• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP NEGERI I BALAI ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP NEGERI I BALAI ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DI SMP NEGERI I BALAI

ARTIKEL PENELITIAN

Disusun Oleh

TRI HASTUTI MERDIKANINGSIH NIM F04611022

PROGAM SARJANA (SI) GURU DALAM JABATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN FMIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNG PURA

(2)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DI SMP NEGERI I BALAI

TRI HASTUTI MERDIKANINGSIH NIM. 04611022

Disetujui Oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

Dra. Zubaidah .M.Pd Dra. Sri Riyanti, M.Pd NIP. 19610314198032003 NIP. 196503101991012001

Disahkan,

Dekan Ketua Jurusan PMIPA

(3)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DI SMP NEGERI I BALAI

Tri Hastuti Merdikaningsih, Zubaidah, Sri Riyanti FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

Email: trihastuti17@yahoo.com

Abstrak: Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Di SMP Negeri I Balai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri I Balai pada materi bangun ruang sisi lengkung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode demontrasi atau peragaan dengan bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga.Sampel penelitian ini adalah 32 siswa.Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I 59,4% dan pada siklus II 81,3%. Hal ini menunjukkan dengan model pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Sedangkan motivasi belajar siswa tergolong tinggi.

Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, Alat peraga, Motivasi belajar.

Abstract : the increasing motivation and mathematic result study of students pass through cooperative learning\. The aim of this research is to know the increasing motivation and mathematic result study of students junior high school (JHS) 1, balai subdistrict in space model curve side lesson. The method of the research was demonstration or visual display methods with research form class action research with apply cooperative learning by visual aid equipment. Research sample is 32 students. Base on data result analysis showed that completeness learnj9ing in the first and second cycle is 59,4% and 81,3 %, respectively. It is showed that cooperative learning model by visual aid equipment can be increasing mathematic result study and classification of students motivation are high

(4)

M

enghitung luas permukaan dan volume bangun ruang tabung dan kerucut bukan sesuatu hal yang baru bagi siswa SMP, karena menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sudah pernah dipelajari sewaktu di Sekolah Dasar. Namun demikian , kenyataan di lapangan masih banyak siswa SMP yang tidak menguasai materi tersebut.

Pengalaman mengajar matematika di SMP Negeri I Balai selama 2 tahun terakhir di kelas IX diketahui bahwa motivasi dan hasil belajar matematika siswa rendah terutama materi bangun ruang. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan untuk materi bangun ruang di kelas IX pada tahun 2010/2011 dari 39 siswa hanya 16 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM SMP Negeri I Balai yaitu 60 dan 23 siswa yang lain mendapat nilai di bawah KKM. Sedangkan pada tahun 2011/2012 dari 37 siswa hanya 17 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan yang lainnya di bawah KKM.

Hal ini disebabkan beberapa faktor baik dari siswa maupun guru. Adapun faktor dari siswa yaitu siswa cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dan siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran bahkan ada beberapa siswa sering membolos ketika pelajaran matematika. Selain itu buku paket yang disediakan sekolah untuk dibawa pulang tidak dimanfaatkan siswa untuk mempelajari materi baru. Sedangkan dari guru, proses pembelajaran lebih banyak menggunakan metode konvensional (ceramah yang diselingi tanya jawab). Pembelajaran di kelas selama ini selalu dilakukan secara klasikal monoton didominasi guru, belum ada kolaborasi antara guru dan siswa. Guru jarang menggunakan alat peraga sehingga pembelajaran tidak menarik dan membosankan

Kenyataan di atas merupakan tantangan bagi guru untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. Maka dengan cara mencoba menyuguhkan pembelajaran secara berkelompok ternyata respon siswa sangat baik miskipun belum dapat dilihat hasil belajarnya. Berdasarkan hal tersebut maka alternatif pemecahannya yang dirasa cocok untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang. Dipilihnya pembelajaran kooperatif didukung oleh pendapat Muslimin Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat dari model kooperatif diantaranya penelitian Nurlaila (2011) bahwa setting pembelajaran kooperatif meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, penelitian Sri Hutami (2010) memberikan hasil bahwa pembelajaran kooperatif menjadikan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran

(5)

(b) Perbandingan keberhasilan antara pengajaran menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu sebesar 6 : 1 (c) Kegiatan memanipulasi alat bantu sangat penting bagi siswa.

