Gambaran Umum
Mempelajari hukum pidana internasional mempunyai dua pengertian, yaitu mempelajari substansi (tindak pidana internasional) dan mempelajari cara-cara untuk menyelesaikan tindak pidana internasional.
Hukum pidana internasional tidak hanya mempelajari hukum materiilnya saja, melainkan juga hukum
formilnya yang isinya tentang penyelesaian tindak
Sejarah Peradilan Pidana
Internasional
Menurut Schabas, peradilan internasional
pertama atas perlakuan kejam adalah peradilan
Peter von Hagenbach, yang diselenggarakan
pada tahun 1474, untuk kekejaman yang
dilakukan selama pendudukan Breisach. Von
Hagenbach dipersalahkan telah melakukan
kejahatan perang, dihukum dan dipancung
Sejarah Peradilan Pidana
Internasional (lanjutan)
Berbeda dengan Schabas, Bassiouni mencatat
bahwa peradilan terhadap pelaku kejahatan
internasional pertama kali diselenggarakan pada
tahun 1268 di Naples, ketika Conradin von
Höhenstaufen dijatuhi hukuman karena ia
dianggap melancarkan perang yang tidak
dibenarkan
Pembentukan Peradilan Pidana
Internasional
1. Perjanjian Versailles 1919 (The Treaty of Peace Between the Allied and Associated Powers and Germany);
2. Perjanjian Sèvres 1920, yang merupakan perjanjian perdamaian antara pasukan sekutu dengan
kekaisaran Usmaniyah Turki;
3. Piagam London (Agreement for The Prosecution and Punishment of The Major War Criminals of The
Road to International Criminal Court
• Pembentukan mahkamah pidana internasional dari segi sejarah, diawali oleh Peradilan Nuremberg
(International Military Tribunal Nuremberg) di Jerman, yang berfungsi mengadili para penjahat perang Pasca Perang Dunia II yang dilakukan di Eropa.
Road to International Criminal Court
(lanjutan)
• Tiga puluh tahun setelah IMTFE, disusun sebuah
peradilan pidana internasional lagi, kali ini di negara bekas Yugoslavia (International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia),
• Dilanjutkan ke Afrika tahun 1990-an dengan
membentuk peradilan pidana internasional untuk
Road to International Criminal Court
(lanjutan)
• Selain peradilan-peradilan tersebut, dunia mencatat pernah membentuk peradilan campuran diantaranya di Kamboja (The Law on the Establishment of
Extraordinary Chambers in The Courts of Cambodia for the Prosecution of Crimes Commited during the Period of Democratic Cambodia), Sierra Leone (Special Court for Sierra Leone), Kosovo (International Judge for
Tugas Terstruktur II
Ketentuan Umum
•
Tugas dilaksanakan secara berkelompok;
•
Kelas dibagi ke dalam 8 kelompok;
•
Masing-masing kelompok rata-rata
beranggotakan 5 mahasiswa;
Tugas Terstruktur II
Substansi Tugas
•
Membuat resume tentang peradilan pidana
internasional yang berisi tentang yurisdiksi
(teritorial, temporal, personal dan material),
prinsip dasar dan uraian tentang proses
persidangan;
•
Resume dipresentasikan secara panel, dua
kelompok setiap minggunya;
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok I Peradilan Nuremberg
Lindadari Uswatun Frike Citra Virgita Murni Lestari Sare Bambang Muchsin
Kelompok II Peradilan Tokyo
Ibnu Amin Ibrohim Mirza Noor
Agustina Pramita Suhaili
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok III Peradilan Yugoslavia
Ahmad Sauqi Eko Santoso Eva Fitriyani Abdul Manan Dhimas Gusti A
Kelompok IV Peradilan Rwanda
Sabitullah
Ita Meriana Putri Zairofi Faddol Siti Qomariyah
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok V Peradilan Kamboja
Jamaluddin Rizkie Septiyani M Wasyib Tirtanang Khoirul Hakim
Maulana Ishaq Helmi Faqih
Kelompok VI Peradilan Sierra Leone
Aisyah Nurmalasari Dewi Purwati
Rani Mita Masifa Abdur Rahman Halim Fengky Hariyadi
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok VII Peradilan Kosovo
Sofa Wahyudi Muklas Adi Putra Ferri Ardiansa Putra Ummul Khoiriyah Nur kholis
M. Adnan Fanani
Kelompok VIII Peradilan Timor Leste
Ega Diva Harwiyanti Siti Umairoh
Isi Resume terkait yurisdiksi
• Yurisdiksi Teritorial (berlaku dimana pengadilan tersebut);
• Yurisdiksi Temporal (kapan berlakunya pengadilan tersebut);
• Yurisdiksi Personal (terhadap siapa berlakunya pengadilan tersebut);
Daftar Referensi
1. Arie Siswanto, Yurisdiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional, 2005