MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI “ HUKUM ITU, KEPENTINGAN ORANG BERPUNYA: TEORI
KARL MARX “
OLEH :
NAMA : NUR FAHRIN SAPUTRA MT
NIM : 1733111050
KELAS : A/PAGI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
A. PENGANTAR
B. SUBSTANSI-SUBSTANSI TEORI KARL MARX
C. INTEGRASI SUBSTANSI TEORI KARL MARX DALAM NORMA DAN PRAKTEK HUKUM MASA KINI
1. TINJAUAN HUKUM POSITIF
2. TINJAUAN SOSIOLOGIS
3. CONTOH-CONTOH KASUS YANG RELEVAN DARI ASPEK HUKUM POSITIF DAN SOSIOLOGIS SERTA UPAYA PENYELESAIANNYA
D. PANDANGAN PENULIS TENTANG SUBSTANSI TEORI KARL MARX : HUKUM ITU, KEPENTINGAN ORANG BERPUNYA
E. KESIMPULAN
A. PENGANTAR
Menurut Marx, hukum adalah alat legitimasi dari kelas ekonomi tertentu. Faktanya hukum melayani kepentingan “orang berpunya”. Karl Marx berupaya menganalisis proses-proses ekonomi dalam kapitalis sebagai kompleks krisis yang akan menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri yang kemudian akan melahirkan masyarakat sosialis.
Dilingkungan Frankfurter Schule,kritik dipakai sebagai nama teori mazhab ini “teorikritis” , membidik masalah positivisme ilmu-ilmu sosial sebagai sasaran kritik. Yaitu, anggapan bahwa ilmu-ilmu sosial bebas nilai terlepas dari praktek sosial dan moralitas, dapat dipakai untuk prediksi, bersifat objektif dan sebagainya.
Pertentangan kelas itu baru berhenti pada saat tercipta nya masyarakat komunis, dimana kelas buruh berkuasa. Semua orang adalah buruh sekaligus majikan. Hasilnya, tidak ada pertentangan kelas di masyarakat.
B. SUBSTANSI-SUBSTANSI TEORI KARL MARX
1. Siapapun yang menguasai ekonomi , maka akan menguasai manusia.
2. Ekonomi merupakan struktur bawah yang memberi bentuk dan corak pada semua yang ada pada struktur atas. 3. Oleh karena itu, hukum, ajaran agama, sistem politik,
corak budaya, bahkan struktur masyrakat, sebenarnya tidak lain adalah cerminan belaka dari sistem ekonomi yang ada dibaliknya.
4. Hukum tidak lepas dari ekonomi. Marx menyatakan bahwa hukum adalah alat legitimasi dari kelas ekonomi tertentu.
8. Aturan hukum hanya berisi kekuatan muatan-muatan kepentingan pemilik modal.
9. Aslinya hukum itu wujud aspirasi dan kepentingan kelas “orang berpunya”.
10. Hukum hanyalah alat penindasan dan penyebab penderitaan.
11. Ditangan penguasa yang berselingkuh dengan pemilik modal, hukum akhirnya tampil sebagai the iron boxing and the velvet glove (tinju besi berselubung kain beludru). Iron boxing merupakan realitas hukum, sementara kiasan velvet glove adalah selubung penutup kebohongan dari hukum.
C. INTEGRASI SUBSTANSI TEORI KARL MARX DALAM NORMA DAN PRAKTEK HUKUM MASA KINI
1. TINJAUAN HUKUM POSITIF
Dalam hukum positif, jika kita kaji teori Karl Marx terhadap norma dan praktek hukum masa kini terutama di Indonesia tentu pasti kita temukan. Apalagi negara kita adalah negara hukum, semua perkara apa saja selalu dikaitkan dengan hukum.
kekuasaan, popularitas, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang perlu yang perlu kita garisbawahi disini adalah mungkin ada segelintir oknum-oknum ataupun pihak-pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam masalah hukum yang mana dalam segi moralnya pasti mereka lebih memilih atau berpihak kepada orang yang berpunya daripada orang yang tidak berpunya baik dari segi ekonomi, jabatan, kepopuleran, kekuasaan dan sebaginya. Pasti mereka lebih memihak kepada pihak pertama ini dibandingkan dengan pihak kedua. Dan kalau memilih pasti pihak pertama ini yang menang.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa teori Karl Marx yang menyatakan bahwa hukum itu, kepentingan orang berpunya , dalam praktek hukum positifnya dan norma masa kini tentu tidak ada. Akan tetapi dalam segi moralnya pasti ada seperti contoh yang saya paparkan diparagraf sebelumnya.
2. TINJAUAN SOSIOLOGIS
memunculkan pertentangan antara kaum pemilik modal (borjuis) dengan kelas buruh (proleta).
Indonesia tak terkecuali, mulai dari Kemerdekaan RI sampai pada reformasi 1998 perlawanan terus dilakukan oleh kaum buruh khususnya di kota-kota besar indonesia seperti jakarta, surabaya. Perampasan upah, hak-hak buruh, serta sistem kerja kontrak dan outsourching dinilai sebagai upaya kaum borjuis menengguk keuntungan sebesar-besarnya dengan memeras tenaga mereka. Ketika para pemilik modal (borjuis) mengalami penuruna pendapatan misalnya akibat dari krisis ekonomi global, jalan utama pasti akan melakukan PHK terhadap karyawan. Karyawan akan melakukan demo, karena penghidupan mereka berasal dari gaji/upah kaum borjuis.
Misalnya yang terjadi di surabaya : sebanyak empat perusahaan di Surabaya merumahkan sekitar 5.700 karyawan akibat krisis keuangan global. Keempat perusahaan itu adalah PT Propindo Megatama atau seamaster dijalan Mayjend Sungkono, Pabrik gelas di Sidotopo, PT Lestari Mega Makmur di jalan Mastrip, dan PT Rezeki Mitra Harum di kawasan Kanjeran.
kaum borjuis terhadap kaum buruh yang ada di kota-kota besar seperti jakarta dan surabaya.
3. CONTOH-CONTOH KASUS YANG RELEVAN DARI ASPEK HUKUM POSITIF DAN