Berdasarkan kenyataan di atas maka pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Sebab didalam pembelajaran kooperatif yang menggunakan alat peraga siswa dituntut berpartisipasi lebih aktif sehingga terjadi komunikasi dua arah dengan intensitas yang cukup tinggi, baik antara siswa yang satu dengan yang lainnya maupun antara siswa dengan guru. Pada pembelajaran kooperatif menganut kerjasama kelompok yang memungkinkan peningkatan semua siswa. Sedangkan alat peraga mempermudah siswa menerima pesan pembelajaran. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik.

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini secara umum adalah memperbaiki pembelajaran matematika di SMP, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika di kelas IXC SMP Negeri I Balai Tahun Ajaran 2012/2013 yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang (2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas IXC SMP Negeri I Balai Tahun Ajaran 2012/2013 yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang.

Pembelajaran Kooperatif merupakan model belajar yang menempatkan siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin dan dari latar belakang yang berbeda. Pembelajaran ini menekankan kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama, Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995 dalam trianto, 2010;57). Zamroni (dalam Trianto, 2010; 57) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Arends (dalam Trianto, 2010: 65) menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan kooperatif memliliki ciri-ciri antara lain siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan, materi pelajaran; kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah; bila memungkinkan berasal dari ras budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda dan beragam; penghargaan lebih beririentasi kepada kelompok dari pada individu.

(6)

ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif-motif tersebut.

Morgan (dalam Soemanto,1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah; keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior) dan tujuan dari tingkah laku tersebut. Mc Donald ( dalam Soemanto 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Hasil belajar menggambarkan kemanpuan siswa dalam mempelajari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sujana (1990 ; 50) yang menyebutkan bahwa : “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar”. Hasil belajar mencakup kemampuan kogntif (intelektual), afektif (sikap) dan psikomotorik (bertindak Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran tercermin dari hasil belajarnya.

Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.

Menurut Usman (1995 : 31) Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih

menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.

METODE

Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran (Arikunto : 2007). Penelitian tindakan ini dilakukan untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas karena lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), tindakan(acting), pengamatan (observasi) dan refleksi (reflecting).

(7)

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri I Balai yang berjumlah 32 orang. Pemilihan kelas IX C sebagai subyek penelitian didasarkan pada hasil belajar siswa dimana nilai rata-rata ketuntasan belajar lebih rendah dari kelas lainnya. Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran matematika khususnya untuk kompetensi dasar bangun ruang.

Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang ingin diselidiki, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (a) Faktor siswa: melihat kemampuan siswa melalui lembar observasi motivasi siswa dan hasil belajar berupa tes hasil belajar dikelas IXC SMP Negeri 1 Balai pada standar kompetensi memahami sifat-sifat tabung, kerucut serta menentukan ukurannya. (b) Faktor Guru: melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran dan bagaimana didalam kelas, apakah sudah sesuai dengan model pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga dan tujuan yang ingin dicapai melalui lembar observasi guru.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Setiap siklus penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan prosedur: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, lembar observasi, angket dan catatan lapangan.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Akurinto, 2006). Soal tes dirancang untuk menjaring hasil belajar siswa sebagai indikator pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Soal tes diberikan pada siklus I dan siklus II. Hasil penilaian terhadap tes akan dijadikan bahan refleksi dalam rangka untuk mempersiapkan rencana kegiatan belajar mengajar berikutnya.

