• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING TENTANG TERAPI OBAT TBC TERHADAP KEPATUHAN PENDERITA TBC PARU PADA TERAPI OBAT PERIODE FEBRUARI-MEI 2007 DI KELURAHAN PANCORAN MAS-DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KONSELING TENTANG TERAPI OBAT TBC TERHADAP KEPATUHAN PENDERITA TBC PARU PADA TERAPI OBAT PERIODE FEBRUARI-MEI 2007 DI KELURAHAN PANCORAN MAS-DEPOK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Husnawat i* Ret nosar i* * Har iant o* *

* Alumni Pr ogr am Pascasar jana Dept. Far masi FM IPA UI

* * Depar temen Far masi, FM IPA Univer sitas Indonesia

PEN GARUH KO N SELIN G TEN TAN G

TERAPI O BAT TBC TERHADAP

KEPATUHAN PEN DERITA TBC PARU PADA

TERAPI O BAT PERIO DE FEBRUARI-M EI 2007

DI KELURAHAN PAN CO RAN M AS-DEPO K

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. IV, No. 2, A gustus 2007, 49 - 58 ISSN : 1693-9883

ABSTRACT

The objective of this study was to know the patients’ characteristics, antituber-culosis drug use, and to analyzed the influence of counselling about tuberantituber-culosis therapy on patient’ s adherence in Pancoran M as-D epok. This study was quasi experiment design (non randomized control group pretest-postest design). The in-clusion criteria were the people with tuberculosis who took antituberculosis drugs from February – M ay 2007 in Pancoran M as-Depok, and followed pretest and postest. Total samples were fifty two respondents. Respondents were divided into two groups, intervention group and control group. Both of groups were given questionnaire (pre-test). After that, intervention group were given counselling about tuberculosis therapy. A month later, both of groups were given a similar questionnaire (postest). Data was analysed with t-test. The result of this study showed that majority of respondents in intervention and control group were productive aged, low education, employee, but majority of intervention group were women and majority of control group were men. The results of this study showed that there was a significant different of adherence to tuberculosis therapy between intervention group and control group (p value = 0,007). There was influence of conselling on patient’ s adherence to tuberculosis therapy.

Keywords : counselling, adherence, tuberculosis.

PEN D A HULUA N

Ind o nesia merup akan neg ara ketiga di dunia dalam urutan jumlah penderita TBC setelah India (30%) d an China (15% ). Pasien d eng an infeksi seperti tuberkulo sis, pad a banyak peristiwa sukar disembuhkan

(2)

obat-MA JA LA H ILMU KEFA Robat-MA SIA N 50

obatnya adalah kunci dalam kepa-tuhan pasien pada strategi terapetik yang kompleks. Studi Pharmaceutical care y ang berbed a m enunjukkan p eng aruh p o sitif d ari ko nseling pasien untuk outcome pasien, khusus-ny a kualitas hid up sep erti y ang didefinisikan oleh Hepler dan Strand. Informasi ini hanya dapat diberikan oleh farmasis, sebagai satu-satunya profesi yang mempunyai kompetensi m eng enai o bat (Jo hnso n, 1995; Kinnear).

Kelurahan Panco ran Mas me-rup akan salah satu d aerah y ang memiliki jumlah penderita TBC paru yang cukup tinggi. Melihat fenomena diatas, maka perlu dilakukan pene-litian tentang pengaruh ko nseling tentang terapi o bat TBC terhad ap tingkat kepatuhan pend erita TBC paru dalam hal terapi o bat di Ke-lurahan Pancoran Mas-Depok.

