• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Perizinan Lingkungan Spbu (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Nomor 54.633.18 Di Kabupaten Magetan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelaksanaan Perizinan Lingkungan Spbu (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Nomor 54.633.18 Di Kabupaten Magetan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PELAKSANAAN PERIZINAN LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN

BAKAR UMUM) NOMOR 54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Arisendy Yulli Isnandini

NIM.E0008296

FALKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

ARISENDY YULLI ISNANDINI, E0008296. 2012. PELAKSANAAN PERIZINAN

LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM) NOMOR

54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perizinan lingkungan

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), dan Apa faktor - faktor yang menghambat

pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten

Magetan.

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian ini

mengambil lokasi penelitian di SPBU Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan karena

permasalah yang dibahas menyakut hal pelaksaan perizinan lingkungan yang ada di Kabupaten

Magetan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data

primer bersumber dari pemilik SPBU, dan badan lingkungan hidup. Data sekunder bersumber

dari data sekunder di bidang hukum. Untuk jenis data primer, pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawacara (interview). Pengumpulan data sekunder bersumber dari literatur-literatur

lain yang menunjang penelitian ini yang diperoleh dari studi kepustakaan. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan dengan teknik analisa data

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan, kesatu pelaku usaha

dalam mendirikan usahanya wajib memiliki izin lingkungan sesuai dengan jenis besar/skala

usaha yang akan didirikan dalam hal ini maka SPBU termasuk dalam usaha yang tidak

diwajibkan menyusun AMDAL. Kedua, terjadinya hambatan perizinan di kabupaten Magetan di

kerenakan adanya para pihak yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian secara immaterial,

pemohon yang sebagian besar adalah pengusaha, yang hanya ingin selesai tanpa mengikuti

proses yang berlaku dan tidak memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

ARISENDY

YULLI

ISNANDINI,

E0008296.

2002.

IMPLEMENTATION

OF

ENVIRONMENTAL PERMIT OF SPBU (GAS STATION) NUMBER 54.633.18 IN

MAGETAN. Law Faculty, Sebelas Maret University.

This study aims to determine how the implementation of environmental permitting of

SPBU (gas stations), and determine the factors that hinder the implementation of environmental

permitting of SPBU (gas stations) in Magetan.

This research is a empirical research with descriptive nature. This study took place at the

Gas Station No. 54.633.18 in Magetan because the problems discussed about implementation of

environmental permits in Magetan. The data used in this study is primary and secondary data,

primary data sourced from the owners of gas stations, and the Environment Agency. Secondary

data was sourced from secondary data in the law field. For primary data types, data collection is

done by an interview. The collection of secondary data derived from the literature that support

this research was obtained from the literature study. Data collection techniques used was

interviews and literature study with qualitative data analysis techniques.

Based on the research findings and discussion can be concluded, first, entrepreneurs in

setting up their business must have an environmental permit in accordance with the type of large/

scale of business to be established in this case the gas stations that are not included in the

bussiness that required to compile the EIA (AMDAL). Second, the licensing barriers in Magetan

caused by the parties are no longer concerned with the rate of loss is immaterial, applicants who

are mostly businessmen, who just want to finish without following due process and did not

understand what purpose the establishment of a rule.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Engkau. Dengan mengharap

penuh keridhoan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul :

PELAKSANAAN PERIZINAN LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN

BAKAR UMUM) NOMOR 54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN

”.

Penulisan hukum ini disusun dan diajukan guna melengkapi syarat-syarat guna

memperoleh derajat sarjana dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Ada beberapa permasalahan dan hambatan baik secara langsung maupun tidak

langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya selesai juga

berkat bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak baik materiil maupun non-materiil. Oleh

karena itu dengan ketulusan hati dan ketulusan yang mendalam, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta;

2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. Selaku Ketua Bagian Hukum Adminitrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang

telah menyediakan waktu serta pikirannya, untuk memberikan ilmu, bimbingan dan arahan

bagi tersusunnya skripsi ini;

3. Ibu Wida Astuti, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberi izin

dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, yang dengan jerih payah dan penuh keihklasan mendidik dan

menuangkan ilmu sehingga mampu menjadi bekal untuk lebih memperdalam penguasaan

ilmu hukum saat ini dan nantinya;

5. Bapak Andika Fajar S. Selaku pemilik SPBU Nomor 54.633.18 yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SPBU nomor 54.633.18 di Kabupaten

Magetan;

(8)

commit to user

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

………

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

………

...

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

………

...

……

...

HALAMAN PERNYATAAN

...

C. Tujuan Penelitian

………...…

...

4

D. Manfaat Penelitian

……….

...

4

E.

Metode Penelitian ………

5

F.

Sistematika Penulisan Hukum ………

..

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

……….

11

A. Kerangka Teori

………..

...

1. Tinjauan

tentang

Badan

Usaha

Milik

Negara

(BUMN)………..

Pengertian

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)………

a.

Perum / Perusahaan Umum

………..

b.

Persero ………...

(10)

commit to user

x

(SPBU)

………...

a. Pengertian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(SPBU) ………...

b.

Syarat Pertamina Way .. ………

c. sertifikasi PASTI PAS

………...

4.

Tinjauan tentang Lingkungan Hidup ………..

a.

Pengertian lingkungan hidup ………

b.

Pengertian dari unsur pembentuk lingkungan …….

16

B. Kerangka Pemikiran

………...

...

24

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

………

27

A. Hasil Penelitian ...

27

(11)

commit to user

xi

Bagan 1. Model Analisis Interaktif

…..……….

9

Bagan 2.

