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.
Unnes.ac.id/nju/index.php/jpi i. Diakses April 2013
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman. 2011. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2006. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.