Adapun hasil tes dalam penelitian ini adalah merupakan pemberian skor pada tes terhadap siswa setiap akhir siklus. Sedangkan nilai hasil belajar diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Siswa : ௝ ௨ ௠ ௟ ௔ ௛ ௦ ௞ ௢ ௥ ௬ ௔ ௡ ௚ ௗ ௜ ௣ ௘ ௥ ௢ ௟ ௘ ௛

௦ ௞ ௢ ௥ ௠ ௔ ௞ ௦ ௜ ௠ ௔ ௟ x 100

Lembar observasi digunakan untuk melihat apakah langkah-langkah guru dalam mengajar sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang yang telah ditentukan. Untuk mengetahui kesesuaian aktivitas guru di kelas dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dianalisis dengan rumus berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Persentase Tindakan Guru : ௝ ௨ ௠ ௟ ௔ ௛ ௦ ௞ ௢ ௥

(௦ ௞ ௢ ௥ ௠ ௔ ௞ ௦ ௜ ௠ ௔ ௟ ௫ ௕ ௔ ௡ ௬ ௔ ௞ ௜ ௡ ௗ ௜ ௞ ௔ ௧ ௢ ௥) x 100%

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk menjaring informasi dari siswa. Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada tiap siklus tujuannya untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran.

Persentase Motivasi Siswa = ௌ ௞ ௢ ௥ ௬ ௔ ௡ ௚ ௗ ௜ ௣ ௘ ௥ ௢ ௟ ௘ ௛

(8)

Catatan lapangan dipergunakan untuk mendokumentasikan secara keseluruhan kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran.

Sesuai dengan metode penelitian yang dipilih, maka dalam menganalisis data dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis data dilakukan setiap saat, artinya sebelum melangkah kesiklus berikutnya dilakukan analisis. Adapun langkah-langkah analisis adalah reduksi data dan penyajian data.

Reduksi data yaitu kegiatan memilih-milih data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan dengan menyederhanakan, mengklasifikasikan dan mengabstraksi data. Dalam hal ini reduksi data dilakukan melalui penyelesaian data, memfokuskan data mentah menjadi informasi yang bermakna. Data yang akan direduksi mencakup data hasil pengamatan terhadap langkah-langkah guru dalam mengajar berbentuk lembar observasi guru, angket motivasi siswa, data catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung dan data hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Hasil tes siswa akan diberi skor sesuai pedoman penskoran yang dibuat guru. Siswa dikatakan tuntas apabila siswa memperoleh skor sesuai dengan KKM . Penyajian data yaitu mendeskripsikan data sehingga lebih mudah dipahami orang lain. Penyajian data dapat berupa tabel, narasi atau diagram. Dalam penelitian ini pengkategorian data dilakukan dengan cara memaparkan rencana tindakan dan perlakuan tindakan serta kendalanya dari tiap siklus. Memaparkan hasil observasi guru dan angket yang diperoleh selama proses pembelajaran dari tiap siklus, menyajikan data hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaian soal matematika, menyajikan hasil angket motivasi ke dalam kisi-kisi instrumen motivasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(9)

Selain itu ada beberapa hal yang mengalami perubahan pada siklus I, awalnya tes siklus I dirancang oleh peneliti akan diadakan diakhir pertemuan ke-2, namun berdasarkan hasil diskusi bersama rekan guru matematika lainnya, akhirnya tes siklus 1 diadakan pada pertemuan berikutnya, hal tersebut dipertimbangkan karena masalah waktu yang tidak mencukupi. Adapun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus 1 adalah (a) Siswa dapat menemukan rumus luas tabung dan menentukan ukurannya. (b) Siswa dapat menemukan rumus volume tabung dan menentukan ukurannya. (2) Pelaksanaan Tindakan : Siklus 1 dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan ke -3 dilakukan tes siklus 1, siswa yang hadir berjumlah 32 orang. Pada saat pembelajaran dimulai, guru mengimplementasikan pembelajaran sesuai dengan RPP pertemuan 1 dan 2. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas ada seorang observer yang mengamati kesesuaian tindakan yang dilakukan oleh guru. Observer terus mengamati dengan menggunakan lembar observasi selama dua jam pelajaran, kemudian diakhir pembelajaran guru memberikan angket motivasi belajar kepada siswa.