Kerangka Berfikir ……… 24

Bagan 3. Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL

……….. 46

(12)

commit to user

xii

Tabel 1. Rencana Kegiatan pelaksanaan studi kelayakan ……… 32

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 9 Tahun 2011

Lampiran 2. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 55 tahun 2012

Lampiran 3. Keputusan Bupati Magetan Nomor 541/218/403.202/2009

(14)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya aktivitas perekonomian di Kabupaten Magetan, dibutuhkan

sarana transportasi untuk menunjang kegiatan tersebut. Transportasi yang umum

digunakan adalah kendaraan bermotor baik milik pribadi maupun kendaraan umum. Satu

kenyataan bahwa kendaraan bermotor telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Tidak saja untuk sarana pergi ke kantor bagi pegawai, tetapi juga untuk ke tempat kerja

lainya seperti ke lahan pertanian, pasar, dan lain sebagainya. Bertambah banyaknya

kendaraan bermotor tersebut jelas membawa efek peningkatan pada kebutuhan bahan

bakar. Untuk itu dipandang perlu dibangunnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(SPBU) baru dengan lokasi yang mudah terjangkau.

Melalui pembangunan SPBU ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah

mendapaatkan bahan bakar minyak. Latar belakang pendirian SPBU ini adalah

membantu penyediaan bahan bakar seperti solar, premium, pertamax maupun olie.

Sehingga kebutuhan masyarakat akan bahan bakar yang terus meningkat dari hari ke hari

dapat tercukupi.

Meski demikian untuk pembangunan ini harus benar-benar memperhatikaan

masalah lingkungan dan karenanya didalam membangun harus dilengkapi dengan studi

lingkungan dan menyediakan fasilitas yang mempunyai konsep pembangunan

berwawasan lingkungan. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan ini diharapkan

kualitas lingkungan disekitarnya tidak akan terganggu. Hal ini menjadi penting karena

masalah lingkungan sekarang ini menjadi masalah utama, pencemaran lingkungan sudah

sulit dikendalikan dan untuk mengatasi masalah itu sejak sekarang sudah ada upaya

pencegahan dampak negatifnya.

Dalam pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) harus

memenuhi beberapa kriteria yang sudah diatur dalam undang-undang dan berwujud

peraturan yang memaksa dan harus dipenuhi akan tetapi tidak merugikan berbagai pihak,

(15)

”Regulation is a rather broader category and includes much more flexible,

imaginative and innovative forms of social control which seek to harness not just

governments but also markets (as with economic instruments), business and third

parties”

Yang artinya adalah :

Peraturan adalah suatu kategori yang luas dan juga lebih fleksibel, imajinatif dan

inovatif, dalam bentuk kontrol sosial yang berusaha untuk memanfaatkan tidak

hanya pemerintah tetapi juga pasar (seperti dengan ekonomi instrumen), bisnis

dan pihak ketiga.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan kelayakan, kelayakan lingkungan

dikaji melalui proses Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dengan

demikian jika diprediksi tidak akan menimbulkan dampak signifikan, kelayakan

lingkungan dapat dikaji lebih sederhana dan dituangkan dalam dokumen Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Untuk penyusunan

dokumen mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini mengacu

pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana

Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisi Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun

2002 tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan salah satu kegiatan

industri minyak dan gas yang rawan kebakaran, kecelakaan dan pencemaran lingkungan,

jika sistem pengelolaannya serta pemantauannya tidak tepat, apabila dalam kegiatan

operasinya tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan PERTAMINA. Dengan demikian

SPBU harus melakukan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak

negatif kegiatan kontruksi maupun operasionalnya. Sejalan dengan perundang-undangan

tentang lingkungan yaitu Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja setiap SPBU

harus memberikan prioritas aspek keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan hidup

dalam operasionalnya, untuk itu SPBU diwajibkan untuk :

1) Menerapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan.

(16)

3) Menggalakkan kegiatan perlindungan lingkungan dalam rangka memperkecil

dampak negatif dan memperbesar dampak positif akibat adanya rencana kegiatan

dan / atau usaha.

4) Menciptakan kondisi kerja yang aman, bebas dari kecelakaan, bahaya kebakaran

dan penyakit akibat kerja.

5) Menggalang kemampuan dalam menanggulangi kejadian pencemaran, kecelakaan

kerja atau keadaan darurat yang terjadi.

6) Mendidik dan melatih karyawan serta kontraktor tentang aspek LK3.

7) Menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat

disekitar usaha, serta bersikap tanggap apabila timbul masalah yang berkaitan

dengan dampak kegiatan usaha.

Sumber : Dokumen UKL - UPL SPBU Nomor 54.633.18

Dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dan menyusun menjadi sebuah skripsi dengan judul

“PELAKSANAAN

PERIZINAN LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR

UMUM) NOMOR 54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu pedoman untuk

menganalisis persoalan yang diteliti, serta untuk mempermudah pembatasan

permasalahan sehingga sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan?

2. Apakah faktor - faktor yang menghambat pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun

(17)

C. Tujuan penelitian

Dalam suatu penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai sebagai

pemecahan atas berbagai masalah yang diteliti (tujuan obyektif) dan untuk memenuhi

kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Tujuan penelitian ini diperlukan karena

berkaitan erat dengan rumusan masalah untuk memberikan arah yang tepat dalam

penelitian, sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

1. Tujuan obyektif

a) Untuk mengetahui perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU) di Kabupaten Magetan.

b) Untuk mengetahui faktor

faktor yang menghambat pelakasanaan perizinan

lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten

Magetan.

2. Tujuan subyektif

a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dibidang Hukum

administrasi Negara, khususnya dalam pelaksanaan perizinan lingkungan.

b) Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun

penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang

dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a) Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai

(18)

b) Diharapkan dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah yang

dapat dijadikan acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap

berikutnya.

c) Memberikan jawaban atas permasalahan yang sedang diteliti.

2. Manfaat Praktis

a) Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b) Untuk lebih mengembangkan penalaran, dengan membentuk pola pikir

dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan dalam menerapkan ilmu

yang diperoleh.

c) Sebagai bahan yang diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan

serta sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam masalah yang

diteliti.

d) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam

penelitian dalam ini.

E. Metode Penelitian

Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan

suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Metodologi merupakan suatu unsur yang

mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan (Soerjono

Soekanto, 2008: 7).

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.

Jenis Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah dan tinjauan dari penelitian hukum, dalam

penelitian ini penulis menggunakan jenis penulisan hukum empiris. Penulisan

hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data

utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi.

2.

Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan data

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atas gejala-gejala lain. Maksud dari

(19)

membantu dalam memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori baru

(Soerjono Soekanto, 2008:10).

3.

Pendekatan penelitian

Sehubungan dengan tipe penulisan yang digunakan yakni penulisan empiris maka

penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian

yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain

lain, yang

dilakukan secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk bahasa atau kata

kata.

4.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah suatu tempat di mana penelitian dilaksanakan guna

memperoleh keterangan-keterangan, informasi, dan data yang diperlukan dalam

penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Penulis mengambil lokasi penelitian di

SPBU Ds. Taman Arum Kecamatan Parang berada di jalan Parang

Lembeyan,

Kabupaten Magetan.

5.

Sumber Data Penelitian

Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:

a.

Data primer

Data primer adalah data yang langsung segera diperoleh dari sumber data untuk

tujuan penelitian yang diperoleh dan mendapat hasil yang sebenarnya pada

objek yang akan diteliti, dalam hal ini data yang diperoleh langsung dari survei

studi lapangan terhadap perizinan lingkungan. Sumber data primer disini

penulis melakukan wawancara langsung dengan pelaku usaha dan Pegawai

Kantor Peizinan di Kabupaten Magetan.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan seperti

peraturan perundang

undangan, literature, dokumen, buku ilmiah dan hasil

penelitian terdahulu. Data sekunder dibagi tiga, yaitu :

1)

Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang

undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 (UUPLH) tentang Perlindungan dan

(20)

Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/ Atau Kegiatan

Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86

Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan

dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

2)

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang mendukung data

sekunder dari bahan hukum primer terdiri dari buku

buku, hasil

penelitian hukum, artikel koran, dan bahan lain yang berkaitan dengan

pokok bahasan.

3)

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder yakni Kamus Hukum, Kamus

Besar Bahasa Indonesia dan sebagainya.

6.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan data yang akurat

dan relevan yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a)

Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada sumber data primer mengenai masalah yang diteliti.

Wawancara dilakukan kepada pemilik SPBU Nomor 54.633.18 Di Kabupetan

Magetan dan petugas Kantor Perizinan Terpadu sebagai subjek yang dipilih

sebagai responden, dilakukan secara mendalam dan terstruktur dengan

menggunakan daftar pertanyaan agar diperoleh data yang sesuai dengan

masalah yang diteliti.

b) Studi Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Berbagai dokumen

yang menjadi sumber data sekunder dikaji substansinya secara cermat dan

(21)

7.

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.

Di tahap ini penulis harus melakukan penilaian data-data yang telah diperoleh

dengan metode kualitatif. Penganalisisan data pada hakekatnya merupakan kegiatan

untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan

pekerjaan analisis dan kontruksi (Soerjono Soekanto, 2006 : 250-251) .

Dalam tahap analisis data ada tiga komponen pokok yang harus disadari

oleh setiap peneliti. Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip H.B.

Sutopo tiga komponen pokok tersebut adalah “reduksi data , sajian data,

dan

penarikan kesimpulan ” (H.B. Sutopo, 2006 : 113) . Ketiganya dapat diuraikan

sebagai berikut :

a)

Reduksi data

Suatu bentuk analisis yang mempertegas, membuang hal yang tidak penting

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat

dilakukan.

b)

Sajian data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan

riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan

mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada

analisis berdasarkan penelitian tersebut.

c)

Penarikan kesimpulan

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.

(22)

(H.B. Sutopo. 2006 : 120)

Bagan 1 : Model Analisis Interaktif

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan

karya ilmiah yang sesuai dengan aturan dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis

menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum

terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam

penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian pustaka dan teori yang berkenaan dengan judul dan

masalah yang akan diteliti meliputi tinjauan tentang Badan Usaha Milik

Negara, tinjauan tentang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, tinjauan

tentang perizinan

Pengumpulan

Data

Reduksi Data

Sajian Data

(23)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis mencoba menyajikan pembahasan berdasarkan

rumusan masalah yang telah disusun, yaitu mengenai

perizinan

lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) serta faktor

faktor yang menghambat pelakasanaan perizinan lingkungan di

Kabupaten Magetan.

BAB IV

PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan hukum ini. Pada bab ini

(24)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Berikut di bawah

ini adalah penjelasan dari bentuk BUMN, yaitu persero dan perum beserta

pengertian arti definisi :

a. Perum / Perusahaan Umum

Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis

negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah

dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang

baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan

berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.

Organ Perum yaitu dewan pengawas, menteri dan direksi. Contoh

perum / perusahaan umum yakni : Perum Peruri / PNRI (Percetakan

Negara RI), Perum Perhutani, Perum Damri, Perum Pegadaian, dll.

b. Persero

Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas

atau PT. Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya

dengan perseroan terbatas / PT swasta yakni sama-sama mengejar

keuntungan yang setinggi-tingginya / sebesar-besarnya.

Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus

dikuasai oleh pemerintah. Karena Persero diharapakan dapat memperoleh

(25)

Organ Persero yaitu direksi, komisaris dan rups / rapat umum

pemegang saham. Contoh persero yaitu : PT Pertamina, PT Jasamarga,

Bank BNI, PT Asuransi Jiwasraya, PT PLN, dan lain sebagainya.

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama,

yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam

tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola

sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu.

Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti

perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam

pasal 33 UUD 1945, seyogyanya dikuasai oleh BUMN (Purwoko, 2002:1).

Dalam konteks penulisan ini, yang dimaksud BUMN adalah PT.

Pertamina selaku pihak yang berhubungan dengan pembangunan SPBU.

PT Pertamina bekerjasama dengan pihak swasta guna membantu

pemerintah dengan menyediakan bahan bakar seperti solar, premium,

pertamax maupun olie. Sehingga kebutuhan masyarakat akan bahan bakar

akan selalu tercukupi. Pihak swasta dalam hal ini adalah mitra bisnis yang

telah diseleksi terlebih dulu oleh lembaga independen.

2. Tinjauan tentang Stasiun Pengisian Bakan Bakar Umum (SPBU)

Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) adalah tempat di mana

kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar. Di Indonesia, Stasiun

Pengisian Bahan Bakar dikenal dengan nama (SPBU) singkatan dari

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Namun, masyarakat juga memiliki

sebutan lagi bagi (SPBU). Misalnya di kebanyakan daerah, (SPBU)

disebut Pom Bensin yang adalah singkatan dari Pompa Bensin. (

http://id.wikipedia.org/wiki/SPBU Di akses pada tanggal 15 April 2012)

SPBU PERTAMINA PASTI PAS menurut pasal 1 angka 17 Surat

Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU adalah sebidang tanah dan

fasilitas SPBU yang dimiliki atau dikuasai secara sah oleh pihak kedua

(pengusaha SPBU) berdasarkan rancangan, desain, dan spesifikasi teknis

(26)

untuk menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK dan/atau produk

lain dengan menggunakan merk dagang PERTAMINA atau merk dagang

pihak pertama (PERTAMINA) lainnya serta dapat digunakan untuk

pengelolaan bisnis NFR (Non Fuel Retail).

Program Pertamina Way merupakan standar baru yang diterapkan

untuk seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU Pertamina)

di seluruh Indonesia, dengan menempatkan konsumen sebagai stakeholder

yang utama. Berbagai aspek juga ditingkatkan baik dari segi pelayanan,

jaminan kualitas dan kuantitas termasuk kenyamanan di lingkungan

SPBU. Penjabaran Pertamina Way adalah STAF (pelayanan staf yang

terlatih dan bermotivasi), kualitas dan kuantitas, peralatan dan fasilitas,

format fisik, dan produk dan pelayanan. Tiap SPBU yang telah

menerapkan program tersebut berhak atas sertifikasi Pasti Pas.

Pengusaha yang berminat untuk menjalin kerjasama dengan

PERTAMINA dengan mendirikan SPBU, sekaligus mengikuti program

”Pertamina Way” harus memenuhi persyaratan awal sebagai berikut:

a. Warga negara Indonesia

b. Memiliki modal berupa :

1) Penguasaan atau kepemilikan lahan untuk lokasi SPBU (

bukti-bukti kepemilikan atau penguasaan atas lahan

yang ditunjukkan melalui Sertifikat Tanah, Surat

Kontrak, dan dokumen pendukung lainnya ), dan

2) Modal investasi SPBU dan pembangunannya (dengan

menyertakan bukti-bukti ketersediaan modal investasi

dan operasional berupa fotocopy sertifikat deposito

(dilegalisir),

giro,

ataupun

fotocopy

dokumen

pendukung lainnya)

3) Bersedia mengikat perjanjian dengan PERTAMINA

4) Bersedia mengelola dan mengendalikan SPBU sesuai

(27)

Prosedur yang harus dilalui untuk permohonan pendirian SPBU yang

telah disetujui ( approved ) adalah :

a. Pengusaha

dapat

menghubungi

Region

setempat

dengan

menunjukkan surat persetujuan yang diterima, yang selanjutnya

oleh region setempat akan diterbitkan Surat untuk melengkapi

berkas yang terdiri atas :

6) Surat pernyataan tidak berkeberatan dari tetangga dan

lingkungan sekitar

7) Layout, gambar perspektif dan bestek sesuai dengan

standar PT PERTAMINA (PERSERO)

b. Menyampaikan Kelengkapan Berkas kepada Region setempat,

yang selanjutnya diterbitkan surat izin membangun SPBU baru.

c. Pelaksanaan pembangunan SPBU sesuai dengan ketentuan

PERTAMINA.

d. Pelaksanaan bisnis SPBU harus melalui prosedur audit

sebagaimana telah ditentukan PERTAMINA.

Persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi PASTI PAS adalah SPBU

harus lolos audit kepatuhan standard pelayanan yang ditetapkan oleh

PERTAMINA. Audit ini mencakup :

a. Standard pelayanan

b. Jaminan kualitas dan kuantitas

c. Kondisi peralatan dan fasilitas

d. Keselarasan format fasilitas

e. Penawaran

produk

dan

pelayanan

tambahan

berhak

mendapatkan sertifikasi (http://pastipas.pertamina.com diakses

(28)

Seluruh proses sertifikasi dilakukan secara independen oleh institusi

auditor independen internasional yang memiliki pengalaman Internasional

untuk melakukan audit pelayanan SPBU. Setelah mendapatkan sertifikat

pasti pas, SPBU akan tetap diaudit secara rutin. apabila tidak lolos audit,

SPBU dapat kehilangan predikatnya sebagai SPBU pertamina pasti pas.

kerjasama antara pertamina dengan pengusaha SPBU pertamina pasti pas

diatur dalam suatu perjanjian yang dituangkan dalam surat perjanjian

kerjasama pengusahaan SPBU, dengan jangka waktu perjanjian yaitu

selama dua puluh tahun. selain itu, pertamina juga menetapkan standar

tertentu, yaitu ”standar pelayanan” yang harus dipatuhi oleh seluruh SPBU

yang telah bersertifikasi pasti pas. selama masa perjanjian berjalan, SPBU

pertamina pasti pas wajib mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

oleh pertamina.