M ETO D O LO G I

Penelitian ini m eng g unakan metoda eksperimen semu (quasi ex-periment), dengan rancangan Non Ran-domized Control Group Pretest and Postest D esign (Notoatmodjo, 2002). Sampel penelitian adalah penderita TBC paru di kelurahan Pancoran Mas yang masih menjalani terapi o bat periode Februari-Mei 2007 dan bisa mengikuti pretest dan postest yang berjumlah 52 o rang. Penelitian ini meliputi pretest dan postest dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk kelompok intervensi dan kontrol. Pertama,

kue-sio ner d isebarkan kep ad a semua responden, baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Selanjut-nya untuk kelompok intervensi di-berikan ko nseling tentang terap i obat TBC. Setelah 1 bulan, dilakukan po stest kepad a semua respo nd en, baik kelompok intervensi maupun kontrol. Alat pengumpul data yang d igunakan ad alah kuesio ner d an lembar o bserv asi. Data d ianalisis dengan analisis univariat dan bivariat (Hastono, 2001).

HA SIL PENELITIA N DA N

PEM BA HA SA N

I. Karakteristik responden

Pada kelompok intervensi, fre-kuensi terbanyak pada rentang umur 25-34 tahun (42,3%). Hal ini sesuai dengan literatur (Soeparman, 1990) dan pernyataan WHO bahw a pen-derita TBC paru terbanyak pada usia produktif (16-45 tahun). Pada kelom-p o k ko ntro l, frekuensi terbanyak berumur >55 tahun (26,9%), d ata selengkap nya d ap at d ilihat p ad a tabel I. W alaup un frekuensi ter-banyak berumur >55 tahun, namun frekuensinya hanya 26,9%, sedang-kan sisanya (73,1%) berada pada usia pro d uktif. Ini sesuai juga d engan literatur diatas.

(3)

penge-tahuan penderita. Kelo mpo k yang berpendidikan rendah ini memiliki resiko lebih besar untuk terserang p eny akit TBC karena kurang ny a pengetahuan mereka tentang penye-bab, sumber p enularan d an cara penularan penyakit TBC ini.

Sebagian besar respo nd en ke-lo mp o k interv ensi d an keke-lo mp o k ko ntro l adalah tidak bekerja, data selengkap nya d ap at d ilihat p ad a tabel I. Ini sesuai dengan pernyataan bahw a penderita TBC kebanyakan berasal dari golongan ekonomi le-mah (Soeparman, 1990).

Sebagian besar respo nd en ke-lompok intervensi berjenis kelamin w anita, sedangkan kelompok kon-trol sebagian besar berjenis kelamin

p ria, sep erti y ang terlihat p ad a tabel I berikut. Perbed aan ini m ung kin d isebabkan karena p e-ngambilan sampel tidak secara acak. N amun p erbed aan p ro p o rsi jenis kelamin ini tidak menjadi masalah, karena pad a d asarnya tingkat in-teleg ensi p ria d an w anita tid ak berbeda, sehingga kemampuan res-ponden dalam menerima intervensi tidak berbeda.

II. Obat-obat Antituberkulosis yang digunakan

Untuk penderita yang berobat ke Puskesmas dan yang berobat ke prak-tek dokter/ sw asta, mendapat obat-o bat antituberkulobat-o sis seperti yang terlihat pada tabel II berikut.

Tabel I. Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik

Kontrol Intervensi

Responden Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(%) (%) (%) (%)

Umur

15-24 4 15,40 4 15,40

25-34 6 23,10 11 42,30

35-44 4 15,40 4 15,40

45-54 5 19,20 2 7,70

> 55 7 26,90 5 19,20

Pendidikan

Tidak sekolah 0 0,00 5 19,20

SD 12 46,20 12 46,20

SMP 8 30,80 3 11,50

SMA 6 23,00 4 15,40

PT 0 0,00 2 7,70

Pekerjaan

Bekerja 10 38,50 7 26,90

Tidak bekerja 16 61,50 19 73,10

Jenis Kelamin

Pria 18 69,20 10 38,50

(4)

MA JA LA H ILMU KEFA RMA SIA N 52

Obat-obat antituberkulosis yang digunakan oleh responden yang ber-obat ke Puskesmas dan ke praktek d o kter/ sw asta ini sesuai d eng an stand ar pro gram penanggulangan TBC.