Skenario tindakan pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dilakukan berdasarkan fase-fase pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga. Pada saat awal siklus pertama, pada pertama-pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana, hal ini disebabkan oleh: (a) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar kelompok. (b) Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah pendekatan pembelajaran kooperatif secara utuh dan menyeluruh.

Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut : (a) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok. (b) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif`.

Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi teman sejawat dapat disimpulkan (a) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok. (b) Siswa mulai terbiasa dengan pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga. (c) Siswa mampu menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah tertentu.

(3) Hasil Observasi : Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data hasil observasi tindakan guru data hasil angket motivasi belajar siswa dan data tentang hasil belajar materi bangun ruang tabung yang dilihat dari nilai tes siklus I.

Observasi dilakukan dengan mengamati tindakan guru di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian terhadap tindakan guru menggunakan lembar observasi guru yang dilakukan oleh rekan guru yang bertindak sebagai observer. Setelah dilakukan reduksi data pada lembar observasi guru selanjutnya akan dipaparkan hasil observasi tersebut.

(10)

memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga.

Hal ini dapat dilihat dari masih kurangnya siswa untuk bertanya, masih ada siswa yang kelihatan kebingungan dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam kelompoknya. Belum dipahaminya tahap/fase dalam pembelajaran kooperatif, terutama ketua kelompoknya dalam hal mengorganisasikan teman dikelompoknya masih kelihatan ragu-ragu. Dan, kurangnya kerja sama di dalam kelompoknya, karena masih ditemukan adanya siswa dikelompoknya yang bekerja sendiri-sendiri. Serta dalam pelaksanaan presentasi, siswa masih malu (kurang percaya diri) dan ragu-ragu serta jawaban yang diberikan dalam memberikan tanggapan dari pertanyaan siswa dari kelompok lain masih perlu bimbingan guru.

Angket digunakan untuk mengungkapkan motivasi belajar matematika siswa setelah pembelajaran tiap siklus dilakukan.Berdasarkan hasil angket siklus I dapat dibuat distribusi frekuensi dan persentasi motivasi belajar siswa sebagai berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa

Siklus I

Motivasi Frekuensi Persentase

Sangat Rendah 0 0 %

Rendah 3 9,375%

Cukup 8 25 %

Tinggi 10 31.25%

Sangat Tinggi 11 34,375%

Dari persentasi pada tabel di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa ( responden) pada siklus I tidak ada siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat rendah, ada 3 orang siswa (9,375%) mempunyai motivasi belajar rendah , 8 orang siswa (25%) mempunyai motivasi belajar cukup, 10 orang siswa (31,25%) mempunyai motivasi tinggi sedangkan 11 orang siswa (34,375%) mempunyai motivasi sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja yang diharapkan belum tercapai yaitu motivasi belajar siswa yang dinilai tinggi dan sangat tinggi jika mencapai persentase 80 % keatas secara klasikal.

(11)

(4) Refleksi : Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti bersama observer melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan. Dari hal-hal yang ditemukan, maka dilakukan refleksi sebagai berikut : (a) Guru belum maksimal menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti dalam proses belajar mengajar hanya mencapai 65,02%. (b) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaraan kooperatif berbantuan alat peraga, siswa belum begitu memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif secara utuh dan menyeluruh. (c) Hasil belajar bangun ruang sisi lengkung siswa pada siklus pertama masih rendah, dari 32 siswa yang nilainya tuntas hanya 19 siswa dan 13 siswa tidak tuntas atau yang mencapai ketuntasan hanya 59,375%. (d) Masih ada kelompok yang belum dapat menyelesaikan tugas dengan waktu yang telah ditentukan.Hal ini karena ada anggota kelompok yang tidak terlibat aktif. (e) Masih ada kelompok yang kurang mampu atau malu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I tersebut untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklusI, maka perlu dilakukan siklus II.

Seperti pada siklus I , siklus II ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. (1) Perencanaan Tindakan : Pada tahap ini , peneliti yang bertindak sebagai guru menyusun rencana pembelajaran (RPP) siklus II yang terdiri dari dua pertemuan, semua persiapan seperti RPP, Lembar Observasi Siswa dan Guru, serta soal-soal tes, baik tes evaluasi dan tes akhir siklus sudah disiapkan dan telah divalidasi sebelumnya. Sehingga diharapkan dalam pelaksanaan di Siklus II tidak mengalami kendala yang berarti dibandingkan dengan siklus I.

Pembelajaran pada siklus II akan dilaksanakan dengan rencana pembelajaran yang sama dengan RPP yang telah disusun hanya saja tindakan guru dalam mengajar yang akan lebih ditingkatkan dan hal-hal yang masih kurang pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.. Adapun tujuan pembelajaran yang diharapkan pada siklus II pertemuan I adalah; (a) Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan kerucut. (b) Siswa dapat menghitung luas permukaan kerucut.

Sedangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada siklus II pertemuan II adalah ; (a) Siswa dapat menemukan rumus volume kerucut. (b) Siswa dapat menghitung volume kerucut.

(12)

pelajaran, kemudian diakhir pembelajaran guru memberikan angket motivasi belajar kepada siswa.

Pada akhir siklus kedua dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi teman sejawat dapat disimpulkan: (a) Suasana pembelajaran sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui Tanya jawab atau diskusi antar anggota kelompok. (b) Sebagian siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain. (c) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan mulai tercipta.

(3) Hasil Observasi : Dari pelaksanaan siklus II, diperoleh data hasil observasi tindakan guru, data hasil observasi motivasi siswa, data hasil angket motivasi siswa dan data hasil belajar siswa.

Berdasarkan observer, adapun hasil pada pelaksanaan siklus II baik di pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, tindakan yang dilakukan oleh peneliti (guru) sudah menunjukkan adanya peningkatan yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan observer diantaranya adalah guru selalu memberikan motivasi guna meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar dan kerja sama di kelompoknya, baik yang berhubungan dengan kemampuan bertanya, menjawab dan menanggapi pendapat siswa. Dan, bimbingan selalu diberikan oleh guru terhadap setiap kelompok yang mendapatkan masalah dalam kerja sama di kelompoknya, serta guru sudah mampu memaksimalkan dan mengefektifkan waktu dalam proses belajar mengajar di kelas.

Angket digunakan untuk mengungkapkan motivasi belajar matematika siswa setelah pembelajaran tiap siklus dilakukan.Berdasarkan hasil angket pada siklus II motivasi dapat dibuat distribusi frekuensi motivasi belajar siswa sebagai berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa

Siklus II

Motivasi Frekuensi Persentase

Sangat Rendah 0 0 %

Rendah 0 0%

Cukup 6 18,75%

Tinggi 12 37,5%

Sangat Tinggi 14 43,75%

(13)

materi sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 81,25% (26 orang siswa tuntas dari 32siswa).

Berdasarkan hasil analisis tes evaluasi belajar siswa diakhir siklus II diperoleh nilai yang paling rendah 47 dan nilai tertinggi100, rata-ratanya 63,75 kemudian siswa yang tuntas atau memperoleh nilai ≥ 60 ada 26 orang siswa (81, 25% ). Siswa yang tidak tuntas atau memperoleh nilai ≤ 60 ada 6 orang siswa (18,75% ), walaupun tidak tuntas tetapi nilai yang diperoleh sudah mengalami peningkatan dibandingkan nilai yang diperoleh di siklus I.

(4) Refleksi : Dilihat dari hasil observasi pada siklus II, terlihat bahwa adanya kualitas tindakan guru yang sudah maksimal yang berdampak pada meningkatnya motivasi belajar siswa di kelas terlihat skor yang mencapai tinggi dan sangat tinggi menjadi 81,25% . Selain itu kendala yang dialami pada siklus I dapat teratasi pada siklus II. Dimana guru telah menguasai langkah-langkah yang terdapat di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan siswa juga mulai aktif.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang lebih menekankan pada perbaikan tindakan yang berdampak pada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian tindakan kelas siklus pertama dan siklus kedua mengenai penerapan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu kecenderungan motivasi belajar siswa meningkat yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang dapat mencapai batas ketuntasan minimal dan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diukur pada akhir setiap siklus.

Pada siklus I tindakan guru belum maksimal dan belum sesuai yang diharapkan, sehingga berdampak pada belum maksimalnya motivasi belajar siswa di kelas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer selama dua kali pertemuan, di siklus I dapat dideskripsikan bahwa persentase tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di pertemuan pertama adalah 61.8%, sedangkan untuk pertemuan kedua terjadi peningkatan persentase tindakan yang dilakukan guru menjadi 70.60 %. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses pembelajarannya belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif, tetapi sudah ada peningkatan, meskipun belum maksimal. Adapun persentase rata-rata tindakan yang dilakukan guru di siklus I sebesar 66.20 %, dengan kriteria kualitas tindakan yang dilakukan guru adalah baik.

(14)

memberi bimbingan kepada siswa dalam mengerjakan tugas sudah lebih baik dari siklus I. Adapun persentase rata-rata tindakan guru siklus II adalah 80,85%. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan guru sudah mencapai indikator kinerja yang diharapkan.

Pada akhir pembelajaran siklus I siswa diminta untuk mengisi angket motivasi belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung. Motivasi belajar siswa (responden) yang dilihat dari angket menunjukkan bahwa ada 3 orang siswa mempunyai motivasi rendah (9,375%), 8 orang siswa (25%) mempunyai motivasi belajar sedang, 10 orang siswa (31,25%) mempunyai motivasi belajar tinggi dan 11orang siswa (34,375%) mempunyai motivasi belajar sangat tinggi. Oleh karena itu motivasi belajar siswa secara klasikal belum mencapai indikator kinerja yang ditargetkan.

Pada akhir pembelajaran siklus II siswa diminta untuk mengisi angket motivasi belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung. Motivasi belajar siswa (responden) yang dilihat dari angket menunjukkan bahwa ada 6 orang siswa mempunyai motivasi sedang (18,75%), 12 orang siswa (37,5%) mempunyai motivasi belajar tinggi, 14 orang siswa (43,75%) mempunyai motivasi belajar sangat tinggi .

Berdasarkan hasil angket motivasi siklus I dan siklus II terlihat terjadi peningkatan siswa yang memiliki motivasi tinggi dan sangat tinggi sebesar 15,62%, maka dikatakan bahwa motivasi belajar siswa tergolong tinggi. Berdasarkan pengamatan hal ini disebabkan karena pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga merupakan hal yang baru bagi siswa dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya yang tidak pernah menggunakan alat peraga dan pada pembelajaran kooperatif siswa saling membantu dan menghargai perbedaan sehingga dapat meningkatkan harga diri yang pada gilirannya memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Menurut pendapat Hamalik (dalam Arsyad, 2010), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta membangkitkan motivasi.

Pada akhir siklus I diberikan tes yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tes dengan KKM = 60 diketahui bahwa ada 13 orang siswa yang tidak tuntas dengan persentase 40,6%% dan 19 orang siswa tuntas dengan persentase 59,4% dan rata-rata hasil belajar secara klasikal 59.06. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja belum tercapai.

Hasil belajar siklus II dengan KKM = 60 diketahui bahwa ada 6 orang siswa yang tidak tuntas dengan persentase 18,75% dan 26 orang siswa tuntas dengan persentase 81,25% dan rata-rata hasil belajar secara klasikal 63,75.

(15)

meningkatkan prestasi yang lebih tinggi oleh semua siswa. Selain itu terdapat 3 orang siswa yang hasil belajarnya menurun dan hasil wawancara penulis dengan ketiga siswa hal itu disebabkan karena mereka tidak sempat belajar dan ada yang menyatakan bahwa tidak dapat kosentrasi karena ada masalah pribadi.

Dari uraian diatas ternyata dengan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa : (1) Dengan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX C SMP Negeri I Balai terhadap pembelajaran matematika. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada minat siswa dalam mengikuti pelajaran dan keikutsertaan dalam kerja sama kelompok. (2) Dengan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri I Balai terhadap pelajaran matematika pada materi bangun ruang miskipun tidak segnifikan. Peningkatan persentase siswa yang tuntas pada siklus I lima puluh sembilan koma empat persen menjadi delapan puluh satu koma dua puluh lima persen pada siklus II dan peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar lima puluh tujuh koma enam puluh enam menjadi enam puluh dua koma tiga puluh empat pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan setelah melihat kendala-kendala yang dialami pada saat penelitian, maka peneliti memberikan saran untuk perbaikan kedepannya. Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut : (1) Pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga bangun ruang hendaknya dapat dijadikan alternatif dalam memberikan pengajaran pada materi bangun ruang sisi lengkung atau materi lain yang sesuai. (2) Dalam proses pembelajaran sebaiknya guru lebih optimal menggunakan alat peraga atau variasi model pembelajaran serta memperbanyak dalam memberikan penguatan agar siswa termotivasi. (3) Kepada peneliti jika akan melakukan penelitian hendaknya mempersiapkan segalanya dengan baik dan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi agar dapat meminimalisir kendala-kendala dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Alfysta..2011.Alat Peraga Dalam Pengajaran Matematika, (http; //alfysta word press. Com, diakses 8 Desember 2012)

Arikunto S. 2006 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. ………..,2007.Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

(16)

Keke. T . Aritonang.2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan: Penabur

Muslimin, Dkk. 2010 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Press.

Nurlaila.2011.Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jingsaw pada materi himpunan di kelas VII SMPN 2 Terentang Pontianak:FKIP UNTAN.

Sardiman A.M (2000) Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Perseda.

Soemanto,Wasty.1987.Psikologi Pendidikan.Jakarta : PT Bina Aksara.

Sri Hutami.2010. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XSMAN Sungai Raya. Kab. Bengkayang Pontianak: FKIP UNTAN.

.

Sudjana Nana (1998) Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung :Remaja Rosdakarya

Trianto, 2010. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana

Thursan Hakim.2000. Belajar secara efektif. Jakarta: Puspa Swara. Usman Moh. Uzer, 1995. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja

(17)

Gambar

Tabel  Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Tabel Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

reading comprehension of narrative text? This study employed a qualitative case study research method. The data were gathered from three resources: a) classroom observation in

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul kontribusi layanan bimbingan kelompok, komunikasi antar pribadi, dan konsep

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada orangtua: ayah dan ibu dari anak usia prasekolah di TK PGRI Pakis secara keseluruhan dengan judul “Pengaruh

tahap pelaksanaan antara lain: 1) Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di MTs IKA - PGA Baiturrahmah Pontianak, 2) Menentukan waktu penelitian dengan guru

konsen 七工 ~asi. f 己ど me

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku pedoman guru kimia untuk pembelajaran larutan elektrolit dan reaksi redoks yang berbasis scientific inquiry

Siswa akan berpikir kritis dengan bantuan media pembelajaran (video) disaat menyaksikannya, kemudian mencoba untuk mengkritisi apa yang telah disaksikannya dengan

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan