• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kos Lingkungan Terhadap Reaksi Pasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kos Lingkungan Terhadap Reaksi Pasar"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan indutri yang sangat pesat telah membawa Indonesia

menjadi salah satu potensi kekuatan ekonomi terbesar di Asia bahkan dunia. Pada

tahun 2030 saja Indonesia telah mencanangkan target sebagai tiga besar kekuatan

perekonomian dunia bersama Amerika Serikat dan China. Hal ini merupakan

suatu target yang wajar jika melihat tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

kian meningkat dari tahun ke tahun meskipun pada saat ini Indonesia masih kalah

dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya terutama Malaysia.

Perkembangan industri tak ayal merupakan salah satu kunci utama dalam

peningkatan perekonomian Indonesia. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang

kini berdiri dan bersaing di pasar Indonesia. Tercatat kurang lebih 23 juta

perusahaan yang ada di Indonesia dan kurang lebih lima ratus di antaranya adalah

perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan yang merupakan salah satu faktor kunci dari pertumbuhan

perekonomian di Indonesia dianggap masyarakat sebagai lembaga yang

memberikan banyak manfaat dan keuntungan. Salah satu keuntungan nyata dari

adanya perusahaan bagi masyarakat adalah terciptanya lapangan pekerjaan.

Masalah sosial klasik berupa pengangguran kini sedikit teratasi berkat berdirinya

lembaga ini. Meskipun tidak menyelesaikan permasalah pengangguran secara

total, dengan berdirinya perusahaan paling tidak telah berhasil menciptakan

(2)

commit to user

yang akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat sehingga kehidupan

mereka akan lebih sejahtera. Dengan manfaat inilah perusahaan mendapatkan

legitimasi dari pemerintah dan masyarakat untuk berdiri dan melangsungkan

operasinya.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat secara

drastis seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk maka peningkatan

produksi menjadi suatu hal yang wajar bagi perusahaan. Ditambah dengan adanya

motif bisnis yakni untuk memaksimalkan laba membuat perusahaan mengambil

kebijakan peningkatan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan berarti

peningkatan aktivitas produksi. Dengan peningkatan aktivitas produksi ini maka

perusahaan akan membutuhkan sumber daya yang semakin besar. Salah satu

sumber daya yang dibutuhkan perusahaan dalam aktivitas ini adalah sumber daya

alam. Pada akhirnya usaha dalam rangka meningkatkan dan memaksimalkan laba

mereka membuat operasi perusahaan sulit dikendalikan, akibatnya terjadilah

eksploitasi sumber daya alam.

Eksploitasi sumber daya alam inilah yang menyebabkan kerusakan

ekosistem lingkungan. Hal ini diperparah dengan adanya limbah hasil proses

produksi yang mencemari lingkungan. Dalam jangka pendek kondisi seperti ini

belum terasa dampak negatifnya akibatnya perusahaan terus melakukan

eksploitasi terhadap sumber daya alam yang ada. Akibatnya dalam jangka panjang

kerusakan lingkungan hidup tidak dapat dihindari lagi yang pada ujungnya akan

(3)

commit to user

Isu lingkungan hidup ini sendiri sebenarnya sudah menjadi agenda penting

masyarakat internasional di forum regional dan multilateral sejak tahun 1972

setelah pelaksanaan konferensi internasional tentang Human Environment di

Stockholm, Swedia dan KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil tahun 1992. Sejak

saat itu, masyarakat internasional menilai bahwa perlindungan lingkungan hidup

menjadi tanggung jawab bersama dan perlindungan lingkungan hidup tidak

terlepas dari aspek pembangunan ekonomi dan sosial (Nuraini, 2011). Pasca

konferensi tersebut juga muncul perjanjian internasional yang berhubungan

dengan lingkungan hidup yaitu Protokol Kyoto. Protokol Kyoto lahir dari

amandemen PBB mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB (UNFCCC) mengenai

perubahan iklim. Dari protokol ini negara-negara yang meratifikasi protokol ini

mempunyai komitmen untuk mengurangi pemakaian emisi dan pengeluaran

karbondioksida dengan tujuan utama adalah mengurangi terjadinya pemanasan

global (Wikipedia, 2013).

Kini masyarakat menjadi semakin sadar akan pentingnya lingkungan

hidup dan bahaya dari eksploitasi sumber daya alam serta polusi yang dihasilkan

dari aktivitas perusahaan setelah mengalami sendiri berbagai fenomena-fenomena

alam yang menjurus pada bencana yang merenggut nyawa dan harta mereka.

Berbagai gerakan dan kebijakan kini mulai dilakukan dan digalakkan pemerintah

bersama masyarakat mulai dari tanam seribu pohon, normalisasi sungai dan

waduk, pengelolaan sampah terpadu dan berbagai usaha lain yang bertujuan untuk

memperbaiki lingkungan hidup dan mengurangi terjadinya risiko bencana alam

(4)

commit to user

Masyarakat juga sadar akan perlunya peran aktif dari perusahaan dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena itu masyarakat bersama pemerintah

selaku regulator menuntut agar perusahaan dalam menjalankan operasinya juga

harus mengutamakan lingkungan di samping tujuan utama mereka yakni

memaksimalkan laba. Sebagai salah satu perwujudan dari bentuk peran aktif

perusahaan maka diterapkanlah ISO-14001 dan ISO-17025. ISO sendiri

merupakan semacam standar berskala internasional yang menetapkan

kriteria-kriteria tertentu yang salah satunya adalah kriteria-kriteria dalam dunia industri.

ISO-14001 merupakan standar mengenai sistem manajemen lingkungan bagi

perusahaan. Penerapan ISO-14001 oleh perusahaan dianggap sebagai salah satu

perwujudan peran aktif mereka dalam pengelolaan lingkungan. Namun

ISO-14001 merupakan standar yang bersifat sukarela yang artinya perusahaan

memiliki kebebasan dalam menjalankan standar ini. Pada akhirnya standar ini

dirasa kurang mampu memberikan kontribusi positif dari perusahaan terhadap

lingkungan dikarenakan tidak adanya komitmen dari perusahaan sendiri

mengingat sifatnya yang sukarela. Kemudian muncul ISO 17025 yang merupakan

sertifikasi bagi perusahaan dalam pengelolaan lingkungan oleh lembaga yang

berkompeten. Pada akhirnya jelas tujuan utama dari standar dan sertifikasi di atas

adalah melibatkan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Agar dapat terus beroperasi di tengah tuntutan masyarakat yang semakin

tinggi mau tidak mau perusahaan harus mengikuti apa yang menjadi tuntutan

masyarakat tersebut sebab salah satu syarat agar perusahaan dapat menjalankan

(5)

commit to user

pemerintah dan masyarakat. Oleh karenanya kini perusahaan memiliki pemangku

kepentingan yang semakin luas dan tidak hanya terfokus pada investor dan

kreditor saja.

Pada awalnya, perusahaan hanya bertanggung jawab kepada para pelaku

pasar yaitu investor dan kreditor saja selaku penyandang dana namun kini

tanggung jawab perusahaan semakin meluas dan tidak hanya pada pelaku pasar

saja namun juga pada pelaku non pasar seperti pemerintah dan masyarakat umum.

Perusahaan yang memiliki kewajiban membayar pajak kepada pemerintah

menjadikan pemerintah sebagai pemangku kepentingan. Selain itu pemerintah

juga memiliki peran dalam pembuatan peraturan dan perijinan bagi perusahaan.

Selanjutnya perusahaan dalam operasinya menggunakan sumber daya alam dan

menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan membuat perusahaan harus

bertanggung jawab kepada masyarakat terutama masyarakat di sekitar tempat

perusahaan itu beroperasi.

Jadi, kini konsep akuntansi tradisional yang menganggap investor dan

kreditor sebagai pemangku kepentingan tunggal kini telah dilengkapi dengan

konsep baru yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). Rakhiemah dan Agustia

(2008) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah transparansi

pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh

perusahaan dimana transparansi yang diungkapkan tidak hanya informasi keuangan

perusahaan, tetapi juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak

sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas perusahaan. Selain itu sejarah

juga mencatat telah muncul konsep akuntansi baru yang melengkapi akuntansi

(6)

commit to user

Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak

tahun 1970an di Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga bukan pemerintah dan

meningkatnya kesadaran lingkungan dikalangan masyarakat yang mendesak agar

perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan lingkungan tidak hanya kegiatan

industri demi bisnis semata (Djogo dalam Almilia dan Wijayanto, 2007). Ikhsan

(2008) menyatakan bahwa secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep

akuntansi lingkungan bagi perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi

persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Tujuannya jelas yaitu untuk

meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan

lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek

(economic benefit).

Dengan adanya konsep akuntansi lingkungan dan CSR maka kini kewajiban

manajemen perusahaan tidak hanya menyampaikan informasi keuangan semata

namun informasi mengenai kinerja sosial dan lingkungan juga diperlukan. Perusahaan

wajib menyediakan informasi kepada semua pemangku kepentingan tak terkecuali

adalah masyarakat luas yang dalam hal ini terkena dampak dari aktivitas operasi

perusahaan. Informasi yang dimaksud di sini adalah informasi mengenai kondisi

lingkungan tempat perusahaan ini beroperasi.

Sebagai salah satu perwujudan dari konsep akuntansi lingkungan dan

CSR, maka perusahaan mulai mengalokasikan dana mereka khusus untuk

pengelolaan lingkungan. Wujud tanggung jawab seperti ini biasa dikenal dengan

sebutan kos lingkungan (environmental cost). Informasi mengenai kos lingkungan

sendiri dipertanggungjawabkan dan dilaporkan oleh manajemen kepada para

(7)

commit to user

Laporan keberlanjutan (sustainability reporting) adalah laporan yang memuat

kinerja perusahaan dalam tiga aspek yaitu Ekonomi, Lingkungan dan Sosial.

Laporan ini menjadi sarana bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk

menilai sejauh mana perusahaan mengatasi isu keberlanjutan seperti penghematan

dan konservasi energi, pengelolan air, pengelolaan limbah, mengatasi pencemaran

udara serta isu sosial seperti partisipasi perusahaan dalam meningkatkan kualitas

hidup masyarakat setempat. (Ali Darwin dalam Kompas, 3 Desember 2012).

Laporan keberlanjutan ini merupakan informasi yang dikeluarkan oleh

perusahaan dengan harapan para pemangku kepentingan akan menerima

pertanggungjawaban mereka utamanya dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.

Laporan keberlanjutan kian menjadi tren dan kebutuhan bagi perusahaan progresif

untuk menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya

sekaligus kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan

(Chariri, 2009). Salah satu cerminan dari diterimanya laporan keberlanjutan ini

oleh para pemangku kepentingan adalah informasi yang disampaikan dalam

laporan ini digunakan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan dalam

mengambil keputusan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para

investor dan calon investor, karena dengan adanya informasi ini memungkinkan

para investor melakukan pengambilan keputusan secara rasional berdasarkan fakta

yang ada.

Dilihat dari segi pertanggungjawaban sosial jelas informasi dalam laporan

berkelanjutan akan memberikan manfaat bagi perusahaan sendiri dan para

(8)

commit to user

ekonomi informasi mengenai kos lingkungan yang disajikan dalam laporan

keberlanjutan belum tentu bermanfaat. Sebuah informasi dianggap berguna

apabila mampu mengubah pertimbangan dan kepercayaan dari para investor

dalam mengambil keputusan. Pertimbangan dan kepercayaan dalam hal ini adalah

pertimbangan dan kepercayaan dari segi ekonomi yang ditunjukkan dengan

adanya perubahan harga pada surat-surat berharga yang mereka terbitkan. Oleh

karena itu penelitian ini memberikan bukti empiris apakah informasi mengenai

kinerja lingkungan yang ditunjukkan dalam laporan keberlanjutan ini memiliki

dampak terhadap kinerja ekonomi perusahaan di pasar dan mendapat respon dari

para investor.

Penelitian-penelitian empiris terdahulu mengenai pengaruh kinerja

lingkungan juga sudah banyak dilakukan antara lain adalah penelitian yang

dilakukan Al-Tuwaijri, et al. (2003). Al-Tuwaijri, et al.(2003) melakukan analisis

terintegrasi mengenai hubungan antara kinerja lingkungan, environmental disclosure

dan kinerja ekonomi. Hasilnya dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa

bagusnya kinerja lingkungan berhubungan signifikan dengan bagusnya kinerja

ekonomi dan semakin luas dan berkualitasenvironmental disclosuretersebut. Dari

hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja lingkungan

berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi dan environmental disclosuresuatu

perusahaan.

Selain itu Suratno, Darsono, dan Mutmainah (2006) dalam penelitiannya

menguji pengaruh kinerja lingkungan terhadap environmental disclosure dan

(9)

commit to user

manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mengikuti Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER)

pada tahun 2002-2005. Kinerja lingkungan dalam penelitian tersebut diukur

melalui prestasi perusahaan dalam mengikuti Program Penilaian Peringkatan

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang

diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Sementara tolok

ukur kinerja ekonomi dalam penelitian tersebut sama dengan kinerja ekonomi

yang digunakan oleh Al-Tuwaijri, et al. (2003). Penelitian ini menyatakan bahwa

kinerja lingkungan secara signifikan berpengaruh positif terhadap environmental

disclosure dan kinerja lingkungan juga secara signifikan berpengaruh positif

terhadap kinerja ekonomi perusahaan.

Sama halnya dengan penelitian sebelumnya Cortez (2011) menyatakan

bahwa kinerja lingkungan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

market performance suatu perusahaan. Penelitian ini dikuatkan oleh

Anderson-Weir (2010) yang menyatakan bahwa pasar akan bereaksi terhadap peringkat

perusahaan dalam kinerja lingkungan. Namun dalam hal ini Anderson-Weir

(2010) menyimpulkan bahwa investor akan memberikan reaksi negatif terhadap

kinerja lingkungan perusahaan. Selain itu terdapat pula penelitian yang

menyangkut pengungkapan kinerja lingkungan yang diproksikan melalui

penghargaan Indonesia Sustainability Reporting (ISRA) terhadap abnormal

return dan volume perdagangan saham oleh Armin (2011) yang hasilnya adalah

(10)

commit to user

Rakhiemah dan Agustia (2008) juga meneliti mengenai pengaruh kinerja

lingkungan terhadap kinerja ekonomi dan CSR disclosure terhadap perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2006. Sama halnya dengan

Suratnoet al.(2006) kinerja lingkungan dalam penelitian ini diukur menggunakan

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup (PROPER) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Hasilnya kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure.

Namun tidak pada kinerja ekonomi, hasil penelitian yang menggunakan analisis

regresi berganda ini ternyata menyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak

berpengaruh terhadap kinerja ekonomi.

Bemby S, et al (2013) dalam penelitiannya juga menguji kandungan

informasi mengenai kinerja lingkungan terhadap reaksi investor. Informasi kinerja

lingkungan yang dimaksud adalah PROPER yang diselenggarakan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup. Reaksi investor dalam penelitian ini diukur

menggunakan abnormal return. Pada penelitian digunakan teknik analisis event

study terhadap abnormal return sebelum dan pasca pengumuman PROPER

tersebut. Pengujian hipotesis dalam peneltian ini menggunakan Wilcoxon Rank.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa abnormal return tidak terpengaruh

terhadap adanya pengumuman penilaian PROPER ini namun apabila penilaian

dikategorikan berdasarkan ranking perusahaan yang baik dan buruk maka terdapat

perbedaanabnormal retrunketika informasi mengenai PROPER ini dikeluarkan.

Beberapa penelitian lain mengenai kinerja lingkungan juga menyatakan

(11)

commit to user

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kinerja

lingkungan dan kinerja keuangan. Almilia dan Wijayanto (2007) juga menyatakan

bahwa kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

performa ekonomi perusahaan perhutanan dan pertambangan. Sudaryanto (2011)

juga berpendapat sama bahwa berdasarkan penelitiannya kinerja lingkungan tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Senada dengan ketiga peneliti di atas, Rahmawati (2012) dalam

penelitiannya juga menemukan pengaruh yang tidak signifikan antara kinerja

lingkungan terhadap Corporate Financial Performance (CFP). Donato (2007)

juga menunjukkan hasil yang serupa. Donato (2007) menguji pengaruh antara

CSR terhadap perubahan harga saham. Dalam penelitian ini Donato menggunakan

tiga parameter yaitu ketenagakerjaan, lingkungan, dan masyarakat sebagai

indikator CSR perusahaan. Parameter lingkungan dalam penelitian ini diukur

menggunakan kualitas dari kebijakan lingkungan, sistem pengelolaan lingkungan

hidup, dan pelaporan tanggung jawab sosial. Hasil penelitiannya menyatakan

bahwa CSR tidak mempengaruhi harga saham.

Meskipun berbagai penelitian mengenai kinerja lingkungan sudah banyak

dilakukan, namun ternyata masih terdapat perbedaan penelitian-penelitian

sebelumnya dan masih terdapat inkonsistensi antara hasil penelitian terdahulu

sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Dikarenakan alasan itulah maka

penelitian ini dilakukan untuk melengkapi penelitian sebelumnya dan menguji

kembali mengenai pengaruh kinerja lingkungan dengan menggunakan kos

(12)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, penelitian-penelitian terdahulu

mengenai pengaruh kinerja lingkungan hasilnya masih belum konsisten antar tiap

peneliti. Hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini. Kinerja

lingkungan yang mayoritas diukur melalui Program Penilaian Peringkatan Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang dikeluarkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup secara empiris memiliki pengaruh terhadap

kinerja ekonomi perusahaan namun pada penelitian lain ternyata memberikan

bukti empiris yang justru berkebalikan.

Selain itu berdasarkan teori pensinyalan (signalling teori) perusahaan akan

memberikan informasi yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna

laporan keuangan terutama investor. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

inilah yang diharapkan dapat mempengaruhi investor dalam mengambil

keputusannya termasuk informasi mengenai kinerja lingkungan. Namun ternyata

pada beberapa penelitian, informasi mengenai kinerja lingkungan ternyata tidak

mendapat respon dari pasar sehingga kinerja lingkungan ini seolah-olah menjadi

informasi yang sia-sia bagi perusahaan dikarenakan investor tidak secara

signifikan merespon akan informasi ini.

Dari perbedaan dan inkonsistensi inilah peneliti berusaha melengkapi

penelitian sebelumnya dan menguji kembali topik kinerja lingkungan ini dengan

menyertakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Perbedaan hasil

penelitian sebelumnya dan adanya kesamaan proksi dalam mengukur kinerja

(13)

commit to user

kinerja lingkungan menggunakan proksi kinerja lingkungan yang berbeda dari

penelitian-penelitian sebelumnya. Kos lingkungan (environmental cost) akan

menjadi alat ukur kinerja lingkungan dalam penelitian. Selain itu Cumulative

Abnormal Return (CAR) akan digunakan dalam menentukan reaksi pasar. Atas

dasar permasalahan itulah pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah kinerja lingkungan yang diproksikan dengan kos lingkungan perusahaan

(environmental cost) akan berpengaruh terhadap reaksi pasar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah pasar akan bereaksi

terhadap kinerja lingkungan perusahaan yang diukur menggunakan kos

lingkungan (environmental cost) serta memberikan bukti empiris mengenai

bagaimana reaksi pasar terhadap kinerja lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak di

bawah ini:

1. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi akademisi

bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi kinerja lingkungan

(14)

commit to user 2. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan acuan mengenai reaksi

pasar terhadap informasi kinerja lingkungan. Dari sisi perusahaan,

penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran pemahaman bagi

para manajer akan pentingnya kinerja lingkungan bagi perusahaan mereka.

Selain itu bagi para investor dan calon investor penelitian ini diharapkan

dapat memberikan tambahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

investasi di pasar modal.

E. Orisinalitas penelitian

Penelitian tentang pengaruh kinerja lingkungan telah banyak dilakukan

antara lain seperti: Konar (2000), Cortez (2010), Anderson-Weir (2010), Donato

(2007), Almilia dan Wijayanto (2007), Rahmawati (2012), Sudaryanto et al.

(2011), Jacobs et al. (2010), Armin (2011), Sarumpaet S. (2005); Bemby S.

(2013) dll.. Penelitian ini akan menguji apakah kinerja lingkungan perusahaan

akan direaksi oleh pasar, namun demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya dalam beberapa hal:

1. Penelitian ini tidak menggunakan instrumen Program Penilaian

Peringkatan Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

(PROPER) dalam menilai kinerja lingkungan, namun penelitian ini

menggunakan environmental costsebagai alat ukur dalam menilai kinerja

lingkungan yang bersumber dari laporan keberlanjutan yang dikeluarkan

(15)

commit to user

2. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Cortez (2010) yang menguji

pengaruh kinerja lingkungan dengan market value of firm.Market value of

firm diukur menggunakan high stock market price in a year dan book

value per share, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan reaksi pasar

yang diproksikan denganCumulative Abnormal Return.

3. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas dikarenakan

dalam penelitian ini menyertakan ukuran (size) perusahaan sebagai

variabel kontrol.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Bab ini berisi teori yang digunakan dalam penelitian ini,

penelitian sebelumnya, dan perumusan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian, yang meliputi: populasi

dan sampel, variabel, definisi operasional, dan mekanisme

(16)

commit to user

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini mencantumkan hasil analisis dan pembahasan hasil

penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang disarikan dari permasalahan,

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu BBTNGGP memandang SDH dan lahan dari aspek property rights dimana lahan hutan kawasan perluasan TNGGP adalah milik negara (state property). Fakta

Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara mengadakan beberapa potongan untuk

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Dalam penelitian ini proses pendaftaran siswa baru pada SMK Putra Rifara dilakukan secara konvensional dan belum terkomputerisasi, yang memungkinkan banyak

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari dan mengakui bahwa banyak sekali kesulitan-kesulitan yang penulis temui, namun berkat ketekunan, kesabaran, serta atas

Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikan suatu sistem politik yang

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan per 31 Desember selama periode tahun 2007 sampai 2009 yang diperoleh melalui website

Prosedur kerja penelitian yang dilakukan adalah: Diajukan Pemohonan mengambil data di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung Kriteria inklusi dicatat data