III. Kepatuhan Terhad ap Masing-Masing Subv ariabel d an Uji Per-bed aan Besarnya Perubahan Sko r

Kepatuhan Rata-Rata antara Kelom-pok Intervensi dan Kontrol Untuk Setiap Sub variabel.

1. Kepatuhan Terhad ap Masing-Masing Subvariabel.

a. Kep atuhan terhad ap Keleng -kapan Obat.

Sko r kep atuhan rata-rata ter-hadap kelengkapan obat kelompok Tabel II. Distribusi Tempat Berobat, Tahap Pengobatan,

dan Obat-Obat Antituberkulosis yang digunakan

Kontrol Intervensi

Tahap Tahap Tahap Tahap

Intensif Lanjutan Intensif Lanjutan

Puskesmas/Klinik 24 1 16 2

TB Paru (92,31%) (3,85%) (61,54%) (7,69%)

Praktek dokter/ 1 8

swasta (3,85%) - (30,76%)

-Puskesmas :

Tahap Intensif : 4FDC (Rifampicin 150 mg/ Isoniazid 75 mg / Pyrazinamide 400 mg / Ethambutol HCl 275 mg)

Tahap Lanjutan : 2FDC (Rifampicin 150 mg/ Isoniazid 150 mg) Praktek dokter/swasta :

Tahap Intensif : HRZE (Rifampisin 600 mg, Pirazinamid 500 mg, Isoniazid 400 mg/vit-B6 10 mg *,Ethambutol 500 mg)

Tabel III. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Kelengkapan Obat Antara Pretest dan Postest

Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Kelengkapan Obat

Pretest Postest p value

Skor Derajat Skor Derajat

rata-rata Kepatuhan rata-rata Kepatuhan

rata-rata rata-rata

Intervensi 3,69 92,25% 3,85 96,25% 0,444

(5)

53 Vol. IV, No.2, Agustus 2007

intervensi dan kontrol saat pretest dan postest dapat dilihat pada tabel III berikut. H asil p enelitian m e-nunjukkan tid ak ad a p erbed aan berm akna kep atuhan resp o nd en terhadap kelengkapan o bat antara pretest dan postest untuk kelompok intervensi (p value = 0,444) dan juga pada kelo mpo k ko ntro l (p value = 1,000) (Tabel III).

b. Kepatuhan Terhadap Dosis Obat Sko r kep atuhan rata-rata ter-had ap d o sis o bat kelo mpo k inter-vensi dan kontrol pada saat pretest dan postest dapat dilihat pada tabel IV berikut. Hasil penelitian

menun-jukkan ad a p erbed aan bermakna kepatuhan responden terhadap dosis obat antara pretest dan postest untuk kelompok intervensi (p value = 0,045). Sedangkan pada kelompok kontrol, tid ak ad a p erbed aan berm akna kepatuhan responden terhadap dosis o bat antara p retest d an p o stest (p value = 0,416) (tabel IV).

c. Kepatuhan Terhadap Frekuensi Pemakaian Obat

Skor kepatuhan rata-rata terha-dap frekuensi untuk kelompok inter-vensi dan kontrol pada saat pretest dan postest dapat dilihat pada tabel V berikut. Hasil penelitian

menun-Tabel IV. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Penderita TBC terhadap Dosis Obat Antara Pretest dan Postest

Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Dosis Obat

Pretest Postest p value

Skor Derajat Skor Derajat

rata-rata Kepatuhan rata-rata Kepatuhan

rata-rata rata-rata

Intervensi 3,19 79,75% 3,69 92,25% 0,045

Kontrol 3,12 78,00% 3,23 80,75% 0,416

Tabel V. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Frekuensi Pemakaian Obat Antara Pretest dan Postest

Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Frekuensi Pemakaian Obat

Pretest Postest p value

Skor Derajat Skor Derajat

rata-rata Kepatuhan rata-rata Kepatuhan

rata-rata rata-rata

Intervensi 1,85 92,50% 1,96 92,50% 0,265

(6)