Pada Surat Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU diterangkan

secara jelas bahwa dalam hal ini pihak

pihak yang mengikatkan diri

diperjanjian tersebut adalah Pertamina atau dalam hal perjanjian ini

menjadi Pihak Pertama, merupakan suatu perusahaan yang memproduksi

atau menyediakan dan menjual Bahan Bakar Minyak(BBM), Bahan Bakar

Khusus(BBK), serta Produk lain melalui SPBU dan sarana lainnya,

sedangkan kedudukan pengusaha atau Pihak Kedua bermaksud

menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK serta Produk Lain

milik Pihak Pertama dan telah membangun dan memiliki SPBU beserta

seluruh fasilitas dan perlengkapannya sesuai dengan ketentuan dan syarat

yang ditetapkan oleh Pihak Pertamina. Maka bentuk kerjasama antara para

pihak yaitu menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK serta

Produk Lain yang disediakan dan dijual oleh Piha Pertamina, melalui

(29)

Karakteristik dalam surat perjanjian kerjasama tersebut akan coba

dijabarkan dengan membandingkan jenis

jenis perjanjian yang banyak

digunakan dalam suatu perjanjian, antara lain :

perjanjian atau persetujuan adalah suatu peristiwa dimana seseorang

berjanji kepada orang lain,atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal, yang menimbulkan hubungan hukum yang

dinamakan perikatan antara dua orang yang membuatnya dan bentuknya

berupa

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau

kesanggupan yang diucapkan

atau ditulis” (

R.Subekti,1996:1)

3. Tinjauan tentang Perizinan

Definisi secara umum Izin adalah persetujuan dari penguasa

berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah untuk dalam

keadaan tertentu menyimpang dari larangan umum tersebut.

N. M. Spelt dan J. B. J. M ten Berge (dalam Ridwan HR, 2006:208)

membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit yaitu sebagai berikut :

”Dalam artian luas, Izin merupakan salah satu instrumen yang paling

banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan

izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para

warga”.

Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan

undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu

menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.

Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang

memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang

sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang

demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Izin

(dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan

izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang

untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi

(30)

oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun

dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya.

Hal yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu

tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam

ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan

teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya

bukanlah untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang

sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan

dilakukan dengan cara tertentu” (Ridwan HR, 2006

: 206).

Izin adalah sebagai perbuatan hukum bersegi satu yang dilakukan oleh

pemerintah. Dalam hal izin tidak mungkin diadakan perjanjian, karena

tidak mungkin diadakan suatu persesuaian kehendak.

Unsur

unsur dalam perizinan sebagai berikut :

a.

Instrumen Yuridis

Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan

pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan,

tetapi

juga

mengupayakan

kesejahteraan

umum.

Dalam

mengupayakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang

dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul

beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual

dan konkret yaitu dalam bentuk ketetapan. Salah satu wujud dari

ketetapan ini adalah izin. Berdasarkan jenis

jenis ketetapan, izin

termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni

ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak

dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan

itu. Dengan demikian izin merupakan instrumen yuridis dalam

(31)

b.

Peraturan Perundang - undangan

Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah

wetmatigheid

van bestuur

atau pemerintahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Menurut Marcus Lukman (dalam Ridwan HR,

2006:213) kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat

diskresionare power

atau berupa kewenangan bebas, dalam arti

kepada pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan

atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin,

misalnya :

1)

Kondisi yang memungkinkan apakah suatu izin dapat

diberikan kepada pemohon,

2)

Bagaimana mempertimbangkan kondisi tersebut,

3)

Konsekuensi yuridis yang mungkin

timbul akibat

pemberian atau penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan

peraturan perundang-undangan yang berlaku,

4)

Prosedur yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan

sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun

penolakan pemberian izin.

c.

Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan

pemrintahan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.

Terlepas dari beragamnya organ pemerintahan atau administrasi

negara yang mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin

hanya boleh dikeluarkan oleh organ pemerintahan. Dalam hal

tertentu pemerintah mengeluarkan deregulasi, yang mengandung

arti peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang

(32)

debirokratisasi. Deregulasi dan debirokratisasi dalam perizinan

harus memperhatikan hal-hal berikut :

1) Jangan sampai menghilangkan esensi dari sistem perizinan

itu sendiri.

2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat

teknis administratif dan finansial.

3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan hal-hal

prinsip dalam peraturan perundang

undangan yang menjadi

dasar peizinan.

4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas

asas umum pemerintahan yang layak.

d.

Peristiwa Konkret

Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu

tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu.

Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman

perkembangan masyarakat izinpun memiliki berbagai keragaman

izin yang jenisnya beragam dibuat dalam proses yang cara

prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam

izin, dan struktur programisai instansi yang menerbitkannya.

e.

Prosedur Dan Persyaratan

Permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah dan juga harus memenuhi persyaratan

-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak

oleh

pemerintah atau pemberi izin.

Menurut Soehino, syarat - syarat dalam izin itu bersifat konstitutif

dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu

(33)

dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang

disyaratkan itu terjadi.

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, berkenaan dengan fungsi-fungsi

hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan

masyarakat (Ridwan HR, 2006 : 218).

Tujuan izin adalah :

1) Mengarahkan aktifitas tertentu (Sturen).

2) Mencegah bahaya bagi lingkungan.

3) Keinginan melindungi objek tertentu.

4) Hendak membagi benda-benda yang sedikit.

5) Mengarahkan dengan meyeleksi orang-orang dan

aktivitas-aktivitas.

Secara umum bentuk dan isi izin memuat hal-hal sebagai berikut :

1) Organ yang berwenang

Organ yang memberikan izin berbekal materi dan tugas yang

bersangkutan.

2) Yang ditujukan

Izin yang ditujukan kepada pihak yang berkepentingan.

3) Diktum

Keputusan yang memuat izin yang diurai secara jelas tujuan dari

pemberian izin tersebut.

4) Ketentuan, Pembatasan dan Syarat

Ketentuan ialah kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan

yang menguntungkan. Ketentuan pada izin banyak terdapat

dalam praktik hukum administrasi. Pembatasan dalam izin

memberi kemungkinan untuk secara praktis melingkari lebih

lanjut tindakan yang dibolehkan. Penetapan syarat untuk

menggantungkan akibat-akibat hukum bila timbul suatu

peristiwa di kemudian hari yang belum pasti.

(34)

Pemberian alasan memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan

undang-undang,

pertimbangan-pertimbangan

hukum,

dan

penetapan fakta.

6) Pemberitahuan Tambahan

Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang

dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran

ketentuan dalam izin seperti sanksi yang diberi pada

ketidakpatuhan.

4. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk

hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi,

yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang

berlebihan.

Dalam hukum lingkungan pengajuan tuntutan melalui jalur pidana

dimungkinkan

setelah

pendekatan

penyelesaian

melalui

hukum

administrasi negara dan hukum perdata ternyata tidak dapat

menyelesaikan masalah lingkungan. Kejahatan lingkungan berupa

pencemaran lingkungan dikategorikan sebagai tindak pidana administratif

(administrative penal law) atau tindak pidana yang mengganggu

kesejahteraan masyarakat (public welfare offences). Tindak pidana

tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup

sebagaimana telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Absori, 2008:223), yang telah

diperbaharui dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pengertian hukum lingkungan yang termuat dalam pasal 1 ayat (1) UU

Nomor 4 Tahun 1982 Tentang ketentuan pokok-pokok lingkungan hidup

yang telah diperbarui dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sama dengan

(35)

dinyatakan bahawa hukum lingkungan (lingkungan hidup) adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaaan, dan makhlukn

hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya. Maka unsur lingkungan yang memiliki keistimewaan

adalah dimasukkannya manusia dan perilakunya sebagai komponen

lingkungan.

Nour Mohammad membagi hukum lingkungan atas pengertiannya

(Nour Mohammad, 2011:92) :

environmetal law comprises those substantive, procedural and

institusional rules of International law, which have as there primary

objective the protection of the environment”.

Yang artinya :

Hukum lingkungan meliputi, aturan-aturan substantif dan prosedural

institusional dari hukum Internasional, yang memiliki tujuan utama

bagi perlindungan lingkungan.

Dalam ilmu Lingkungan dijelaskan mengenai isi atau struktur dari

lingkungan yaitu Ekologi, Ekosistem dan Daya Dukung Lingkungan.

Berikut pengertian dari unsur pembentuk lingkungan :

1) Ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel seorang ahli ilmu

hayat dalama pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini berasal

dari bahasa Yunani, yaitu

eikos

yang berarti rumah dan

logos

berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harafiah ekologi berarti

ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat

diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk

hidup. Ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan,

meyelidiki, dan memahamai bagaimana alam bekerja,

bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem kehidupan,

apa yang mereka perlukan dari habitatnya untuk dapat

melangsungkan kehidupannya, bagaimana dengan melakuakan

(36)

individu dalam spesies itu beradaptasi, bagaimana makhluk

hidup itu menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap

berbagai perubahan, bagaimana individu-individu dalma spesies

itu menglami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi

atau komunitas. Semuanya itu berlangsung dalam suatu proses

yang mengikuti tatanan, prinsip, dan ketentuan alam yang rumit

tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi kita memahaminya

(Soerjani, dalam “Sumber Daya Alam dan Kependudukan

dalam Pembangunan”).

2) Ekosistem berkaitan erat dengan ekologi maka menurut Otto

Soemarwoto (dalam Supriyadi, 2010:1) Ekosistem adalah suatu

konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem

ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terbentuk

oleh komponen hidup dan tidak hidup di suatu tempat yang

berinteraksi

membentuk

suatu

kesatuan

yang

teratur.

Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus antara komponen dalam

ekosistem itu.

3) Daya dukung lingkungan diperlukan karena lingkungan hidup

mempunyai

keterbatasan

dalam

melakukan

proses

kehidupannya. Menurut Otto Soemarwoto (dalam Supriyadi,

2010:3) daya dukung terlanjutkan oleh dua faktor, baik faktor

biofisik

maupun sosial-budaya-ekonomi. Kedua faktor ini saling

mempengaruhi. Faktor

biofisik

untuk menentukan daya dukung

yang terlanjutkan, yaitu proses ekologi yang merupakan sistem

pendukung kehidupan dan keanekaragaman jenis yang

merupakan sumber daya gen. Faktor sosial budaya juga

mempunyai peranan yang sangat penting, bahkan menentukan

dalam daya dukung terlanjutkan. Sebab akhirnya manusialah

yang menentukan apakah pembangunan akan berjalan terus atau

(37)

B. Bagan Kerangka Berfikir

Bagan 2 : Kerangka Berfikir

UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

UKL

UPL

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No. 86 Tahun 2002

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Izin Pelaksanaan SPBU

Izin Lokasi

Pelaku Usaha

Pelaksanaan perizinan lingkungan

Faktor penghambat pelaksanaan

perizinan lingkungan

(38)

Sehubungan dengan kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah

mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya

sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Oleh

karena itu diterbitkanlah Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

memuat mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan bahwasanya suatu

perusahaan sebelum melaksanakan pembangunannya diwajibkan untuk

menyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

Pamantuan Lingkungan (UPL) yang termuat pada Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002. Dalam hal ini pelaksanaan SPBU

termasuk dalam dalam jenis usaha yang pengelolaan dampak lingkungan

dengan menyusun ”Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantaua

n

Lingkungan Hidup” yang sesuai dengan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002.

Pertamina selaku pemberi izin prinsip pembangunan SPBU juga

mempertimbangkan dari segi aspek lokasi, sehingga dalam pelaksanaanya

dapat sesuai dengan peraturan pengelolaan lingkungan hidup.

(39)

commit to user

26

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Nomor 54.633.18

Hingga saat ini di Kabupaten Magetan terdapat sembilan izin pendirian Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang di telah dikeluarkan oleh PT.Pertamina.

Salah satu yang menjadi objek penelitian dari penelitian ini adalah Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Umum (SPBU) yang terletak di :

a. Desa

:Tamanarum

b. Kecamatan: Parang

c. Kabupaten : Magetan

d. Provinsi

: Jawa Timur

Status lahan yang dipergunakan untuk usaha SPBU ini merupakan hak milik

dengan luas tanah 3303M². Batasan-batasan lokasi proyek sesuai arah mata angin :

a. Utara

: Tanah Milik Bapak Tamin

b. Timur

: Tanah Milik Bu Sugiharti

c. Selatan

: Jalan Raya Parang

Lembeyan

d. Barat

: Tanah Milik Kusmanto

Indentitas Pemrakarsa :

a. Nama Pemilik

: Andika Fajar Sulendra

b. Alamat rumah

:Jalan Janoko, Nomor 10, Kelurahan Sukowinagun,

Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan

c. Nomor telepon

:081259952000

d. Jenis perusahaan : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

e. Status Perusahaan : Perorangan

(40)

2. Tujuan Rencana Usaha

Pembangunan SPBU Sdr. Andika di Ds. Taman arum Kecamatan Parang Kab.

Magetan adalah suatu bentuk tanggung jawab pengusaha didalam upayanya untuk

berperan aktif dalam meninjgkatkan perekonomian terutama dalam penyediaan BBM.

Untuk mencapai tujuan tersebut SPBU harus dikelola secara profesional

mengutamakan keunggulan kualitas pelayanan serta merespon tuntutan kebutuhan

masyarakat.

Secara umum arah dan tujuan pembangunan SPBU di Ds. Taman arum Kec.

Parang Kab. Magetan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan

BBM sekitar SPBU dan masyarakat pengguna jalan yang melintas Maospati

-Madiun.

Operasional SPBU disamping menimbulkan dampak positif juga menimbulkan

dampak negatif terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab

itu menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun 2004 tentang

Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan upaya Pemantauan Lingkungan

Hidup, maka kegiatan pembangunan SPBU tersebut diwajibkan melakukan kajian

prakiraan dampak negatif yang akan terjadi terhadap lingkungan serta upaya

pengelolaan dan pemantauannya.

B. Pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan.

Pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam

meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan

sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk.

Usaha atau kegiatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang

(41)

dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin, untuk pencegahan kerusakan

lingkungan.

Upaya pencegahan kerusakan lingkungan atau perlindungan/penyelamatan

lingkungan

secara

dini

sebelum

suatu

kegiatan

dimulai

dengan

menerapkan/meningkatkan efektivitas kegiatan dan atau jenis usaha yang akan

berdiri untuk melengkapi upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan

.

Dalam mendirikan suatu usaha khususnya SPBU setiap pemohon harus

mempunyai kewajiban memperoleh Izin lingkungan menurut Undang

undang

nomor 32 Tahun 2009 terdapat pada Pasal 36 antara lain :

1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL

wajib memiliki izin lingkungan.

2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan

berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.

3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan

persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau

rekomendasi UKL-UPL.

4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya.

Jadi pelaku usaha wajib memiliki dokumen UKL - UPL tersendiri berdasarkan

pada regulasi pemerintah terkait yaitu undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang

AMDAL, peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai

dampak lingkungan hidup, peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 13

tahun 2010 tentang upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan

lingkungan hidup dan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup, dan keputusan bupati magetan nomor : 738 tanggal 4 Mei 2009

mengenai jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan

lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) di kabupaten magetan.

Kewenangan

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib menolak

permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan

amdal atau UKL-UPL, dan permohonan izin lingkungan dapat dibatakan apabila

persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,

kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran atau pemalsuan data, dokumen,

(42)

keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL,

atau kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak

dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha atau kegiatan.

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002

definisi Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan

lingkungan hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang

tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun

2001 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi

Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, atas dasar besaran atau

skala usaha SPBU, maka SPBU termasuk dalam usaha yang tidak diwajibkan

menyusun AMDAL, akan tetapi diwajibkan untuk menyusun Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).

Jenis Kegiatan Wajib Amdal Lampiran dalam Permen LH No.11 Tahun 2006

Bupati/Walikota/Gubernur DKI untuk menetapkan skala/besaran lebih kecil atas

pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan Lokasi berbatasan

langsung dengan kawasan lindung Bupati/Walikota/Gubernur DKI /masyarakat

mengusulkan kepada MenLH suatu kegiatan baru menjadi wajib AMDAL karena

kegiatan tersebut dianggap berdampak penting terhadap lingkungan.

Setiap rencana usaha atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL (ps

15 UUPLH), Bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk katagori wajib

AMDAL wajib UKL-UPL (ps 3 (4) PP 27 Tahun 1999) Kegiatan yang sudah

berjalan namun tidak memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup wajib

menyusun DPPL (ps 2 KepMen LH No. 12 Tahun 2007).

(43)

Pasal 5:

(1) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak masuk dalam kriteria

wajib AMDAL wajib memiliki UKL-UPL.

(2) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi

UKL-UPL wajib membuat SPPL.

Pasal 6:

Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib ukl-upl sebagimana yang dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1) tercamtum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian

tidak dipisahkan dari peraturan Bupati ini.

Izin lingkungan mengenai dokumen yang harus dilengkapi oleh pemohon

untuk perizinan lingkungan tidak harus menyusun amdal akan tetapi dilihat dari

skala usaha maka SPBU hanya diwajibkan untuk menyusun Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).

1. Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi

Rencana Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum

(SPBU) Sdr. Andika akan menempati tapak seluas 1.500 m2 yang terdiri dari

Tangki Timbun, Tempat Ganti Oli/Cuci/Bengkel, Hall, toko/gudang olie, mini

market, Loker/Gudang, Mushola, kamar mandi, WC, tempat wudhu, Area

Dispenser/Pompa, Pelataran conblok, Taman lahan untuk pengembangan dan

sarana penunjang lainnya, disadari berpotensi menimbulkan dampak positif dan

negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

a. Tahap Pra Konstruksi

Kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan studi kelayakan baik

secara teknis, ekonomis maupun lingkungan. Pada tahap ini dilakukan

(44)

Tabel 1. Rencana Kegiatan pelaksanaan studi kelayakan.

No

Jenis Kegiatan

Ada/tidak

Keterangan

1

Sosialisasi proyek pada

masyarakat sekitar

Ada

Selesai

2

Studi kelayakan

Ada

Dalam

proses

3

Rencana Induk

Ada

Selesai

4

Desain Rinci

Ada

Selesai

Kegiatan pada tahap Pra Konstruksi yang berpotensi menimbulkan

dampak adalah pembersihan lahan, kegiatan ini berpotensi menimbulkan

dampak terhadap sikap masyarakat,serta komponen lain seperti ekonomi dan

budaya karena dapat memicu perbedaan tapak batas disekitar calon lokasi

SPBU.

b. Tahap Kontruksi

Pembangunan fisik (konstruksi) dalam rangka pembangunan SPBU dan

sarana pendukungnya, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi

meliputi persiapan pelaksanaan konstruksi : Mobilisasi tenaga kerja,

pelaksanaan kegiatan proyek seperti direksi kit, pembuatan jalan masuk lokasi,

(45)

Tabel 2. Peralatan yang diperlukan untuk Pembangunan (Konstruksi)

No.

Jenis Kegiatan

Peralatan Yang Digunakan

1

Pembangunan Fisik

Peralatan dan perlengkapan pertukangan,

peralatan las, concrate mixer, batching plant,

strauss pile dan peralatan lain

2

Pembangunan sarana

penunjang

Peralatan dan perlengkapan pertukangan,

peralatan las, concrate mixer, batching plant,

strauss pile dan peralatan lain

1) Dampak Terhadap Kualitas Air

a) Sumber dampak :

Pemadatan lahan pada tahap konstruksi diperkirakan

menyebabkan perubahan pola aliran air permukaan dan

peningkatan kekeruhan karena sebagian besar permukaan tanah

akan tertutup bangunan dan dilakukan pengerasan dengan semen.

b) Sifat dan potensi dampak :

Sifat dampak terhadap kualitas air akibat kegiatan konstruksi

negative tidak penting dan bersifat sementara. Jenis dampak akibat

kegiatan konstruksi antara lain terganggunya pola aliran air di

lokasi dan peningkatan kekeruhan. Dengan lahan 1500 m2 lamanya

kegiatan. konstruksi relatif pendek. Untuk itu dibuat drainase yang

baik sehingga kegiatan konstruksi tidak akan merubah pola aliran

air.

2) Dampak Terhadap Kualitas Udara Dan Kebisingan

a) Sumber Dampak

(46)

(1)

Pada kegiatan pengangkutan material seperti batu pasir dan

bahan bangunan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas

debu namun dampaknya tidak penting.

(2)

Kegiatan pengerasan tanah, pembangunan gedung dan

fasilitas penunjang juga akan meningkatkan kualitas debu

namun dampaknya tidak penting.

b) Sifat Dampak Dan Potensi Dampak

Dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan bersifat

sementara dan tergolong tidak penting apabila ditinjau dari

identitas, waktu kegiatan konsentrasi emisi dan kebisingan. Jenis

dampak dari mobilisasi peralatan saat konstruksi adalah berupa

emisi gas buang seperti S02, CO dan partikulat debu serta

peningkatan kebisingan. Dampak terhadap kualitas udara dan

kebisingan ini bersifat tidak penting karena diperkirakan kegiatan

konstruksi tidak memakan waktu lama.

3) Dampak Terhadap Kesempatan Kerja

a) Sumber Dampak :

Munculnya

,peluang

kerja/kesempatan

kerja

adalah

pembukaan kegiatan konstruksi sarana dan fasilitas penunjang

SPBU.

b) Sifat dampak :

Dampak munculnya peluang kerja sifatnya positif tidak

penting. Dampak yang timbul pada kesempatan kerja ini positif

namun tidak penting karena jumlah tenaga kerja yang terserap tidak

banyak dan hanya masa konstruksi saja.

4) Sarana Pengendali Dampak

Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak penting

adalah:

a) Pencemaran air.

Untuk menghindari dan mengendalikan dampak pencemaran

Gambar

Tabel 2. Peralatan yang diperlukan untuk Pembangunan (Konstruksi)…… 33
Tabel 1. Rencana Kegiatan pelaksanaan studi kelayakan.
Tabel 2. Peralatan yang diperlukan untuk Pembangunan (Konstruksi)

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DENGAN FORCE EXPIRATORY VOLUME IN ONE SECOND PADA OPERATOR STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU). (DibimbingOleh : Isnaini Herawati

HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DENGAN FORCE EXPIRATORY VOLUME IN ONE SECOND PADA OPERATOR STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU).. (DibimbingOleh : Isnaini Herawati

Membangun dan merancang sistem informasi pengelolaan stasiun pengisian bahan bakar umum dengan menerapkan customer relationship management telah berhasil dilakukan, dengan

Dari ketiga skenario perbaikan yang diberikan dapat direkomendasikan bahwa skenario 3 menjadi skenario terbaik karena waktu menunggu pada saat pengisian bakar

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kadar Pb dalam darah dengan profil darah petugas operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Semarang Timur,

Penerapan Metode Reliability Centered Maintenence pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar

PROSEDUR TETAP / STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) SURAT IZIN PENDIRIAN STASIUN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) BADAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL DAERAH..

Keputusan (Rangking atau prioritas) yang dihasilkan dari sistem pendukung keputusan untuk menentukan lokasi pembangunan stasiun pengisian bahan bakar umum dengan metode