MA JA LA H ILMU KEFA RMA SIA N 54

jukkan tid ak ad a p erbed aan ber-makna kepatuhan terhadap frekuensi pemakaian obat antara pretest dan postest untuk kelompok intervensi (p v alue = 0,265) d an jug a p ad a kelompok kontrol (p value = 0,294) (tabel V).

d . Kep atuhan Terhad ap A turan pakai Obat

Sko r kep atuhan rata-rata ter-hadap aturan pakai obat kelompok interv ensi d an ko ntro l p ad a saat p retest d an p o stest d ap at d ilihat pada tabel VI berikut. Hasil penelitian menunjukkan ad a perbed aan ber-makna kep atuhan resp o nd en ter-had ap aturan p akai o bat antara

pretest dan postest untuk kelompok intervensi (p value = 0,031). Untuk kelo mpo k ko ntro l, tid ak ad a per-bed aan bermakna kep atuhan res-ponden terhadap aturan pakai obat antara pretest dan postest (p value = 0,119) (tabel VI).

e. Kep atuhan Terhad ap D urasi (Lama Pemakaian Obat)

Sko r kep atuhan rata-rata ter-hadap durasi kelompok intervensi dan ko ntro l pada saat pretest dan postest dapat dilihat pada tabel VII berikut. Hasil p enelitian menun-jukkan ad a p erbed aan bermakna kep atuhan resp o nd en kelo m p o k intervensi terhad ap d urasi antara

Tabel VI. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Aturan Pakai Obat Antara Pretest dan Postest

Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Aturan Pakai Obat

Pretest Postest p value

Skor Derajat Skor Derajat

rata-rata Kepatuhan rata-rata Kepatuhan

rata-rata rata-rata

Intervensi 5,00 83,33% 5,46 91,00% 0,031

Kontrol 5,42 90,33% 5,77 96,17% 0,119

Tabel VII. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Durasi (Lama Pemakaian Obat) Antara Pretest dan Postest

Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Aturan Pakai Obat

Pretest Postest p value

Skor Derajat Skor Derajat

rata-rata Kepatuhan rata-rata Kepatuhan

rata-rata rata-rata

Intervensi 3,23 80,75% 3,92 98,00% 0,010

(7)

pretest dan postest (p value = 0,010). Sedangkan pada kelompok kontrol, tidak ada perbedaan bermakna ke-patuhan responden terhadap durasi (lama pemakaian obat) antara pretest dan postest (p value = 0,770) (tabel VII).

2. Uji Perbed aan Besarnya Peru-bahan Skor Kepatuhan Rata-Rata antara Kelompok Intervensi dan Ko ntro l Untuk Setiap Sub-variabel

a. Terhadap Kelengkapan Obat Tidak ada perbedaan bermakna perubahan skor kepatuhan rata-rata terhadap kelengkapan o bat antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value = 0,501) (tabel VIII). Hasil penelitian menunjukkan bahw a tid ak ad a p erbed aan

ber-makna perubahan sko r kepatuhan rata-rata antara kelompok intervensi dan kontrol. Ini berarti pemberian konseling belum dapat memberikan peningkatan yang bermakna pada kep atuhan terhad ap kelengkap an o bat. Hal ini mungkin disebabkan karena eko no mi resp o nd en y ang tergolong lemah, sehingga jika ada obat yang kurang lengkap, penderita tidak kembali untuk melengkapi obat karena tid ak ad any a biay a tran-sportasi.

b. Terhadap Dosis Obat

Tidak ada perbedaan bermakna perubahan skor kepatuhan rata-rata terhadap dosis obat antara kelompok interv ensi d an kelo mp o k ko ntro l (p value = 0,170) (tabel IX).

Dari hasil diatas dapat diketahui bahw a pemberian konseling belum

Tabel IX. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Terhadap Dosis Obat Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kontrol Intervensi

Absolut Relatif Absolut Relatif

Besarnya perubahan skor 0,12 3,00% 0,50 12,50%

kepatuhan rata-rata terhadap dosis obat

p value = 0,170 > α = 0,050

Tabel VIII. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Terhadap Kelengkapan Obat Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Kontrol Intervensi

Absolut Relatif Absolut Relatif

Besarnya perubahan skor 0,00 0,00% 0,15 3,75%

kepatuhan rata-rata terhadap kelengkapan obat

(8)

MA JA LA H ILMU KEFA RMA SIA N 56

dapat mencapai sasaran, w alaupun telah ad a peningkatan kepatuhan antara pretest dan postest. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya efek sam p ing o bat y ang cukup mengganggu respo nden, sehingga responden mengurangi dosis sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter.

c. Terhadap Frekuensi Pemakaian Obat

Tidak ada perbedaan bermakna perubahan skor kepatuhan rata-rata terhadap frekuensi pemakaian obat antara kelo m p o k interv ensi d an kelompok kontrol (p value = 0,131) (tabel X).

Hasil penelitian diatas menun-jukkan bahw a pemberian konseling belum dapat memberikan pening-katan yang bermakna pad a kepa-tuhan terhadap frekuensi pemakaian

o bat. Hal ini jug a d ip icu karena ad any a efek sam p ing o bat d an kemungkinan lup a, sehingga res-ponden tidak meminum obat sesuai dengan frekuensi.

d . Terhadap Aturan Pakai Obat Tidak ada perbedaan bermakna perubahan skor kepatuhan rata-rata terhadap aturan pakai obat antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value = 0,697) (tabel XI).

Hasil penelitian diatas menun-jukkan bahw a pemberian konseling tentang aturan p akai o bat belum dapat mencapai sasarannya, sehingga belum ad a peningkatan yang ber-makna. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar resp o nd en masih beranggapan bahw a obat itu diminum sesudah makan, sehingga m asih bany ak resp o nd en y ang

Tabel XI. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Terhadap Aturan Pakai Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kontrol Intervensi

Absolut Relatif Absolut Relatif

Besarnya perubahan skor 0,35 5,83% 0,46 7,67%

kepatuhan rata-rata terhadap aturan pakai obat

p value = 0,697 > α = 0,050 Tabel X. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Terhadap

Frekuensi Obat Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kontrol Intervensi

Absolut Relatif Absolut Relatif

Besarnya perubahan skor -0,15 -7,50% 0,12 6,00%

kepatuhan rata-rata terhadap frekuensi pemakaian obat

(9)

minum o bat tid ak sesuai d engan aturan pakai yang seharusnya.

e. Terhadap Durasi (lama pema-kaian obat)

Ada perbedaan bermakna peru-bahan sko r kep atuhan rata-rata terhad ap d urasi (lama pemakaian o bat) antara kelo mp o k interv ensi d an kelo mp o k ko ntro l (p value = 0,037) (tabel XII).

Ini berarti, konseling telah dapat d im eng erti p end erita, sehing g a kepatuhan pend erita pad a d urasi juga meningkat.

IV. Kep atuhan Resp o nd en Pad a Terapi Obat dan Uji Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepa-tuhan Rata-Rata antara Kelom-po k Intervensi d an Kelo mKelom-po k Kontrol

1. Kepatuhan Pada Terapi Obat a. Kepatuhan Pada Saat Pretest Sko r kepatuhan rata-rata d ari kelo mp o k interv ensi d an ko ntro l pada saat pretest dan postest dapat dilihat pada tabel XIII. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p value = 0,003. Ini berarti, terd ap at p er-bedaan bermakna kepatuhan respon-den antara pretest respon-dengan postest. Sedangkan pada kelompok kontrol, didapatkan p value = 0,056, seperti yang terlihat pada tabel XIII. Ini ber-arti tidak ada perbedaan bermakna kepatuhan antara pretest dan postest.

2. Uji Perbed aan Besarnya Peru-bahan Skor Kepatuhan Rata-Rata antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Ada perbedaan bermakna peru-bahan sko r kep atuhan rata-rata Tabel XII. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata

Terhadap Durasi Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kontrol Intervensi

Absolut Relatif Absolut Relatif

Besarnya perubahan skor -0,08 -2,00% 0,69 17,25%

kepatuhan rata-rata terhadap durasi

p value = 0,037 > α = 0,050

Tabel XIII. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Antara Pretest dan Postest

Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata

Pretest Postest p value

Skor Derajat Skor Derajat

rata-rata Kepatuhan rata-rata Kepatuhan

rata-rata rata-rata

Intervensi 16,96 84,80% 18,88 94,40% 0,003

(10)

MA JA LA H ILMU KEFA RMA SIA N 58

antara kelo m p o k interv ensi d an kontrol (p value = 0,007) (tabel XIV). H asil uji statistik m em p er-lihatkan adanya perbedaan bermakna besarnya perubahan skor kepatuhan rata-rata antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol secara kese-luruhan, w alaupun hasil penelitian m enunjukkan bahw a tid ak ad a perbedaan bermakna perubahan skor kepatuhan rata-rata antara kelompok intervensi dan kontrol untuk setiap subv ariabel, kecuali kep atuhan terhadap durasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Barnwell, dkk (1992) bahwa pengaruh penyu-luhan kesehatan tam bahan o leh tenag a kesehatan lain terhad ap penderita TBC di New York sangat besar hasilnya terhadap kepatuhan.

KESIM PULA N

- Sebagian besar respo nd en ke-lompok intervensi dan kontrol berad a p ad a usia p ro d uktif, berp end id ikan rend ah (SD ), tid ak bekerja, tetap i sebagian besar kelompok intervensi ber-jenis kelamin w anita dan

seba-g ian besar kelo mp o k ko ntro l berjenis kelamin pria.

- Obat-obat antituberkulosis yang d ig unakan resp o nd en sesuai dengan standar Program Nasio-nal Penanggulangan TBC. - Ada pengaruh konseling tentang

terap i o bat terhad ap ting kat kepatuhan penderita TBC paru pada terapi obat.

DA FTA R A CUA N

Charles, J.P., 2005. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hasto no , P. (2004). M odul A nalisis

D ata. Tid ak d ip ublikasikan. Depok : FKM-UI

Johnson JA, Bootman JL, 1995. Drug Related M orbidity and M ortality, A Cost of Illness M odel, Arch Intern Med.

No to atmo d jo , S., 2002, M etodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

So ep arm an, 1990. Ilmu Peny akit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FK-UI, Jakarta.

Tabel XIV. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Kontrol Intervensi

Absolut Relatif Absolut Relatif

Besarnya perubahan skor 0,23 1,15% 1,92 9,6%

kepatuhan rata-rata terhadap durasi

Gambar

Tabel I. Distribusi Karakteristik Responden
Tabel III. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata terhadap Kelengkapan ObatAntara Pretest dan Postest
Tabel IV. Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata Penderita TBC
Tabel IX. Perbedaan Besarnya Perubahan Skor Kepatuhan Rata-rata TerhadapDosis Obat Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol
+4

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dari penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah atau instansi kesehatan dalam mencanangkan program pemanfaatan starter tape, nasi basi

Peningkatan Ib sebesar 0,80 persen yakni dari 118,65 pada Mei 2015 menjadi 119,60 pada Juni 2015, disebabkan oleh meningkatnya indeks harga yang dibayar petani untuk

Pada parameter jumlah tunas per tunas yang dikultur untuk persiapan aklimatisasi terlihat bahwa pengaruh pembentukan tunas ad- ventif pada pangkal tunas yang dikultur masih

Berdasarkan beberapa pengertian yang diungkapkan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun

Skema Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang

Persepsi mas yarakat perawat sebagai “ one of us ”, yaitu orang yang berjasa, cekat an, perhatian kepada orang lain, bekerja dengan hati, dapat dipercaya,

UPJ Semarang Barat belum mempunyai pengendalian yang memadai dari segi pengadaan barang dan jasa sampai penggunaan barang (material) oleh outsourcing karena

Penilaian kinerja merupakan proses evaluasi yang dilaksanakan oleh perusahaan terhadap karyawan mengenai level keberhasilan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan